DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
DOSEN PENGAMPU :
FARDINANT ADHITAMA, S.E., M.Si., Ak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
2.1. Ruang Lingkup .................................................................................................... 3
2.2. Tanggal Efektif .................................................................................................... 3
2.3. Tujuan Auditor ..................................................................................................... 3
2.4. Definisi Terkait Standar Audit ............................................................................. 3
2.5. Pertimbangan dalam Penerimaan Perikatan ........................................................ 4
2.6. Pertimbangan dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Audit .................................. 4
2.7. Perumusan Opini dan Pertimbangan dalam Pelaporan ........................................ 5
2.8. Definisi Kerangka Bertujuan Khusus .................................................................. 5
2.9. Pertimbangan dalam Penerimaan Perikatan ........................................................ 7
2.10. Pertimbangan dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Audit ................................ 8
2.11. Pertimbangan Opini dan Pertimbangan dalam Pelaporan ................................. 8
2.12. Ilustrasi Laporan Auditor Atas Laporan Keuangan Bertujuan Khusus ............. 9
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 14
3.1. Kesimpulan .......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana isi dalam Standar Audit (SA) 800 ini?
2. Bagaimana ilustrasi laporan auditor atas laporan keuangan bertujuan khusus?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Catatan atas laporan keuangan pada umumnya mencakup suatu ikhtisar kebijakan
akuntansi signifikan dan informasi penjelasan lainnya. Ketentuan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku menentukan bentuk dan isi laporan keuangan, dan apa yang membentuk
satu set lengkap laporan keuangan.
4
klausul suatu kontrak, auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang setiap interpretasi
signifikan atas kontrak yang dibuat oleh manajemen dalam penyusunan laporan keuangan
tersebut. Suatu interpretasi dianggap signifikan ketika penggunaan interpretasi lain yang wajar
akan menghasilkan suatu perbedaan material dalam informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan Perumusan Opini dan Pertimbangan dalam Pelaporan.
5
2. Basis akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas untuk informasi arus kas yang
diharuskan oleh kreditur;
3. Ketentuan pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh regulator untuk memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh regulator tersebut; atau
4. Ketentuan pelaporan keuangan suatu kontrak, seperti perjanjian obligasi, perjanjian
pinjaman, atau hibah untuk suatu proyek.
Kemungkinan terdapat kondisi yang didalamnya kerangka bertujuan khusus didasarkan
pada suatu kerangka pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh suatu organisasi pengatur
standar yang memiliki wewenang atau diakui, atau oleh peraturan perundang-undangan,
tetapi tidak mematuhi seluruh ketentuan kerangka tersebut. Sebagai contoh, suatu kontrak
yang mengharuskan laporan keuangan disusun sesuai dengan sebagian besar, tetapi tidak
seluruh, ketentuan dalam Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Ketika hal ini dapat
diterima dalam kondisi perikatan tersebut, adalah tidak tepat bagi penjelasan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku dalam laporan keuangan bertujuan khusus,untuk
mengimplikasikan adanya suatu kepatuhan penuh dengan kerangka pelaporan keuangan yang
ditetapkan oleh organisasi pengatur standar yang memiliki wewenang atau diakui, atau oleh
peraturan perundang-undangan. Dalam contoh tentang kontrak di atas, penjelasan tentang
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dapat mengacu pada ketentuan pelaporan
keuangan dari kontrak tersebut, daripada membuat suatu acuan pada Standar Akuntansi
Keuangan di Indonesia.
Dalam kondisi tersebut, kerangka bertujuan khusus belum tentu merupakan suatu
kerangka penyajian wajar bahkan jika kerangka pelaporan keuangan yang menjadi dasar
adalah suatu kerangka penyajian wajar. Hal ini karena kerangka bertujuan khusus belum tentu
mematuhi seluruh ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh organisasi
pengatur standar yang memiliki wewenang atau diakui, atau oleh peraturan perundang-
undangan, yang diperlukan untuk mencapai penyajian wajar laporan keuangan.
Laporan keuangan yang disusun sesuai dengan kerangka bertujuan khusus mungkin
merupakan satu-satunya laporan keuangan yang disusun oleh suatu entitas. Dalam kondisi
tersebut, laporan keuangan tersebut mungkin digunakan oleh pihak-pihak selain mereka
yang sebenarnya dituju berdasarkan rancangan kerangka pelaporan keuangan. Meskipun
terdapat distribusi yang luas atas laporan keuangan dalam kondisi tersebut, laporan keuangan
masih dipandang sebagai laporan keuangan bertujuan khusus untuk tujuan SA.
6
2.9. Pertimbangan dalam Penerimaan Perikatan
Dalam hal laporan keuangan bertujuan khusus, kebutuhan informasi keuangan dari
pengguna yang dituju merupakan suatu faktor utama dalam penentuan tingkat keberterimaan
kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan.
Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dapat mencakup standar pelaporan keuangan
yang ditetapkan oleh suatu organisasi yang memiliki wewenang atau diakui untuk
menetapkan standar bagi laporan keuangan bertujuan khusus. Dalam kondisi tersebut,
standar tersebut akan dianggap dapat diterima untuk tujuan tersebut jika organisasi tersebut
mengikuti suatu proses yang terstandardisasi dan transparan yang melibatkan pemikiran dan
pertimbangan atas pandangan dari pemangku kepentingan yang relevan. Dalam beberapa
yurisdiksi, peraturan perundang-undangan dapat menentukan kerangka pelaporan keuangan
yang digunakan oleh manajemen dalam penyusunan laporan keuangan bertujuan khusus
bagi entitas jenis tertentu. Sebagai contoh, regulator dapat menetapkan ketentuan pelaporan
keuangan untuk memenuhi ketentuan regulator tersebut. Kecuali diatur lain, kerangka
pelaporan keuangan tersebut dianggap dapat diterima untuk laporan keuangan bertujuan
khusus yang disusun oleh entitas tersebut.
Ketika standar pelaporan keuangan ditambahkan dengan ketentuan legislatif atau
regulasi, SA 210 mengharuskan auditor untuk menentukan apakah terdapat konflik antara
standar pelaporan keuangan dengan ketentuan tambahan tersebut, dan menyarankan tindakan
yang akan dilakukan oleh auditor jika konflik tersebut terjadi. Kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku dapat mencakup ketentuan pelaporan keuangan suatu kontrak, atau sumber –
sumber selain sumber yang dijelaskan sebelumnya. Dalam hal tersebut, keberterimaan
kerangka pelaporan keuangan dalam kondisi perikatan ditentukan dengan mempertimbangkan
apakah kerangka tersebut memiliki atribut yang pada umumnya dimiliki oleh kerangka
pelaporan keuangan yang dapat diterima sebagaimana dijelaskan dalam Lampiran 2 dari SA
210. Dalam hal kerangka bertujuan khusus, signifikansi yang relatif dari setiap atribut terhadap
suatu perikatan tertentu yang umumnya dimiliki oleh kerangka pelaporan keuangan yang
dapat diterima merupakan pertimbangan profesional. Sebagai contoh, untuk tujuan penetapan
nilai aset bersih suatu entitas pada tanggal penjualan aset tersebut, penjual dan pembeli dapat
menyepakati bahwa estimasi yang sangat hati-hati atas penyisihan piutang tidak tertagih
sudah tepat untuk kebutuhan mereka, meskipun informasi keuangan tersebut tidak netral ketika
dibandingkan dengan informasi keuangan yang disusun sesuai dengan suatu kerangka
bertujuan umum.
7
2.10. Pertimbangan dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
SA 200 mengharuskan auditor untuk mematuhi ketentuan etika yang relevan, termasuk
hal yang berkaitan dengan independensi, terkait dengan perikatan audit atas laporan
keuangan, dan semua SA yang relevan untuk audit. SA 200 juga mengharuskan auditor untuk
mematuhi setiap ketentuan yang tercantum di dalam suatu SA kecuali jika, keseluruhan SA
tidak relevan atau ketentuan yang tercantum di dalam SA tidak relevan terhadap kondisi
audit, karena ketentuan tersebut bersifat kondisional, dan kondisi tersebut tidak ada.
Dalam kasus laporan keuangan bertujuan khusus seperti laporan yang disusun untuk
memenuhi ketentuan suatu kontrak, manajemen dapat menyepakati dengan pengguna laporan
keuangan bertujuan khusus, atas kesalahan penyajian yang teridentifikasi di bawah ambang
batas tidak akan dikoreksi atau disesuaikan. Adanya ambang batas tersebut tidak
membebaskan auditor dari keharusan untuk menentukan tingkat materialitas sesuai dengan SA
320, untuk tujuan perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan dengan tujuan
khusus.
Komunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola berdasarkan SA
didasarkan pada hubungan antara pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dengan
laporan keuangan yang diaudit. Terutama apakah pihak tersebut bertanggung jawab untuk
mengawasi penyusunan laporan keuangan. Dalam kasus laporan keuangan bertujuan khusus,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola mungkin tidak memiliki tanggung jawab
tersebut; sebagai contoh, pada saat laporan keuangan tersebut disusun semata-mata hanya
untuk digunakan oleh manajemen.
8
ini, paragraf yang diacu sebelumnya dapat diperluas untuk mencakup hal-hal lain tersebut di
atas, dan oleh karena itu judul laporan auditor perlu dimodifikasi.
9
Tanggung Jawab Auditor
Tanggung jawab kami adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan
tersebut berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit yang
ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami untuk
mematuhi ketentuan etika serta merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian material.
Suatu audit melibatkan pelaksanaan prosedur untuk memperoleh bukti audit tentang
angka-angka dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Prosedur yang dipilih bergantung
pada pertimbangan auditor, termasuk penilaian atas risiko kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam
melakukan penilaian risiko tersebut, auditor mempertimbangkan pengendalian internal yang
relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas untuk merancang prosedur audit yang
tepat sesuai dengan kondisinya, tetapi bukan untuk tujuan menyatakan opini atas
keefektivitasan pengendalian internal entitas. Suatu audit juga mencakup pengevaluasian
atas ketepatan kebijakan akuntansi yang digunakan dan kewajaran estimasi akuntansi yang
dibuat oleh manajemen, serta pengevaluasian atas penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan.
Kami yakin bahwa bukti audit yang telah kami peroleh adalah cukup dan tepat untuk
menyediakan suatu basis bagi opini audit kami.
Opini
Menurut opini kami, laporan keuangan PT ABC terlampir untuk tahun yang berakhir tanggal
31 Desember 20X1 telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan klausul
pelaporan keuangan yang tercantum dalam Pasal 27 dari Kontrak.
10
Ilustrasi 2
Ilustrasi 2 menggambarkan suatu laporan auditor atas satu set lengkap laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan klausul pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh regulator (untuk
tujuan ilustrasi ini digunakan kerangka penyajian wajar).
Kondisi yang mendasari ilustrasi ini adalah sebagai berikut :
1. Laporan keuangan telah disusun oleh manajemen entitas sesuai dengan ketentuan
pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh regulator (kerangka bertujuan khusus)
dengan tujuan untuk memenuhi ketentuan badan pengatur tersebut. manajemen tidak
memiliki pilihan kerangka pelaporan keuangan.
2. Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku adalah kerangka penyajian wajar.
3. Ketentuan perikatan audit mencerminkan penjelasan tentang tanggung jawab
manajemen atas laporan keuangan dalam SA 210.
4. Distribusi atau penggunaan laporan auditor tidak dibatasi.
5. Paragraf Hal Lain mengacu kepada fakta bahwa auditor juga telah menerbitkan laporan
auditor atas laporan keuangan yang disusun oleh PT ABC untuk periode yang sama
sesuai dengan kerangka bertujuan umum.
11
Tanggung Jawab Auditor
Tanggung jawab kami adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan
ini berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit yang
ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami
untuk mematuhi ketentuan etika serta merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian
material.
Suatu audit melibatkan pelaksanaan prosedur untuk memperoleh bukti audit tentang
angka-angka dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Prosedur yang dipilih bergantung
pada pertimbangan auditor, termasuk penilaian atas risiko kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam menilai
risiko tersebut, auditor mempertimbangkan pengendalian internal yang relevan dengan
penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan entitas untuk merancang prosedur audit
yang tepat sesuai dengan kondisinya, tetapi bukan untuk tujuan menyatakan opini atas
keefektivitasan pengendalian internal entitas. Suatu audit juga mencakup pengevaluasian atas
ketepatan kebijakan akuntansi yang digunakan dan kewajaran estimasi akuntansi yang dibuat
oleh manajemen, serta pengevaluasian atas penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Kami yakin bahwa bukti audit yang telah kami peroleh adalah cukup dan tepat untuk
menyediakan suatu basis bagi opini audit kami.
Opini
Menurut opini kami, laporan keuangan terlampir menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan PT ABC tanggal 31 Desember 20X1, serta kinerja keuangan
dan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan ketentuan
pelaporan keuangan pada Bagian Y Peraturan Z.
Basis Akuntansi
Tanpa memodifikasi opini kami, kami menaruh perhatian ke Catatan X atas laporan keuangan,
yang menjelaskan tentang basis akuntansi. Laporan keuangan PT ABC disusun dengan tujuan
untuk memenuhi ketentuan yang dibuat oleh Regulator DEF. Sebagai akibatnya, laporan
keuangan ini belum tentu cocok untuk tujuan lain.
12
Hal Lain
PT ABC telah menyusun satu set laporan keuangan terpisah untuk tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 20X1 sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dan atas
laporan keuangan tersebut kami telah menerbitkan laporan auditor bertanggal 31 Maret 20X2
secara terpisah dan ditujukan untuk pemegang saham PT ABC.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
SA 800 mengatur pertimbangan khusus dalam penerapan SA 100 - 700 dalam audit atas
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan kerangka bertujuan khusus. 2. SA ini ditulis
dalam konteks satu set lengkap laporan keuangan yang disusun sesuai dengan kerangka
bertujuan khusus. Untuk tujuan SA, istilah dibawah ini memiliki makna yang dijelaskan
sebagai berikut :
1. Laporan keuangan yang disusun sesuai dengan suatu kerangka bertujuan khusus.
2. Suatu kerangka pelaporan keuangan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
informasi keuangan bagi pengguna tertentu. Kerangka pelaporan keuangan dapat
berupa suatu kerangka penyajian wajar atau kerangka kepatuhan.
Pengacuan pada “laporan keuangan” dalam SA ini berarti “satu set lengkap laporan
keuangan bertujuan khusus, termasuk catatan atas laporan keuangan”. Catatan atas laporan
keuangan pada umumnya mencakup suatu ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan
informasi penjelasan lainnya. Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
menentukan bentuk dan isi laporan keuangan, dan apa yang membentuk satu set lengkap
laporan keuangan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Institut Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Pernyataan, Standar Audit (SA) 800. Pertimbangan Khusus – Audit Atas Laporan
Keuangan Yang Disusun Sesuai Dengan Kerangka Bertujuan Khusus.
Harahap, Devianti, NR Handiani Suciati, & Sakina Rachmianty. (2017). Pengaruh
Pelaksanaan Standar Audit Berbasis International Standards on Auditing (ISA) Terhadap
Kualitas Audit. Jurnal Aset (Akuntansi Riset), 9 (1). 55 – 72.
15