Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tabel dan Analisis Jurnal

Tabel 2: Hasil Analisis


No Penulis Tahun Judul Hasil Penelitian Lembaga
1. Dita Risti 2019 Pengaruh Siaran sinetron di Indonesian
Sinetron televisi saat ini Journal of
terhadap dirasakan Primary
Perilaku Anak telah memberikan Education
di dalam pengaruh terhadap
Kehidupan anak. Oleh karena
Sehari-hari itu orang tua
memiliki peranan
yang sangat
penting

2. Sumadin, 2018 Pengaruh Ada beberapa Jurnal Al-


Sri Tayangan pengaruh negatif Mau’izhah
Wahyuni Sinetron sinetron
Remaja yang sangat
Terhadap berbahaya apabila
Karakter ditirukan oleh
Peserta Didik para remaja
(The Effect Of sekarang ini baik
Youth Sinetrons dalam
On Character segi fisik maupun
Of Students) psikis.
3. Azwar, 2019 Dampak Sinetron masuk ke Journal of
Hreeloita Sinetron dalam hiburan, Digital
Dharma Indonesia tetapi justru Education,
Shanti, dan Terhadap malah Communication,
Kintan Perilaku mendatangkan and Arts
Arumdhani Masyarakat ketegangan sosial
(Analisis dan efek yang tidak
Kasus: Sinetron bagus
Anak Langit di dimasyarakat.
SCTV)

2.2 Profesi Pekerja Sosial

Pekerjaan sosial sebagai profesi tidak sama dengan pengertian pekerjaan

sosial secara awam. Menurut pengertian awam semua perbuatan baik untuk orang

lain sudah dikatakan pekerjaan sosial. Sebagai contoh, misalnya memberi uang

kepada pengemis, anak jalanan dan semacamnya, memberikan sumbangan untuk

tetangga yang mengalami musibah atau untuk korban bencana alam, menolong orang

yang sakit, dan kegiatan-kegiatan lain semacam itu acapkali sudah dianggap

pekerjaan sosial. Salah satu fungsi perguruan tinggi yang membuka jurusan

Pekerjaan Sosial adalah mendidik dan melatih para mahasiswa untuk menjadi calon

pekerja sosial. Pekerja sosial adalah orang yang melaksanakan pekerjaan sosial

sebagai profesi. Jadi pekerja sosial yang dibicarakan di sini adalah pekerja sosial

profesional, yaitu mereka yang telah mengikuti pendidikan pekerjaan sosial di suatu

lembaga pendidikan tinggi pekerjaan sosial terakreditasi.


Dalam tahun 1957, Ernest Greenwood menulis artikel tentang atribut suatu

profesi. Kriteria profesi yang dikemukakan oleh Greenwood adalah sebagai berikut:

1. Suatu profesi memunyai pengetahuan dasar dan mengembangkan

sekumpulan teori yang sistematik yang mengarahkan ketrampilan-

ketrampilan praktik; persiapan pendidikan haruslah bersifat intelektual

maupun praktikal.

2. Kewenangan dan kredibilitas dalam hubungan klien-tenaga

profesional didasarkan atas penggunaan pertimbangan dan kompetensi

profesional.

3. Suatu profesi diberi kekuatan untuk mengatur dan mengontrol

keanggotaan, praktik profesional, pendidikan, dan standar kinerjanya

sendiri. Masyarakat membenarkan kekuatan-kekuatan pengaturan dan

hak-hak istimewa profesional.

4. Suatu profesi memunyai kode etik pengaturan yang mengikat, yang

dapat ditegakkan, eksplisit, dan sistematik yang memaksa perilaku etik

oleh anggota-anggotanya.

5. Suatu profesi dibimbing oleh budaya nilai-nilai, norma-norma, dan

simbol-simbol dalam suatu jaringan organisasi dari kelompok-

kelompok formal dan informal, sebagai saluran untuk profesi itu

berfungsi dan melaksanakan pelayanan-pelayanannya. (dalam DuBois

& Miley, 2005).


Dengan memperhatikan lima kriteria tersebut, jelas bahwa ciri-ciri profesi

telah menjadi ciri yang melekat pada profesi pekerjaan sosial. Sebagai suatu profesi

yang sedang berkembang di Indonesia, pekerjaan sosial harus merebut kepercayaan

masyarakat melalui peningkatan kinerja pekerja sosial. Tanpa kepercayaan masyrakat

sangatlah sulit untuk mengukuhkan identitas profesi dalam masyarakat.

Jadi, Pekerjaan sosial merupakan disiplin akademik dan profesi berbasis

praktek. Sebagai disiplin ilmu sosial terapan, pekerjaan sosial bersumber dari teori-

teori pekerjaan sosial itu sendiri, ilmu-ilmu sosial lain, humaniora, dan pengetahuan

lokal. Pekerjaan sosial juga merupakan sebuah profesi pelayanan kemanusiaan

berlandaskan teori/ilmu pengetahuan yang telah teruji melalui penelitian dan

dipraktikan (evidence based practice). Syarat sebuah profesi harus mencakup empat

unsur utama, pengetahuan, sikap, ketrampilan, dan metode dan teknik tertentu dalam

menjalankan profesi tersebut. Untuk melahirkan pekerja sosial professional perlu

melalui pendidikan pekerjaan sosial secara formal, terstruktur dan dididik oleh ahli

akademik pekerjaan sosial dengan berpandu kepada standar global pendidikan

pekerjaan sosial yang dikeluarkan oleh IASSW dan IFSW.


2.3 Pengaruh Sinetron Terhadap Perilaku Anak

Berbagai macam siaran televisi berusaha menampilkan tayangan-tayangan

yang mempunyai konsep baru untuk menarik perhatian masyarakat. Aspek positif

dari televisi itu memang ada yang dapat diambil, namun tidak menutup kemungkinan

banyak aspek negatif yang juga harus diwaspadai. Karena efek dari media televisi

bisa menimbulkan pergeseran nilai, bila pergeseran itu sesuai dengan nilai-nilai yang

dianut oleh masyarakat, tentu tidak akan menjadi masalah, tetapi apabila pergeseran

itu menimbulkan masalah yang besar tentu harus diwaspadai karena dapat menjadi

pengaruh yang negatif bagi diri sendiri maupun untuk orang lain. Televisi dapat

memberikan pengaruh besar terhadap pengetahuan, motivasi, dan sikap serta perilaku

penontonnya dan cenderung untuk mengikutinya (Dita Risti, 2019).

Berdasarkan temuan peneliti anak-anak yang berdialog dengan teman-

temannya dengan meniru dialog-dialog yang dipopulerkan dalam adegan sinetron

tersebut. Hal ini karena anak-anak tersebut mengidolakan tokoh dalam sinetron itu

sehingga mereka juga berbicara dan bersikap dengan meniru tokoh dalam sinetron.

Hal ini berbahaya karena anak-anak sudah mencari idola yang salah, yang berbeda

dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh guru atau orang tua. Jika guru menanamkan

nilai bahwa berkata kasar itu tidak baik, maka sinetron justru bertolak belakang

dengan nilai yang disampaikan guru tersebut. Sayangnya, anak-anak muda lebih

mudah meniru sinetron daripada meniru guru mereka. Sinetron Anak Langit, lebih
banyak menyajikan tindak kekerasan dan kejahatan dibandingan memenuhi fungsinya

untuk menanamkan dan menampilkan nilai-nilai seperti pendidikan, sosial, budaya,

bahkan menumbuhkan contoh pada anak anak dan remaja akan lebih peduli dan

mengenal lingkungannya (Azwar, dkk, 2019).

Setidaknya ada tiga aspek yang terkandung dalam sinetron-sinetron yang dianggap

bermasalah yaitu sebagai berikut.

1. Aspek kekerasan Seringkali dalam tayangan yang ditampilkan memuat

tayangan-tayangan kekerasan, ditakutkan nantinya tayangan-tayangan seperti

ini oleh para remaja kita dinilai sebagai pendidikan kekerasan. Hingga tidak

jarang kita menemukan di lingkungan kita para remaja yang meniru adegan-

adegan tersebut.

2. Aspek moralitas Sinetron remaja sudah mulai meninggalkan budaya asli dari

bangsa Indonesia yang terkenal dengan ketimurannya. Moralitas ini

menyangkut nilai baik dan buruk, benar dan salah. Seringkali tayangan yang

ada pada sinetron remaja saat ini tidak menggunakan lagi pendidikan nilai

tersebut.

3. Aspek seksualitas. Aspek ini bukan berarti seks seperti orang dewasa, namun

dibingkai dalam bentuk narasi atau percakapan, pakaian yang sekenanya dan

pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang cenderung tidak memakai

norma yang ada dinegara kita (Sumadin & Sri Wahyuni, 2018).
Televisi dapat memberikan pengaruh besar terhadap pengetahuan, motivasi, dan

sikap serta perilaku penontonnya dan cenderung untuk mengikutinya baik itu

pengaruh baik maupun pengaruh buruk, setidaknya ada dua pengaruh besar terhadap

anak yaitu sebagai berikut.

1. Pengaruh sinetron terhadap perilaku anak dalam hal komunikasi: Menurut R.

Koesmaryanto Oetomo, S.Km, M.Si, 2013 (dalam Dita Risti, 2019) menyebutkan:

a. judul-judul sinetron anak atau remaja sering kali bertema vulgarisma,

menantang, mengandung unsur pornografi.

b. Pemain sinetron dipilih dari remaja bahkan sebagian masih berusia anakanak

(6-13 tahun)

c. Peran yang dimainkan remaja dan anak-anak seringkali bertolak belakang

dengan norma pergaulan masyarakat dan belum sesuai dengan tingkat

perkembangan psikologinya.

d. Banyak alur cerita sinetron yang bersetting sekolah tetapi tidak sesuai dengan

norma agama dan adat ketimuran yang berlaku. Gaya komunikasi dapat

dipengaruhi oleh lingkungan. Pada saat kelahiran, seseorang sudah mewarisi

sebagian gaya yang terbentuk. Semua anak akan mengikuti gaya

berkomunikasi orangtuanya. Tetapi setelah anak telah dan mampu ntuk

beradaptasi dengan lingkungan di mana dia berada maka anak akan terbiasa

dan akan mudah terpengaruh oleh lingkungannya seperti anak usia sekolah

sangat mudah terpengaruh terhadap apa yang dilihatnya. Seperti saat


menonton televisi anak akan mudah meniru gaya berkomunikasi artis yang

ada di televisi. Siswa Sekolah Dasar saat ini kesulitan membedakan cara

berbicara dengan orang yang lebih tua usianya, termasuk dengan guru dan

orangtuanya sendiri. Bahkan dalam pemilihan kata dalam berbicara di tempat

resmi dengan cara berbicara di tempat bermain terkadang juga sulit.

2. Pengaruh sinetron terhadap perilaku anak dalam penampilan

Penampilan adalah gambaran diri dari seseorang yang pertama kali dilihat.

Gambaran diri diartikan sebagai karakter diri seseorang, yang meliputi sikap dan

pandangan seseorang dalam menghadapi segala situasi di kehidupannya. Para siswa

Sekolah Dasar kelihatan sulit membedakan cara penampilan yang harus ditunjukkan

ketika berada di tempat rekreasi dengan cara penampilan saat berada di sekolah. Di

sekolah misalnya, baju seragam sekolah yang dibiarkan di luar celana dan juga ketat.

Berdasarkan apa yang ditonton oleh anak, maka anak akan belajar untuk meniru apa

yang dilihatnya. Menurut teori belajar sosial, unsur utama peniruan menggunakan

gambaran kognitf dari tindakan, lalu dasar kognitif dalam proses belajar dalam empat

tahap, yaitu: perhatian, mengingat, reproduksi gerak dan motivasi.

Menurut Skinner (dalam Dita Risti, 2019), perilaku merupakan respon atau

reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar yang dapat

mempengaruhi. Oleh karena perilaku tersebut terjadi melalui proses adanya stimulus

terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon. Faktor yang

mempengaruhi perilaku manusia ialah genetika, sikap; suatu ukuran tingkat kesukaan
seseorang terhadap perilaku tertentu, norma sosial, pengaruh tekanan sosial, dan

kontrol perilaku pribadi, kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan

suatu perilaku

2.4 Peran Pekerja Sosial dalam Mengatasi Pengaruh Sinetron Terhadap Anak

Banyak dampak yang diakibatkan dari sinetron, ada beberapa hal yang bisa

dilakukan pekerja sosial untuk menyosialisasikan kepada setiap orang tua sebagai

pengawas dan membimbing anak untuk mendampingi dan selektif memilih program

tayangan yang sesuai, antara lain sebagai berikut.

1. Pilih acara yang sesuai usia anak jangan membiarkan anak menonton

acara yang tidak sesuai dengan usianya, walaupun ada acara yang memang

untuk anak-anak, perhatikan apakah sesuai dengan anak-anak atau sesuai

dengan umurnya. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi pola pemikiran

anak yang belum matang.

2. Damping anak ketika menonton sinetron agar sinetron yang ditonton

selalu terkontrol dan orang tua bisa memperhatikan apakah sinetron

tersebut masih layak atau tidak untuk ditonton oleh anak-anak.

3. Letakkan tv di ruang tengah Dengan meletakkan TV di ruang tengah, akan

mempermudah orang tua dalam mengontrol tontonan anak-anak, serta bisa

mengantisipasi dan mengawasi anak agar hal yang tidak diinginkan oleh

orang tua tidak terjdi, karena kecenderungan rasa ingin tahu anak sangat
tinggi. Anak-anak memiliki rasa untuk mau mencoba hal-hal baru yang

belum pernah dialami.

4. Tanyakan acara favorit mereka Anak dibantu dalam memahami pantas

tidaknya acara tersebut untuk mereka diskusikan setelah menonton, dan

ajak mereka menilai karakter dalam acara tersebut secara bijaksana dan

positif.

5. Mengajak anak untuk keluar rumah dengan menikmati alam dan

lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang lain. Acara yang

bisa dilakukan misalnya hiking, berkunjung ke tempat sanak saudara dan

hal lainnya yang bisa membangun jiwa sosialnya.

6. Perbanyak membaca buku, dan letakkan buku di tempat yang mudah

dijangkau anak atau seringlah ajak anak ke toko buku dan perpustakaan.

2.5 Argumentasi

Menurut penulis dampak televisi bukan hanya negatif saja tetapi ada positif

juga yaitu: Pertama, kita akan mendapatkan berita dari dalam negri maupun luar

negri. Kedua, televisi selalu menyajikan berita baru yang membuat masyarakat tidak

akan ketinggalan informasi ditengah banyaknya berita hoax seperti sekarang ini dan

dapat memberikan informasi yang cukup luas dan cepat pada masyarakat. Ketiga,

masyarakat akan terhibur dengan berbagai macam program yang ditonton atau

dipertunjukan di telivisi. Keempat, acara yang kreatif dapat membuat anak


termotivasi atau dapat mencotoh kegiatan kreatif dirumah agar bisa mengasah

keterampilan anak.

Sementara itu, dampak negatif dari menonton televisi yang pertama, meniru adegan

atau penampilan yang tidak pantas ditiru. Kedua, sering menampilkan adegan

kekerasan. Ketiga, celaan yang tidak pantas ditiru. Keempat, adegan yang

mengandung unsur pornografi atau mengandung unsur percintaan.

Anda mungkin juga menyukai