Anda di halaman 1dari 2

BERLARILAH!

Via Ajeng

Hidup layaknya pertempuran di medan laga. Musuhnya adalah ego diri yang masih tinggi. Lalu kita
berlomba-lomba, bukan dengan yang lain, melainkan dengan diri sendiri dari waktu ke waktu. Ada yang
jalan santai di pinggir lapangan sambil menyaksikan orang-orang berpeluh tersebab lari. Ada yang hanya
duduk terdiam entah tak tahu apa yang harus dilakukan atau memang sedang merenung merencanakan.

Ada yang berlari satu putaran namun sudah ngos-ngos an ingin segera istirahat, sebab terik siang
membuatnya kepanasan dan risih jika keringat membasahi pakaian. Ada yang berlari tiga putaran, namun
akhirnya hengkang dari pertempuran. Ada pula yang berlari penuh semangat, mampu melampaui tiap
putaran, tiga sampai lima kali putaran, tapi nyatanya hanya berharap tepuk tangan.

Maka semoga setiap diri dimampukan untuk menjaga azzam yang baik yang ada di dalam dirinya. Sebab
kita tidak pernah tahu kondisi apa yang selanjutnya dihadirkan. Menjaganya untuk tetap berjuang dengan
dirinya sendiri. Menjaganya untuk siap berlari ketika tujuan telah jelas dan jalan telah terbentang.
Menjaga agar semakin konsisten, semakin baik tekniknya, meningkat kecepatan dan ketahanannya.

Maka berlarilah… menyambut setiap yang diimpikan. Dengan maksud terbaik, dengan cara terbaik,
dengan perasaan terbaik untuk kehidupan terbaik. Berlari untuk memastikan bahwa diri ini sedang
mencipta kebermanfaatan dan produktifitas. Yang dengan larinya setiap diri akan dipertemukan dengan
puncak, tempat di mana kita dapat dengan jelas menegakkan nama Allah di atas muka bumi.

Begitulah medan laga, setiap orang berproses sesuai kemampuannya. Ada yang masih tertatih, ada yang
baru memulai, ada yang berusaha agar kemampuannya berprogres. Di manapun kita, rasa syukur semoga
terus berbunga. Sebab rasa-rasanya tiap kali kesyukuran hilang, maka akan ada banyak hal yang tersendat
di tengah jalan. Mungkin hanya akan ada lelah dan kekecewaan yang didapatkan.

Sementara saat kesyukuran hadir, maka mata air kebaikan akan terus mengalir. Jadi menghujam cintanya
pada Allah, yang di sana pasti juga ada cinta Rasulullah, cinta perjuangan, cinta kemanusiaan, cinta
keadilan dan cinta-cinta yang lain di jalan kebaikan. Yang dengan cinta itu langkah kita diantarkan
menuju puncak, puncak seorang hamba yang bahagia.

Bagaimana tidak bahagia, saat manusia tahu dan menyadari bahwa Rabb-Nya telah menciptakannya
dalam bentuk yang sebaik-baiknya, diciptakan dengan potensi yang berbeda-beda, dan diamanahi menjadi
khalifah di muka bumi. Bagaimana bisa seorang hamba tidak bahagia saat Rabb-Nya bahkan telah
mengatur segala sisi kehidupannya.
Maka berjanjilah untuk terus menempa sepanjang usia. Hanya agar setiap diri mampu memastikan bahwa
dirinya lebih baik dari hari ke hari.

“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” (Q.S Al-Mulk: 2)

Ini bukan tentang mimpi seorang diri. Potensi Allah harus dimaksimalkan, lalu dikembalikan untuk
menolong agama Allah. Yang di sana surga terasa lebih dekat. Suatu hal yang perlu disyukuri saat kita
diberi kesempatan untuk turut serta dalam perjuangan. Semoga Allah izinkan kita untuk senantiasa
dihujani keberkahan. Selamat berlari, bertahan dalam badai, hingga berdiri di puncak dan menggaungkan
nama Allah dengan lantang.

Anda mungkin juga menyukai