Anda di halaman 1dari 15

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan pada Hewan

Viola Mutiara Salis, Rima Dwitaviani


violamutiarasls27@gmail.com, rimadwitaviani2512@gmail.com
Universitas Andalas, Limau Manis, Kec. Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat 25175
Dr. Putra Santoso

RINGKASAN

Pertumbuhan merupakan suatu perubahan berupa pertambahan ukuran atau volume sel
tubuh pada suatu makhluk hidup. Hewan sebagai makhluk hidup mengalami pertumbuhan
yang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal. Gen dan hormon merupakan faktor
internal yang mempengaruhi pertumbuhan. Hormon sebagai faktor internal memiliki peran
yang sangat penting mempengaruhi pertumbuhan pada hewan. Adapun contoh hormon
tersebut yaitu GH (Growth hormone), prolaktin, IGF-1 (insulin-like growth factor-1), dan
somatomedin.
IGF-I memiliki peran penting dalam tulang longitudinal pertumbuhan yang
melibatkan tindakan anabolik "seperti insulin" yang meningkatkan hipertrofi kondrosit,
karena penghapusan gen igf-I menghasilkan dwarfisme pada tikus dan perawakan pendek
ekstrim pada manusia. Perbedaan spesies ikan dalam regulasi sistem Gh/Igf juga berlaku
untuk aksi osmoregulasi Gh, yang dapat bekerja secara sinergis dengan kortisol dan Igf-i
untuk meningkatkan kemampuan hipo-osmoregulasi.
Pada faktor lingkungan, semakin besar perbedaan antara tekanan osmotik tubuh dan
tekanan osmotik lingkungan, semakin banyak beban kerja energi metabolik yang diperlukan
untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptif dalam lingkungan salin, sehingga
dapat mempengaruhi proses pertumbuhan. Suhu air yang tinggi berarti bahwa sebagian besar
energi yang tersimpan dalam tubuh digunakan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
tidak bersahabat, yang dapat mengganggu metabolisme dan pertukaran material.

I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sifat makhluk hidup yaitu mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan merupakan
suatu perubahan berupa pertambahan ukuran atau volume sel tubuh pada suatu makhluk
hidup. Hewan sebagai makhluk hidup pasti mengalami perubahan dalam hidupnya, baik
perubahan yang tampak dari luar maupun dari dalam. Perubahan yang dialami dapat berupa
pertambahan panjang tubuh, pertambahan berat, pertambahan diameter bagian tubuh, dan
sebagainya. Pertumbuhan adalah perubahan yang tidak dapat kembali ke bentuk semula atau
bentuk sebelumnya sehingga bersifat irreversible. Perubahan yang terjadi dapat diukur
secara kuantitatif.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada hewan, yaitu faktor
internal dan eksternal. Adapun yang tergolong pada faktor internal yaitu gen dan hormon.
Hormon sebagai faktor internal memiliki peran yang sangat penting mempengaruhi
pertumbuhan pada hewan. Adapun contoh hormon tersebut yaitu GH (Growth hormone),
prolaktin, IGF-1 (insulin-like growth factor-1), dan somatomedin. Sedangkan faktor
eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan hewan antara lain nutrisi, suhu dan kondisi
lingkungan habitatnya. Pada makalah ini akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan hewan, baik faktor eksternal maupun faktor internal.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Peran Hormon dalam Pertumbuhan Hewan?
1.2.2 Bagaimana Pengaruh Lingkungan terhadap Pertumbuhan Hewan ?

II. METODOLOGI
Adapun metode atau teknik yang digunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu studi
literatur. Database yang digunakan adalah PUBMED dan Google Scholar. Kata kunci yang
digunakan dalam penelusuran referensi yaitu “Growth Hormone”, “IGF”, “Somatomedin”,
dan “hormon pertumbuhan pada hewan.” Referensi yang digunakan dalam pembuatan
makalah ini berjumlah 15 artikel yang terdiri dari jurnal berbahasa Indonesia dan berbahasa
inggris. Artikel yang berbahasa inggris terlebih dahulu diterjemahkan setelah itu dilakukan
pengkajian bersama artikel lainnya yang berbahasa Indonesia. Adapun bagian yang diambil
untuk dirujuk dalam pembuatan makalah yaitu abstrak, pendahuluan dan pembahasan dari
setiap referensi yang digunakan. Topik yang dibahas pada referensi yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan hewan.

III.HASIL DAN DISKUSI


3.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan suatu perubahan berupa pertambahan ukuran atau volume sel
tubuh pada suatu makhluk hidup. Perubahan yang dialami dapat berupa pertambahan
panjang tubuh, pertambahan berat, pertambahan diameter bagian tubuh, dan sebagainya.
Pertumbuhan adalah perubahan yang tidak dapat kembali ke bentuk semula atau bentuk
sebelumnya sehingga bersifat irreversible. Perubahan yang terjadi dapat diukur secara
kuantitatif

3.2 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan


a. Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan hewan adalah yang berasal dari
organisme itu sendiri yang merupakan bawaan.
Gen
Gen merupakan substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari induk. Gen yang
diwariskan mempengaruhi karakter dan ciri organisme seperti warna kulit, bentuk tubuh,
warna bulu, panjang tubuh dan sebagainya. Selain itu, gen juga mempengaruhi proses dan
kemampuan metabolisme makhluk hidup sehingga akan berpengaruh terhadap tumbuh
kembangnya.

Hormon
Hormon merupakan suatu zat yang berfungsi untuk mengendalikan berbagai macam
fungsi biologis di dalam tubuh. Hormon sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup. Sehingga tak jarang jika mengalami masalah pada
kelenjar yang menghasilkan suatu hormon, maka proses biologis di dalam tubuh dapat
terganggu dan dapat menyebabkan penyakit bahkan kematian.
Growth hormone (GH)
Growth hormone atau hormon pertumbuhan merupakan hormon protein yang dihasilkan
hipofisis anterior. Hormon ini juga dikenal sebagai hormon somatotropin (STH). hormon
pertumbuhan berupa rantai polipeptida tunggal yang disekresikan oleh kelenjar pituitari
dengan ukuran 22 kDa yang memiliki fungsi pleiotropik pada hewan vertebrata
(Hendriansyah, 2018). Growth hormone (GH) berperan dalam mempengaruhi kecepatan
pertumbuhan suatu makhluk hidup. Jika terjadi defisit atau kekurangan hormon ini,
pertumbuhan suatu organisme dapat terganggu sehingga bisa mengakibatkan terjadinya
kretinisme (kerdil). Kelebihan hormon ini juga dapat menyebabkan terjadinya
pertumbuhan raksasa (gigantisme). Hal ini juga didukung oleh Latar (2013) bahwa
growth hormone meningkatkan laju pertumbuhan khususnya mempengaruhi
metabolisme karbohidrat, protein, dan lipid, serta merangsang pelepasan somatomedin.
Bagaimana peranan growth hormone bagi pertumbuhan diawali dengan
dirangsangnya pengeluaran hormon tersebut oleh kelenjar pituitari kemudian GH akan
merangsang pembelahan sel-sel tubuh. Sekresi GH juga dipicu oleh hormon pelepas
pertumbuhan yang dihasilkan oleh GH-RH (growth hormone releasing hormone).
Hormon ini juga dapat dihambat oleh GH-IH (growth hormone inhibiting hormone)
yang diproduksi oleh hipotalamus. Adapun kerja GH memiliki 2 sifat, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Mekanisme kerja secara langsung terjadi tanpa perantara
IGF-1 (insulin-like growth hormone) dalam hati atau langsung ke organ target. Berbeda
dengan mekanisme tidak langsung, dimana akan melibatkan IGF-1 di hati. Berikut skema
umum regulasi endokrin.

Gambar 1. regulasi endokrin


sumber gambar: Moriyama et al. 2004)

Growth hormone (GH) berpotensi sebagai agen anabolik dalam produktivitas hewan.
Misalnya pada hewan ternak yang diberi GH akan mengalami pertumbuhan lebih cepat,
membutuhkan lebih sedikit pakan per unit pertambahan berat badan, dan akan memiliki
lebih sedikit lemak daripada hewan yang tidak diberi perlakuan. Sapi laktasi akan
menghasilkan lebih banyak susu dengan pakan yang lebih sedikit (Machlin, 1976).
Alokasi energi pada pertumbuhan otot dan tulang disokong oleh GH pada metabolisme
protein dan lipid. Perpindahan energi dari jaringan adiposa ke pertumbuhan tulang dan
otot dipengaruhi oleh GH (Apriliana, 2017). Penyebab kadar GH mengalami penurunan
karena defisiensi dari gen pituitary transcription factor 1 (Pit-1), yang berfungsi mengatur
ekspresi gen hormon pertumbuhan (Sumantri et al., 2011)
GH dapat menyokong alokasi energi terhadap pertumbuhan otot dan tulang
melalui dampaknya pada metabolisme protein dan lipid. GH dapat mempengaruhi
pergeseran alokasi energi dari jaringan adiposa ke pertumbuhan otot dan tulang
(Apriliani, 2017).

Prolaktin
Prolaktin tergolong ke dalam hormon protein yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
anterior. Hormon prolaktin memiliki banyak peran dalam tubuh antara lain dalam
metabolisme, stimulasi laktasi, pertumbuhan dan dapat mempengaruhi perilaku pada
beberapa taksa. Prolaktin yang diperantarai oleh reseptor di pleksus koroid bisa melintasi
pembatas darah-otak melalui mekanisme transpor sehingga dapat masuk ke CSF hingga
ke jaringan saraf (Putri et al., 2021). Prolaktin juga berperan dalam regulasi metabolisme
(Trissier et al., 2020). Ekspresi gen pda hormon prolaktin dipengaruhi oleh gen PIT-1
(Suwiti et al, 2017)

IGF-1

Dua dekade (1978) setelah keberadaan somatomedin pertama kali didalilkan, IGF-I dan
IGF-II dimurnikan dan ditandai. IGF-I terbukti menjadi zat somatomedin yang diatur oleh
sirkulasi GH pada tikus. Kedua zat tersebut disebut “seperti insulin” karena kemampuan
untuk merangsang pengambilan glukosa ke dalam sel-sel lemak dan otot. IGFs adalah
mediator utama dari efek pertumbuhan-mempromosikan GH, beroperasi secara autokrin,
parakrin dan endokrin. hubungan antara Igf-i dan pertumbuhan sebagian besar
dipengaruhi oleh berbagai faktor endogen dan eksogen, termasuk jenis kelamin, status
perkembangan dan kematangan, fotoperiode, suhu dan salinitas serta kondisi stres dan
penyakit, yang membuat Igf-i dan variabel hubungan pertumbuhan sepanjang musim dan
siklus produksi.
Insulin diberikan fungsinya melalui interaksi dengan reseptor insulin (INSR),
sedangkan tindakan baik IGF-1 dan IGF-2 terutama dimediasi oleh reseptor IGF-1
(IGF1R). Proses sintesis dan sekresi insulin ini terjadi tepatnya pada sel-sel beta pulau
Langerhans pankreas. Kedua proses ini melibatkan berbagai komponen yang
mendukung berlangsungnya proses-proses tersebut dengan hasil akhirnya insulin. Pada
keadaan tertentu komponen- komponen yang berada dalam sel ini dapat mengalami
disfungsi, yang akan mengganggu sintesis dan sekresi sehingga menimbulkan penyakit
pada organ pankreas.
Insulin-Like Growth Factor-1 (IGF-1) meningkatkan sekresi insulin dari sel beta
pulau langerhans. Insulin dan IGF-1 menstimulasi intake glukosa dengan meningkatkan
ekspresi transport glukosa dalam sel. IGF-1 merupakan suatu hormon protein
polipeptida yang diproduksi di hati, mempunyai struktur yang sama dengan insulin dan
efek yang menyerupai insulin.. Efek tersebut didapat dari ikatan reseptor spesifik IGF-
1 dan reseptor insulin pada beberapa tipe sel, reseptor IGF-1 merupakan reseptor tirosin
kinase. Ikatan pada reseptor insulin mempunyai afinitas yang lebih rendah dibandingkan
ikatan dengan reseptor IGF-1, sehingga potensi IGF-1 untuk mengaktifkan reseptor
insulin adalah 0,1 x potensi dari insulin. Namun IGF-1 tetap dapat menginduksi
fosforilasi pada reseptor insulin dan menyebabkan hipoglikemia. IGF-I memiliki peran
penting dalam tulang longitudinal pertumbuhan yang melibatkan tindakan anabolik
"seperti insulin" yang meningkatkan hipertrofi kondrosit, karena penghapusan gen igf-I
menghasilkan dwarfisme pada tikus dan perawakan pendek ekstrim pada manusia.
Perbedaan spesies ikan dalam regulasi sistem Gh/Igf juga berlaku untuk aksi
osmoregulasi Gh, yang dapat bekerja secara sinergis dengan kortisol dan Igf-i untuk
meningkatkan kemampuan hipo-osmoregulasi, terutama pada spesies salmonid. migrasi
anadromous dari sungai ke lingkungan hiperosmotik merangsang sumbu somatotropik
untuk pertumbuhan yang cepat dan memicu tindakan osmoregulasi yang berbeda terkait
dengan pengembangan mekanisme persiapan untuk masuknya air laut . Dalam hal ini,
aksi Gh dapat dimediasi oleh Ghrs untuk merangsang produksi Igf-i tidak hanya di hati,
tetapi juga di organ osmoregulasi (insang, ginjal, dan usus), yang pada gilirannya
mengatur pergerakan ion dan air untuk mempertahankan atau mencapai yang baru.
keadaan stabil osmolalitas plasma,
Gambar 2. Crosstalk metabolik antara sensor energi Sirtuin dan sistem Gh/Igf di
hati, otot rangka putih (WSM) dan jaringan adiposa (AT) dalam dua model eksperimen
yang berbeda: (A) percepatan pertumbuhan pada ikan dengan pakan yang ditingkatkan
dan (B) energi negatif keseimbangan (ikan puasa 10 hari).

Sirtuin Energy-Sensing dan GH/IGF-I Perbedaan dalam indikator kinerja utama


mencerminkan penggunaan nutrisi dan energi yang berbeda, karena asupan pakan dan
pertumbuhan dibatasi oleh kapasitas untuk menjaga keseimbangan redoks. Dalam hal itu,
hewan dengan peningkatan asupan pakan dan tingkat pertumbuhan dapat tumbuh secara
efisien dalam lingkungan seluler dengan peningkatan risiko stres oksidatif, dan
pengaturan diferensial sirtuins (SIRTs) berkontribusi pada penyesuaian kembali dan
pelestarian homeostasis metabolik. Enzim deasetilase ini menggunakan NAD+ sebagai
kofaktor dan menggabungkan status asetilasi substrat histon dan nonhiston dengan status
energi sel melalui rasio NAD+/NADH.
Knockdown in vivo dari Sirt1 hati mengembalikan penurunan serum IGF-I yang
diinduksi puasa dan meningkatkan peningkatan IGF-I yang bergantung pada Knockdown
Sirt1 pada tikus meningkatkan asetilasi dan fosforilasi tirosin yang diinduksi GH dari
STAT5, menunjukkan bahwa SIRT1 secara negatif mengatur produksi IGF-I yang
bergantung pada GH melalui deasetilasi faktor transkripsi STAT5. Selain itu, SIRT1
bertindak di tingkat otak sebagai penghubung antara pensinyalan somatotropik dan
pembatasan kalori, dan tikus knockout Sirt1 spesifik otak memiliki dwarfisme dan
penurunan GH dan IGF-I plasma, menampilkan fenotipe yang mirip dengan yang lama.
Tikus mutan hidup. Sebaliknya, aktivasi SIRT1 dengan resveratrol menekan sintesis GH
dalam sel tikus hipofisis dengan mengurangi ketersediaan PIT-1 ke promotor Gh melalui
penekanan transkripsi Creb. Tidak seperti kontroversi yang nyata ini, efek bersih dari
aktivasi SIRT1 terus menjadi penekanan tonus GH/IGF, yang akan berfungsi untuk
mendorong penurunan permintaan energi untuk tujuan pertumbuhan dalam lingkungan
seluler dengan berkurangnya ketersediaan bahan bakar metabolik.
Puasa jangka pendek tidak mengubah secara signifikan ekspresi gen sirt1 di hati,
sedangkan pola ekspresi untuk isotipe sirt lainnya (sirt2-6) adalah supresi keseluruhan
terkait dengan penurunan permintaan energi untuk lipogenesis hepatik. Sebaliknya, galur
gilthead sea bream yang secara teratur berkinerja lebih baik daripada galur lain yang
berbeda secara genetik memiliki sirt1 hati yang berkurang ekspresi, dalam kombinasi
dengan perilaku makan yang lebih aktif dan sistem Gh/Igf-i, menghasilkan peningkatan
pertumbuhan dan sirkulasi Igf-i yang lebih tinggi. Ekspresi gen sirt juga sangat diatur
oleh permintaan energi di otot rangka putih ikan air tawar gilthead, dan mRNA sirt2 jelas
diregulasi pada ikan yang tumbuh cepat, sedangkan sirt5 mitokondria muncul sebagai
elemen yang lebih responsif selama puasa paksa atau puasa alami ketika perbandingan
dibuat antara ikan dengan ukuran berbeda selama musim dingin. Dalam kedua kasus, ini
terjadi dalam kombinasi dengan peningkatan mesin lipolitik dan pengurangan
pemborosan energi, dibuktikan dengan penurunan regulasi protein otot mitokondria
uncoupling dan perubahan ekspresi banyak penanda metabolisme lipid dan fosforilasi
oksidatif, seperti juga disorot oleh profil ekspresi gen microarray otot ikan yang diberi
makan pada rasio pemeliharaan.
Crosstalk metabolik yang kompleks antara sensor energi Sirt dan sistem Gh/Igf,
dengan mungkin tujuan ganda (i) menghindari atau meminimalkan hilangnya massa
protein otot selama tahap keseimbangan energi negatif dan (ii) penyetelan yang tepat
proses pertumbuhan organisme yang menuntut energi terhadap pasokan eksogen dan
ketersediaan bahan bakar metabolik

Gambar 3. Sintesis faktor pertumbuhan seperti insulin 1 (IGF-1). IGFBP menunjukkan


protein pengikat faktor pertumbuhan seperti insulin, IGF1r menunjukkan reseptor IGF-
1, GC menunjukkan glukokortikoid, IGF-2 menunjukkan faktor pertumbuhan seperti
insulin 2. Garis putus-putus menekankan fakta bahwa sinyal kolektif mengenai keadaan
nutrisi suatu organisme diperlukan agar kaskade sintetis normal berfungsi.

● Kombinasi isyarat dari lingkungan dan keadaan fisiologis internal vertebrata


memulai dan memodulasi pelepasan hormon pelepas hormon pertumbuhan
(GHrH) dan somatostatin dari hipotalamus. Kedua peptida ini masing-
masing merangsang dan menghambat pelepasan hormon pertumbuhan (GH)
dari hipofisis
● Selanjutnya, ketika disekresikan ke dalam sirkulasi darah, GH menginduksi
dan memodulasi pelepasan IGF-1 oleh hati. Sebagai imbalan nya, IGF-1
memediasi banyak efek pertumbuhan yang dikaitkan dengan fungsi pemacu
pertumbuhan GH. Namun, bahkan pengaruh IGF-1 pada pertumbuhan juga
dapat dimodifikasi oleh hormon lain termasuk ghrelin, leptin, dan insulin,
yang kadarnya bervariasi dengan status nutrisi untuk memodulasi fungsi
fisiologis yang diinduksi oleh IGF-1
● Selain IGF-1 yang dilepaskan oleh hati, IGF-1 juga dapat disintesis secara
lokal (faktor autokrin/parakrin) di sebagian besar jaringan
● IGF diangkut ke sel dan ketersediaannya untuk reseptor dimodulasi oleh
protein pengikat IGF (IGFBP). Efek fisiologis IGF-1 dimediasi oleh
reseptor permukaan sel spesifik ligan
Efek fisiologis IGF-1 dimodulasi oleh tingkat kepadatan reseptor yang berfluktuasi
dan protein substratnya, dan tingkat IGFBP. Kompleks seperti ini dan kemungkinan
fleksibel dinamika sinyal IGF-1 memungkinkan vertebrata untuk merespon dengan mudah
terhadap lingkungan yang berubah (misalnya kondisi nutrisi) untuk memaksimalkan
kebugaran Darwinian mereka.
IGF-1 dapat mempengaruhi organ yang berbeda secara berbeda selama
perkembangan. IGF-1 memiliki peran penting dalam mengatur pertumbuhan embrio dan
pasca-kelahiran di seluruh kelas vertebrata dan IGF-1 berfungsi dengan cara yang sama di
sebagian besar jenis jaringan (misalnya otot, tulang, otak. Selama fase kehidupan yang
lebih menuntut energi, Pemberian IGF-1 secara proporsional meningkatkan lebih banyak
jantung, limpa, ginjal, dan timus pada tikus yang dihipofisektomi, tetapi menurunkan
ukuran jaringan lemak. Menghilangkan gen IGF-1 telah terbukti meningkatkan ukuran hati
melalui penurunan umpan balik GH dan peningkatan pelepasan GH hipofisis pada tikus.
Selama fase kehidupan yang lebih menuntut energi, mediator fisiologis seperti
glukokortikoid dilepaskan untuk memobilisasi energi dari karbohidrat, lemak, dan protein
Ketika simpanan energi berkurang, jaringan mengalami atrofi karena pemecahan protein
oleh sistem ubiquitin-proteasome dan sistem lisosom autophagy. Pensinyalan IGF-1
terbukti dapat menangkal atau setidaknya mengurangi atrofi jaringan serta kerusakan
jaringan akibat aktivitas fisik pada beberapa tingkatan, seperti peningkatan sintesis protein
melalui aktivitas jalur TOR, peningkatan laju pembelahan sel, serta modulasi periferal.
aktivitas glukokortikoid. Ini telah dijelaskan dengan baik dalam kasus jaringan otot dan
tulang pada manusia dan hewan pengerat selama periode pra dan pasca kelahiran.
Pada unggas, kadar IGF-1 plasma ditemukan meningkat secara bertahap seiring
bertambahnya usia selama perkembangan awal postnatal ayam prekosia. Sebaliknya, pada
great tits dan pied flycatchers, kedua spesies burung altricial, kadar IGF-1 menurun dari
pertengahan menjelang akhir periode nestling Perubahan terkait usia dalam kadar IGF-1
tampaknya bertepatan dengan laju pertumbuhan somatik.
Jika ketersediaan makanan tinggi, peningkatan produksi senyawa metabolik
memiliki efek campuran atau supresi pada sekresi GH, tetapi efek regulasi pada sintesis
IGF-1. Di sisi lain, ketika individu dibatasi energi, produksi senyawa metabolik terbatas,
sintesis GH cenderung meningkat, dan kadar IGF-1 menurun. Oleh karena itu, dimensi lain
dari ketergantungan nutrisi IGF-1 dapat diamati pada tingkat GH.
Data eksperimental mengenai ketergantungan nutrisi pada level IGF-1 bahkan lebih
langka. Beberapa bukti berasal dari manipulasi ukuran induk dengan burung passerine.
Beberapa penelitian tentang payudara besar telah menunjukkan bahwa manipulasi ukuran
induk mempengaruhi tingkat penyediaan per kapita yang mengakibatkan penurunan tingkat
pertumbuhan pada anak ayam yang tumbuh dengan peningkatan jumlah saudara
menunjukkan bahwa anak ayam dalam induk yang diperbesar juga memiliki kadar IGF-1
yang lebih rendah dibandingkan dengan yang induknya dikurangi.

b. Faktor eksternal
Salinitas
Peningkatan salinitas berperan terhadap pemanfaatan energi pakan, karena lebih banyak
protein tersimpan (diretensi) dan hanya sedikit yang terurai atau dimanfaatkan untuk energi
dalam mempertahankan keseimbangan garam garam tubuh. Perbedaan pertumbuhan relatif
pada media salinitas yang berbeda diduga terkait dengan tekanan osmotik cairan tubuh dan
lingkungan. Semakin jauh perbedaan tekanan osmotik tubuh dengan tekanan osmotik
lingkungan, maka akan semakin banyak beban kerja energi metabolisme yang dibutuhkan
untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi pada lingkungan yang bersalinitas.
Pada ikan, perubahan kadar salinitas mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh,
sehingga ikan melakukan penyesuaian atau pengaturan kerja osmotik internalnya agar proses
fisiologis di dalam tubuhnya dapat bekerja secara normal kembali. Apabila salinitas semakin
tinggi, ikan akan berupaya terus agar kondisi homeostatis dalam tubuhnya tercapai hingga
batas toleransi yang dimilikinya. Kerja osmotik memerlukan energi yang tinggi pula. Ikan
yang dipelihara pada kondisi salinitas yang sama dengan konsentrasi ion dalam darah akan
lebih banyak menggunakan energi untuk pertumbuhan sedangkan semakin tinggi perbedaan
antara kondisi salinitas dengan konsentrasi ion dalam darah maka ikan cenderung akan
terganggu pertumbuhannya bahkan mengalami kematian.
PH
Pengaruh pH bagi organisme sangat besar dan penting, kisaran pH yang kurang dari 6,5 akan
menekan laju pertumbuhan bahkan tingkat keasamannya dapat mematikan dan tidak ada laju
reproduksi.

Suhu
Suhu air merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas serta memacu atau
menghambat perkembangbiakan organisme perairan.Peningkatan suhu juga menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air dan selanjutnya
menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen. Meningkatnya metabolisme dalam tubuh
akan membantu proses pencernaan yang terjadi dalam usus dan penyerapan nutrien oleh usus
yang dapat digunakan sebagai bahan penyusun protein untuk pertumbuhan.
Suhu air yang tinggi dapat mengakibatkan sebagian besar energi yang tersimpan
dalam tubuh ikan digunakan untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan yang kurang
mendukung, sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat. Oleh sebab
itu, ketika suhu dibawah optimum maupun diatas optimum pertumbuhan ikan termasuk
lambat, disebabkan oleh konsumsi pakan yang relatif rendah.Perubahan suhu akan
mempengaruhi pengambilan makanan, proses metabolisme, proses enzimatis, sintesis
protein dan difusi molekul-molekul kecil.

IV.PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan mengenai topik “faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan hewan” dapat disimpulkan bahwa :

1. Growth Hormone (GH) diperlukan untuk pertumbuhan jaringan, metabolisme lemak,


dan pertumbuhan tubuh yang normal.
2. Hormon prolaktin bertanggung jawab terhadap berbagai proses fisiologi pada
vertebrata, termasuk reproduksi, osmoregulasi, pertumbuhan dan perkembangan,
metabolism, regulasi kekebalan tubuh, keseimbangan energi dan tingkah laku.
3. Hormon IGF-1 yang juga berperan peran penting dalam tulang longitudinal
pertumbuhan.
4. Faktor lingkungan seperti Salinitas, suhu, dan pH erat kaitannya dengan regulasi dan
metabolisme tubuh yang akan mempengaruhi pertumbuhan hewan.
4.2 Peluang
Kajian pada makalah ini memiliki peluang untuk kajian lebih lanjut pada hewan vertebrata
terutama pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan hewan terestrial dan dapat
menjadi peluang pada sektor budidaya baik pada perikanan ataupun budidaya hewan ternak.

REFERENSI

Aliyas. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis sp.) Yang
Dipelihara pada Media Bersalinitas. Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume
5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 19-27. [diakses melalui:
file:///C:/Users/Windows%2010%20Pro/Downloads/6957-23229-1-PB.pdf ]

Apriliana, Riri., Fajar Basuk, dan Ristiawan Agung. 2017. Pengaruh Pemberian
Recombinant Growth Hormone (rGH) dengan Dosis Berbeda pada Pakan Buatan
terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Ikan Tawes (Puntius sp.). Sains
Akuakultur Tropis: 2(2017)1:49-58. [diakses melalui:
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/sat/article/view/2561/1530 ]

Bana, Joice C. Profil Hormon Prolaktin Pada Empat Fase Hidup Ayam Kampung (Gallus
gallus domesticus). Seminar Nasional Sains dan Teknik Fst Undana (Sainstek)
Kupang, 02 November 2021. [diakses melalui :
file:///C:/Users/Windows%2010%20Pro/Downloads/235-Article%20Text-371-1-
10-20211212.pdf ]

Gunawan, hariadi, Usman Muhammad Tang dan Mulyadi. Pengaruh Suhu Berbeda terhadap
Laju Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Ikan Selais (Kryptopterus lais).
Jurnal Perikanan Dan Kelautan. Volume 24 No. 2, Desember 2019: 101-105.
[diakses melalui : https://media.neliti.com/media/publications/297788-the-effect-
different-of-temperature-on-g-13beb953.pdf ]

Hendriansyah, Ahmad., Wiwin Kusuma Atmaja Putra., Shavika Miranti. 2018. Rasio
Konversi Pakan Benih Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x
Epinephelus lanceolatus) dengan Pemberian Dosis recombinant Growth Hormone
(rGH) yang Berbeda. Intek Akuakultur.Volume 2. Nomor 2. [diakses melalui:
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=820156&val=12021
&title=Rasio%20konversi%20pakan%20benih%20ikan%20kerapu%20cantang%
20Epinephelus%20fuscoguttatus%20x%20Epinephelus%20lanceolatus%20denga
n%20pemberian%20dosis%20recombinant%20growth%20hormone%20rGH%20
yang%20berbeda ]

Kristanti, Rifatus Nadia. Pengaruh Pemberian Insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dari
Serum Kuda crossbreed Bunting terhadap jumlah sel pulau Langerhans Pankreas
Mencit (Mus musculus). Universitas Airlangga. [diakses melalui :
file:///C:/Users/Windows%2010%20Pro/Downloads/IGF%201.pdf ]

Latar, D.I. 2013.Efektivitas Pemberian Hormon Pertumbuhan Rekombinan Melalui Pakan


Dengan Bahan Penyalut Berbeda Dan Pelleting Pada Ikan Nila.[Skripsi]. Institut
Pertanian Bogor. Bogor [diakses melalui:
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=820156&val=12021
&title=Rasio%20konversi%20pakan%20benih%20ikan%20kerapu%20cantang%
20Epinephelus%20fuscoguttatus%20x%20Epinephelus%20lanceolatus%20denga
n%20pemberian%20dosis%20recombinant%20growth%20hormone%20rGH%20
yang%20berbeda ]

Laron, z. Insulin-like growth factor 1 (IGF-1): a growth hormone. J Clin Pathol: Mol Pathol
2001;54:311–316. [diakses melalui:
https://www.researchgate.net/publication/11771629_Insulin-
like_growth_factor_1_IGF-1_A_growth_hormone ]

Le Roith,Derek Carolyn Bondy, Shoshana Yakar, Jun-Li Liu, And Andrew Butler. The
Somatomedin Hypothesis: 2001. Endocrine Reviews 22(1): 53–74 [diakses melalui:
https://www.researchgate.net/publication/12169562_The_Somatomedin_Hypothe
sis_2001 ]

Le Tissier PR, Grattan DR. Growth hormone and prolactin: So much still to learn. J
Neuroendocrinol. 2020 Nov;32(11):e12909. doi: 10.1111/jne.12909. PMID:
33128814. [diakses melalui:
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/jne.12909 ]

Lodjak, Jaanis dan Simon Verhuls. Insulin-like growth factor 1 of wild vertebrates in a life-
history context. Molecular and Cellular Endocrinology 518 (2020) 110978 .
[diakses melalui : https://www.researchgate.net/publication/343653013_Insulin-
like_growth_factor_1_of_wild_vertebrates_in_a_life-
history_context/link/5feca40545851553a0098232/download ]

Machlin LJ. Role of growth hormone in improving animal production. Environ Qual Saf
Suppl. 1976;(5):43-55. PMID: 782872 [diakses melalui
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/782872/#:~:text=Pituitary%20growth%20hormo
ne%20(GH)%20has,carcass%20fat%20than%20untreated%20animals. ]
Moriyama S, Ayson FG, Kawauchi H. Growth regulation by insulin-like growth factor-I in
fish. Biosci Biotechnol Biochem. 2000 Aug;64(8):1553-62. doi:
10.1271/bbb.64.1553. PMID: 10993139. [diakses melalui:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10993139/ ]
Putri, Shinta Triana., Nafisa Arini., Audela Irma Oktavira., Yusni Atifah. 2021. Pengaruh
Hormonal dan Neuroendokrin pada Tingkah Laku Reproduksi Mamalia. Prosiding
SEMNAS BIO. Universitas Negeri Padang. [diakses melalui:
https://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id/index.php/prosiding/article/view/162/294 ]
Sumantri C, Herdiana D, Arajallah AF, Ahmat DR. 2009. Keragaman gen pituitary-specific
transcription factor-1 lokus Pit-1-Hinf1 dan pengaruhnya terhadap bobot tubuh
induk, dan produksi susu pada domba lokal. J Ilmu Ternak dan Veteriner 14(3):
222-229. [diakses melalui: https://adoc.pub/jitv-vol-14-no-3-th-2009.html ]
Suwiti, Ni Ketut., I Wayan Masa Tenaya., dan I Nengah Kerta Besung. 2017. Kadar Hormon
Pertumbuhan Sapi Bali Lebih Rendah di Nusa Penida Daripada Daerah Bali
Lainnya. Jurnal Veteriner Vol. 18 No. 2 : 226-231. Denpasar. [diakses melalui:
https://pksb.unud.ac.id/img/admin/post_attc/f30ceb19444d2c4ab05165621444577
e.pdf ]

Syarifuddin. Pengaruh Ph Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan


Biawan (Helostoma temmincki). Universitas Muhammadiyah Pontianak. [diakses
melalui: http://repository.unmuhpnk.ac.id/901/1/SKRIPSI.pdf ]

Anda mungkin juga menyukai