Anda di halaman 1dari 151

TENTANG BI

Fungsi Bank Indonesia – Status & Kedudukan Bank Indonesia

• Lembaga Negara yang Independen UU No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, tertanggal 17 Mei 1999.
kemudian diubah UU RI No 6 tahun 2009.
• Sebagai Badan Hukum: sbg badan hokum public maupun badan hokum perdata.
• Badan Hukum public: menetapkan peraturan2 hokum yang merupakan pelaksanaan dari UU yang mengikat seluruh
masyarakat luas sesuai dengan tugas & wewenangnya
• Badan Hukum perdata: bertindak untuk atas nama sendiri di dalam dan di luar pengadilan
Fungsi Bank Indonesia – Tujuan & Tugas Bank Indonesia

• Tujuan Tunggal: mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.


• Kestabilan ada 2:
1. Kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa → diliat lewat inflasi
2. Kestabilan terhadap mata uang negara lain → diliat dari perkembangan nilai tukar rupiah.

• Tiga Pilar Utama.


Fungsi Bank Indonesia – Dewan Gubernur Bank Indonesia

• Dewan Gubernur terdiri dari


- 1 Gubernur
- 1 Deputi Gubernur Senior sebagai wakil
- 4-7 Deputi Gubernur
• Masa Jabatan 5 tahun dan dapat diangkat kembali maks 1 kali berikutnya
• Diangkat oleh presiden dengan persetujuan DPR.
• Calon deputi gubernur diusulkan oleh presiden sbg rekomendasi gubernur BI
Governance Kerangka kerja Governance BI
• Prinsip Tata Kelola (Governance Principle) Bank Indonesia
yakni prinsip-prinsip yang melandasi penerapan dan
penegakan tata kelola Bank Indonesia.
• Komitmen Tata Kelola (Governance Committment) Bank
Indonesia yakni komitmen Dewan Gubernur dan pegawai
Bank Indonesia untuk menerapkan dan menegakkan Tata
Kelola Bank Indonesia.
• Struktur Tata Kelola (Governance Structure) Bank Indonesia
yakni desain mengenai fungsi pelaksanaan tugas dan
wewenang, serta fungsi pengawasan terhadap Bank
Indonesia.
• Proses Tata Kelola (Governance Process) Bank Indonesia
yakni serangkaian standa​​r dan prosedur yang digunakan
oleh Anggota Dewan Gubernur dan pegawai Bank Indonesia
untuk memastikan penerapan dan penegakan Tata Kelola
Bank Indonesia telah dilaksanakan secara terencana,
konsekuen, dan berkelanjutan.
• Hasil Tata Kelola (Governance Outcome) Bank Indonesia
yakni perwujudan dari penerapan dan penegakan Tata
Kelola Bank Indonesia dalam bentuk pencapaian kredibilitas
Bank Indonesia.
Governance Commitment – Nilai Strategis

Nilai-nilai strategis Bank Indonesia adalah:


1. Kejujuran dan integritas (trust and integrity);
2. Profesionalisme (professionalism);
3. Keunggulan (excellence);
4. Mengutamakan kepentingan umum (public interest);
5. Koordinasi dan kerja sama tim (coordination and teamwork) yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).

Destination Statement (Outcome):


1. Stabilitas Makroekonomi
2. Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan
3. Terbaik di emerging markets
Governance Commitment – Kode Etik & Pedoman Perilaku

Kode etik:
• menegakkan integritas dan profesionalisme,
• menghindari konflik kepentingan,
• menjaga kemandirian dan ketidakberpihakan,
• bersikap adil, dan
• menjaga kesusilaan, kesopanan, dan perilaku bermasyarakat.

Surat Pernyataan Kepatuhan: memahami, mematuhi, dan melaksanakan sumpah jabatan pegawai, sistem dan prosedur, serta
seluruh peraturan perundangan yang berlaku, dan kesediaan dikenakan sanksi terhadap pelanggaran. 1x saat mulai kerja di BI

Surat Pernyataan Tahunan: pernyataan terhadap seluruh keadaan atau situasi yang memungkinkan timbulnya
pelanggaran/ketidakpatuhan terhadap ketentuan kode etik dan pedoman perilaku Bank Indonesia. Setiap awal tahun
Governance Structure – Pengawasan terhadap Bank Indonesia • BSBI bertanggung jawab langsung kepada DPR-RI, serta
tidak berada dalam struktur organisasi Bank Indonesia.
• BSBI menyampaikan hasil telaahannya terkait dengan
kegiatan operasional dan keuangan Bank Indonesia kepada
DPR-RI setiap triwulan, dan tidak mengevaluasi kinerja
Dewan Gubernur Bank Indonesia.
• Bank Indonesia wajib menyampaikan Laporan Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada DPR-RI dan
Pemerintah secara triwulanan dan tahunan sesuai dengan
amanat Undang-Undang tentang Bank Indonesia.
Diseminasi laporan tersebut juga dilakukan kepada
masyarakat melalui media massa dengan mencantumkan
ringkasannya dalam berita negara.
• BI anggaran yang terpisah dari Anggaran Penerimaan dan
Belanja Negara. BI berkewajiban menyampaikan anggaran
tahunannya kepada DPR yang meliputi anggaran untuk
kegiatan operasional dan anggaran untuk kebijakan. Dalam
penyampaian anggaran tersebut, Bank Indonesia juga
menyampaikan evaluasi terkait penggunaan anggaran
tahun berjalan dalam bentuk Laporan Evaluasi Pelaksanaan
Anggaran Operasional dan Rencana Investasi Bank
Indonesia.
• Pengawasan terhadap Bank Indonesia dari sisi keuangan
dilakukan dalam bentuk pemeriksaan terhadap Laporan
Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK-RI). Hasil audit BPK-RI tersebut
disampaikan kepada DPR-RI dan diumumkan kepada
masyarakat melalui media massa.
Governance Structure – Pengawasan terhadap Bank Indonesia

• bentuk pemeriksaan terhadap Laporan


Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI)
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI). →
audit
• Hasil audit BPK-RI tersebut disampaikan
kepada DPR-RI dan diumumkan kepada
masyarakat melalui media massa.
• BPK-RI dapat melakukan pemeriksaan khusus
terhadap Bank Indonesia atas permintaan
DPR-RI apabila diperlukan
Pengambilan keputusan:
Governance Process
• Kepentingan umum
Proses Perumusan Kebijakan: • Tujuan yang hendak dicapai
• Berdasarkan riset • Asas/manfaat
• Berorientasi ke depan • Hasil/asesmen yang matang
• Tata Kelola yang baik • Risiko & mitigasinya
• Mempertimbangkan dampak antar kebijakan • Ksesesuaian dengan peraturan perundang2an.
• Memperhatikan ketentuan perundang2an yg berrlaku
RDG Bulanan: min 1 bulan sekali (2 hari)
RDG (rapat dewan gubernur) RDG Mingguan

Di BI ada 5 komite: RDG dapat dihadiri pemerintah dengan hak bicara tanpa hak
suara
1. Kebijakan moneter
2. Kebijakan stabilitas sistem keuangan
RDG dilaksanakan berdasarkan prinsip musyawarah demi
3. Kebijakan sistem pembayaran mufakat. Apabila mufakat tidak tercapai, Gubernur
menetapkan keputusan akhir.
4. Pengelolaan cadangan devisa
5. Sumber daya manusia
RDG diselenggarakan apabila telah kuorum yakni dihadiri
oleh separuh atau lebih jumlah Anggota Dewan Gubernur.
Governance Process – Manajemen Risiko & Pengendalian Internal

Three lines of defenses


• internal audit memiliki peran penting dalam quality assurance terhadap seluruh proses kerja di Bank Indonesia. Ruang
lingkup fungsi audit internal meliputi pelaksanaan kegiatan audit (assurance) dan konsultansi yang mencakup analisis
kecukupan rancang bangun dan efektivitas pelaksanaan proses Governance, proses manajemen risiko (risk management),
dan proses pengendalian intern (internal control) Bank Indonesia.
• Pelaksanaan fungsi audit internal Bank Indonesia menggunakan metodologi audit internal berbasis risiko (Risk Based
Internal Audit). Metodologi ini terutama fokus pada risiko inherent pada setiap aktivitas atau sistem dan memberikan
assurance bahwa risiko tersebut telah dikelola pada level risk appetite yang telah ditetapkan
Governance Commitment – Program Sosial di BI

Tiga besaran pokok yang seluruhnya dilaksanakan berdasarkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dan kemanfaatan yaitu:
• Program/kegiatan peningkatan kapasitas ekonomi.
• Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan pemahaman publik.
• Kepedulian sosial terkait pendidikan, kebudayaan, keagamaan, kesehatan, lingkungan hidup, dan penanganan bencana.
Hubungan Kelembagaan – Kedudukan Bank Indonesia sbg Lembaga Negara

• Independen. Tp menjalin hubungan baik dgn DPR, Pemerintah, dan bpk.


• Tiap awal tahun h-30 dari awal tahun anggaran harus menyampaikan informasi tertulis terkait evaluasi kebijakan moneter
dan rencana akan dating.
• Kalo ke DPR triwulanan atau tiap DPR minta jg harus boleh kasih
• BPK wajib menyampaikan laporan tahunan ke BPK

Beberapa Kerjasama dimaksud adalah dengan pihak-pihak lain sbb


• Departemen Keuangan (MoU tentang Mekanisme Penetapan Sasaran, Pemantauan, dan Pengendalian Inflasi di Indonesia,
MoU tentang BI sebagai Process Agent di bidang pinjaman dan hibah luar negeri Pemerintah, SKB tentang Penatausahaan
Penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dalam rangka penyehatan perbankan)
• Kejaksaan Agung & Kepolisian Negara : SKB tentang kerjasama penanganan tindak pidana di bidang perbankan
• Kepolisian Negara RI dan Badan Intelijen Negara : MoU tentang Pemberantasan uang palsu
• Menkokesra, Kementrian Koperasi dan UKM : MoU bidang Pemberdayaan dan Pengembangan UMKM
• Perhimpunan Pedagang SUN (Himdasun) : MoU tentang Penyusunan Master Repurchase Agreement (MRA)
Hubungan BI dengan Pemerintah – Hubungan keuangan

1. menerbitkan dan menempatkan surat-surat hutang negara guna membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) tanpa diperbolehkan membeli sendiri surat-surat hutang negara tersebut.
2. Kasir pemerintah yang menatausahakan rekening pemerintah di BI, dapat menerima pinjaman luar negeri atas
nama pemerintah indonesia

Pemberian kredit ke pemerintah udh gbs lagi (deficit spending, agar efektif pengendalian moneternya).
Hubungan BI dengan Pemerintah – Independensi dalam Interpendensi

1. Sidang cabinet, bersifat konsultatif.


2. Masukan kepada pemerintah mengenai rancangan APBN serta kebijakan lain yang berhubungan sama BI.
3. Pemerintah dapat menghadiri Rapat Dewan Gubernur, dengan hak bicara tanpa hak suara.
KAKBI – Kebijakan Akuntansi Keuangan Bank Indonesia

1. Peraturan Dewan Gubernur No.15/13/PDG/2013 tanggal 31 Des 2013 ttg KAKBI


2. Mulai 1 januari 2014 diterapkan oleh BI.
3. KAKBI sbg standar akuntansi laporan keuangan.
4. Terdiri dari Prinsip Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (PDP2LK) dan Pernyataan Kebijakan
Akuntansi Keuangan (PKAK).
Sejarah BI

1. 1828: De Javasche Bank → hak istimewa dari Bank Indonesia bertindak sebagai bank sirkulasi, mencetak dan mengedarkan
uang gulden di hindia belanda. Hak oktroi diperpanjang setiap 10 tahun sekali udah diperpanjang 7x
2. Politik Balas Budi atau Politik Etis 1901
3. 1945: karena ada NICA yang tujuannya mengacaukan ekonomi di Indonesia, dibentuk Bank Negara Indonesia (BNI). BNI
mengedarkan Oeang Republik Indonesia (ORI). DJB Uang merah, ORI uang putih
4. 1951, pembelian saham DJB sebesar 97%
5. 1 Juli 1953: menerbitkan UU 11 Tahun 1953 tntg Pokok Bank Indonesia, secara resmi berdiri sbg Bank Sentral Republik
Indonesia (bank sirkulasi dan bank komersial (bs ngasih kredit jg)
6. 1968: BI hanya sebagai bank sentral (pembangun dan pemegang kas negara), udh bkn lg bank komersial
7. 1988: Deregulasi perbankan, Pakto 88 atau Pakto 27, mempermuadh perizinan bank baru
8. 1999: UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Ditetpkan sebagai bank yang independen. Tujuan tunggal BI,
mencapai & memelihara kestabilan nilai rupiah & menghapuskan tujuan sebagai agen pembangunan. Kebijakan
Inflation targeting framework → kredibilitas BI dinilai dari kemampuannya mencapai sasaran inlfasi dari pemerintah
9. 2004: Pengesahan UU nomor 3 tahun 2004 perubhasan atas UU No 23 thn 99. penegasan kedudukan bank sentral dan
penyempurnaan tugas & wewenang
10. 2009: BI lender of the last restort (UU no 6 thn 2009)
11. 2011: UU No 21 tahun 2011: OJK menjadi pengaturan & pengawasan perbankan BI ke Ojk.
Ruang lingkup pengaturan dan pengawasan mikroprudensial lembaga keuangan sebagai kewenangan OJK, sementara
pengaturan dan pengawasan makroprudensial menjadi tanggung jawab BI dengan sasaran stabilitas sistem keuangan.
UU BI
1. UU No. 11 Tahun 1953:
• sebagai bank sentral dan bank commercial (bs ngasih kredit)
• Dipimpin oleh: Dewan Moneter, Direksi, dan Dewan Penasihat
• Dewan Moneter: Menkeu, Menko, dan Gubernur Bank
• Direksi: gubernur 2 org jadi direktur, sebanyak2nya 5 orang.
• Gubernur & Direktur diangkat oleh Pemerintah selama2nya 5 tahun atas usul Dewan Moneter. (diberhentikan jg oleh pemerintah)
• Direktur pengganti: diangkat pemerintah dgn usul dewan moneter
• Dewan penasihat terdiri dr 9 org termasuk ketua.
1. UU No. 23 Thn 1999
• Lembaga independen, menghapuskan sebagai agen pembangunan
• Kestabilan nilai rupiah
• Kebijakan moneter, sistem pembayaran, dan mengawasi Bank.
• Maks nuker uang yg udh dicabut 10 tahun.
3. UU No 3 Thn 2004
• Penegasan kembali ttg tugas & tanggung jwb BI
• Dibentuk BSBI
• BI laporan tahunan dan triwulan → ke DPR, Pemerintah, & Rakyat.
4. UU No. 6 Tahun 2009: BI Lender of The Last Resort
Transformasi – Kebijakan & Kelembagaan
Transformasi –Kelembagaan
Peranan Kebanksentralan dalam Konteks Ekonomi

• Fungsi bank sentral: otoritas moneter.


• Memiliki kekuatan poliitk untuk memenuhi kecukupan likuiditas keuangan yang dibutuhkan oleh perekonomian.
• Otoritas dalam sistem pembayaran dan perbankan.
• UU pengaturan & pengaasan bank
1. UU 23 tahun 99 kemudian diubah
2. UU 3 tahun 3004
3. UU 6 tahun 2009
• Tapi ada perubahan jadinya menurut UU 21 tahun 2011 UU OJK bahwa fungsi pengaturan dan pengawasan
lembaaga keuangan termasuk perbankan menjadi wewenang OJK
• Makroprudensial: OJK membantu BI ajah dalam melakukan himbauan moral kepada perbankan
• Pengawasan sistem pembayaran diatur jg dalam UU Mata Uang dan UU Transfer Dana.
• Kedudukan BI sebagai badan hukum public memberikan kewenangan untuk menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter secara independen bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak lain tanpa kecuali
secara tegas diatur dalam pasal 4 ayat 2 UU BI.
Pesan Gubernur

• Komunikasi yang efektif adalah kunci keberhasilan.


• Gubernur BI saat ini Petahana Perry Warijiyo sejak 24 Mei 2018, masa jabatan 5 tahun
Ekonomi Sebagai Disiplin Ilmu

Ekonomi → ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya melalui produksi, distribusi,
dan konsumsi barang dan jasa dalam rangka mencapai kesejahteraan dan kemakmuran

Ilmu ekonomi ada tiga:


1. Tata buku/akuntansi → ekonomi mikro
2. Penataan sistem organisasi/manajemen → ekonomi mikro
3. Masalah ekonomi negara/ekonomi pembangunan → ekonomi makro

Ekonomi mikro: ruang lingkup sebuah perusahaan saja


Ekonomi makro lebih luas lagi, tentang kebijakan negara, contoh inflasi, suku bunga, dan sistem ekonomi
5 Istilah dalam kajian ekonomi (1)

TINDAKAN EKONOMI
• Tindakan yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dgn cara yang paling menguntungkan.

MOTIF EKONOMI
• Dorongan yang membuat seseorang melakukan tindakan ekonomi
• Motif intrinsic: dorongan sendiri
• Motif ekstrinsik: dorongan lingkungan

PRINSIP EKONOMI
• Garis-garis penuntun yang digunakan oleh pelaku ekonomi dalam melaksanakan tindakan ekonomi, pedoman.
• Prinsip ekonomi biasanya low effort but high impact. (tapi hanya menghasilkan manusia liberal yang serakah dan
menghalalkan segala cara).
5 Istilah dalam kajian ekonomi (2)

FAKTOR PRODUKSI
• Segala sesuatu yang diperlukan untuk menghasilkan dan menambah nilai guna barang dan jasa.
• Faktor produksi asli: SDA dan SDM
• Faktor produksi turunan: sumber daya modal & kewirausahaan
• SDA: berasal dari alam, contoh: air, tanah, sinar matahari, barang2 tamabng
• SDM: manusia dalam bentuk tenaga jasmani dan rohani untuk mengolah SDA menjadi barang berguna
• Sumber daya modal: sarana & prasarana yang digunakan untuk menghasilkan barang, contoh uang, bahan baku,
mesin, alat2 perkakas
• Sumber daya wirausaha: SDM yang memiliki keterampilan (skill) atau keahlian dalam mengelola ketiga sumber daya
sebelumnya serta bertanggung jawab dalam proses produksi
5 Istilah dalam kajian ekonomi (3)

SISTEM EKONOMI
• Sistem yang dianut oleh sebuah negara dalam menentukan kebijakan perekonomian dalam menjawab kelangkaaan
dan masalah pokok ekonomi (apa, bagaimana, dan siapa).
1. Sistem ekonomi kapitalis/liberal: ekonomi pasar, fokus terhadap ekonomi perseorangan. Pemerintah sangat minim
(hanya sebagai pelindung & pengamat). Prinsipnya setiap orang berhak menerima imbalan sesuai prestasi kerjanya
2. Sistem ekonomi komando: ekonomi sosialis, sumber daya/faktor produksi dikuasai oleh negara. Imbalan yang
diberikan kepada perseorangan bukan berdasarkan kebutuhan, namun berdasarkan jasa yang diberikannya. Segala
perencanaan kebutuhan2 pokok ekonomi direncanakan oleh pemerintah. Setiap orang mendapatkan imbalan yang
sama.
3. Sistem ekonomi campuran: memberikan pengakuan sama kepada sektor swasta dan pemerintah. Jaman now,
biasanya negara itu campuran tp dengan bobot yang berbeda. Contoh: Philipina ekonomi pasar > ekonomi sosialis.
India sebaliknya.
4. Sistem ekonomi islam: bercirikan memasukkan nilai2 islam sebagai vairabel dalam kegiatan dan kebijakan ekonomi.
Setiap orang berhak menerima imbalan sesuai prestasi selama tidak merugikan orang lain, berupa kecurangan
(ghoror) dan judi/untung-untungan (maysir).
MONETER
Tujuan Kebijakan Moneter

Kestabilan nilau rupiah → 2 dimensi:


1. Kestabilan terhadap harga2 barang & jasa (inflasi)
2. Kestabilan terhadap nilai tukar rupiah dgn mata uang negara lain

Menganut sistem nilai tukar mengambang (free floating)


→Kestabilan harga dan sistem keuangan.

1 Juli 2005 → kerangka kebijakan moneter → Inflation Targeting Framework (IFT) → inlfasi → diumumkan kepada
public sbg komitmen & akuntabilitas bank sentral
Moneter – Kerangka Kebijakan Moneter

• Inflation Targeting Framework → penggunaan suku bunga sebagai sinyal kebijakan moneter & suku bunga PUAB
pasar uang antar bank sebagai sasaran operasional.
• Sebelumnya itu sasarannya adalah uang primer (base money)
• Karena ada krisis keuangan global 2008/2009, dan ekonomi semakin kompleks. BI membuat kerangka FLEXIBLE ITF
yang mampu merespon perkembangan ekonomi kompleks dan stabilitas ekonomi makro semakin kuat.
• 5 elemen pokok FLEXIBLE ITF
1. Strategi penargetan inflasi (Inflation Targeting) sebagai strategi dasar kebijakan moneter.
2. Integrasi kebijakan moneter dan makroprudensial untuk memperkuat transmisi kebijakan dan sekaligus
mengupayakan stabilitas makroekonomi.
3. Peran kebijakan nilai tukar dan arus modal dalam mendukung stabilitas makroekonomi.
4. Penguatan koordinasi kebijakan Bank Indonesia dengan Pemerintah untuk pengendalian inflasi maupun dalam
menjaga stabilitas moneter dan sistem keuangan.
5. Penguatan strategi komunikasi kebijakan sebagai bagian dari instrumen kebijakan.
Moneter – Bagaimana Flexible ITF diterapkan?
• Sasaran inflasi 3 tahun ke depan → melalui PMK bersama dengan pemerintah. Kedepan dikarenakan adanya efek
tunda/time lag kebijakan moneter.
Bagaimana ITF diterapkan?
• BI 7-day (Reverse) Repo Rate (BI7DRR) sebagai suku bunga kebijakan yang merepresentasikan sinyal respons kebijakan
moneter dalam mengendalikan inflasi sesuai dengan sasaran.
• BI7DRR bagian dari reformulasi. Dengan 3 tujuan:
1. Memperkuat sinyal arah kebijakan moneter
2. Memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui pengaruhnya pada pergerakan suku bunga pasar uang dan
suku bunga perbankan.
3. Mendorong pendalaman pasar keuangan, khususnya transaksi dan pembentukan struktur suku bunga di (Pasar Uang Antar
Bank) PUAB untuk tenor 3 bulan hingga 12 bulan.
• Prinsip Reformulasi:
1. reformulasi tidak mengubah kerangka kebijakan moneter karena Bank Indonesia tetap menerapkan flexible ITF
2. reformulasi tidak untuk mengubah stance kebijakan moneter yang sedang ditempuh
3. reformulasi membuat suku bunga kebijakan terefleksikan di instrumen moneter dan dapat ditransaksikan dengan Bank
Indonesia.
4. penentuan suku bunga sasaran operasional berdasarkan pertimbangan dapat dipengaruhi suku bunga kebijakan.
• (Sebelumnya) BI Rate setara dengan instrumen moneter 12 bulan, sedangkan sekarang BI7DRR setara dengan instrumen
moneter 7 hari.
Moneter – Bagaimana Flexible ITF diterapkan?

Bagaimana ITF diterapkan?


• Didukung juga oleh kebijakan pengelolaan nilai tukar.
• Dilakuan dalam rangka mengurangi gejolak yang muncul dari ketidakseimbangan permintaan dan penawaran di pasar
valutas asing (valas), melalui triple intervention
• Strategi triple intervention → intervensji jual di pasar spot, pasar domestic non deliverable forward DNDF, pasar berjangka
valas serta pembelian surat berharga SBN di pasar sekunder
• Triple intervention, tujuan:
1. Kestabilan nilai tukar
2. Menjaga kecukupkan likuiditas rupiah

Pengendalian inlfasi: keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, komunikasi efektif
Koordinasi BI – Pemerintah forum TIM PENGENDALI INFLASI (TPI) untuk melihat Stabilitas Sistem Keuangan juga.

Stabilitas Sistem Keuangan: Komite isinya BI, Kemenkeu, OJK, dan LPS.
Moneter – Transimisi Kebijakan Moneter
• Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya
tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil, melalui BI 7DRR
• Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI 7DRR sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat
kompleks dan memerlukan waktu (time lag).
• Perubahan BI 7 DRR yg memperngaruhi inflasi melalui jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga
aset, & jalur ekspektasi & transksi bank sentral dgn perbankan & sektor keurangan & sektor riil → MEKAISME
TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER
Moneter – Transimisi Kebijakan Moneter
Moneter – Transimisi Kebijakan Moneter
Pada jalur suku bunga, perubahan BI 7DRR memengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ketat
melalui peningkatan suku bunga yang berdampak pada permintaan agregat sehingga menurunkan tekanan inflasi. Sebaliknya, penurunan suku bunga BI 7DRR akan menurunkan suku
bunga kredit sehingga permintaan kredit dari perusahaan dan rumah tangga meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan
investasi. Hal ini meningkatkan aktivitas konsumsi dan investasi sehingga mendorong perekonomian.

Perubahan suku bunga BI 7DRR dapat memengaruhi nilai tukar (jalur nilai tukar). Kenaikan BI 7DRR, sebagai contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia
dengan suku bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrumen-instrumen keuangan di
Indonesia, karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah.
Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor
dan mengurangi ekspor. Apresiasi nilai tukar tersebut akan berdampak pada penurunan tekanan inflasi.

Perubahan suku bunga BI 7DRR juga memengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi,
sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi. Hal
ini akan mengurangi permintaan agregat sehingga menurunkan tekanan inflasi.

Dampak perubahan suku bunga pada kegiatan ekonomi juga memengaruhi ekspektasi publik terhadap inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga akan mendorong aktivitas
ekonomi dan pada akhirnya inflasi akan mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan
oleh produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga.

Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini memerlukan waktu (time lag). Time lag masing-masing jalur bisa berbeda. Dalam kondisi normal, perbankan akan merespons
kenaikan/penurunan BI 7DRR dengan kenaikan/penurunan suku bunga perbankan. Namun demikian, apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respons
perbankan terhadap penurunan suku bunga BI 7DRR akan lebih lambat. Sebaliknya, apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan
suku bunga kredit dan peningkatan permintaan kredit tidak selalu direspons dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga
tidak selalu direspons oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian sedang lesu. Efektivitas transmisi kebijakan moneter dipengaruhi oleh
kondisi eksternal, sektor keuangan dan perbankan, serta sektor riil.
Moneter – Transparansi

• Aspek transparansi: Tujuan, Metode, & Pengambilan Keputusan.

• Beberapa pokok cakupan transparansi tersebut antara lain: (IMF → Code of Good Practices On Transparency in Monetary dan Financial Policies)
1. Kejelasan mengenai peran, wewenang, dan tujuan otoritas kebijakan moneter.
2. Keterbukaan mengenai proses perumusan dan pelaporan kebijakan moneter.
3. Ketersediaan informasi kebijakan moneter kepada publik.
4. Akuntabilitas dan jaminan integritas dari otoritas moneter. ​

Komunikasi:
1. Siaran Pers dan Konferensi Pers
2. Publikasi berupa Laporan Kebijakan Moneter, Indonesia: Perekonomian Terkini dan Respons Kebijakan, Laporan Perekonomian Indonesia, Laporan Triwulanan
DPR RI dll.
3. Website Bank Indonesia
4. Talkshow di radio dan televise
5. Seminar/Diskusi dengan stakeholders
6. Diseminasi di daerah

Akuntabilitas → tertulis kepada Presiden & DPR


Moneter – Koordinasi & Pengendalian Inflasi

• Administered price (kelompok barang yang harganya diatur oleh Pemerintah) harga BBM & komoditas energy
• 4K:
1. Keterjangkauan harga
2. Ketersediaan pasokan
3. Kelancaran distribusi
4. Komunikasi efektif

teknis terkait di Pemerintah seperti


Kementerian Keuangan, Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian
Perdagangan, Kementerian
Pertanian, Kementerian
Perhubungan, Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral, Badan
Perencanaan Pembangunan
Nasional, Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, Kementerian Badan Usaha
Milik Negara, Sekretaris kabinet, dan
Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Inflasi

Inflasi → kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu terttentu.
• Kebalikannya deflasi
• BPS, metadata SEKI-IHK
• Indikator yang sering digunakan → IHK INDEKS HARGA KONSUMEN
• IHK menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyaratakat
• SURVEI BIAYA HIDUP (SBH) oleh BPS untuk penentuan barang dan jasa dalam keranjang IHK
• Berdasarkan the Classification of Individual Consumption by Purpose (COICOP), IHK dikelompokkan ke dalam tujuh kelompok pengeluaran, yaitu:
1. Bahan Makanan.
2. Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau.
3. Perumahan.
4. Sandang.
5. Kesehatan.
6. Pendidikan dan Olahraga.
7. Transportasi dan Komunikasi.
Inflasi – Disagregasi Inflasi (by BPS)

Disagregasi Inflasi IHK


• INFLASI INTI : inflasi yang cenderung menetap atau persisten dalam pergerakan inflasi dan diperangruhi oleh faktor
fundamental seperti:
- interaksi permintaan-penawaran
- Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang
- Ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen
• INFLASI NON INTI : cenederung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi
non inti terdiri dari:
1. INFLASI KOMPONEN BERGEJOLAK (volatile food) Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok
bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun
perkembangan harga komoditas pangan internasional.
2. INFLASI KOMPONEN HARGA YANG DIATUR PEMERINTAH (ADMINISTERED PRICES) Inflasi yang dominan dipengaruhi
oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.
Moneter – Inflasi

Determinan Inflasi IHK, inflasi timbul karena:


• SUPPPLY (COST PUSH INFLATION) depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara mitra dagang,
peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat
bencana alam dan terganggunya distribusi.
• DEMAND PULL INFLATION demand lebih tinggi dari ketersediaan. (lebih besar dari kapastias perekonomian)
• EKSPEKTASI INFLASI perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam
keputusan kegiatan ekonominya. Lagi hari besar atau UMP naik, forward looking
Inflasi – Pentingnya Kestabilan Harga

• Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan
akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.

• Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris
menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada
akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

• Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi
tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai Rupiah.

• Keempat, pentingnya kestabilan harga kaitannya dengan SSK (referensi).​


Inflasi – Penetapan Target Inflasi

Penetapan Target Inflasi


• Sasaran inflasi ditetapkan untuk tiga tahun kedepan melalui PMK
• 2016-2018 4%, 4%, 3.5% deviasi masing2 =- 1%
• 2019-2021 PMK 124/2017 3,5% 3,0% 3,0% deviasi masing2 +- 1%
• 2022-2024: 3%, 3%, 2,5% dengan deviasi masing2 +- 1% (PMK 3 tahunan)

Salah satu upaya pengendalian inflasi menuju inflasi yang rendah dan stabil adalah dengan membentuk dan mengarahkan ekspektasi inflasi
masyarakat agar mengacu (anchor) pada sasaran inflasi yang telah ditetapkan (Lihat Peraturan Menteri Keuangan tentang sasaran inflasi 2016, 2017,
dan 2018 dan Peraturan Menteri Keuangan tentang sasaran inflasi 2019, 2020, dan 2021).

Target atau sasaran inflasi merupakan tingkat inflasi yang harus dicapai oleh Bank Indonesia, berkoordinasi dengan Pemerintah. Penetapan
sasaran inflasi berdasarkan UU mengenai Bank Indonesia dilakukan oleh Pemerintah (sblm UU, BI yang nentuin inflasi).

Inflasi IHK Agt 2022: 4,69%


Inflasi IHK Sept 2022: 5,95%
Indikator Moneter

Indikator moneter menyediakan data/statistik moneter bulanan yang digunakan untuk mengetahui perkembangan besaran moneter secara ringkas
dan cepat. Indikator moneter terdiri dari uang primer, posisi luar negeri bersih bank sentral, aktiva dalam negeri bersih bank sentral, serta cadangan
devisa. Kebutuhan atas data/statistik serta uraian/penjelasan moneter lain tersedia pada Publikasi dan Statistik yang disajikan pada menu Publikasi
dan menu Statistik.
BI7DRR BI 7-DAY REVERSE REPO RATE → AGUSTUS 2021 3,5%
• Efektif 19 agt 2016 menggantikan BI RATE
• Secara cepat mempengaruhi pasar uang, perbankan, sektor riil
• BI 7-day (Reverse) Repo Rate (BI7DRR) sebagai suku bunga kebijakan yang merepresentasikan sinyal respons kebijakan moneter dalam mengendalikan inflasi
sesuai dengan sasaran.
• BI7DRR bagian dari reformulasi. Dengan 3 tujuan:
1. Memperkuat sinyal arah kebijakan moneter ,(Menguatnya sinyal kebijakan moneter dengan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebagai acuan utama di
pasar keuangan).
2. Memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui pengaruhnya pada pergerakan suku bunga pasar uang dan suku bunga perbankan.
3. Mendorong pendalaman pasar keuangan, khususnya transaksi dan pembentukan struktur suku bunga di (Pasar Uang Antar Bank) PUAB untuk tenor 3 bulan
hingga 12 bulan.

23 Agt 2022: 3,75%


22 Sept 2022: 4,25%
Moneter – PENJELASAN OPERASI MONETER // KERANGKA OPERASI MONETER

• Pencapaian stabilitas Moneter yang dilaksanakan di pasar uang & pasar valas secara terintegrasi
1. Suku Bunga di PUAB Overnight agar bergerak di sekitar suku bunga BI 7DDRR → absorpsi likuiditas
dan/atau injeksi likuiditas
2. Nilai Tukar Rupiah stabil di nilai tukar fundamental → intervensi dan/atau transaksi valas lainnya di
pasar valutas asing.

Operasi Moneter:
1. Operasi Pasar Terbuka (OPT)
2. Standing Facilities (SF)
Moneter – PENJELASAN OPERASI MONETER // KERANGKA OPERASI MONETER

PUAB atau Pasar Uang Antar Bank adalah kegiatan pinjam meminjam dana antara satu bank dengan bank
lainnya. Suku bunga PUAB merupakan harga yang terbentuk dari kesepakatan pihak yang meminjam dan
meminjamkan dana. Kegiatan di PUAB dilakukan melalui mekanisme over the counter (OTC) yaitu
terciptanya kesepakatan antara peminjam dan pemilik dana yang dilakukan tidak melalui lantai bursa.
Transaksi PUAB dapat berjangka waktu dari satu hari kerja (overnight) sampai dengan satu tahun.
Operasi Pasar Terbuka

• Operasi Pasar Terbuka (OPT) adalah kegiatan transaksi di pasar uang dan/atau pasar valuta asing yang dilakukan oleh Bank
Indonesia dengan Bank dan/atau pihak lain untuk OM secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah.

• OPT terdiri dari 2 jenis:


1. OPT ABSORPSI LIKUIDITAS → kelebihan likuiditas → penurunan suku bunga (dijual2in)
2. OPT INJEKSI LIKUIDITAS → kekurangan likuiditas → peningkatan suku bunga (direpo2in)

OPT regular → secara terjadwal melalui lelang


OPT non regular → dilaksanakan sewaktu2 fine tune operation)
Operasi Pasar Terbuka - Rupiah
Operasi Pasar Terbuka - Valas
Standing Facilities

• kegiatan penyediaan dana Rupiah dari Bank Indonesia kepada Bank dan penempatan dana Rupiah oleh Bank di Bank
Indonesia untuk Operasi Moneter yang dilakukan secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah.

• Deposit Facility (DF) yang merupakan penempatan dana Rupiah oleh peserta Standing Facilities di Bank Indonesia
untuk operasi moneter yang dilakukan secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. DF yang dilakukan
berdasarkan prinsip syariah dilaksanakan dalam bentuk Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS).

• Lending Facility (LF) atau Financing Facility (FF), dimana LF adalah penyediaan dana Rupiah dari Bank Indonesia kepada
peserta Standing Facility konvensional untuk operasi moneter yang dilakukan secara konvensional, dan FF adalah
penyediaan dana Rupiah dari Bank Indonesia kepada peserta Standing Facility syariah untuk operasi moneter yang
dilakukan berdasarkan prinsip syariah.
Standing Facilities
Keterangan:
•VRT: Variable Rate Tender
•FRT: Fixed Rate Tender
•SBI: Sertifikat Bank Indonesia
•SBIS: Sertifikat Bank Indonesia Syariah
•SDBI: Sertifikat Deposito Bank Indonesia
•TD: Term Deposit
•SukBI: Sukuk Bank Indonesia
•FX: Foreign Exchange
•PaSBI: Pengelolaan Likuiditas Berdasarkan Prinsip
Syariah Bank Indonesia
•FLiSBI: Fasilitas Likuiditas Berdasarkan Prinsip
Syariah Bank Indonesia
•SBBI: Surat Berharga Bank Indonesia
•DNDF: Domestic Non-Deliverable Forward
IndONIA (INDONESIA OVERNIGHT INDEX AVERAGE) – risk free rate (RFR)
• Benchmark rate pasar uang, digunakan untuk penetapan suku bunga pinjaman, penetapan harga instrument keuangan, dan pengukuran kinerja
instrument keuangan
• ADALAH indeks suku bunga atas transasksi pinjam-meminjamkan rupiah tanpa agunan yang dulakukan antarbank untuk jangka waktu overnight di
Indonesia (terbentuk dari transasksi pasar) PUAB
• dengan menghitung rata-rata tertimbang berdasarkan nilai nominal transaksi (volume-weighted average) atas seluruh data transaksi yang dilakukan
pada hari transaksi
• Bank lapor harian jam 7 – 18 ke BI (koreksi online jam 19.00). BI publikasi jam 19.30
• Berlaku sejak 1 agt 2018
• Menggantikan JIBOR tenor overnight sbg benchmark rate pasar uang (jibor ilang di 2 jan 2019)
No Subjek Keterangan
1 Waktu Publikasi 19.30​ WIB
2 Tenor Overnight
3 Metode Perhitungan Rata-rata tertimbang berdasarkan nilai nominal transaksi (volume-weighted average)
PBI 20/7/PBI/2018
Pasal 4:
(1) Bank Indonesia melakukan publikasi IndONIA
(2) Apabila dalam ketentuan Bank Indonesia terdapat rujukan penggunaan IndONIA untuk tanggal tertentu, namun pada tanggal
tersebut Bank Indonesia tidak memublikasikan IndONIA maka rujukan penggunaan IndONIA menggunakan tanggal publikasi
Ketentuan Fallback sebelumnya.

4 PADG 20/19/PADG/2018
Pasal 2.(1): Bank Indonesia menetapkan IndONIA pada setiap Hari Kerja
Pasal 4(2): Dalam hal terjadi perpanjangan batas waktu pelaporan, IndONIA dipublikasikan pada situs web Bank Indonesia 30 (tiga
puluh) menit setelah batas waktu pelaporan dimaksud berakhir
Moneter – JIBOR JAKARTA INTERBANK OFFERED RATE
• Benchmark rate pasar uang, digunakan untuk penetapan suku bunga pinjaman, penetapan harga instrument keuangan, dan pengukuran kinerja
instrument keuangan
• ADALAH rata-rata dari suku bunga indikasi pinjaman tanpa agunan yang ditawarkan oleh bank kontributor kepada bank kontributor lain untuk
meminjamkan rupiah di Indonesia, untuk tenor di atas overnight.
• Bank contributor (offer rate) harian jam 7 – 9.30 ke BI (koreksi online jam 09.45). BI publikasi jam 10.00
• 2 jan 2019 → disempurnakan berdasarkan global best practices terkait suku bunga referensi keuangan yang dituangkan dalam prinsip International
Organization of Securities Commissions (IOSCO) untuk suku bunga referensi keuangan (IOSCO principles for financial benchmarks).
• Transatable dan waterfall methodology

​No ​Subjek ​Keterangan

​1 Waktu publikasi ​10.00 WIB


Per tanggal 2 Januari 2019: Ketentuan mengenai
11.00 WIB JIBOR diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia
​2 ​Tenor Overnight, 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan
Per tanggal 2 Januari 2019: (PBI) No.20/7/PBI/2018
1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan tanggal 24 Juli 2018
tentang
​3 Day count convention Actual/360 Indonesia Overnight Index
​4 ​Metode perhitungan ​rata-rata sederhana (simple average), setelah mengeluarkan 15% data Offer Average dan
Rate tertinggi dan 15% data Offer Rate terendah. Jakarta Interbank Offered
Rate.
KONTRIBUTOR JIBOR

No Bank Kontributor JIBOR


1 BPD DKI JAKARTA
2 CITIBANK
3 MUFG BANK, LTD
4 PT BANK BTPN, Tbk
5 PT BANK CENTRAL ASIA Tbk
6 PT BANK CTBC INDONESIA
7
PT BANK DANAMON INDONESIA Tbk

8 PT BANK DBS INDONESIA


9 PT BANK HSBC INDONESIA
10 PT BANK JABAR BANTEN Tbk
11
PT BANK KEB HANA INDONESIA

12
PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk

13 PT BANK MIZUHO INDONESIA


14 PT BANK NEGARA INDONESIA 1946 (PERSERO)
Tbk
15 PT BANK OCBC NISP Tbk
16 PT BANK PERMATA Tbk
17
PT BANK RAKYAT INDONESIA Tbk

18 PT BANK RESONA PERDANIA


19
PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)

20 PT BANK UOB INDONESIA


21
PT PAN INDONESIA BANK LTD. Tbk

22 STANDARD CHARTERED BANK


JISDOR Jakarta Interbank Spot Dollar Rate
• JISDOR merupakan harga spot USD/IDR, yang disusun berdasarkan kurs transaksi USD/IDR terhadap rupiah antar bank di pasar valuta asing
Indonesia, melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah (SISMONTAVAR) di Bank Indonesia secara real time.
• JISDOR dimaksudkan untuk memberikan referensi harga pasar yang representatif untuk transaksi spot USD/IDR pasar valuta asing Indonesia.
JISDOR mulai diterbitkan sejak 20 Mei 2013.
• Data JISDOR tersedia untuk setiap hari kerja, dalam hal ini tidak termasuk Sabtu, Minggu, hari libur nasional, atau hari lain yang ditetapkan
sebagai hari libur yang berakibat bank tidak melakukan kegiatan operasi.
• Dalam hal tidak terdapat data transaksi spot antar bank selama rentang waktu yang ditetapkan, maka JISDOR akan menampilkan kurs hari kerja
sebelumnya.
• Penguatan JISDOR dilakukan sejak Senin, 5 April 2021 sebagaimana disampaikan dalam “Keputusan dan Siaran Pers RDG Bulanan 21 Januari
2021".
• Pertanyaan dan Jawaban (FAQ) seputar implementasi penguatan JISDOR dapat dilihat dalam halaman Tanya Jawab JISDOR.
• Sehubungan dengan penyesuaian waktu operasional pasar valuta asing domestik pada masa Pandemi COVID-19, maka rentang waktu
pengambilan data JISDOR: 09.00 – 15.00 WIB, dan JISDOR terbit pada 15.15 WIB.
Spesifikas​i Keterangan
Currency Pair​​ USD/IDR​
Jeni​s Data Data transaksi spot aktual antar bank USD/IDR​​
Seluruh bank devisa yang melakukan
Kontributor
transaksi spot USD/IDR antar bank USD/IDR
dalam rentang waktu yang ditentukan
Media Pelaporan Data SISMONTAVAR

Penerbit Bank Indonesia

Rentang Waktu Pengambilan Data 08.00 – 16.00 WIB


Cut off Time 16.00 WIB
Waktu Pengumuman 16.15 WIB
Rata-rata tertimbang (Weighted Average)
Metode Perhitungan
berdasar volume transaksi
Media Pengumuman Website BI
KURS TRANSAKSI BI

• Kurs Transaksi BI disajikan dalam bentuk kurs jual dan kurs beli valas terhadap rupiah, digunakan sebagai acuan transaksi BI dengan pihak
ketiga, seperti pemerintah.
• Titik tengah Kurs Transaksi BI USD/IDR mengacu pada kurs referensi (JISDOR) hari kerja sebelumnya (H-1).
• Kurs Transaksi BI diumumkan sekali setiap hari kerja pada pukul 08.00 WIB.
• Penyesuaian publikasi Kurs Transaksi BI terkait dengan implementasi penguatan JISDOR yang dipublikasikan secara efektif mulai Senin, 5 April
2021.
PASAR UANG

• ADALAH Bagian dari sistem keuangan yang berhubungan dengan kegiatan perdagangan, pinjam-meminjam, atau pendanaan berjangka
pendek sampai dengan 1 (satu) tahun dalam mata uang rupiah dan valuta asing, yang berperan dalam transmisi kebijakan moneter,
pencapaian stabilitas sistem keuangan, dan kelancaran sistem pembayaran.
• Pengaturan Pasar Uang juga dilakukan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan mengenai perbendaharaan negara terkait
penggunaan instrumen Surat Utang Negara sebagai instrumen moneter melalui operasi moneter yang dilakukan antara lain dengan transaksi
repurchase agreement (repo). Pengaturan Pasar Uang dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum sehingga dapat menjadi pedoman
dan memberikan kepastian hukum bagi Pelaku Pasar dalam bertransaksi di Pasar Uang.
PASAR UANG – Sertifikasi Tresuri dan Penerapan Kode Etik Pasar

• Direksi & Pegawai


• Kode Etik Pasar & Anggota Asosiasi Profesi Tresuri
• PBI No.19/5/PBI/2017
• PADG No. 19/5/PADG/2017

• Adapun ringkasan pengaturan sebagai berikut:


1. Kode etik pasar yang menjadi pedoman Direksi dan Pegawai Pelaku Pasar mengacu pada kode etik yang diterbitkan oleh asosiasi/komite di
industri jasa keuangan, baik konvensional maupun syariah. Kode etik tersebut harus dipahami dan diterapkan Direksi dan Pegawai Pelaku
Pasar dengan kewajiban Pelaku Pasar memiliki prosedur internal yang memuat kode etik pasar.
2. Keharusan Pelaku Pasar memastikan Direksi dan Pegawainya menjadi anggota asosiasi profesi sesuai prinsip usahanya, konvensional, atau
syariah.
3. Pengaturan mengenai masa berlaku, perpanjangan, kesesuaian tingkatan dengan jenjang jabatan, dan pemeliharaan dari Sertifikat Tresuri.
4. Pengaturan dan persyaratan perangkat organisasi, Skema Sertifikasi yang harus dimiliki, dan penatausahan Sertifikat Tresuri oleh Lembaga
Sertifikasi Profesi yang diakui Bank Indonesia.
5. Penyampaian pelaporan oleh Pelaku Pasar dan Lembaga Sertifikasi Profesi ke Bank Indonesia.
6. Tata cara pengenaan sanksi bagi Pelaku Pasar dan Lembaga Sertifikasi Profesi.
PASAR UANG – Kode Etik Pasar

• norma moral profesional tentang perbuatan yang harus dilakukan dan yang harus dihindari dan menjadi pedoman berperilaku di Pasar Uang
dan Pasar Valuta Asing beserta derivatifnya.
• Dalam rangka memperkuat kredibilitas pasar keuangan melalui peningkatan kompetensi dan integritas pelaku pasar, Bank Indonesia telah
menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No.19/5/PBI/2017 tentang Sertifikasi Tresuri dan Penerapan Kode Etik Pasar dan Peraturan Anggota
Dewan Gubernur No.19/5/PADG/2017 tentang Pelaksanaan Sertifikasi Tresuri dan Penerapan Kode Etik Pasar sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Anggota Dewan Gubernur No.21/21/PADG/2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Anggota Dewan Gubernur
No.19/5/PADG/2017 tentang Pelaksanaan Sertifikasi Tresuri dan Penerapan Kode Etik Pasar. Salah satu maksud diterbitkannya pengaturan ini
adalah untuk menerapkan kode etik kepada pelaku pasar di Indonesia.
• Market Code of Conduct: Guideline to Market Practices in the Financial Market. Market Code of Conduct yang menjadi rujukan pelaku pasar
berdasarkan prinsip konvensional adalah “Market Code of Conduct” Edisi Ketiga yang diterbitkan oleh Indonesia Foreign Exchange Market
Committee (IFEMC). Market Code of Conduct yang menjadi rujukan pelaku pasar berdasarkan prinsip syariah adalah “Islamic Financial
Market Code of Conduct” yang diterbitkan oleh Indonesia Islamic Global Market Association (IIGMA).
PASAR UANG – Kode Etik Pasar

Dengan mengadopsi Market Code of Conduct, pelaku pasar memperoleh manfaat antara lain:
• Meningkatkan implementasi kode etik dalam aktivitas tresuri sesuai dengan international best market practice.
• Menginformasikan kepada stakeholder dan investor dalam maupun luar negeri, bahwa lembaga telah memiliki komitmen dalam
melaksanakan kode etik pasar, sehingga stakeholder akan memperoleh manfaat positif dari komitmen tersebut.
• Memberikan keunggulan kompetitif untuk Pelaku Pasar terkait dengan efektivitas dan perilaku dalam bertransaksi.
• Mendukung implementasi kebijakan pengembangan pasar keuangan Indonesia melalui upaya menciptakan pasar keuangan yang transparan,
efektif, dan resilien.
PASAR UANG – Transaksi Sertifikait Deposito di Pasar Uang

• Dari sisi makroekonomi, pasar Sertifikat Deposito yang likuid akan mendukung transmisi kebijakan moneter melalui
penciptaan term structure suku bunga Pasar Uang yang lebih panjang.
• Dari sisi mikroekonomi, pasar Sertifikat Deposito yang likuid akan mendukung perbaikan struktur pendanaan perbankan
melalui jangka waktu pendanaan yang lebih panjang dan potensi penambahan dana pihak ketiga.
PASAR UANG – Surat Berharga Komersial

• Surat Berharga Komersial merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh Korporasi Non-Bank berbentuk surat sanggup
(promissory note) dan berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun yang terdaftar di Bank Indonesia.
• Basis investor proefsional (qualified investor) → minimal 500jt rupiah
• Dalam pendaftaran dimaksud, Surat Berharga Komersial harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. persyaratan kriteria penerbit;
2. persyaratan kriteria instrumen; dan
3. persyaratan mengenai keterbukaan informasi.​
• Lembaga Pendukung Pasar Uang yang melakukan kegiatan terkait Surat Berharga Komersial harus terdaftar di Bank
Indonesia. Lembaga Pendukung Pasar Uang tersebut terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial;
2. Lembaga Pendukung Transaksi Surat Berharga Komersial; dan
3. Lembaga Pendukung Penatausahaan dan Penyelesaian Transaksi Surat Berharga Komersial.

PASAR UANG – Strategi Nasional Pengembangan dan Pendalaman Pasar Keuangan (SN-PPPK)

• FK-PPPK : Forum Koordinasi, Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan, → menyusun Strategi Nasional
Pengembangan dan Pendalaman Pasar Keuangan (SN-PPPK). → single policy framework yang komprehensif, pasar keuangan
yang dalam, likuid, efisien, inklusif, dan aman.
• Tiiga Pilar FK-PPPK (pendekatan top down)
1. ​Sumber pembiayaan ekonomi dan pengelolaan risiko.
2. Pengembangan infrastruktur pasar.
3. Koordinasi kebijakan, harmonisasi ketentuan, dan edukasi.

7 Pasar keuangan: pasar obligasi pemerintah, pasar obligasi korporasi, pasar uang, pasar valas, pasar saham, pasar structured
product, pasar keuangan syariah.

2018 – 2019 fase pengauatan fondasi


2020 – 2022 fase percepatan
2023 – 2024 fase pendalaman
2025 desired state: pasar uang modern dan maju
PASAR UANG – Pengembangan Pasar Uang 2025

2025 desired state: pasar uang modern dan maju

3 inisiatif BLUEPRINT:
1. Mendorong digitalisai dan penguatan infrastruktur pasar keuangan
2. Memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter
3. Mengembangkan sumber pembiayaan ekonomi dan pengelolaan risiko

Produk, pricing, pelaku pasar, dan infrastruktur pasar keuangan


PASAR UANG – Penyelenggara Sarana Pelaksanaan Transaksi di Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing

Terdapat 4 (empat) jenis penyelenggara sarana pelaksanaan transaksi di Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing yang diatur oleh
Bank Indonesia, yaitu:
1. Penyedia Electronic Trading Platform, yaitu badan usaha yang didirikan khusus untuk menyediakan sarana tertentu yang
digunakan dalam melakukan interaksi dan/atau transaksi di Pasar Uang dan/atau Pasar Valuta Asing;
2. Perusahaan Pialang, yaitu badan usaha yang didirikan khusus untuk menyediakan sarana tertentu bagi kepentingan
transaksi pengguna jasa dan memperoleh imbalan atas jasanya;
3. Systematic Internalisers, yaitu bank yang menyediakan sarana tertentu yang digunakan dalam melakukan transaksi di Pasar
Uang dan/atau Pasar Valuta Asing atas akun milik sendiri dengan Pengguna Jasa; dan
4. Penyelenggara Bursa, yaitu bursa berjangka sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
perdagangan berjangka komoditi, yang menyediakan sarana tertentu bagi Pengguna Jasa untuk melakukan transaksi di
Pasar Uang dan/atau Pasar Valuta Asing.
PASAR UANG – Libor (London Interbank Offered Rate)

• Rata-rata tingkat suku bunga yang diminta bank untuk meminjamkan wholsesale unsecured loans.
• ICE benchmark administration
• 20 bank contributor, 5 mata uang → overnight, 1 miinggu, 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan
• Kontrak keuangan, transasksi dervatif, obligasi, dan pinjaman secara global
PASAR UANG – Transisi LIBOR di Indonesia
PASAR UANG – Interest Rate Benchmark (JIBOR)

• Pengembangan risk free rate (RFR) → IRS (interest rate swap) dan OIS overnight index swap
• OI S→ suku bunga indonia

PASAR UANG – Foreign Exhange Benchmark (JISDOR)

• Penguatan JISDOR akan dilakukan dengan memperpanjang durasi pengamatan transaksi dari yang semula dari pukul 08.00-09.45 WIB
menjadi 08.00-16.00 WIB. Hal ini dimaksudkan untuk:
1. Meningkatkan kredibilitas JISDOR sebagai kurs yang mencerminkan rata-rata pergerakan kurs spot sepanjang hari
2. Mendukung upaya menjadikan JISDOR sebagai official benchmark USD/IDR rate
3. Menyediakan kurs referensi yang sesuai dengan standar internasional bagi pelaku pasar domestik dan offshore
4. Mendukung penguatan operasi moneter
CETAK BIRU EKSYAR –

Cetak biru ekonomi dan keuangan syariah ini secara garis besar memuat 4 hal utama yaitu:
1. Nilai-nilai dasar dan prinsip dasar pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
2. Kerangka dasar kebijakan pengembangan.
3. Strategi dan rencana aksi.
4. Kerjasama dan koordinasi, baik dengan pihak internal maupun pihak eksternal dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
PEMBERDAYAAN EKONOMI SYARIAH –
HALAL CHAIN VALUE, KELEMBAGAAN, INFRASTRUKTUR PENDUKUNG
• Pertanian terpadu, makanan & minuman halal, muslim fashion, energy terbarukan, dan pariwisata halal, ekonomi pesantren dan penguatan
model usaha mikor dan pemberdayaan mustahik.

PENDALAMAN PASAR KEUANGAN SYARIAH


Pengembangan instrument, infrastruktur, kebijakan, investor, regulasi, kelembagaan, manajemen likuiditas syariah, kerjasama baik domestic
maupun internasional

PENGUATAN RISET, ASESMEN, DAN EDUKASI


Riset asesmen, kompetensi industri & regulator, edukasi, awareness masyarakat

KNEKS (Komite Nasional Ekonomi & Keuangan Syariah)


• Presiden Republik Indonesia
URGENSI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI & KEUANGAN SYARIAH
• Perkembangan sektor keuangan syariah → keberhasiilan pengembangan sektor usaha dan perdagangan → money follow the trade
• → uang memainkan peran sosial (social role) dan uang mesti diinvestasikan pada kegiatan yang bertujuan
mendorong keadilan sosial dan ekonomi, serta memberi nilai tambah bagi kesejahteraan individu dan
masyarakat.
NILAI DAN PRINSIP PENGEMBANGAN EKONOMI & KEUANGAN SYARIAH
Nilai-nilai ekonomi syariah
• Kepemilikan
• Berusaha dengan Berkeadilan
• Kerjasama dalam Kebaikan
• Pertumbuhan yang Seimbang

Prinsip Dasar Ekonomi & Keuangan Syariah


1. Zakat
• Zakat memiliki fungsi dalam menjalankan dua prinsip, yaitu:
o Kewajiban membayar zakat untuk harta di atas batasan tertentu (nisab) yang tidak digunakan selama periode tertentu (satu tahun) berperan dalam
memberikan efek pengendalian harta yang dimiliki secara individu agar mengalir menjadi kegiatan ekonomi yang produktif.
o Kewajiban menyantuni orang yang kurang beruntung melalui sejumlah tertentu (2,5%) dari zakat distribusi pendapatan untuk menjamin inklusivitas
seluruh masyarakat.

2. Larangan Maysir
• Transaksi keuangan diwajibkan memiliki keterkaitan terkait erat sektor riil, melarang transaksi yang bersifat spekulasi dan tidak produktif.

3. Larangan Riba
Riba membuat aliran uang terhambat. Jenis usaha yang memiliki keuntungan di bawah nilai suku bunga (riba) akan sulit berkembang dan membatasi lapangan kerja.
Bersamaan dengan pelarangan riba, Islam mendorong optimalisasi bisnis (jual beli) dan menerapkan prinsip berbagi risiko.

4. Infak, Sedekah dan Wakaf (Iswaf)


Islam mendorong partisipasi publik untuk terlibat dalam membangun ketahanan sosial melalui instrumen infak, sedekah, dan wakaf. Hal ini mendorong proses
menjaga keseimbangan dan kestabilan secara sosial dan menurunkan tingkat ketimpangan secara ekonomi dapat berjalan secara alami.

5. Muamalah
Transaksi muamalat berdasarkan kerjasama berkeadilan. Tidak boleh menimbulkan bahaya (dharar), tidak boleh menimbulkan pertaruhan/perjudian (gharar), tidak
boleh tidak adil (dzalim), tidak memperdagangkan sesuatu yang diharamkan (muharramat), bebas dari asimetrik informasi dan moral hazard serta tidak menyimpang
dari Medina Market Rules.
PRINSIP DASAR EKONOMI & KEUANGAN SYARIAH
1. Instrumen Zakat

Prinsip Dasar 1 : Pengendalian Harta Individu


Prinsip Dasar 2 : Distribusi pendapatan yang inklusif

2. Instrumen Pelanggaran atas Riba

Prinsip dasar 3: bertransaksi produktif & berbagi hasil

3. Instrumen Pelnggaran atas Maysir atau Perjudian

Prinsip dasar 4: transaksi keuangan terkait erat sektor riil

4. Instrumen infaq, sadaqah, & wakaf

Prinsip dasar 5: Partisipasi social untuk penetingan public

5. Instrumen Aturan transaksi Muamalah

Prinsip dasar 6: bertransaksi atas dasar kerjasama dan keadilan


Moneter – KRITERIA SURAT BERHARGA & COUNTERPARTY
A. Surat Berharga

1. Kriteria Surat Berharga yang dapat digunakan dalam Operasi Moneter adalah sebagai berikut :
1. diterbitkan oleh Bank Indonesia dan/atau Negara Republik Indonesia;
2. dalam mata uang rupiah;
3. ditatausahakan di Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS);
4. tercatat di rekening perdagangan/aktif (active) di BI-SSSS; dan
5. tidak sedang diagunkan.
2. Jenis-jenis Surat Berharga yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud di atas terdiri dari :
1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) & Sertifikat Bank Indonesia (SBIS);
2. Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SBI); dan
3. Surat Berharga Negara (SBN), yang terdiri dari :
• Surat Utang Negara (SUN), yang terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi Negara termasuk
ZCB dan ORI; dan
• Surat Berharga Syariah Negara (SBS) termasuk SBSN Ritel.
3. Persyaratan Surat Berharga :
Untuk transaksi repo dalam rangka OPT dan lending facility :
1. SBI, SBIS dan SDBI memiliki sisa jangka waktu paling singkat 2 (dua) hari kerja pada saat second leg transaksi repo.
2. SBN Memiliki sisa jangka waktu paling singkat 3 (tiga) hari kerja pada saat second leg transaksi repo.
Moneter – KRITERIA SURAT BERHARGA & COUNTERPARTY
B. Peserta & Perantara Operasi Moneter

• Pihak yang dapat menjadi counterparty Bank Indonesia dalam pelaksanaan operasi moneter di pasar keuangan domestik, baik yang melibatkan transaksi rupiah maupun valuta asing harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:

1. Peserta Operasi Moneter


1. Peserta Operasi Moneter terdiri dari :
• Peserta OPT, yaitu Bank dan/atau pihak lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan
• Peserta Standing Facilities, yaitu bank
2. Persyaratan peserta Operasi Moneter adalah sebagai berikut:
• Berstatus aktif sebagai peserta BI-SSSS dan Sistem BI-RTGS;
• Tidak sedang dikenakan sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan Operasi Moneter;
• Wajib memiliki rekening giro Rupiah di Bank Indonesia;
• Wajib memiliki rekening giro valuta asing di Bank Indonesia dalam hal peserta operasi moneter mengikuti transaksi OPT di pasar valuta asing.
• Wajib memiliki rekening surat berharga di BI-SSSS dan/atau di lembaga kustodian yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
• Peserta Operasi Moneter wajib menyediakan dana yang cukup di rekening giro rupiah di Bank Indonesia dan/atau surat berharga yang cukup di rekening surat berharga di BI-SSSS atau
di lembaga kustodian untuk penyelesaian kewajiban pada tanggal penyelesaian transaksi
• Peserta Operasi Moneter yang mengikuti transaksi di pasar valuta asing wajib menyediakan dana di Bank Indonesia atau transfer dana ke rekening Bank Indonesia yang cukup
penyelesaian kewajiban pada tanggal penyelesaian transaksi
• Peserta OPT dapat mengikuti OPT secara langsung dan/atau tidak langsung melalui lembaga perantara.
3. Lembaga Perantara
1. Lembaga Perantara melakukan transaksi OPT untuk kepentingan peserta Operasi Moneter.
2. Lembaga Perantara sebagaimana dimaksud terdiri dari:
• Pialang pasar uang rupiah dan valuta asing; dan
• Pialang pasar modal yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia sebagai Dealer Utama.
3. Pialang pasar modal hanya dapat menjadi lembaga perantara dalam transaksi repo, transaksi reverse repo dan transaksi pembelian atau penjualan Surat Berharga secara outright.
4. Persyaratan Lembaga Perantara adalah sebagai berikut :
• Berstatus aktif sebagai Peserta BI-SSSS; dan
• Tidak sedang dikenakan sanksi terkait izin usaha oleh otoritas pengawas yang berwena
Moneter – PENYEMPURNAAN OPERASI MONETER
• Kondisi saat ini tuh pasar uang domestic bersifat permanen/structural
• Kelebihan likuiditas (supply tinggi, demand rendah) → suku bunga PUAB rendah
• Agar ga terlalu jauh dari suku bunga kebijakan BI rate → OPT dgn berbagai variasi tenor
• Caranya ada 2:
1. PERPANJANGAN PROFIL JATUH WAKTU SERTIFIKAT BANK INDONESIA
• Kekang SBI dari mingguan menjadi bulanan
• Tenor lebih panjang
• Likuiditas rupiah diutamakan kepada SBI
• DIIMPLEMENTASIKAN juni 2020 → transisinya dah dari 10 maret 2020
• Pada masa transisi diatur biar jauh waktunya disesuaikan pd minggu kedua setiap bukannya
• Pada masa transisis SBI 3 dan 6 bulan
• Disediakan kalender lelang SBI
• SBIS mengikuti jadwal ellang dan tenor SBI terpendek
2. PAKET KEBIJAKAN PENGUATAN MANAJEMEN MONETER DAN PENGEMBANGAN PASAR KEUANGAN ada 6
• Pelebaran koridor suku bunga PUAB O/N; diimplementasikan mulai 17 Juni 2010.
• Penerapan minimum one month holding period Sertifikat Bank Indonesia (SBI); diimplementasikan mulai 7 Juli 2010.
• Penambahan instrumen moneter non-securities dalam bentuk term deposit; berlaku mulai 7 Juli 2010.
• Penyempurnaan ketentuan mengenai Posisi Devisa Neto (PDN); berlaku mulai 1 Juli 2010.
• Penerbitan SBI berjangka waktu 9 dan 12 bulan; yang diimplementasikan pada minggu ke-II Agustus 2010 (SBI 9 Bulan)
• Penerapan mekanisme triparty repurchase (repo) Surat Berharga Negara (SBN);
Moneter – KOORDINASI KEBIJAKAN MONETER & FISKAL
• Rapat koordinasi
• Rapat cabinet
• Penyusunan bersama Asumsi Makro di APBN (bersama DPR juga)
• Pengelolaan UtangNegara
• TPI (Tim pengendalian inflasi) sejak 2005 terdiri dar Bank Indonesia dan departmen teknis terkait di Pemerintah seperti
Departemen Keuangan, Kantor Menko Bidang Perekonomian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen
Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen Perhubungan, dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Moneter – OBLIGASI NEGARA
• Obligasi adalah istilah dalam pasar modal untuk menyebut surat pernyataan utang penerbit obligasi terhadap pemegang obligasi. Ringkasnya, penerbit obligasi adalah pihak
yang berutang dan pemegang obligasi adalah pihak yang berpiutang. Berikut jenis-jenis obligasi secara umum yang perlu Anda ketahui:
• Obligasi terbagi 2 jenis berdasarkan nominalnya, yaitu:
• 1. Obligasi Konvensional, yaitu surat utang yang mempunyai nilai nominal besar, kurang lebih sebesar Rp1 miliar per lot.
• 2. Obligasi Ritel, yaitu surat utang yang mempunyai nilai nominal kecil, yakni misalnya Rp1 juta.
• Obligasi terbagi 3 jenis berdasarkan penerbitnya, yaitu:
• Corporate Bonds
• Jenis obligasi yang diterbitkan perusahaan tertentu, baik Pemerintah (BUMN) maupun swasta dengan masa jatuh tempo minimal 1 tahun. Sebagai contoh, PT Indofood Sukses
Makmur Tbk (INDF) menerbitkan obligasi senilai Rp2 triliun pada tahun 2014 dengan tingkat bunga tetap (fixed coupon) yang berjangka lima tahun.
• Government Bonds
• Jenis obligasi yang diterbitkan Pemerintah. Di Indonesia obligasi jenis ini pertama kali diterbitkan pada Agustus 2006. Obligasi pemerintah Indonesia terbagi lagi menjadi
beberapa jenis antara lain Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI), Sukuk Ritel (SukRi), Saving Bond Ritel (SBR) dan Sukuk Negara Tabungan (ST).
• 3. Municipal Bonds
• Jenis obligasi yang diterbitkan Pemerintah Daerah dengan tujuan untuk membiayai pembangunan yang berhubungan kepentingan publik.
• Obligasi terbagi 4 jenis berdasarkan sistem pembayaran bunganya, yaitu:
• 1. Zero Coupon Bond adalah jenis surat utang yang tidak ada bunga dan tidak memberikan kupon secara berkala. Umumnya, investor akan mendapatkan keuntungan dari
selisih harga jual diskonto dan nilai awal saat surat utang diperdagangkan. Jatuh tempo jenis obligasi zero coupon bond ini bervariasi, mulai dari di bawah satu tahun hingga
diatas 10 tahun.
• 2. Obligasi Kupon adalah surat utang yang memberikan bunga/kupon secara berkala kepada investornya. Adapun setiap kupon mewakili nominal tertentu sesuai kesepakatan
antara penerbit obligasi dengan investor.
• 3. Obligasi fixed coupon atau kupon tetap adalah obligasi yang menawarkan tingkat suku bunga yang nilainya tetap sampai jatuh tempo surat utang tiba.
• 4. Obligasi floating coupon atau kupon mengambang adalah obligasi yang menawarkan kupon yang bisa berubah besarannya mengikuti indeks pasar uang. Adapun kupon
batas minimal berarti kupon pertama yang ditetapkan akan menjadi besaran kupon minimal yang berlaku sampai jatuh tempo.
• Obligasi terbagi 2 jenis berdasarkan imbal hasil, yaitu:
Moneter – OBLIGASI NEGARA
• Denomisasi adalah istilah yang merujuk pada klasifikasi nilai nominal asli suatu sekuritas (face value) yang dimiliki oleh instrumen-instrumen
keuangan seperti kurs asing, koin, obligasi, dan sejumlah pendapatan investasi tetap lainnya.
• Nilai harga yang tercantum pada sebuah surat berharga.
• Istilah denominasi juga bisa diartikan sebagai kurs dasar dari suatu transaksi, atau nilai kurs dari suatu aset finansial. Adanya klasifikasi ini
dimaksudkan untuk memberi kemudahan dalam mengklarifikasi jenis pembayaran apa saja yang dapat diterima pada suatu transaksi perdagangan.
• Sementara itu, Par value adalah istilah untuk mendefinisikan denominasi pada instrumen finansial selain uang, yakni seperti surat obligasi,
atau investasi tetap lainnya yang setara dengan obligasi tersebut. Untuk obligasi, seseorang bisa melakukan pembelian obligasi dalam berbagai
macam nilai denominasi, Dalam konteks perdagangan di Amerika, rentang nilai denominasi yang bisa dipilih oleh pembeli adalah $50 sampai $10,000.
• Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya. Penyederhanaan denominasi (pecahan)
mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka 0) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut
Parameter Redenominasi Sanering
Penyederhanaan denominasi (pecahan) mata uang
menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara Pemotongan daya beli masyarakat melalui
Aksi
mengurangi digit (angka 0) tanpa mengurangi nilai pemotongan nilai uang
mata uang tersebut
Pengaruh terhadap harga barang Berpengaruh Tidak berpengaruh
Daya beli
Tetap Turun
Nilai uang terhadap barang
Kerugian Tidak Ya
Mengefisienkan dan menyamankan transaksi
Tujuan Mengurangi jumlah uang beredar
Menyetarakan ekonomi dengan negara regional
Makrekonomi stabil, ekonomi bertumbuh, inflasi
Kondisi saat pelaksanaan Makroekonomi labil, hiperinflasi
terkontrol
Momentum pelaksanaan Bertahap, persiapan matang dan terukur Mendadak, tanpa persiapan
Moneter – GIRO WAJIB MINIMUM (Gwm)

• Instrumen kebijakan moneter yang ditempuh BI sejak 2016 untuk meningkatkan fleksibilitas pengelolaan likuiditas oleh
perbankan, mendorong fungsi intermediasi perbankan, dan mendukung upaya pendalaman pasar keuangan. Berbagai
sasaran ini pada gilirannya akan meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter dalam menjaga stabilitas
perekonomian.
• Sebelumnya bersifat fixed/tetap (GWM primer hrs tiap akhir hari) → pemenuhan sebagian GWM primer secara rata2 pada
akhir periode tertentu
• GWM RUPIAH: 6,5% dari DPK (Dana Pihak Ketiga), porsi GWM RATA2 2% dari DPK (16 juli 2018)
• GWM VALAS: 8% dari DPK (Dana Pihak Ketiga), porsi GWM RATA2 2% dari DPK (1 okt 2018)
• GWM syariah 5% dari DPK, porsi GWM RATA2 2% dari DPK (1 okt 2018)

GWM COVID-19 → 1 MEI 2020


Penurunan GWM dalam rupiah bagi BUK yang semula 5,5% menjadi 3,5% dengan pemenuhan:
• Porsi GWM harian yang semula 2,5% menjadi 0,5%.
• Porsi GWM rata-rata tetap 3,0%.

Penurunan GWM dalam rupiah bagi BUS dan UUS yang semula 4% menjadi 3,5%, dengan pemenuhan:
• Porsi GWM harian yang semula 1,0% menjadi 0,5%.
• Porsi GWM rata-rata tetap 3,0%.

Perubahan besaran kelonggaran atas pemenuhan GWM dalam rupiah secara harian yang dapat diberikan bagi BUK, BUS, dan UUS yang
melakukan penggabungan atau peleburan dari semula 1% menjadi sebesar persentase kewajiban pemenuhan GWM dalam rupiah yang wajib
dipenuhi secara harian.
STABILITAS SISTEM
KEUANGAN
SSK - IKHTISAR
• Stabilitas Sistem Keuangan → suatu kondisi yang memungkinkan sistem keuangan nasional berfungsi secara efektif dan efisien serta
mampu bertahan terhadap kerentanan internal dan eksternal sehingga alokasi sumber pendanaan atau pembiayaan dapat berkontribusi
pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional
• SSK:
• Undang-Undang No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
• Undang-Undang No.9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan
• Peraturan Bank Indonesia No.16/11/PBI/2014 tentang Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial
• Sistem keuangan → suatu sistem yang terdiri atas lembaga keuangan, pasar keuangan, infrastruktur keuangan, serta perusaahaan non
keuangan dan rumah tangga, yang saling berinteraksi dalam pendanaan dan/atau penyediaan pembiayaan pertumbuhan perekonomian.

Bagi Bank Indonesia, penguatan kewenangan yang diamanatkan selama covid-19 meliputi:
1. pemberian Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek/Pembiayaan Likuiditas Jangka Pendek Syariah (PLJP/PLJPS) untuk bank sistemik dan bank selain bank
sistemik;
2. pemberian Pinjaman Likuiditas Khusus (PLK) kepada bank sistemik yang mengalami kesulitan likuiditas dan tidak memenuhi persyaratan PLJP/PLJPS yang
dijamin oleh Pemerintah dan diberikan berdasarkan Keputusan KSSK
3. pembelian Surat Utang Negara (SUN) dan/atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) berjangka panjang di pasar perdana untuk penanganan
permasalahan sistem keuangan yang membahayakan perekonomian nasional, termasuk untuk tujuan tertentu khususnya dalam rangka pandemi COVID-
19;
4. pembelian/repo SBN milik LPS untuk biaya penanganan permasalahan solvabilitas bank sistemik dan bank selain bank sistemik;
5. mengatur kewajiban penerimaan dan penggunaan devisa bagi penduduk termasuk ketentuan mengenai penyerahan, repatriasi, dan konversi devisa
untuk menjaga kestabilan makroekonomi dan system keuangan;
6. pemberian akses pendanaan kepada korporasi/swasta dengan cara repo SUN/SBSN yang dimiliki korporasi/swasta melalui perbankan.
SSK – KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL
• Kebijakan makroprudensial → kebijakan yang memiliki tujuan untuk memelihara stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan melalui pembatasan
risiko sistemik. Pendekatan top down jadi seluruh elemen ikutan

• Risiko sistemik → potensi instabilitas akibat terjadinya gangguan yang menular (contagion) pada sebagian atau seluruh sistem keuangan karena
interaksi dari faktor ukuran (size), kompleksitas usaha (complexity), keterkaitan antarinstitusi dan/atau pasar keuangan (interconnectedness), serta
kecenderungan perilaku yang berlebihan dari pelaku atau institusi keuangan untuk mengikuti siklus perekonomian (procyclicality). PERTEMUAN
ANTARA SHOCK → VULNERABILITY

• Makroprudensial → moneter, mikroprudensial, fiscal → menjaga stabilitas sistem keuangan

PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL

• Sejak 2020, Bank Indonesia menempuh pendekatan pengawasan dengan menggunakan Dynamic Systemic Risk Surveillance (DSRS).

• DSRS merupakan kerangka surveilans risiko sistemik dari dimensi keterkaitan mikrofinansial (microfinancial linkages) yang bersifat forward
looking dan terintegrasi dengan mempertimbangkan seluruh informasi pengawasan yang dimiliki dan dapat diakses Bank Indonesia.

• DSRS dilakukan melalui asesmen terhadap risiko idiosyncratic individual bank beserta dampak rambatan (contagion effect) yang ditimbulkan, untuk
kemudian menilai eskalasi risiko sistemik yang terjadi pada sistem keuangan.
INSTRUMEN MAKROPRUDENSIAL – COUNTERCYCLICAL BUFFER
• Countercyclical buffer (CCB): tambahan modal yang berfungsi sebagai penyangga (buffer) untuk mengantisipasi kerugian apabila terjadi
pertumbuhan kredit dan/atau pembiayaan perbankan yang berlebihan (excessive credit growth) sehingga berpotensi mengganggu
stabilitas sistem keuangan.
• Risiko ini terkait dengan perilaku prosiklikalitas penyaluran kredit perbankan, yakni cenderung meningkat saat periode ekonomi ekspansi
(boom) dan melambat pada periode ekonomi kontraksi (bust).
• Besarnya 0% - 2,5% dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
• BI pantau CCB 1 kali dalam 6 bulan
• Secara umum, Bank Indonesia akan meningkatkan besaran CCB pada saat ekonomi sedang ekspansi, sebaliknya Bank Indonesia akan
menurunkan besaran CCB pada saat ekonomi sedang kontraksi. Kebijakan ini tidak terpisahkan dari ketentuan permodalan perbankan
yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diharapkan akan memperkuat daya tahan perbankan
• Saat ini CCB 0% semenjak 1 Januari 2016 – 19 Mei 2020
• CCB wajib dipenuhi dengan komponen Modal Inti Utama (Common Equity Tier)
• Kalo naik penyesuaiannya paling cepat 6 – 12 bulan
• Kalo turun penyesuaiannya langsung saat ditetapkan
INSTRUMEN MAKROPRUDENSIAL – RASIO LTV/ FINANCING TO VALUE (FTV)
• Rasio antara nilai kredit/pembiayaan yang dapat diberikan oleh Bank Umum Konvensional maupun Syariah terhadap nilai agunan berupa
properti pada saat pemberian kredit/pembiayaan berdasarkan hasil penilaian terkini.

• Uang Muka Kredit/Pembiyaan Kendaraan Bermotor adalah pembayaran di muka sebesar persentase tertentu dari nilai harga kendaraan
bermotor yang sumber dananya berasal dari debitur atau nasabah.

• Melonggarkan ketentuan Uang Muka Kredit/Pembiayaan Kendaraan Bermotor menjadi paling sedikit 0% untuk semua jenis
kendaraaan bermotor baru, untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor otomotif dengan tetap memerhatikan prinsip
kehati-hatian dan manajemen risiko, berlaku efektif 1 Maret 2021 sampai dengan 31 Desember 2021 (Lampiran 1);
• Melonggarkan rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) Kredit/Pembiayaan Properti menjadi paling tinggi 100% untuk
semua jenis properti (rumah tapak, rumah susun, serta ruko/rukan), bagi bank yang memenuhi kriteria NPL/NPF tertentu, dan
menghapus ketentuan pencairan bertahap properti inden untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor properti dengan
tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko, berlaku efektif 1 Maret 2021 sampai dengan 31 Desember
2021 (Lampiran 2);
INSTRUMEN MAKROPRUDENSIAL – RASIO INTERMEDIASI MAKROPRUDENSIAL (RIM)
• Intermediasi adalah (perantara keuangan) proses pembelian sejumlah dana yang berasal unit surplus (penabung) dan kemudian menyalurkannya
kembali ke unit (deficit) peminjam, yang merupakan unit usaha, pemerintah, dan juga rumah tangga)
• Instrumen makroprudensial yang ditujukan pada pengelolaan fungsi intermediasi perbankan agar sesuai dengan kapasitas dan target
pertumbuhan perekonomian serta dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian.
• Investasi bank pada surat berharga
• Giro RIM/RIM Syariah adalah saldo giro dalam rekening Giro Rupiah di Bank Indonesia yang wajib dipelihara oleh BUK, BUS, dan UUS untuk
pemenuhan RIM/RIM Syariah.

NPL/NPF KPMM Parameter Disinsentif


Bawah
≥ 5% - 0,00
< 5% KPMM ≤ 14% 0,00
14% < KPMM ≤ 19% 0,10
• Memperluas cakupan SSB (subsidi selisih bunga) yang dimiliki
dalam formula perhitungan RIM/RIMS dengan menambahkan KPMM > 19% 0,15
satu komponen baru, yaitu wesel ekspor, dalam perhitungan
RIM/RIMS yang tetap 84%-94%.
• Memberlakukan kembali secara bertahap disinsentif berupa
kewajiban giro RIM/RIMS sebagaimana berikut bagi bank-bank
dengan RIM/RIMS di bawah 75% sejak 1 Mei 2021, di bawah 80%
sejak 1 September 2021 dan dibawah 84% sejak 1 Januari 2022.
• Parameter disinsentif batas atas RIM/RIMS ditetapkan sebesar
0,00 untuk bank dengan KPMM di bawah atau sama dengan 14%
maupun bank dengan KPMM di atas 14%.
INSTRUMEN MAKROPRUDENSIAL – PENYANGGA LIKUIDITAS MAKROPRUDENSIAL (PLM)
• Cadangan likuiditas minimum dalam rupiah yang wajib dipelihara oleh BUK dan BUS dalam bentuk surat berharga dalam rupiah yang
dapat digunakan untuk operasi moneter, yang besarnya ditetapkan oleh BI sebesar persentase tertentu dari DPK BUK DAN BUS.

• fitur fleksibilitas, yang berarti bahwa pada kondisi tertentu maka surat berharga tersebut dapat digunakan dalam transaksi repo kepada
Bank Indonesia dalam Operasi Pasar Terbuka sebesar persentase tertentu dari DPK BUK dan BUS dalam rupiah.

• Melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif dengan mempertahankan rasio Countercyclical Buffer (CCB) sebesar 0%, rasio
Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 6% dengan fleksibilitas repo sebesar 6%, serta rasio PLM Syariah sebesar 4,5%
dengan fleksibilitas repo sebesar 4,5%;
INSTRUMEN MAKROPRUDENSIAL – PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK (PLJP)
• pinjaman dari Bank Indonesia kepada Bank untuk mengatasi kesulitan Likuiditas Jangka Pendek yang dialami oleh Bank.
• Kesulitan likuiditas jangka pendek adalah keadaan yang dialami Bank yang disebabkan oleh terjadinya arus dana masuk yang lebih kecil
dibandingkan dengan arus dana keluar dalam rupiah yang dapat membuat Bank tidak dapat memenuhi kewajiban GWM.
• ADA DI FILE NO 013
PERAN BI DALAM MANAJEMEN KRISIS – PROTOKOL MANAJEMEN KRISIS (PMK)
• Protokol: sebuah sistem aturan yang menjelaskan praktek2 (conduct) dan prosuedeur yang benar yg hrs dijalankan pd situasi tertentu

• Protokol Manajemen Krisis (PMK) dalam sistem keuangan menjadi penting dalam upaya penyelesaian krisis (crisis resolution) karena PMK akan
membantu para otoritas keuangan bereaksi dan mengambil langkah-langkah yang tepat dan terkoordinasi untuk mengatasi krisis dalam waktu cepat.

• UU no 9 tahun 2016 tntg pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan

• Dipegang oleh KSSK dgn amanat untuk memperkuat peran, fungsi, dan koordinasi dalam rangka pemantauan dan pemeliharaan stabilitas sistem
keuangan, penanganan kondisi krisis sistem keuangan, serta penanganan permasalahan Bank Sistemik, baik dalam kondisi sistem keuangan normal
maupun kondisi krisis sistem keuangan.

• Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK): Kepala SSK Kementrian Keuangan, BI, OJK, dan LPS. → Simuasi Pencegahan dan Penanganan Krisis Nasional
(Simkrisnas).

• Diimplementasikan dalam 2 scope utama:

1. Pencegahan krisis: subprotokol 9: subprotokol fiskal dan pasar SBN (dibawah kewenangan Kementerian Keuangan); subprotokol moneter-nilai tukar,
makroprudensial dan sistem pembayaran (dibawah kewenangan Bank Indonesia); subprotokol perbankan, pasar saham dan IKNB (dibawah
kewenangan OJK); serta subprotokol penjaminan simpanan (dibawah kewenangan LPS).

2. Penanganan krisis

KEMENKEU KOORDINATOR + ANGGOTA DGN SUARA, GUBERNUR BI DGN SUARA, DEWAN KOMISIONER OJK DGN SUARA, DEWAN KOMISIONER LPS TANPA
HAK SUARA → KEPADA PRESIDEN
KOORDINASI BI DGN LEMBAGA/OTORITAS LAIN

• Koordinasi BI-OJK dijalankan dalam kerangka Forum Koordinasi Makroprudensial – Mikroprudensial (FKMM), sedangkan kerjasama dan koordinasi
BI dan LPS dilakukan dalam kerangka penjaminan dan resolusi bank.

• Focal Point (BI OJK LPS)

• Financial Stability Board (FSB)

• Basel III → kerangka permodalan dan standar ikuiditas liquidity coverage ratio (LCR)
PERKEMBANGAN UMKM

• Akses keuangan → kendala

• UMKM penting → produk domestic bruto & penyerapan tenaga kerja, ketahanan ekonomi yang baik

• Keterbatasan laporan keuangan dr UMKM pdhl itu menjadi alat utama lembaga keuangan dalam menilai kelayakan kredit
• Kebijakan Pengembangan UMKM Bank Indonesia diimplementasikan sebagai bagian dari program strategis Bank Indonesia sebagai berikut:
1. Memperkuat efektivitas kebijakan moneter dan bauran kebijakan BI untuk mencapai stabilitas nilai Rupiah.
2. Memperkuat sinergi bauran kebijakan BI dengan kebijakan fiskal dan reformasi struktural pemerintah dalam mengelola defisit transaksi berjalan
dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
3. Memperkuat kebijakan dan surveilans makroprudensial untuk turut memelihara SSK.
4. Memperkuat kebijakan BI dan sinergi dengan kebijakan pemerintah dan OJK untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan digital.
5. Mengembangkan kebijakan BI yang bersinergi dengan pihak lainnya untuk mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan Syariah.
6. Memperkuat kerjasama internasional untuk memperjuangkan kepentingan BI dan Republik Indonesia

• Peta Jalan UMKM: UMKM potensial, UMKM success/link to market and finance, UMKM go digital, dan UMKM go export

• Sementara itu, ruang lingkup pengembangan produk UMKM meliputi pengembangan produk volatile food, local economic development serta
Wirausaha Bank Indonesia (WUBI). Pada aspek percepatan akses, pengembangan didorong dari akses financial, market, knowledge network, serta
inovasi dan digitalisasi.
PERAN BI DALAM SSK – KEUANGAN INKLUSIF
• Financial inclusion/keuangan inklusif menjadi tren, terutama kepada kelompok in the bottm of the pyramid ((pendapatan rendah dan tidak
teratur, tinggal di daerah terpencil, orang cacat, buruh yang tidak mempunyai dokumen identitas legal, dan masyarakat pinggiran) yang
umumnya unbanked yang tercatat sangat tinggi di luar negara maju.
• Pada G20 Pittsbugh Summit 2009, anggota G20 sepakat perlunya peningkatan akses keuangan bagi kelompok ini yang dipertegas pada
Toronto Summit tahun 2010, dengan dikeluarkannya 9 Principles for Innovative Financial Inclusion sebagai pedoman pengembangan
keuangan inklusif. Prinsip tersebut
adalah leadership, diversity, innovation, protection, empowerment, cooperation, knowledge, proportionality, dan framework.
• Mengapa perlu keuangan inklusif?
• Berbagai alasan menyebabkan masyarakat dimaksud menjadi unbanked, baik dari sisi supply (penyedia jasa) maupun demand (masyarakat),
yaitu karena price barrier (mahal), information barrier (tidak mengetahui), design produk barrier (produk yang cocok) dan channel barrier
(sarana yang sesuai). Keuangan inklusif mampu menjawab alasan tersebut dengan memberikan banyak manfaat yang dapat dinikmati oleh
masyarakat, regulator, pemerintah dan pihak swasta, antara lain sebagai berikut:
• Meningkatkan efisiensi ekonomi.
• Mendukung stabilitas sistem keuangan.
• Mengurangi shadow banking atau irresponsible finance.
• Mendukung pendalaman pasar keuangan.
• Memberikan potensi pasar baru bagi perbankan.
• Mendukung peningkatan Human Development Index (HDI) Indonesia.
• Berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional yang sustain dan berkelanjutan.
• Mengurangi kesenjangan (inequality) dan rigiditas low income trap, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang pada
akhirnya berujung pada penurunan tingkat kemiskinan.
PERAN BI DALAM SSK – KEUANGAN INKLUSIF
Bagaimana penerapan keuangan inklusif? Dua
pendekatan:
1. Komprehensif menyusun suatu strategi
nasional: Indonesia, Nigeria, Tanzania
2. Program terpisah, misal edukasi keuangan:
Amerika Serikat

Secara umum, pendekatan melalui suatu strategi


nasional mencakup 3 aspek:
1. Penyediaan sarana layanan yang sesuai
2. Peyediaan produk yang cocok
3. Responsible finance melalui edukasi keuangan &
perlindungan konsumen
PERAN BI DALAM SSK – PROGRAM KEUANGAN INKLUSIF
• Kebijakan keuangan inklusif adalah suatu bentuk pendalaman layanan keuangan (financial service deepening) yang ditujukan kepada
masyarakat in the bottom of the pyramid untuk memanfaatkan produk dan jasa keuangan formal seperti sarana menyimpan uang yang
aman (keeping), transfer, menabung maupun pinjaman dan asuransi. Hal ini dilakukan tidak saja menyediakan produk dengan cara yang
sesuai tapi dikombinasikan dengan berbagai aspek.
IKHTISAR

• Sistem keuangan → suatu sistem yang terdiri atas lembaga keuangan, pasar keuangan, infrastruktur keuangan, serta perusaahaan non
keuangan dan rumah tangga, yang saling berinteraksi dalam pendanaan dan/atau penyediaan pembiayaan pertumbuhan perekonomian.
• Stabilitas Sistem Keuangan → suatu kondisi yang memungkinkan sistem keuangan nasional berfungsi secara efektif dan efisien serta
mampu bertahan terhadap kerentanan internal dan eksternal sehingga alokasi sumber pendanaan atau pembiayaan dapat berkontribusi
pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional
• Kebijakan makroprudensial → kebijakan yang memiliki tujuan untuk memelihara stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan melalui
pembatasan risiko sistemik. Pendekatan top down jadi seluruh elemen ikutan
• Bisa terjadi dalam 2 dimensi:
1. Cross section (antar subjek): concentration risk, mayoritas bank smsm ngasih di property (KONSENTRASI DALAM SATU PERIODE)
2. Time series (runtut waktu): peningkatan kredit yg terus menerus dalam jangka waktu tertetnu, nanti disektor property risikonya tinggi
(ELEMEN SISTEM KEUANGAN DALAM RUNTUT WAKTU)
• Pembentukan risiko sistemik dalam sistem keuangan melalui 3 tahapan:
1. Build up phase/overheating dalam sistem keuangan
2. Shock materialization: fase awal krisis, adanya tekanan dalam sistem keuangan
3. Amplification & propragation: risikonya menyebar/menulasnya dampak krisis
• Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK): OJK, BI, KEMENKEU (KETUA), LPS (tanpa haksuara)
KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL
• Kebijakan Makroprudensial berdasarkan 4 tahapan strategi operasional:
1. Balanced Approach: identifikasi prioritas risiko sistemik, assessmen internal, identifikasi shock & vulnerability → melalui survei
stakeholder dan analisis data2
2. Assessment: fokus kepada prioritas risiko sistemik, mmelakukan monitoring,stress identification, & risk assessment matrix
- kalo aman yaudah kontrol kayak biasa
- Bs pengawasan on site jg
- Kalo patut diwaspadai, akan keluar kebijakan makroprudensial baru utk memitigasi, nnt setelah itu dievaluasi lagi
- Kalo potensi krisis, BI akan mengaktifkan Protokol Manajemen Krisis
3. Perumusan kebijakan makroprudensial:
- Loan to value (mencegah konsentrasi kredit yg terlalu tinggi pada sektor yang beresiko tinggi)
- Countercyclical capital buffer: agar perbankan menabung pada kondisi ekonomi baik, sehingga tetap dapat menyalurkan kredit di kondisi
resesi
- Giro Wajib Minimum (GWM) / Loan to Funding Ratio: kecukupan likuiditas bank dan mendorong kredit ke sektor produktif aja
4. Koordinasi dengan OJK, LPS, KEMENKEU → PROTOKOL MANAJEMEN KRISIS
KEMEKEU : assessmen fiscal
BI : moneter, makroprudensial, sistem pembayaran
OJK: mikroprudensial
LPS: penjamin simpanan
→ Kalo krisis nanti minta pendapat presiden utk mengambil keputusan apakah krisis atau tidak
KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL

• Pengawasan on site: risiko likuiditas, risiko kredit, risiko pasar, risiko


permodalan. Liat dari NPL lembaga keuangan juga
SISTEM PEMBAYARAN
SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA
• Adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang dipakai untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi
suatu kewajiban yang timbul dari suatu keguatan ekonomi
• Otorisasi → kliring → pemrosesan akhir (settlement)
SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA - EVOLUSI
• 3 unsur penggerak: inovasi teknologi & model bisnis, tradisi masyrakat & kebijakan otoritas.
• Barter → uang komoditas (garam, teh, tembakau, biji2an) → hewan ternak → gandum, sayuran, tumbuhan
• → Uang primitive (cangkang kerang/cangkang hewan) → potongan kulit rusa putih
• 1661, pertama kali di Swedia → uang kertas. Pabriknya di spanyol tahun 1150.
SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA – SISTEM PEMBAYARAN TUNAI & NON TUNAI
• Tunai → uang kartal (kertas dan logam) sebagai alat pembayaran
• Non Tunai → APMK (alat pembayaran menggunakan kartu), cek, bilyet giro, nota debit, uang elektronik (card based.server based)
• Non tunai:
1. Nilai besar (wholesale) → penting & segera (urgent) → transaksi antar bank, transaksi di pasar keuangan, dan transaksi > 1 M → BI-RTGS & BI-
SSSS
2. Ritel → antar individu, < 1M, bernilai kecil & tinggi frekuensinya. → Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI(
SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA – EVOLUSI YG DINAMIS
• Non tunai/non cash → paper based (cek & bilyet giro) & card based (kartu atm, kartu kredit, kartu prabayar)
• Elektronik → chip based & server based
• Platform → web, mobile, unstructured supplementary service data (USSD) dan SIM Toolkit
• Virtual currency → dengan cara mining, pembelian atau transfer pemberian (reward).
SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA – PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN SAAT INI

• Payment-versus-Payment (PvP) pada Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (-RTGS). Layanan penyelesaian settlement dari transaksi jual beli
valuta asing khususnya United States Dollar (USD) terhadap Indonesian Rupiah (IDR) dilakukan secara bersamaan. Hal ini untuk menghindari terjadinya risiko
kegagalan settlement pada saat pertukaran nilai uang dilakukan. Selain itu, dengan kecenderungan transaksi pembayaran ke depan yang semakin tiada
batas, tentu memunculkan kebutuhan likuiditas yang semakin tinggi bagi para pelaku ekonomi, antara lain munculnya ragam derivasi produk keuangan
global dan hilangnya batasan wilayah ekonomi regional yang digagas melalui MEA maupun kerjasama regional lainnya.

• Penyatuan penyelenggaraan fungsi settlement surat berharga BI-SSSS ke dalam penyelenggaraan fungsi sistem pembayaran dan settlement di Bank
Indonesia. Penyatuan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi penyelenggaraan kegiatan settlement dana dan surat berharga berikut
infrastruktur dan sumber daya manusia yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas layanan Bank Indonesia kepada stakeholders terkait.

• Penyempurnaan SKNBI dilakukan untuk meminimalkan risiko kredit pada kliring debet. Penerapan prinsip no money no game pada proses penghitungan
kliring debet yang baru, menuntut bank untuk selalu menjaga kecukupan pendanaan awal agar dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban tagihan
pembayaran dari bank lainnya.

• Penciptaan interoperabilityantar sistem yang digunakan demi terciptanya keamanan dan efisiensi sistem pembayaran. Standardisasi nasional instrumen
kartu ATM/Debet adalah salah satunya. Dilatarbelakangi oleh isu keamanan bertransaksi dalam menggunakan kartu ATM/Debet, penggunaan teknologi chip
pada kartu ATM/Debet diyakini dapat meminimalkan timbulnya kejahatan fraud pada kartu ATM/Debet. Selain itu, interoperability antar sistem juga
diciptakan pada penyelenggaraan uang elektronik
SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA – PERKEMBANGAN KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN
SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA – BLUEPRINT

• Tantangan kebijakan bagi otoritas ekonomi dan keuangan di era digital, khususnya Bank Indonesia adalah mencari titik keseimbangan yang tepat antara
upaya mengoptimalkan peluang yang diusung oleh inovasi digital dengan upaya untuk memitigasi risiko. VISI:
SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA – BLUEPRINT

• INISIATIF:
BI – RTGS → minimal 100jt rupiah
• Settlement dilakukan seketika per transaksi secara individual
• High value payment system (HVPS), transaksi besar, bersifat urgent
• 2016 → BI-RTGS Generasi II → liquidity saving management tujuan manajemen risiko & efisiensi dalam pengelolaan likuiditas
• 90% di seluruh transaksi pembayaran di Indpnesia → systematically important payment system
• Sistem BI-RTGS didisain untuk memastikan penyelesaian akhir dapat dilakukan secara gross settlement, real time, final dan irrevocable
• Gridlock Resolution. Mekanisme ini bertujuan untuk mencegah kemacetan (gridlock) yaitu kondisi dimana sejumlah peserta tidak mampu menyelesaikan
kewajibannya karena masih menunggu tagihannya diselesaikan. Gridlock Resolution dijalankan secara otomatis pada Sistem BI-RTGS pada setiap waktu
tertentu,
• Throughput Guidellines merupakan suatu target prosentase tertentu dari total transaksi yang dilakukannya selama 1 hari.
• Zona transaksi (Zona I, Zona II, dan Zona III). Masing-masing Zona mempunyai batas presentase yang ditetapkan Penyelenggara antara lain Zona I (min 30%),
Zona II (min 30%), dan Zona III (max 30%).
• Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) dan Fasilitas Likuiditas Intrahari Syariah (FLIS) adalah fasilitas cadangan pendanaan likuiditas yang disediakan oleh
penyelenggara untuk Sistem BI-RTGS, yang hanya dapat digunakan dalam hari satu hari. → likuiditas sementara/intraday gap → jaminan yg berkualitas SBI
dan SBN wajib diselesaikan pada hari yang sama. 1 Nov 2018 → udah gratis
• Settlement Processor → penyelesaian akhir bagi transaksi pembiayaan ritel, pembukuan hasil kliring SKNBI & hasil kliring ATM/karu debit/kartu kredit
• Punya CONTINGENCY PLAN & BUSINESS CONTINUITY PLAN.
• Untuk peserta ada → sarana back up pada lokasi penyelenggara dalam rangka gangguan atau keadaan darurat, fasilitas guest bank
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)

o. ​Jenis Biaya Pukul 06.30 s.d. 10.00 ​Di atas Pukul 10.00 s.d. 14.00 ​Di atas Pukul 14.00 s.d. cut
WIB WIB off

​1 Transaksi single credit Rp.9.000,00 Rp18.000,00 Rp23.000,00

​2 Transaksi multiple credit Rp35.000,00 Rp35.000,00 Rp50.000,00

​3 Transaksi single credit Rp0,00 Rp0,00 Rp0,00


antar-Peserta untuk
nasabah dalam rangka TSA
BI – RTGS – BI sebagai Otoritas
• Pemberi izin dalam penyelanggaran sistem pembayaran, mewajibkan penyelenggara lapor ke BI, menetapkan alat pembayaran
• Regulator (pembuata ketentuan) dan Overseer (pengawas).
• Overseer: memastikan peserta memenuhi primsip 10 core principles for systematically important payment system (CP-SIPS) dari Bank for International
Settlement. → memastikan keamanaan dari penyelenggaran dan peserta → IT security audit
• Mewajibkan uji coba terhadap back up dan rencana penanggulangan kondisi darurat tsb secara periodic
BI – RTGS – BI sebagai Penyelenggara
• Dalam menjalankan peran sebagai Penyelenggara (Operator) memiliki tanggung jawab antara lain:
1. Menyelenggarakan Sistem BI-RTGS dengan menerapkan prinsip efisien, cepat, aman dan handal.
2. Memberikan penjelasan kepada Peserta mengenai risiko finansial sehubungan keikutsertaannya dalam Sistem BI-RTGS dan peserta harus mengelola risiko
tersebut.
3. Memastikan kepatuhan peserta terhadap ketentuan yang telah ditetapkan, termasuk menerima laporan internal audit terkait penyelenggaraan Sistem BI-
RTGS oleh peserta.
Dalam penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, penyelenggara menyediakan infrastruktur dan pelayanan kepada peserta antara lain meliputi:
• Infrastruktur dan fasilitas untuk penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, antara lain perangkat keras, aplikasi RCN (software), jaringan komunikasi data (leased line),
fasilitas dial up, dan fasilitas pendukung lainnya.
• Help-desk untuk membantu peserta dalam menghadapi kesulitan operasional.
• Memberi pelatihan kepada peserta.
• memiliki prosedur penanganan kondisi gangguan/darurat (Disaster Recovery Plan (DRP) dan Business Continuity Plan (BCP) dan melakukan uji coba secara
berkala dengan melibatkan peserta.
• mengadakan pertemuan rutin dengan kelompok pengguna (user group).
BI – RTGS – Peserta
• Peserta Langsung → mengirimkan transaksi BI RTGS dengan identitas sendiri
• Peserta Tidak Langsung → menggunakan identitas peserta langsung.

Jenis Biaya ​s.d Pukul 10.00 ​ Pukul 10.00


> ​> 14.00 WIB
SLA WIB s.d. 14.00 WIB
• Maksimal 2 jam dari perintah transfer

BI ke Bank ​Rp6.000,00 ​Rp15.000,00 ​Rp21.000,00


(belum
termasuk
pajak)​
​Bank ke Maksimal Rp30.000,00​ ​
Nasabah

• Biaya Transaksi Single Credit adalah biaya yang dikenakan untuk pengiriman satu kali
transaksi.
• Biaya Transaksi Multiple Credit adalah biaya yang dikenakan untuk pengiriman transaksi
yang bersifat bundel untuk dua transaksi atau lebih sampai dengan sepuluh transaksi.
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
• Transaksi dalam nilai besar → suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya
dilakukan secara seketika per transaksi → 17 November 2020
• High Value Payment Sistem/transaksi senilai 100 juta (minimal 100jt)
• Gross settlement, real time, final, dan irrevocable
• No money, no game
• Gridlock resolution → mencegah kemacetan yaitu kondisi dimana sejumlah peserta tidak mampu menyelesaikan kewajibannya karena
masih menunggu tagihannya diselesaikan
• Throughput Guidelines → suatu target prosentase tertentu dari total transaksi yang dilakukannya selama 1 hari, biar di akhir hari ga
numpuk
• Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) dan Fasilitas Likuiditas Intrahari Syariah (FLIS) adalah fasilitas cadangan pendanaan likuiditas yang
disediakan oleh penyelenggara, yang hanya dapat digunakan dalam hari satu hari. FLI/FLIS dapat dimanfaatkan oleh peserta untuk
mengatasi kesulitan likuiditas peserta yang bersifat sementara atau mengalami intraday gap. Intraday gap mungkin saja terjadi karena
pemrosesan transaksi BI-RTGS yang bersifat gross settlement menyebabkan penyelesaian per transaksi dilakukan secara terus-menerus
sepanjang hari, sehingga diperlukan likuiditas yang tinggi. Pemanfaatan FLI/FLIS oleh peserta tetap mensyaratkan jaminan yang
berkualitas, biasanya dalam bentuk SBI atau SWBI dan wajib diselesaikan pada hari yang sama.
• Settlement process → penyelesaian akhir bagi transaksi, meliputi pembukuan hasil kliring (SKNBI) dan hasil kliring ATM/kartu lain
• Penanganan darurat: contingency plan, fasilitas back up, dan business continuity plan (BCP)
• 10 core principles for systematically important payment system
• Bye Laws BI-RTGS → kesepakatan teknis antar peserta yang belum
Diatur dalam ketentuan BI atau perjanjian lain
BI – SSSS (Bank Indonesia Scriptless Securities Settlement System )
• Sarana penatausahaan transaksi dan surat berharga yang dilakukan secara elektronik
• BI-SSSS menggabungkan sistem transaksi Bank Indonesia dengan sistem penatausahaan Surat Berharga. Kegiatan transaksi Bank Indonesia mencakup:
1. Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (OPT).
2. Pemberian fasilitas pendanaan Bank Indonesia kepada Bank.
3. Pelaksanaan transaksi Surat Berharga Negara (SBN) untuk dan atas nama Pemerintah.
4. Pasar uang jg
• Sementara kegiatan penatausahaan Surat Berharga mencakup kegiatan setelmen, registrasi kepemilikan, dan pembayaran kupon/pelunasan Surat Berharga.
Kegiatan transaksi dan penatausahaan dilakukan dalam satu sistem yang terintegrasi dan terhubung langsung (on-line) antara Bank Indonesia dengan para
pelaku pasar. Selain itu, BI-SSSS mencakup juga sistem informasi antar peserta dan penyelenggara BI-SSSS, sistem setelmen surat berharga dan sistem
penatausahaan surat berharga.
• Setelmen Surat Berharga melalui BI-SSSS dilakukan secara seamless dengan sistem setelmen dana Peserta melalui sistem BI-RTGS yang memungkinkan
Peserta BI-SSSS memanfaatkan fasilitas setelmen secara Delivery Versus Payment (DVP) yang dapat dilakukan secara cepat dan seketika sehingga risiko
setelmen Surat Berharga dapat diminimalkan. • Bank Indonesia.
• Sesuai dengan fungsinya, peserta BI-SSSS terdiri dari; • Peserta transaksi yaitu Bank Indonesia, bank, Perusahaan Pialang Pasar Uang dan
Perusahaan Efek, serta Lembaga lain yang disetujui oleh Bank Indonesia seperti
1. Bank Indonesia Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
• Peserta transaksi dan sekaligus sebagai pemilik rekening surat berharga yaitu
2. Kementerian Keuangan
Bank Indonesia, bank dan Sub-Registry.
3. Bank
4. Lembaga penyimpanan dan penyelesaian
5. Perusahaan efek; dan
6. Lembaga lain yang disetujui oleh Bank Indonesia;
BI ETP – Bank Indonesia Electronic Trading Platform BI EPT
• Sarana transaksi yang dilakukan secara elektronik
SISTEM PEMBAYARAN RITEL – APMK, UANG ELEKTRONIK
• Kartu kredit: → APMK yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi
pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai, di mana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau
penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang disepakati baik dengan pelunasan secara sekaligus (charge
card) ataupun dengan pembayaran secara angsuran.
1. Magnetic stripe dapat digunakan apabila kartu kredit digunakan di luar negeri
2. Skrg itu udah di DIP -→ karena pake chip
• Kartu ATM: APMK yang dapat digunakan untuk melakukan penarikan tunai dan/atau pemindahan dana di mana kewajiban pemegang kartu dipenuhi
seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada bank atau lembaga selain bank yang berwenang untuk menghimpun dana
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
1. Magnetic stripe yang masih diperbolehkan secara terbatas untuk kartu ATM dan/atau kartu debet yang diterbitkan atas dasar rekening simpanan yang
ditetapkan memiliki saldo paling banyak Rp5 juta berdasarkan perjanjian tertulis antara penerbit dan nasabah.
• Kartu debit: APMK yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi
pembelanjaan, di mana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada bank atau
lembaga selain bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
• Uang elektronik, unsur:
1. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit
2. Nilai uang yang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip
3. Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai
perbankan.
SISTEM PEMBAYARAN RITEL – CEK
• Cek adalah perintah tidak bersyarat dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk membayar suatu jumlah tertentu pada saat diunjukkan. Dalam
penggunaan Cek berlaku prinsip umum sebagai berikut:​
1. Sebagai sarana perintah pembayaran tunai atau pemindahbukuan.
2. Dapat dipindahtangankan.
3. Diterbitkan dalam mata uang Rupiah.
• Jenis Cek
1. Cek Atas Nama (Aan Order), Cek yang mencantumkan nama penerima dana. Bank Tertarik akan melakukan pembayaran hanya kepada nama yang tertera
pada Cek tersebut.
2. Cek atas unjuk/pembawa (aan tonder), Cek yang tidak mencantumkan nama penerima dana. Bank Tertarik akan melakukan pembayaran kepada siapa saja
yang membawa Cek tersebut dan mengunjukan kepada Bank Tertarik.
• Untuk pengamanan cek dpt sbg berikut:
1. Cek Silang (cek bersilang): membatasi org2/bank tertentu yg dpt menerima cek, dgn menyilang cek,
o Cek Silang Umum: Cek yang di antara garis silangnya tidak dimuat suatu petunjuk atau dicantumkan tulisan apapun. Konsekuensi dari Cek Silang Umum
adalah Bank Tertarik hanya dapat membayarkan Cek tersebut dengan cara, Pemindahbukuan kepada nasabah di bank selain Bank Tertarik; atau Tunai
maupun pemindahbukuan kepada nasabah di Bank Tertarik.
o Cek Silang Khusus, yaitu Cek yang diantara garis silangnya dimuat atau dicantumkan nama suatu bank. Konsekuensi dari Cek Silang Khusus adalah Bank
Tertarik hanya dapat melakukan pembayaran kepada bank yang namanya dicantumkan dalam Cek Silang Khusus. Dalam hal nama bank yang dicantumkan
dalam Cek Silang Khusus adalah nama Bank Tertarik sendiri, maka Cek Silang Khusus tersebut dapat dibayarkan kepada nasabah Bank Tertarik.
2. Cek Perhitungan, yaitu membatasi pembayaran Cek hanya secara pemindahbukuan. Pembatasan pembayaran Cek dilakukan dengan menulis pada halaman
depan Cek dengan arah miring, “untuk dimasukkan ke dalam rekening” atau pernyataan sejenis.
SISTEM PEMBAYARAN RITEL – CEK
• Unsur/Syarat Formal Cek
• a) Unsur Cek atau dikenal juga sebagai syarat formal Cek adalah sebagai berikut:
• Nama “Cek” harus termuat dalam warkat.
• Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
• Nama pihak yang harus membayar (Bank Tertarik).
• Penunjukan tempat di mana pembayaran harus dilakukan.
• Pernyataan tanggal beserta tempat Cek ditarik.
• Tanda tangan orang yang mengeluarkan Cek (Penarik).
• b) Cek yang tidak memenuhi unsur/syarat formal Cek tidak berlaku sebagai Cek.

• c) Jika Cek tidak mencantumkan tempat pembayaran maka berlaku ketentuan sebagai berikut:

• Jika tidak terdapat tempat di mana pembayaran harus dilakukan, maka tempat yang ditulis di samping nama penarik dianggap sebagai tempat pembayaran.

• Jika pada Cek tidak mencantumkan sama sekali tempat pembayaran, maka Cek harus dibayarkan di tempat kedudukan kantor pusat Bank Tertarik.

• d) Namun dalam prakteknya, dengan memperhatikan perkembangan teknologi yang sudah memungkinkan Bank Tertarik dapat melakukan verifikasi data
Penarik secara nasional maka Cek tidak harus dibayarkan di tempat kedudukan kantor pusat Bank Tertarik.
SISTEM PEMBAYARAN RITEL – CEK
PENGALIHAN CEK
• Cek sebagai surat berharga atau negotiable instrument dapat dialihkan kepada pihak lain.
• Pengalihan Cek Atas Unjuk/Pembawa dialihkan dengan cara penyerahan Cek secara fisik dari tangan ke tangan.
• Pengalihan Cek Atas Nama dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
1. Cek Atas Nama dengan atau tanpa klausula yang tegas “kepada tertunjuk” dialihkan dengan cara endosemen.
2. Cek Atas Nama dengan klausula “tidak kepada tertunjuk” (Cek Rekta), hanya dapat dialihkan dengan cara menerbitkan akta cessie . (Cessie adalah
pengalihan hak berdasarkan Pasal 613 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)​
• Endosemen dilakukan dengan:
Membubuhkan tanda tangan dengan mencantumkan nama pihak yang diendosemenkan (endosemen biasa).
Membubuhkan tanda tangan tanpa mencantumkan nama pihak yang diendosemenkan (endosemen blangko).
• Dengan dialihkannya Cek, maka seluruh hak atas pembayaran Cek tersebut dialihkan kepada Pemegang baru.
PEMBATALAN DAN PEMBLOKIRAN CEK
• Penarik tidak dapat membatalkan Cek selama Tenggang Waktu Pengunjukan.
• Pembatalan Cek hanya dapat dilakukan setelah Tenggang Waktu Pengunjukan Cek berakhir.
• Pembatalan Cek hanya dapat dilakukan oleh Penarik dengan cara menyampaikan surat permohonan pembatalan Cek kepada Bank Tertarik secara tertulis,
yang paling sedikit memuat informasi nomor Cek, Tanggal Penarikan Cek, nilai nominal Cek, dan tanggal mulai berlakunya pembatalan. Pada surat tersebut
juga dilampirkan fotokopi identitas diri Pemilik Rekening.
• Penarik dapat mengajukan permintaan pemblokiran pembayaran Cek dengan alasan hilang atau dicuri.
1. Untuk pemblokiran Cek hilang, Bank Tertarik melakukan pemblokiran Cek berdasarkan surat permintaan pemblokiran Cek dari Penarik, yang disertai
dengan surat asli keterangan dari Kepolisian.
2. Untuk pemblokiran Cek karena Penarik diduga terkait dengan tindak pidana, Bank Tertarik melakukan pemblokiran Cek berdasarkan surat dari instansi yang
berwenang.
SISTEM PEMBAYARAN RITEL – GIRO
• surat perintah dari Penarik kepada Bank Tertarik untuk melakukan pemindahbukuan sejumlah dana kepada rekening Penerima. Dalam penggunaan Bilyet
Giro berlaku prinsip umum sebagai berikut:
1. Sebagai sarana perintah pemindahbukuan.
2. Tidak dapat dipindahtangankan.
3. Diterbitkan dalam mata uang Rupiah.
4. Ditulis dalam Bahasa Indonesia.
SISTEM PEMBAYARAN RITEL – PERBEDAAN CEK & GIRO
PENGELOLAAN UANG RUPIAH –
• Perencanaan → Pencetakan → Pengeluaran → Pengedaran → Pencabutan & Penarikan → Pemusnahan
PENGELOLAAN UANG RUPIAH – PERENCANAAN
• suatu rangkaian kegiatan menetapkan besarnya jumlah dan jenis pecahan berdasarkan perkiraan kebutuhan Rupiah dalam periode tertentu
• Dalam melakukan perencanaan jumlah uang yang akan dicetak dilakukan dengan memperhatikan asumsi tingkat inflasi, asumsi pertumbuhan ekonomi,
perkembangan teknologi, kebijakan perubahan harga uang Rupiah, kebutuhan masyarakat terhadap jenis pecahan uang Rupiah tertentu, tingkat
pemalsuan, dan faktor lain yang mempengaruhi. .
• Perencanaan pencetakan Uang Rupiah:
1. Tambahan uang kartal yang diedarkan, suku bunga, nilai tukar, produk domestic bruto, inflasi. Koordinasi dgn Kemenkeu, mempertimbangkan outflow &
inflow
2. Penggantian uang yang dimusnahkan karena tidak layak edar, clean money policy
3. Menjaga kecukupan persediaan kas Bank Indonesia melalui penetapan Kas Minimum dan Iron Stock Nasional.
o Kas minimum: persediaan kas memperhatikan faktor kelancaran distribusi & moda transportasi
o 2 hari rat2 outflow kantor pusat, 1 minggu rata2 outflow kantor BI jawab, non jawa 2 minggu
o Iron stock nasional 15% dari UYD uang kartal yang diedarkan
• Perencanaan Uang Emisi Baru (desain uang baru, ikuran uang, gambar, unsur mengaman, bahan uang)
1. Tingkat pemalsuan uang,
2. Nilai instrinsik uang, (terkait dengan uang logam)
3. Masa edar uang,
4. Kebutuhan masyarakat akan pecahan baru, kegunaan menyimpan nilai (store a value)
PENGELOLAAN UANG RUPIAH – PENCETAKAN
• Jumlah nominal & jumlah lembar/keping
• PERUM PERURI: Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (BUMN)
• Bank Indonesia: menyediakan bahan uang sebesar pesanan cetak + tingkat salah cetak (inschiet)

PENGELOLAAN UANG RUPIAH – PENGELUARAN


• Rangkaian kegiatan menerbitkan uang rupiah sebagai alat pembayaran yang sah
• 11 pecahan Uang Rupiah Tahun Emisi 2016 (7 uang kertas & 4 uang logam)
• 75rb → tahun 2020

PENGELOLAAN UANG RUPIAH – PENGEDARAN


• Mengedarkan atau mendistribusikan
• Layanan kas → dari BI ke kantor perwakilan dan sebaliknya, untuk masyarakan jg bisa penarikan & penyetoran di perbankan, tukar uang rusak dll
• Transportasi darat → truk & kereta api
• Transportasi laut → kapal barang & kapal penumpang
• Pesawat kondisi tertentu aja.
PENGELOLAAN UANG RUPIAH – PENCABUTAN/PENARIKAN
• Tidak berlaku lagi sebesar alat pembayaran yang sah
• Pertimbangan: masa edar yang terlalu lama & ada fitur baru security features, mencegah uang palsu, penyederhanaan komposisi & pecahan
• Klo udh dicabut, bs dituker dgn uang rupiah layak edar sebesar nilai nominalnya
• Bisa dituker jangka waktu 10 tahun setelah pencabutn

PENGELOLAAN UANG RUPIAH – PEMUSNAHAN


• Meracik, melebur, atau cara lain sehingga tidak menyerupai bentuk rupiah
• Uang lusuh, uang cacat, uang rusak, yang yang telah dicabut → tidak layak edar
• Mesin Sortasi Uang Kertas (MSUK) / Mesin Racik Uang Kertas (MRUK)
• Koordinasi dengan Pemerintah
PERIZINAN
• PJP (Penyedia Jasa Pembayaran), bank/nonbank yang menyediakan jasa untuk memfasilitas transaksi pembayaran kepada pengguna jasa. Aktivitas:
1. penatausahaan Sumber Dana;
2. penyediaan informasi Sumber Dana;
3. payment initiation dan/atau acquiring services; dan
4. layanan remitansi (transfer uang dari pekerja asing ke penerima di negara asalnya)
• PIP (Penyelenggara Infrastruktur Sistem Pembayaran PIP): kliring & penyelesaian akhir

Aspek Perizinan/Penetapan
1.kelembagaan;
2.permodalan dan keuangan;
3.manajemen risiko; dan
4.kapabilitas sistem informasi.
APU PPT – Kebijakan dan Analisis Risiko
• Risikonya antara lain:
1. Mengancam stabilitas perekonomian dan
integritas sistem keuangan;
2. Mengurangi kredibilitas Indonesia di mata
internasional;
3. Meningkatkan risiko investasi;
4. Pendanaan tindak pidana terorisme
merupakan salah satu bentuk ancaman bagi
kedaulatan negara.
• Capaian akhir dari Implementasi APU PPT pada
SPI:
1. Integritas sistem keuangan Indonesia
mendukung stabilitas perekonomian;
2. Kredibilitas dan reputasi Indonesia meningkat di
mata internasional, dengan kepatuhan terhadap
standar internasional;
3. Integritas sistem keuangan Indonesia
mendukung iklim investasi;
4. Aksi teror dapat dimitigasi melalui pencegahan
pendanaan terorisme.
Infrastruktur Pasar Keuangan – Financial Market Infrastructure (FMI)

• Keseluruhan sistem yang memfasilitasi terjadinya transaksi di pasar keuangan hingga penyelesaiannya.
• Mengacu pada definisi IOSCO, FMI merupakan sistem multilateral yang menyediakan jasa untuk melakukan perdagangan, kliring, setelmen,
pelaporan, dan pencatatan sehubungan dengan transaksi pembayaran, surat berharga, derivatif, dan transaksi keuangan lainnya.
• FMI yang dikategorikan sebagai systemically important meliputi sistem multilateral yang menjalankan fungsi: Payment System (PS), Central
Securities Depositories (CSD), Securities Settlement System (SSS), Central Counterparty (CCP), dan Trade Repository (TR).

Terdapat 2 jenis systematically important FMI yang saat ini telah diatur dan diawasi oleh Bank Indonesia (mengacu pada PBI
No.19/14/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Transaksi, Penatausahaan Surat Berharga, dan Setelmen Dana Seketika) yaitu:
1.BI-Real Time Gross Settlement System (BI-RTGS) yaitu infrastruktur yang digunakan sebagai sarana transfer dana elektronik yang
setelmennya dilakukan seketika per transaksi secara individual. (Fungsi Payment System).
2.BI-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) yaitu infrastruktur yang digunakan sebagai sarana Penatausahaan Transaksi dan
Penatausahaan Surat Berharga yang dilakukan secara elektronik. (Fungsi Central Securities Depositories dan Securities Settlement System).
Standarisasi Kompetensi SPPUR

Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah


• Inovasi → instrument pembayaran, mekanisme pembayaran & infrastruktur sistem pembayaran

Adapun materi pengaturan antara lain sebagai berikut:

1. Penerapan SKKNI Bidang SPPUR dan Jenjang Kualifikasi SPPUR sebagai acuan dalam penyelenggaraan Pelatihan
Berbasis Kompetensi (PBK) SPPUR dan Sertifikasi Kompetensi SPPUR.

2. Pengaturan kewajiban Pelaku SPPUR untuk memastikan pegawai yang melakukan kegiatan operasional SPPUR
memiliki Sertifikat SPPUR dan Pemeliharaan Kompetensi SPPUR.

3. Pengaturan dan persyaratan pihak yang dapat menyelenggarakan PBK SPPUR dan Sertifikasi Kompetensi SPPUR.

4. Pengaturan mengenai pelaporan, pengawasan, pengenaan sanksi administratif, dan tahapan implementasi.

• SKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia


Pemberantasan Uang Palsu
• Pemberantasan Rupiah Palsu dilakukan oleh Pemerintah melalui suatu badan yang mengoordinasikan pemberantasan Rupiah Palsu yaitu Badan
Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (Botasupal).
• Unsur Botasupal terdiri dari Badan Intelijen Negara, Kepolisian Negara RI, Kejaksaan Agung, Kementerian Keuangan, dan Bank Indonesia. Sebagai
bagian dari Botasupal, Bank Indonesia berperan aktif dalam upaya penanggulangan uang palsu dengan berpedoman pada strategy map pencegahan
& pemberantasan uang rupiah palsu
CIKUR = CIRI-CIRI KEASLIAN UANG RUPIAH
PERAN BANK INDONESIA
REGULATOR
• Membuat peraturan-peraturan yang mendukung kelancaran sistem pembayaran, pemindahan dana SPN (Sistem pembayaran nasional)
PERIZINAN
• Izin terhadap lembaga yang melakukan kegiatan transfer dana, APMK, & uang elektronik
PENGAWASAN
• Mengawasi proses pembayaran dan aktivitias para pelaku yang terlibat, serta melakukan pemilaian utk menyelenggarakan sistem
pembayaran yang lebih baik
OPERATOR
• BI-RTGS & SKNBI & BI-SSSS Bank Indonesia Scriptless Securities Settlement System (setelmen surat berharga)
FASILITATOR
• Memfasilitasi pengembangan sistem pembayaran oleh industri yang bergerak dalam bidang jasa keuangan
PENGEDAR UANG RUPIAH SERTA MENCABUT DAN MENARIK UANG DARI PEREDARAN (CLEAN MONEY POLICY) → pengeluaran,
pengadaan, pengedaran, pencabutan, penarikan, dan pemusnahan
SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA
• Adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang dipakai untuk melaksanakan pemindahan dana guna
memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu keguatan ekonomi
• Alat pembayaran, ada mekanisme kliring hingga penyelesaian akhir (settlement)
• Komponen lain: lembaga yang terlibat dalam penyelenggaran sistem pembayaran (bank, lembaga keuangan selain bank, lembaga
penyelenggara transfer dana, perusahaan switching)
Evolusi Alat Pembayaran
• Barter → Uang → Non tunai → paperless
• Contoh nontunai : paper based (cek & bilyet giro)
• Paperless → transfer elektronik, card-based (ATM, cc, emoney)
Alat Pembayaran Nontunai
• Dalam jumlah besar → BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan Sistem Kliring
• BI-RTGS : PUAB, transasksi bursa saham, transaksi pemerintah, transasksi valas, serta settlement hasil kliring
• Kliring (Clearing); Kliring adalah penyelesaian utang piutang antar bank. Kliring dapat diartikan juga sebagai suatu cara penyelesaian utang-
piutang antara bank-bank peserta kliring dalam bentuk warkat atau surat-surat berharga disuatu tempat tertentu. Warkat kliring antara
lain: cek, bilyet giro, nota debet dan nota kredit. Warkat harus dinyatakan dalam mata uang rupiah, bernilai nominal penuh dan telah
jatuh tempo.
• SIPS (Systemically Important System) → sistem yang memproses transaksi pembayaran bernilai besar dan besifat mendesak (urgent). →
BI-RTGS
• SWIPS (System Wide Important System) → sistem yang digunakan oleh masyarakat luas, KLIRING DAN APMK
• UANG LOGAM TAHUN 1970
• UANG KERTAS 1992 20RB, 1993 50RB, & 100RB 1999
• NON TUNAI 1954
SISTEM PEMBAYARAN
Bank Indonesia Scriptless Securities Settlement System (BI-SSSS)
• Transaksi surat usaha/surat berharga secara elektronik
• Penatausahaan surat berharga meliputi kegiatan pencatatan kepemilikan, melakukan kliring dan setelmen serta pembayaran bunga atau
imbalan dan nilai pokok/nominal surat berharga/kupon.
• Transaksi BI-SSSS, meliputi antara lain transaksi Operasi Pasar Terbuka (OPT), pemberian Fasilitas Pendanaan dari Bank Indonesia kepada
bank umum dan transaksi Surat Berharga Negara (SBN) untuk dan atas nama Pemerintah.
• Setelmen Surat Berharga melalui BI-SSSS dilakukan secara seamless dengan sistem setelmen dana Peserta melalui Sistem Sistem BI-
RTGS yang memungkinkan Peserta BI-SSSS memanfaatkan fasilitas setelmen secara Delivery Versus Payment (DVP) yang dapat dilakukan
secara cepat dan seketika sehingga risiko setelmen Surat Berharga dapat diminimalkan.
• Sesuai dengan fungsinya, peserta BI-SSSS terdiri dari; (i) peserta penerbit yaitu Bank Indonesia dan Departemen Keuangan, (ii) peserta
transaksi yaitu Bank Indonesia, bank, Perusahaan Pialang Pasar Uang dan Perusahaan Efek, serta Lembaga lain yang disetujui oleh Bank
Indonesia seperti Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan (iii) peserta transaksi dan sekaligus sebagai pemilik rekening surat berharga
yaitu Bank Indonesia, bank dan Sub-Registry.
• Pengembangan BI-SSSS mengacu pada standar internasional yaitu Recommendations for securities settlement systems dari Committee of
Payment and Settlement System (CPSS) dan The International Organization of Securities Commissions (IOSCO).
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
• Pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar peserta kliring, baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang
perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. → 7 Januari 2011, 2 jam sekali jam 10,12,14,16
• Transfer kliring yang dapat dilakukan:
1. Transfer debet (cek, bilyet giro, atau warkat debet)
2. Transfer kredit (mengisi formulir isian yang disediakan oleh bank) kemudian akan dikirim oleh bank melalui data keuangan elektronik
yang disediakan oleh SKNBI
• Batas nilai maksimal sebesar 500 juta rupiah
BEDA SKNBI DAN BI RTGS
Uang Elektronik
• Quantitative Easing adalah pelonggaran likuiditas bentuk kebijakan
moneter yang tidak konvensional di mana bank sentral membeli surat
berharga jangka panjang dari pasar terbuka untuk meningkatkan
jumlah uang beredar dan mendorong pinjaman dan investasi.
MENAMBAH LIKUIDITAS

• Redenominasi →
• De Javasche Bank didirikan tepatnya pada tahun 1828.
• 1953 ganti jadi BI
• 1999 independen
• DAFTAR ISTILAH ADA DI FILE MENGENAL OPERASI DLL 011
SIARAN PERS
Local Curreny Settlement (LCS) Indonesia - Tiongkok
• biaya konversi transaksi menjadi lebih efisien,
• tersedianya alternatif pembiayaan ekspor/direct investment dalam mata uang lokal,
• tersedianya alternatif instrumen hedging dalam mata uang lokal,
• diversifikasi eksposur mata uang yang digunakan dalam penyelesaian transaksi.

• https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_2323221.aspx

• (Local Currency Settlement/LCS) melalui Bank ACCD Indonesia yaitu BCA, BNI, BRI dan Bank ACCD Thailand yaitu Bangkok Bank (BBL), Bank of
Ayudhya (Krungsri), CIMB Thai Bank (CIMBT). Fase komersial penuh QR Antarnegara dengan Thailand akan dilakukan pada kuartal pertama tahun
2022.
Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM)
• Rasio pembiayaan inklusif bank untuk mendorong perluasan cakupan pembiayaan kredit atau pembiayaan UMKM dengan memperhatiakan keahlian
dan model bisnis bank
• Ada di INSTAGRAM
BI-7DAY REVERSE REPO RATE TETAP 3,5% → MONETER
• Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Agustus 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo
Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.

• Stabilitas makroekonomi & sistem keuangan untuk perbaikan ekonomi


1. Melanjutkan kebijakan nilai tukar Rupiah untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar;
2. Melanjutkan penguatan strategi operasi moneter untuk memperkuat efektivitas stance kebijakan moneter akomodatif;
3. Mendorong intermediasi melalui penguatan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan penekanan pada transmisi SBDK pada
suku bunga kredit baru khususnya segmen KPR (Lampiran);
4. Mengakselerasi penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), termasuk QRIS antarnegara, dan mendorong implementasi Standar
Nasional Open API Pembayaran (SNAP) untuk perluasan integrasi ekonomi dan keuangan digital;
5. Menjaga kelancaran dan keandalan sistem pembayaran serta mendukung program Pemerintah melalui kerjasama pelaksanaan uji coba digitalisasi
bantuan sosial (bansos) dan program Elektronifikasi Transaksi Pemerintah;
6. Memfasilitasi penyelenggaraan promosi perdagangan dan investasi serta melanjutkan sosialisasi penggunaan Local Currency Settlement (LCS)
bekerja sama dengan instansi terkait. Pada Agustus dan September 2021 akan diselenggarakan promosi investasi dan perdagangan di Uni Emirat
Arab, Tiongkok, Australia, Swedia, Inggris, Singapura, dan Malaysia.

• Ke depan, defisit transaksi berjalan pada 2021 diprakirakan tetap rendah di kisaran 0,6%-1,4% dari PDB, sehingga mendukung ketahanan sektor
eksternal Indonesia.
Mengapa rupiah bisa menguat atau melemah?
• Melemah karena tingginya impor & hutang luar negeri jd butuh byk mata uang asing krn mau bayar utang, eskspor melemah, permintaan valas di
dalam negeri meningkat
• Menguat: ekspor tinggi, tenaga kerja berkompeten, pariwisata, investasi, perbaikan produksi dalam negeri

Inflasi
• Ekonomi melemah, daya turun masyrqakat rendah, kepercayaan diri masyarakat utk melakukan aktivitas ekonomi rendah, lebih pilih inevtasi aja,
uang beredar di masyarakat rendah, kebanyakan numpuk di bank, harga murah, DEFLASI → suku bunganya diturunin, biar pd mau ekspansi bisnis,
mau kredit utk modal usaha, deposito bunganya rendah mending ditarik aja
• Ekonomi tinggi lajunya, masyarakat tinggi utk aktivitas ekonomi, uang beredar di masyarakat tinggi, harga makin naik → suku bunga dinaikin, biar
mahal harga2 barang, jadi org pd mau investasi aja → inflasi → penurunan nilai uang

ketika inflasi, uang beredaar byk bgt, jadi rupiahnya melemah


terhadpa dollar ya
Biaya Produksi Jumlah Uang Beredar Impor barang dari luar
Penyebab Inflasi: Supply & Demand
Meningkat • Harga barang impor tinggi,
• Supply & demand Permintaan banyak, tapi jumlah barang
• Harga bahan mereka cenderung naikin
• Peningkatan biaya produksi sedikit → maka harga barang naik
baku naik harga di dalam negeri
• Jumlah uang beredar Permintaan sedikit, jumlah barang
• Biaya tenaga
• Impor barang dari luar banyal → harga barang turun
kerja
UU TE 2022
• Terdapat tiga aspek inovasi penguatan Uang TE 2022 yaitu desain warna yang lebih tajam, unsur pengaman yang lebih
andal, dan ketahanan bahan uang yang lebih baik.
• Uang TE 2022 terdiri atas 7 pecahan uang Rupiah kertas Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000, Rp.10.000, Rp5.000, Rp.2000,
dan Rp.1000
Youtube
• Bank Indonesia (BI) dan Monetary Authority of Singapore (MAS) pada hari ini (29/8) mengumumkan dimulainya inisiasi
kerja sama pembayaran berbasis kode QR lintas negara (cross-border QR payment linkage) antara Indonesia dan
Singapura sebagai bagian dari upaya mendorong konektivitas pembayaran di kawasan ASEAN.
• Bank Indonesia (BI) dan Bank of Thailand (BoT) pada hari ini (29/8) meresmikan implementasi kerja sama pembayaran
berbasis QR Code lintas negara (cross-border QR payment linkage) antara Indonesia dan Thailand.
Siaran Pers
• Moral Persuation: himbauan yang dijalankan oleh Bank Sentral/BI kepada bank umum untuk melakukan sesuatu
dalam rangka ikut mengamankan kebijakan bank sentral.
• Politik Uang Ketat: menaikkan cadangan minimum, memperketat syarat kredit, menaikkan suku bunga, menjual surat
berharga → absorp likuiditas.
• Diskonto → BI akan menurunkan suku bunga agar masyarakat menarik dana dari bank,. Kegiatan yang dilakukan oleh
Bank Indonesia ini merupakan pelaksanaan instrument kebijakan moneter.
• Angka indeks menunjukan perubahan harga dari periode ke periode lainnya. Tujuannya menetapkan kebijakan
ekonomi suatu negara → tingkat inflasi.
• Kebijakan fiscal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang pendapatan dan pengeluaran negara.
• Kredit term loan: pada akhir triwulan kedua, saldo pinjaman harus nol
• Bank note: devisa tunai
• Incaso: transfer dana mirip kliring, berasal dari luar negeri, maka pencairan Bank Devisa
• Perhitungan bunga deposito yang perhitungannya dilakukan pada waktu jatuh tempo, maka jumlah harinya dihitung
mulai tanggal 1 bulan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai