Lap Akhir Kajian Optimalisasi Retribusi Kebersihan
Lap Akhir Kajian Optimalisasi Retribusi Kebersihan
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kajian tentang “ Optimalisasi Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan
Ditinjau Dari Penyelenggaraan Pelayanan Persampahan di Kota Pekanbaru ” dapat
diselesaikan dengan baik. Kajian ini dilakukan karena beberapa hal yaitu tidak
tercapainya target retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan dan masih dijumpainya
tumpukan-tumpukan sampah di Kota Pekanbaru.
Hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberikan arah kebijakan
kepada Kepala Daerah terkait permasalahan retribusi pelayanan persampahan/
kebersihan dan layanan pengumpulan dan pengangkutan sampah yang dihadapi oleh
Pemerintah Kota Pekanbaru
Selanjutnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kajian ini, baik dengan memberikan
data-data maupun informasi dan keterangan.
Semoga hasil kajian ini dapat bermanfaat bagi Pemerintah Kota Pekanbaru
terutama bagi masyarakat Kota Pekanbaru guna menciptakan Kota Pekanbaru yang
bersih menuju Smart City Madani.
ii
DAFTAR ISI
SUMMARY .................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
iii
3.5 Informan ............................................................................................................. 30
4.4 Peran Serta Stakeholder Dalam Optimalisasi Retribusi Pelayanan Kebersihan dan
Pengelolaan Sampah ........................................................................................... 93
BAB V PENUTUP
iv
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Volume Timbulan Sampah Yang Masuk TPA Tahun 2018-2019 ........... 2
Tabel 1.2 Target dan Realisasi Retribusi Kebersihan Kota Pekanbaru 2014-2019 . 5
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru Per Kecamatan Tahun 2019 ............. 35
Tabel 4.3 Proyeksi Timbulan Sampah Kota Pekanbaru Tahun 2020 ...................... 36
Tabel 4.4 Proyeksi Timbulan Sampah Kota Pekanbaru Tahun 2021 – 2022 .......... 38
Tabel 4.8 Perbandingan Kondisi Eksisting TPS Dengan Proyeksi Kebutuhan ........ 46
Tabel 4.9 Armada Yang Harus Disediakan PT.Godang Tua Jaya ........................... 48
Tabel 4.11 Armada Yang Harus Disediakan PT. Samhana Indah ............................. 49
v
Tabel 4.18 Perbandingan Kondisi Eksisting dengan Proyeksi Kebutuhan Kendaraan
Operasional Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Tahun 2020 ....... 56
Tabel 4.20 Proyeksi Kebutuhan Petugas Pengumpul & Pengangkut Sampah Zona 1
Tahun 2020-2022 ..................................................................................... 59
Tabel 4.21 Proyeksi Kebutuhan Petugas Pengumpul & Pengangkut Sampah Zona 2
Tahun 2020-2022 ...................................................................................... 60
Tabel 4.22 Proyeksi Kebutuhan Petugas Pengumpul & Pengangkut Sampah Zona 3
Tahun 2020-2022 ...................................................................................... 61
Tabel 4.23 Proyeksi Total Kebutuhan Petugas Pengumpul dan Pengangkut Sampah
Kota Pekanbaru Tahun 2020 .................................................................... 62
Tabel 4.24 Target dan Realisasi Retribusi Persampahan/ Kebersihan Tahun 2014 s/d
Tahun 2019 ............................................................................................... 73
Tabel 4.27 Potensi Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Dari Sektor Pemilik
Rumah Kota Pekanbaru ........................................................................... 79
Tabel 4.29 Asumsi Penghitungan Kebutuhan Juru Pungut Retribusi Kebersihan Tahun
2021 dan 2022 .......................................................................................... 83
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 10 Perbandingan Kebutuhan Juru Pungut Tahun 2021 Dan Tahun 2022 ..... 84
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu masalah yang dihadapi oleh berbagai negara didunia termasuk
di Indonesia adalah krisis sampah. Jumlah/ volume sampah yang semakin
meningkat disandingkan dengan pola pengelolaan yang masih belum optimal,
menjadikan persoalan sampah ini menjadi isu prioritas kinerja di berbagai daerah
di Indonesia terutama di kota-kota besar dan kota metropolitan yang harus segera
diatasi. Tiap-tiap daerah membuat program pengelolaan persampahan yang
beragam dengan tujuan yang sama yaitu untuk mengatasi krisis sampah yang
semakin lama semakin mencemari dan merusak lingkungan yang berdampak pada
kesehatan dan kenyamanan hidup masyarakat.
Sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia yang terdiri atas
sampah rumah tangga maupun sampah sejenis sampah rumah tangga. Dalam
pengelolaan sampah tidak hanya tertumpu kepada Pemerintah saja, masyarakat
juga harus ikut berperan aktif dalam penanganan persoalan sampah ini, peran serta
masyarakat dalam pengelolaan sampah ini meliputi : (1) menjaga kebersihan
lingkungan, (2) aktif dalam kegiatan pengurangan, pengumpulan, pemilahan,
pengangkutan, dan pengolahan sampah, dan (3) pemberian saran, usul,
pengaduan, pertimbangan, dan pendapat dalam upaya peningkatan pengelolaan
sampah diwilayahnya. Peningkatan peran masyarakat dapat dilakukan dengan
cara : (1) sosialisasi, (2) kegiatan gotong royong, (3) mengembangkan informasi
peluang usaha dibidang persampahan, (4) penyediaan media komunikasi, (5)
melakukan jaring pendapat aspirasi masyarakat, dan/ atau (6) pemberian insentif
(Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010). Untuk mengelola
sampah yang telah dihasilkan tersebut makan diperlukan pelayanan persampahan/
kebersihan. Pelayanan persampahan/ kebersihan adalah suatu rangkaian kegiatan
pengelolaan sampah mulai dari sumber sampah sampai dengan tempat
pemrosesan akhir, yang meliputi kegiatan pewadahan, pengumpulan,
pengangkutan, pemilahan, pengolahan, pemafaatan dan pemrosesan akhir, teknis
operasional, pembiayaan dan peran serta masyarakat.
1
Pelayanan persampahan/ kebersihan juga menjadi hal yang sangat krusial
bagi Kota Pekanbaru, dengan pertumbuhan jumlah penduduk Kota Pekanbaru
yang cukup pesat yang tidak terlepas dari pengaruh berbagai faktor antara lain
wilayah yang strategis, laju pertumbuhan ekonomi dan kemudahan transportasi.
Penyelenggaraaan pelayanan persampahan di Kota Pekanbaru mengacu pada
Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 8 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Persampahan. Pengelolaan persampahan tersebut dilaksanakan oleh Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Pekanbaru yang bekerja sama
dengan pihak ketiga. Wilayah kerja pelayanan persampahan di Kota Pekanbaru
dibagi menjadi 3 zona antara lain : (1) Zona 1 meliputi : Kecamatan Tampan,
Kecamatan Marpoyan Damai dan Kecamatan Payung Sekaki dikelola oleh
PT. Godang Tua Jaya, (2) Zona 2 meliputi : Kecamatan Pekanbaru Kota,
Kecamatan Limapuluh, Kecamatam Sail, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan
Senapelan, Kecamatan Tenayan Raya, dan Kecamatan Bukit Raya dikelola oleh
PT. Samhana Indah, dan (3) Zona 3 meliputi : Kecamatan Rumbai dan
Kecamatan Rumbai Pesisiu dikelola oleh DLHK Kota Pekanbaru. Pada tahun
2019 menurut data BPS jumlah penduduk Kota Pekanbaru sebesar 954.373 jiwa
dengan volume timbulan sampah yang dihasilkan mencapai 293.462 ton pada
Tahun 2019. Berdasarkan data yang didapatkan dari DLHK Kota Pekanbaru maka
jumlah volume timbulan sampah per zona yang masuk ke TPA di Kota Pekanbaru
pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2019 adalah sebagai berikut.
Tabel 1.1
Volume Timbulan Sampah Kota Pekanbaru Yang Masuk TPA
Tahun 2018 – 2019
Berdasarkan data pada tabel 1.1 diatas terjadi kenaikan jumlah volume
sampah yang masuk ke TPA dari tahun 2018 sebesar 189.082 ton menjadi
293.462 ton ditahun 2019, namun di tahun 2019 pada zona 3 terjadi penurunan
jumlah volume sampah yang masuk ke TPA dari 59.974 ton pada tahun 2018
2
menjadi 18.369 ton ditahun 2019. Hal ini dapat menjadi perhatian karena pada
saat jumlah penduduk mengalami kenaikan tetapi justru volume sampah yang
masuk ke TPA mengalami penurunan. Seharusnya dengan adanya pertambahan
jumlah penduduk maka akan berdampak pada meningkatnya volume timbulan
sampah yang dihasilkan dan oleh karena itu diperlukan pelayanan persampahan
yang baik sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan
kesehatan masyarakat Kota Pekanbaru.
Penyelenggaraan pelayanan persampahan yang dilaksanakan oleh DLHK
Kota Pekanbaru dan pihak ketiga telah mengacu pada ketentuan yang berlaku,
namun dalam pelaksanaannya dilapangan masih ditemukan beberapa kekurangan
diantaranya masih terlihat sampah menumpuk di beberapa lokasi diluar tempat
penampungan sementara (TPS) yang tersedia dan hal tersebut mendapat perhatian
dari Wakil Walikota Pekanbaru. Sebagaimana tajuk berita media halloriau.com
pada tanggal 04 Januari 2020, "Sampah masih menumpuk, Ayat Cahyadi minta
DLHK cepat bertindak". Selain itu terdapat juga keluhan dari masyarakat yang
menjadi sorotan Ketua DPRD Kota Pekanbaru tentang masalah sampah. Hamdani
selaku Ketua DPRD Kota Pekanbaru menyampaikan bahwa sampah menjadi
keluhan terbanyak warga saat melakukan reses. (www.cakaplah.com, 07 Maret
2020).
Disisi lain, pengelolaan persampahan juga sangat berkaitan erat dengan
pemungutan retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan, dimana pemerintah
memberikan pelayanan pengelolaan persampahan kepada masyarakat seperti pada
rumah tangga atau permukiman dan atas pelayanan tersebut pemerintah
dapat memungut kontribusi berupa retribusi pelayanan persampahan, mulai dari
pengumpulan sampah dari sumber sampah ke TPS dan pengangkutan sampah dari
TPS ke TPA. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Pemungutan
retribusi persampahan/ kebersihan di Kota Pekanbaru sejak tahun 2014 sampai
dengan 2015 dilaksanakan oleh Dinas Pasar dan Kecamatan kemudian pada tahun
2016 dilaksanakan oleh Dinas Pasar, Dinas Kebersihan dan Pertamanan.
Dikarenakan adanya perubahan SOTK Organisasi Perangkat Daerah yang baru
3
maka sejak tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 pemungutan retribusi
persampahan/ kebersihan dilaksanakan oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian
(DPP) Kota Pekanbaru untuk wilayah pasar dan DLHK Kota Pekanbaru untuk
wajib retribusi badan usaha dan wajib retribusi rumah tangga.
Pungutan retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan di Kota Pekanbaru
mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 tentang Retribusi
Pelayanan Persampahan/ Kebersihan. Pungutan retribusi layanan persampahan/
kebersihan dilaksanakan oleh DLHK Kota Pekanbaru yang dijabarkan dalam
Peraturan Walikota Nomor 48 Tahun 2016 tentang Tatakelola Retribusi
Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Kota Pekanbaru yang selanjutnya
mengalami perubahan dengan diterbitkannya Peraturan Walikota Nomor
14 Tahun 2020 tentang Tatakelola Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
di Kota Pekanbaru. Untuk memungut retribusi pada rumah tangga/ rumah hunian
mulai pada tahun 2019 DLHK Kota Pekanbaru bekerja sama dengan pihak
Lembaga Keswadayaan Masyarakat - Rukun Warga (LKM-RW) berdasarkan
Surat Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor 100 Tahun 2019 tentang Penetapan
LKM-RW Selaku Mitra DLHK Kota Pekanbaru Dalam Pelaksanaan Pemungutan
Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Di Kota Pekanbaru. Sedangkan di
Tahun 2020 terdapat perubahan sistem pemungutan retribusi persampahan/
kebersihan pada rumah tangga jika semula dilaksanakan oleh LKM-RW maka di
tahun 2020 seluruhnya dilaksanakan oleh DLHK Kota Pekanbaru berdasarkan
Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor 52 Tahun 2020 Tentang Pengalihan Tugas
Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan di Kota
Pekanbaru dari LKM-RW Kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Pekanbaru. Berdasarkan data yang diperoleh sejauh ini realisasi penerimaan
retribusi pelayanan persampahan di Kota Pekanbaru belum mencapai target yang
ditetapkan. Perbandingan target dan realisasi retribusi pelayanan persampahan
terhadap target dan realisasi retribusi yang ada di Kota Pekanbaru mulai dari
Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2019, dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut :
4
Tabel 1.2
Target dan Realisasi Retribusi Kebersihan Kota Pekanbaru
Tahun 2014 – 2019
Gambar 1
Target dan Realisasi Retribusi Kebersihan Tahun 2014 – 2019
60,000,000,000
50,000,000,000
40,000,000,000
30,000,000,000
20,000,000,000
10,000,000,000
0
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Target 9,842,210,000 9,950,364,500 34,950,364,50 49,138,082,25 50,477,382,25 19,380,930,00
Realisasi 3,000,999,500 3,561,960,600 2,392,886,500 3,933,682,250 5,045,358,750 5,905,553,250
Dari tabel dan gambar diatas dapat diketahui bahwa capaian realisasi
retribusi kebersihan sangat rendah dari target yang telah ditetapkan. Jika dihitung
secara keseluruhan mulai dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 maka total
target retribusi kebersihan adalah Rp. 173.739.333.512,- dengan jumlah realisasi
total dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 hanya sebesar
Rp. 23.840.440.850,- atau hanya sebesar 13,72%.
5
Kondisi pelayanan persampahan yang belum optimal serta pungutan
retribusi pelayanan yang tidak pernah mencapai target merupakan suatu
permasalahan yang harus diatasi dengan serius oleh Pemerintah Kota Pekanbaru.
Oleh karena itu berdasarkan uraian dan data yang telah disampaikan maka perlu
dilakukan kajian untuk mengetahui kondisi riil dilapangan terkait permasalahan
retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan yang ditinjau dari penyelenggaraan
pelayanan persampahan di Kota Pekanbaru.
6
1.4 Ruang Lingkup Kajian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau proses alam
yang berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah tangga maupun sampah
sejenis sampah rumah tangga (Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah). Definisi lain tentang sampah menurut Nugroho (2013)
menyebutkan bahwa sampah merupakan barang yang dianggap sudah tidak
dipakai dan dibuang oleh pemilik/ pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian
orang masih bisa dipakai jika dikelola dengan prosedur yang benar.
Definisi sampah menurut World Health Organization (WHO) dalam
Chandra (2006) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya.
Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari
bahan organik atau anorganik baik benda logam maupun benda bukan logam yang
dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar, bentuk fisik benda – benda tersebut
dapat berubah menurut cara pengangkutannya atau cara pengolahannya menurut
Aswadi dan Hendra (2011).
8
Menurut Damanhuri (2010) sumber timbulan sampah dapat dibagi sebagai
berikut :
1. Sampah yang berasal dari permukiman. Sampah ini terdiri dari limbah –
limbah hasil kegiatan rumah tangga, baik keluarga kecil atau besar, dari kelas
bawah sampai kelas atas. Sampah ini terdiri dari sampah makanan, kertas,
tekstil, sampah pekarangan, kayu, kaca, kaleng, aluminium, debu atau abu,
sampah di jalanan, sampah elektronik seperti baterai, oli dan ban.
2. Sampah daerah pusat perdagangan. Sampah seperti ini terdiri dari sampah –
sampah hasil aktivitas di pusat kota dengan tipe fasilitas seperti toko, restoran,
pasar, bangunan kantor, hotel, motel, bengkel, dan sebagainya yang
menghasilkan sampah seperti kertas, plastik, kayu, sisa makanan, unsur
logam, dan limbah seperti limbah pemukiman.
3. Sampah institusional. Sampah seperti ini terdiri dari limbah – limbah hasil
aktivitas institusi seperti sekolah, rumah sakit, penjara, pusat pemerintahan
dan sebagainya yang umumnya menghasilkan sampah seperti pada sampah
pemukiman. Khusus untuk sampah rumah sakit ditangani dan diproses secara
terpisah dengan sampah lain.
4. Sampah konstruksi. Sampah seperti ini terdiri dari limbah – limbah hasil
aktivitas konstruksi seperti sampah dari lokasi pembangunan konstruksi,
perbaikan jalan, perbaikan bangunan dan sebagainya yang menghasilkan
sampah kayu, beton dan puing – puing.
5. Sampah pelayanan umum. Sampah ini terdiri dari limbah – limbah hasil
aktivitas pelayanan umum seperti daerah rekreasi, tempat olahraga, tempat
ibadah, pembersihan jalan, parkir pantai dan sebagainya yang umumnya
menghasilkan sampah organik.
6. Sampah instalasi pengolahan. Sampah ini terdiri dari limbah – limbah hasil
aktivitas instalasi pengolahan seperti instalasi pengolahan air bersih, air kotor
dan limbah industri yang biasanya berupa lumpur sisa ataupun limbah
buangan yang telah diolah.
7. Sampah industri. Sampah ini terdiri dari limbah – limbah hasil aktivitas
pabrik, konstruksi, industri berat dan ringan, instalasi kimia, pusat pembangkit
tenaga dan sebagainya.
9
8. Sampah yang berasal dar daerah pertanian dan perkebunan. Biasanya berupa
jerami, sisa sayuran, batang pohon yang bisa di daur ulang menjadi pupuk.
10
2. Penanganan Sampah. Merupakan rangkaian kegiatan penaganan sampah yang
mencakup pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis
dan sifatnya), pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber sampah ke
TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu), pengangkutan (kegiatan
memindahkan sampah dari sumber, TPS atau tempat pengolahan sampah
terpadu,
Pengelolaan persampahan mempunyai tujuan yang sangat mendasar yang
meliputi meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat, melindungi sumber
daya alam (air), melindungi fasilitas sosial ekonomi dan menunjang sektor
strategis menurut Rahardyan dan Widagdo (2005). Didalam Peraturan Pemerintah
Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga disebutkan bahwa pengaturan pengelolaan
sampah bertujuan untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
kesehatan masyarakat dan menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Dalam pengelolaan sampah tidak hanya tertumpu kepada Pemerintah saja,
masyarakat juga harus ikut berperan untuk penanganan persoalan sampah ini,
peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah ini meliputi :
1. Menjaga kebersihan lingkungan.
2. Aktif dalam kegiatan pengurangan, pengumpulan, pemilahan, pengangkutan,
dan pengolahan sampah.
3. Pemberian saran, usul, pengaduan, pertimbangan, dan pendapat dalam upaya
peningkatan pengelolaan sampah diwilayahnya. Peningkatan peran
masyarakat dilaksanakan dengan cara : (1) sosialisasi, (2) mobilisasi, (3)
kegiatan gotong royong, (4) mengembangan informasi peluang
usaha dibidang persampahan, (5) penyediaan media komunikasi, (6) aktif dan
secara cepat memberi tanggapan, (7) melakukan jaring pendapat aspirasi
masyarakat, dan/ atau (8) pemberian insentif. (Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah).
Pengelolaan sampah perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu
dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi
masyarakat dan aman bagi lingkungan serta dapat mengubah perilaku masyarakat.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip Reduce (batasi sampah),
11
Reuse (guna ulang sampah) dan Recycle (daur ulang sampah) atau dikenal dengan
kegiatan 3R, merupakan segala aktifitas yang mampu mengurangi sesuatu yang
dapat menimbulkan sampah, kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak
pakai untuk fungsi yang sama atau fungsi yang lain, dan kegiatan mengolah
sampah untuk dijadikan produk baru. Dalam penerapan prinsip tersebut salah
satunya melalui Bank Sampah yang merupakan tempat pemilahan dan
pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/ atau yang diguna ulang yang
memiliki nilai ekonomi (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 13
Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle melalui
Bank Sampah).
Prasarana persampahan merupakan fasilitas dasar yang dapat menunjang
terlaksananya kegiatan penanganan sampah, sementara sarana persampahan
adalah peralatan yang dapat dipergunakan dalam kegiatan penanganan sampah.
Penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan dalam penanganan sampah
yang selanjutnya disebut penyelenggraan PSP merupakan kegiatan mulai dari
perencanaan, membangun, mengoperasikan dan memelihara serta memantau dan
mengevaluasi penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga. Program penyelenggaraan PSP perlu mempertimbangkan : (1)
efisiensi dan efektifitas pelayanan, (2) kemudahan operasional terutama yang
berkaitan dengan teknologi pengolahan sampah, (3) ketersediaan SDM dan daya
dukung lingkungan, (4) meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul
akibat pencemaran dan kerusakan lahan, (5) tingkat kepedulian masyarakat
dalam pelaksanaan program 3R berbasis masyarakat. (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah sejenis Sampah Rumah Tangga).
Pemerintah Kota Pekanbaru mengatur pengelolaan sampah secara teknis
dengan menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Sampah. Tugas Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sampah meliputi :
a. Menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah.
12
b. Melakukan penelitian, pengembangan teknologi, pengurangan dan
penanganan sampah.
c. Memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya pengurangan,
penanganan dan pemanfaatan sampah.
d. Melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana
dan sarana pengelolaan sampah.
e. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan
sampah.
f. Memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada
masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan
g. Melakukan koordinasi antarlembaga pemerintah, masyarakat dan dunia
usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Untuk melaksanakan tugas pengelolaan sampah Pemerintah Daerah
memiliki kewenangan :
a. Menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah berdasarkan
kebijakan nasional dan provinsi.
b. Menyelenggarakan pengelolaan sampah sesuai dengan norma, standarisasi,
prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang
dilaksanakan oleh pihak lain.
d. Menetapkan lokasi TPS, TPST dan/atau TPA.
e. Melakukan pemantuan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan
selama 20 (duapuluh) tahun terhadap TPA dengan sistem pembuangan
terbuka yang telah ditutup; dan
f. Menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan
sampah sesuai dengan kewenangannya.
Untuk mencapai tujuan pengelolaan sampah sesuai tugas dan wewenang
maka pemerintah daerah menetapkan :
a. Kebijakan dan strategi pengelolaan sampah.
b. Rencana induk pengelolaan sampah
c. Studi kelaikan pengelolaan sampah.
13
Penyelenggaraan pelayanan persampahan yang diberikan berupa pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan pemrosesan akhir sampah.
Pemilahan Sampah dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan
sampah sejak dari sumbernya dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya
secara efektif yang diawali dari pewadahan sehingga dapat menciptakan
lingkungan yang bersih. Dalam menyediakan pewadahan harus disesuaikan
dengan jenis sampah yang telah terpilah, yaitu :
1. Sampah organik seperti sisa daun, sayuran, sisa makanan dengan wadah warna
gelap.
2. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dan lainnya, dengan wadah
warna terang.
3. Sampah bahan berbahaya beracun (B3) rumah tangga dengan warna merah
yang diberi lambang khusus.
14
tidak mengganggu pengguna jalan lainnya, dengan kondisi dan jumlah alat
yang memadai serta jumlah timbulan sampah > 0,3 m3 /hari.
2. Pola individual tak langsung. Proses pengumpulan dengan cara
mengumpulkan sampah dari setiap sumber sampah (door to door) dan
diangkut ke TPA melalui proses pemindahan ke tempat pembuangan
sementara atau stasiun pemindahan (transfer depo). Persyaratannya adalah
dilaksanakan pada daerah pelayanan dengan peran serta masyarakat yang
rendah, lahan untuk pemindahan tersedia, dapat dijangkau langsung oleh alat
pengumpul, dan kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%) di mana alat
pengumpul non mesin (becak/ gerobak) dapat dioperasikan, kondisi jalan/gang
cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pengguna jalan lainnya, serta
organisasi pengelola siap dengan sistem pengendalian.
3. Pola komunal langsung. Proses pengumpulan dengan cara mengumpulkan
sampah dari setiap sumbernya dilakukan sendiri oleh masing-masing
penghasil sampah (rumah tangga dan lain sebagainya) kemudian dibuang ke
pewadahan komunal berupa tong/ bak/ kontainer sampah komunal, yang telah
disediakan. Kemudian dari setiap titik pewadahan komunal langsung diangkut
ke TPA oleh petugas, tanpa proses pemindahan. Persyaratannya adalah untuk
daerah permukiman yang tidak teratur dengan peran serta masyarakat yang
tinggi, kondisi daerah pelayanan berbukit, jalan/gang sempit di mana alat
pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah, dan alat angkut yang
ada terbatas, di samping itu kemampuan pengendalian personil dan peralatan
relatif rendah, dan wadah komunal ditempatkan sesuai kebutuhan dan pada
lokasi yang mudah dijangkau oleh alat pengangkut (truk).
4. Pola komunal tak langsung. Proses pengumpulan sampah dari setiap
sumbernya dilakukan sendiri oleh masing-masing penghasil sampah (rumah
tangga dan lain sebagainya) kemudian dibuang ke pewadahan komunal berupa
tong/ bak/ kontainer sampah komunal, yang telah disediakan. Selanjutnya dari
setiap titik pewadahan komunal, sampah dipindahkan oleh petugas ke tempat
pembuangan sementara atau stasiun pemindahan, yang kemudian diangkut ke
TPA. Persyaratannya adalah untuk daerah yang peran serta masyarakatnya
yang tinggi dan adanya organisasi pengelola, tersedia lahan untuk lokasi
15
pemindahan, kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%) di mana alat
pengumpul non mesin (becak/gerobak) dapat dioperasikan, jika kondisi
topografi > 5% dapat menggunakan kontainer, dengan lebar jalan/gang dapat
dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pengguna jalan lainnya, dan wadah
komunal ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau oleh alat pengumpul.
5. Pola penyapuan jalan. Penyapuan jalan adalah proses pengumpulan sampah
hasil penyapuan jalan dengan menggunakan gerobak atau hasil penyapuan
jalan dibuang ke bak sampah terdekat pada ruas jalan tersebut. Persyaratannya
adalah juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap pelayanan
(badan jalan, trotoar dan bahu jalan), penanganan penyapuan jalan untuk
setiap daerah berbeda tergantung pada fungsi dan nilai daerah yang dilayani,
pengendalian personil dan peralatan harus baik.
Pengangkutan sampah adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah
dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau langsung dari tempat
sumber sampah ke TPA menurut Balitbang Departemen PU (1990). Sistem
pengangkutan sampah didefinisikan sebagai sistem pemindahan sampah dari
lokasi pembuangan sementara sampah ke instalasi pengolahan sampah Bramono
(2007) atau langsung ke Tempat Pembuangan Akhir sampah. Adapun jenis
angkutan yang digunakan dalam pengangkutan sampah ke TPA, antara lain:
1. Truk Terbuka, memiliki kapasitas cukup besar untuk mengangkut sampah dari
TPS ke TPA dengan menutup bagian atas dengan jaring atau terpal.
2. Truk Kompaktor, mengangkut sampah dari pemukiman sebagai tempat
pembuangan sampah sementara.
3. Truk Tripper, mengangkut sampah dari TPS ke TPA.
4. Truk Hidrolik Kontainer, bertugas mengangkut kontainer yang sudah penuh
ke TPA.
Menurut Balitbang Departemen PU (1990), pola pengangkutan didasarkan
atas sistem pengumpulan sampah sebagai berikut :
1. Pengumpulan sampah langsung dari setiap sumber sampah (door to door) dan
diangkut langsung ke TPA tanpa melalui proses pemindahan.
2. Pengumpulan sampah yang dilakukan dengan sistem pemindahan (transfer
depo), proses pengangkutan dilakukan dengan cara :
16
• Dari pool, alat pengangkut keluar langsung menuju lokasi pemindahan
untuk mengangkut sampah langsung ke tempat pembuangan akhir
(TPA).
• Dari tempat pembuangan akhir (TPA), alat pengangkut kembali ke
transfer depo untuk pengambilan rit berikutnya.
3. Pengumpulan dengan sistem kontainer, dilakukan proses pengangkutan
sebagai berikut :
a) Sistem kontainer yang diangkat dengan cara :
• Kendaraan dari pool menuju kontainer pertama untuk mengangkut
sampah ke TPA.
• Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula.
• Menuju kontainer di tempat berikutnya untuk diangkut ke TPA.
• Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula.
• Demikian seterusnya sampai rit terakhir.
b) Sistem kontainer yang diganti dengan cara :
• Kendaraan dari pool dengan kontainer kosong ke lokasi pertama, lalu
kontainer kosong diturunkan kemudian membawa kontainer yang
berisi sampah ke TPA.
• Dari TPA, kendaraan dengan kontainer kosong ke lokasi kedua, untuk
menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer berisi sampah
ke TPA.
• Demikian seterusnya sampai batas rit terakhir.
• Pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari TPA menuju Pool.
c) Sistem kontainer tetap dengan cara :
• Kendaraan angkut dari pool menuju kontainer pertama, sampah
dituangkan ke dalam truk sampah dan meletakkannya kembali pada
lokasi semula dalam kondisi kosong.
• Kendaraan ke lokasi kontainer berikutnya hingga truk penuh yang
kemudian sampah dibawa ke TPA.
• Demikian seterusnya hingga rit terakhir.
17
2.4 Pelayanan
18
bagaimana menyatakan dengan tepat kepada publik mengenai pilihannya dan cara
mengaksesnya yang direncanakan dan disediakan oleh pemerintah.
Menurut Sinambela (2006) kualitas pelayanan prima tercermin dari :
a. Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat
diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara
memadai serta mudah dimengerti.
b. Akuntabilitas, yaitu pelayanan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan.
c. Kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip
efisiensi dan efektivitas.
d. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat
dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
e. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskiriminasi dilihat
dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama golongan, maupun status
sosial.
f. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang
mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan
publik.
19
Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari
hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil distribusi, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam
menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas
desentralisasi menurut Rahman (2005).
Menurut Halim (2008) menerangkan bahwa yang dimaksud dengan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan daerah yang berasal
dari sumber ekonomi asli daerah. Sementara menurut Darise (2008) Pendapatan
Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah. Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah salah satu sumber yang
menjadi pendapatan yang diterima daerah yang berasal potensi daerahnya masing-
masing yang dapat digali dan digunakan secara mandiri oleh daerah.
a) Pajak Daerah.
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi badan
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dilaksanakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah
menurut Darise (2008). Secara singkat dapat dikatakan bahwa pajak daerah
merupakan pendapatan yang diterima oleh daerah yang berasal dari pajak yang
dibayarkan oleh wajib pajak. Aturan pelaksanaan pajak daerah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam
UndangUndang tersebut dijabarkan mengenai jenis objek pajak untuk provinsi
20
dan objek pajak kabupaten/ kota. Jenis objek pajak untuk propinsi adalah sebagai
berikut: (a) Pajak kendaraan bermotor. (b) Bea balik nama kendaraan bermotor.
(c) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor. (d) Pajak kendaraan di atas air. (e)
Pajak air di bawah tanah. (f) Pajak air permukaan.
b) Retribusi Daerah.
Retrubusi adalah pungutan yang dilakukan oleh Negara sehubungan
dengan pengunaan jasa-jasa yang disediakan oleh Negara menurut Suandy (2011).
Sedangkan definisi lain menurut S.Munawir (1990) retribusi adalah iuran rakyat
kepada pemerintah berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan
mendapatkan jasa balik atau kontra prestasi dari pemerintah secara langsung dan
dapat ditunjuk. Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan
atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Sedangkan menurut Siahaan (2010) retribusi daerah adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan.
Adapun disebutkan ciri-ciri pokok Retribusi Daerah sebagai berikut:
a. Retribusi di pungut oleh daerah.
b. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang
langsung dapat ditunjuk.
c. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau
mengenyam jasa yang disediakan daerah.
Empat prinsip umum yang digunakan sebagai indikator dalam pengenaan
retribusi menurut Davey dalam Kesit Bambang Prakosa (2005) yaitu sebagai
berikut:
1. Kecukupan retribusi terhadap pemakaian barang atau jasa perlu diterapkan
untuk melakukan rasionalisme permintaan dari konsumen. Tanpa adanya
harga maka permintaan dan penawaran terhadap suatu barang tidak akan
mencapai titik keseimbangan yang akibatnya tidak dapat menciptakan
21
alokasi sumber daya yang efisien. Dengan diterapkannya retribusi maka
setiap orang memiliki kebebasan untuk mengatur jumlah konsumsinya
terhadap barang tersebut agar lebih sesuai dengan kebutuhannya dan
kemampuannya untuk membayar.
2. Penetapan harga layanan atau tarif retribusi, harus menerapkan prinsip
keadilan. Pada prinsipnya beban pengeluaran pemerintah haruslah dipikul
oleh semua golongan dalam masyarakat sesuai dengan kekayaan dan
kesanggupan masing-masing golongan. Penerapan tarif retribusi
berdasarkan kemampuan dari wajib retribusi. Semakin rendah kemampuan
membayar maka semakin rendah tarif yang dikenakan dibanding mereka
yang memiliki kemampuan membayar lebih besar.
3. Kemudahan Administrasi. Secara teoritis retribusi mudah ditaksir dan
dipungut, mudah ditaksir karena pertanggungjawaban didasarkan atas
tingkat konsumsi yang dapat diukur, mudah dipungut sebab penduduk
hanya mendapatkan apa yang mereka bayar. Hal ini terkait dengan benefit
Principle pada retribusi yang dikemukakan oleh Mc.Master (1991) yaitu
retribusi dikenakan kepada individu dan atau kelompok yang menikmati
manfaat barang atau jasa tersebut dengan pemakaian. Sebaliknya individu
dan atau kelompok yang tidak menikmati dibebaskan dari kewajiban
membayar.
4. Kesepakatan Politis. Retribusi daerah merupakan suatu produk politik yang
harus diterima oleh masyarakat terutama oleh mereka yang akan menjadi
wajib retribusi dengan kesadaran yang cukup tinggi sehingga didalamnya
harus memuat kepastian hukum. Sehingga diperlukan suatu kemampuan
politis dalam menetapkan retribusi, struktur tarif, memutuskan siapa yang
membayar dan bagaimana memungut retribusinya.
Dari gambaran singkat mengenai teori retribusi sebelumnya yang
menjadi poin penting adalah pemenuhan syarat-syarat ini harus diikuti dengan
manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh wajib retribusi yang telah
membayar retribusi. Objek retribusi daerah hendaknya menjadi perhatian
pemerintah daerah dan bukan hanya layanan yang seadanya. Perbaikan dan
penambahan fasilitas yang dapat digunakan oleh wajib retribusi juga harus
22
dilakukan sebagai imbalan terhadap retribusi yang telah dibayar. Retribusi
diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan memeratakan
kesejahteraan masyarakat.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 108 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dijelaskan bahwa
retribusi daerah dibagi menjadi 3 jenis antara lain :
1. Retribusi jasa umum.
2. Retribusi jasa usaha.
3. Retribusi perizinan tertentu.
23
d) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah merupakan penerimaan yang
berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Lain-lain milik pemerintah daerah
merupakan sumber pendapatan daerah yang tidak dapat diklasifikasikan dalam
pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang
dipisahkan. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menerangkan yang termasuk
dalam lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah diklasifikasikan sebagai berikut:
(a) Hasil pengelolaan kekayaan yang tidak dipisahkan. (b) Jasa giro. (c)
Pendapatan bunga. (d) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing. (e) Komisi, potongan atau bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
24
menutup sebagian atau sama dengan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan
dan membantu golongan masyarakat kurang mampu sesuai dengan jenis
pelayanan yang diberikan. (Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang
Retribusi Daerah).
Subjek Retribusi Pelayanan Persampahan adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan atau menikmati pelayanan
jasa persampahan diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru, sementara
objek retribusi pelayanan persampahan adalah orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan tentang retribusi diwajibkan
untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
retribusi persampahan. Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan : golongan
penerima jasa, volume sampah, jumlah orang, dan luas lantai bangunan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Retribusi
Pelayanan Persampahan/ Kebersihan yang diikuti dengan Peraturan Walikota
Pekanbaru Nomor 14 Tahun 2020 Tentang Tatakelola Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan di Kota Pekanbaru, retribusi pelayanan persampahan
dikenakan kepada 24 Wajib Retribusi antara lain :
1. Pemilik/ penguasa rumah dan sejenisnya.
2. Pemilik/ penguasa kantor dan sejenisnya.
3. Pengelola gedung perkantoran dan sejenisnya.
4. Pemilik/ penguasa gudang dan sejenisnya.
5. Pemilik/ penguasa tempat hiburan dan sejenisnya.
6. Pimpinan hotel dan sejenisnya.
7. Pimpinan penginapan, wisma, dan sejenisnya.
8. Pimpinan usaha perbengkelan dan sejenisnya.
9. Pemilik/ pengusaha rumah tangga dan sejenisnya.
10. Pemilik/pengusaha pengergajian dan sejenisnya.
11. Pemilik/ pengusaha perabot dan sejenisnya.
12. Pemilik/ pedagang kayu dan sejenisnya.
13. Pimpinan usaha rumah makan dan sejenisnya.
14. Pemilik/ pimpinan apotek, toko obat dan sejenisnya
15. Pemilik/ pengusaha kendaraan bermotor dan sejenisnya.
25
16. Pimpinan rumah sakit, rumah bersalin, klinik, praktek dokter dan sejenisnya.
17. Pemilik/ pengusaha wartel atau warnet dan sejenisnya.
18. Pompa bensin (SPBU) dan sejenisnya.
19. Pangkalan bongkar muat barang dan sejenisnya.
20. Pemilik/ pengusaha toserba, mini market, swalayan, dan sejenisnya.
21. Pengusaha/ pengelola Superamarket, mall, plaza dan sejenisnya.
22. Pemilik/ pengusaha salon, barbershop dan sejenisnya.
23. Pemilik butik, distro dan sejenisnya.
24. Pemilik/ pengusaha konveksi dan sejenisnya.
Masing-masing Wajib Retribusi dikenakan tarif yang berbeda berdasarkan
sumber sampahnya. Berikut pada tabel 2.1 akan disajikan daftar tarif retribusi
berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 14 Tahun 2020 Tentang Tatakelola
Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan di Kota Pekanbaru.
Tabel 2.1
Daftar Tarif Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan
Kota Pekanbaru
a. Kelas 1 10.000
b. Kelas 2 7.000
c. Kelas 3 5.000
2 Pemilik/penguasa Gedung kantor dan sejenis milik
kantor dan sejenisnya pemerintah maupun swasta
26
e. Melati 200.000 1.500.000
a. Kelas 1 180.000
b. Kelas 2 150.000
c. Kelas 3 120.000
8 Pimpinan usaha Bangunan perbengkelan
perbengkelan dan
sejenisnya a. Bengkel mobil 200.000
b. Bengkel sepeda motor 100.000
9 Pemilik/pengusaha Bangunan usaha rumah tangga roti, 90.000
Rumah Tangga dan mie, tahu dan tempe atau
sejenisnya sejenisnya
10 Pemilik/pengusaha Tempat usaha pengergajian atau 100.000
usaha pengergajian dan sejenisnya
sejenisnya
a. Kelas 1 750.000
b. Kelas 2 500.000
c. Kelas 3 300.000
14 Pemilik/pimpinan Tempat usaha obat-obatan
apotek dan toko obat
atau sejenisnya a. Apotek 60.000
b. Toko obat/depo obat 30.000
15 Pemilik/pengusaha Tempat usaha atau showroom atau
kendaraan bermotor sejenisnya
atau sejenisnya
a. Kelas 1 300.000
b. Kelas 2 150.000
16 Pimpinan rumah sakit, Komplek/bangunan rumah sakit
rumah bersalin, klinik, atau sejenisnya
praktek dokter dan a. Besar 6.000.000
sejenisnya b. Sedang 5.000.000
c. Kecil 3.000.000
17 Pemilik/pengusaha Tempat usaha wartel/warnet
wartel atau warnet dan sejenisnya
sejenisnya a. Besar 30.000
b. Kecil 18.000
18 Pompa bensin (SPBU) Tempat usaha dan pompa bensin
dan sejenisnya (SPBU) dan sejenisnya
a. Kelas 1 250.000
b. Kelas 2 150.000
c. Kelas 3 100.000
19 Pangkalan bongkar Tempat bongkar muat barang dan 100.000
muat barang dan sejenisnya
sejenisnya
20 Pemilik/pengusaha Bangunan usaha mini market
toserba/mini market dan toserba atau sejenisnya
27
swalayan dan
sejenisnya a. Kelas 1 250.000
b. Kelas 2 150.000
21 Pengusaha atau Bangunan supermarket/Mall Plaza Kategori I Kategori II
pengelola atau shopping center Penyediaan Sumber ke
supermarket/Mall Plaza TPA TPA
atau sejenisnya
1.000.000 6.000.000
22 Pemilik/pengusaha Tempat usaha salon/barber shop
salon/barber shop dan
sejenisnya a. Kelas 1 (ruko) 90.000
b. Kelas2 (kedai) 60.000
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung
dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan (Siregar, 2013). Data
primer dalam kajian ini adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan atau
lokasi penelitian. Data primer diperoleh dari observasi langsung ke DLHK Kota
Pekanbaru dan melakukan wawancara untuk memperoleh informasi guna
memperkuat hasil analisis. Sedangkan data sekunder adalah data yang diterbitkan
atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahannya (Siregar, 2013). Data
sekunder diperoleh di luar lapangan atau lokasi yang dapat mendukung data
primer yakni melalui internet, studi pustaka, artikel, foto, gambar dan sebagainya.
Data sekunder dalam kajian ini bersumber dari literatur/ dokumen yang diperoleh
dari DLHK Kota Pekanbaru, BAPENDA Kota Pekanbaru, artikel dan informasi
dari internet.
29
3.4 Metode Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data adalah cara – cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Peneliti menggunakan beberapa metode
pengumpulan data yaitu :
a. Metode wawancara.
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan – pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Moleong,
2008). Dalam penelitian dilakukan wawancara dengan para pihak yang
terkait yaitu DLHK Kota Pekanbaru, BAPENDA Kota Pekanbaru dan
Masyarakat Kota Pekanbaru.
b. Metode Pengamatan.
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data tentang aktifitas usaha
tersebut dengan mengamati secara langsung kinerja yang ada. Dalam
penelitian ini dilakukan pengamatan langsung ke DLHK Kota Pekanbaru
dan BAPENDA Kota Pekanbaru.
c. Dokumentasi.
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya – karya dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan seperti peraturan, kebijakan. Dokumen
yang berbentuk gambar seperti foto, sketsa. Dokumen yang diambil dalam
penelitian ini berbentuk tulisan seperti peraturan, kebijakan, dan laporan-
laporan.
3.5 Informan
30
dan informasi melalui proses wawancara dan pengamatan. Jumlah informan yang
dibutuhkan disesuaikan dengan memperhatikan apa yang ingin diketahui sesuai
dengan data dan infromasi yang dibutuhkan. Peneliti melakukan observasi secara
langsung terhadap obyek penelitian serta melakukan pengumpulan data sekunder
secara langsung di pusat pusat kegiatan informan dan melakukan wawancara
bebas dan tak berstruktur kepada informan dalam suasana yang kondusif. Cara
mendapatkan data dan informasi selama melakukan telaah terhadap informasi
sekunder dan triangulasi yang terpenting adalah pengamatan dan wawancara yang
mendalam. Semua informan memberikan data dan informasi yang benar karena
peneliti melakukan pendekatan membangun sikap saling percaya antara informan
dan peneliti. Sikap saling percaya itu telah menjadi modal untuk melakukan
komunikasi tidak saja ketika melakukan wawancara lisan tetapi juga dengan
memanfaatkan kecanggihan teknologi komunikasi melalui telepon.
Parameter yang akan diukur dan dianalisa dalam kajian ini berkaitan
dengan kebutuhan TPS, kebutuhan armada, kebutuhan personil, potensi retribusi
sampah rumah tangga serta perhitungan tenaga pemungut retribusi. Data yang
telah dikumpulkan selanjutnya ditabulasi dan diolah/ dianalisa dangan
menggunakan rumus sebagai berikut :
31
1. Perhitungan Kebutuhan TPS
Keterangan :
Berdasarkan SNI 3242:2008 tentang pengelolaan sampah di permukiman, TPS/
container bin dengan volume 6 m3 dapat melayani 3200 jiwa.
Keterangan :
Berdasarkan SNI 3242:2008 tentang pengelolaan sampah di permukiman, fp adalah
faktor pemadatan alat sebesar 1,2
Keterangan :
* 1 hari memungut retribusi di 66 rumah di wilayah kepadatan penduduk diatas
5.000 per km2
** 1 hari memungut retribusi di 41 rumah di wilayah kepadatan penduduk
dibawah 5.000 per km2
- 1 bulan = 30 hari kerja
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kota Pekanbaru yang terdiri dari 12 (dua belas) kecamatan merupakan ibu
kota Provinsi Riau yang mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan
munculnya pemukiman baru, perkembangan pasar, perluasan wilayah industri dan
penambahan pusat perbelanjaan menyebabkan masalah fasilitas kebersihan umum
khususnya penanganan persampahan menjadi kompleks. Seperti yang kita ketahui
jumlah sampah yang dihasilkan di Kota Pekanbaru setiap tahunnya mengalami
peningkatan, hal ini disebabkan karena bertambahnya penduduk dan perubahan
pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan
karakteristik sampah yang semakin beragam.
Pengumpulan dan pengangkutan sampah di Kota Pekanbaru dilaksanakan
oleh pihak Pemerintah Kota dan pihak swasta dengan wilayah pelayanan dibagi
menjadi 3 zona. Untuk zona 1 pengumpulan dan pengangkutan sampah
dilaksanakan oleh PT. Godang Tua Jaya, sedangkan untuk zona 2 dilaksanakan
oleh PT. Samhana Indah dan untuk Pengumpulan dan pengangkutan sampah pada
zona 3 dilaksanakan secara swakelola oleh DLHK Kota Pekanbaru. Pembagian
zonasi dan rincian kecamatan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Zonasi Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah
Kecamatan Sail
Kecamatan Limapuluh
Kecamatan Senapelan
Sumber : DLHK Kota Pekanbaru
33
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa pengumpulan dan pengangkutan
sampah pada zona 1 melayani 3 kecamatan atau sebesar 25% dari total 12
kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru. untuk zona 2 melayani 7 kecamatan atau
sebesar 58% dari total 12 kecamatan sedangan pada zona 3 hanya melayani 2
kecamatan atau sebesar 17% saja dari total 12 kecamatan yang ada di Kota
Pekanbaru. Sedangkan jika ditinjau dari luas wilayah yang dilayani pada masing-
masing zona maka dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2
Luas Wilayah Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah
21%
Zona 1
45% Zona 2
Zona 3
34%
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa untuk zona 3 walaupun hanya
terdiri dari 2 kecamatan namun memiliki wilayah pelayanan pengumpulan dan
pengangkutan sampah yang luas, yaitu mencapai 286,18 km2 atau 45% dari total
luas wilayah Kota Pekanbaru. Selanjutnya untuk zona 2 yang terdiri dari 7
kecamatan hanya memiliki luas wilayah pelayanan pengumpulan dan
pengangkutan sampah seluas 213,29 km2 atau 34% dari total luas wilayah Kota
Pekanbaru. Pada zona 1 yang terdiri dari 3 kecamatan memiliki wilayah
pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah seluas 132,79 km2 atau hanya
21% dari total luas wilayah Kota Pekanbaru.
Selanjutnya jika dilihat dari jumlah penduduk yang berada pada tiap-tiap
zona atau kecamatan dalam wilayah pelayanan pengumpulan dan pengangkutan
sampah di Kota Pekanbaru dapat dijabarkan pada tabel berikut 4.2 :
34
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru Per Kecamatan Tahun 2019
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk zona 1 dengan wilayah kerja
3 kecamatan maka jumlah penduduk yang dilayani adalah 407.178 jiwa atau
sebesar 42,67% dari total penduduk Kota Pekanbaru. Untuk zona 2 dengan
wilayah kerja 7 kecamatan maka jumlah penduduk yang dilayani yang dilayani
adalah 409.140 jiwa atau sebesar 42,87% dari total penduduk Kota Pekanbaru dan
untuk zona 3 dengan wilayah kerja 2 kecamatan maka jumlah penduduk yang
dilayani adalah 138.055 jiwa atau sebesar 14,46% dari total penduduk Kota
Pekanbaru. Jumlah penduduk Kota Pekanbaru setiap tahun akan mengalami
pertumbuhan karena berdasarkan data olahan BPS Kota Pekanbaru laju
pertumbuhan penduduk Kota Pekanbaru pada tahun 2019 adalah 4,20% dan ini
akan mempengaruhi jumlah timbulan sampah yang dihasilkan di Kota Pekanbaru.
35
Besarnya timbulan sampah yang dihasilkan suatu daerah sebanding
dengan jumlah penduduk, jenis aktifitas dan tingkat konsumsi penduduk terhadap
barang atau material. Semakin besar jumlah penduduk atau tingkat konsumsi
terhadap barang maka semakin besar volume sampah yang dihasilkan. Sampah-
sampah yang dihasilkan dibuang ke tempat yang jauh dari pemukiman dan bahkan
di dekat pemukiman. Pembuangan sampah yang berada dekat dengan pemukiman
penduduk beresiko terhadap kesehatan masyarakat.
Setelah dilakukan pengukuran dan penghitungan terhadap volume dan
berat sampah yang dihasilkan oleh setiap sumber timbulan per jiwa per hari di
Kota Pekanbaru diperoleh hasil yang bervariasi untuk masing-masing sumber
timbulan, hal ini disebabkan oleh tiap sumber sampah memiliki latar belakang
ekonomi yang berbeda-beda. Berdasarkan data kajian masterplan persampahan
Kota Pekanbaru, timbulan sampah Kota Pekanbaru adalah 3,84 liter/jiwa/hari, jika
dikaitkan antara jumlah penduduk per kecamatan dengan rata-rata timbulan
sampah per jiwa perhari maka dapat diprediksi besaran timbulan sampah per hari,
seperti terlihat pada Tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Proyeksi Timbulan Sampah Kota Pekanbaru Tahun 2020
Timbulan Total Timbulan
Jumlah
Kecamatan Sampah Sampah 2020
Penduduk 2020
(ltr/hari) (ltr/hari)
Tampan 189.550 3,84 727.873
36
Sukajadi 49.674 3,84 190.749
Satuan m3 3.819
37
Perbandingan volume timbulan sampah yang dihasilkan dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 3
Perbandingan Volume Timbulan Sampah Tahun 2020
14%
43%
Zona 1
Zona 2
43%
Zona 3
Tabel 4.4
Proyeksi Timbulan Sampah Kota Pekanbaru Tahun 2021-2022
Timbulan Timbulan
Jumlah Jumlah
Sampah Sampah
Kecamatan Penduduk Penduduk
2021 2022
2021 2022
(ltr/hari) (ltr/hari)
38
Senapelan 41.576 43.322 159.652 166.358
Gambar 4
Proyeksi Kenaikan Timbulan Sampah Kota Pekanbaru
4,200,000
4,146,222
4,100,000
4,000,000
3,979,100
3,900,000
3,800,000 3,818,714
3,700,000
3,600,000
2020 2021 2022
39
Dari data tabel dan gambar yang diperlihatkan menunjukkan bahwa
sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk maka semakin banyak pula
timbulan sampah yang dihasilkan. Dengan kondisi seperti ini maka harus
dilakukan perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana seperti seberapa banyak
kebutuhan TPS dan armada angkutan sampah yang diperlukan untuk mengangkut
semua timbulan sampah di Kota Pekanbaru saat ini dan beberapa tahun kedepan
agar semua sampah dapat terangkut ke TPA.
Tabel 4.5
Jumlah TPS Legal Di Kota Pekanbaru
7 Sail 4 TPS
9 Sukajadi 2 TPS
40
10 Senapelan 2 TPS
11 Rumbai 0 TPS
Total 60 TPS
Sumber : DLHK Kota Pekanbaru
Tabel 4.6
Sebaran Lokasi TPS Legal Di Kota Pekanbaru
Jenis
No Kecamatan Nama TPS Alamat TPS
TPS
1 Tampan TPS RS Awal Bros Jl. HR Subrantas Permanen
TPS Disdukcapil/
3 Bukit Raya Jl. Mustafa Sari Permanen
Inspektorat
TPS Rentokil Jl. Parit Indah Permanen
41
Jenis
No Kecamatan Nama TPS Alamat TPS
TPS
Bukit Raya TPS LP Dewasa Jl. Kafling Permanen
42
Jenis
No Kecamatan Nama TPS Alamat TPS
TPS
TPS Fakultas
7 Sail Jl. Diponegoro Permanen
Kedokteran
Jl. Diponegoro Simpang
TPS Dipo Permanen
PMI
TPS Enhai Jl. Diponegoro Permanen
43
Dari data tabel 4.5 dan 4.6 dapat diketahui bahwa jumlah sebaran TPS
legal tidak merata pada setiap kecamatan karena ada 1 kecamatan yang belum
memiliki TPS legal dan TPS legal yang ada juga memiliki volume/ kapasitas TPS
yang beragam serta jumlah TPS legal yang ada saat ini belum memenuhi
kebutuhan minimal TPS pada setiap kecamatan. Banyak TPS legal yang berada
pada jalan-jalan utama/ jalan protokol, berada pada lokasi perkantoran, berada
pada lokasi pasar atau pusat perbelanjaan dan hanya beberapa TPS saja yang
berada pada wilayah permukiman. kekurangan jumlah TPS ini terutama pada
wilayah permukiman membuat masyarakat membuang sampah disembarangan
tempat sehingga bermunculan tumpukan-tumpukan sampah ilegal atau TPS ilegal.
Untuk zona 1 dengan jumlah penduduk 407.178 jiwa, jumlah TPS legal
yang tersedia hanya 8 TPS atau hanya sebesar 13,3% dari total jumlah TPS legal
yang ada di Kota Pekanbaru. Sedangkan untuk zona 2 dengan jumlah penduduk
409.140 jiwa, jumlah TPS legal yang tersedia hanya 43 TPS atau hanya sebesar
71,6% dari total jumlah TPS legal yang ada di Kota Pekanbaru dan pada zona 3
dengan jumlah penduduk 138.055 jiwa, jumlah TPS legal yang tersedia hanya 9
TPS atau hanya sebesar 15% dari total jumlah TPS legal yang ada di Kota
Pekanbaru. Kurangnya jumlah TPS yang tersedia dapat menyebabkan
berserakannya sampah di TPS legal karena over kapasitas serta menyebabkan
masyarakat membuang sampat disembarang tempat dan munculnya tumpukan-
tumpukan sampah di beberapa titik atau munculnya TPS ilegal. Perbandingan
jumlah TPS legal pada 3 zona akan disajikan pada gambar berikut :
Gambar 5
Perbandingan Jumlah TPS Legal Per Zona
15% 13%
Zona 1
Zona 2
Zona 3
72%
44
Untuk memenuhi kebutuhan TPS di Kota Pekanbaru, berikut akan
disajikan data proyeksi kebutuhan TPS yang disesuaikan dengan jumlah
penduduk dan volume timbulan sampah yang dihasilkan pada tabel 4.7 dibawah :
Tabel 4.7
Proyeksi Kebutuhan TPS Di Kota Pekanbaru
Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah kebutuhan TPS per tahun untuk
setiap kecamatan di Kota Pekanbaru. Asumsi dalam melakukan perhitungan
kebutuhan TPS adalah ukuran volume kapasitas tiap satu unit TPS yang
digunakan sama dengan 6 m3, selanjutnya sesuai dengan SNI 3242:2008 tentang
ketentuan pengelolaan sampah di permukiman, untuk setiap 1 unit TPS tersebut
diasumsikan dapat melayani 3.200 jiwa. Dengan menggunakan asumsi seperti
yang telah dijelaskan maka diperoleh kebutuhan TPS untuk tahun 2020 adalah
sebanyak 310 TPS dan pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi 324 TPS
45
serta pada tahun 2022 kebutuhan TPS menjadi 337 TPS. Untuk mengetahui
perbandingan antara jumlah kondisi eksisting TPS saat ini dengan proyeksi
kebutuhan TPS tahun 2020 maka dapat ditampilkan pada tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8
Perbandingan Kondisi Eksisting TPS Dengan Proyeksi Kebutuhan
Tahun 2020
Proyeksi
Kekurangan
No Kecamatan TPS Eksisting Kebutuhan
TPS
TPS
1 Tampan 4 59 55
2 Payung Sekaki 1 31 30
3 Bukit Raya 17 30 13
4 Marpoyan Damai 3 42 39
5 Tenayan Raya 6 44 38
6 Limapuluh 8 14 6
7 Sail 4 8 4
8 Pekanbaru Kota 4 9 5
9 Sukajadi 2 16 14
10 Senapelan 2 12 10
11 Rumbai 0 22 22
12 Rumbai Pesisir 9 23 14
Dari data tabel 4.8 tersebut diketahui bahwa jumlah TPS di zona 1 baru
tersedia sebanyak 8 TPS sedangkan proyeksi kebutuhan TPS sebanyak 132 TPS
sehingga masih terdapat kekurangan sebanyak 124 TPS atau 93,9%. Sedangkan
untuk wilayah zona 2 maka TPS yang tersedia sebanyak 43 TPS sedangkan
proyeksi kebutuhan TPS sebanyak 133 TPS sehingga terdapat kekurangan
sebanyak 90 TPS atau 67,6%. Untuk wilayah zona 3 tersedia sebanyak 9 TPS
sedangkan proyeksi kebutuhan TPS sebanyak 45 sehingga terdapat kekurangan
sebanyak 36 TPS atau 80%. Terlihat bahwa jumlah TPS di Kota Pekanbaru masih
sangat kurang, karena dari 310 kebutuhan akan TPS baru terpenuhi sebesar 60
TPS atau sebesar 19,3%. Hal ini perlu menjadi perhatian oleh DLHK Kota
Pekanbaru untuk dapat memenuhi kebutuhan TPS tersebut.
46
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari DLHK Kota Pekanbaru faktor
penyebab kenapa masih kurangnya jumlah TPS di Kota Pekanbaru adalah
banyaknya penolakan dari masyarakat untuk menjadikan lahan/ lokasi disekitar
wilayah mereka menjadi lokasi TPS dikarenakan mereka tidak mau wilayah
mereka menjadi bau dan kotor karena sampah yang berserakan di sekitar TPS.
Untuk mengatasi hal tersebut DLHK Kota Pekanbaru diharapkan dapat membuat
design TPS yang menarik serta tidak membiarkan sampah berserakan di sekitar
TPS sehingga TPS jauh dari kesan jorok dan kotor, selain itu perlu dilakukan
koordinasi dengan camat sebagai kepala wilayah kecamatan serta peran aktif dari
lurah, RT dan RW untuk membantu DLHK Kota Pekanbaru dalam mementukan
titik-titik lokasi TPS pada tiap-tiap kecamatan di Kota Pekanbaru sehingga
kebutuhan TPS disetiap kecamatan dapat terpenuhi sehingga dapat mengurangi
tumpukan-tumpukan sampah ilegal dan berseraknya sampah di TPS legal karena
over kapasitas. Selain itu titik-titik TPS ilegal mungkin dapat dijadikan sebagai
titik-titik untuk membuat/ menempatkan TPS legal. Selanjutya dapat pula
dikembangkan aplikasi berbasis Geographic Information System (GIS) yang dapat
digunakan untuk memetakan titik-titik lokasi TPS, baik TPS legal maupun TPS
ilegal dengan yang terintegrasi dengan armada pengumpul/ pengangkut sampah,
sehingga semua lokasi TPS yang ada dapat disingkronkan dengan rute yang akan
dilalui oleh armada pengumpul/ pengangkut sampah.
47
Tabel 4.9
Armada Yang Harus Disediakan PT. Godang Tua Jaya
1 Becak Motor 7 14 18
2 Pick Up 6 6 9
3 Dump Truck 20 21 20
6 Backhoe loader 2 2 2
Sumber : DLHK Kota Pekanbaru
Tabel 4.10
Armada Operasional PT. Godang Tua Jaya
3 Pick Up 6 Unit 3
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah armada
yang telah dipenuhi berdasarkan surat perjanjian hanya untuk armada dump truck,
sedangkan untuk jenis armada yang lain belum dapat dipenuhi oleh PT. Godang
Tua Jaya. Data tabel 4.10 adalah data kendaraan operasional yang dipergunakan
oleh PT. Godang Tua Jaya untuk melakukan pengumpulan dan pengangkutan
sampah pada zona 1 yang terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Tampan,
Kecamatan Payung Sekaki dan Kecamatan Marpoyan Damai. Jumlah dump truck
yang digunakan sebanyak 20 unit dengan pola ritasi 1 kali sehari, waktu
48
pengumpulan sampah dimulai pada pukul 05.00 s/d 08.30 WIB dan ada yang
dimulai pada pukul 14.00 s/d 18.00 WIB, hal ini terjadi karena 1 unit dump truck
digunakan untuk melalui 2 jalur pengangkutan yang berbeda. Untuk penggunaan
7 unit arm roll truck dilakukan dengan pola ritasi 2 kali sehari, pengangkutan
sampah dimulai pada pukul 07.00 s/d 12.00 WIB untuk ritasi pertama dan
dilanjutkan pada pukul 14.00 s/d 24.00 WIB untuk ritasi kedua, armada arm roll
truck hanya digunakan untuk mengangkut sampah dari transfer depo ke TPA.
Berikutnya penggunaan kendaraan operasional pick up sebanyak 6 unit dengan
pola ritasi 3 kali sehari, pengumpulan sampah dimulai pada pukul 08.00 WIB dan
ritasi berakhir pada pukul 17.00 WIB. Penggunaan kendaraan operasional tronton
sebanyak 3 unit dilakukan dengan pola ritasi 1 sampai 2 kali sehari dimulai pada
pukul 05.00 s/d 23.00 WIB, armada tronton hanya digunakan untuk mengangkut
sampah dari transfer depo ke TPA. Untuk kendaraan operasional becak motor
sebanyak 3 unit hanya standby di pool. Pola pengumpulan sampah yang dilakukan
adalah pola pengumpulan sampah door to door menuju TPS atau transfer depo
atau menuju TPA, dan jalur yang dilalui armada didominasi oleh jalan utama atau
jalan protokol.
Selanjutnya untuk zona 2 pengumpulan dan pengangkutan sampah
dilaksanakan oleh PT. Samhana Indah. Berikut akan diperlihatkan data armada
yang harus disediakan oleh PT. Samhana Indah berdasarkan Surat Perjanjian
Nomor : 01/KONTRAK-JAP2/LELANG/DLHK/APBD/2018.
Tabel 4.11
Armada Yang Harus Disediakan PT. Samhana Indah
3 Dump Truck 20 21 20
4 Dump Truck Besar 3 4 5
49
Adapun data kendaraan operasional yang dipergunakan dalam
pengumpulan dan pengangkutan sampah oleh PT. Samhana Indah ditampilkan
pada tabel berikut :
Tabel 4.12
Armada Operasional PT. Samhana Indah
5 Fuso 3 Unit 1
Sumber : DLHK Kota Pekanbaru
Berdasarkan data pada tabel 4.11 dan 4.12 dapat diketahui bahwa
kewajiban armada yang belum dapat dipenuhi oleh PT. Samhana Indah
berdasarkan surat perjanjian adalah becak motor dan dump truck besar. Data pada
tabel 4.11 merupakan data kendaraan operasional yang dipergunakan oleh PT.
Samhana Indah untuk melakukan pengumpulan dan pengangkutan sampah pada
zona 2 yang terdiri dari 7 kecamatan yaitu Kecamatan Tenayan Raya, Kecamatan
Bukit Raya, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sail, Kecamatan Pekanbaru Kota,
Kecamatan Limapuluh dan Kecamatan Senapelan.
Jumlah dump truck yang digunakan sebanyak 22 unit dengan pola ritasi 1
kali sehari, waktu pengumpulan sampah dimulai pada pukul 03.00 s/d 11.00 WIB
dan ada yang dimulai pada pukul 15.00 s/d 21.00 WIB, hal ini terjadi karena 1
unit dump truck digunakan untuk melalui 2 jalur pengangkutan yang berbeda.
Selanjutnya kendaraan yang dipergunakan adalah 5 unit arm roll truck, kendraan
fuso sebanyak 3 unit dengan 1 kali ritasi mulai pukul 07.00 s/d 12.00 WIB, serta
becak motor sebanyak 8 unit. Untuk kendaraan operasional pick up sebanyak 8
unit dengan pola ritasi 3 - 4 kali sehari, pengumpulan sampah dimulai pada pukul
06.00 WIB dan ritasi berakhir pada pukul 15.00 WIB dan ada yang dimulai pada
pukul 18.00 WIB dan berakhir pada pukul 03.00 WIB. Pola pengumpulan sampah
50
yang dilakukan adalah pola pengumpulan sampah door to door menuju TPS atau
trasnfer depo atau menuju TPA, dan jalur yang dilalui armada didominasi oleh
jalan utama atau jalan protokol. Selanjutnya data armada operasional yang
dipergunakan oleh DLHK Kota Pekanbaru dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut :
Tabel 4.13
Armada Operasional DLHK Kota Pekanbaru
2 Pick Up 6 Unit 3
51
Tabel 4.14
Jumlah Armada Operasional Pengumpulan dan
Pengangkutan Sampah Kota Pekanbaru
3 Pick Up 20 Unit 3
5 Fuso 3 Unit 1
Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa ritasi kendaraan operasional
yang digunakan bervariasi disetiap zona mulai dari 1 hingga 3 kali ritasi dan 11
unit becak motor hanya ditempatkan/ standby di pool, sedangkan untuk fuso
sebanyak 3 unit hanya dipergunakan pada zona 2 dengan pola 1 kali ritasi. Pola
pengumpulan sampah yang dilakukan dilapangan adalah pola pengumpulan
sampah secara langsung ke sumber sampah atau door to door untuk dibawa ke
TPS yang kemudian sampah akan dibawa lagi oleh kendaraan pengangkut sampah
menuju ke TPA.
52
Tabel 4.15
Proyeksi Kebutuhan Kendaraan Operasional Zona 1
Tahun 2020-2022
Sampah
Jumlah
Armada Faktor Pemadat Ritasi Terangkut
Armada
(m3/hari)
Tahun 2020
Total 2.117,8
Tahun 2021
becak motor (1,5m3) - 42,5 4 254,7
3
pick up (4m ) - 21,2 3 254,7
arm roll truck (6m3) 1,2 23,6 3 509,0
3
arm roll truck (10m ) 1,2 16,5 3 594,0
3
dump truck (10m ) 1,2 16,5 3 594,0
Total 2.206,4
Tahun 2022
becak motor (1,5m3) - 44,2 4 265,4
pick up (4m3) - 22,1 3 265,4
3
arm roll truck (6m ) 1,2 24,6 3 531,0
3
arm roll truck (10m ) 1,2 17,2 3 619,0
3
dump truck (10m ) 1,2 17,2 3 619,0
Total 2.299,8
Sumber : Data Olahan
Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah kebutuhan kendaraan
meningkat setiap tahunnya hal ini terjadi dikarenakan bertambahnya jumlah
volume timbulan sampah yang dihasilkan. Sedangkan untuk proyeksi kebutuhan
kendaraan operasional di wilayah zona 2 dari tahun 2020 sampai tahun 2022 dapat
dilihat pada tabel 4.16 berikut :
53
Tabel 4.16
Proyeksi Kebutuhan Kendaraan Operasional Zona 2
Tahun 2020-2022
Sampah
Jumlah
Armada Faktor Pemadat Ritasi Terangkut
Armada
(m3/hari)
Tahun 2020
Total 2.128,2
Tahun 2021
becak motor (1,5m3) - 42,6 4 255,9
3
pick up (4m ) - 21,3 3 255,9
arm roll truck (6m3) 1,2 23,7 3 512,0
3
arm roll truck (10m ) 1,2 16,6 3 597,0
3
dump truck (10m ) 1,2 16,6 3 597,0
Total 2.217,8
Tahun 2022
becak motor (1,5m3) - 44,4 4 266,6
54
Tabel 4.17
Proyeksi Kebutuhan Kendaraan Operasional Zona 3
Tahun 2020-2022
Sampah
Jumlah
Armada Faktor Pemadat Ritasi Terangkut
Armada
(m3/hari)
Tahun 2020
Total 717,8
Tahun 2021
becak motor (1,5m3) - 14,4 4 86,3
Total 747,6
Tahun 2022
becak motor (1,5m3) - 15,0 4 90,0
pick up (4m3) - 7,5 3 90,0
Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa penambahan kebutuhan armada
kendaraan becak motor terjadi setiap tahun, sedangkan untuk kebutuhan armada
pick up dan arm roll truck (6m3) hanya terjadi penambahan pada tahun 2022.
Untuk arm roll truck (10m3) dan dump truck (10m3) terjadi penambahan
kebutuhan armada pada tahun 2021, hal ini terjadi karena volume timbulan
sampah yang dihasilkan di zona 3 tidak mengalami kenaikan yang signifikan dan
55
volume angkutan armada arm roll truck dan dump truck masih mencukupi untuk
melakukan pengangkutan sampah hingga tahun akhir tahun 2020.
Untuk pola pengumpulan yang direncanakan untuk angkutan becak motor
dan pick up adalah pola pengumpulan individual tak langsung. Pola pengumpulan
individual tak langsung adalah pola dimana alat pengumpul sampah yang dalam
hal ini menggunakan becak motor dan pick up langsung mengumpulkan sampah
dari sumber sampah atau dari satu rumah ke rumah yang lainnya dan bisa
memasuki jalan-jalan kecil sampai kapasitas becak dan pick up penuh untuk
selanjutnya dibawa ke TPS demikian seterusnya hingga ritasi berakhir.
Pola pengumpulan yang direncanakan untuk angkutan arm roll truck
dengan kapasitas 6 m3, kapasitas 10 m3 dan dump truck dengan kapasitas 10 m3
adalah pola individual tidak langsung dan pengumpulan komunal tak langsung,
dimana truk pengumpul sampah langsung mengumpulkan sampah dari sumber
sampah dan dari satu TPS ke TPS lainnya sehingga truk penuh yang kemudian
sampah akan dibawa menuju TPA demikian seterusnya hingga ritasi berakhir.
Berdasarkan data dan analisa diatas, jika dibandingkan antara jumlah
kendaraan operasional yang gunakan saat ini dengan proyeksi jumlah kebutuhan
maka dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut :
Tabel 4.18
Perbandingan Kondisi Eksisting Dengan Proyeksi Kebutuhan
Kendaraan Opersional Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah
Tahun 2020
56
Dari data tabel 4.18 tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2020
jumlah becak motor yang digunakan untuk mengumpulkan timbulan sampah
sebanyak 11 unit dan hanya ditempatkan di pool, jika dibandingkan dengan
proyeksi perhitungan kebutuhan becak motor sebanyak 96 unit dengan ritas
sebanyak 4 kali maka jumlah yang ada saat ini hanya memenuhi sebesar 11,57%.
Untuk ritasi becak motor dilakukan sebanyak 4 kali agar tidak ada sampah yang
menumpuk pada sumber-sumber sampah dan semua sampah dapat terangakut ke
TPS untuk selanjutnya diangkut ke TPA oleh dump truck.
Untuk jumlah kendaraan pick up yang digunakan pada tahun 2020
sebanyak 20 unit dengan ritasi sebanyak 3 kali, jika dibandingkan dengan
proyeksi kebutuhan pick up sebanyak 48 unit dengan ritasi 3 kali sehari maka
jumlah yang ada saat ini hanya memenuhi sebesar 41,6%. Untuk ritasi pick up
dilakukan sebanyak 3 kali agar tidak ada sampah yang menumpuk pada sumber-
sumber sampah dan semua sampah dapat terangakut ke TPS untuk selanjutnya
diangkut ke TPA oleh dump truck.
Selanjutnya untuk kendaraan arm roll truck yang digunakan pada tahun
2020 sebanyak 12 unit dengan ritasi 2 kali sehari, jika dibandingkan dengan
proyeksi perhitungan kebutuhan sebanyak 53 unit arm roll truck berkapasitas 6 m3
dengan ritasi 3 kali sehari dan arm roll truck dengan kapasitas 10 m3 sebanyak 37
unit dengan ritasi 3 hari sehari maka jumlah yang ada saat ini hanya memenuhi
sebesar 22,6%. Berikutnya untuk penggunaan dump truck pada tahun 2020
sebanyak 58 unit dengan ritasi bervariasi mulai 1 sampai 2 kali sehari, jika
dibandingkan dengan proyeksi perhitungan kebutuhan maka dibutuhkan sebanyak
37 unit dump truck berkapasitas 10 m3 dengan ritasi 3 kali sehari.
Berdasarkan data dan analisa diatas dapat diketahui bahwa masih
terdapatnya kekurangan armada yang digunakan dalam melakukan pengumpulan
dan pengangkutan sampah di Kota Pekanbaru, sehingga perlu dilakukan
penambahan jumlah armada dan perlu dilakukan optimalisasi ritasi kendaraan
operasional dalam melakukan pengumpulan dan pengangkutan sampah agar
semua timbulan sampah dapat terangkut ke TPA sehingga tidak terjadi
penumpukan sampah di TPS maupun di ruas-ruas jalan Kota Pekanbaru.
57
Selain itu pada setiap armada pengumpul/ pengangakut sampah juga perlu
dilengkapi dengan alat Global Positioning System (GPS) yang terintegrasi dalam
satu aplikasi pengelolaan persampahan, karena berdasarkan keterangan yang
diperoleh dilapangan diketahui bahwa pada saat ini jam kerja, ritasi, rute yang
dilalui oleh armada belum terpantau. Dengan menggunakan GPS yang terintegrasi
dalam satu aplikasi pengelolaan persampahan maka akan sangat memudahkan
DLHK Kota Pekanbaru dalam melakukan pengawasan terhadapat armada
pengumpul/ pengangakut sampah, mulai dari nama supir, nama petugas
pengumpul, nomor plat kendaraan, jam kerja, volume angkutan, ritasi serta rute
yang dilalui. Selain itu dapat pula diintegrasikan dengan lokasi titik-titik TPS
yang ada di Kota Pekanbaru dengan rute yang dilewati oleh armada pengumpul
dan pangangkut sampah. Berikutnya aplikasi tersebut juga dapat digunakan oleh
masyarakat untuk melakukan pemantauan tumpukan sampah yang dapat
dilaporkan oleh masyarakat melalui aplikasi ataupun melalui layanan call center
yang bisa dihubungi oleh masyarakat sehingga dapat dilakukan respon cepat
untuk menangani laporan dari masyarakat tersebut.
Tabel 4.19
Jumlah Petugas Pengumpul dan Pengangkut Sampah
No Petugas Jumlah
1 Supir Angkutan Zona 1 50 Orang
58
Selanjutnya Pada tabel 4.20 akan ditampilkan proyeksi kebutuhan petugas
pengumpul sampah berdasarkan wilayah zona 1 mulai dari tahun 2020 sampai
tahun 2022.
Tabel 4.20
Proyeksi Kebutuhan Petugas Pengumpul dan Pengangkut Sampah Zona 1
Tahun 2020-2022
Tahun 2021
Becak Motor 43 2 Orang 86 Orang
Tahun 2022
59
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah total petugas pengumpul
dan pengangkut sampah di wilayah zona 1 akan mengalami penambahan setiap
tahun hal ini terjadi karena adanya penambahan volume timbulan sampah yang
dihasilkan dan disesuaikan dengan proyeksi jumlah kebutuhan armada yang
digunakan.
Tabel 4.21
Proyeksi Kebutuhan Petugas Pengumpul dan Pengangkut Sampah Zona 2
Tahun 2020-2022
Tahun 2022
60
Berdasarkan data pada tabel diatas diketahui bahwa jumlah total petugas
pengumpul dan pengangkut sampah di wilayah zona 2 akan mengalami
penambahan setiap tahun hal ini terjadi karena adanya penambahan volume
timbulan sampah yang dihasilkan dan disesuaikan dengan proyeksi jumlah
kebutuhan armada yang digunakan. Selanjutnya akan ditampilkan proyeksi
kebutuhan petugas pengumpul sampah berdasarkan wilayah zona 3 tahun 2020
sampai tahun 2022.
Tabel 4.22
Proyeksi Kebutuhan Petugas Pengumpul dan Pengangkut Sampah Zona 3
Tahun 2020-2022
61
Berdasarkan data pada tabel 4.22 diketahui bahwa jumlah total petugas
pengumpul dan pengangkut sampah di wilayah zona 3 akan mengalami
penambahan setiap tahun hal ini terjadi karena adanya penambahan volume
timbulan sampah yang dihasilkan dan disesuaikan dengan proyeksi jumlah
kebutuhan armada yang digunakan. Untuk 1 unit armada becak motor
membutuhkan 2 orang petugas yang mengumpulkan sampah dari sumber sampah,
Untuk 1 unit armada pick up membutuhkan 3 orang petugas yang terdiri dari 1
orang pengemudi dan 2 orang bertugas mengumpulkan sampah. Selanjutnya
untuk 1 unit armada arm roll truck 6m3, 10 m3 dan dump truck 10 m3
membutuhkan 4 orang petugas yang terdiri dari 1 orang pengemudi dan 3 orang
bertugas mengumpulkan sampah, berikut akan ditampilkan proyeksi total
kebutuhan petugas pengumpul/ pengangkut sampah Kota Pekanbaru disertai
armada pada tahun 2020.
Tabel 4.23
Proyeksi Total Kebutuhan Petugas Pengumpul dan Pengangkut Sampah
Kota Pekanbaru Tahun 2020
Jika dibandingkan dengan jumlah petugas yang ada saat ini berjumlah 504
orang maka kebutuhan petugas sudah terpenuhi sebesar 59,71% dari total
proyeksi kebutuhan petugas sebanyak 844 orang. Untuk persentase perbandingan
proyeksi kebutuhan petugas yang dibutuhkan setiap jenis armada pada tahun 2020
dapat dilihat pada gambar 6 berikut :
62
Gambar 6
Perbandingan Jumlah Kebutuhan Petugas Tahun 2020
18% 23%
17%
17%
25%
Becak Motor Pick Up Arm Roll Truck 6m3 Arm Roll Truck 10m3 Dump Truck 10m3
63
4.1.5 ANALISIS KUALITATIF PENGUMPULAN DAN
PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA PEKANBARU
64
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Sampah setiap warga berhak mendapatkan pelayanan dan pengelolaan sampah
secara baik dan berwawasan lingkungan dari Pemerintah Daerah dan/ atau pihak
lain yang diberi tanggungjawab untuk itu oleh Pemerintah Daerah. Disamping itu
setiap orang berkewajiban mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang
berwawasan lingkungan dan memelihara dan menjaga kebersihan lingkungan dan
pekarangan tempat tinggal/ tempat berusaha. Atas dasar pelayanan persampahan
yang diberikan maka Pemerintah Daerah dapat mengenakan retribusi atas
pelayanan persampahan.
Pengumpulan dan pengangkutan sampah di Kota Pekanbaru
diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota
Pekanbaru dan pihak ketiga yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah Kota
Pekanbaru. Ruang lingkup pelayanan pengangkutan sampah dibagi menjadi 3
(tiga) zona. Berdasarkan wawancara dengan DLHK Kota Pekanbaru, maka
pembagian zonasi pengangkutan sampah sebagai berikut :
a. Zona 1 meliputi wilayah Kecamatan Tampan, Kecamatan Payung Sekaki
dan Kecamatan Marpoyan Damai dilakukan oleh PT Godang Tua Jaya.
b. Zona 2 meliputi wilayah Kecamatan Bukit Raya, Kecamatan Sail,
Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Senapelan, Kecamatan Pekanbaru Kota,
Kecamatan Tenayan Raya, dan Kecamatan Lima Puluh dilakukan oleh PT
Samhana Indah.
c. Zona 3 meliputi wilayah Kecamatan Rumbai dan Kecamatan Rumbai
Pesisir oleh DLHK Kota Pekanbaru.
Untuk memperoleh informasi tentang pengumpulan dan pengangkutan
sampah di Kota Pekanbaru maka digunakan informan. Informasi dari informan
pada 3 (tiga) zona yang terdiri dari 12 (dua belas) kecamatan di Kota Pekanbaru
diperoleh dengan melakukan wawancara melalui telepon dengan mengajukan
beberapa pertanyaan terkait pemungutan sampah dan pemungutan retribusi
sampah/ kebersihan sektor rumah tangga.
Untuk pertanyaan "bagaimanakah cara anda melakukan pembuangan
sampah?", didapatkan informasi dari informan di zona 1, 2 dan 3 bahwa sampah
65
yang tidak terangkut maka dibuang langsung oleh warga ke TPS yang ada baik
TPS legal maupun ilegal dan ada juga sampah yang dibakar.
Proses pengumpulan dan pengangkutan sampah belum berjalan dengan
optimal. Pihak ketiga yang ditunjuk untuk melakukan pengangkutan sampah di
wilayah zona 1 hanya mengangkut sampah yang terletak di jalan utama atau jalan
protokol sedangkan sampah – sampah yang terletak di jalan kecil atau selain dari
jalan utama tidak terangkut.
Berdasarkan keterangan informan yang didapatkan dari zona 2 diketahui
bahwa petugas melakukan pengangkutan sampah setiap hari, disamping itu juga
ada pihak diluar rekanan resmi DLHK Kota Pekanbaru dan pihak RW/ RT yang
mengelola pengangkutan sampah di wilayah zona 2.
Untuk Pengangkutan sampah di zona 3 dilakukan langsung oleh DLHK
Kota Pekanbaru. Seperti yang terjadi di zona 1 maka petugas yang mengangkut di
zona 3 juga hanya mengangkut sampah yang terletak di jalan protokol atau jalan
utama sedangkan sampah yang tidak terangkut akan dibakar oleh warga dilahan
yang mereka miliki.
Selanjutnya berdasarkan pertanyaan "apabila sampah di ambil petugas
kerumah, berapa kali pengambilan sampah dilakukan?". Didapatkan informasi
dari informan di zona 1, 2 dan 3 bahwa durasi pengangkutan sampah yang
dilakukan di wilayah zona 1 memiliki waktu beragam. Untuk pengangkutan yang
dilakukan oleh pihak PT. Godang Tua Jaya pengangkutan sampah biasanya
dilakukan setiap hari. Sedangkan pengangkutan sampah yang dilakukan oleh
pihak swasta mandiri ada yang dilakukan setiap hari, ada yang dilakukan 3 kali
dalam seminggu dan ada yang 2 kali dalam seminggu.
Durasi pengangkutan sampah yang dilakukan di wilayah zona 2 juga
memiliki waktu yang beragam. Untuk pengangkutan yang dilakukan oleh pihak
PT. Samhana Indah pengangkutan sampah dilakukan setiap hari dan ada juga
yang diangkut 3 kali dalam seminggu. Sedangkan pengangkutan sampah yang
dilakukan oleh pihak swasta mandiri juga ada yang dilakukan setiap hari dan ada
yang dilakukan 3 kali dalam seminggu.
66
Durasi pengangkutan sampah yang dilakukan di wilayah zona 3 seperti
halnya yang terjadi di wilayah zona 1 dan 2 juga memiliki waktu yang beragam.
Berdasarkan wawancara dengan informan di zona 3 pengangkutan yang dilakukan
oleh DLHK Kota Pekanbaru ada yang dilakukan setiap hari dan ada yang 3 kali
dalam seminggu.
Selanjutnya untuk pertanyaan "apakah didaerah rumah Anda tersedia
TPS?", didapatkan informasi dari informan di zona 1 bahwa belum tersedia TPS
disekitar rumah atau lokasi tempat tinggal mereka. Berdasarkan data yang
didapatkan dari DLHK Kota Pekanbaru jumlah TPS legal yang terdapat di zona 1
sebanyak 8 TPS, namun dari perhitungan yang dilakukan jumlah ideal TPS yang
tersedia seharusnya sebanyak 132 TPS sehingga masih terdapat kekurangan TPS
sebanyak 124 unit atau 93%. Menjadi wilayah dengan jumlah penduduk dan
volume timbulan sampah terbesar ke 2 dengan kondisi dilapangan dimana sistem
pengangkutan sampah tidak menjangkau seluruh pelosok wilayah zonasi
menimbulkan banyaknya tumpukan sampah dan TPS ilegal serta adanya
pembakaran sampah oleh masyarakat yang sampahnya tidak terangkut.
Selanjutnya berdasarkan keterangan yang didapatkan dari informan di zona
2 maka rata – rata masyarakat juga belum mendapatkan pelayanan berupa
penyediaan TPS oleh pemerintah. Berdasarkan keterangan yang didapatkan dari
DLHK Kota Pekanbaru maka jumlah TPS yang tersedia sebanyak 43 TPS legal
sedangkan berdasarkan perhitungan dibutuhkan TPS legal sebanyak 133 TPS
sehingga terdapat kekurangan 90 TPS legal atau 67,6%. Akibat dari kurangnya
jumlah TPS legal yang terdapat di zona 2 mengakibatkan banyak masyarakat yang
membuang sampah diluar TPS legal dan melakukan pembakaran sampah yang
tidak terangkut.
Berdasarkan keterangan yang didapatkan dari informan di zona 3 juga
ketahui bahwa masyarakat juga belum mendapatkan pelayanan berupa penyediaan
TPS. Berdasarkan keterangan yang didapatkan dari DLHK Kota Pekanbaru
diketahui bahwa TPS legal yang tersedia di zona 3 sebanyak 9 TPS sedangkan
jika dilakukan perhitungan maka jumlah TPS yang seharusnya tersedia adalah
sebanyak 45 TPS sehingga terdapat kekurangan sebanyak 36 TPS atau 80%.
Permasalahan kekurangan TPS baik di zona 1, 2 dan 3 menyebabkan banyaknya
67
masyarakat yang membuang sampah diluar tempat yang telah ditetapkan
mengakibatkan banyaknya tumpukan sampah dan TPS ilegal yang bermunculan
di berbagai titik di wilayah terebut.
Untuk pertanyaan apakah "anda mengetahui waktu membuang sampah
untuk diambil Petugas sesuai ketentuan yang telah di tetapkan (pukul 19.00 s/d
05.00)?", didapatkan informasi dari informan di zona 1, 2 dan 3 bahwa
masyarakat sudah ada yang mengetahui waktu pembuangan sampah yang
ditetapkan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru yaitu mulai pukul 19.00 WIB hingga
pukul 05.00 WIB dan ada juga yang belum mengetahui mengenai aturan tersebut.
Pada umumnya berdasarkan informasi dari informan di zona 1, 2 dan 3 diketahui
bahwa masyarakat sudah biasa melakukan pembuangan sampah di malam hari.
Sedangkan pihak yang melakukan pengangkutan sampah di zona 1 baik oleh
PT. Godang Tua Jaya dan pihak swasta mandiri biasa melakukan pengambilan
sampah pada pagi hari. Pihak yang melakukan pengangkutan sampah di zona 2
baik oleh PT. Samhana Indah dan pihak swasta mandiri juga melakukan
pengambilan sampah pada pagi hari. Begitu pula pihak yang melakukan
pengangkutan sampah di zona 3 oleh DLHK Kota Pekanbaru juga biasa
melakukan pengambilan sampah pada pagi hari.
Diketahui dari Informasi Informan masih adanya masyarakat yang
melakukan pembakaran sampah dan dibuang disembarang tempat, penanganan
sampah yang dilakukan dengan cara dibakar dan dibuang di luar tempat atau
lokasi pembuangan yang telah ditetapkan. Hal ini termasuk hal yang dilarang
dilakukan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2014 dan
di dalam Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2014 juga telah diatur sanksi
administrasi atas pelanggaran tersebut. Bentuk sanksi administrasi yang
ditetapkan dapat berupa :
a. Teguran tertulis.
b. Perhentian sementara kegiatan.
c. Penutupan lokasi.
d. Pencabutan izin.
e. Paksaan pemerintah; dan / atau
f. Uang paksa.
68
Berdasarkan keterangan yang didapatkan dari DLHK Kota Pekanbaru
melalui Kepala Seksi Penegakan Hukum Lingkungan diketahui bahwa DLHK
Kota Pekanbaru telah melakukan razia dan berhasil melakukan operasi tangkap
tangan terhadap pihak yang membuang sampah sembarangan diluar lokasi yang
telah ditetapkan. DLHK Kota Pekanbaru juga telah membentuk Satuan Tugas
Penegakan Hukum (Satgas Gakkum) yang tersebar di 12 Kecamatan di Kota
Pekanbaru dimana terdapat 8 sampai dengan 9 personil di setiap kecamatan. Di
tahun 2020 ini Satgas Gakkum telah berhasil melakukan operasi tangkap tangan
tarhadap 2 pihak swasta mandiri yang melakukan pembuangan sampah di tempat
– tempat illegal, sedangkan untuk data berapa jumlah pihak swasta mandiri yang
melakukan pengumpulan dan pengangkutan sampah di Kota Pekanbaru dan yang
diduga melakukan pembuangan sampah disembarang tempat dan di TPS ilegal,
pihak DLHK mengatakan bahwa mereka tidak memiliki data tersebut.
Berdasarkan pertanyaaan "apakah bersedia ditempatkan TPS di daerah
Anda?", didapatkan informasi dari informan di zona 1, 2 dan 3 bahwa pada
dasarnya masyarakat tidak keberatan jika Pemerintah Daerah menambah jumlah
TPS di wilayah mereka tetapi masyarakat juga menginginkan supaya lokasi TPS
tidak terlalu dekat dengan pemukiman warga sehingga tidak menimbulkan bau
dan sumber penyakit bagi warga disekitarnya, hal ini dikarenakan selama ini
sampah selalu menumpuk dan berserakan di TPS sehingga TPS menjadi kotor dan
bau. Hal ini membuat pemerintah mengalami kesulitan untuk menentukan lokasi
TPS yang sesuai dengan keinginan warga karena sering kali terjadi lokasi yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah untuk menjadi TPS mendapat penolakan dari
warga di sekitar lokasi tersebut.
Selanjutnya berdasarkan pertanyaan "apakah anda puas dengan pelayanan
angkutan sampah yang dilakukan saat ini?", didapatkan informasi dari informan di
zona 1, 2 dan 3 bahwa mereka belum puas dengan pelayanan pengangkutan
persampahan yang ada karena masih banyak sampah yang tidak terangkut dan
masih minimnya sarana TPS yang tersedia. Sebenarnya masyarakat juga tidak
mau melakukan pembakaran sampah tetapi masyarakat tidak memiliki pilihan lain
karena tidak adanya TPS yang tersedia dan tidak ada petugas yang mengangkut
sampah.
69
4.2. PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/
KEBERSIHAN DI KOTA PEKANBARU
70
Keswadayaan Masyarakat Rukun Warga (LKM-RW). LKM-RW adalah lembaga
yang dibentuk masyarakat sebagai wadah yang dipercaya untuk melaksanakan
proses pemberdayaan melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis
Rukun Warga. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pihak DLHK Kota
Pekanbaru, penyetoran retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan yang
dilakukan oleh LKM-RW berdasarkan Surat Keputusan Walikota Nomor 100
tahun 2019 dilakukan dengan alur pada setiap bulan LKM-RW memungut uang
retribusi kepada wajib retribusi di masing – masing lingkungannya kemudian
LKM-RW akan menyetorkan uang retirbusi tersebut sebulan sekali ke Bendahara
Penerimaan DLHK Kota Pekanbaru yang didokumentasikan dengan bukti
kwitansi penyetoran untuk selanjutnya Bendara Penerimaan DLHK akan
menyetorkan ke Kas Daerah.
Berdasarkan data yang didapatkan dari DLHK Kota Pekanbaru tercatat
907 LKM-RW yang menjadi mitra kerja DLHK Kota Pekanbaru. Kemitraan
tersebut dituangkan dalam bentuk kerjasama antara DLHK Kota Pekanbaru dan
LKM-RW berupa Memorandum Of Understanding (MoU) yang ditandatangani
oleh Kepala DLHK Kota Pekanbaru sebagai Pihak I dengan Ketua LKM-RW
sebagai Pihak II. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa tidak semua
LKM-RW menandatangani MoU. Pada tahun 2018 hanya terdapat 60 (enam
puluh) LKM-RW yang mendatangani MoU sedangkan untuk tahun 2019 tidak
terdapat LKM-RW yang menandatangani MoU. Berdasarkan keterangan dari
DLHK Kota Pekanbaru didapatkan penjelasan bahwa salah satu alasan belum
ditandatanganinya MoU untuk tahun 2019 adalah LKM-RW menginginkan agar
di dalam MoU dicantumkan besaran insentif atau upah pungut retribusi
persampahan/ kebersihan. Lebih lanjut dijelaskan pada tahun 2019 terdapat 50
(lima puluh) LKM-RW yang sudah melakukan pemungutan hanya berdasarkan
SK Walikota Nomor 100 Tahun 2019.
Tetapi pada tahun 2020 terdapat perubahan petugas pemungut untuk
retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan untuk rumah tangga (non badan
usaha) jika sebelumnya juru pungut untuk rumah tangga dilakukan oleh LKM-
RW maka sejak tahun 2020 berdasarkan Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor
52 Tahun 2020 tentang Pengalihan Tugas Pelaksanaan Pemungutan Retribusi
71
Pelayanan Persampahan/Kebersihan di Kota Pekanbaru dari LKM-RW Kepada
DLHK Kota Pekanbaru maka pemungutan dilakukan oleh petugas pemungut yang
ditunjuk dan ditetapkan melalui Keputusan Kepala DLHK Kota Pekanbaru.
Berdasarkan keterangan yang diproleh dari pihak DLHK, Proses pemungutan
retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan oleh DLHK Kota Pekanbaru diawali
dengan penunjukkan juru pungut yang bertugas memungut langsung retribusi
pelayanan persampahan/ kebersihan kepada wajib retribusi. Bukti pembayaran
retribusi dengan menggunakan kartu retribusi rangkap dua, satu dipegang wajib
retribusi dan satu dipegang oleh juru pungut. Setiap wajib retribusi melakukan
pembayaran kepada juru pungut, juru pungut menandatangani kolom sesuai bulan
yang dibayar oleh wajib retribusi. Setelah melakukan pemungutan pada hari yang
sama juru pungut menyetorkan uang hasil pungutan kepada Bendahara
Penerimaan DLHK Kota Pekanbaru beserta rincian wajib retribusi yang
membayar dalam waktu 1 x 24 jam paling lambat jam 14:00 WIB setiap harinya.
Serah terima retribusi antara juru pungut dengan Bendahara Penerimaan
didokumentasikan dengan tanda terima serah terima uang. Kemudian dalam
waktu maksimal 1 x 24 jam Bendahara Penerimaan menyetorkan uang retribusi
tersebut ke Kas Daerah.
Selain itu diperoleh juga keterangan bahwa ada mekanisme atau alur lain
yang dilakukan, dimana wajib retribusi langsung menyetor ke Kas Daerah
kemudian menyampaikan bukti setor tersebut ke Bendahara Penerimaan DLHK
Kota Pekanbaru untuk dicatat sebagai penerimaan retribusi. Namun berdasarkan
keterangan yang didapatkan dari DLHK Kota Pekanbaru bahwa pihak wajib
retribusi setelah menyetor tidak melaporkan bukti pembayaran tersebut ke ke
Bendahara Penerimaan DLHK Kota Pekanbaru, justru dari Pihak BAPENDA
Kota Pekanbaru yang melaporkan adanya penyetoran retribusi pelayanan
persampahan/ kebersihan ke pihak DLHK Kota Pekanbaru sehingga harus
dilakukan rekonsiliasi data antara DLHK Kota Pekanbaru dengan BAPENDA
Kota Pekanbaru, hal ini dikarenakan sistem pencatatan masih dilakukan secara
manual tanpa menggunakan sistem yang terintegrasi. Disamping itu berdasarkan
keterangan dari DLHK Kota Pekanbaru didapatkan juga cara pembayaran yang
72
dilakukan oleh wajib retribusi secara langsung ke Bendahara Penerimaan DLHK
Kota Pekanbaru dan diberikan tanda terima kwitansi sebagai bukti penyetoran.
Tabel 4.24
Target dan Realisasi Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan
Tahun 2014 s/d Tahun 2019
Dinas
Dinas
Perdagangan
Tahun Keterangan Dinas Pasar Kecamatan Kebersihan dan DLHK Jumlah Persen
dan
Pertamanan
Perindustrian
73
Gambar 7
Target dan Realisasi Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan
Tahun 2014 s/d 2019
50,000,000,000
45,000,000,000
40,000,000,000
35,000,000,000
30,000,000,000
25,000,000,000
20,000,000,000
15,000,000,000
10,000,000,000
5,000,000,000
DINAS PASAR
KECAMATAN
DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERSIHAN
DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN
Berdasarkan tabel dan gambar diatas terlihat bahwa target untuk retribusi
persampahan/ kebersihan dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 terus
mengalami kenaikan bahkan kenaikan target dari tahun 2015 ke tahun 2016 diatas
100%. Sedangkan di tahun 2019 target mengalami penurunan dibandingkan
dengan tahun 2018, jika dibandingkan dengan tingkat realisasi retribusi pelayanan
persampahan maka terlihat pada gambar 7 diatas bahwa realisasi retribusi
pelayanan persampahan/ kebersihan secara umum dari tahun 2014 sampai dengan
tahun 2019 terus mengalami peningkatan walaupun masih dibawah target, hanya
di tahun 2016 realisasi mengalami penurunan di bandingkan dengan tahun
sebelumnya.
74
Dari Tabel 4.24 dan gambar 7 juga bisa dilihat bahwa penyetoran yang
dilakukan oleh Dinas Pasar pada tahun 2014 telah mencapai 99% dari target yang
ditetapkan selanjutnya pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 telah melebihi
100% dari target yang ditetapkan. Selanjutnya pada tahun 2016 untuk
pemungutan retribusi kebersihan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Pekanbaru, dari target retribusi yang ditetapkan hanya terealisasi
sebesar 5,48%. Selanjutnya karena ada perubahan SOTK perangkat daerah maka
pada tahun 2017 pemungutan retribusi dilakukan oleh DLHK Kota Pekannaru.
Berdasarkan pada Tabel 4.24 dibawah ini akan diperlihatkan tingkat pencapaian
realisasi yang berasal dari Bendahara Penerimaan DLHK Kota Pekanbaru dimana
sumber penerimaannya berasal dari penyetoran THL, LKM-RW dan setoran
langsung yang dilakukan oleh Badan Usaha di Kota Pekanbaru ke Bendahara
Penerimaan DLHK Kota Pekanbaru pada tahun 2019.
Tabel 4.25
Realisasi Retribusi Persampahan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Tahun 2019
Setor Ke
No Bulan THL LKM-RW Jumlah
Kantor
1 Januari 347.385.000 37.503.000 49.880.000 434.768.000
2 Februari 339.550.000 24.472.000 51.100.000 415.122.000
3 Maret 367.305.000 25.860.000 54.505.000 447.670.000
4 April 355.005.000 19.447.000 64.040.000 438.492.000
5 Mei 344.740.000 25.627.000 84.360.000 454.727.000
6 Juni 354.080.000 13.614.000 70.980.000 438.674.000
7 Juli 353.230.000 23.014.000 72.950.000 449.194.000
8 Agustus 369.280.000 17.865.000 80.610.000 467.755.000
9 September 361.180.000 24.742.000 79.577.000 465.499.000
10 Oktober 361.180.000 17.807.000 79.675.000 458.662.000
11 November 372.095.000 19.777.000 80.418.000 472.290.000
12 Desember 374.295.000 31.335.000 109.140.000 514.770.000
Total 4.299.325.000 281.063.000 877.235.000 5.457.623.000
Sumber : DLHK Kota Pekanbaru
75
Gambar 8
Realisasi Retribusi Persampahan/ Kebersihan DLHK Kota Pekanbaru
Tahun 2019
600,000,000
500,000,000
400,000,000
300,000,000
200,000,000
100,000,000
Gambar 9
Realisasi Retribusi Persampahan/ Kebersihan THL dan LKM-RW
Tahun 2019
DLL (SETOR
KANTOR)
16%
LKM RW
5%
THL
79%
76
Berdasarkan data pada tabel 4.25 serta gambar 8 dan 9 yang telah
ditampilkan dapat digambarkan bahwa penyetoran atas retribusi pelayanan
persampahan/ kebersihan terbesar dilakukan oleh THL sebesar Rp. 4.299.325.000
atau 79%, selanjutnya oleh badan usaha yang menyetor langsung ke Bendahara
Penerimaan DLHK Kota Pekanbaru sebesar Rp. 877.235.000 atau 16%,
sedangkan penyetoran terkecil dilakukan oleh LKM-RW yang memungut wajib
retribusi pemilik rumah hanya sebesar Rp. 281.063.000 atau 5%.
Tabel 4.26
Realisasi Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan
Yang Dipungut LKM RW Tahun 2019
77
Berdasarkan data pada tabel 4.26 diatas terlihat bahwa penyetoran dari
LKM-RW zona 1 yang berjumlah 320 LKM-RW dari wilayah Kecamatan
Tampan, Payung Sekaki dan Marpoyan hanya terealisasi sebesar 0,01%.
Sedangkan realisasi penyetoran dari wilayah zona 2 yang terdiri 431 LKM-RW
dari wilayah Kecamatan Tenaya Raya, Kecamatan Bukit Raya, Kecamatan
Sukajadi, Kecamatan Sail, Kecamatan Pekanbaru Kota, Kecamatan Senapelan dan
Kecamatan Limapuluh hanya terealisasi sebesar 0,35%. Untuk zona 3 yang terdiri
dari 156 LKM-RW dari wilayah Kecamatan Rumbai dan Kecamatan Rumbai
Pesisir hanya terealisasi sebesar 0,2%.
Kecilnya jumlah LKM-RW yang melakukan penyetoran atas retribusi
pelayanan persampahan/ kebersihan sangat mempengaruhi jumlah realisasi
retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan dari sektor rumah tangga.
Berdasarkan wawancara dilapangan dengan DLHK Kota Pekanbaru maka
didapatkan keterangan bahwa salah satu alasan LKM-RW tidak mau memungut
dan menyetor retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan di wilayahnya
dikarenakan LKM-RW meminta pembagian hasil yang jelas atas retribusi
pelayanan persampahan/ kebersihan yang dipungut dengan alasan LKM-RW juga
membutuhkan biaya operasional untuk melaksanakan pemungutan di wilayahnya.
Selanjutnya untuk pemungutan retribusi pelayanan persampahan/
kebersihan yang dilakukan oleh LKM-RW, berdasarkan wawancara yang
dilakukan di lapangan di dapatkan beberapa kendala terkait dengan pemungutan
retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan :
78
3. Masih banyaknya pihak – pihak ilegal yang ikut memungut retribusi
pelayanan persampahan/ kebersihan sehingga adanya kebocoran realisasi
retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan di Kota Pekanbaru.
4. Kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan retribusi
kebersihan rumah tangga serta pencatatan retribusi kebersihan masih
dilakukan secara manual, sehingga potensi kebocoran retribusi cukup tinggi.
Tabel 4.27
Potensi Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan
Dari Sektor Pemilik Rumah Kota Pekanbaru
79
Dari data tabel diketahui jumlah rumah tangga mulai tahun 2020 hingga
tahun 2022 dihitung menggunakan rata – rata peningkatan jumlah rumah tangga
per tahun yang dihitung dari pertumbuhan rumah tangga mulai tahun 2015 sampai
dengan 2019. Secara rata – rata jumlah peningkatan rumah tangga di Kota
Pekanbaru dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 sebesar 6.000 rumah
tangga. Sedangkan data dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2022 merupakan
data proyeksi perkiraan jumlah rumah tangga yang akan timbul di Kota
Pekanbaru. Berdasarkan hitungan proyeksi yang dilakukan dengan menggunakan
asumsi perkiraan pertumbuhan rata – rata setiap tahun sebesar 2,44 %.
Melihat data proyeksi jumlah rumah tangga pada tahun 2020 sebesar
286.761 jika dikalikan dengan tarif untuk pemilik rumah kelas 3 sebesar Rp 5.000
maka per bulan didapatkan potensi retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan
sebesar Rp. 1.433.805.000 dan untuk 1 tahun didapatkan nilai sebesar
Rp. 17.205.660.000. Besarnya nilai potensi retribusi pelayanan persampahan/
kebersihan rumah tangga seharusnya menjadi perhatian serius bagi DLHK Kota
Pekanbaru untuk dapat mengoptimalkan pemungutan potensi retribusi tersebut.
Asumsi penghitungan potensi retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan untuk
pemilik rumah menggunakan asumsi terendah kelas 3 yang mana merupakan nilai
terendah bila dibandingkan dengan tarif retribusi rumah kelas 2 sebesar Rp 7.000
dan kelas 1 sebesar Rp 10.000. Perbedaan kelas 1, 2 dan 3 didasarkan pada luas
bangunan rumah maka jika dibandingkan dengan nilai realisasi retribusi
pelayanan persampahan/ kebersihan yang disetorkan dari DLHK Kota Pekanbaru
ke Badan Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru setiap tahun dari tahun 2014
sampai 2019 dimana nilai yang disetorkan dibawah Rp 6.000.000.000 bisa
dikatakan bahwa terjadi kesenjangan yang sangat tinggi antara potensi dengan
realisasi yang tercapai.
Jika dilihat dari sisi tarif yang ditetapkan berdasarkan Perwako Nomor 14
Tahun 2020, tarif retribusi kebersihan untuk rumah kelas 1 dengan luas 120 m2
sebesar Rp. 10.000/ bulan dan untuk rumah kelas 2 dengan luas 55 m2 s/d 120 m2
sebesar Rp. 7.000/ bulan serta untuk rumah kelas 3 dengan luas < 54 m2 sebesar
Rp. 5.000/bulan maka perlu dilakukan penyesuaian tarif retribusi dengan
pertimbangan tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi untuk dapat
80
menambah PAD Kota Pekanbaru dari sektor retribusi retribusi pelayanan
persampahan/ kebersihan rumah tangga.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pihak DLHK melalui Kasi
Retribusi dan Penagihan, diketahui bahwa saat ini Pihak DLHK telah survey dan
melakukan kajian untuk melakukan penyesuaian tarif retribusi sampah/
kebersihan sektor rumah tangga bekerjasama dengan pihak akademisi dari
Universitas Riau.
Selain itu dukungan sumber daya manusia yang profesional dalam
melakukan pemungutan retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan dari wajib
retribusi pemilik rumah sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan pemungutan
retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan dari segi rumah tangga, karena juru
pungut retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan inilah yang akan menjadi
ujung tombak pemerintah untuk mendapatkan nilai realisasi yang sesuai dengan
potensi yang ada. Sehingga disisi lain Pemerintah Kota Pekanbaru harus bisa
memberikan pelayanan yang maksimal dalam pengelolaan persampahan agar
masyarakat Kota Pekanbaru mendapatkan kepuasan atas pelayanan yang
diberikan sehingga para wajib retribusi aktif dalam melakukan pembayaran atas
pelayanan yang telah diberikan.
81
rumah tangga yang semula LKM-RW dialihkan kepada petugas THL DLHK di
tahun 2020 diharapkan realisasi retribusi pelayanan persampahan/kebersihan dari
sektor rumah tangga bisa mencapai target yang ditetapkan.
Untuk melaksanakan pemungutan retribusi tersebut maka perlu dilakukan
penghitungan ulang atas jumlah tenaga sumber daya manusia yang dibutuhkan
oleh DLHK Kota Pekanbaru agar dapat melakukan penagihan atas semua wajib
retribusi rumah tangga sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur dalam Perwako
Nomor 14 Tahun 2020 tentang Tatakelola Retribusi Pelayanan Persampahan/
Kebersihan Kota Pekanbaru. Berikut pada tabel 4.28 ditampilkan asumsi
perhitungan untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga sumber daya manusia
yang dibutuhkan.
Tabel 4.28
Asumsi Penghitungan Kebutuhan Juru Pungut Retribusi Kebersihan
Tahun 2020
82
penduduk diatas 5.000 per km2 dan 8 menit di kecamatan dengan dengan
kepadatan penduduk dibawah 5.000 per km2, jam kerja efektif yang
digunakan untuk memungut retribusi adalah 5,5 jam perhari dari total 7,5 jam
kerja per hari.
2. Setiap 1 orang juru pungut mampu mendatangi 66 rumah dalam 1 hari di
kecamatan dengan kepadatan penduduk diatas 5.000/km2, dan 41 rumah
dalam 1 hari di kecamatan dengan kepadatan penduduk dibawah 5.000/km2.
3. Dalam 1 bulan dengan asumsi 30 hari kerja maka seorang juru pungut mampu
mendatangi sebanyak 1.980 rumah per bulan di kecamatan dengan kepadatan
penduduk diatas 5.000 per km2 dan 1.230 rumah di kecamatan dengan
kepadatan penduduk dibawah 5.000 per km2.
4. Sehingga jumlah tenaga pemungut yang dibutuhkan bisa dihitung dengan
membagi jumlah rumah tangga yang ada dengan 1.230 dan 1.980.
Pada tahun 2020, berdasarkan data yang diperoleh dari DLHK Kota
Pekanbaru jumlah THL yang ada sampai dengan bulan Juli 2020 sebanyak 200
orang yang bertugas melakukan pemungutan retribusi ke 12 kecamatan yang ada
di Kota Pekanbaru dan seluruh potensi Badan Usaha dengan jumlah THL yang
bertugas bervariasi di setiap kecamatan. Dari 200 THL yang bertugas dilakukan
pembagian lagi dimana terdapat 46 orang yang bertugas memungut retribusi pada
Badan Usaha, 148 orang bertugas memungut retribusi di sektor rumah tangga dan
6 orang bertugas menerima setoran di kantor DLHK. Berdasarkan penghitungan
proyeksi kebutuhan tenaga juru pungut yang diperlukan untuk memungut wajib
retribusi pemilik rumah pada tahun 2020 adalah sebanyak 215 orang maka
kebutuhan tenaga juru pungut retribusi baru terpenuhi sebesar 68,8%. Untuk
perhitungan kebutuhan tenaga juru pungut retribusi tahun 2021 dan tahun 2022
dapat dilihat pada tabel 4.29 berikut :
Tabel 4.29
Asumsi Penghitungan Kebutuhan Juru Pungut Retribusi Kebersihan
Tahun 2021 dan 2022
Proyeksi Proyeksi
Jumlah Jumlah
Kebutuhan Kebutuhan
Kecamatan Rumah Rumah
Tahun Tahun
Tangga 2021 Tangga 2022
2021 2022
Tampan 55.426 45 56.778 46
83
Tenayan Raya 41.996 34 43.020 35
Rumbai 20.339 16 20.836 17
Rumbai Pesisir 21.262 17 21.781 18
Payung Sekaki 29.334 24 30.049 24
Bukit Raya 29.322 24 30.038 24
Marpoyan Damai 40.242 33 41.224 33
Sail 7.413 4 7.594 4
Sukajadi 14.857 8 15.220 8
Limapuluh 13.496 7 13.826 7
Pekanbaru Kota 8.061 4 8.258 4
Senapelan 12.009 5 12.302 6
Total 293.758 220 300.926 226
Sumber : Data Olahan
Berdasarkan tabel 4.29 dapat diketahui bahwa pada tahun 2021 kebutuhan
tenaga juru pungut retribusi naik menjadi 220 orang dari tahun 2020 dan pada
tahun 2022 kebutuhan tenaga juru pungut retribusi kembali mengalami kenaikan
menjadi 226 orang hal ini terjadi karena adanya penambahan jumlah wajib
retribusi. Perbandingan kebutuhan juru pungut tahun 2021 dengan tahun 2022
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 10
Perbandingan Kebutuhan Juru Pungut Tahun 2021 Dan Tahun 2022
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
84
Dengan terpenuhinya kebutuhan juru pungut retribusi maka diharapkan
potensi retribusi rumah tangga yang selama ini belum dipungut dapat
dioptimalkan. Untuk mekanisme pemungutan retribusi pelayanan persampahan/
kebersihan dari sektor pemilik rumah yang dilakukan oleh DLHK Kota
Pekanbaru, terdapat beberapa catatan yang bisa menjadi bahan perbaikan dalam
mengoptimalisasikan pemungutan dan pencatatan pendapatan asli daerah dari
sektor retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan, antara lain :
1. Melakukan pendataan wajib retribusi sektor rumah tangga sesuai dengan
kriteria yang tercantum dalam Perwako Nomor 14 Tahun 2020.
2. Melakukan revisi terhadap jenis dan tarif retribusi sektor rumah tangga.
3. Menambah jumlah tenaga pemungut dan jumlah tenaga pemungut retribusi
pelayanan persampahan/ kebersihan yang ditempatkan di kecamatan
disesuaikan dengan jumlah rumah tangga yang ada di wilayah tersebut.
4. Penyetoran uang pemungutan retribusi langsung dilakukan oleh tenaga
pemungut reribusi paling lambat 1 x 24 jam ke Bendahara Penerimaaan
DLHK Kota Pekanbaru dengan menggunakan aplikasi pencatatan retribusi
yang terintegrasi.
5. Pembayaran retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan dapat dilakukan
oleh masyarakat secara non tunai kepada petugas pemungut retribusi atau
dapat melakukan pembayaran retribusi melalui aplikasi secara online serta
dapat pula melakukan pembayaran retribusi di gerai-gerai ATM maupun pada
gerai-gerai perbelanjaan sehingga masyarakat memiliki kemudahan dalam
membayar retribusi dengan adanya beberapa pilihan cara melakukan
pembayaran sehingga dapat meminimalkan tingkat kebocoran setoran retribusi
kebersihan.
6. Uang retribusi yang disetorkan ke kas daerah tidak lagi dicatat secara manual
tetapi menggunakan aplikasi pencatatan yang terintegrasi dengan Bapenda
Kota Pekanbaru, sehingga pencatatan setoran retribusi yang masuk menjadi
lebih akurat dan akuntabel.
Jika pemungutan retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan dari sektor
rumah tangga ingin dioptimalkan maka pelayanan persampahan dalam hal ini
pengumpulan dan pengangkutan sampah juga harus dioptimalkan dengan
85
dukungan sarana dan prasarana yang memadai serta personil yang mencukupi.
Kesenjangan sarana armada dan petugas pengangkutan antara jumlah yang
tersedia dengan kebutuhan riil menjadi perhatian serius bagi DLHK Kota
Pekanbaru jika ingin mengoptimalkan pendapatan dari retribusi kebersihan
dikarenakan masyarakat akan keberatan dan enggan untuk membayar retribusi
jika sampah mereka tidak diangkut karena retribusi tersebut adalah merupakan
balas jasa langsung atas layanan yang diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat, yang dalam hal ini adalah layanan pengumpulan dan pengangkutan
sampah.
86
rata – rata diatas nilai yang ditetapkan oleh Peraturan Walikota Nomor 14 Tahun
2020 tentang Tatakelola Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan di Kota
Pekanbaru dimana untuk wajib retribusi pemilik rumah dikenakan 3 (tiga) jenis
tarif yaitu Rp. 10.000 (sepuluh ribu rupiah) untuk kelas 1 dengan luas rumah 120
m2 ketas, Rp. 7.000 (tujuh ribu rupiah) untuk kelas 2 dengan luas rumah 55 m2
s/d 120 m2 dan Rp. 5.000 (lima ribu rupiah) untuk kelas 3 dengan luas rumah <
54 m2.
Berdasarkan keterangan dari informan di zona 2 masyarakat rata – rata tidak
mengetahui besaran pembayaran resmi retribusi pelayanan persampahan/
kebersihan yang ditetapkan dalam Peraturan Walikota Nomor 14 Tahun 2020.
Pembuangan sampah yang terjadi di wilayah zona 2 cukup beragam ada yang
dibakar, diangkut oleh rekanan resmi DLHK Kota Pekanbaru yaitu PT. Samhana
Indah, diangkut oleh pihak swasta mandiri, diangkut atau dikelola oleh RW/ RT
dan juga membuang sendiri ke TPS.
Berdasarkan keterangan dari informan di zona 3 masyarakat rata – rata juga
tidak mengetahui besaran pembayaran resmi retribusi pelayanan persampahan/
kebersihan yang ditetapkan dalam Peraturan Walikota Nomor 14 Tahun 2020,
karena masyarakat pada zona 3 melakukan pembuangan sampah dengan cara
dibakar walaupun tetap ada yang diangkut oleh DLHK Kota Pekanbaru.
Selanjutnya berdasarkan pertanyaan "jika anda tidak membayar retribusi,
sebutkan alasannya?", didapatkan keterangan dari informan di zona 1 untuk
masyarakat yang membuang sampahnya dengan cara dibakar tidak membayar
retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan karena tidak ada pihak yang
memungut iuran retribusi dan masyarakat juga menolak membayar karena sampah
mereka tidak diangkut. Tetapi berdasarkan informasi dari informan di wilayah
zona 1 diketahui juga bahwa ada masyarakat yang mendapat pelayanan
pengangkutan sampah dari PT. Godang Tua Jaya akan tetapi tidak pernah
membayar iuran retribusi pelayanan persampahan dikarenakan tidak ada pihak
yang memungut iuran retribusinya.
Untuk zona 2, pengelolaan sampah dengan cara dibakar maka meraka tidak
melakukan pembayaran iuran retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan,
sedangkan masyarakat yang mendapat pelayanan pengangkutan persampahan dari
87
PT. Samhana Indah ada yang membayar iuran dan ada yang tidak membayar iuran
retribusi karena tidak ada pihak yang memungut.
Untuk zona 3, bagi masyarakat yang pengelolaan sampah nya dengan cara
dibakar maka berdasarkan keterangan dari informan di zona 3 meraka tidak
melakukan pembayaran iuran retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan.
Selanjutnya untuk pertanyaan "bagi anda yang telah membayar, berapakah
nilai retribusi yang anda bayar perbulan?", didapatkan keterangan dari informan di
zona 1 masyarakat rata – rata tidak mengetahui besaran pembayaran resmi
retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan yang ditetapkan dalam Peraturan
Walikota Nomor 14 Tahun 2020. Untuk pengangkutan sampah yang dilakukan
oleh mandiri besaran iuran pembayaran sampah bervariasi mulai dari Rp. 17.500,-
sampai dengan Rp. 60.000,- Ada juga yang melakukan pembayaran ke LKM-RW
dengan nominal sebesar Rp. 25.000,-. Untuk pembayaran ke pihak mandiri bisa
dipastikan tidak disetorkan ke DLHK Kota Pekanbaru sehingga terjadi kebocoran
yang cukup tinggi mengingat jumlah yang dibayarkan ke pihak mandiri cukup
besar ada yang bernilai Rp. 60.000,- perbulan dibandingkan dengan iuran retribusi
yang resmi berdasarkan Perwako Nomor 14 Tahun 2020 dimana jumlah tertinggi
untuk rumah tangga hanya sebesar Rp. 10.000,-.
Bagi masyarakat di zona 2 yang mendapat pelayanan persampahan dari
rekanan resmi DLHK Kota Pekanbaru meraka melakukan pembayaran ke LKM-
RW yang bertugas memungut dengan jumlah pembayaran yang beragam mulai
dari Rp. 10.000,-, Rp. 15.000,-, Rp. 20.000,- sampai dengan Rp. 50.000,-.
Berdasarkan data yang didapatkan dari DLHK Kota Pekanbaru jumlah LKM-RW
dari wilayah zona 2 yang melakukan penyetoran ke DLHK Kota Pekanbaru
sekitar 0,35 % jumlah ini sangat kecil. Disini tentu terjadi kebocoran yang cukup
tinggi mengingat besaran iuran yang disetor oleh masyarakat ke LKM-RW cukup
besar ada yang mencapai Rp 50.000,- perbulan.
Dari informasi dari informan di zona 2 yang mendapat pelayanan
pengangkutan persampahan dari pihak RT yang mengelola sendiri tentu juga
melakukan pembayaran iuran sampah ke pihak RT dengan besaran iuran sampah
juga bervariasi mulai dari Rp. 5.000,-, Rp. 10.000,- dan Rp. 20.000,-.Didapatkan
juga informasi dari informan di wilayah zona 2 dimana terdapat masyarakat yang
88
membuang sampahnya sendiri langsung ke TPS tetapi juga melakukan
pembayaran iuran retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan karena dipungut
oleh LKM-RW dengan besaran iuran yang harus dibayar sebesar Rp. 15.000,-
perbulan dan bukti pembayaran berupa kartu langganan. Sedangkan masyarakat
yang mendapat pelayanan pengangkutan persampahan dari pihak mandiri, mereka
juga melakukan pembayaran iuran sampah perbulan ke pihak swasta mandiri
dengan variasi pembayaran mulai dari Rp. 20.000,-, Rp. 25.000,- dan Rp. 30.000,-
dengan bukti pembayaran berupa kartu langganan.
Sedangkan masyarakat di zona 3 yang mendapat pelayanan pengangkutan
persampahan mereka membayar iuran retribusi pelayanan persampahan/
kebersihan ke LKM-RW. Pembayaran iuran retribusi pelayanan persampahan/
kebersihan ke LKM-RW juga beragam mulai dari Rp. 10.000,-, Rp. 20.000,- dan
Rp. 60.000,- perbulan. Berdasarkan data yang didapatkan dari DLHK Kota
Pekanbaru jumlah LKM-RW dari wilayah zona 3 yang melakukan penyetoran ke
DLHK Kota Pekanbaru sekitar 0,2 % jumlah ini sangat kecil. Disini tentu terjadi
kebocoran yang cukup tinggi mengingat besaran iuran yang disetor oleh
masyarakat ke LKM-RW cukup besar ada yang mencapai Rp. 60.000,- perbulan.
Berdasarkan pertanyaan "apa tanda bukti pembayaran retribusi yg diberikan
oleh petugas kepada anda dan kapan anda melakukan pembayaran retribusi
tersebut?", didapatkan keterangan dari hasil wawancara dengan informan di zona
1 untuk bukti pembayaran retribusi kebersihan baik pihak mandiri dan LKM-RW
menggunakan kartu langganan. Serta masyarakat biasa melakukan pembayaran
uang iuran sampah baik ke pihak mandiri dan LKM-RW setiap bulan.
Berdasarkan informasi dari masyarakat di zona 2 maka pembayaran iuran
biasa dilakukan per bulan dan bukti pembayaran itu sendiri ada yang berupa kartu
langganan dan ada yang hanya dicatat oleh LKM-RW. Sedangkan berdasarkan
informasi dari informan di zona 3 maka bukti pembayaran juga berupa kartu
langganan dan masyarakat juga melakukan pembayaran setiap bulan.
Berdasarkan pertanyaan "menurut anda bagaimana nilai pembayaran
retribusi pelayanan persampahan yang Anda bayarkan saat ini?", didapatkan
informasi dari informan di wilayah zona 1 bahwa masyarakat menganggap wajar
dan tidak keberatan meskipun dipungut oleh diatas Rp. 10.000,- perbulan, yang
89
penting bagi masyarakat adalah sampah terangkut dan lingkungan menjadi sehat
dan bersih. Sehingga masyarakat juga menganggap wajar dan tidak keberatan
meskipun dipungut oleh pihak DLHK atau pihak mandiri retribusi diatas Rp.
10.000,- perbulan karena sampahnya diangkut.
Bagi masyarakat yang mendapat pelayanan pengangkutan persampahan dari
rekanan resmi DLHK Kota Pekanbaru menganggap pelayanan yang diberikan
oleh Pemerintah Kota Pekanbaru sudah cukup walaupun sampahnya terangkut
minimal 3 kali dalam seminggu. Sedangkan bagi masyarakat yang masih belum
mendapat pelayanan pengangkutan sampah tentu belum puas dengan pelayanan
persampahan yang ada.
Berdasarkan informasi dari informan di wilayah zona 2 maka masyarakat
yang mendapat pelayanan pengangkutan sampah baik setiap hari maupun 3 kali
seminggu tidak mempermasalahkan pihak yang mengangkut baik pihak resmi dari
PT. Samhana Indah maupun pihak diluar rekanan resmi dari DLHK Kota
Pekanbaru yang penting bagi masyarakat adalah sampah terangkut dan
lingkungan menjadi sehat dan bersih. Sehingga masyarakat juga menganggap
wajar dan tidak keberatan meskipun dipungut pembayaran sebesar diatas Rp.
10.000,- perbulan karena sampahnya diangkut. Bagi masyarakat yang telah
mendapat pelayanan pengangkutan persampahan dari rekanan resmi DLHK Kota
Pekanbaru menganggap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Kota
Pekanbaru sudah cukup dimana sampahnya terangkut ada yang setiap hari atau
minimal 3 kali dalam seminggu. Sedangkan bagi masyarakat yang masih belum
mendapat pelayanan pengangkutan persampahan tentu belum puas dengan
pelayanan persampahan yang ada, namun jika mereka mendapat pelayanan dan
harus membayar retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan ke Pemerintah
Kota Pekanbaru, maka masyarakat tidak keberatan untuk membayar retribusi
tersebut apalagi setelah mereka mengetahui jika iuran resmi retribusi pelayanan
persampahan/ kebersihan hanya berkisar dari Rp. 5.000,- sampai dengan
Rp. 10.000,- perbulan untuk sampah rumah tangga.
Berdasarkan informasi dari informan di wilayah zona 3 maka masyarakat
yang mendapat pelayanan pengangkutan sampah 3 kali seminggu tidak
mempermasalahkan waktu pengangkutan yang tidak setiap hari yang penting bagi
90
masyarakat adalah sampah terangkut dan lingkungan menjadi sehat dan bersih.
Sehingga masyarakat juga menganggap wajar dan tidak keberatan meskipun
dipungut pembayaran diatas Rp. 10.000,- perbulan karena sampahnya diangkut.
Bagi masyarakat yang mendapat pelayanan pengangkutan persampahan dari
rekanan resmi DLHK Kota Pekanbaru menganggap pelayanan yang diberikan
oleh Pemerintah Kota Pekanbaru sudah cukup dimana sampahnya terangkut
minimal 3 kali dalam seminggu. Sedangkan bagi masyarakat yang masih belum
mendapat pelayanan pengangkutan persampahan tentu belum puas dengan
pelayanan persampahan yang ada, namun jika mereka mendapat pelayanan dan
masyarakat harus membayar retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan ke
Pemerintah Kota Pekanbaru maka masyarakat tidak keberatan apalagi mengetahui
iuran resmi retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan hanya berkisar dari
Rp. 5.000,- sampai dengan Rp. 10.000,- perbulan.
91
5. Pengumpulan/ pengangkutan sampah didominasi dengan menggunakan dump
truck, sehingga tidak bisa menjangkau jalan kecil atau gang-gang kecil untuk
mengumpulkan/ mengangkut sampah.
6. Belum tersedianya armada dan petugas pengangkutan sampah yang sesuai
dengan kebutuhan. Jumlah armada yang digunakan saat ini antara lain : becak
motor 11 unit, pick up 20 unit, arm roll truck 12 unit, fuso 3 unit dan dump
truck 58 unit.
7. Kurangnya pengawasan terhadap jadwal pengumpulan/ pengangkutan
sampah dan jalur/ rute pengangkutan sampah. Berdasarkan keterangan yang
diperoleh dilapangan diketahui bahwa pada saat ini jam kerja, ritasi, rute yang
dilalui oleh armada belum terpantau.
8. Belum adanya data potensi retribusi pelayanan kebersihan untuk rumah
tangga belum disusun berdasarkan dengan jumlah dan luas rumah yang ada di
Kota Pekanbaru.
9. Adanya wajib retribusi yang tidak membayar retribusi pelayanan
persampahan/ kebersihan karena sampah mereka tidak diangkut/ diambil oleh
petugas atau dikarenakan tidak ada petugas yang memungut retribusi.
10. LKM-RW yang menyetor retribusi ke DLHK Kota Pekanbaru hanya 50
LKM-RW atau 5,5% saja dari 907 LKM-RW yang ada.
11. Pengelolaan dan pengawasan terhadap pemungutan retribusi pelayanan
persampahan/ kebersihan retribusi yang dilaksanakan oleh pihak DLHK Kota
Pekanbaru dan LKM-RW belum optimal dan belum memanfaatkan
Teknologi Informasi sehingga terdapat kebocoran setoran retribusi.
12. Jumlah juru pungut retribusi DLHK sebanyak 148 orang yang bertugas di 12
Kecamatan masih belum memadai dibandingkan dengan jumlah wajib
retribusi rumah tangga yang ada di Kota Pekanbaru.
92
4.4 PERAN SERTA SELURUH STAKEHOLDER DALAM
OPTIMALISASI RETRIBUSI PELAYANAN KEBERSIHAN DAN
PENGELOLAAN SAMPAH
93
• Mensosialisasikan dan menghimbau warga agar dapat membayar retirbusi
kebersihan secara rutin karena bukti pembayaran retribusi akan dijadikan
sebagai salah satu persyaratan dalam pelayanan.
Keterlibatan dari pihak kelurahan dan kecamatan dalam mendukung
keberhasilan pengelolaan persampahan bisa diwujudkan dengan cara :
• Membantu memetakan titik tempat pembuangan sementara (TPS) diwilayah
kecamatan berkoordinasi dengan RT/ RW dan DLHK Kota Pekanbaru.
• Berpartisipasi aktif dalam memantau dan mengawasi tumpukan sampah yang
berada di wilayah kelurahan dan kecamatan seperti pada tempat pembuangan
sampah illegal.
• Mengadakan perlombaan RW terbersih dan kelurahan terbersih untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang
bersih dan asri.
Selanjutnya Dukungan juga dapat diberikan oleh Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kota Pekanbaru, Dinas Penanaman Modal Pelayanan Satu Pintu
Kota Pekanbaru dan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia dengan mempersyaratkan bukti pembayaran retribusi pelayanan
persampahan/ kebersihan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
pelayananan pada instansi tersebut. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) juga
dapat berperan memberikan dukungan dengan membentuk tim penegakan hukum
bersama DLHK Kota Pekanbaru, baik dalam rangka penegakkan Perda Nomor 8
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Persampahan maupun Perda Nomor 10 Tahun
2012 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan di Kota Pekanbaru.
94
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
95
diambil oleh petugas atau dikarenakan tidak ada petugas yang
memungut retribusi.
d) LKM-RW yang menyetor retribusi ke DLHK Kota Pekanbaru
hanya 50 LKM-RW atau 5,5% saja dari 907 LKM-RW yang ada.
e) Pengelolaan dan pengawasan terhadap pemungutan retribusi
pelayanan persampahan/ kebersihan retribusi yang dilaksanakan
oleh pihak DLHK Kota Pekanbaru dan LKM-RW belum optimal
dan belum memanfaatkan Teknologi Informasi sehingga terdapat
kebocoran setoran retribusi.
f) Masih terdapat masyarakat yang membayar retribusi pelayanan
persampahan/ kebersihan melebihi tarif yang telah ditentukan
sesuai dengan Perwako Nomor 14 Tahun 2020.
g) Terdapat perubahan petugas pemungut untuk retribusi pelayanan
persampahan/ kebersihan untuk rumah tangga (non badan usaha)
jika sebelumnya juru pungut untuk rumah tangga dilakukan oleh
LKM-RW maka sejak tahun 2020 pemungutan dilakukan oleh
petugas yang ditunjuk dan ditetapkan melalui Keputusan Kepala
DLHK Kota Pekanbaru.
h) Jumlah juru pungut DLHK sebanyak 148 orang yang bertugas di 12
Kecamatan, jumlah tersebut masih belum sebanding dengan jumlah
wajib retribusi rumah tanggayang ada di Kota Pekanbaru.
3. Belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan persampahan/
kebersihan dan sistem pemungutan retribusi pelayanan persampahan/
kebersihan di Kota Pekanbaru menjadi faktor penghambat optimalisasi
pungutan retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan di Kota
Pekanbaru.
96
5.2 Rekomendasi
97
2. Rekomendasi optimalisasi pelaksanaan pungutan retribusi pelayanan
persampahan/ kebersihan di Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut :
a) Perlu melakukan pendataan jumlah dan luas rumah sesuai dengan
Peraturan Walikota Nomor 14 Tahun 2020 untuk membuat database
jumlah rumah tangga dan untuk mengetahui potensi riil retribusi
sampah dari sektor rumah tangga di Kota Pekanbaru.
b) Membuat aplikasi pencatatan pembayaran retribusi yang terintegrasi
dengan stakeholder terkait seperti Bapenda Kota Pekanbaru dan
menggunakan sistem pembayaran non-tunai maupun pembayaran
secara online serta pembayaran dapat dilakukan di gerai-gerai ATM
maupun pada gerai-gerai perbelanjaan untuk menghindari
kebocoran retribusi.
c) Perlu dilakukan penambahan 67 orang tenaga juru pungut retribusi.
Selain bertugas memungut retribusi, juru pungut juga bertugas untuk
melakukan pendataan jumlah dan luas rumah dalam rangka
penyusunan database yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk
menghitung potensi retribusi kebersihan sektor rumah tangga.
d) Perlu melakukan revisi terhadap Perda Nomor 10 Tahun 2012
tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Kota
Pekanbaru dan Perwako Pekanbaru Nomor 14 Tahun 2020 tentang
Tata Kelola Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Kota
Pekanbaru, terkait dengan jenis dan besarnya tarif retribusi serta
masih terdapat wajib retribusi yang belum diatur dalam peraturan
tersebut.
e) Bukti bayar retribusi persampahan/ kebersihan dapat dijadikan
sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan pelayanan di
kantor-kantor pemerintahan, seperti pelayanan kecamatan,
pelayanan kepegawaian, pelayanan kependudukan dan pelayanan
perizinan.
98
3. Melakukan peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan
persampahan/ kebersihan dan perbaikan sistem pemungutan retribusi
untuk mengoptimalkan pungutan retribusi pelayanan persampahan/
kebersihan di Kota Pekanbaru.
99
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru. 2020. Kota Pekanbaru Dalam Angka 2020.
Pekanbaru : Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru
Hanif Nurcholis. 2007. Teori dan Praktek Pemerintah dan Otonomi Daerah.
Jakarta : Grasindo.
Kesit Bambang Prakosa. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: UII
Press Yogyakarta.
Panji Nugroho. 2013. Panduan Membuat Kompos Cair. Jakarta: Pustaka Baru
Press.
Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 134 Tahun 2018 tentang Tata Cara
Pengenaan Sanksi Administrative Pelanggaran Peraturan Daerah Nomor
08 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah.
Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 154 Tahun 2018 tentang Kebijakan dan
Strategi Kota Pekanbaru Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Siahaan Pahala Marihot. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Edisi Revisi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.