Anda di halaman 1dari 87

M oDuL 8

Manajemen Modal Kerja


Dr. Erni Ekawati, M.S.A., M.B.A.

P EN DA HU LUA N

S ebagian besar waktu dan perhatian manajemen keuangan berkaitan


dengan kegiatan perusahaan sehari-hari dan kegiatan ini menyangkut
keputusan dan pengelolaan modal kerja. Hal ini dilakukan oleh manajemen
keuangan karena sebagian besar dana perusahaan terserap dalam modal kerja.
Pada perusahaan manufaktur, dana perusahaan yang tertanam dalam modal
kerja biasanya lebih dari 50%, untuk perusahaan distribusi bahkan akan lebih
besar lagi. Modal kerja sangat diperlukan oleh manajemen keuangan untuk
menjaga kelancaran aktivitas dan operasi perusahaan sehari- hari. Tanpa
modal kerja yang cukup maka perusahaan akan mengalami kesulitan
untuk menjalankan aktivitasnya.
Jumlah modal kerja perusahaan biasanya berhubungan dengan penjualan
perusahaan. Apabila penjualan perusahaan meningkat maka jumlah piutang
perusahaan akan meningkat, begitu pula dengan jumlah persediaan
perusahaan juga seharusnya meningkat supaya penjualan tidak terhambat.
Oleh karena itu, modal kerja perlu dikelola sedemikian rupa sehingga
perusahaan dapat melakukan aktivitasnya dengan lancar tetapi juga tidak
banyak dana yang menganggur di perusahaan karena tertanam dalam modal
kerja dan tidak dipergunakan.
Manajemen modal kerja pada intinya membahas penentuan jumlah dana
yang akan ditanamkan dalam aktiva lancar perusahaan (keputusan investasi
pada aktiva lancar) dan dari mana dana tersebut akan dibiayai (keputusan
pendanaan). Aktiva lancar perusahaan biasanya bersifat jangka pendek
(terdiri dari kas, piutang dan persediaan serta aktiva lancar lainnya), maka
biasanya juga akan didanai dengan sumber dana jangka pendek, walaupun
dimungkinkan didanai dengan sumber dana jangka panjang. Sumber dana
jangka pendek dapat berasal dari utang dagang, pos-pos akrual dan surat
berharga jangka pendek. Bahkan bila perusahaan yakin akan memiliki dana
untuk jangka waktu dekat, maka perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dana
8.2 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

jangka pendeknya dengan pinjaman jangka pendek pula, karena perusahaan


dapat memenuhi kewajibannya saat pinjaman tersebut jatuh tempo.
Perusahaan yang semakin konservatif akan menggunakan pinjaman
jangka pendek semakin sedikit, karena apabila mereka semakin besar
mendanai kebutuhannya dengan pinjaman jangka pendek maka risiko yang
harus ditanggung oleh perusahaannya akan semakin besar. Semakin
konservatif suatu perusahaan biasanya semakin menghindari risiko, sehingga
akan semakin kecil menggunakan dana yang berasal dari pinjaman jangka
pendek dan semakin banyak menggunakan dana pinjaman jangka panjang.
Modul 8 ini akan membahas keputusan investasi yang dilakukan oleh
manajemen keuangan dalam modal kerja dan usaha pendanaan dalam jangka
pendek. Keputusan investasi dalam modal kerja meliputi kas, piutang dan
persediaan. Sedang keputusan pendanaan dalam jangka pendek yang akan
dibahas meliputi utang dagang, akrual, utang jangka pendek dan surat
berharga jangka pendek.
Di samping itu, juga akan dibahas bagaimana menentukan jumlah kas
yang optimal, yaitu dengan memperhatikan periode perputaran kas dan faktor-
faktor yang mempengaruhi periode perputaran kas serta pengaruh periode
perputaran kas terhadap kelancaran operasi perusahaan.
Berikutnya akan dibahas analisis yang perlu dilakukan oleh manajemen
keuangan apabila terjadi perubahan kebijakan kredit. Hal ini perlu
diperhatikan karena perubahan kredit akan mempengaruhi kesempatan bagi
perusahaan dalam mendapatkan dana spontan.
Mengingat jumlah persediaan yang terlalu banyak akan menyerap dana
perusahaan yang besar tetapi jumlah persediaan yang terlalu sedikit akan
menjadikan risiko perusahaan besar, maka diperlukan penentuan jumlah
persediaan yang optimal. Sehingga dalam modul ini juga akan dibahas
penentuan persediaan yang optimal dengan metode EOQ (Economies Order
Quantity).
Setelah mempelajari modul ini Anda akan dapat menganalisis keputusan
investasi dan pendanaan jangka pendek.
Lebih khusus, setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan untuk
dapat:
1. menjelaskan manajemen keuangan mengelola kas supaya kas yang
tersedia di dalam perusahaan tidak terlalu banyak tetapi tetap cukup
untuk mendukung operasi perusahaan sehari-hari;
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.3

2. menjelaskan pengelolaan piutang, supaya piutang yang dimiliki oleh


perusahaan dapat mendukung tercapainya tingkat keuntungan yang telah
direncanakan oleh perusahaan;
3. menjelaskan pengelolaan persediaan supaya jumlah persediaan dalam
perusahaan dapat mendukung kelancaran operasi perusahaan;
4. menjelaskan utang dagang, pos-pos akrual dan utang jangka pendek
dapat digunakan perusahaan sebagai sumber pendanaan jangka pendek;
5. menjelaskan periode perputaran kas dapat mempengaruhi penentuan
jumlah kas yang tepat bagi perusahaan;
6. menjelaskan dan menentukan tingkat persediaan yang optimal dengan
menggunakan metode EOQ;
7. melakukan analisis manajemen modal kerja bila ada perubahan
kebijakan kredit.
8.4 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

K E gi A t A n B E L AJ AR 1

Manajemen Aset Jangka Pendek

A da beberapa istilah yang sering digunakan dalam melakukan analisis


modal kerja. Sebelum dibahas mengenai modal kerja lebih jauh, untuk
mempermudah pembahasan selanjutnya maka berikut ini akan dibahas
mengenai beberapa istilah yang sering digunakan dalam menganalisis modal
kerja.
Modal kerja perusahaan ditinjau dari jenisnya dapat dilihat dari neraca di
sebelah aktiva lancar yaitu terdiri dari kas, piutang dan persediaan. Modal
kerja seperti yang tertera dalam aktiva lancar tersebut diistilahkan dengan
modal kerja kotor (gross working capital). Sedang istilah modal kerja bersih
atau neto (net working capital) adalah aktiva lancar dikurangi dengan
kewajiban lancar (utang perusahaan jangka pendek).
Salah satu rasio modal kerja yang sering digunakan untuk mengukur
tingkat likuiditas perusahaan atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek (kurang dari satu tahun) adalah rasio likuiditas.
Rasio likuiditas dihitung dari aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar.
Rasio likuiditas yang tinggi belum tentu mencerminkan likuiditas perusahaan
yang sesungguhnya. Karena apabila aktiva lancar perusahaan sebagian besar
bukan terdiri dari kas, melainkan terdiri dari piutang dan persediaan yang
ternyata sulit menjadi kas (karena piutang sulit ditagih dan persediaan sulit
terjual) maka perusahaan tetap akan mengalami kesulitan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Oleh karena itu, rasio likuiditas ini sebenarnya
hanya menunjukkan potensi perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban
jangka pendek.
Rasio yang berhubungan dengan modal kerja yang lain adalah quick atau
acid test ratio. Acid test ratio diperoleh dari aktiva lancar dikurangi
persediaan dibagi dengan kewajiban lancar. Dengan tidak diperhitungkannya
persediaan diharapkan likuiditas perusahaan benar-benar menunjukkan
tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya pada waktu
“singkat” (karena persediaan merupakan bagian aktiva lancar yang paling
tidak lancar).
Dari hasil perhitungan rasio likuiditas dan acid test ratio dapat
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendek, tetapi kedua rasio tersebut belum dapat menunjukkan arus kas dari
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.5

operasi perusahaan yang benar-benar nantinya akan digunakan untuk


memenuhi kewajibannya. Oleh karena itu, untuk benar-benar mengetahui
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan
perlu memiliki anggaran arus kas. Dari anggaran arus kas tersebut dapat
diketahui jumlah kas (rupiah) yang benar-benar dimiliki dan ada di
perusahaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kewajibannya.
Kebijakan modal kerja adalah keputusan untuk menentukan jumlah dana
yang akan ditanamkan dalam masing-masing jenis modal kerja (kas, piutang
dan persediaan) dengan tepat dan penentuan sumber dana untuk memenuhi
kebutuhan dana tersebut. Apabila jumlah modal kerja yang ditentukan tidak
tepat (terlalu banyak maupun terlalu sedikit) akan menimbulkan biaya bagi
perusahaan.
Biaya yang timbul karena perusahaan kekurangan modal kerja maupun
kelebihan modal kerja mungkin akan besar dan berdampak jangka panjang.
Misalnya PT. SS sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi susu
untuk anak-anak. Salah satu produknya adalah susu dengan merk VV 1 yang
ditujukan untuk anak umur di bawah 1 tahun.
Pada suatu saat perusahaan mengalami gangguan manajemen sehingga
tidak dapat menyediakan persediaan dalam jumlah seperti biasanya (jumlah
persediaan menurun). Di samping itu, jumlah permintaan susu VV 1 pada
periode tersebut meningkat, sehingga banyak pelanggan tidak dapat
memperoleh susu VV 1 karena sulit diperoleh di pasaran. Akibatnya
pelanggan-pelanggan tersebut pindah pada susu produk perusahaan lain.
Karena anak di bawah 1 tahun biasanya tidak mudah untuk diganti jenis susu
(merk) maka ibu-ibu terpaksa harus membiasakan anaknya untuk
mengonsumsi susu dengan merk baru. Kekurangan persediaan yang dialami
oleh PT SS hanya dalam satu periode yang tidak lama, sehingga susu VV 1
dapat diperoleh di pasaran dengan mudah kembali. Walaupun sudah mudah
didapatkan di pasar tetapi ibu-ibu enggan untuk kembali membeli susu VV 1.
Pertimbangan mereka adalah takut bila sewaktu-waktu susu tersebut sulit
kembali didapatkan di pasaran, di samping itu karena ibu-ibu sudah terlanjur
membiasakan anaknya dengan merk lain sehingga bila akan memakai VV 1
perlu waktu dan usaha yang tidak mudah, oleh karena itu ibu-ibu tidak mau
membeli susu VV 1 lagi. Keadaan ini akhirnya menurunkan penjualan VV 1
cukup banyak dan dalam jangka waktu lama. Untuk mengembalikan jumlah
permintaan seperti semula, perusahaan perlu mengeluarkan biaya tambahan
yang tidak sedikit dan usaha keras yang memakan tenaga dan waktu.
8.6 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Dari contoh di atas, kita dapat belajar bahwa jumlah persediaan yang
tidak tepat dapat menyebabkan pelanggan yang loyal pindah ke perusahaan
pesaing sehingga menyebabkan penjualan perusahaan menurun dan
meningkatnya beban biaya yang harus ditanggung perusahaan. Hal ini
berpotensi menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Sehingga manajemen
modal kerja mencakup kebijakan modal kerja serta biaya yang ditimbulkan
dari kebijakan modal kerja dan kegiatan operasi perusahaan setiap hari.
Kebijakan investasi modal kerja perusahaan tergantung dari sikap
manajemen keuangan terhadap risiko. Ada tiga alternatif kebijakan modal
kerja yang dapat diambil oleh manajemen keuangan yaitu agresif, moderat
dan konservatif. Ketiga alternatif tersebut dapat dijelaskan melalui gambar
8.1. di bawah ini.

Gambar 8.1
Alternatif Kebijakan Modal Kerja

Dari Gambar 8.1 di atas terlihat bahwa untuk menjual produk sebanyak
100 unit, kebijakan modal kerja konservatif akan menyediakan modal kerja
sebesar Rp150,-, kebijakan moderat menyediakan modal kerja Rp75,- dan
kebijakan agresif hanya menyediakan modal kerja sebesar Rp50,-. Semakin
konservatif kebijakan investasi modal kerja yang ditentukan perusahaan,
maka untuk menjual produk dalam jumlah yang sama perusahaan akan
menyediakan modal kerja semakin banyak. Begitu pula sebaliknya, kebijakan
perusahaan semakin agresif maka untuk menjual produk dalam jumlah yang
sama, perusahaan akan menyediakan modal kerja semakin sedikit. Semakin
besar modal kerja yang disediakan oleh manajemen keuangan maka semakin
kecil risiko tidak terpenuhi kewajiban jangka pendek. Sebaliknya, semakin
kecil modal kerja perusahaan maka risiko yang dihadapi oleh perusahaan
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.7

semakin besar. Di samping itu, bahwa risiko memiliki hubungan searah


dengan keuntungan dan modal kerja memiliki hubungan yang searah pula
dengan modal kerja. Semakin tinggi modal kerja yang dimiliki perusahaan
maka potensi mendapatkan keuntungan bagi perusahaan juga semakin besar,
tetapi risiko yang dihadapi juga semakin besar.
Dari uraian di atas bila diringkas dalam tabel akan nampak seperti di
bawah ini.

Modal Kerja Besar Modal Kerja Kecil

Risiko rendah Risiko besar

Potensi keuntungan rendah Potensi keuntungan besar

Tingkat likuiditas besar Tingkat likuiditas rendah

Efektivitas pengelolaan modal kerja dapat dilihat dari siklus arus kas
modal kerja. Siklus arus kas modal kerja adalah jumlah waktu yang
dibutuhkan suatu bahan baku dan tenaga kerja menjadi kas (uang tunai),
sehingga hal ini disebut juga dengan siklus konversi kas. Ada beberapa istilah
yang sering digunakan dalam siklus arus kas modal kerja atau konversi kas,
yaitu sebagai berikut.

1. Periode Konversi Persediaan (Inventory Convertion Period), yaitu


waktu yang dibutuhkan untuk mengubah bahan baku menjadi bahan jadi
dan kemudian menjualnya. Periode konversi persediaan dapat diperoleh
dari membagi jumlah persediaan dengan jumlah penjualan setiap hari
atau dapat pula diperoleh dari 360 (jumlah hari dalam satu tahun) dibagi
dengan rasio perputaran persediaan (penjualan dibagi persediaan).
Contoh, PT SGM setiap tahunnya mampu menjual sebesar Rp10 miliar
susu Vitalag dan rata-rata persediaan per tahun Rp2 miliar. Maka
konversi persediaan menjadi:
Rp2 miliar
Konversi persediaan = = 72 hari
Rp10 miliar / 360
atau dapat pula dicari dengan:
360
Konversi persediaan = = 72 hari
10 miliar / 2 miliar
8.8 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Angka 72 hari ini berarti bahwa sejak bahan baku dibeli kemudian diolah
menjadi bahan jadi dibutuhkan waktu selama 72 hari.

2. Periode Konversi Piutang, adalah jangka waktu yang diperlukan untuk


mengonversikan piutang usaha menjadi kas (uang tunai), yaitu jangka
waktu mulai penjualan sampai tertagihnya piutang tersebut. Hal ini
disebut juga sebagai jangka waktu penagihan (days sales outstanding
disingkat DSO). Misal, piutang PT SS per tahun sebesar Rp1,5 miliar
maka periode konversi piutang sebesar 54 hari.

Rp1, 5 miliar
Periode konversi Piutang = DSO =
Rp10 miliar / 360
= 54 hari

3. Periode Penangguhan Utang Usaha adalah jangka waktu rata-rata


pembelian bahan baku sampai terlaksananya pembayaran bahan baku.
Contoh, seandainya PT SS rata-rata membayar bahan baku dalam 30 hari
dan harga pokok penjualan PT SS per tahun adalah Rp8 miliar, dan
apabila jumlah utang rata-rata Rp1,5 miliar, maka periode penangguhan
utang usaha PT SS adalah 90 hari.
Rp1, 5 miliar
Periode penangguhan utang usaha =
Rp8 miliar / 360
= 67,5 hari dibulatkan menjadi 68 hari
Berarti bahwa PT SGM memiliki selisih waktu selama 68 hari untuk
membeli bahan baku dan sampai membayar bahan baku tersebut.

4. Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle), adalah jangka waktu


sejak dilakukan pengeluaran tunai untuk membayar sebuah sumber daya
produksi (bahan baku dan tenaga kerja) hingga terealisasinya penagihan
penjualan kredit (menjadi uang tunai/kas kembali). Hal ini merupakan
penggabungan dari ketiga istilah di atas. Sehingga siklus konversi kas ini
sebenarnya mengukur berapa lama dana tertanam dalam modal kerja.

Untuk memperjelas konsep-konsep tersebut maka dapat diperhatikan


diagram di bawah ini.
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.9

Gambar 8.2
Siklus Konversi Kas

Dari diagram di atas maka siklus konversi kas dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut.

(1) (2) (3) (4)


Periode Periode Periode siklus
Konversi + konversi - Penangguhan = konversi
Persediaan piutang utang kas

Kita akan melihat PT. SS kembali. PT. SS memiliki waktu untuk


mengubah bahan baku menjadi susu barang jadi dan kemudian menjualnya
selama 72 hari, untuk menagih hasil penjualan produknya memerlukan waktu
54 hari dan penangguhan pembayaran bahan baku dan tenaga kerja sampai
dengan pembayarannya memerlukan waktu selama 68 hari. Maka PT. SS
membutuhkan waktu mulai melakukan pengeluaran uang tunai untuk
membeli bahan baku sampai dengan menjual produk jadi dan menjadi uang
tunai kembali (siklus konversi kas) membutuhkan waktu selama:
Siklus konversi kas = 72 hari + 54 hari – 68 hari
= 58 hari
8.10 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Hal tersebut dapat pula dinyatakan dengan:


Penundaan Penundaan Penundaan
Penerimaan kas - Pembayaran = Bersih
(72 hari + 54 hari) - (68 hari) = 58 hari

Dengan adanya data tersebut di atas maka PT SS ketika memutuskan


akan memproduksi barang jadi mengetahui bahwa untuk memproduksi
produk tersebut mulai dari bahan baku dibeli sampai produk jadi dibutuhkan
waktu untuk melakukan proses produksi selama 58 hari.
Semakin pendek siklus konversi kas akan semakin menguntungkan bagi
perusahaan karena pembiayaan dari luar semakin rendah sehingga biaya dana
dari luar dapat ditekan (semakin kecil). Oleh karena itu, sebaiknya
perusahaan berusaha memperkecil siklus konversi kas.
Siklus arus kas dapat diperpendek dengan mempersingkat periode
konversi persediaan (dengan mempercepat proses produksi dan/atau
penjualan produk), mempercepat periode konversi piutang dengan cara
mempercepat penagihan atau memperpanjang periode penangguhan utang
usaha dengan memperlambat pembayaran kepada pemasok dan/atau pekerja.
Semua usaha ini dapat dilakukan asal usaha tersebut tidak menyebabkan
peningkatan biaya atau mengganggu kelancaran penjualan.

A. ALTERNATIF KEBIJAKAN PENDANAAN MODAL KERJA

Hampir semua perusahaan mengalami fluktuasi yang bersifat musiman.


Misalnya perusahaan pakaian jadi, akan mengalami permintaan (penjualan)
yang besar saat-saat menjelang hari raya Lebaran, Natal atau Tahun Baru
atau awal tahun ajaran baru. Di luar hari-hari tersebut perusahaan akan
menghadapi permintaan yang sedikit. Dengan keadaan perusahaan yang
mengalami fluktuasi permintaan, maka perusahaan akan menyediakan modal
kerja yang cukup besar saat permintaan meningkat dan saat permintaan
sedikit maka jumlah persediaan dan piutang akan menyusut. Saat permintaan
sedikit, perusahaan tetap harus menyediakan jumlah kas tertentu untuk
memperlancar operasi sehingga kas perusahaan tidak menjadi nol. Dengan
alasan tersebut kemudian perusahaan mengadakan aktiva lancar permanen.
Aktiva lancar permanen biasanya didefinisikan sebagai jumlah aktiva lancar
yang tetap dimiliki perusahaan dalam setiap siklus usaha.
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.11

Pendanaan modal kerja dapat dilakukan dengan pendanaan jangka


pendek maupun jangka panjang dan modal ekuitas. Dalam usaha pemenuhan
kebutuhan modal perusahaan dapat menggunakan pendekatan maturity
matching atau self-liquidat-ing. Pendekatan ini berusaha menyelaraskan saat
jatuh tempo aktiva dan kewajiban. Apabila setiap kewajiban dilunasi dengan
arus kas yang dihasilkan oleh aktiva yang dibiayai dengan pinjaman yang
bersangkutan maka pinjaman itu disebut self-liquidating. Sedang apabila
perusahaan berusaha menyelaraskan jatuh tempo aktiva dan kewajiban maka
hal itu disebut dengan kebijakan pembiayaan modal kerja yang moderat atau
maturity maching.
Untuk memperjelas keterangan di atas maka perhatikanlah Gambar 8.3.
8.12 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Gambar 8.3
Beberapa Alternatif Kebijakan Pembiayaan Aktiva Lancar

Dari gambar di atas terlihat bahwa untuk pendekatan moderat,


pembiayaan aktiva lancar permanen dilakukan dengan utang jangka panjang
dan modal ekuitas, sedang kebutuhan aktiva lancar temporer yang ber
fluktuatif dipenuhi dengan pembiayaan jangka pendek.
Dalam pendekatan agresif, pembiayaan aktiva lancar permanen sebagian
dilakukan dengan utang jangka panjang dan modal ekuitas dan sebagian
dengan pembiayaan jangka pendek, termasuk untuk aktiva lancar yang
temporer juga dibiayai dengan pinjaman jangka pendek.
Dalam pendekatan konservatif, semua kebutuhan aktiva lancar permanen
dan sebagian atau bahkan keseluruhan aktiva lancar yang fluktuatif didanai
dengan utang jangka panjang dan modal ekuitas. Sehingga perusahaan hanya
sebagian kecil saja menggunakan pinjaman jangka pendek untuk memenuhi
kekurangan sebagian aktiva lancar yang berfluktuatif pada masa sibuk. Pada
masa sepi, dana yang dicadangkan untuk aktiva lancar berfluktuatif dari pada
menganggur di perusahaan dapat diinvestasikan pada sekuritas. Pada saat
sibuk, sekuritas tersebut dapat dijual dan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan modal kerja. Pemenuhan kebutuhan untuk aktiva tetap pada ketiga
pendekatan tersebut semuanya digunakan utang jangka panjang dan modal
ekuitas.
Semua alternatif kebijakan pendanaan berhubungan dengan siklus
konversi kas. Misal, perusahaan menentukan alternatif kebijakan modal kerja
yang digunakan adalah agresif maka jumlah kas, sekuritas, dan persediaan
serta piutang yang dimiliki sangat kecil. Oleh sebab itu, perusahaan harus
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.13

menentukan siklus konversi kas cukup pendek, karena periode konversi


persediaan dan piutang akan relatif singkat. Di pihak lain bila kebijakan yang
diambil konservatif, yaitu jumlah kas, sekuritas, piutang dan persediaan
tinggi maka siklus konversi kas perusahaan tersebut dapat panjang. Hal ini
disebabkan oleh perusahaan memiliki piutang dan persediaan yang besar
sehingga dapat mengakibatkan siklus konversi yang relatif panjang.
Berikut ini akan dibahas mengenai kebijakan investasi dalam modal
kerja yang terdiri dari kas, piutang, dan persediaan.

1. Kas
Kas merupakan dana yang tidak dapat memberikan laba maupun
penghasilan bunga bagi perusahaan. Kas akan digunakan oleh perusahaan
untuk membeli bahan baku, membayar tenaga kerja, membeli aktiva tetap
perusahaan dan kegiatan perusahaan yang lain yang dapat mendukung
kelancaran operasi perusahaan. Manfaat lain dengan dimilikinya kas yang
cukup adalah perusahaan akan dimungkinkan memanfaatkan potongan
penjualan yang ditawarkan oleh pemasok, meningkatkan rating kredit dan
untuk membiayai peluang usaha yang belum diprediksikan oleh perusahaan.
Oleh karena itu, tujuan manajemen kas adalah menentukan jumlah kas
minimal yang dimiliki perusahaan tetapi kegiatan dan operasi perusahaan
dapat berjalan dengan lancar dan perusahaan tidak kehilangan kesempatan
untuk berinvestasi pada bidang yang menguntungkan.
Ada beberapa alasan motivasi mengapa perusahaan memiliki kas, yaitu
berikut ini.
a. Transaksi. Setiap pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan selalu
dilakukan dari uang kas, begitu pula setiap penerimaan akan dimasukkan
ke dalam kas perusahaan. Sehingga kas perusahaan sangat diperlukan
dalam mendukung kelancaran transaksi perusahaan.
b. Kompensasi atas pinjaman dan pelayanan bank. Dana yang dipinjamkan
bank kepada perusahaan merupakan dana masyarakat yang dihimpun
oleh perusahaan melalui tabungan dan deposito. Sehingga semakin besar
bank dapat menghimpun dana masyarakat maka semakin besar pula
kemampuan bank untuk meminjamkan dana pada perusahaan dan hal ini
akan memperbesar keuntungan.
c. Berjaga-jaga. Perusahaan perlu menyimpan sejumlah dana yang akan
digunakan untuk berjaga-jaga bila sewaktu-waktu ada fluktuasi kas yang
tinggi di luar dari perencanaan perusahaan. Perusahaan semakin sulit
8.14 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

memprediksi arus kas, maka perusahaan harus menyediakan jumlah kas


yang semakin besar. Tetapi bila perusahaan memiliki akses dengan
sumber dana sehingga mudah dan cepat mendapatkan dana yang
dibutuhkan sewaktu-waktu maka perusahaan dapat menyediakan kas
yang tidak terlalu besar. Permasalahan yang sering timbul adalah bahwa
perusahaan belum tentu memiliki akses terhadap sumber dana atau
kalaupun memiliki akses, untuk mendapatkan dana secara cepat
diperlukan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu perusahaan perlu
membandingkan antara biaya yang ditimbulkan karena menyediakan kas
dalam jumlah besar (pengangguran dana di perusahaan) dengan biaya
yang timbul bila perusahaan harus menyediakan dana secara mendadak.
d. Spekulasi. Perusahaan sering perlu memiliki kas yang cukup besar
dengan alasan supaya perusahaan tidak kehilangan kesempatan
mendapatkan potongan tunai dan menangkap peluang investasi yang ada.

Selain beberapa motivasi di atas, manajemen keuangan dalam mengelola


modal kerja juga memiliki beberapa tujuan, yaitu berikut ini.
a. Memanfaatkan potongan tunai. Kerap kali potongan tunai yang
ditawarkan oleh pemasok cukup besar nilainya, sehingga apabila
perusahaan tidak memiliki dana cukup akan kehilangan kesempatan
mendapatkan potongan tunai.
b. Meningkatkan credit-rating, credit-rating yang baik akan me-
mungkinkan perusahaan untuk membeli barang dari pemasok dengan
syarat yang lebih lunak dan memudahkan perusahaan untuk
mendapatkan kredit dari bank.
c. Memanfaatkan peluang bisnis yang menguntungkan yang datangnya
sering tidak dapat diprediksikan. Contoh peluang bisnis ini adalah
tawaran istimewa dari pemasok atau kesempatan dapat mengambil alih
perusahaan lain.
d. Mengatasi keadaan darurat, seperti pemogokan, kebakaran, bencana
alam atau akibat reklame yang dilakukan oleh pesaing usaha.

Mengingat pentingnya kas bagi perusahaan, maka kas perlu dikelola


dengan efisien. Pengelolaan kas supaya dapat efisien maka perusahaan dapat
menyusun anggaran kas terlebih dahulu. Anggaran kas ini akan digunakan
oleh manajemen keuangan sebagai pedoman dalam mengelola kas. Dengan
berpedoman pada anggaran kas, manajemen keuangan tahu kapan dan untuk
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.15

apa dana perlu dikeluarkan serta kapan dan dari mana dana akan diterima
perusahaan.
Selain berpedoman pada anggaran kas, untuk meningkatkan efisiensi
pengelolaan kas manajemen keuangan perlu memperhatikan beberapa hal
lainnya seperti, menetapkan arus kas yang disinkronkan (synchronized cash
flow), memanfaatkan masa floating (masa mengambang), mempercepat
penagihan dan memperlambat pembayaran.
Arus kas yang disinkronkan merupakan situasi di mana arus kas masuk
diselaraskan dengan arus kas keluar sehingga saldo kas untuk keperluan
transaksi dapat diminimumkan. Jumlah saldo kas yang minimum akan
mengurangi pinjaman bank jangka pendek dan mengurangi beban bunga
pinjaman. Saldo kas yang minimum akan menjadikan jumlah uang yang
menganggur di perusahaan juga minimum. Hal ini berarti perusahaan mampu
memanfaatkan kas perusahaan dengan efisien sehingga dapat meningkatkan
pendapatan perusahaan dan mengurangi beban biaya bunga (karena pinjaman
dilakukan seminimal mungkin), akhirnya akan meningkatkan keuntungan.
Masa mengambang (floating), terdiri dari pengeluaran mengambang dan
penagihan mengambang. Pengeluaran mengambang merupakan cek yang
telah ditarik oleh perusahaan dari pelanggan tetapi cek tersebut belum
dikliringkan. Sedang penagihan mengambang merupakan jumlah cek yang
sudah diterima tetapi masih dalam proses penagihan. Misal, perusahaan
memiliki dana Rp100 juta di bank. Perusahaan membeli bahan baku seharga
Rp40 juta. Untuk membayar pembelian bahan baku tersebut perusahaan
mengirim cek kepada distributor. Saat cek dikirim, perusahaan mencatat
bahwa dana yang ada di bank berkurang dengan Rp40 juta, sehingga tinggal
Rp60 juta. Sebelum distributor mengkliringkan cek tersebut maka uang
perusahaan yang ada di bank oleh pihak bank masih dicatat Rp100 juta.
Seandainya pada masa tersebut (jangka waktu mulai cek dikirim sampai cek
dikliringkan) bank memberikan bunga maka perusahaan tetap akan
mendapatkan bunga dari uang Rp40 juta yang telah dituliskan dalam cek.
Bunga dari Rp40 juta tersebut merupakan penghasilan perusahaan yang
berasal dari pengeluaran mengambang. Sebaliknya, bagi distributor dana
Rp40 juta yang belum dikliringkan akan menjadi penagihan mengambang.
Selisih nilai dari pengeluaran mengambang terhadap penagihan
mengambang merupakan nilai mengambang bersih.
8.16 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Nilai mengambang Bersih = pengeluaran mengambang – penagihan


mengambang

Nilai mengambang bersih dapat juga dinyatakan sebagai selisih antara


saldo rekening bank (menurut pembukuan perusahaan) dengan saldo
rekening dalam pembukuan bank. Nilai mengambang bersih sebaiknya
bernilai positif. Hal ini dapat diupayakan dengan cara menyetor cek yang
telah diterima ke bank sesegera mungkin. Nilai mengambang bersih pada
dasarnya merupakan upaya perusahaan untuk mempercepat penagihan cek
yang diterimanya dan memperlambat penagihan cek yang ditariknya.
Perusahaan yang efisien akan mempercepat pemrosesan cek masuk, sehingga
dananya akan dapat cepat digunakan dan berusaha mengulur waktu
pembayaran selama mungkin.
Mempercepat Penagihan, untuk mempercepat penagihan, perusahaan
dapat melakukan dengan membentuk kotak pos khusus dan pra otorisasi
pemindahbukuan. Kotak pos khusus perusahaan akan dibuka di kota-kota
tertentu yang dekat dengan pelanggan. Perusahaan akan meminta pelanggan
untuk mengirimkan ceknya ke kotak pos khusus terdekat. Pegawai bank
kemudian akan mengambil cek tersebut dan mengkliringkannya di daerah
tersebut kemudian mengirimkan dananya melalui kawat ke bank perusahaan.
Dengan cara ini penagihan dapat dipercepat beberapa hari.
Pra otorisasi pemindahbukuan, memungkinkan pemindahan dana secara
otomatis dari rekening pelanggan ke rekening perusahaan pada tanggal
tertentu. Transaksi ini dilakukan tanpa ada cek. Cara ini dapat mempercepat
penagihan karena tidak ada waktu pengiriman dan pengkliringan cek. Cara
ini kurang disukai oleh pengusaha karena tidak menggunakan cek sehingga
tidak ada lagi waktu pengambangan dan tidak ada bukti pembayaran berupa
cek. Oleh karena itu, perusahaan lebih menyukai transaksi yang
menggunakan cek.
Memperlambat pengeluaran, dengan memperlambat pengeluaran maka
jumlah kas dapat diperbesar. Penundaan pembayaran yang terlalu panjang
dapat menimbulkan kesulitan bagi perusahaan, karena dapat menjadikan
perusahaan kurang dapat dipercaya oleh distributornya. Memperlambat
pembayaran dapat dilakukan dengan menggunakan draft untuk setiap
pembayaran. Untuk dapat menguangkan draft, penerima draft harus meminta
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.17

persetujuan dari penerbit draft. Hal ini pasti akan memerlukan waktu yang
dapat digunakan perusahaan sebagai usaha memperlambat pembayaran.

2. Piutang
Pada umumnya perusahaan lebih senang menjual produknya secara
tunai, namun karena persaingan yang semakin ketat sehingga perusahaan
melakukan penjualan secara kredit. Dengan menjual secara kredit diharapkan
penjualan perusahaan dapat tinggi dan tingginya penjualan diharapkan akan
meningkatkan keuntungan.
Dalam memutuskan penjualan kredit, perusahaan perlu mem-
pertimbangkan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena menjual
secara kredit (biaya untuk mengumpulkan dan administrasi piutang).
Semakin besar jumlah penjualan secara kredit biasanya jumlah biaya
pengumpulan dan administrasi piutang juga semakin besar.
Melihat manfaat dan biaya dari penjualan kredit, maka perusahaan perlu
mempertimbangkan jumlah penjualan kredit yang tepat bagi perusahaan
supaya biaya yang dikeluarkan dapat seimbang dengan manfaat yang
diperoleh dari penjualan kredit tersebut. Usaha untuk menyeimbangkan
jumlah penjualan kredit dengan jumlah biaya yang ditimbulkannya disebut
dengan kebijakan kredit optimal.
Walaupun jumlah penjualan kredit perusahaan sudah optimal,
perusahaan tetap harus memantau pengumpulan piutang, karena apabila
jumlah piutang yang ada tidak dapat tertagih akan menyebabkan jumlah
piutang terus meningkat dan menurunkan jumlah persediaan dan jumlah
aliran kas (cash flow). Piutang yang tidak tertagih kecuali menurunkan
penerimaan kas juga akan menurunkan keuntungan, karena piutang yang
tidak tertagih akan menjadi kerugian.
Saat melakukan penjualan kredit, jumlah persediaan akan berkurang dan
timbullah piutang usaha. Piutang usaha adalah jumlah tagihan pada
pelanggan atau pembeli. Saat piutang usaha dibayarkan oleh pelanggan maka
jumlah kas perusahaan akan bertambah dan piutang berkurang.
Jumlah piutang usaha bagi perusahaan ditentukan oleh besarnya jumlah
penjualan kredit dan jangka waktu rata-rata antara mulai terjadinya penjualan
sampai terealisasikannya penagihan. Misal, perusahaan memutuskan bahwa
mulai awal bulan Juli akan melakukan penjualan kredit dengan jangka waktu
10 hari dan jumlah penjualan kredit per hari Rp300.000,-. Pada tanggal 1 Juli
perusahaan akan memiliki piutang sebesar Rp300.000,-. Jumlah piutang
8.18 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

kredit tanggal 2 Juli menjadi Rp600.000,-, terdiri dari piutang tanggal 1


Rp300.000,- ditambah piutang dari penjualan kredit tanggal 2 sebesar
Rp300.000,- demikian seterusnya. Sehingga pada tanggal 10 perusahaan
memiliki piutang sejumlah 10 X Rp300.000,- atau sejumlah Rp3.000.000,-.
Pada tanggal 11 Juli, perusahaan melakukan penjualan kredit sebesar
Rp300.000,-, tetapi pada tanggal 11 tersebut perusahaan menerima pelunasan
piutang dari pelanggan yang membeli pada tanggal 1 Juli sebesar Rp300.000,-
. Sehingga jumlah piutang pada tanggal 11 Juli menjadi Rp3.000.000,-.
Jumlah piutang usaha dapat dicari dengan:

Piutang usaha = penjualan kredit per hari X jangka waktu penagihan

Dalam kasus di atas menjadi:


Piutang usaha = Rp300.000,- X 10
= Rp3.000.000,-

Apabila jumlah penjualan kredit per hari berubah atau jangka waktu
penagihan berubah maka akan mempengaruhi jumlah piutang usaha.
Perusahaan untuk dapat menjual secara kredit sebanyak Rp300.000,- per
hari, memerlukan dana untuk membuat produk tersebut sebesar Rp240.000,-
(sehingga profit margin perusahaan sebesar 25%). Untuk keperluan tersebut
maka pemilik usaha menyerahkan dana (sebagai saham biasa) sebesar
Rp240.000,-. Transaksi ini akan nampak dalam pembukuan perusahaan
sebagai berikut.

Persediaan Rp240.000,- Saham biasa Rp240.000,-


Total Aset Rp240.000,- Total kewajiban dan Ekuitas Rp240.000,-

Pada akhir tanggal 1 Juli neraca perusahaan akan nampak sebagai


berikut.

Piutang Rp300.000,- Saham biasa Rp240.000,-


Persediaan - Laba ditahan Rp 60.000,-
Total Aset Rp300.000 Total kewajiban dan ekuitas Rp300.000,-
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.19

Untuk menjamin kelancaran penjualan kredit, maka perusahaan


memutuskan untuk memiliki persediaan sebesar Rp240.000,-. Untuk
memenuhi kebutuhan ini perusahaan melakukan pinjaman ke bank sebesar
Rp240.000,- sehingga tercatat dalam pembukuan perusahaan sebagai berikut.

Piutang Rp300.000,- Utang Bank Rp240.000,-


Persediaan Rp240.000,- Saham Biasa Rp240.000,-
Laba Ditahan Rp 60.000,-
Total Aset Rp540.000,- Total kewajiban dan Ekuitas Rp540.000,-

Pada hari itu juga persediaan sudah menjadi barang jadi dan dapat terjual
sehingga sore hari tanggal 2 Juli persediaan sudah berubah menjadi piutang
usaha. Perusahaan akan meminjam lagi Rp240.000,- untuk membeli
persediaan hari ketiga. Proses ini terus berlanjut hingga hari kesebelas.
Sehingga neraca pada tanggal 11 Juli akan nampak sebagai berikut.

Piutang Rp3.000.000,- Utang Bank Rp 240.000,-


Persediaan Rp 240.000,- Saham biasa Rp 240.000,-
Laba Ditahan Rp 60.000,-
Total Aset Rp3.240.000,- Total Kewajiban dan Ekuitas Rp3.240.000

Sejak tanggal 11 Juli tersebut piutang usaha akan ditagih (karena jangka
waktu kredit hanya 10 hari). Piutang yang ditagih setiap hari Rp100.000,- dan
Rp80.000,- di antaranya akan digunakan untuk membiayai penjualan pada
hari tersebut. Tambahan pinjaman bank tidak diperlukan lagi dan pinjaman
bank akan dilunasi dari laba yang dihasilkan.
Seandainya penjualan per hari meningkat menjadi Rp200.000,- maka
setelah 10 hari neraca akan nampak sebagai berikut.

Piutang Rp6.000.000,- Utang Bank Rp5.040.000,-


Persediaan Rp 480.000,- Saham Biasa Rp 240.000,-
Laba Ditahan Rp1.200.000,-
Total Aset Rp6.480.000 Total Kewajiban dan Ekuitas Rp6.480.000,-
8.20 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Dari contoh perhitungan di atas, tampak bahwa jumlah piutang


tergantung pada tingkat penjualan dan periode penagihan. Setiap kenaikan
piutang usaha memerlukan tambahan pembiayaan, tetapi jumlah pembiayaan
piutang tidak sama besarnya dengan jumlah piutang tersebut karena di dalam
piutang terkandung unsur keuntungan (Rp60.000,- dari setiap Rp300.000,-
penjualan) yang tidak menjadi pengeluaran kas. Dalam contoh di atas
pembiayaan piutang (penjualan) dilakukan dengan pinjaman dari bank,
kemungkinan pembiayaan lainnya adalah dengan membeli faktor produksi
secara kredit (pembiayaan bersumber dari utang usaha), menerbitkan obligasi
atau saham biasa dan lainnya.
Keberhasilan penjualan kredit tergantung oleh banyak faktor, baik faktor
dari luar maupun faktor dari dalam perusahaan. Faktor dari dalam perusahaan
dapat dikendalikan oleh perusahaan, sedang faktor dari luar tidak dapat
dikendalikan oleh perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan
kredit dan dapat dikendalikan oleh perusahaan disebut kebijakan kredit.
Kebijakan kredit mencakup berikut ini.
a. Periode kredit, yaitu jangka waktu antara terjadinya penjualan hingga
tanggal jatuh tempo pembayaran.
b. Besarnya diskon yang diberikan untuk mendorong pembayaran yang
lebih cepat.
c. Standar kredit, yaitu persyaratan minimal atas kemampuan keuangan
dari para pelanggan agar membeli secara kredit.
d. Kebijakan penagihan, yaitu sampai sejauh mana tindakan atau
kelonggaran yang diberikan perusahaan atas piutang yang tidak dibayar
pada waktunya.

Periode kredit dan diskon yang diberikan secara bersamaan disebut


syarat penjualan kredit (credit term). Bila perusahaan memberikan tenggang
waktu pembayaran penjualan kepada pelanggan selama 60 hari, dan bila
pelanggan membayar sebelum hari ke sepuluh dari waktu transaksi maka
akan mendapat potongan sebesar 5%. Hal inilah yang disebut dengan syarat
penjualan kredit dan akan dituliskan dengan: 5/10, net. 60.
Perusahaan dalam menentukan syarat penjualan kredit sering pula
dengan memperhatikan waktu-waktu sibuk dan waktu luang pelanggan.
Perusahaan sering mengizinkan pelanggan untuk mengambil barang terlebih
dahulu pada waktu menjelang waktu sibuk pelanggan, kemudian
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.21

membayarnya setelah waktu sibuk tersebut telah berlalu. Hal ini disebut
dengan penanggalan musiman (seasonal dating).
Untuk lebih menjamin terkumpulnya piutang maka perusahaan harus
menentukan standar kredit, yaitu standar yang ditetapkan perusahaan tentang
kemampuan keuangan minimum dari calon pelanggan agar mendapatkan
pembelian secara kredit. Penetapan standar kredit memerlukan pengukuran
atas kualitas kredit, yaitu probabilitas terjadinya penunggakan atau tidak
terbayarnya piutang oleh pelanggan. Estimasi probabilitas ini dilakukan
secara subjektif. Untuk keakuratan penentuan probabilitas perusahaan dapat
menggunakan pengalaman perusahaan sendiri terhadap berbagai kelompok
pelanggan yang ada.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur
kualitas kredit yaitu dengan credit scoring (sistem 5K) mencari sumber
informasi kredit, dan manajemen by exception.
Credit Scoring digunakan perusahaan untuk menentukan probabilitas
terjadinya penunggakan atau kemacetan bila diberi kredit. Setiap pelanggan
akan diberi skor kredit berdasar pengalaman kegagalan dan kepatuhan dalam
memenuhi persyaratan kredit yang diberikan oleh perusahaan. Pelanggan
yang mendapat skor terendah harus mendapat pengawasan lebih besar oleh
perusahaan dalam pemberian kredit untuk masa yang akan datang. Pelanggan
yang memiliki skor tinggi akan mendapat kemudahan-kemudahan dalam
kredit yang diajukan pada perusahaan.
Sistem 5K, merupakan metode tradisional yang dapat digunakan untuk
mengukur kualitas kredit pelanggan. Lima faktor tersebut terdiri dari berikut
ini.
a. Karakter, mengetahui sampai sejauh mana pelanggan berusaha untuk
dapat memenuhi kewajiban kreditnya. Perusahaan dapat memperoleh
informasi mengenai latar belakang prestasi pelanggan dari bank,
pemasok lainnya, pelanggan dan pesaingnya.
b. Kapasitas, merupakan penilaian subjektif mengenai kemampuan
pelanggan untuk membayar. Hal ini dapat diketahui dari laporan
keuangan pelanggan dan dilengkapi dengan peninjauan usaha pelanggan.
c. Kapital, besarnya modal pelanggan. Hal ini dapat dilihat dari analisis
laporan keuangan pelanggan. Analisis yang dilihat dapat dari rasio-rasio
risiko utang terhadap aktiva, rasio likuiditas dan rasio kemampuan
membayar beban bunga.
8.22 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

d. Kolateral, yaitu agunan dari setiap aktiva yang ditawarkan pelanggan


sebagai jaminan agar memperoleh kredit.
e. Keadaan, mengacu pada kecenderungan perekonomian negara maupun
daerah tertentu yang dapat mempengaruhi kemampuan pelanggan untuk
membayar kreditnya.

Informasi mengenai kelima faktor tersebut, merupakan informasi


pelanggan pada masa lalu, yang dapat diperoleh baik dari pelanggan sendiri
maupun dari sumber lain. Di Indonesia, setiap tahun Bank Indonesia selalu
menerbitkan informasi kredit yang antara lain berisi nama-nama perusahaan
dan individu yang masuk dalam daftar hitam (black list) Bank Indonesia.
Perusahaan atau individu tersebut dimasukkan ke daftar hitam karena
ketidakberesannya dalam penyelesaian kewajiban kredit.
Untuk mengumpulkan piutang, perusahaan perlu menyusun prosedur
untuk menagih piutang usaha. Proses penagihan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan oleh perusahaan, mungkin akan memakan biaya yang cukup
banyak dan dapat pula mempengaruhi hubungan perusahaan dengan
pelanggan. Namun demikian hal ini tetap harus dilakukan oleh perusahaan
supaya piutang dapat terkumpul sesuai dengan skedul pengumpulan piutang.
Karena pengumpulan piutang memerlukan pengeluaran biaya yang cukup
banyak maka perusahaan harus membandingkan biaya penagihan
(pengumpulan piutang) dengan manfaat dari terkumpulnya piutang. Manfaat
lain yang perlu dipertimbangkan adalah peningkatan penjualan yang juga
akan meningkatkan keuntungan perusahaan.
Besarnya piutang perusahaan juga sebaiknya dipantau setiap saat.
Pemantauan piutang ini diperlukan untuk mengetahui efektivitas kebijakan
kredit yang telah ditetapkan perusahaan dari waktu ke waktu. Efektivitas
kebijakan kredit dapat dilihat dari jangka waktu penagihan (DSO = day sales
outstanding). Bandingkan DSO perusahaan dengan DSO rata-rata industri.
Bila DSO perusahaan lebih kecil atau sama dengan DSO rata-rata industri
berarti perusahaan dapat dikatakan lebih efektif dibanding perusahaan
lainnya.
DSO juga dapat dibandingkan dengan syarat kredit yang diberikan oleh
perusahaan. Bila DSO perusahaan selama 35 hari padahal syarat penjualan
perusahaan adalah 2/10, n.30. Berarti rata-rata pelanggan membayar kurang
tepat waktu, yaitu melebihi jangka waktu maksimal kredit yang diberikan (30
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.23

hari). Hal ini dapat lebih jelas lagi bila dibandingkan dengan skedul umur
piutang (aging schedule).
Skedul umur piutang merupakan laporan yang menunjukkan lama umur
piutang dengan memberikan prosentase pada kelompok yang belum jatuh
tempo dan kelompok piutang yang jatuh temponya telah melewati periode
tertentu.
Manajemen harus secara teratur memantau jangka waktu penagihan dan
skedul umur piutang untuk mengetahui trend dan kesesuaiannya dengan
syarat kredit yang diberikan perusahaan. Dari hal ini kemudian dapat dinilai
keefektifan departemen kredit dibandingkan dengan perusahaan lain dalam
industri sejenis. Bila DSO makin panjang atau jika skedul umur piutang
memperlihatkan pertambahan persentase piutang yang telah jatuh tempo,
maka kebijakan penjualan kredit perlu diperketat.
Pemantauan piutang diperlukan untuk menghindari peningkatan jumlah
piutang yang tidak tertagih. Peningkatan piutang tidak tertagih yang terus-
menerus akan menyebabkan harga saham perusahaan menurun. Hal ini
disebabkan oleh piutang yang tidak tertagih merupakan kerugian bagi
perusahaan. Bila piutang tidak tertagih meningkat berarti kerugian
perusahaan juga akan meningkat. Peningkatan kerugian perusahaan tentu
tidak disukai oleh pemegang saham, sehingga mereka akan menjual
sahamnya bersama-sama. Penjualan saham secara besar-besaran oleh para
pemegang saham ini akan menurunkan harga saham.

3. Persediaan
Persediaan dalam perusahaan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: (1)
persediaan bahan mentah, (2) persediaan barang dalam proses dan (3)
persediaan barang jadi. Besarnya tingkat persediaan tergantung dengan
tingkat penjualan perusahaan. Kesalahan dalam menentukan jumlah
persediaan dapat merugikan perusahaan. Persediaan yang terlalu kecil
menyebabkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk menjual lebih
banyak lagi karena kehabisan persediaan dan kehilangan kesempatan
mendapatkan keuntungan. Penetapan jumlah persediaan yang terlalu besar
juga akan menimbulkan biaya tambahan (biaya penyimpanan) yang besar
serta ada dana menganggur yang tertanam dalam persediaan yang biasanya
tidak dalam jumlah sedikit.
Manajemen persediaan mencakup penentuan jumlah untuk setiap jenis
persediaan, jumlah barang yang harus dipesan (diproduksi) dan waktu
8.24 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

pemesanan. Manajemen ketiga hal tersebut sangat penting untuk dapat


mencapai jumlah persediaan yang optimal.
Manajemen persediaan pada dasarnya hampir sama dengan manajemen
kas dan manajemen aktiva. Untuk memperlancar operasi maka perusahaan
harus memiliki persediaan operasi (working stock). Persediaan operasi
diperlukan untuk memenuhi permintaan barang yang diperkirakan akan
terjadi di masa yang akan datang. Jumlah persediaan ini sangat tergantung
dengan perkiraan produksi dan tingkat penjualan perusahaan.
Jumlah permintaan kemungkinan dapat melebihi dari estimasi
permintaan yang telah dilakukan oleh perusahaan, oleh karena itu perusahaan
perlu memiliki cadangan persediaan. Cadangan persediaan yang diperlukan
untuk berjaga-jaga dan untuk keamanan perusahaan karena ada kemungkinan
naiknya permintaan disebut dengan persediaan pengaman (safety stock).
Jumlah safety stock yang diadakan oleh perusahaan akan menimbulkan
biaya. Oleh karena itu perusahaan perlu mempertimbangkan keseimbangan
jumlah biaya yang ditimbulkan dengan manfaat dari adanya safety.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan perusahaan untuk mencukupi
kebutuhan persediaan. Cara pertama perusahaan membeli bahan baku atau
memproduksi dalam jumlah yang banyak sekaligus, maka perusahaan akan
memiliki jumlah persediaan yang cukup besar. Tetapi hal ini akan
menimbulkan masalah yaitu muncul biaya persediaan yang besar, di samping
itu juga ada risiko keusangan dari barang yang disimpan terlalu lama. Cara
kedua perusahaan dapat membeli atau memproduksi barang sedikit-sedikit
tetapi sering. Dengan sering membeli barang akan menimbulkan biaya pesan
yang tinggi. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut maka
perusahaan akan mempertimbangkan jumlah barang setiap kali beli dan
waktu pembelian yang tepat supaya perusahaan memiliki jumlah persediaan
yang optimal dengan tingkat biaya seminimal mungkin. Salah satu metode
untuk menentukan jumlah persediaan yang optimal ini adalah metode EOQ
(Economic Order Quantity).

B. BIAYA PERSEDIAAN

Perusahaan seharusnya memiliki persediaan yang cukup dengan biaya


persediaan seminimal mungkin. Untuk mengetahui biaya persediaan maka
perusahaan perlu mendeteksi macam-macam biaya persediaan yang mungkin
muncul. Apabila biaya karena adanya kekurangan persediaan di-
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.25

kesampingkan dahulu maka, biaya yang mungkin muncul dari persediaan


adalah biaya simpan dan biaya pesan atau biaya pengadaan persediaan.

1. Biaya Simpan
Biaya simpan muncul karena perusahaan menyimpan barang di gudang.
Oleh karena itu, jenis biaya yang terkait dengan penyimpanan barang tersebut
adalah: biaya tertanamnya dana perusahaan pada barang yang disimpan,
biaya gudang dan penyusutan. Jumlah masing-masing biaya ini sebanding
dengan jumlah persediaan yang ada di gudang. Oleh karena itu, rata-rata
biaya simpan dapat dirumuskan sebagai berikut.
Persediaan rata-rata:
A = Q/2 , di mana A = Pesanan rata-rata
Q = Kuantitas pesanan
Q = S/N, di mana S = jumlah kebutuhan dalam satu tahun
N = frekuensi pemesanan dalam satu tahun
Sehingga dapat pula dituliskan:
A = (S/N) : 2

Contoh, PT ABC dalam satu tahun merencanakan melakukan penjualan


sebanyak 360.000 unit dan melakukan pemesanan untuk satu tahun sebanyak
4 kali maka persediaan rata-rata yang dimiliki PT ABC 45.000 unit:
A = Q/2 = S / N = 360.000 / 4 = 90.000 /2
2 2
= 45.000 unit.

Persediaan akan mencapai jumlah tertinggi 90.000 unit tepat setelah


barang pesanan diterima, kemudian terus berkurang setiap hari karena
digunakan (dijual) sampai dengan barang tersebut habis (0), sampai pesanan
berikutnya datang. Sehingga rata-rata pesanan sebesar 45.000 unit.
Biaya modal persediaan = COC X A X P
Keterangan:
COC = biaya modal
A = rata-rata persediaan
P = harga beli persediaan per unit.
8.26 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Contoh, jika harga beli persediaan Rp20,- dan biaya modal (cost of
capital) yang harus ditanggung oleh PT ABC adalah 10% maka beban biaya
modal untuk persediaan yang harus ditanggung Rp 90.000,-:
Biaya modal = COC X A X P
= 10% X 45.000 X Rp20,-
= Rp90.000,-.
Jumlah biaya simpan, TCC (Total Carrying Cost) diperoleh dengan rumus:
TCC = ( C ) X (P) X (A)
Keterangan:
TCC = total biaya simpan tahunan
C = persentase biaya atas penyimpanan persediaan
P = harga beli per unit
A = persediaan rata-rata

Contoh, seandainya biaya sewa gudang dan keamanan setiap tahun


Rp20.000,-, biaya asuransi Rp5.000,- biaya penyusutan dan keusangan
Rp10.000,- maka total biaya persediaan yang harus ditanggung oleh PT.
ABC adalah:
Rp30.000 +Rp20.000 + Rp5.000 + Rp10.000 = Rp65.000,-
Persentase biaya atas penyimpanan persediaan (C)
Rp65.000 /Rp90.000 = 72%
Total biaya simpan perusahaan:
TCC = ( C ) X (P) X (A)
TCC = 0,72 X Rp20 X 45.000
= Rp648.000,0
Sehingga total biaya simpan perusahaan Rp648.000,-.

2. Biaya Pesan
Biaya pesan disebut pula dengan ordering cost. Biaya pesan merupakan
biaya yang timbul karena perusahaan melakukan pemesanan dan menerima
barang pesanan. Biaya ini merupakan biaya tetap yang tidak dipengaruhi oleh
besarnya persediaan rata-rata.
Biaya pesan (Total Ordering Cost) dapat diperoleh dengan rumus:
TOC = (F) X (N)
Keterangan:
TOC = total biaya pesan
F = jumlah biaya tetap untuk setiap kali pesan
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.27

N = Frekuensi pesanan selama satu tahun


S/N
Apabila A = maka N = S/2A,
2
2A = Q sehingga N = S/Q
Oleh karena itu, total biaya pemesanan dapat juga dirumuskan menjadi:
TOC = (F) X (N)
= F (S/Q)
Keterangan:
TOC = total biaya pesan
F = biaya setiap kali pesan
S = jumlah kebutuhan satu tahun
N = banyaknya frekuensi pesan selama satu tahun
Q = jumlah unit setiap kali pesan
Seandainya biaya setiap kali melakukan pesanan adalah Rp1000,- maka
biaya pemesanan tahunan sebesar:
TOC = F (S/Q) = Rp1000 (360.000/900.000)
= Rp4000,-

3. Total Biaya Persediaan


Total biaya persediaan merupakan penjumlahan dari total biaya
penyimpanan (TCC) ditambah dengan total biaya pemesanan (TOC).Total
biaya persediaan (TIC) bila dirumuskan menjadi:
TIC = TCC + TOC
= ( C ) (P) (A) + F (S/Q)

Keterangan:
TIC = total biaya persediaan
TCC = total biaya penyimpanan
TOC = total biaya pesan
F = biaya setiap kali pesan
S = jumlah kebutuhan satu tahun
Q = jumlah unit setiap kali pesan
P = harga persediaan per unit
A = rata-rata persediaan
C = persentase biaya atas penyimpanan persediaan

Mengingat A = Q/2 maka TIC dapat pula dirumuskan:


8.28 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

TIC = ( C ) (P) (Q/2) + F (S/Q)


Pada contoh PT ABC yang melakukan pesanan sebanyak 30.000 unit
setiap kali pesan dan dalam setahun melakukan pesanan sebanyak 4 kali,
maka total biaya persediaan yang harus ditanggung PT ABC untuk kurun
waktu satu tahun adalah:
TIC = Rp65.000,- + Rp4.000,-
= Rp69.000,-
atau :
TIC = (0,2167) (Rp20,-) (30.000/2) + Rp1.000,-
(360.000/900.000)
= Rp65.000 + Rp4.000,-
= Rp69.000,-
Maka total biaya persediaan Rp69.000,-

Dalam menentukan jumlah biaya persediaan, akan lebih bijaksana


apabila perusahaan juga memperhatikan inflasi yang terjadi. Apabila tingkat
inflasi yang terjadi kecil, maka biaya inflasi dapat diabaikan, tetapi bila
inflasi yang terjadi cukup besar maka biaya inflasi ini perlu diperhitungkan
dalam menentukan jumlah biaya persediaan.
Tingkat inflasi akan mempengaruhi nilai barang yang ada dalam
persediaan. Nilai inflasi yang semakin tinggi akan meningkatkan nilai
persediaan. Sehingga akan memperkecil biaya penyusutan barang yang ada
dalam persediaan. Di samping itu, inflasi juga akan meningkatkan suku
bunga sehingga akan meningkatkan biaya modal dari dana yang terserap pada
persediaan. Hal ini akan meningkatkan persentase biaya penyimpanan ( C)
meningkat. Apabila inflasi yang terjadi tidak melonjak atau dia atas rata-rata,
biasanya tingkat inflasi tidak akan menaikkan maupun menurunkan tingkat
persediaan optimal perusahaan secara keseluruhan. Tetapi bila inflasi yang
terjadi berubah drastis (di luar rata-rata) maka tingkat inflasi perlu
diperhatikan karena dapat mempengaruhi besarnya biaya persediaan.

4. Just in Time (JIT)


Just in time merupakan suatu sistem pengendalian persediaan di mana
produsen mengoordinasikan produksinya dengan pemasok sehingga
kebutuhan bahan baku dan komponen-komponen lainnya tiba tepat saat
dibutuhkan dalam proses produksi.
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.29

Tujuan dari metode just in time adalah untuk mengurangi biaya


pemesanan dan biaya simpan serta harga beli persediaan. Keuntungan
menggunakan metode ini adalah perusahaan lebih dapat menjadwalkan
rencana produksi dengan lebih baik dan jumlah persediaan pengaman dapat
ditekan sekecil mungkin.
Dalam penerapan just in time, perusahaan sering memanfaatkan pihak
luar untuk memasok komponen-komponen yang akan dirangkaikan dalam
produk perusahaan. Perusahaan tidak membuat sendiri komponen tersebut,
tetapi dengan memesan dari pihak luar yang produksinya sesuai dengan
spesifikasi komponen perusahaan. Penggunaan sumber luar ini disebut
dengan outsorcing. Dengan demikian, jumlah persediaan dalam perusahaan
dapat ditekan sekecil mungkin.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Mengapa perusahaan perlu manajemen modal kerja?


2) Jelaskan secara singkat istilah berikut ini.
a) Periode konversi persediaan
b) Periode konversi piutang usaha
c) Periode penangguhan utang usaha
3) Sebut dan jelaskan tiga alternatif kebijakan investasi dalam modal kerja!
4) Apa manfaat penyelarasan jatuh tempo aktiva dengan jatuh tempo
kewajiban? Apa kelemahannya?
5) Mengapa manajemen kas dianggap penting?
6) Bagaimana penjualan yang bersifat musiman mempengaruhi keputusan
perusahaan sehubungan dengan jumlah kredit jangka pendek yang
digunakan dalam struktur keuangan?
7) Dengan asumsi volume penjualan konstan, apakah menurut perkiraan
Anda perusahaan tersebut akan memiliki saldo kas yang lebih besar saat
periode konservatif atau agresif, mengapa?
8) Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang
perusahaan!
9) Apa tujuan perusahaan memberikan potongan tunai?
10) Sebut dan jelaskan secara ringkas konsep 5K dalam perkreditan!
8.30 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

11) Sebut sumber-sumber informasi pelanggan yang berhubungan dengan


prestasi kredit yang diperlukan perusahaan ketika akan memberikan
kredit!
12) Jelaskan secara singkat DSO dan skedul umur piutang dan uraikan
bagaimana penggunaannya untuk memantau posisi piutang!
13) Apa yang dimaksud dengan working stock dan safety stock, serta apa
manfaat perusahaan menentukan kedua macam persediaan tersebut?
14) Jelaskan apa yang dimaksud dengan persediaan optimal!
15) Sebut dan jelaskan komponen total biaya persediaan serta bagaimana
menghitung masing-masing komponen biaya tersebut?

Petunjuk Jawaban Latihan

Semua jawaban latihan ada dalam uraian Kegiatan Belajar 1. Baca uraian
dengan baik dan teliti, pahami maknanya, maka semua pertanyaan dalam
latihan akan dapat terjawab dengan baik. Bila Anda tetap tidak dapat
menjawab dengan baik, baca uraian Kegiatan Belajar 1 sekali lagi. Bila
masih tetap tidak dapat menjawabnya, tanyakan pada staf pengajar yang
ditunjuk pada sesi tatap muka.

RAN GK U MA N

1) Kebijakan modal kerja merupakan kebijakan untuk menentukan


jumlah kebutuhan modal kerja dan cara pemenuhan kebutuhan
modal kerja tersebut.
2) Periode konversi persediaan adalah jangka waktu rata-rata yang
dibutuhkan untuk mengonversi bahan baku menjadi barang jadi dan
kemudian menjualnya.
3) Periode penangguhan utang usaha adalah jangka waktu rata-rata
sejak pembelian bahan baku atau sejak karyawan bekerja sampai
pembayaran dilakukan. Siklus konversi kas adalah sejak bahan baku
dibayar hingga barang jadi dijual dan menjadi kas kembali. Periode
konversi kas dihitung dengan:

Siklus Periode Periode Periode


Konversi = konversi + Konversi - Penangguhan
Kas persediaan Piutang Utang
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.31

4) Ada tiga alternatif kebijakan modal kerja yaitu konservatif, moderat


dan agresif, sedang alternatif pendanaan modal kerja didapat dari
utang jangka pendek, utang jangka panjang dan modal sendiri atau
kombinasi ketiganya.
5) Posisi piutang usaha dapat dipantau melalui skedul umur piutang,
hal ini diperlukan untuk memperkecil piutang tidak tertagih.
6) Kebijakan kredit perusahaan mencakup periode kredit, diskon yang
diberikan pada pembeli yang membayar lebih cepat, dan kebijakan
penagihan piutang.
7) Metode tradisional untuk mengukur kualitas kredit pelanggan
dengan menggunakan 5K yaitu karakter, kapasitas, kapital, kola-
teral, dan keadaan.
8) Persediaan besi merupakan jumlah persediaan yang selalu ada dalam
perusahaan dan digunakan untuk berjaga-jaga bila ada peningkatan
penjualan atau bila ada keterlambatan datangnya pesanan.
9) Total biaya persediaan merupakan penjumlahan dari biaya pesan
dengan biaya simpan.
10) Perubahan inflasi secara keseluruhan tidak akan berpengaruh besar
terhadap nilai persediaan, karena peningkatan nilai persediaan akan
diikuti oleh peningkatan biaya modal (bunga) yang kerap kali
peningkatan biaya modal ini lebih besar.
11) Just in time merupakan suatu sistem pengendalian persediaan di
mana produsen mengoordinasikan produksinya dengan pemasok
sehingga kebutuhan bahan baku dan komponen-komponen lainnya
tiba persis saat dibutuhkan dalam proses.

TES FORMATIF 1

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!

1) PT XYX memiliki data penjualan kredit selama 1 semester pertama


tahun 2003 adalah sebagai berikut:

Bulan Jumlah Penjualan Kredit


Januari Rp 50.000.000
Februari Rp100.000.000
Maret Rp120.000.000
April Rp105.000.000
Mei Rp140.000.000
Juni Rp160.000.000
8.32 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Selama ini konsumen dalam membayar penjualan mengikut pola: 20%


membayar pada saat bulan transaksi, 30% membayar satu bulan setelah
bulan transaksi dan 50% membayar pada dua bulan setelah bulan
transaksi. Berdasarkan data tersebut Anda diminta:
a) Piutang perusahaan pada bulan Maret dan Juni
b) Diasumsikan 1 triwulan ada 90 hari, berapa ADS dan DSO pada
kuartal pertama dan kedua
c) Berapa kumulatif ADS dan DSO pada semester pertama tersebut?
d) Susun skedul umur piutang pada kuartal pertama, dengan
menggunakan range 0-30, 31-60, dan 61-90 hari.
e) Susun skedul piutang yang belum tertagih pada kuartal kedua.

2) PT CTX dapat menjual produknya sebanyak 1.500 unit setiap hari.


Proses produksi dari bahan baku menjadi barang jadi diperlukan waktu
22 hari. Biaya tenaga kerja dan bahan baku per produk Rp6,-.
Perusahaan memberikan tenggang waktu pembayaran pada
pelanggannya selama 40 hari. Dari para pemasok PT CTX rata-rata
mendapatkan tenggang waktu pembayaran selama 30 hari.
a) Berapa lama siklus konversi PT CTX?
b) Bila PT CTX rata-rata per hari dapat memproduksi 1.500 unit,
berapa jumlah modal kerja yang harus disediakan PT CTX?
c) Berapa kebutuhan pembiayaan modal kerja PT CTX dapat dikurangi
bila PT CTX dapat memperpanjang periode penangguhan hutang
usaha menjadi 35 hari?

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.33

K E gi A t A n B E L AJ AR 2

Sumber-sumber Pendanaan Jangka Pendek

D alam bagian kegiatan belajar sebelumnya (Modul 7, Kegiatan Belajar


1), sudah dibahas tentang alternatif kebijakan pendanaan aktiva. Di samping
itu, perusahaan juga mengetahui bahwa jatuh tempo utang jangka pendek
dapat mempengaruhi risiko maupun tingkat pengembalian yang diharapkan.
Untuk mendapatkan utang jangka pendek, perusahaan akan dibebani bunga
yang lebih besar dibanding pinjaman jangka panjang, utang jangka pendek
juga akan lebih berisiko, namun akan diperoleh dengan waktu
yang relatif cepat dengan persyaratan yang relatif fleksibel.
Tujuan dari pembahasan sumber pendanaan jangka pendek ini adalah
mengkaji berbagai utang jangka pendek yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pendanaan operasi perusahaan. Yang dimaksudkan utang jangka
pendek di sini adalah utang yang jangka waktu pelunasannya kurang dari satu
tahun.
Contoh, perusahaan PTS adalah salah satu perusahaan pemintalan
benang. Perusahaan ini biasanya melakukan pembelian bahan baku dari
pemasok dengan kredit musiman, maksudnya bahwa perusahaan dapat
mengambil bahan baku dari pemasok pada saat menjelang kesibukan
produksi dan kemudian membayarnya pada saat mulai berproduksi atau
bahkan setelah masa kesibukan tersebut berlalu. Biasanya kesibukan
perusahaan PTS ini terjadi sekitar 2 bulan menjelang lebaran. Sehingga
perusahaan boleh mengambil bahan baku dari pemasok pada bulan ketiga
sebelum lebaran dan membayarnya setelah 2 bulan atau 1 bulan menjelang
lebaran. Sehingga apabila perusahaan belum memiliki dana dalam waktu 3
bulan sebelum lebaran, perusahaan tidak perlu mengusahakan dana untuk
membeli bahan baku tersebut. Perusahaan dapat membeli tanpa membayar
dahulu, hal inilah yang disebut sebagai sumber pendanaan dari utang usaha.
Sumber pendanaan tersebut biasanya dalam jangka pendek atau kurang dari
satu tahun. Fasilitas ini dapat diperoleh perusahaan karena kredibilitas
perusahaan di mata pemasok dianggap baik dan perusahaan juga sudah
memiliki hubungan baik dengan pemasok.
Ada beberapa sumber pendanaan jangka pendek yang dapat
dimanfaatkan perusahaan. Sumber pendanaan jangka pendek yang akan
dibahas dalam kegiatan belajar 2 ini meliputi: utang dagang, pos-pos akrual,
8.34 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

utang jangka pendek dan surat berharga jangka pendek. Berikut ini akan
dibahas masing-masing sumber pendanaan jangka pendek tersebut.

A. UTANG DAGANG

Utang dagang muncul karena perusahaan melakukan pembelian secara


kredit. Utang dagang dalam perusahaan biasanya merupakan bagian terbesar
dari utang jangka pendek perusahaan. Utang dagang merupakan sumber
pendanaan yang bersifat spontan. Dikatakan bersifat spontan karena utang
dagang timbul dari adanya transaksi perdagangan yang dilakukan oleh
perusahaan sehari-hari.
Utang dagang merupakan sumber pendanaan penting dan dapat
diperoleh secara lebih mudah dan tanpa agunan khusus. Perusahaan yang
tidak memiliki agunan biasanya akan sulit mendapatkan pinjaman dari bank.
Perusahaan yang tidak dapat memperoleh pinjaman dari bank, apabila dapat
meyakinkan pemasoknya, perusahaan tersebut akan dapat memperoleh utang
dagang dari pemasok. Pemasok biasanya akan lebih dapat mengerti risiko
dan kemampuan perusahaan untuk setiap industri yang digelutinya. Pemasok
dapat menilai kemampuan perusahaan lebih baik daripada pihak bank. Oleh
karena itu, kesempatan untuk mendapatkan kredit dari pemasok sebaiknya
dimanfaatkan dengan baik.
Contoh, perusahaan membeli bahan baku dengan syarat yang diajukan
oleh pemasok adalah 2/10, n.30. Apabila perusahaan membayar pada jangka
waktu kurang dari 10 hari setelah waktu transaksi maka perusahaan akan
mendapatkan potongan tunai sebesar 2%. Apabila perusahaan membayar
pada jangka waktu antara hari ke 10 sampai hari ke 30 setelah transaksi
berarti perusahaan melakukan pembelian secara kredit, karena meman-
faatkan tenggang waktu pembayaran di luar pembayaran tunai seperti yang
telah ditetapkan oleh pemasok.
Seandainya perusahaan melakukan pembelian senilai Rp1 juta per hari,
dan perusahaan berencana akan membayar pembelian tersebut pada hari ke
30 setelah transaksi, maka rata-rata utang perusahaan kepada pemasok adalah
30 x Rp 1 juta = Rp30 juta. Apabila perusahaan melakukan pembelian
sebanyak 2 kali lipat dari biasanya (menjadi Rp2 juta), maka jumlah utang
perusahaan juga akan berubah menjadi 2 kali utang semula (menjadi Rp60
juta). Dengan demikian, perusahaan mendapatkan tambahan dana spontan
dari transaksi pembelian bahan baku tersebut sebesar Rp30 juta. Bila jangka
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.35

waktu pembayaran diperpanjang menjadi 40 hari maka, utang usaha akan


meningkat menjadi Rp40 juta.
Tambahan kredit yang diperoleh perusahaan, dapat digunakan
perusahaan untuk membayar pinjaman bank, menambah persediaan,
menambah aktiva tetap, menambah jumlah uang kas atau bahkan juga dapat
digunakan untuk membiayai pertambahan piutang usaha.
Tambahan kredit sebesar Rp30 juta dari pemasok, sebenarnya bukan
merupakan dana yang benar-benar gratis, karena apabila perusahaan tidak
memanfaatkan pembelian kredit, tetapi membayar dalam jangka waktu
kurang dari 10 hari (jangka waktu pembelian tunai) maka perusahaan dapat
memperoleh potongan sebesar 2%. Sehingga tambahan kredit dari pemasok
tersebut memiliki biaya sebesar 2% dari total pembelian atau sebesar 2 % X
Rp 1juta = Rp20.000,-. Sehingga utang yang dimanfaatkan perusahaan:Rp 1
juta – Rp20.000 = Rp980.000. Jangka waktu kredit adalah 30 hari - 10 hari =
20 hari (asumsi 1 tahun 365 hari).
Dengan demikian, tambahan kredit tersebut sebenarnya menanggung
biaya sebesar :
Rp20.000,- = Rp980.000 X n X 20/365 hari
n = Rp20.000/Rp980.000 X 365/20
n = 37,2%

Untuk menentukan perkiraan persentase biaya bila disusun dalam rumus


menjadi:

Perkiraan Persen diskon 365


persentase = X
biaya 100 – Persen Diskon Jangka Waktu kredit – Periode diskon

Biaya tahunan sebesar 37,2%, apabila dihitung dengan bunga efektif


maka perusahaan harus menghitung interest period dari kredit tersebut, yaitu
sebesar: 365/20 = 18,25 (dibulatkan menjadi 18). Sehingga tingkat bunga
yang telah ditetapkan sebenarnya akan dibayar perusahaan sebanyak 18 kali
dalam satu tahun.
Tingkat bunga periodik diperoleh dengan membagi persentase diskon
dengan (100 – persentase diskon), sehingga dari contoh di atas diperoleh
hasil:
8.36 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Tingkat bunga periodik = 0,02 / 0,98


= 0,0204.

Tingkat bunga efektif menjadi = (1,0204)18 – 1,0


= 1,439 – 1,0
= 43,9%.

Utang dagang yang dimanfaatkan perusahaan menanggung biaya sebesar


37,2% setahun. Besarnya tingkat bunga pinjaman ini seharusnya
dibandingkan dengan tingkat bunga pinjaman bank atau sumber pendanaan
yang lain. Seandainya tingkat bunga pinjaman bank untuk 1 tahun 24%,
maka sebaiknya perusahaan tidak memanfaatkan utang dagang perusahaan
sebagai sumber pendanaan. Perusahaan sebaiknya meminjam ke bank untuk
melakukan pendanaan dan membeli secara tunai dengan mendapat potongan
tunai sebesar 2%. Hal ini dilakukan karena tingkat bunga pinjaman bank
lebih murah (25%) dibanding bila perusahaan memanfaatkan kredit dagang
yang memiliki biaya 37,2% setahun.
Apabila syarat kredit diperpanjang menjadi 60 hari tidak lagi 30 hari,
maka periode kredit yang dapat dimanfaatkan menjadi 60 hari – 10 hari = 50
hari. Perkiraan persentase biaya menjadi: 2/98 X 365/50 = 14,20 %.
Jumlah waktu diskon: 365/50 = 7,3 maka,

Bunga efektif = (1,0204)7,3 – 1,0


= 1,157 – 1,0
= 15,7%

Hal ini menunjukkan bahwa periode kredit yang semakin panjang


dengan potongan tunai yang tetap dapat menurunkan biaya atau bunga kredit.
Sehingga apabila pemasok memberikan kelonggaran untuk pembayaran
sampai dengan 60 hari setelah waktu transaksi sebaiknya perusahaan
memanfaatkan waktu kredit tersebut. Karena dengan membeli secara kredit
dengan jangka waktu 60 hari perusahaan hanya akan menanggung biaya
sebesar 14,20% sedang bunga pinjaman bank lebih besar (24%).
Hubungan syarat kredit dengan biaya nominal dan biaya efektif dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini.
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.37

Syarat Kredit Biaya nominal Biaya Efektif


1/10, n.20 36,4% 43,6%
1/10, n.30 18,2 19,8
2/10, n.20 73,5 106,9
3/15, n.45 37,1 44,1

Dari data di atas, terlihat apabila jangka waktu kredit lebih panjang
dengan tingkat diskonto tetap maka biaya nominal maupun biaya efektif akan
menurun dengan drastis. Untuk biaya nominal akan turun 50%, sedang untuk
biaya efektif akan turun sampai hampir 75%.
Apabila tingkat diskonto naik 2 kali sedang jangka waktu kredit tetap,
maka biaya nominal juga akan meningkat 2 kali lipat, sedang biaya efektif
akan meningkat 2,5 kali. Sedang bila periode diskon, tingkat diskon dan
jangka waktu kredit meningkat maka baik biaya nominal maupun biaya
efektif akan mengalami peningkatan, tetapi peningkatannya tidak begitu
besar.
Dari hasil simulasi data di atas dapat disimpulkan bahwa biaya kredit
yang paling besar akan ditanggung oleh perusahaan bila syarat pembelian
yang ditetapkan supplier sebesar 2/10, n.20. Sehingga bila syarat pembelian
ditentukan seperti itu lebih baik perusahaan membeli secara tunai, namun bila
syarat pembelian adalah 1/10, n.30 maka sebaiknya perusahaan perlu
memikirkan apakah perusahaan akan mengambil pembelian tunai atau
kesempatan kredit yang ditawarkan supplier. Dengan syarat pembelian 2/10,
n.20 perusahaan menanggung beban biaya nominal dan biaya efektif sangat
rendah. Bahkan bila untuk kasus di Indonesia biasanya bunga pinjaman bank
untuk jangka pendek akan lebih besar dari pada tingkat bunga tersebut.

1. Pengaruh Kredit Dagang terhadap Laporan Keuangan


Keputusan perusahaan untuk membeli barang dan membayar pada masa
diskon atau setelah masa diskon akan berpengaruh pada laporan keuangan
perusahaan dan berpengaruh pada laporan laba-rugi. Hal ini dapat dilihat
seperti contoh berikut ini.
Keputusan A, perusahaan tidak memanfaatkan potongan tunai yang
diberikan oleh perusahaan, tetapi memanfaatkan jangka waktu kredit selama
30 hari. Sehingga bila setiap hari perusahaan membeli sebesar Rp3 juta,
maka jumlah pinjaman selama 30 hari adalah 30 X Rp3 juta = Rp90 juta
dengan bunga setahun 37,2%.
8.38 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Keputusan B, perusahaan memanfaatkan potongan tunai yang diberikan


pemasok sehingga akan membayar pada hari ke-10 setelah transaksi. Rata-
rata utang perusahaan menjadi 10 X Rp3 juta = Rp 30 juta, dengan potongan
sebesar 2% X Rp3 juta = Rp 600.000,- Kekurangan dana operasi akan
dipenuhi dengan pinjaman dari pihak lain atau dari bank.
Pengaruh kedua keputusan tersebut dalam laporan keuangan akan
nampak sebagai berikut:

Keterangan Keputusan A Keputusan B Selisih


I. Neraca
Kas Rp15.000.000 Rp15.000.000 Rp 0
Piutang 30.000.000 30.000.000 0
Persediaan 60.000.000 60.000.000 0
Aktiva Tetap 150.000.000 50.000.000 0
Total Aktiva Rp255.000.000 Rp225.000.000 Rp 0

Utang Usaha Rp90.000.000 Rp30.000.000 +Rp60.000.000


Utang Bank 0 60.000.000 - 60.000.000
Pos-pos Akrual 15.000.000 5.000.000 0
Saham & Jasa 150.000.000 50.000.000 0
Total Kewajiban &
Ekuitas Rp255.000.000 Rp255.000.000 Rp 0

II. Perhitungan Laba-Rugi


Penjualan Rp180.000.000 Rp180.000.000 Rp 0
Dikurangi:
- Pembelian 120.000.000 120.000.000 0
- Upah 30.000.000 6.000.000 -6.000.000
Bunga Diskon
yang tidak 21.000.000 0 +21.000.000
diambil
Laba bersih
9.000.000 24.000.000 +15.000.000
sebelum pajak
Pajak (40%) 3.600.000 9.600.000 -6.000.000
Laba bersih 5.400.000 14.400.000 +9000.000
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.39

Dari laporan neraca di atas terlihat bahwa jumlah aktiva tetap perusahaan
baik untuk keputusan tidak mengambil potongan tunai (A) maupun
keputusan mengambil potongan (B) dan memenuhi kebutuhan dana dari
sumber lain (pinjam bank dengan tingkat bunga 10%). Jumlah pinjaman
tampak pada kolom utang bank dan beban bunga 10% tampak pada laporan
perhitungan laba-rugi pada pos bunga. Diasumsikan untuk pos-pos akrual dan
saham tidak berubah.
Pada laporan laba-rugi, untuk keputusan A, yaitu perusahaan tidak
memanfaatkan potongan tunai maka perusahaan menanggung beban bunga
dari pinjaman sebesar Rp6.000.000,-. Sedang bila perusahaan memanfaatkan
potongan tunai maka potongan tunai yang dapat dimanfaatkan sebesar
Rp21.000.000,-
Besarnya manfaat mengambil potongan tunai lebih besar dari pada
jumlah beban bunga yang harus ditanggung perusahaan. Di samping itu
dengan mengambil potongan tunai maka jumlah keuntungan bersih setelah
pajak akan lebih besar Rp9 juta dibanding bila tidak mengambil potongan
tunai. Oleh karena itu keputusan yang tepat bagi perusahaan adalah
mengambil potongan tunai. Selisih mengambil potongan tunai dengan tidak
mengambil potongan tunai adalah sebesar Rp9 juta.

2. Kredit Dagang Tanpa Bunga (Free Trade Credit) Versus Dengan


Bunga Implisit (Costly Trade Credit)
Kredit dagang yang muncul dari syarat penjualan 2/10, n.30, dapat terdiri
dari 2 macam, yaitu kredit dagang yang dapat dibayar sampai pada hari ke-10
setelah transaksi dan kredit yang akan dibayar setelah hari kesepuluh tetapi
maksimum pada hari ke tiga puluh setelah transaksi. Jangka waktu kredit
yang pertama merupakan jangka kredit waktu yang tidak dibebani biaya atau
tanpa bunga (Free trade credit). Jangka waktu kredit yang kedua (antara hari
ke-10 sampai hari ke 30) merupakan kredit yang akan dibebani dengan biaya
bunga implisit (costly trade credit). Biaya dalam kredit usaha dagang ini
adalah sebesar tingkat diskon atau potongan tunai yang tidak diperoleh
perusahaan karena perusahaan tidak memanfaatkan masa diskon.
Dari pembagian kredit dalam dua komponen tersebut, sedapat mungkin
perusahaan selalu memanfaatkan komponen yang tanpa biaya bunga. Untuk
komponen kredit yang berbiaya maka perusahaan dapat memanfaatkannya
setelah melakukan analisis dan ditunjukkan bahwa biaya komponen tersebut
masih lebih kecil daripada biaya yang harus dibayar dari sumber dana yang
8.40 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

lain. Apabila perusahaan dapat memperoleh dana dari sumber lain (selain
utang dagang) dengan biaya yang lebih murah maka sebaiknya perusahaan
tidak memanfaatkan pembelian kredit, tapi memanfaatkan dana dari sumber
lainnya.
Sering terjadi perusahaan berusaha mengulur waktu pembayaran. Syarat
penjualan 2/10, n.30, perusahaan membayar pada hari ke-15 tetapi tetap
mengambil potongan tunai atau perusahaan membayar dengan jangka waktu
kredit lebih panjang lagi, misal membayar pada hari ke 60. Dalam keadaan
seperti ini memang perusahaan akan mendapatkan biaya kredit yang sangat
murah. Pemasok kadang-kadang juga masih memberi kelonggaran bila
supplier memang sedang memiliki kapasitas berlebih. Apabila penguluran
waktu atau perpanjangan pembayaran ini dilakukan terus-menerus oleh
perusahaan maka hal tersebut dapat memperburuk kredibilitas perusahaan.
Kerugian yang mungkin timbul bila perusahaan selalu memper-panjang
atau menunda waktu pembayaran antara lain: peringkat kredit perusahaan
dapat diturunkan oleh pemasok, hubungan baik yang telah terjalin dengan
baik oleh pemasok juga dapat menjadi buruk dan perusahaan dapat kesulitan
untuk mendapatkan kredit (utang dagang dari pemasok), karena tidak
dipercaya lagi dan pemasok menghentikan pemberian kredit.
Apabila pemasok tidak mau lagi memberikan kredit maka perusahaan
akan kehilangan mendapatkan sumber pembiayaan jangka pendek yang gratis
atau yang berbiaya rendah.

B. KONSEP KREDIT BERSIH

Kredit dagang mempunyai dua sisi penting bagi perusahaan, yaitu


menjadi sumber pendanaan bagi pembeli dan merupakan biaya pendanaan
bila dilihat dari sisi penjual. Apabila perusahaan menjual per hari sebesar
Rp1 juta dan jangka waktu kredit yang diberikan selama 30 hari maka jumlah
piutang perusahaan selama 30 hari tersebut adalah 30 x Rp 1juta = Rp30 juta.
Apabila perusahaan tersebut membeli dengan kredit sebesar Rp500.000,-
untuk jangka waktu 20 hari, maka jumlah utang perusahaan akan menjadi
20 x Rp500.000,- = Rp10 juta. Jumlah kredit bersih perusahaan menjadi
Rp30 juta – Rp10 juta = Rp20 juta, yaitu selisih dari piutang usaha dan utang
usaha yang dilakukan oleh perusahaan.
Biasanya perusahaan besar akan lebih berperan sebagai pemberi kredit
daripada pemakai kredit. Tetapi munculnya kredit bersih biasanya tanpa
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.41

diperhitungkan terlebih dahulu oleh perusahaan. Posisi perusahaan sebagai


pemberi kredit bersih atau penerima kredit bersih baru muncul setelah dalam
perhitungan atau keputusan akhir perusahaan karena perusahaan memberikan
kredit dan memanfaatkan kredit dari perusahaan lain.

1. Akrual
Yang dimaksud dengan pos-pos akrual adalah kewajiban jangka pendek
yang timbul terus-menerus. Kewajiban ini dapat ditunda pelunasannya
sampai jangka waktu tertentu.
Munculnya pos-pos akrual karena ada penundaan pembayaran oleh
pihak perusahaan. Penundaan pembayaran ini biasanya dapat dilakukan
untuk pos gaji pegawai, pajak, pembayaran bunga dan dividen. Perusahaan
tidak membayar pegawai tiap hari, tetapi sebulan sekali, walaupun mereka
bekerja dan berproduksi tiap hari. Pajak penghasilan juga tidak dibayarkan
tiap hari, tetapi dibayarkan pada tanggal-tanggal tertentu sesuai dengan
peraturan pemerintah, walaupun perusahaan memperoleh penghasilan setiap
hari. Begitu pula dengan bunga dan dividen. Pos-pos tersebut untuk
selanjutnya disebut dengan pos-pos akrual.
Pos-pos akrual dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai salah satu
sumber pendanaan perusahaan untuk jangka pendek. Pos-pos akrual ini
merupakan salah satu sumber pendanaan paling murah, karena dalam
pemanfaatannya tidak menimbulkan biaya (beban bunga secara implisit) atau
dapat digunakan secara gratis.
Walaupun sebagai sumber pendanaan yang paling murah, tetapi
perusahaan tidak dapat mengendalikan biaya ini sekehendak perusahaan.
Pengendalian pos-pos ini juga akan dikendalikan oleh pihak lain. Jumlah pos-
pos akrual akan meningkat sesuai dengan peningkatan operasi perusahaan.
Jangka waktu penggunaan pos-pos akrual juga ditentukan oleh kelaziman
dalam industri untuk pembayaran gaji, juga peraturan pemerintah untuk
pembayaran pajak dan perjanjian dengan kreditur untuk pembayaran bunga
serta perjanjian dengan pemegang saham untuk pembayaran dividen.
Penundaan pembayaran gaji pegawai, pajak, bunga dan dividen memang
dapat dilakukan oleh perusahaan, tetapi bila hal ini dilakukan terus menerus
dan tidak ada kontrol akan tidak menguntungkan bagi perusahaan.
Penundaan pembayaran gaji pegawai dapat menyebabkan pegawai
kurang bersemangat dalam bekerja sehingga akan mempengaruhi
produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Penundaan pembayaran pajak
8.42 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

dapat menyebabkan perusahaan mendapatkan denda sehingga jumlah biaya


yang harus dibayar semakin besar, di samping itu perusahaan juga akan
mendapatkan penilaian yang kurang baik dari pemerintah.
Penundaan pembayaran bunga akan menjadikan perusahaan mendapat
denda dari pihak kreditur dan kemungkinan perusahaan akan kurang
mendapatkan kepercayaan dari kreditur atau peringkat kreditnya akan
menurun. Sehingga bila memerlukan dana tambahan, perusahaan dapat
mengalami kesulitan untuk mendapatkan dana yang diperlukan tersebut.
Penundaan pembayaran dividen dapat mengecewakan para pemegang
saham. Pemegang saham yang kecewa mungkin juga menjadi kurang suka
dengan memegang saham perusahaan tersebut sehingga bersama-sama para
pemegang saham akan menjual sahamnya. Apabila penawaran (penjualan)
saham di pasar lebih besar dari permintaan maka harga saham akan turun.
Harga saham yang turun ini akan mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan
menurun atau kurang baik.
Dengan memanfaatkan pos-pos akrual sebagai alternatif pendanaan
jangka pendek, perusahaan dapat memanfaatkan alternatif pendanaan
termurah, tetapi perusahaan harus pula mempertimbangkan kerugian-
kerugian seperti dalam uraian di atas yang mungkin akan terjadi bila
perusahaan menggunakan pos-pos akrual sebagai sumber pendanaan.

2. Utang Bank Jangka Pendek


Utang bank jangka pendek pada umumnya akan dimasukkan di neraca
pada sisi kredit dengan nama utang jangka pendek atau sebagai wesel bayar.
Utang bank jangka pendek ini sering dilakukan oleh perusahaan. Bahkan
hampir setiap perusahaan memanfaatkan jasa bank untuk melakukan
pinjaman jangka pendek. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pendanaan perusahaan untuk jangka pendek. Pendanaan dengan
menggunakan utang bank jangka pendek ini tidak termasuk dalam pendanaan
spontan.
Pinjaman jangka pendek dari bank biasanya memiliki tanggal jatuh
tempo cukup pendek walaupun biasanya lebih panjang dibanding utang
dagang. Di Indonesia pinjaman bank jangka pendek dapat dilakukan untuk
periode bulanan, yaitu rata-rata untuk 1, 3, 6 atau 10 bulan. Apabila keadaan
perusahaan peminjam semakin memburuk biasanya bank tidak mau
memperpanjang jangka waktu kreditnya, karena hal itu dapat membahayakan
pihak bank, yaitu munculnya piutang tidak tertagih.
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.43

Bila bank sudah menyetujui permohonan pinjaman dari nasabah maka


bank bersama dengan nasabah akan membuat suatu kesepakatan.
Kesepakatan tersebut akan berisi jumlah pinjaman, tingkat suku bunga yang
dikenakan, jadwal pembayaran, agunan yang diserahkan oleh nasabah
sebagai jaminan kredit persyaratan dan ketentuan lainnya yang telah
disepakati oleh pihak bank dan nasabah. Surat kesepakatan ini disebut
dengan promes.
Pada umumnya bank mengharuskan nasabah memiliki tabungan sebatas
minimal tertentu, yang tidak akan mendapatkan bunga tabungan, sebagai jasa
atas administrasi yang dilakukan oleh pihak bank. Biasanya saldo
kompensasi ini minimal sebesar 10 – 20% dari total pinjaman yang diajukan
oleh nasabah. Dengan adanya sejumlah dana yang tertanam di bank, maka
bila diperhitungkan hal ini akan meningkatkan jumlah bunga efektif yang
harus ditanggung oleh nasabah. Misal bila seorang nasabah mengajukan
pinjaman dana ke bank sebesar Rp8 juta, maka 20% dari jumlah dana yang
diajukan (Rp1,6 juta) akan ditahan bank sebagai saldo kompensasi karena
bank telah memberikan pinjaman tersebut. Oleh karena itu supaya nasabah
tetap mendapat dana sesuai yang dibutuhkan (Rp8 juta), maka nasabah harus
meminjam Rp10 juta. Apabila suku bunga pinjaman yang dibebankan adalah
12%, maka suku bunga efektif dari pinjaman tersebut sebenarnya adalah 10%
diperoleh dari:
Bunga pinjaman
Suku bunga efektif =
total pinjaman yang dapat digunakan
12% (Rp10juta)
=
Rp8juta
11.200.000
=
8.000.000
= 15%

Cara lain untuk mendapatkan bunga efektif ini adalah:

Suku bunga nominal (%)


Suku bunga efektif =
1,0 - saldo kompensasi
8.44 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

12%
=
1,0 - 0,2

12%
= = 15%
0,8

Total pinjaman yang dapat digunakan hanya Rp8 juta, karena yang Rp2
juta akan ditahan di bank sebagai saldo kompensasi. Sehingga walaupun
bank hanya mengenakan beban bunga sebesar 12%, tetapi kenyataannya
nasabah harus menanggung bunga yang lebih besar yaitu 15%. Sehingga
dengan bank menerapkan adanya saldo kompensasi akan meningkatkan
bunga efektif.
Pihak bank dengan kesepakatan dengan nasabah baik secara formal
maupun non formal akan menentukan plafon kredit (line of credit). Plafon
kredit ini merupakan batas maksimum yang jumlah kredit yang dapat ditarik
oleh nasabah dari suatu bank untuk periode waktu tertentu. Misalnya pada
awal tahun pihak bank akan memberi tahu jumlah maksimum kredit yang
dapat diambil oleh nasabah. Seandainya bank memberikan batas maksimum
kredit untuk tahun tersebut sebesar Rp8 juta dan nasabah menandatangani
promes untuk melakukan pinjaman sebesar Rp1,5 juta untuk jangka waktu 3
bulan, maka pihak bank akan mengkreditkan rekening koran nasabah sebesar
Rp1,5 juta. Sehingga masih ada sisa kredit yang dapat diambil lagi oleh
nasabah sebesar Rp6,5 juta untuk jangka waktu 1 tahun tersebut. Bila
sebelum jangka waktu 3 bulan nasabah sudah dapat mengangsur pinjaman
tersebut, maka jumlah kredit yang masih dapat diambil lagi oleh nasabah
akan menjadi jumlah angsuran pinjaman ditambah sisa plafon kredit.
Seandainya nasabah sudah melunasi pinjaman sebesar Rp0,5 juta, maka
plafon kredit setelah angsuran tersebut meningkat menjadi Rp0,5 juta
ditambah Rp6,5 juta, sehingga total menjadi Rp7 juta. Sehingga jumlah utang
yang telah dibayar akan meningkatkan jumlah kredit yang boleh ditarik untuk
periode waktu berikutnya.
Plafon kredit dari bank yang diberikan dalam jumlah besar dan biasanya
untuk jangka waktu lebih dari 1 tahun ditujukan untuk perusahaan-
perusahaan besar disebut dengan revolving credit agreement. Revolving
credit agreement ini sebenarnya hampir sama dengan plafon kredit,
perbedaannya hanya pada revolving credit agreement, jumlah kredit yang
belum dimanfaatkan akan dikenai biaya bunga atau sering disebut dengan
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.45

biaya komitmen dan mempunyai ikatan hukum sedang dalam plafon kredit
tidak. Contoh bila perusahaan mendapatkan revolving credit agreement
sebesar maksimum Rp1000 juta. Saldo kas kompensasi ditentukan sebesar
10% dari jumlah dana yang dipinjam, biaya komitmen sebesar 0,5% dari
bagian dana yang tidak digunakan, nasabah menurunkan kredit sebesar
Rp400 juta, sehingga masih ada sisa plafon kredit yang tidak terpakai sebesar
Rp 1000 juta – Rp 400 juta = Rp 600 juta, bunga pinjaman ditentukan sebesar
12% maka jumlah biaya efektif yang ditanggung oleh nasabah:

Bunga + biaya komitmen


Biaya efektif =
Dana yang digunakan
12% (Rp40 juta) + 0,5% (Rp600 juta)
=
Rp400 juta - (10% X Rp400 juta)
48 juta + 3 juta
=
400 juta - 40 juta
51 juta
=
360 juta
= 14,17 %

Bunga efektif yang harus ditanggung oleh nasabah karena meminjam


sebesar Rp 400 juta adalah 14,17%, walaupun bunga pinjaman yang
dibebankan hanya 12%.
Apabila biaya yang dibutuhkan adalah Rp400.000,- maka supaya dana
yang diterima sesuai dengan yang dibutuhkan, nasabah perlu meminjam
sebesar:
Dana yang dibutuhkan
Jumlah yang dipinjam =
1,0-suku bunga nominal - saldo kompensasi (%)

400.000
=
1,0 - 0,12 - 0,20
400.000
=
0,68
= 588.235,30
8.46 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Sehingga apabila nasabah membutuhkan dana sebesar Rp400.000,-


dengan komposisi biaya pinjaman seperti tersebut di atas, maka nasabah
seharusnya meminjam sebesar Rp588.235,30.
Biaya kredit bank untuk setiap nasabah dapat berubah-ubah untuk jangka
waktu tertentu. Untuk nasabah yang tidak dapat memberikan agunan dan
lebih berisiko biasanya akan dibebani biaya bunga yang lebih besar. Untuk
nasabah yang dapat memberikan agunan mungkin akan dibebani biaya yang
lebih kecil. Nasabah yang sudah mendapatkan kepercayaan dari bank, akan
mendapatkan tingkat bunga yang lebih rendah, sering disebut dengan suku
bunga prima. Suku bunga prima ini akan digunakan sebagai patokan dalam
penentuan suku bunga bagi kelompok nasabah lainnya.
Berikut ini akan dibahas tiga macam suku bunga yang sering dikenakan
oleh bank pada nasabahnya yaitu: (1) bunga sederhana (simple interest), (2)
bunga diskonto (dicount interest) dan (3) bunga ditambahkan (add on
interest).

a. Bunga sederhana (simple interest)


Berdasar tingkat bunga sederhana peminjam akan mendapatkan kredit
kemudian membayar pokok pinjaman dan bunga pada saat jatuh tempo.
Misal bila nasabah meminjam sebesar Rp1 juta dengan tingkat bunga
pinjaman sebesar 12% dan pinjaman dilakukan untuk jangka waktu selama 1
tahun. Maka suku bunga efektif akan sama dengan: 12%.

Bunga
Suku bunga efektif =
Pinjaman yang diterima
120.000
=
1.000.000
= 12%

Untuk suku bunga sederhana bunga efektif besarnya akan sama dengan
bunga nominal untuk jumlah pinjaman dan jangka waktu pinjaman berapa
pun (lebih dari 1 tahun).
Seandainya nasabah hanya meminjam untuk jangka waktu 3 bulan,
dengan bunga yang dibebankan sama 12% untuk jangka waktu 3 per tahun.
Kredit ini dapat diperpanjang sampai 4 kali. Karena meminjamnya untuk
jangka waktu 3 bulan maka bunga akan dibayarkan untuk jangka waktu 3
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.47

bulan sekali, sehingga dalam 1 tahun dapat dibayar bunga sebanyak 4 kali.
Apabila tingkat bunga tersebut dapat dipinjam lagi dan mendapat bunga, hal
ini akan menjadi bunga berbunga. Dengan perhitungan bunga berbunga maka
suku bunga efektif menjadi:
Suku bunga efektif = (1 + k /m) m - 1,0
nominal

= (1 + 0,12 / 4)4 - 1,0


= 12,55%
Keterangan:
k = suku bunga nominal atau yang ditetapkan
nominal

m = jumlah periode peminjaman setiap tahun atau 12


bulan/3 bulan = 4
Dari hasil perhitungan di atas bunga efektif untuk bunga berbunga
terlihat lebih besar dibanding tingkat bunga efektif yang biasa, karena bunga
dibayarkan lebih cepat dibanding bila kredit untuk jangka waktu 1 tahun.

b. Bunga diskonto (dicount interest)


Bunga diskonto adalah bunga yang dihitung berdasar nilai nominal
kredit, tetapi bunga ini dibayar di muka sehingga jumlah bersih yang diterima
peminjam lebih kecil dibanding nilai nominal kreditnya.
Misal nasabah meminjam sebesar Rp1 juta, dengan bunga 12%. Bunga
dibayar di muka sehingga beban bunga menjadi 12% X Rp1 juta =
Rp120.000,-. Dengan demikian peminjam hanya akan membawa pulang uang
sebesar Rp1 juta – Rp120ribu = Rp880 ribu. Sehingga suku bunga efektifnya
menjadi 13,64%.

Suku bunga efektifdiskonto = Bunga / Pinjaman yang diterima


= 120.000 / 880.000
= 13,64%
Cara lain untuk mendapatkan suku bunga efektif:
Suku bunga nominal (%) 12%
=
1,0 – suku bunga nominal 1,0 – 0,12
= 12% / 0,88
= 13,64%
8.48 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Apabila periode kredit tidak mencapai 1 tahun maka suku bunga efektif akan
dihitung sebagai berikut.
Bunga
Suku bunga efektif = 1,0 + - 1,0
Nilai nominal kredit - bunga

Seandainya pinjaman di atas untuk jangka waktu 3 bulan, maka m = 12 /


3 = 4 sehingga bunga yang dibayar adalah (0,12/4) (Rp1 juta) = Rp30.000.
Suku bunga efektif akan menjadi: 12,96% 4
 30.000 
Suku bunga efektif = 1,0 +  - 1,0
diskonto 1.000.000 − 30.000 
= 0,1296 = 12,96%

Dari hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa beban diskonto akan


memberikan bunga yang lebih kecil untuk pinjaman berjangka pendek
dibanding dengan pinjaman jangka panjang. Hal ini terjadi karena jangka
waktu pembayaran bunga rata-rata di depan makin pendek.

c. Bunga ditambahkan (add on interest)


Adalah beban bunga yang dihitung dari jumlah kredit yang diterima dan
ditambahkan lagi ke dalam jumlah kredit tersebut guna menilai nominal
kredit yang akan dibayarkan dengan mengangsur.
Dari contoh pinjaman di atas, berarti bunga yang dibebankan adalah
12% x Rp1 juta = Rp120.000,-. Besarnya bunga ini dimasukkan ke dalam
pinjaman, sehingga total pinjaman menjadi Rp1.120.000,- Sehingga suku
bunga efektif akan dihitung sebesar 24%.

Bunga
Suku bunga efektif =
(jumlah yang diterima) / 2

120.000
=
1.000.000 / 2
= 24%
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.49

Besarnya bunga efektif yang hampir 2 kali lipat dari bunga nominal
disebabkan karena bunga tidak dibayarkan berdasar sisa pinjaman tetapi
berdasar jumlah utang semula.

3. Surat Berharga Jangka Pendek


Salah satu bentuk surat berharga jangka pendek adalah warkat komersial.
Warkat komersial adalah promes yang diterbitkan oleh perusahaan besar dan
kuat, tanpa didukung oleh agunan. Warkat komersial ini biasanya akan dijual
kepada perusahaan lain, kepada perusahaan asuransi, yayasan dana pensiun
dan ke bank.
Warkat komersial ditransaksikan di pasar sekunder, sehingga bila dana
akan segera diperlukan warkat tersebut dapat dengan segera dijual.
Perdagangan warkat terjadi pada negara-negara yang telah memiliki pasar
modal yang maju.
Warkat komersial pada umumnya memiliki tanggal jatuh tempo antara 2
hingga 6 bulan, dan rata-rata jatuh tempo dalam 5 bulan. Tingkat suku bunga
warkat ditentukan oleh pasar, yaitu berdasar kekuatan tawar-menawar yang
ada di pasar, sehingga dapat berubah setiap saat.
Warkat komersial ini hanya dapat diterbitkan oleh perusahaan yang
benar-benar sehat dan kuat keuangannya. Karena hanya perusahaan yang
sehatlah yang akan dipercaya oleh masyarakat, sehingga bila perusahaan
seperti itu mengeluarkan warkat akan laku diperjualbelikan di pasar modal.
Dengan demikian, si pembeli warkat sedapat mungkin akan menanggung
risiko yang relatif rendah sesuai dengan keuntungan yang diperoleh. Bagi
para pembeli warkat akan lebih mengutamakan keamanan dananya.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Apa yang dimaksud dengan kredit jangka pendek dan apa saja sumber
kredit jangka pendek yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pendanaan perusahaan?
2) Apa yang dimaksud dengan promes dan apa isi promes?
3) Sebutkan jenis bunga atas kredit bank dan jelaskan masing-masing jenis
bunga tersebut!
8.50 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

4) Jelaskan secara singkat utang dagang yang tidak mengandung biaya dan
yang mengandung biaya!
5) Mengapa utang dagang disebut pula sebagai pendanaan yang spontan?
6) Apa yang dimaksud dengan kredit bersih?
7) Bagaimana pengaruh pemanfaatan potongan tunai terhadap laporan
keuangan (neraca dan laporan laba-rugi)?
8) Hal-hal apa saja yang harus dipertimbangkan perusahaan bila perusahaan
akan memanfaatkan atau tidak memanfaatkan potongan tunai yang akan
diberikan dari utang dagang oleh pemasok?
9) Mengapa pos-pos akrual dapat digunakan sebagai alternatif pembiayaan
yang termurah?
10) Apa bahaya atau kerugian yang mungkin timbul bila perusahaan
memanfaatkan pos-pos akrual sebagai sumber pendanaan jangka
pendek?
11) Mengapa pemanfaatan pos-pos akrual tidak dapat sepenuhnya
dikendalikan oleh perusahaan?
12) Jelaskan perbedaan bunga biasa atau bunga sederhana dengan bunga
diskonto pada kredit yang dibayar secara angsuran!
13) Apa yang dimaksud dengan saldo kompensasi dan bagaimana pengaruh
adanya saldo kompensasi terhadap tingkat bunga efektif?
14) Apa perbedaan antara plafon kredit dengan kredit revolfing?
15) Apa ciri-ciri perusahaan yang dapat menerbitkan warkat komersial,
apakah perusahaan kecil dapat mengeluarkan warkat komersial?

Petunjuk Jawaban Latihan

Semua jawaban latihan ada dalam uraian Kegiatan Belajar 2. Baca urain
dengan baik dan teliti, pahami maknanya, maka semua pertanyaan dalam
latihan akan dapat terjawab dengan baik. Bila Anda tetap tidak dapat
menjawab dengan baik, baca uraian Kegiatan Belajar 2 sekali lagi. Bila
masih tetap tidak dapat menjawabnya, tanyakan pada staf pengajar yang
ditunjuk pada sesi tatap muka.
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.51

RA N GK U MA N

1) Pendanaan jangka pendek dapat berasal dari utang dagang, pos-pos


akrual, utang bank dan surat berharga jangka pendek.
2) Biaya dari sumber dana utang dagang sebesar tingkat potongan tunai
yang tidak diambil.
3) Perkiraan biaya utang dagang dihitung dengan rumus:

Perkiraan Persen diskon 365


persentase = X
biaya 100 – Persen Diskon Jangka Waktu kredit –
Periode diskon

4) Pos-pos akrual adalah kewajiban jangka pendek yang timbul terus-


menerus. Kewajiban ini dapat ditunda pelunasannya sampai jangka
waktu tertentu. Pos akrual ini merupakan sumber pendanaan jangka
pendek yang tidak dibebani biaya.
5) Biaya utang bank dapat dihitung berdasar bunga nominal atau bunga
efektif. Penghitungan bunga efektif dapat dilakukan dengan rumus:

bunga + biaya yang harus dikeluarkan


Biaya efektif =
Dana yang digunakan

6) Tiga macam suku bunga yang sering dikenakan oleh bank pada
nasabahnya yaitu: (1) bunga sederhana (simple interest), (2) bunga
diskonto (dicount interest) dan (3) bunga ditambahkan (add on
interest).

7) Pada tingkat bunga sederhana peminjam akan mendapatkan kredit


kemudian membayar pokok pinjaman dan bunga pada saat jatuh
tempo. Tingkat bunga efektifnya dihitung dengan rumus:

Bunga
Suku bunga efektif =
Pinjaman yang Diterima

8) Bunga diskonto adalah bunga yang dihitung berdasar nilai nominal


kredit, tetapi bunga ini dibayar di muka sehingga jumlah bersih yang
diterima peminjam lebih kecil dibanding nilai nominal kreditnya.
Suku bunga efektif dihitung dengan cara:
8.52 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Suku bunga nominal (%)


Suku bunga efektif =
1,0 – suku bunga nominal

9) Bunga ditambahkan (add on interest) adalah beban bunga yang


dihitung dari jumlah kredit yang diterima dan ditambahkan lagi ke
dalam jumlah kredit tersebut guna menilai nominal kredit yang akan
dibayarkan dengan mengangsur. Cara menghitung bunga efektifnya:
Bunga
Suku bunga efektif =
(jumlah yang diterima) / 2

10) Surat berharga jangka pendek yang biasanya digunakan sebagai


pendanaan modal kerja adalah berupa warkat komersial. Warkat
komersial adalah promes yang diterbitkan oleh perusahaan besar dan
kuat, tanpa didukung oleh agunan.
Warkat komersial hanya dapat diterbitkan oleh perusahaan besar
yang benar-benar kuat dan sehat secara keuangan.

TES FORMATIF 2

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini

1) PT. DRA merupakan salah satu pelanggan yang loyal. Perusahaan ini
biasanya membayar barang yang dibelinya dalam jangka waktu kurang
dari 10 hari setelah transaksi, sehingga selalu mendapatkan potongan
tunai (memanfaatkan waktu diskon). Perusahaan sebenarnya
mendapatkan termin pembayaran 2/10, n.30. Rata-rata pembelian per
tahun Rp3.673.469.000,-. Diasumsikan 1 tahun 360 hari dan potongan
tunai yang diperoleh total Rp73.469.000,-. Dari data tersebut Anda
diminta sebagai berikut.
a) Hitung rata-rata potongan pembelian (diskon) yang diterima,
perusahaan!
b) Hitung biaya kredit penjualan yang digunakan perusahaan!
c) Apa bila perusahaan tidak memanfaatkan waktu diskon, berapa rata-
rata pembayaran yang dilakukan perusahaan dan biaya karena tidak
memanfaatkan waktu diskon?
d) Hitung biaya efektif yang ditanggung perusahaan bila perusahaan
melakukan pembayaran dalam jangka waktu 40 hari!
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.53

2) Perusahaan YY menjual produk tas Rp4.500.000,-. Perusahaan


menetapkan termin penjualan 2/10, n. 40. Rata-rata piutang perusahaan
Rp437.500,-. 50% pelanggan perusahaan membayar sebelum hari ke 10
setelah hari transaksi untuk mendapatkan discount. Diasumsikan
perusahaan bekerja selama 360 hari dalam satu tahun. Dari data tersebut
saudara diminta untuk menghitung:
a. Tingkat bunga nominal!
b. Biaya efektif dari penjualan kredit perusahaan!

3) Pada tanggal 1 Maret Perusahaan ANA melakukan pinjaman di salah


satu bank swasta. Perusahaan meminjam Rp25.000.000,-, dengan tingkat
bunga nominal 11%. Bunga dihitung dengan metode sederhana (simple
interest basis). Satu tahun dihitung 365 hari. Berapa bunga yang harus
dibayar perusahaan pada bulan pertama, bila diasumsikan pada bulan
pertama, tersebut ada 31 hari?

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
8.54 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

K E gi A t A n B E L AJ AR 3

Topik-topik Khusus dalam


Modal Kerja (Bagian I)

P enerapan manajemen modal kerja dalam kenyataannya mungkin tidak


akan semudah penerapan dalam teori. Dalam kenyataan ada banyak hal yang
perlu diperhatikan karena hal-hal tersebut mungkin akan mempengaruhi
keputusan manajemen tentang modal kerja. Modal kerja yang akan dibahas
dalam Modul 8, Kegiatan Belajar 3 ini adalah mengenai kas dan piutang.
Perusahaan harus menentukan jumlah kas yang optimal. Sehingga dari
jumlah kas tersebut tidak banyak dana yang menganggur terserap dalam kas.
Karena dana yang menganggur ini seharusnya dapat diinvestasikan ke usaha
lain yang lebih memberi manfaat. Jumlah kas juga tidak boleh terlalu sedikit,
karena perusahaan dapat kehilangan kesempatan untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar karena tidak ada uang tunai di perusahaan,
sehingga tidak dapat mengambil kesempatan tersebut.
Untuk menentukan jumlah kas perusahaan harus memproyeksikan
kebutuhan kas selama satu periode tertentu. Dari anggaran kas ini diharapkan
jumlah kas masuk akan seimbang dengan jumlah kas yang keluar. Ada dua
metode yang dapat digunakan untuk menyusun keseimbangan kas, yang akan
dibahas dalam Modul 8 Kegiatan Belajar 3 ini, yaitu metode baumol dan
monte carlo.
Jumlah piutang usaha perusahaan akan berpengaruh terhadap modal
kerja perusahaan. Jumlah piutang perusahaan tergantung dari jumlah
penjualan kredit yang dilakukan perusahaan. Semakin besar jumlah penjualan
kredit perusahaan maka jumlah piutang usaha juga otomatis akan meningkat.
Di samping itu jumlah piutang juga dipengaruhi oleh kebijakan kredit yang
ditentukan oleh perusahaan. Semakin longgar kebijakan kredit yang
ditentukan maka jumlah piutang juga akan semakin besar, tetapi
kemungkinan jumlah piutang yang tidak tertagih akan meningkat. Semakin
ketat kebijakan kredit yang ditentukan oleh perusahaan maka, jumlah piutang
mungkin juga akan semakin kecil. Oleh karena itu, perusahaan perlu
menetapkan kebijakan kredit yang paling tepat. Sebelum mengganti-ganti
kebijakan kredit yang telah ditentukan, perusahaan harus dapat
mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi bila kebijakan kredit yang
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.55

telah ditentukan tersebut diubah. Sehingga perubahan kebijakan kredit akan


lebih memberikan manfaat positif bagi perusahaan. Perubahan kebijakan
kredit ini akan dibahas lebih lanjut di bagian akhir dalam pembahasan Modul
8 Kegiatan Belajar 3 ini.

A. PENENTUAN KESEIMBANGAN KAS

Untuk menyusun keseimbangan kas, perusahaan harus mengantisipasi


pos-pos pemasukan kas dan pengeluaran kas serta berapa jumlah pemasukan
dan pengeluaran masing-masing pos tersebut. Dari pos-pos tersebut
kemudian disusun keseimbangan kas. Dari daftar keseimbangan kas ini akan
diketahui kapan perusahaan mengalami defisit dan kapan perusahaan akan
memiliki kelebihan kas.
Apabila perusahaan mengalami defisit maka perusahaan dapat segera
mengambil tindakan untuk memutuskan sumber pendanaan karena
kekurangan kas tersebut. Apabila diketahui ada kelebihan kas maka
perusahaan dapat mengantisipasi langkah yang akan diambil untuk
menginvestasikan dana tersebut supaya dapat memberikan hasil bagi
perusahaan. Dengan demikian, disusunnya anggaran kas bertujuan untuk
menghindari supaya tidak terjadi kelebihan dana yang akan menganggur di
perusahaan dan perusahaan tidak akan mengalami kekurangan kas yang dapat
merugikan. Dengan kata lain, tujuan disusunnya keseimbangan kas adalah
untuk menentukan jumlah kas yang optimal di perusahaan.

1. Model Baumol
Model baumol merupakan salah satu model penentuan keseimbangan
kas yang mengacu metode penentuan persediaan optimal EOQ. Dengan
mengadopsi metode EOQ, Baumol dapat menentukan jumlah kas yang
optimal. Asumsi yang digunakan di sini adalah bahwa perusahaan akan
menggunakan kas dalam jumlah yang pasti dan dapat diestimasikan dan
jumlah penerimaan dari operasi perusahaan juga diasumsikan pasti dapat
diterima sesuai dengan yang diestimasikan manajemen. Sehingga jumlah
pemasukkan dan pengeluaran kas dapat dipastikan (sesuai dengan estimasi
manajemen).
Misal manajemen keuangan perusahaan mengestimasikan jumlah
penerimaan kas yang berasal dari operasi perusahaan sebesar Rp 900.000,-
dan jumlah kebutuhan kas pada periode tersebut diestimasikan sebesar
8.56 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Rp1.000.000,- sehingga ada kekurangan kas sebesar Rp100.000,-. Hal ini


akan lebih jelas bila dilihat dari gambar di bawah ini.

Gambar 8.4
Keseimbangan Kas

Dari Gambar 8.4 terlihat bahwa, apabila dimulai dengan waktu ke 0,


maka jumlah persediaan (C) sebesar Rp300.000,-. Apabila penggunaan kas
untuk setiap minggu adalah Rp100.000,- maka jumlah kas akan habis pada
minggu ke tiga. Rata-rata keseimbangan kas sebesar C/2 = Rp300.000,-/2 =
Rp150.000,-. Karena keseimbangan kas habis pada minggu ke tiga, maka
pada waktu tersebut perusahaan harus mengusahakan pemasukan kas lagi,
misal dengan menjual surat berharga yang dimiliki atau dengan meminjam
(utang).
Apabila jumlah maksimum kas dinaikkan menjadi Rp600.000,- maka
jumlah kas tersebut akan habis dalam jangka waktu 6 minggu, dengan asumsi
penggunaan tiap minggu sebesar Rp100.000,-. Karena penggunaan kas baru
habis dalam jangka waktu 6 minggu maka perusahaan perlu mengisi kas
dengan utang atau menjual surat berharga setelah 6 minggu. Oleh karena itu,
frekuensi perusahaan untuk menjual surat berharga atau utang akan lebih
sedikit (dalam satu tahun). Rata-rata keseimbangan kas yang baru menjadi
sebesar Rp600.000,-/2 = Rp300.000,-. Semakin besar jumlah kas yang ada
dalam perusahaan maka akan semakin jarang perusahaan harus mengisi kas.
Tetapi juga semakin besar kas yang ada dalam perusahaan semakin mampu
untuk menggunakan kesempatan mendapatkan keuntungan (penghasilan lain)
yang sewaktu-waktu ada. Bila ternyata kesempatan tersebut tidak ada,
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.57

dengan menyimpan kas yang besar di perusahaan berarti ada dana yang
menganggur. Sehingga perusahaan harus menghitung biaya keseimbangan
kas. Yang diperoleh dengan menjumlahkan biaya memegang kas (holding
cost) dan biaya transaksi (transaction cost)
Total biaya = holding cost + transaction cost
= C/2 X k+T/CXF

Keterangan:
C = jumlah kas yang diperlukan (meningkat bila ada tambahan
utang atau penjualan surat berharga)
C/2 = rata-rata keseimbangan kas
F = biaya tetap dari penjualan surat berharga atau tingkat bunga
pinjaman
T = jumlah kas yang diperlukan untuk transaksi dalam satu tahun
k = biaya hilangnya kesempatan karena memegang kas

Biaya hilangnya kesempatan karena memegang kas terlalu banyak dapat


diperoleh sesuai dengan tingkat keuntungan dari surat berharga atau tingkat
bunga utang dari kas yang ada dalam perusahaan (bila jumlah kas yang ada di
perusahaan diperoleh dari utang).
Jumlah biaya karena memegang kas akan menurun sesuai penurunan
biaya transaksi hingga sampai batas titik tertentu akan meningkat mengikuti
kenaikan biaya kesempatan (opportunity cost). Biaya kesempatan akan
meningkat sesuai dengan peningkatan kegiatan kas (cash transferred). Biaya
transaksi akan menurun bila ada kenaikan kegiatan kas.
Titik potong antara garis biaya transaksi dan garis biaya kesempatan
merupakan titik biaya terendah pada garis biaya total untuk jumlah kas yang
dipegang perusahaan. Titik ini disebut pula dengan titik optimal cash
transfer. Untuk lebih jelas melihat hubungan ketiga jenis biaya ini dapat
dilihat dalam gambar 8.5 di bawah.
8.58 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Gambar 8.5
Target Keseimbangan Kas

Jumlah biaya minimal diperlihatkan pada titik C*. Biaya minimal juga
dapat diperoleh dengan menghitung:

2(F )(T )
C* =
k

Keterangan:
C* = jumlah kas yang optimal
F = biaya tetap untuk menjual surat berharga
T = total kebutuhan kas
k = tingkat keuntungan saham

Seandainya diketahui biaya tetap untuk menjual surat berharga (F)


Rp150,-; Satu tahun asumsinya 52 minggu, Kebutuhan kas setiap minggu
Rp100.000,-; sehingga total kebutuhan kas dalam satu tahun = 52 X Rp
100.000 = Rp5.200.000,- ; tingkat keuntungan dari saham (k) = 15%;
sehingga jumlah kas yang optimal (C*) = Rp101.980,-

2(Rp150)(Rp5.200.000)
C* =
0,15
= Rp101.980,-
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.59

Sehingga jumlah kas yang optimal untuk perusahaan tersebut adalah


Rp101.980,-
Ketika jumlah kas untuk mencapai keseimbangan 0 (habis), maka
perusahaan tersebut dapat berhutang atau menjual surat berharga sebanyak
Rp 101.980,- untuk mencapai jumlah kas yang seimbang. Rata-rata kas yang
tersedia = Rp101.980,- /2 = Rp50.990.
Kelemahan metode baumol ini adalah penggunaan asumsi bahwa jumlah
semua pendapatan dan pengeluaran dapat diprediksi dengan pasti. Tetapi
dalam kenyataan hasil prediksi sering tidak sama dengan kenyataan. Oleh
karena itu untuk mengatasi kelemahan ini dapat digunakan model simulasi
monte carlo.

2. Model Simulasi Monte Carlo (Monte Carlo Simulation)


Model simulasi monte carlo, akan menggunakan tingkat probabilitas
untuk menentukan sensitivitas dari jumlah kas yang optimal. Dengan adanya
jumlah kas besi (safety cash), maka kemungkinan kekurangan kas di
perusahaan akan berkurang. Walaupun demikian untuk menghadapi
peningkatan kegiatan kas, maka jumlah kas dapat berkurang.
Apabila perusahaan sudah memiliki jumlah kas besi maka kekurangan
kas dalam jumlah yang banyak akan memiliki probabilitas kecil, sedang
kekurangan kas dalam jumlah kecil akan memiliki probabilitas yang semakin
besar. Dengan memiliki sejumlah kas besi tertentu perusahaan berharap tidak
akan mengalami kekurangan kas, atau kalaupun mengalami kekurangan kas
diharapkan kekurangannya dalam jumlah yang kecil.
Model simulasi monte carlo ini dapat digunakan untuk melengkapi
metode baumol, terutama dalam menentukan proyeksi pemasukan dan
pengeluaran kas. Berdasar probabilitas tersebut kemudian disusun sensitivitas
dari arus kas tersebut.

B. ANALISIS PERUBAHAN KEBIJAKAN KREDIT

Kebijakan kredit perusahaan dapat diubah untuk meningkatkan


penjualan dan profitabilitas perusahaan. Kebijakan kredit dapat diubah
dengan melonggarkan atau memperketat periode kredit, memperlonggar
kebijakan penagihan, atau dengan meningkatkan atau mengurangi potongan
tunai atau kombinasi dari ketiga kebijakan tersebut.
8.60 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Apabila terjadi perubahan kebijakan kredit maka jumlah penjualan akan


meningkat, tetapi jumlah biaya karena adanya peningkatan penjualan kredit
ini juga dapat meningkat. Oleh karena itu, dalam mengevaluasi perubahan
kebijakan kredit perusahaan harus membandingkan antara kenaikan
penjualan dengan kenaikan biaya.
Misal Perusahaan YY akan mengubah kebijakan kredit yang semula
1/10, n.30 akan diubah menjadi 2/10, n.40. Saat dilakukan kebijakan lama,
50% pelanggan membayar pada masa diskon, 40% membayar pada hari ke-
30 dan sisanya membayar pada hari ke-40, sehingga jangka waktu penagihan
menjadi (0,5) (10) + (0,4) (30) + (0,1) (40) = 21 hari. Biaya analisis dan
penagihan kredit per tahun Rp5 juta. 2,5% dari penjualan tidak tertagih
(0,025 X Rp400 juta = Rp 10 juta).
Diskon yang diambil pelanggan: 400 juta (0,975) (0,01) (0,50) =
Rp1.950.000 ~ 2 juta. Rasio piutang tak tertagih sudah dikurangkan terlebih
dahulu sebelum menghitung diskon.
Biaya penyediaan (carrying cost) piutang merupakan biaya modal kerja
yang tertanam dalam piutang dikalikan dengan biaya modal:

Biaya Jumlah Rasio Biaya


Penyediaan = Piutang X biaya X Modal
piutang rata-rata variabel (suku bunga)

Bila jumlah piutang rata-rata sama dengan waktu penagihan (DSO)


dikalikan dengan penjualan per hari, maka DSO perusahaan YY adalah 21
hari, rasio biaya variabel 70% dan biaya atas dana yang tertanam dalam
piutang adalah 3,3 juta:
Biaya penyediaan piutang = DSO X Penjualan per hari X
Rasio biaya variabel X biaya modal
Biaya penyediaan piutang = 21 (400 juta/360) (0,70) ( 0,20)
= 3,3 juta

Dalam hal ini yang diperhitungkan hanya biaya variabel karena


peningkatan penjualan hanya memerlukan pembelanjaan untuk biaya variabel
saja, sedang untuk biaya tetap tidak akan berubah.
Diperkirakan dengan adanya perubahan kebijakan ini akan
meningkatkan penjualan sebesar Rp130,-. Diperkirakan 60% akan membayar
pada masa diskon, piutang tidak tertagih menjadi 6% dari penjualan. Ini
berarti diskon akan naik menjadi (Rp530.juta) (0,94) (0,02) (0,60) =
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.61

Rp5.978.400 ~ Rp6 juta. 20% pelanggan yang membayar akan melakukan


pembayaran pada hari ke-40 dan sisanya pada hari ke-50. sehingga DSO baru
menjadi 24 hari:
DSO = (0,6) (10) + (0,2) (40) + (0,2) (50)
= 24 hari

Biaya penyediaan (cost of carrying) piutang akan naik menjadi 24 (Rp530


juta/360) (0,7) (0,20) = Rp4.946.667 ~ 4,9 juta.

Pelonggaran standar kredit, maka biaya penagihan akan berkurang,


sehingga perusahaan memperkirakan biaya analisis dan penagihan kredit
menurun menjadi Rp2 juta, tetapi hal ini akan menimbulkan kenaikan
piutang tidak tertagih yang semula 2,5 % menjadi 6% atau 6% (Rp530 juta) =
Rp 32 juta. Berdasar data tersebut untuk mengetahui pengaruh perubahan
kebijakan kredit ini terhadap laba perusahaan maka disusun laporan
keuangan perusahaan sebagi berikut.

Tabel 8.1
Pengaruh Perubahan Kebijakan Kredit Terhadap Laba

Keterangan Kebijakan Pengaruh Kebijakan


1/10, n.30 Perubahan 2/10, n. 40

Penjualan Kotor 400 130 530


Dikurangi diskon 2 4 6

Penjualan bersih 398 126 524


Biaya Produksi & BOP 280 91 371

Laba sebelum biaya 118 35 153


Kredit dan pajak
Biaya Penjualan Kredit:
- Carrying-cost piutang 3,3 1,6 4,9
- Biaya analisis dan penagihan kredit 5 (3) 2
- Piutang tidak tertagih 10 22 32

Laba sebelum pajak 99,7 14,4 114,1


Pajak (40%) 39,9 5,7 45,6

Laba bersih 59,8 8,7 68,5


8.62 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Dari hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa perubahan kebijakan kredit


tersebut akan meningkatkan jumlah piutang tidak tertagih, tetapi juga akan
meningkatkan penjualan. Secara keseluruhan bahwa perubahan kebijakan
kredit di sini akan meningkatkan keuntungan perusahaan sebesar Rp68,5 juta.
Dari kolom kedua (pengaruh perubahan) tabel di atas juga dapat digunakan
untuk menganalisis perubahan kebijakan kredit. Analisis seperti yang
digunakan dalam kolom “pengaruh perubahan” di atas disebut dengan analisis
incremental, yaitu suatu analisis perubahan kebijakan kredit dengan melihat
tingkat perubahan yang terjadi dari masing-masing pos, yang akhirnya
setelah dihitung akan terlihat pengaruhnya terhadap keuntungan perusahaan.
Dalam kasus di atas, perubahan kebijakan kredit akan
meningkatkan keuntungan sebesar Rp8,7 juta dari keuntungan yang diperoleh
pada kebijakan kredit lama. Sehingga diperkirakan total keuntungan akan
meningkat menjadi Rp59,8 juta + Rp5,2 juta = Rp68,5 juta. Hasilnya akan
sama dengan bila digunakan cara pertama (pada kolom ke tiga).
Pendekatan incremental ini penting bila perusahaan melakukan
perubahan kebijakan kredit hanya untuk satu jenis produk dari beberapa
produk yang dihasilkan oleh perusahaan atau bila perubahan hanya
menyangkut satu departemen saja tidak menyangkut semua departemen yang
ada di perusahaan.
Sebelum membahas formula yang biasanya digunakan dalam analisis
incremental maka perlu diketahui notasi yang digunakan dalam analisis
tersebut. Notasi dan persamaan tersebut adalah:
S = jumlah penjualan kotor saat ini.
0
S = jumlah penjualan setelah ada perubahan kebijakan kredit.
n
Jumlah penjualan ini dapat lebih besar atau lebih kecil
dari penjualan semula (sebelum ada perubahan kebijakan
kredit).
V = biaya variabel (sejumlah % tertentu dari penjualan
kotor).
1– V = marjin kontribusi sering disebut dengan gros profit
margin.
k = biaya dari pembiayaan investasi pada piutang.
DSO = jumlah waktu penagihan pada kebijakan kredit lama.
0
DSO = jumlah waktu penagihan setelah kebijakan kredit baru.
N
B = rata-rata kerugian karena piutang tidak tertagih, sebesar
0
% tertentu dari jumlah penjualan kotor saat ini.
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.63

B = rata-rata kerugian karena piutang tak tertagih dari jumlah


N
penjualan setelah perubahan kebijakan kredit.
P = % dari pelanggan yang memanfaatkan potongan tunai
0
dari jumlah penjualan saat ini (% potongan tunai X
jumlah penjualan kotor).
P = persentase dari pelanggan yang memanfaatkan potongan
N
tunai dari jumlah penjualan kotor setelah ada kebijakan
baru.
D = persentase potongan tunai pada kebijakan kredit saat ini.
0
D = persentase potongan tunai setelah ada kebijakan kredit
N
baru.
I = perubahan jumlah investasi pada piutang
P = perubahan keuntungan sebelum pajak

Apabila perubahan kebijakan akan menyebabkan perubahan atau


peningkatan penjualan maka perusahaan akan mengalami peningkatan
jumlah dana yang diinvestasikan pada piutang sebesar:

 I = (Peningkatan investasi pada + (Peningkatan investasi pada piutang


pada kebijakan lama) piutang pada kebijakan baru)
= [(DSO – DSO )(S /360)] + V [(DSO )(S – S 0/360]
N 0 0 N N 0

Apabila perubahan kebijakan menyebabkan penurunan penjualan maka


untuk mencari perubahan dana yang diinvestasikan dengan formula:

 I = (Peningkatan investasi pada + (Peningkatan investasi pada piutang


pada kebijakan lama) piutang pada kebijakan baru)
= [(DSO – DSO )(S /360)] + V[(DSO )(S – S 0/360]
N 0 N 0 N 0

Perubahan keuntungan sebelum pajak:


 P = (Perubahan laba kotor) + (Perubahan biaya penyediaan) +
(Perubahan piutang tak tertagih) + (Perubahan biaya potongan
tunai

= (SN –S0) (1 – V) – k( I) – (BNSN – B0S0) – (DNSNPN – D0S0P0)


8.64 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

1. Memperpanjang Jangka Waktu Kredit


Untuk meningkatkan penjualan perusahaan, maka perusahaan YY
memperpanjang jangka waktu kredit. Saat ini perusahaan tidak melakukan
penjualan kredit, mampu menjual Rp100.000,- per tahun dengan biaya
variabel 60% dari penjualan, biaya modal yang terserap dalam piutang 10%.
Dengan kebijakan baru yang dibuat, yaitu memberikan penjualan kredit
dengan jangka waktu 30 hari, diharapkan ada peningkatan penjualan menjadi
Rp150.000,- per tahun, tetapi ada kemungkinan kerugian karena piutang
tidak tertagih 2% dari penjualan.

Perubahan investasi:
 I = [(DSO – DSO )(S /360)] + V[(DSO )(S – NS 0/360]
N
N 0 0 0
= [(30 – 0)(Rp100.000/360)] + 0,6[30(Rp150.000 – Rp100.000)/360]
= Rp8.333 + Rp2.500
= Rp10.833

Perubahan sistem penjualan yang semula tunai menjadi kredit dengan


jangka waktu 30 hari akan menyebabkan kenaikan (tambahan) dana yang
diinvestasikan sebesar Rp10.833,-
Perubahan keuntungan:
 P = (S –S ) (1 – V) – k( I) – (B S – B S ) – (D S P – D S P )
N 0 N N 0 0 N N N 0 0 0
= (Rp150.000 – Rp100.000)(1-0,6) – 0,10(Rp10.833) –
[0,02(Rp150.000)– 0]
= Rp20.000 – Rp1.083 – Rp3.000
= Rp15,917

Jadi, perubahan kebijakan kredit tersebut selain meningkatkan penjualan


ternyata juga meningkatkan keuntungan bagi perusahaan YY sebesar
Rp15.917,-

2. Memperpendek Periode Kredit


Dengan kebijakan kredit yang terlalu longgar sering kali pelanggan
menjadi tidak mau membayar pada waktunya dan menimbulkan lebih banyak
piutang tidak tertagih. Berdasar pengalaman tersebut maka perusahaan YY
akan mencoba memperpendek jangka waktu kredit.
Jangka waktu kredit yang semula 30 hari akan diperpendek menjadi 20
hari. Hal ini kemungkinan akan menurunkan tingkat penjualan yang semula
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.65

Rp150.000 setahun menjadi Rp130.000 setahun. Sedang tingkat piutang tidak


tertagih akan tetap sama seperti semula, yaitu 2%. Perubahan jangka waktu
kredit ini akan menyebabkan perubanan investasi:

 I = [(DSO – DSO ) (S /360)] + V[(DSO ) (S – S 0/360


0
N 0 N 0 N
= [(20 – 30) (Rp130.000/360)] + 0,6 [30 (Rp130.000 – Rp150.000)/360]
= (-10) (Rp361,11) + 0,6 [(30) (-Rp55,56)]
= -Rp3,611 – Rp1.000
= - Rp4.611

Percepatan periode kredit dari 30 hari menjadi 20 hari bagi perusahaan


YY menyebabkan penurunan investasi sebesar Rp4.611,-
Pengaruh perubahan kebijakan tersebut terhadap keuntungan
perusahaan:

 P = (S –S ) (1 – V) – k( I) – (B S – B S ) – (D S P – D S P )
N 0 N N 0 0 N N N 000
= (Rp130.000 – Rp150.000) (1-0,6) – 0,10 (-Rp4.611) –
[(0,02) (Rp130.000) – (0,02) (Rp150.000)] – Rp0,-
= -Rp8.000 + Rp461 + Rp4.000
= -Rp7.139

Perubahan kebijakan kredit dengan memperketat jangka waktu kredit


bagi perusahaan YY akan menyebabkan penurunan keuntungan sebesar
Rp7.139,-. Sehingga perusahaan YY perlu meninjau ulang apakah kebijakan
ini benar-benar akan dilaksanakan karena jangka waktu kredit yang
diperketat ternyata menurunkan keuntungan perusahaan.
Perusahaan dapat melakukan perubahan kebijakan kredit tidak hanya
dengan memperpendek atau memperpanjang jangka waktu kredit, tetapi juga
mungkin memperbesar atau memperkecil tingkat diskon atau kombinasi dari
semua kebijakan kredit yang ada. Langkah atau pedoman umum yang dapat
digunakan oleh perusahaan bila melakukan perubahan kebijakan kredit
adalah sebagai berikut.
1. Estimasikan pengaruh perubahan kebijakan kredit terhadap penjualan,
DSO, kemungkinan piutang yang tidak tertagih dan lainnya.
2. Hitung pengaruh perubahan kebijakan terhadap perubahan dana yang
diinvestasikan pada piutang.
8.66 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

3. Hitung pengaruh perubahan kebijakan kredit terhadap perubahan


keuntungan sebelum pajak.

Untuk menentukan perubahan kebijakan kredit yang paling


menguntungkan (meningkatkan keuntungan perusahaan paling besar), perlu
dilakukan simulasi dengan mengubah-ubah variabel yang ada dalam
kebijakan kredit. Kemudian pilih variabel yang benar-benar dapat
meningkatkan keuntungan tertinggi.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Untuk melakukan keseimbangan. kas, pos-pos apa saja yang perlu


diantisipasi oleh perusahaan?
2) Jelaskan apa yang dimaksud dengan keseimbangan kas (bila perlu
disertai gambar)!
3) Jelaskan apa yang dimaksud dengan titik optimal cash transfer!
4) Apa yang dimaksud dengan model Baumol dan bagaimana
menggunakan metode tersebut?
5) Apa kelemahan metode Baumol dan bagaimana mengatasinya?
6) Asumsi apa saja yang harus dipenuhi bila akan menggunakan metode
Baumol?
7) Pertimbangan apa yang harus dilakukan oleh perusahaan ketika akan
memutuskan apakah tawaran diskon pada pembelian dalam jumlah
tertentu akan diterima atau tidak?
8) Apa perbedaan metode Baumol dan metode Montecarlo?
9) Bila perusahaan melakukan perubahan kredit maka biaya apa saja yang
akan terpengaruh?
10) Apa tujuan perusahaan melakukan perubahan kebijakan kredit?
11) Perubahan kebijakan kredit dapat dilakukan dengan mengubah apa saja?
12) Jelaskan langkah-langkah yang dapat digunakan untuk menganalisis bila
ada perubahan kebijakan kredit!
13) Apabila perubahan kebijakan kredit dilakukan untuk satu jenis produk
dari banyak produk yang dihasilkan oleh perusahaan, maka metode
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.67

analisis apa yang baik digunakan oleh perusahaan dan bagaimana


menganalisisnya?
14) Apa perbedaan analisis perubahan kebijakan kredit menggunakan
laporan laba-rugi dan analisis perubahan incremental?
15) Bagaimana cara menentukan perubahan kredit yang paling tepat bagi
perusahaan?

Petunjuk Jawaban Latihan

Semua jawaban latihan ada dalam uraian Kegiatan Belajar 3. Baca urain
dengan baik dan teliti, pahami maknanya, maka semua pertanyaan dalam
latihan akan dapat terjawab dengan baik. Bila Anda tetap tidak dapat
menjawab dengan baik, baca uraian Kegiatan Belajar 3 sekali lagi. Bila
masih tetap tidak dapat menjawabnya, tanyakan pada staf pengajar yang
ditunjuk pada sesi tatap muka.

RA N GK U MA N

1) Model Baumol digunakan untuk menentukan jumlah keseimbangan


kas yang optimal. Asumsi yang digunakan model Baumol adalah
bahwa hasil estimasi pasti akan terjadi tepat seperti yang
diperkirakan, tidak akan meleset, tidak ada variasi dalam estimasi.
2) Formula yang digunakan untuk menentukan keseimbangan kas yang
optimal:
2(F)( T)
C* =
k

di mana:
C* = jumlah kas yang ekonomis
F = biaya tetap untuk menjual surat berharga
T = total kebutuhan kas dalam satu tahun
k = tingkat keuntungan saham

3) Model Monte Carlo memperbaiki model Baumol, yaitu dengan


melakukan simulasi pada probabilitas hasil estimasi dalam
menentukan keseimbangan kas.
4) Perubahan kebijakan kredit akan mempengaruhi biaya, jumlah
penjualan dan profitabilitas perusahaan.
8.68 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

5) Perubahan kebijakan kredit dapat dianalisis melalui laporan laba-


rugi perusahaan dan perubahan incremental.
6) Perubahan kebijakan kredit dapat mencakup semua departemen dan
semua produk yang ada di perusahaan atau hanya salah satu
departemen atau produk saja. Bila perubahan kebijakan kredit hanya
mencakup satu departemen atau satu produk saja maka analisis
perubahan kebijakan tersebut digunakan metode perubahan
incremental.

TES FORMATIF 3

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini


1) Perusahaan YY mengharapkan akan mampu menjual Rp20 juta pada
tahun ini dengan kebijakan penjualan yang dilakukan seperti saat ini.
Proporsi biaya variabel terhadap penjualan perusahaan 80% biaya yang
harus ditanggung perusahaan karena adanya piutang 8%. Saat ini syarat
penjualan yang diterapkan adalah konsumen boleh membayar untuk
jangka waktu 25 hari. Kenyataan rata-rata pelanggan membayar dalam
jangka waktu 30 hari dan piutang tidak tertagih mencapai 3% dari
jumlah penjualan.
Manajer kredit baru mempertimbangkan akan mengubah kebijakan
kreditnya supaya lebih menguntungkan perusahaan. Kemungkinan
usulan kebijakan kredit baru tersebut:

Usulan 1: Perusahaan dapat memperpanjang periode kredit menjadi 40


hari. Sehingga, diharapkan penjualan akan meningkat menjadi
Rp20.500.000,- dan DSO akan meningkat menjadi 45 hari, tetapi piutang
yang tidak tertagih akan meningkat 5% dari adanya tambahan penjualan
(di luar piutang tidak tertagih terdahulu, 3%).
Usulan 2: Perusahaan dapat memperpendek periode kredit dari 25 hari
menjadi 20 hari. Dengan kebijakan ini kemungkinan penjualan akan
menurun menjadi Rpl8.000.000,-, DSO akan turun menjadi 22 hari dan
piutang tidak tertagih turun 1 persen dari penjualan baru.
Dari data tersebut saudara diminta:
a. Evaluasi usulan 1. Berapa perubahan investasi dalam piutang dan
perkiraan perubahan keuntungan sebelum pajak yang akan diterima
perusahaan?
b. Evaluasi usulan 2. Berapa perubahan investasi dalam piutang dan
perkiraan perubahan keuntungan sebelum pajak yang akan diterima
perusahaan?
c. Usulan mana yang sebaiknya diterima, beri penjelasan!
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.69

2) PT IXY saat ini menjual dengan termin 1/10, net 30, piutang yang tidak
tertagih 1% dari penjualan kotor. Dari 99% pelanggan yang membayar,
50% membayar pada, hari ke 10 (masih mendapat diskon) sedang 50%
sisanya membayar pada hari ke 30. Penjualan kotor perusahaan tahun ini
Rp2.000.000,- per tahun. Biaya variabel sebesar 75% dari total
penjualan. Biaya penagihan piutang ditetapkan 10% dari jumlah piutang
yang ada.
Manajer keuangan mengusulkan mengganti termin penjualan menjadi
2/10, net 40. Diharapkan dengan menggunakan termin ini penjualan akan
meningkat menjadi Rp2.500.000,- per tahun. Tetapi, dengan termin baru
ini diperkirakan piutang tidak tertagih juga meningkat menjadi 2%.
Diharapkan pelanggan 50% akan tetap membayar pada, hari ke 10
(untuk mendapatkan diskon) dan sisanya akan membayar pada hari ke
40. Dari data tersebut saudara diminta untuk:
a. Menghitung DSO lama dan yang baru!
b. Apabila perubahan termin dapat meningkatkan penjualan berapa
besar jumlah investasi pada piutang dan keuntungan sebelum pajak
akan terpengaruh?
c. Apabila perubahan termin, ternyata menurunkan jumlah penjualan,
bagaimana pengaruhnya terhadap keuntungan sebelum pajak?
d. Apabila pesaing juga mengubah termin penjualan dengan lebih
longgar lagi sehingga jumlah penjualan perusahaan tetap, tetapi
piutang yang tidak tertagih meningkat menjadi 2%; Bagaimana
pengaruhnya terhadap keuntungan perusahaan?

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
8.70 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 4. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang
belum dikuasai.
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.71

K E gi A t A n B E L AJ AR 4

Topik-topik Khusus dalam


Modal Kerja (Bagian II)

P enerapan manajemen modal kerja dalam kenyataannya mungkin tidak


akan semudah penerapan dalam teori. Dalam kenyataan ada banyak hal yang
perlu diperhatikan karena hal-hal tersebut mungkin akan mempengaruhi
keputusan manajemen tentang modal kerja. Modal kerja yang akan dibahas
dalam Modul 8, Kegiatan Belajar 4 ini adalah mengenai persediaan.
Dalam menentukan jumlah persediaan yang ada, manajemen tidak dapat
menerapkan EOQ dengan cara seperti dalam Kegiatan Belajar 2 (Modul 8
ini). Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi keputusan manajemen
dalam menerapkan EOQ sehingga harus memodifikasi EOQ yang telah
dihitung. Misalnya setelah ditentukan jumlah EOQ tertentu, ternyata
perusahaan mendapat tawaran potongan pembelian bila perusahaan mau
membeli sejumlah tertentu di atas jumlah EOQ. Dalam kasus ini perusahaan
harus mempertimbangkan manfaat yang akan diterima perusahaan bila
perusahaan mengambil atau tidak mengambil tawaran potongan tersebut. Hal
lain yang perlu diperhatikan bila perusahaan mengalami permintaan
musiman, apakah mungkin jumlah persediaan yang ditetapkan perusahaan
akan konstan sepanjang tahun. Apabila ada inflasi, apakah akan
mempengaruhi keputusan tingkat persediaan perusahaan dan bagaimana
pengaruhnya terhadap persediaan. Di dalam perhitungan EOQ, biasanya akan
diperoleh satu nilai saja, apakah memang nilai tersebut sudah merupakan
harga mati yang harus dilakukan oleh perusahaan. Karena dalam kenyataan
perusahaan akan sulit selalu memesan tepat dengan nilai EOQ. Mungkinkah
perusahaan melakukan pemesanan tidak sama dengan nilai EOQ. Hal-hal
tersebut akan dibahas lebih jauh dalam kegiatan belajar 4 ini. Dengan
demikian diharapkan bahwa nilai EOQ yang telah ditentukan perusahaan
akan lebih dapat diterapkan.

A. MODEL EOQ DAN PERLUASANNYA

Di dalam Modul 8, Kegiatan Belajar 2 sudah dibicarakan tentang


pentingnya persediaan dan pengaruh jumlah persediaan yang terlalu besar
8.72 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

atau terlalu kecil bagi keuangan perusahaan. Penentuan jumlah persediaan


perusahaan berhubungan dengan jumlah modal kerja perusahaan, karena
untuk membeli barang yang akan disimpan menjadi persediaan menggunakan
modal kerja. Sehingga semakin besar jumlah persediaan berarti semakin
besar jumlah modal kerja yang tertanam di dalam persediaan. Hal ini
menyebabkan banyak dana yang menganggur. Semakin banyak dana yang
menganggur akan kurang menguntungkan bagi perusahaan, karena
seharusnya dana tersebut dapat ditanamkan pada usaha atau aset lain yang
dapat memberi manfaat lebih besar. Jumlah persediaan yang terlalu besar
menyebabkan perusahaan menanggung biaya simpan yang besar.
Jumlah persediaan yang terlalu kecil kurang menguntungkan bagi
perusahaan, karena bila ada peningkatan permintaan maka perusahaan akan
kesulitan memenuhi peningkatan permintaan tersebut. Kalaupun perusahaan
dapat mengusahakan barang yang dibutuhkan kemungkinan harus
mengeluarkan dana yang lebih besar, karena tidak mudah untuk mendapatkan
barang dengan spesifikasi seperti yang dikehendaki perusahaan. Oleh karena
itu, perusahaan perlu menentukan jumlah persediaan yang paling tepat atau
sering disebut dengan persediaan yang optimal. Dengan jumlah persediaan
yang optimal maka profitabilitas perusahaan dapat meningkat.
Jumlah persediaan yang optimal bagi satu perusahaan akan berbeda
dengan perusahaan lainnya, hal ini sangat tergantung dengan jenis dan skala
produksi perusahaan. Beberapa perusahaan menentukan jumlah persediaan
yang tepat dengan cara sederhana, yaitu berdasar pengalaman perusahaan
pada masa lalu. Berdasar pengalaman-pengalaman perusahaan ter-sebut
kemudian ditentukan jumlah persediaan yang optimal.
Jumlah persediaan yang optimal dapat pula ditentukan dengan metode
economic ordering quantity (EOQ). Metode ini akan membahas biaya pesan
(ordering cost), biaya simpan (carrying inventory) dan kombinasi dari kedua
macam biaya tersebut. Metode EOQ digunakan untuk menentukan jumlah
persediaan dengan total biaya yang minimum, jumlah persediaan ini disebut
persediaan yang optimal. Teknik optimisasi dapat digunakan untuk
menentukan kapan perusahaan harus mulai melakukan pesanan dan jumlah
pesanan (unit) untuk setiap kali pesan.

1. Biaya Simpan
Biaya simpan merupakan biaya yang harus ditanggung perusahaan
karena perusahaan menyimpan barang di gudang. Biaya simpan ini
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.73

mencakup biaya pergudangan, biaya modal dan biaya penyusutan atau


menurunnya kualitas karena barang disimpan di gudang. Jumlah biaya
simpan berfluktuasi sesuai dengan rata-rata fluktuasi barang yang disimpan
di gudang. Semakin banyak barang yang disimpan di gudang maka akan
semakin besar biaya simpan ini dan semakin sedikit barang yang disimpan di
gudang maka biaya simpan juga akan semakin kecil. Di samping itu, jumlah
biaya simpan juga dipengaruhi oleh frekuensi pemesanan yang dilakukan
perusahaan.

a. Biaya pesan
Biaya pesan merupakan biaya yang timbul karena perusahaan melakukan
pesanan kepada pemasok. Biaya pesan ini biasanya merupakan biaya tetap
(fixed cost) dan tidak dipengaruhi oleh rata-rata persediaan. Contoh biaya
pesan adalah biaya telepon yang digunakan untuk memesan barang, biaya
prangko dan biaya kirim pemesanan bila pemesanan dilakukan melalui pos
dan biaya persiapan administrasi pemesanan.

b. Total biaya persediaan


Total biaya persediaan merupakan penjumlahan dari biaya pesan dengan
biaya simpan. Total biaya persediaan akan menjadi minimal saat garis biaya
pesan berpotongan dengan garis biaya simpan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam Gambar 8.6 di bawah ini:

Gambar 8.6
Hubungan biaya persediaan dan EOQ

Gambar 8.6.

Dari gambar di atas nampak bahwa biaya simpan akan terus meningkat
sesuai dengan unit yang dipesan. Semakin besar unit pesanan maka jumlah
8.74 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

biaya simpan akan meningkat semakin besar. Begitu pula sebaliknya semakin
kecil unit yang pesan maka semakin kecil pula biaya simpannya.
Garis biaya pesan menunjukkan jumlah biaya yang besar untuk setiap
unit pemesanan yang kecil, tetapi terus menurun sesuai dengan kenaikan
jumlah unit yang dipesan. Biaya pesan ini bentuknya akan asimtotis terhadap
sumbu jumlah biaya (Rp) dan sumbu jumlah unit yang dipesan.
Garis total biaya persediaan dari titik maksimum akan menurun
mengikuti penurunan biaya pesan, kemudian sampai titik tertentu total biaya
persediaan akan naik mengikuti kenaikan biaya simpan. Walaupun demikian
garis total biaya persediaan tidak akan pernah berpotongan dengan garis
biaya pesan dan garis biaya simpan (asimtotis). Pada saat garis total biaya
persediaan sampai pada titik terendah menunjukkan total biaya persediaan
terendah, yaitu saat terjadi perpotongan garis biaya pesan dan garis biaya
simpan. Titik ini bila dihubungkan dengan jumlah unit yang dipesan akan
menunjukkan titik pesanan yang paling optimal, yaitu jumlah pesanan yang
memberikan biaya persediaan paling rendah. Titik inilah yang disebut dengan
titik EOQ.
Perusahaan MM merupakan distributor kaos memiliki omzet cukup
besar. Jumlah penjualan dalam satu tahun (S) sebesar 26.000 unit, persentase
biaya simpan terhadap nilai persediaan (C) 25%, harga beli kaos per unit
Rp4,92, harga jual per unit Rp9,-, biaya pesan tetap (F) Rp1000. Setiap
barang yang datang masih harus dirapikan sampai barang benar-benar siap
dijual, sehingga memerlukan biaya tambahan untuk tenaga kerja ini sebesar
Rp 1000,- . Dari data-data tersebut maka dapat dihitung EOQ perusahaan ini :

2(F )(S) 2(2)(Rp1000)(26.000)


EOQ = =
(C)(P) (0, 25)(Rp4,92)
= 6.500 unit

Dengan tingkat EOQ sebesar 6.500 unit dan jumlah penjualan dalam satu
tahun 26.000 unit sehingga pemesanan akan dilakukan sebanyak 26.000/6500
= 4 kali dalam satu tahun. Rata-rata penjualan dalam satu minggu adalah
26.000/52 = 500 unit per minggu. Rata-rata persediaan yang ada dalam
perusahaan adalah EOQ/2 = 6500/2 = 3250, harga beli per unit Rp4,92.
Sehingga rata-rata dana yang tertanam dalam persediaan adalah 3.250 X
Rp4,29 = Rp16.000,-
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.75

Biaya Total persediaan perusahaan MM menjadi:


TIC = TCC + TOC
= (C) (P) (Q/2) + (F) (S/Q)
= 0,25 (Rp4,92) (6.500/2) + Rp1.000,- (26.000 / 6.500)
= Rp4.000,- + Rp4.000,- = Rp8.000,-

Keterangan:
TIC = total biaya persediaan
TCC = total biaya simpan
TOC = total biaya pesan
C = persentase biaya simpan
S = total penjualan dalam satu tahun
P = harga beli per unit
F = biaya pesan (fixed)
Q = besarnya EOQ (persediaan optimal)

Dari perhitungan di atas terlihat bahwa jumlah biaya persediaan


Rp8000,- terdiri dari biaya simpan Rp4.000,- ditambah dengan biaya pesan
Rp4.000,-. Biaya ini tidak memasukkan biaya pembelian barang sebesar
Rp4,29 X 26.000 = Rp127.920,-.
Apabila waktu tunggu datangnya pesanan selama 2 minggu dari waktu
mulai memesan, dan jumlah penjualan tiap minggu 26.000/52 = 500 unit.
Sehingga jumlah unit yang akan terjual selama waktu menunggu datangnya
pesanan adalah 2 X 500 unit = 1000 unit, sehingga perusahaan ini harus
mulai memesan saat persediaan dalam perusahaan tinggal 1000 unit. Dengan
demikian saat pesanan datang jumlah persediaan 0. Apabila pesanan selalu
datang tepat pada waktunya dan tidak ada peningkatan penjualan selama
menunggu datangnya pesanan, keadaan tersebut tidak akan menimbulkan
permasalahan bagi perusahaan. Tetapi bila dalam masa menunggu ada
peningkatan penjualan atau pesanan tidak datang tepat pada waktunya maka
perusahaan akan mengalami kesulitan dan harus mengeluarkan biaya
tambahan karena kekurangan persediaan. Biaya ini disebut biaya kehabisan
persediaan (shortage cost). Untuk mengatasi hal tersebut maka perusahaan
perlu memiliki persediaan besi.
8.76 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

2. Konsep Persediaan Besi (Safety Stock)


Persediaan besi (Safety Stock) atau persediaan pengaman menunjukkan
jumlah persediaan minimal yang harus ada di perusahaan. Konsep adanya
persediaan besi bertujuan untuk berjaga-jaga bila sewaktu-waktu ada
permintaan yang melebihi permintaan yang diprediksi manajemen, sehingga
perusahaan tidak akan kebingungan harus mencari bahan di pasar sesegera
mungkin untuk memenuhi permintaan tersebut. Biaya kehabisan persediaan
(shortage cost) yang ditanggung perusahaan biasanya cukup besar. Biaya
kehabisan persediaan ini tidak hanya terdiri dari biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang seperti spesifikasi
perusahaan, tetapi lebih jauh lagi yaitu biaya kehilanggan pelanggan. Karena
pelanggan merasa tidak dapat dilayani dengan baik oleh perusahaan, maka
pelanggan akan berpindah ke perusahaan lain yang dapat melayaninya
dengan baik. Oleh karena itu, untuk menjaga hubungan dengan pelanggan
maka diperlukan persediaan besi.
Persediaan besi juga diperlukan untuk berjaga-jaga bila terjadi
keterlambatan datangnya persediaan yang telah dipesan. Bila tidak ada
persediaan besi, dan pesanan datang terlambat maka perusahaan mungkin
terpaksa berhenti berproduksi untuk sementara waktu sampai pesanan datang.
Hal ini pasti menimbulkan biaya yang cukup besar. Perusahaan tidak dapat
memenuhi permintaan pelanggan juga perusahaan tetap harus membayar
karyawan walaupun mereka tidak bekerja. Apabila perusahaan segera
mencari barang tersebut di pasar belum tentu mendapatkannya, kalaupun
dapat biasanya dengan harga yang lebih mahal. Oleh karena itu, untuk
mengatasi kemungkinan munculnya biaya tersebut perusahaan perlu
memiliki sejumlah persediaan yang selalu harus ada dalam perusahaan untuk
berjaga-jaga bila ada kejadian (yang berhubungan dengan persediaan) terjadi
di luar perkiraan manajemen.
Jumlah persediaan perusahaan termasuk persediaan besi dapat
digambarkan seperti berikut ini.
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.77

Gambar 8.7
Jumlah Persediaan

Gambar 8.7.

Gambar 8.7 di atas dapat dijelaskan dengan contoh berikut ini.


Manajemen perusahaan mengekspektasikan bahwa penjualan perusahaan
sebesar 500 unit per minggu, diasumsikan jumlah penjualan dalam minggu
kedua melonjak sampai dua kali penjualan minggu pertama, yaitu sebesar
1000 unit. Rata-rata penjualan perusahaan dalam gambar di atas nampak dari
garis miring (slope) pertama. Perusahaan menentukan jumlah persediaan besi
sebesar 1000 unit sehingga perusahaan melakukan pemesanan sebanyak
7.500 unit. Dari perhitungan EOQ yang telah dilakukan perusahaan
menunjukkan bahwa EOQ sebesar 6.500 unit ditambah 1000 unit untuk
persediaan. Pemesanan kembali akan dilakukan oleh perusahaan saat jumlah
persediaan barang tinggal 2000 unit. Hal ini dilakukan karena jumlah
persediaan besi ditentukan 1000 unit ditambah dengan penggunaan
persediaan untuk berproduksi selama waktu tunggu (lead time) sebanyak
1000 unit. Waktu tunggu adalah waktu antara pemesanan dilakukan sampai
dengan waktu datangnya pesanan, yaitu selama 2 minggu. Rata-rata
penjualan untuk satu minggu adalah 500 unit, sehingga kebutuhan persediaan
untuk 2 minggu adalah 2 X 500 unit = 1000 unit.
Rata-rata persediaan akan sama dengan EOQ/2 ditambah dengan
persediaan besi, karena persediaan besi perusahaan sebesar 1000 unit juga
8.78 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

akan menyerap biaya simpan. Sehingga rata-rata persediaan perusahaan


dengan memperhitungkan persediaan besi menjadi:
Rata-rata Persediaan = EOQ/2 + Persediaan besi
= 6.500/2 + 1000
= 3250 + 1000
= 4250

Rata-rata nilai persediaan saat ini (setelah memasukkan unsur persediaan


besi):
Rata-rata nilai persediaan = rata-rata persediaan X harga beli per unit
= 4.250 X Rp4,92
= Rp20.910,-

Bila biaya persediaan meningkat maka nilai persediaan ini akan


meningkat. Bila ada peningkatan biaya simpan tahunan sebesar persentase
biaya simpan maka peningkatan nilai persediaan sebesar:
Peningkatan nilai persediaan = Persediaan besi X (P) X (C)
= 1000 X Rp4,92 X 25%
= Rp1.230,-

Karena permintaan konsumen tidak pasti, sehingga realisasi permintaan


dapat jauh melebihi jumlah yang diprediksikan. Kalau hal ini terjadi maka
dapat menyebabkan persediaan habis bahkan dapat kekurangan persediaan.
Perusahaan harus menanggung biaya yang besar karena kekurangan
persediaan, karena perusahaan dapat mengecewakan pelanggan sehingga
pelanggan dapat berpindah ke pesaing. Sehingga dalam perjalanan usahanya
perusahaan akan meningkatkan jumlah persediaan besi.
Penentuan jumlah persediaan besi yang optimal bagi perusahaan dapat
dilakukan berdasar pengalaman perusahaan untuk waktu-waktu yang telah
lalu. Berdasar data tersebut kemudian ditentukan tingkat probabilitas dari
masing-masing kejadian. Contoh perhitungan penentuan persediaan besi yang
optimal dapat dilihat di bawah ini:
Dari data perusahaan yang ada maka diketahui probabilitas tingkat
penjualan adalah sebagai berikut.
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.79

Tabel 8.2
Probabilitas Jumlah Penjualan

Jumlah Penjualan Probabilitas

0 0,1
500 0,2
1000 0,4
1501 0,2
2001 0,1

1000 1,0

Analisis biaya persediaan besi, bila waktu pemesanan selama 2 minggu,


dapat dilihat di bawah ini:

Persedia- Penjualan Proba- Shortage Kehilangan Biaya Biaya Total


an besi bilitas Keuntungan Shortage Simpan Biaya
0 0 0,1 0 0 0
500 0,2 0 0 0
1000 0,4 0 0 0
1500 0,2 500 1.020 204
2000 0,1 1000 2.040 204
1,0 Ekspektasi biaya shortage Rp 408 0 Rp 408
500 0 0,1 0 0 0
500 0,2 0 0 0
1000 0,4 0 0 0
1500 0,2 0 0 0
2000 0,1 500 1.020 102
1,0 Ekspektasi biaya shortage Rp 102 Rp 154 Rp 256
1000 0 0,1 0 0 0
500 0,2 0 0 0
1000 0,4 0 0 0
2000 0,1 0 0 0
1,0 Ekspektasi biaya shortage Rp 0 Rp 308 Rp 308
Shortage = Penjualan sesungguhnya – (persediaan besi + jumlah
persediaan yang ada di perusahaan saat melakukan
pemesanan).

Dari Tabel 8.2 terlihat bahwa, bila perusahaan tidak memiliki persediaan
besi, penjualan perusahaan selama waktu menunggu datangnya pesanan
memiliki tingkat penjualan sampai dengan 1000 unit, perusahaan masih
aman. Perusahaan tidak harus mengeluarkan biaya kehabisan persediaan.
8.80 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Tetapi bila penjualan meningkat menjadi 1500 selama waktu menunggu


datangnya pesanan, maka perusahaan harus mengeluarkan biaya kehabisan
persediaan sebesar Rp204,- dan kehilangan keuntungan Rp1.020,-. Jumlah
biaya karena kekurangan persediaan dan kemungkinan kehilangan
keuntungan juga semakin besar.
Apabila perusahaan memiliki persediaan besi sebesar 500 unit, maka
perusahaan akan mengeluarkan biaya karena kekurangan persediaan hanya
bila penjualan lebih dari 1500 unit atau 2000 unit. Bila penjualan mencapai
2000 unit maka jumlah kekurangan persediaan 500 unit, yang akan
menyebabkan beban biaya sebesar Rp102,- dan kehilangan keuntungan
sebesar Rp1.020,-, total biaya Rp256,-
Apabila perusahaan menentukan jumlah persediaan besi sebesar 1000
unit maka perusahaan tidak akan kehilangan keuntungan dan tidak harus
menanggung biaya kekurangan persediaan. Total biaya persediaan yang
harus ditanggung perusahaan pada persediaan besi 1000 unit adalah Rp308,-.
Jumlah biaya ini lebih kecil bila dibandingkan dengan tidak memiliki
persediaan besi (total biaya persediaan Rp408). Karena dari pengalaman
perusahaan, belum pernah memiliki tingkat penjualan lebih dari 2000 unit per
minggu (dapat dilihat dari tingkat probabilitas), maka paling baik perusahaan
memiliki persediaan besi 1000 unit. Hal ini disebut dengan tingkat persediaan
besi yang optimal.

3. Potongan Kuantitas (Quantity Discount)


Potongan kuantitas merupakan jumlah potongan yang didapatkan oleh
perusahaan karena melakukan pembelian dalam jumlah tertentu. Seandainya
perusahaan MM melakukan pembelian dalam jumlah lebih dari 5000 unit,
maka akan mendapatkan potongan sebesar 2%. Karena jumlah EOQ
perusahaan 6500 unit maka perusahaan minimal akan memesan sebesar 6500
unit, maka perusahaan pasti selalu mendapatkan potongan.
Permasalahan akan muncul bila potongan akan diberikan bila pembelian
melebihi tingkat EOQ perusahaan. Misalnya potongan akan diberikan bila
perusahaan melakukan pembelian lebih dari 10.000 unit. Perusahaan harus
mempertimbangkan apakah potongan tersebut akan diambil atau tidak.
Dari hasil perhitungan di bagian depan, bahwa bila perusahaan membeli
sesuai dengan jumlah EOQ (6.500 unit) maka biaya persediaan yang akan
ditanggung perusahaan sebesar Rp8.000,-. Apabila jumlah pemesanan
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.81

dinaikkan menjadi 10.000 unit, maka biaya persediaan yang ditanggung


perusahaan:
TIC = 0,25 (Rp4,92) (10.000/2) + Rp1000 (26.000/10.000)
= Rp6.025 + Rp2.600
= Rp8.625

Sehingga biaya persediaan yang harus ditanggung perusahaan bila


melakukan pemesanan sebesar 10.000 unit adalah Rp8.625,- atau meningkat
Rp625,-. Potongan yang didapat 2%, sehingga akan menurunkan harga beli
menjadi 0,98 X (Rp4,29) = Rp4,82.
Untuk memutuskan apakah potongan sebesar 2% akan diambil oleh
perusahaan atau tidak maka perusahaan harus mempertimbangkan jumlah
kenaikan biaya persediaan dengan manfaat dari potongan (jumlah
penghematan yang diterima):
Jumlah potongan yang diterima = 2% X 10.000 X Rp4,92
= Rp984,-

Kenaikan jumlah biaya persediaan Rp625,-. Penghematan biaya yang


diperoleh perusahaan = Rp984,- − Rp625,- = Rp359,-
Dari hasil perhitungan bila perusahaan memesan 10.000 unit sekali
pesan maka perusahaan akan mendapat penghematan biaya sebesar Rp 359,-
dalam satu tahun.

4. Inflasi
Inflasi yang terjadi akan meningkatkan nilai persediaan. Dalam asumsi
penghitungan EOQ, biaya simpan akan meningkat. Dengan tingkat inflasi
yang meningkat akan menyebabkan tingkat bunga juga meningkat, sehingga
akan menyebabkan biaya simpan (C) juga meningkat, sehingga EOQ akan
menurun dan rata-rata persediaan juga menurun.
Perubahan tingkat inflasi biasanya tidak akan berpengaruh secara nyata
(signifikan) terhadap perubahan biaya persediaan secara menyeluruh.
Perubahan nilai persediaan akan diikuti oleh perubahan tingkat bunga.
Perubahan tingkat bunga biasanya lebih besar daripada perubahan nilai
persediaan, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perubahan tingkat inflasi
tidak akan berpengaruh terhadap nilai persediaan secara keseluruhan.
8.82 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

5. Permintaan Musiman
Penentuan jumlah persediaan yang selalu sama besar untuk setiap tahun
akan menjadi tidak realistis bila perusahaan menghadapi permintaan
musiman. Yang dimaksud dengan permintaan musiman adalah pada waktu-
waktu tertentu perusahaan menghadapi permintaan yang cukup tinggi, tetapi
pada waktu yang lain permintaan sangat kecil. Contoh, perusahaan garmen,
pada bulan-bulan menjelang hari raya Lebaran, maka akan menghadapi
permintaan yang sangat besar, karena biasanya orang akan banyak membeli
baju untuk berlebaran. Setelah lebaran permintaan akan menurun drastis atau
bahkan mungkin tidak ada permintaan.
Karena fluktuasi permintaan berubah secara drastis maka perusahaan
dapat mengantisipasi dengan memiliki tingkat persediaan yang lebih banyak
menjelang menghadapi permintaan yang melonjak (menjelang lebaran) dan
mengurangi persediaan pada waktu permintaan sepi (setelah lebaran).
Dengan demikian jumlah persediaan di dalam perusahaan untuk sepanjang
tahun tidak sama tetapi jumlah persediaan akan berfluktuasi sesuai dengan
fluktuasi permintaan konsumen (musiman).

6. EOQ Range
Jumlah EOQ yang telah ditentukan pada perhitungan terdahulu
menunjukkan bahwa EOQ hanya ada dalam satu titik saja (single estimate).
Sebenarnya penyimpangan jumlah pemesanan yang sedikit dari EOQ dapat
tidak mempengaruhi jumlah biaya persediaan, atau bila berpengaruh hanya
kecil sekali. Untuk mengetahui tingkat penyimpangan atau sensitivitas dari
EOQ yang tidak berpengaruh banyak dengan jumlah biaya persediaan dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 8.3
Analisis sensitivitas EOQ

Jumlah Pemesanan Total Biaya persediaan % deviasi dari titik optimal


3.000 Rp10.512 +31,4
4.000 8,960 +12,0
5.000 8.275 +3,4
6.000 8.023 +0,3
6.500 8.000 +0,0
7.000 8.019 +0,2
8.000 8.170 +2,1
9.000 8.423 +5,3
10.000 8.750 +9,4
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.83

Dari Tabel di atas, terlihat bahwa penyimpangan yang kecil belum tentu
menyebabkan jumlah biaya persediaan yang kecil. Tetapi untuk kasus
perusahaan ini, kenaikan jumlah biaya yang ditanggung perusahaan akan
kecil bila perusahaan melakukan pemesanan antara 6.000 unit sampai 7000
unit. Bila perusahaan memesan sejumlah 6000 unit maka ada kenaikan biaya
sebesar Rp23,- dan bila pemesanan sebesar 7000 unit maka ada kenaikan
biaya persediaan sebesar Rp19,-. Bila pemesanan dilakukan lebih besar atau
lebih kecil dari antara 6000 –7000 unit akan menyebabkan kenaikan biaya
persediaan yang jauh lebih besar, seperti yang terlihat dalam Tabel 8.3 .

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan secara spesifik tentang biaya simpan! Apakah biaya ini


termasuk biaya variabel atau biaya tetap?
2) Apa yang dimaksud biaya pesan dan bagaimana hubungan biaya pesan
dengan jumlah unit yang dipesan?
3) Berikan contoh macam-macam biaya pesan!
4) Sebutkan komponen total biaya persediaan!
5) Jelaskan hubungan biaya simpan dan biaya pesan dalam penghitungan
EOQ!
6) Apa yang dimaksud dengan persediaan besi dan mengapa perusahaan
harus memiliki persediaan besi?
7) Apa manfaat analisis sensitivitas EOQ dan bagaimana cara
membuatnya?
8) Bagaimana pengaruh inflasi terhadap perhitungan EOQ?
9) Apa perbedaan EOQ Range dan Single Estimate?
10) Apa akibatnya bila potongan kuantitas yang diberikan oleh perusahaan
melebihi EOQ?

Petunjuk Jawaban Latihan

Semua jawaban latihan ada dalam uraian Kegiatan Belajar 4. Baca uraian
dengan baik dan teliti, pahami maknanya, maka semua pertanyaan dalam
latihan akan dapat terjawab dengan baik. Bila Anda tetap tidak dapat
8.84 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

menjawab dengan baik, baca uraian Kegiatan Belajar 4 sekali lagi. Bila
masih tetap tidak dapat menjawabnya, tanyakan pada staf pengajar yang
ditunjuk pada sesi tatap muka.

RA N GK U MA N

1) Biaya persediaan dapat dibagi menjadi biaya pesan, biaya simpan,


dan biaya karena kehabisan persediaan (stock out cost).
2) Biaya pesan diperoleh dengan mengalikan jumlah frekuensi pesanan
(F) dengan jumlah biaya setiap kali pesan (N).
3) Biaya simpan diperoleh dengan mengalikan persentase biaya simpan
(C) kali harga beli persediaan per unit (P) kali jumlah persediaan
yang ada (A), diformulasikan: TCC = (C) X (P) X (A)
4) EOQ, merupakan jumlah unit pemesanan yang akan memberikan
tingkat biaya terendah. Rumus EOQ:

2(F)( S)
EOQ =
(C)( P)

F = frekuensi pesanan, S = penjualan tahunan dalam unit,


C = persentase biaya pesan, P = harga beli per unit

T E S F OR M A T IF 4

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini


1) Perusahaan MM adalah pabrik buku tulis. Setiap tahun perusahaan MM
mampu menjual 90.000.000 buku tiap tahun. Perusahaan selalu memiliki
persediaan pengaman sebesar 1.000.000 buku. Setiap buku diproduksi
dengan biaya Rp1.500,-. Carrying cost ditetapkan 20% dan biaya
pelayanan order dengan konsumen Rp15.000,-. Dari data tersebut Anda
diminta untuk menghitung:
a) Besar EOQ!
b) Jumlah persediaan maksimum!
c) Jumlah rata-rata persediaan!
d) Waktu perusahaan melakukan pemesanan!
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.85

2) PT ACI menetapkan bahwa setiap kali pesan sebaiknya dalam kelipatan


100 unit barang. Selama ini setiap tahun rata-rata perusahaan mampu
menjual barang sebanyak 338.000 unit, dengan harga jual per unit Rp3,-.
Carrying cost ditetapkan 20% dari harga beli barang. Biaya pesan untuk
setiap kali pesan Rp24,-. Perusahaan menetapkan jumlah persediaan
untuk berjaga-jaga 14.000 unit. Barang yang dipesan biasanya datang 2
minggu setelah pemesanan dilakukan. Dari data tersebut, Anda diminta
untuk menentukan berikut ini.
a) Besar EOQ.
b) Sebaiknya perusahaan melakukan berapa kali pemesanan dalam satu
tahun?
c) Saat persediaan tinggal berapa, sebaiknya perusahaan setiap kali
melakukan pemesanan sebanyak:
(1) 4.000 unit;
(2) 4.800 unit;
(3) 6.000 unit;
(4) sesuai dengan EOQ?
d) Berapa EOQ dan total biaya persediaan bila:
(1) penjualan meningkat menjadi 500.000 unit?
(2) biaya pesan tetap naik menjadi Rp30,- pada penjualan 338.000
unit?
(3) harga jual naik menjadi Rp4,-?

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 4 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 4.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 4, terutama bagian yang
belum dikuasai.
⚫ EKMA5205/MODUL 8 8.93

Daftar Pustaka

Arvizu, Benjamin. (1991). “Using Your Bank as a Cash Management Toll”.


The small Business Controller 4, Summer, 42 – 47.

Baumol, William J. “Transactions Demand for Cash: An Inventory Theoretic


Approach”. Quarterly Journal of Business 46, 546 –56.

Bodie, Zvi and Robert C. Merton. (2000). Finance. New Jersey: Prentice
Hall.

Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston. (2001). Fundamentals of Financial


Management, 9th edition. Orlando, Florida: Harcort, Inc.

Brigham, Eugene F. and Phillip R. Daves. (2002). Intermediate Financial


Management, 7th edition. Singapore: Thomson Learning, Inc.

Damodaran, A. (2001). Corporate Finance: Theory and Practice. Second


Edition. John Wiley and Son.

Hill, Ned C. and William L. Satoris. (1992). Short-Term Financial


Management: Text and Cases, 2nd. New York: Macmillan.

Megginson, William L. (1997). Corporate Finance Theory. Massachusetts:


Addison-Wesley Longman, Inc.

Morris, James R. (1983). “The Role of Cash Balances in Firm Valuation”.


Journal of Financial and Quantitative Analysis, 433 – 46.

Ross, S. A., Westerfield, R. W., and Jaffe, J. F. (2002). Corporate Finance,


Sixth Edition. McGraw-Hill.

Shapiro, Alan S and Sheldon D. Balbirer. (2000). Modern Corporate


Finance. New Jersey: Prentice Hall.
8.94 MAnAJEMEn KEUAngAn ⚫

Stone, Bernell K. (1981). “Design of a Receivable Collection System”.


Management Science 27, 866 – 80.

Viscione, Jerry A. (1986). “How Long Should You Borrow Short Term”.
Harvard Business Review, 20 – 24.

Anda mungkin juga menyukai