Anda di halaman 1dari 5

1) Di suatu kota di tengah provinsi Kalimantan Selatan, dikenal seorang pengusaha sukses di bidang batu

bara yang bernama lengkap Ari Barki yang menikahi anak dari pengusaha batu bara juga yang bernama
Lina Sondakh. Dari pernikahan tersebut dikaruniai satu anak laki-laki yang bernama Rendi Barki yang
pada saat itu berumur 3 Tahun. Ari barki terkenal memiliki aset kekayaan yang banyak jumlah nya,
seperti tanah seluas 1000 ha, dan 20 rumah,perusahaan batu bara, dan perkebunan sawit yang
semuanya diatas sertifikat hak milik atas nama Pak Ari. Setelah 13 Tahun pernikahan Pak Ari melihat
dengan mata kepalanya sendiri Bu Lina Sondakh berselingkuh dengan pria lain yang bernama Rivan
Ditya yang ternyata kolega bisnis dari suami nya sendiri.

Berdasarkan kejadian tersebut Pak Ari melaporkan Istri dan selingkuhan nya ke pihak kepolisian
atas dasar Pasal 284 ayat (2) KUHP, proses penuntutan atau pelaporan tindak pidana gendak (overspel)
hanya dapat dilakukan atas pengaduan suami atau istri. Pasalnya, tindak pidana tersebut termasuk
dalam delik aduan (klacht delict). Pasal 284 KUHP ini merupakan suatu delik aduan yang absolut, artinya
tidak dapat dituntut apabila tidak ada pengaduan dari pihak suami atau istri yang dirugikan dan atau
yang dimalukan. Selain itu, laporan pidana gendak (overspel) tidak dapat diproses lebih lanjut oleh
Kepolisian apabila yang melaporkan bukanlah pasangan resmi pihak yang dirugikan.

Namun, ternyata Pak Ari mencabut laporan dikarenakan memikirkan apabila istrinya di penjara
maka siapa yang akan merawat anak laki-laki nya, sehingga kepolisian mengeluarkan SP3 atas dasar
laporan di tarik dan tidak terpenuhi 2 alat bukti yang cukup. Seorang penyidik baik Polri maupun PPNS
dalam mengeluarkan SP3 atas penyidikan suatu perkara haruslah berdasar pada alasan yang diatur
dalam Undang-Undang dimana alasan dapat dikeluarkannya SP3 atas suatu perkara antara lain sebagai
berikut :

1. Tidak terdapat cukup bukti

2. Peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana

3. Penyidikan dihentikan demi hukum:

a. Terdakwa meninggal dunia (Pasal 77 KUHPidana)

b. Perkaranya nebis in idem (Pasal 76 KUHPidana)

c. Perkaranya kedaluwarsa/verjaring (Pasal 78 KUHPidana)

d. Pencabutan perkara yang sifatnya delik aduan (Pasal 75 dan Pasal 284 ayat 4 KUHPidana)
Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) yang dikeluarkan oleh penyidik Polri atas
Persangkaan Tindak Pidana harus diberitahukan kepada penuntut umum, tersangka dan atau
keluarganya dan pihak pelapor. Sedangkan apabila seorang penyidik PNS mengeluarkan SP3 maka wajib
memberitahukan kepada penyidik Polri atas SP3 yang diterbitkannya.

Setelah melewati semua proses lantaran Pak Ari kecewa, Pak Ari pergi tanpa kabar dan kuasa ke
kerabat atau koleganya, bahkan pengacaranya pun tidak diberi kabar, bapak ari pergi ke arab saudi
dengan membawa semua tabungannya dan memulai usaha dan hidup baru disana tanpa sempat
menceraikan isterinya.

Selama Pak Ari pergi, bu Lina tidak mengetahui sama sekali keberadaan Pak Ari hingga pada
tahun ke-6 kepergian Pak Ari, Bu Lina mengajukan permohonan gugatan perceraian sekaligus
permohonan Penetapan Ahli Waris ke Pengadilan agama.

Bu Lina melakukan gugatan perceraian atas dasar hukum Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 9 Tahun 1975 perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan :

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang
sukar disembuhkan;

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut turut tanpa izin pihak lain
dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya;

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah
perkawinan berlangsung;

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang
lain;

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan
kewajibannya sebagai suami/isteri;

f. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan
akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Karena selama 6 tahun lamanya Pak Ari meninggalkan tanpa kabar, Bagaimana pengaturan
warisan dari harta Pak Ari hingga saat ini masih menggantung statusnya antara hidup dan mati, di mana
Pak Ari belum membuat surat wasiat ataupun tidak memberikan kuasa untuk mewakili mereka dalam
mengurus dan mengatur pengelolaan harta warisannya karena ia pergi tanpa meberi tahu siapapun
sampai 6 tahun lamanya.

Dalam KUH Perdata diggunakan istilah “Orang yang diperkirakan telah meninggal dunia”. Sehingga
Bu Lina membuat Permohonan pembagian harta waris berdasarkan Pasal 467 KUHPer menentukan
bahwa seseorang yang telah pergi meninggalkan tempat kediamannya dalam jangka waktu lima tahun,
atau telah lewat waktu lima tahun sejak terakhir didapat berita kejelasan tentang keadaan orang
tersebut, maka pengadilan bisa menetapkan secara hukum bahwa orang itu telah meninggal, terhitung
sejak hari ia meninggalkan tempat tinggalnya, atau sejak hari berita terakhir mengenai hidupnya.

Apabila seseorang meninggalkan tempat tinggalnya (hilang) dengan tak memberikan kuasa
kepada seseorang untuk mengurus kepentingan-kepentingannya, maka keluarga yang berkepentingan
bisa saja mengajukan langsung permohonan kepada pengadilan setempat untuk dapat diputuskan
pembagian harta warisan dan kepastian meninggalnya orang yang hilang tersebut oleh Hakim.

Kedudukan orang hilang menurut Hukum Waris Perdata, untuk memutuskan orang hilang, harus
mendapatkan keputusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum, dan jika orang tersebut kembali
maka hak-hak dalam warisan harus dikembalikan pada orang yang hilang yang telah kembali tersebut.
Tetapi dalam praktek memang belum pernah terjadi tetapi kalaupun terjadi para hakim di Pengadilan
Negeri akan mengacu sesuai dalam KUH Perdata. Penetapan Orang Hilang sebagai Pewaris Menurut
Kewarisan KUH Perdata (BW), menurut Subekti Jikalau seseorang meninggalkan tempat tinggalnya dan
tidak memberikan kuasa kepada seseorang untuk mengurus kepentingan-kepentingan, sedangkan
kepentingan-kepentingan itu harus diurus atau orang itu harus diwakili, maka atas orang yang
berkepentingan ataupun atas permintaan Jaksa, Hakim untuk sementara dapat memerintah Balai Harta
Peninggalan (Weeskamer) untuk mengurus kepentingan- kepentingan orang yang berpergian itu dan
perlu mewakili orang itu. Jika kekayaan orang yang berpergian itu tidak begitu besar, maka
pengurusannya cukup diserahkan pada anggota-onggota keluarga yang ditunjuk oleh Hakim. Jika sudah
lima tahun lewat terhitung sejak hari keberangkatan orang yang meninggalkan tempat tinggalnya tanpa
memberikan kuasa untuk mengurus kepentingan-kepentingannya, dan selama itu takada kabar yang
menunjukan ia masih hidup, maka orang-orang yang berkepentingan, dapat meminta kepada Hakim
supaya dikeluarkan suatu pernyataan yang menerangkan, bahwa orang yang meninggalkan tempat
tinggalnya
Dalam hukum waris berlaku suatu asas, bahwa hanyalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam
lapangan hukum kekayaan harta benda saja yang dapat diwariskan. Apabila seseorang meninggal
dunia, maka seketika itu juga segala hak dan kewajibannya beralih pada sekalian ahli warisnya. Asas
tersebut tercantum dalam suatu pepatah perancis yang berbunyi: “Ie mort saisit Ie vit”. Sedangkan
pengoperan segala hak dan kewajiban dari si meninggal oleh para ahli waris itu dinamakan “saisine”
(Subekti, 2003: 95).

Pasal 830 KUH Perdata menyebutkan, “pewarisan hanya berlangsung karena kematian”.
Berdasarkan bunyi pasal tersebut bahwa pembagian atas harta peninggalan baru terbuka jika si pewaris
telah meninggal dunia saat ahli waris masih hidup ketika harta warisan terbuka. Dalam hal ini, ada
ketentuan khusus dalam pasal 2 KUH Perdata, yaitu anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan
dianggap telah dilahirkan bila kepentingan si anak menghendakinya, namun jika anak tersebut
meninggal sewaktu dilahirkan, maka si anak dianggap tidak pernah ada (Effendi Perangin, 2006: 3).

Jelasnya, seorang anak yang lahir saat ayahnya telah meninggal, berhak mendapat warisan. Hal
ini diatur dalam pasal 836 KUH Perdata, “dengan mengingat akan ketentuan dalam pasal 2 KUH
Perdata, supaya dapat bertindak sebagai waris, seorang harus telah ada pada saat warisan jatuh
meluang”.

1. Golongan ahli waris

Golongan ahli waris ini menunjukkan siapa ahli waris yang lebih didahulu kan berdasarkan
urutannya. Terdapat empat golongan ahli waris yaitu sebagai berikut:
a. Golongan I
Golongan I adalah suami atau istri yang hidup terlama serta anak-anak dan keturunannya. Jadi
dalam pewarisan tidak membedakan laki-laki atau perempuan dan dengan tidak membedakan
urutan kelahiran.
b. Golongan II
Ahli waris golongan II adalah orang tua (ayah dan ibu) dan saudara-saudara

serta keturunan saudara-saudaranya.


c. Golongan III
Ahli waris golongan III adalah keluarga dalam garis lurus ke atas sesudah bapak dan ibu, seperti
kakek dan nenek, baik dari pihak bapak maupun ibu.
d. Golongan IV
Ahli waris golongan IV adalah keluarga garis ke samping sampai derajat ke enam, seperti paman
dan bibi dan lainnya.
Sehingga, diputuskan pembagian waris untuk Bu Lina dan anak laki-laki nya berdasarkan

(BESARAN BAGIAN WARIS UNTUK ANAK LAKI-LAKI PAK ARI)

Atas dasar hukum di atas sehingga permohonan bu Lina atas perceraian dan pembagian harta
waris dikabulkan oleh pengadilan. Setelah mendapatkan harta warisan bagian untuk anak laki-laki Pak
Ari sementara jatuh kepada istrinya karena anaknya masih berusia di bawah umur sehingga dikatakan
belum cakap hukum, rumah dan harta warisan anak nya. Kemudian, Bu Lina membawa surat keterangan
waris dari putusan pengadilan agama untuk balik nama rumah dan beberapa aset tanah lainnya a.n. Ibu
Lina Sondakh.

Pada tahun ke-9 kepergian Pak Ari, Ibu lina sudah menjaminkan tanah dan rumah hasil dari
waris Pak Ari yang sudah beratasnamakan bu Lina ke beberapa Bank karena beliau boros dalam gaya
hidup hingga akhirnya cicilan yang seharusnya dibayarkan setiap bulan menunggak. Ternyata 10 tahun
kemudian Pak ari kemudian kembali ke indonesia setelah dua puluh tahun dan telah
berkewarganegaraan arab saudi, namun beliau kaget karena isterinya telah memiliki dua orang anak
namun belum menikah lagi, yang satu telah berusia sepuluh tahun dan yang satunya lagi masih dalam
kandungan isterinya yang lebih mengagetkan lagi bahwa tanah dan rumahnya telah beralih hak
kepemilikan kepada isteri dan kedua anak isterinya, yang telah dijaminkan di Bank oleh isterinya.

Anda mungkin juga menyukai