ABSTRAK
Tanaman alpukat (Persea americana Mill.) merupakan tanaman buah yang termasuk ke
dalam family Lauraceae. Tanaman alpukat banyak tumbuh di Indonesia terutama di dataran
tinggi yang berhawa sejuk (curah hujannya tinggi). Buah alpukat sering dimanfaatkan untuk
diolah menjadi jus, bolu kukus, dan salad. Bagian daging buahnya memiliki kandungan gizi
yang tinggi, sedangkan bagian daun digunakan untuk ramuan obat penyakit ginjal dan
hipertensi. Daun alpukat juga dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Antia et al.,
2015). Hasil penelitian Owolabi et al. Nefnwemiefnf4imifnfnnfnfnffnfwcwif wwf
hhdhehehehehhfh hdhdhdhdh jwuwu whwhhe ehehhe hheh hehehe heheheheheheheh
hehehehehhe heheheh
Kata kunci: Daya Simpan, Laju Respirasi. (max 200-230 kata)
PENDAHULUAN
Kentang yang sudah dipanen masih melakukan proses metabolisme yaitu proses
respirasi. Kentang memiliki laju respirasi dan laju produksi etilen yang sangat rendah,
sehingga mengindikasikan bahwa kentang memiliki daya simpan yang cukup lama. Namun
seiring dengan lamanya waktu penyimpanan, kentang dapat mengalami kerusakan baik
secara fisik, kimia, dan mikrobiologis. Kerusakan fisik kentang banyak berhubungan dengan
suhu dan pencahayaan. Kerusakan kimia terjadi akibat penurunan komposisi kimiawi,
sedangkan kerusakan mikrobiologis akibat serangan hama dan penyakit yang biasanya
terjadi setelah kerusakan fisik dan kimia pada umbi kentang yang bersangkutan (Setyabudi
dkk, 2017).
Umbi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu komoditas umbi-umbi yang
mempunyai prospek penting dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dibandingkan dengan
jenis ubi-ubian lain. Seperti ketela rampat maupun ketela pohon (Rahmawati, 2012).
Penyimpanan ubi jalar yang tidak baik dapat mengakibatkan kerusakan mutu ubi jalar yang
tidak baik dapat mengakibatkan kerusakan mutu ubi. Krusakan bahan pangan dapat
dikarenakan penyimpanan yang melewati batas normal, kerusakan ini berupa perubahan
warna pada daging umbi yang segar menjadi coklat.
Untuk menjaga hasil panen dari kerusakan, diperlukan penanganan pasca panen yang
tepat. Penyimpanan merupakan salah satu cara yang diperlukan dalam penanganan pasca
panen. Penyimpanan bertujuan untuk memperpanjang daya simpan dengan cara
memperlambat aktivitas fisiologis, menghambat perkembangan mikroba perusak, dan
memperkecil penguapan. Daya simpan setelah pemanenan tergantung pada iklim, suhu dan
kelembaban, kondisi kentang, kondisi penyimpanan, dan lama penyimpanan. Pada
prinsipnya tujuan penyimpanan adalah mencegah kehilangan air, pembusukan , dan
pertumbuhan tunas serta terjadinya akumulasi gula atau bahan penyusunnya yang dapat
menyebabkan warna gelap pada kentang jika dilakukan pemrosesan (Asgar dkk, 2010)
METODE PRAKTIKUM
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah box, keranjang kuning, timbangan
analitik, label, jangka sorong, pisau alat tulis dan alat dokuemtasi.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Umbi kentang (Solonum
toberosum), Ubi jalar (Ipomoea batatas) air keran, dan kertas putih.
Metode pelaksanaan
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah menyiapkan alat dan bahan,
mencuci 2 sampel umbi kentang dan umbi jalar untuk perlakuan dicuci, memisahkan sampel
perlakuan dicuci dengan tidak dicuci pada keranjang terpisah, memberi label pada sampel
sesuai perlakuan, menimbang sampel umbi kentang dan umbi jalar setiap perlakuan,
mengukur diameter sampel umbi kentang dan ubi jalar setiap perlakuan,
mendokumentasikan sampel umbi kentang dan umbi jalar yang dialasi kertas putih, mencatat
hasil pengukuran, menyimpan sampel umbi kentang dan ubu jalar pada suhu ruang, dan
melakukan pengamatan dan dokumentasikan.
(hasil yang dimasukkan adalah hasil dari semua komoditas yang ada, pembahasan pertabel)
Table 1. Pengamatan Perubahan warna Umbi Kentang (Solanum tuberosum) dan Ubi
Jalar (Ipomoea batatas)
Perlakuan Sampel 1 Sampel 2
Kentan
g
M1
M2
M3
Dicuci
M4
M5
Tidak
Dicuci
M1
M2
M3
M4
M5
Ubi Dicuci
Jalar
M1
M2
M3
M4
M5
M1
M2
TIdak M3
dicuci
M4
M5
Berdasarkan hasil pengamatan pada umbi kentang perlakuan pada sampel 1 dan
sampel 2 yang dicuci masih mengalami kekerasan pada bagian luar warna kuning pada
kentang belum mengalami perubahan warna pada mulai dari pengamatan M1 sampai M5
sedangkan yang dicuci perlakuan M1 dan M5 tekstur kentang sedikit kasar pada luarnya
warna masih kekuningan dan bercak coklat warna tanah. Dikarenakan pada kentang yang
sudah dicuci dan tidak dicuci akan mengalami susut bobot umbi tersebut (Rusmi, 2015).
Sedangkan pada perubahan warna pada ubi jalar perlakuan sampel 1 dan sampel 2 yang
dicuci
Table 2. Pengamatan Kerusakan Bagian Dalam Umbi Kentang (Solanum tuberosum) dan
Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
Perlakuan Sampel 1 Sampel 2
Dicuci
Tidak
Dicuci
kerusakan 3% kerusakan 8%
Dicuci
Tidak
Dicuci
Table 3. Pengamatan Susut Bobot Pada Umbi Kentang (Solanum tuberosum) dan Ubi Jalar
(Ipomoea batatas)
Berdasarkan hasil pengamatan susut bobot umbi kentang yang dicuci sampel 1 M2
0,83%, M3 0,78%, M4 0,42%, M5 0,55% sedangkan pada sampel 2 M2 1,5% M31,3% M4
1,07% M5 2,25% dan pada perlakuan tidak dicuci sampel 1 M2 1,48% M31,32% M4 1,14%
M5 1,8% sedangkan pada sampel 2 M2 0,48% M3 0,79% M4 1,03 M5 0,55%. Penyimpanan
2 minggu menunjukkan hasil yang berbeda nyata lebih rendah semakin lama penyimpanan
maka terjadi proses susut bobot kentang semakin tinggi karena pada saat penyimpanan
terjadi proses metabolism seperti respirasi dan transpirasi (Rahayu, 2011). Susut bobot pada
ubi jalar perlakuan yang dicuci sampel 1 M2 6,5% M3 2,7%, M4 1,35% M5 1,35%
sedangkan pada sampel 2 M2 5,5% M3 2,4% M4 1,03% M5 22,4% dan pada perlakuan tidak
dicuci sampel 1 M2 8,09% M3 5,38% M4 3,4% M5 3,16% sedangkan pada sampel 2 M2
6,18% M3 1,94% M4 1,22% M5 1,72%. Penyimpanan pada ubi jalar hal ini terjadi mungkin
karena
Table 4. Pengamatan Susut Diameter Umbi Kentang (Solanum tuberosum) dan Ubi Jalar
(Ipomoea batatas)
Perlakuan Sampel1 (%) Sampel 2 (%)
M2 M3 M4 M5 M2 M3 M4 M5
Kentang
Dicuci 3% 1,2% 1,1% 1,6% 2,3% 0,1% 3,5% 21,8%
Tidak
2,4% 0,4% 8,8% 0,6% 10,4% 0,8% 0,8% 1,1%
Dicuci
Ubi Jalar
Dicuci 3,9% 2,8% 2,9% 0,5% 6,6% 0,7% 1,5% 0,8%
Tidak
0% 2,6% 3,5% 1,4% 2,2% 4,4% 0,9% 0,2%
Dicuci
Berdasarkan hasil pengamatan susut diameter umbi kentang perlakuan kentang yang
dicuci sampel 1 M2 3% M3 1,2% M4 1,1% M5 1,6% sedangkan pada sampel 2 M2 2,3%
M3 0,1% M4 3,5% M5 21,8% dan pada perlakuan yang tidak dicuci sampel 1 M2 2,4% M3
0,4% M4 8,8% M5 0,6% sedangkan pada sampel 2 M2 10,4% M3 0,8 M4 0,8% M5 1,1%.
Susut diameter ubi jalar pada perlakuan yang dicuci sampel 1 M2 3,9% M3 2,8% M4 2,9 M5
0,5% sedangkan pada sampel 2 M2 6,6% M3 0,7% M4 1,5% M5 0,8% dan pada perlakuan
yang tidak dicuci M2 0% M3 2,6% M4 3,5% M5 1,4% sedangan sampel 2 M 2,2% M3 4,4%
M4 0,9% M5 0,2%.
Berdasarkan hasil dari kerusakan pada presentasi kerusakan pada umbi kentang pelkuan
dicuci presentasi M5 0% persentasi 2 M5 50% sedangkan yang tidak dicuci persentasi M5
50% persentasi 2 M5 50% dan pada ubi jalar perlakuan yang dicuci persentasi M5 50%
persentasi 2 50% sedanglan perlakuan tidak dicuci persentasi M5 50% persentasi M5 50%.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran Hasil
Table 1. Pengamatan Susut Bobot Pada Umbi Kentang (Solanum tuberosum) dan Ubi Jalar
(Ipomoea batatas)
Perlakuan Sampel1 (%) Sampel 2 (%)
M1 M2 M3 M4 M5 M1 M2 M3 M4 M5
Kentang 166, 164, 163,3 162,4 110,7 108,2
Dicuci 165,3 115,2 113,4 111,9
7 0
Tidak 161, 156,
158,9 155 152,2 165,8 164,4 163,1 162,6 161,7
Dicuci 3 8
Ubi Jalar 164, 149, 147,3 145,3 182 141,1
Dicuci 154 199,5 188,5 183,9
8 7
Tidak 165, 144,
152,2 139,1 134,7 115,9 108,0 105,9 104,6 102,8
Dicuci 6 0
Table 2. Pengamatan Susut Diameter Umbi Kentang (Solanum tuberosum) dan Ubi Jalar
(Ipomoea batatas)
Perlakuan Sampel1 (%) Sampel 2 (%)
M1 M2 M3 M4 M5 M1 M2 M3 M4 M5
Kentang
Dicuci 6,55 6,35 6,27 6,20 6,10 5,85 5,71 5,70 5,50 4,30
Tidak 7,0 6,83 6,80 6,20 6,16 6,90 6,18 6,13 6,08 6,01
Dicuci
Ubi Jalar
Dicuci 5,78 5,55 5,39 5,23 5,20 5,42 5,06 5,02 4,94 4,90
Tidak
5,22 5,22 5,08 4,90 4,83 4,39 4,29 4,10 4,06 4,05
Dicuci
Lampiran Perhitungan
Lampiran Metode