Kelompok 5
Arfa Iskhia Dilla 2220422006
Denny Bendrianis 1910422003
Magister Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Pascasarjana Universitas Andalas
2022
Introduction
Banyak spesies memiliki kemampuan beradaptasi terhadap perubahan suhu temporal
di lingkungannya. Model vegetasi global (GVM) merupakan salah satu alat yang digunakan
untuk memprediksi nasib tanaman bila terjadi pemanasan atau perubahan iklim. Salah satu
kunci dari model ini adalah adanya respons terhadap suhu fotosintesis pada skala daun (An-
T). Respons An-T ini bervariasi secara geografis, karena adanya adaptasi yang diturunkan
secara genetik. Banyak GVM menggabungkan model biokimia fotosintesis C3 (FvCB).
Model FvCB ini memiliki dua kunci; laju maksimum aktivitas Rubisco (Vcmax) dan laju
transpor elektron potensial (Jmax).
Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan GVM yang penting untuk memprediksi
iklim global di masa depan dengan representasi yang kuat dari aklimatisasi dan adaptasi suhu
fotosintesis.
Results
Pada hasil yang tertera pada gambar di atas, Suhu optimum untuk fotosintesis bersih daun
(ToptA) (a–c) dan fotosintesis bersih pada konsentrasi CO2 antar sel 275 lmol mol1 (ToptA275) (d–f)
tanaman dewasa yang tumbuh di lingkungan asalnya (a, d) , spesies di lapangan (tumbuh pada suhu
pertumbuhan ambien) diukur dalam setidaknya dua musim atau lebih (b, e) dan spesies atau asalnya
dari iklim yang kontras asal tumbuh pada suhu pertumbuhan umum (kebun umum atau lingkungan
terkontrol) (c, f ). Pertumbuhan, suhu udara rata-rata 30 hari sebelumnya; Thome, jangka panjang
(1960-1990) berarti suhu maksimum bulan terpanas di tempat asal benih spesies. Warna yang berbeda
pada (a, d) menggambarkan tipe fungsional tumbuhan: jingga, angiosperma evergreen tropis (EA-Tr);
biru muda, tundra Arktik; merah, angiospermae gugur sedang (DA-Te); biru, angiospermae hijau
sedang (EA-Te); gymnospermae hijau boreal hijau (EG-Br); gymnospermae hijau beriklim sedang
(EG-Te); yang di (b,c,e,f) menggambarkan kumpulan data yang berbeda. Garis hitam tebal adalah: (a,
d) regresi linier kuadrat terkecil; (b, c, e, f) model efek campuran linier cocok dengan penyadapan
acak untuk setiap kumpulan data. Garis tipis dalam warna masing-masing adalah model intersep acak
yang dipasang untuk kumpulan data individual. Bilah kesalahan mewakili 1 SE.
Discussion
1. Adaptasi ToptA terhadap iklim asal
Hasil yang diperoleh tidak mendukung hipotesis 1, yaitu ToptA beradaptasi terhadap iklim
asal spesies. Terdapat dua hipotesis yang menjelaskan kurangnya adaptasi local ToptA ;
kurangnya spesialisasi biokimia fotosintesis dalam hubungannya terhadap iklim asal; dan
kemampuan spesies untuk menyesuaikan ToptA nya terhadap variasi temporal pada lingkungan
suhu local dapat menutupi adaptasi suhu ekotipik ToptA.
Terkait hipotesis 1, aktivitas Rubisco merupakan salah satu penentu biokimia fotosintesis
kunci dan salah satu proses fisiologi yang paling responsive terhadap suhu.
Terkait hipotesis 2, kemampuan sifat kinetic Rubisco untuk menyesuaikan dengan variasi
temporal di suhu pertumbuhan dapat menutupi respons pra-adaptif spesies terhadap
lingkungan suhu asalnya.
2. Aklimatisasi ToptA terhadap suhu pertumbuhan
Plastisitas musiman ToptA pada prinsipnya didorong oleh penyesuaian respons suhu dari
laju fotosintesis terbatas Rubisco dan keseimbangan antara laju fotosintesis pada terbatas
Rubisco dan terbatas transport electron.
Mekanisme kedua yang penting untuk aklimatisasi adalah perubahan magnitudo JVr. Pada
JVr tinggi, laju fotosintesis sebagian besar dibatasi oleh karboksilasi RuBP, sementara untuk
ToptA nilainya cenderung menurun.
3. Peningkatan fungsi respons suhu untuk kemampuan fotosintesis
Penulis mendemonstrasikan aklimatisasi terhadap suhu pertumbuhan sebagai pendorong
utama dalam respons suhu fotosintesis pada skala global.
Representasi aklimatisasi suhu fotosintesis saat ini yang telah diterapkan di beberapa model
vegetasi tidak mampu untuk memprediksi pola yang diamati pada ToptA di seluruh bioma.
Penulis mengusulkan algoritma baru untuk respons suhu yang didasarkan pada
rentang data yang luas, memperhitungkan variabilitas geografis dan temporal dalam proses
komponen biokimia fotosintesis dan mampu menangkap variasi yang diamati dari ToptA di
seluruh bioma dengan tingkat akurasi yang tinggi.