Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI

RANCANGAN PEMBUATAN AUTOMATIC WEATHER STATION (AWS)

KELOMPOK 6 AGROTEKNOLOGI 3-A

Nama Anggota Kelompok :


Alfia Ningsi (201910200311009)
Diana Putri (201910200311014)
Ardifian (201910200311028)
Sanchia Rahma Janita (201910200311035)

FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat Nya
sehingga proposal ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dan bekerja sama dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Harapan kami semoga proposal ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam proposal ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan proposal ini.

Malang, 21 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
Latar Belakang....................................................................................................................1
Rumusan Masalah..............................................................................................................1
Tujuan.................................................................................................................................1
Manfaat...............................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................3
Automatic Weather Stations (AWS)..................................................................................3
Bagian-bagian AWS...........................................................................................................3
Sensor-sensor AWS............................................................................................................4
Cara Kerja AWS.................................................................................................................4
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................................5
Konsep Rencana dan Rancangan AWS..............................................................................5
Komponen Yang Digunakan..............................................................................................5
Tahapan Pembuatan (Jadwal Kegiatan).............................................................................5
Anggaran Biaya..................................................................................................................6
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................7
Data Pengamatan................................................................................................................7
Grafik Pengamatan.............................................................................................................7
Pembahasan........................................................................................................................8
BAB V PENUTUP...............................................................................................................12
Kesimpulan.......................................................................................................................12
Saran.................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13
LAMPIRAN.........................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengamatan unsur cuaca sangat diperlukan untuk kesejahteraan umat manusia, unsur
cuaca yang diamati akan dijadikan bahan untuk memperkirakan cuaca pada waktu yang
akan datang dan juga cuaca lampau sangat berguna untuk mengetahui klimatologis suatu
daerah sehingga dapat memanfaatkan kondisi cuaca tersebut sesuai kebutuhan masing-
masing.
Cuaca adalah kondisi suhu udara, tekanan udara, curah hujan, angin, sinar matahari
ditempat dan waktu tertentu. Letak astronomis Indonesia menyebabkan indonesia
memiliki iklim tropis dengan dua musim, yaitu musim hujan yang terjadi pada bulan
November-April dan musim kemarau yang terjadi pada bulan Mei- suhu udara yang tidak
jauh perbedaan antara keduanya. Namun saat ini fenomemena perubahan cuaca terjadi
sehingga musim yang tidak menentu dan perubahan kondisi cuaca yang cepat tanpa
memperdulikan waktu dan tempat geografisnya (Wijayanti, dkk, 2007)
Perkembangan teknologi khususnya dapat diimplementasi dalam hal sebagai sistem
yang mengendalikan berbagai sensor dan kondisi seperti cahaya, temperatur,
kelembapan, getaran dan lain-lain. Informasi cuaca akan sangat bermanfaat diberbagai
bidang, baik pertanian, perikanan, pembangunan, penerbangan, komunikasi dan lain-lain.
Hasil penelitian ini telah berhasil membuat suatu prototype (AWS) yang
selanjutnya bisa dikembangkan untuk keperluan meteorologi mengukur cuaca dalam
mendukung tugas pokok Praktikum agroklimatolofi dan aplikasi komputer sebagai
pengamat unsur cuaca. Alat ini dapat dimanfaatkan dalam bidang pertanian untuk
mengamati cuaca di sekitar areal budidaya. Diharapkan dengan penggunaan alat ini dapat
meningkatkan produktivitas kegiatan budidaya dan diharapkan dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas hasil.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditentukan permasalahan yaitu:
1. Apa itu Automatic Weather Station?
2. Bagaimana cara kerja dari sistem Automatic Weather Station?
3. Bagaimana cara merancang dari sistem Automatic Weather Station?

1
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan Proposal ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu Automatic Weather Station.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja dari sistem Automatic Weather Station.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara merancang dari sistem Automatic Weather
Station.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan proposal ini yaitu:
1. Dapat mengetahui apa itu Automatic Weather Station.
2. Dapat mengetahui bagaimana cara kerja dari sistem Automatic Weather Station.
3. Dapat mengetahui bagaimana cara merancang dari sistem Automatic Weather
Station.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Automatic Weather Stations (AWS)


AWS merupakan suatu peralatan atau sistem terpadu yang didisain untuk
pengumpulan data cuaca secara otomatis serta diproses agar pengamatan menjadi lebih
mudah. AWS umumnya dilengkapi dengan sensor, Remote Terminal Unit (RTU),
Komputer, unit LED Display. Sensor-sensor yang digunakan meliputi sensor
temperatur, arah dan kecepatan angin, kelembaban, presipitasi, tekanan udara,
pyranometer, net radiometer. RTU terdiri atas datalogger dan back up power yang
berfungsi sebagai terminal pengumpulan data cuaca dari sensor tersebut dan
ditransmisikan ke unit pengumpulan data pada komputer. Automatic weather station
(AWS) merupakan stasiun meteorologi yang melakukan pengamatan cuaca dan
mengirim hasilnya secara otomatis. Pengumpulan data dari alat pengukuran otomatis
dapat diproses secara lokal di AWS atau ditempat lain seperti di central processor pada
jaringan/network. Automatic weather stations didesain dengan konsep yang
terintergrasi dari alat pengukuran otomatis, data acquisition dan processing unit.
Kombinasi antara sistem instrumentasi, interface, pemroses data dan unit pengiriman
(transmisi) biasanya disebut dengan istilah “Automated Weather Observing System
(AWOS)” atau “Automated Surface Observing System (ASOS)”.
2.2 Bagian-bagian AWS
Secara umum AWS dibagi menjadi beberapa bagian utama , yaitu :
1. Sensor. Sensor pada AWS terdiri dari Wind speed, Wind direction, Humidity,
Temperature, Solar radiation, Air Pressure, dan Rain gauge.
2. Data Logger, yang mencatat semua data dari sensor yang bisa terdiri dari:
Amplifier, Converter, Acquisitions dan Controller.
3. Komputer (sistem perekam dan sistem monitor). Untuk mengumpulkan semua
data log dan memonitor hasil yang dicatat oleh AWS. Komponennya bisa
terdiri dari PC software, database, kalkulasi/analisa data dll.
4. Display (optional). Yang bisa berupa LED, LCD, PC, indicator dll.
5. Tiang untuk dudukan sensor dan data logger.
6. Penangkal petir Lightning/surge/line protection dll.

3
7. Power supply :AC, DC, solar cell dll. Spesifikasi teknis dari masing-masing
komponen biasanya ditentukan, sesuai dengan dimana AWS tersebut akan
dipasang.
2.3 Sensor-sensor AWS
Pada umumnya AWS dilengkapi dengan beberapa sensor antara lain:
1. Termometer untuk mengukur Suhu.
2. Anemometer untuk mengukur Arah dan Kecepatan angin.
3. Hygrometer merupakan alat untuk mengukur Kelembaban.
4. Barometer untuk mengukur Tekanan Udara.
5. Rain gauge untuk mengukur Curah Hujan.
6. Pyranometer untuk mengukur Penyinaran Matahari
Data hasil pengukuran dari masingmasing AWS dapat diproses pada lokasi AWS
itu sendiri atau dikumpulkan pada unit pusat data akuisisi, kemudian data yang
dikumpulkan secara otomatis diteruskan ke pusat pengolahan data untuk dipergunakan
sesuai kebutuhan. Automatic Weather Station dapat didesain secara terintegrasi
dengan beberapa AWS lain sehingga membentuk suatu system pengamatan yang
dikenal dengan Automated Weather Observing System (AWOS).
2.4 Cara Kerja AWS
Cara kerja weather station adalah dengan meletakkannya di luar ruangan kemudian
sensor pada weather station akan merekam semua perubahan cuaca atau angin secara
langsung dan memprosesnya di mikroprosessor pada data logger. Setelah itu, hasil
processing data di data logger akan disalurkan ke data logger melalui kabel dan
tersimpan dalam bentuk logger (file log). File log inilah yang akan digunakan para
peneliti untuk memprediksi cuaca yang akan datang dengan perhitungan mereka atau
mereka dapat melihat datanya dalam bentuk grafik di web data logger. Weather station
dapat digunakan dalam semua kondisi dan aman dari petir karena saat pemasangan,
dilakukan proses grounding agar dapat mengalirkan listrik ke tanah. Selain untuk
prediksi cuaca, weather station dapat digunakan untuk penelitian seperti penelitian
pertanian, ekologi dan lainnya yang berhubungan dengan alam atau digunakan untuk
memantau cuaca (weather monitor / weather monitoring) secara langsung. Sudah
banyak juga penelitian mahasiswa Indonesia yang menggunakan weather station
sebagai penelitian mereka karena harga alatnya sendiri tidak terlalu mahal dan mudah
digunakan.

4
5
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Konsep Rencana dan Rancangan AWS
Konsep AWS (Automatic Weather Station) yang kami buat merupakan sebuah alat
pengukur cuaca yang akan kami uji coba di area green house. Dengan menggunakan
beberapa sensor yang kemungkinanan akan dibutuhkan dalam sebuah green house,
antara lain sensor DHT 11 / 22 yang berfungsi sebagai sensor suhu, suhu titik embun,
dan kelembapan, sensor BMP 180 yang berfungsi sebagai sensor suhu dan ketinggian,
LDR yang berfungsi sebagai sensor intensitas cahaya. Sensor-sensor tersebut akan di
rangkai dengan komponen-komponen yang lain dalam sebuah box berbentuk persegi
panjang dan akan di program dengan basis IoT sehingga dapat dimonitor melalui
smartphone.
3.2 Komponen Yang Digunakan
1. ESP8266 (Chip)
2. DHT 22 (Sensor Suhu Dan Kelembapan)
3. BMP 180 (Sensor Suhu Dan Tekanan Udara)
4. Node MCU
5. Sensor Hujan
6. Perfboard
7. Breadboard
8. Kabel Jumper

3.3 Tahapan Pembuatan (Jadwal Kegiatan)


1. Mencari referensi mengenai Automatic Weather Station menggunakan program
Arduino
2. Membuat list kebutuhan alat dan bahan yang akan digunakan
3. Mencari harga alat dan bahan di marketplace
4. Membuat desain rangkain AWS
5. Merakit komponen menjadi satu rangkaian
6. Membuat program AWS menggunakan software Arduino
7. Mensetting Arduino
8. Menguji sensor dan alat
9. Membuat poster

6
10. Memperkenalkan produk pada saat pameran berlangsung
Minggu ke 1 : Membuat konsep rencana dan rancangan AWS
Minggu ke 2 : Membuat gambar rancangan dan penjelasa
Minggu ke 3 : Mempersiapkan semua komponen
Minggu ke 4 : Mulai perakitan
Minggu ke 5 : Melakukan uji coba alat
Minggu ke 6 : Melakukan proses pengamatan
3.4 Anggaran Biaya
Jumlah Nama Barang Harga
1 BMP 280 Barometric Sensor Digital Rp 30.000
1 Soil Moisture Capasitive Rp 30.000
1 DHT - 11 Rp 20.000
1 Project Board MB 102 Rp 19.000
1 Saklar Mini Rp 2.000
1 Wemos D1 Mini Rp 52.000
1 Sensor Hujan Rp 15.000
1 Kabel Jumper 20 cm Rp 6.000
1 Kabel Jumper 30 cm Rp 4.000
Total Harga Rp 178.000

7
BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Hari/Tanggal Suhu ºC Kelembaban % Tekanan Uap (Pa) Curah Hujan
Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
Senin/ 4 Tidak Hujan
23 28 94 76 947 939
Januari 2021
Selasa/ 5 Tidak Hujan
22 27 95 77 938 962
Januari 2021
Rabu/ 6 Hujan
22 26 94 81 914 947
Januari 2021
Kamis/ 7 Tidak Hujan
21 28 93 72 945 958
Januari 2021
Jumat/ 8 Hujan
24 27 91 80 977 961
Januari 2021
Sabtu/ 9 Hujan
24 26 93 83 944 953
Januari 2021
Minggu/ 10 Tidak Hujan
25 28 96 72 982 971
Januari 2021

4.2 Grafik Pengamatan

Data Pengamatan
1200
943 950 951.5 969 948.5 976.5
930.5
1000

800

600

400

200
85 86 88.5 84 85.5 88 82.5
0 25.5 24.5 24 24.5 25.5 25 26.5
4/1/2020 5/1/2020 6/1/2020 7/1/2020 8/1/2020 9/1/2020 10/1/2020

Suhu Kelembaban Tekanan

8
4.3 Pembahasan
Automatic Weather Station atau yang disingkat AWS adalah alat pengukur cuaca
otomatis yang dikembangkan dari alat sebelumnya yaitu versi tradisionalnya dan kini
dibuat versi otomatis yang betujuan untuk menghemat tenaga kerja manusia dan
memungkinkan pengukuran di daerah-daerah terpencil. Automatic Weather station (AWS)
biasanya terdiri dari data logger, baterai isi ulang, telemetri (opsional) dan sensor
meteorologi (sensor angin dan cahaya) dan ada juga yang terdapat panel surya untuk
kemudahan dalam mengisi daya. Setiap alat tersebut yang ada pada Automatic Weather
Station ini memiliki ketahanan untuk kondisi cuaca ekstrim seperti badai dan kemarau.
Automatic Weather Station memiliki fungsi untuk merekam dan memantau perubahan
cuaca secara real-time dan otomatis. Hasil dari pemantauan AWS dapat dilihat dalam
bentuk grafik. Peralatan pengujian ini berguna mengamati kondisi atmosfer bumi untuk
memberikan informasi prakiraan cuaca pada suatu wilayah tertentu berdasarkan ruang
lingkup tertentu, alat ini juga berguna untuk mempelajari cuaca dan iklim suatu wilayah
(Kunang, 2016).
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur alat dari automatic weather
system tersebut untuk suhu, kelembaban, tekanan dan curah hujan. Tempat pengujiannya
adalah Perumahan Bukit Cemara Tujuh Blok 9 Kav 68 Malang dan pengujian dilakukan
pada pagi dan sore hari. Pertama untuk mengetahui kehandalan dalam keakurasian dan
tingkat kesalahan penghitungan hasil ukur serta kestabilan pembacaan data ukur maka alat
dibandingkan dengan perangkat atau alat pembanding dari BMKG. Pengujian dilakukan
dengan menempatkan sensor diluar ruangan. Automatic Weather Station memiliki data
Logger. Data Logger merupakan pusat dari Automatic Weather Station, alat ini berfungsi
untuk memproses data dari pengukuran cuaca dan akan menyimpan data, Fungsi utama
dari Data Logger sebagai berikut yaitu Pengukuran (Data Logger mengumpulkan informasi
dari setiap sensor dan mengarsipkannya), Perhitungan (Data Logger memproses sebagian
besar data meteorologi yang telah diambil), Penyimpanan data (Data Logger menyimpan
semua data baik pada memori sendiri maupun di kartu memori SD/microSD), Power
supply (Data Logger mengelola catu daya atau sumber untuk Automatic Weather Station
dari batterai atau panel surya)dan Komunikasi (Data Logger mengelola pemindahan data
ke server atau komputer. Protokol komunikasi yang dapat diolah oleh data logger dapat
berupa GSM, GPRS, RTC, WiFi, MicroSD, dan RS232) (Sihasale, 2017).
Berdasarkan hasil pengamatan suhu pada grafik diatas menunjukkan data yang
beragam pada pengamatan selama 7 hari, dimana suhu tertinggi terjadi pada tanggal 10

9
Januari 2021 dengan suhu 26,5 ᵒC, Sedangkan suhu terendah terjadi pada tanggal 6 Januari
2021 sebesar 24 ᵒC. Hal tersebut dikarenakan kelembaban yang rendah. Menurut Amalia
(2020) suhu berbanding terbalik dengan kelembaban. Semakin tinggi suhu maka
kelembabannya semakin rendah. Hal ini dikarenakan dengan tingginya nilai suhu akan
terjadi presipitasi (pengembunan) molekul. Sehingga hal ini sesuai karena suhu terendah
terjadi pada tanggal 6 Januari 2021 sebesar 26,5 ᵒC dan kelembaban tertinggi terjadi pada
tanggal 6 Januari 2021 sebesar sebesar 88,5%, sedangkan suhu terendah terjadi pada
tanggal 6 Januari 2021 sebesar 24 ᵒC dan kelembaban tertinggi terjadi pada tanggal 6
Januari 2021 sebesar sebesar 88,5% sehingga pernyataan tersebut sesuai. Menurut
Julisman (2014) tinggi rendahnya suhu dipengaruhi oleh sudut datang sinar matahari,
lamanya penyinaran, keadaan awan, keadaan benda, angin dan arus, serta sifat permukaan
bumi.
Berdasarkan hasil pengamatan kelembaban pada grafik diatas menunjukkan data yang
beragam pada pengamatan selama 7 hari, dimana kelembaban tertinggi terjadi pada tanggal
6 Januari 2021 sebesar sebesar 88,5%, Sedangkan kelembaban terendah terjadi pada
tanggal 10 Januari 2021 yaitu sebesar 82,5%. Hal tersebut dipengaruhi oleh suhu. Menurut
Sandy (2014) hubungan kelembaban dengan suhu sangat erat karena jika terjadi perubahan
kelembaban maka suhu juga akan ikut berubah. Hal ini sesuai karena kelembaban tertinggi
terjadi pada tanggal 6 Januari 2021 sebesar sebesar 88,5% dan suhu terendah terjadi pada
tanggal 6 Januari 2021 sebesar 26,5 ᵒC sedangkan kelembaban terendah terjadi pada
tanggal 10 Januari 2021 yaitu sebesar 82,5% dan suhu tertinggi terjadi pada tanggal 10
Januari 2021 sebesar 26,5 ᵒC sehingga pernyataan ini sesuai. Untuk kelembaban
berbanding terbalik dengan tekanan uap, dimana kelembaban tertinggi terjadi pada tanggal
6 Januari 2021 sebesar sebesar 88,5% dan tekanan uap terendah terjadi pada tanggal 6
Januari 2021 yaitu sebesar 930,5 Pa, sedangkan kelembaban terendah terjadi pada tanggal
10 Januari 2021 yaitu sebesar 82,5% dan tekanan uap tertinggi terjadi pada tanggal 10
Januari 2021 yaitu sebesar 976,5 Pa sehingga pernyataan tersebut sesuai. Menurut
Mulyono (2014) Tinggi rendahnya kelembaban udara disuatu tempat sangat bergantung
pada beberapa faktor berikut yaitu suhu, tekanan udara, pergerakan angin, kuantitas dan
kualitas penyinaran , vegetasi dan ketersediaan air disuatu tempat ( air, tanah, perairan).
Berdasarkan pengamatan tekanan uap pada grafik diatas menunjukkan data yang
beragam pada pengamatan selama 7 hari, dimana tekanan uap tertinggi terjadi pada tanggal
10 Januari 2021 yaitu sebesar 976,5 Pa sedangkan tekanan uap terendah terjadi pada
tanggal 6 Januari 2021 yaitu sebesar 930,5 Pa, hal tersebut dikarenakan sifat dari gaya tarik

10
cairan dan suhu. Kedua faktor ini akan mempengaruhi kecepatan menguap. Pada cairan
dimana gaya tariknya kuat maka, kecepatan menguapnya akan rendah, dan begitu juga
sebaliknya. Selain dipengaruhi oleh gaya tarik menarik antar molekul di dalam larutan,
kecepatan menguap juga dipengaruhi oleh suhu (Santosa 2015). Menurut Sihombing
(2014) hubungan antara  tekanan uap dengan suhu tidak berbanding terbalik
melainkan yaitu berbanding lurus. Karena ketika suhu tinggi, tekanan uap juga akan
meningkat dan sebaliknya jika suhu menurun maka nilai tekanan juga menurun. Hal ini
sesuai dengan pernyataan tersebut karena tekanan uap tertinggi terjadi pada tanggal 10
Januari 2021 yaitu sebesar 976,5 Pa dan suhu tertinggi juga terjadi pada tanggal 10 Januari
2021 sebesar 26,5 ᵒC.
Berdasarkan hasil pengamatan curah hujan, hujan turun pada tanggal 6, 8 dan 9
Januari 2021. Pengamatan ini dilakukan pada bulan Januari dimana pada saat itu terjadi
musim hujan sehingga kelembabannya bernilai tinggi. Hal ini sesuai dengan data
pengamatan tanggal 6 Januari 2021 dimana hujan turun sehingga kelembaban pada tanggal
6 Januari 2021 bernilai tinggi yaitu sebesar 88,5%. Menurut Albana (2019), tingginya
kelembapan suatu daerah merupakan salah satu faktor yang dapat menstimulasi terjadinya
curah hujan. Di Indonesia, kelembapan udara tertinggi dicapai pada musim hujan dan
terendah pada musim kemarau. Besar intensitas hujan itu berbeda-beda, tergantung pada
lama hujan yang berlangsung, letak atau posisi geografis, frekuensi kejadiannya dan lain-
lain. Lama dan intensitas hujan yang besar akan menyebabkan suatu pengurangan
kapasitas infiltrasi secara konstan tau tetap. Hal ini disebabkan oleh karena adanya faktor
pemadatan permukaan tanah terjadi karena pukulan butir-butir hujan, (Arham, 2017).
Faktor yang mempengaruhi curah hujan yang tinggi yaitu berasal dari awan konvektif dan
perbedaan suhu daratan dan perairan. Menurut Mulyono (2014) faktor-faktor yang
mempengaruhi curah hujan yang tinggi yaitu faktor garis lintang, ketinggian tempat, jarak
sumber air, perbedaan suhu tanah dan luas daratan. Curah hujan yang tinggi pada
umumnya dihasilkan dari proses konveksi dan pembentukan awan hujan panas. Curah
hujan dihasilkan dari gerakan massa udara lembab keatas. Agar terjadi gerakan ke atas
atmosfer harus dalam kondisi tidak stabil. Kondisi tidak stabil terjadi jika udara yang naik
lembab dan lapse rate udara lingkungannya berada antara lapse rate adiabatik kering dan
lapse rate adiabatik jenuh.
Automatic Weather Station tidak bisa mememantau jenis dan jumlah awan. Ditambah
lagi pengukuran curah hujan sedikit sulit dilakukan, terutama saat ada salju, karena alat ini
harus ada di area yang luas. Namun, sudah ada Automatic Weather Station dengan aplikasi

11
pemantauan melalui aplikasi smartphone atau laptop. Sumber energi dari Automatic
Weather Station berupa panel surya/baterai hal ini kembali pada spesifikasi/kebutuhannya.
Jika diperlukan untuk pemantauan jangka panjang, maka Automatic Weather Station harus
terhubung ke jaringan listrik utama sehingga bisa berjalan secara terus-menerus karena 
kebutuhan daya yang lebih tinggi pada AWS.

Dari kegunaan sensor tersebut tentunya membantu para petani untuk memantau
hasil pengukuran terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan cuaca dan iklim
sehingga bisa mengetahui juga perkembangan tanaman tersebut. Tetapi dengan bahan
sensor AWS dan bahan yang lainnya yang hanya memiliki budget yang lumayan murah
bisa sering mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat berfungsi dan harus mengganti
dengan baru. Berbeda dengan bahan-bahan yang harganya lebih mahal pasti kualitaspun
juga berbeda. Berdasarkan keadaan alat AWS yang kita gunakan, alat tersebut dapat dinilai
kurang efisien jika digunakan dilapangan terutama apabila digunakan untuk penelitian di
daerah-daerah terpencil atau remote area dikarenakan peneliti harus berada dekat dengan
plant atau alat. Pemeliharaan harus dapat dilakukan pada AWS tanpa mempengaruhi
catatan iklim. Sebagai contoh, sensor suhu dan kelembaban harus dapat dinonaktifkan
sebelum penampungan instrumen dicuci. Banyak AWS murah tidak dapat disesuaikan di
lapangan dan perlu dikembalikan ke pabrik untuk kalibrasi berkala. Selain itu, banyak dari
kurangnya ketahanan AWS dan memerlukan kunjungan pemeliharaan sering untuk
menggantikan sensor. Penting untuk mempertimbangkan biaya seumur hidup dari AWS
bukan hanya biaya awal. Umumnya, semakin rendah biaya awal, semakin tinggi biaya
yang berkelanjutan untuk mempertahankan data diterima. Pada akhirnya, ini dapat
menyebabkan baik biaya total yang lebih tinggi atau jangka waktu yang lama tanpa data
yang bermanfaat.

12
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
AWS merupakan suatu peralatan atau sistem terpadu yang didisain untuk pengumpulan
data cuaca secara otomatis serta diproses agar pengamatan menjadi lebih mudah. Cara
kerja weather station adalah dengan meletakkannya di luar ruangan kemudian sensor pada
weather station akan merekam semua perubahan cuaca atau angin secara langsung dan
memprosesnya di mikroprosessor pada data logger. Setelah itu, hasil processing data di
data logger akan disalurkan ke data logger melalui kabel dan tersimpan dalam bentuk
logger (file log). File log inilah yang akan digunakan para peneliti untuk memprediksi
cuaca yang akan datang dengan perhitungan mereka atau mereka dapat melihat datanya
dalam bentuk grafik di web data logger.
Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan AWS selama 7 hari didapatkan yaitu
pada dasarnya unsur cuaca yang satu dengan yang lain memiliki suatu keterkaitan.
Suhu berbanding terbalik dengan kelembaban, dimana suhu terendah terjadi pada tanggal
6 Januari sebesar 26,5 ᵒC sedangkan pada kelembaban tertinggi terjadi pada tanggal 6
Januari 2021 sebesar sebesar 88,5%. Untuk nilai tekanan uap dengan suhu yaitu
berbanding lurus, dimana tekanan uap tertinggi terjadi pada tanggal 10 Januari 2021 yaitu
sebesar 24,5 dan suhu tertinggi juga terjadi pada tanggal 10 Januari 2021 dengan suhu 26,5
ᵒC. Untuk kelembaban berbanding terbalik dengan tekanan uap, dimana kelembaban
tertinggi terjadi pada tanggal 6 Januari 2021 sebesar sebesar 88,5% dan tekanan uap
terendah terjadi pada tanggal 6 Januari 2021 yaitu sebesar 22,75 kPa.
5.2 Saran
Data yang dihasilkan dari AWS yang dirancang ini cukup baik. Namun perlu
dikalibrasi agar data dari AWS ini benar-benar akurat, berdasarkan data yang dihasilkan
dari AWS pengambilan data idealnya adalah per menit hingga per setengah jam, dan
perancangan bentuk sangkar AWS harus dirancang sebaik mungkin agar komponen tidak
terkena cipratan air hujan. Namun harus tetap mampu membaca parameter cuaca yang
diukur secara akurat. Dengan menambahkan informasi dan sumber yang lebih kredibel,
sehingga proposal ini dapat diperbaiki sehingga dapat digunakan sebagai sebagai pustaka
khususnya pada bidang pengukuran visabilitas. Untuk proposal ini tidak membahas secara
keseluruhan isi dengan detail,sehingga masih banyak kekurangan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Albana, Nasrudin. 2019. Pengaruh Kelembapan Udara Terhadap Kegiatan Rukyatul Hilal.
Skripsi. Program Studi Ilmu Falak. Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam
Negeri Walisongo Semarang.
Amalia, A., Fajrin, H. R., & Wibowo, A. S. 2020. Thermohygrometer Dengan
Penyimpanan Data Untuk Monitoring Kamar Bedah. Medika Teknika: Jurnal
Teknik Elektromedik Indonesia, 2(1), 40-44.
Arham. 2017. Pengaruh Hubungan Intensitas Curah Hujan dan Kemiringan Lahan terhadap
Laju Erosi. Skripsi. Jurusan Sipil. Fakultas Teknik. Universitas Hasanuddin Gowa.
Julisman, Z., & Erlin, E. 2014. Prediksi Tingkat Curah Hujan di Kota Pekanbaru
menggunakan Logika Fuzzy Mamdani. Sains dan Teknologi Informasi, 3(1), 65-72.
Kunang, Y. N., & Purnamasari, S. D. (2016). PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
MONITORING CUACA KECAMATAN SEBERANG ULU I BERBASIS
WEB. Semnastikom, 2016, 909-9014.
Machfud, M., Sanjaya, M., & Ari, G. (2015). RANCANG BANGUN AUTOMATIC
WEATHER STATION (AWS) MENGGUNAKAN RASPBERRY PI. ALHAZEN
Journal of Physics, 2(2), 49-58.
Mulyono, D. 2014. Analisis karakteristik curah hujan di wilayah Kabupaten Garut
Selatan. Jurnal Konstruksi, 12(1).
Populasi, C. S., Palloan, P., & Ihsan, N. (2012). Studi Tentang Komparasi Data Tekanan
Udara pada Barometer Digital dan Automatic Weather Sistem (Awos) Di. Jurnal
Sains dan Pendidikan Fisika, 8(3).
Sandi, N. 2014. Pengaruh Suhu dan Kelembaban Relatif Udara Terhadap Penampilan Fisik
dalam Olahraga. In Naskah Lengkap Seminar Nasional Integrasi Keanekaragaman
Hayati dan Kebudayaan dalam Pembangunan Berkelanjutan. Denpasar (27).
Sihasale, J. D., & Lekatompessy, S. T. (2017). RANCANG BANGUN WAS (Weather
Automatic Station) PENDETEKSI CUACA SECARA REAL TIME DAN
TERINTEGRASI GUNA MENDUKUNG KE SELAMATAN PELAYARAN
KAPAL RAKYAT DI MALUKU. JURNAL TEKNOLOGI, 16(2), 2131-2139.
Sihombing, G. F. 2014. Hubungan Curah Hujan, Suhu Udara, Kelembaban Udara,
Kepadatan Penduduk dan Luas Lahan Pemukiman dengan Kejadian Demam

14
Berdarah Dengue di Kota Malang Periode Tahun 2002-2011. Lingkungan dan
Keselamatan Kerja, 3(1), 14459.
Sucipto, W., & Setiawan, W. (2017). Rancang Bangun Perangkat Pemantau Cuaca
Otomatis Berbasis Mikrokontroler pada Jaringan WLAN IEEE 802.11 b. Jurnal
SPEKTRUM, 4(2), 48-55.

15
LAMPIRAN
 Rata-rata Suhu

Tanggal Pagi Sore Rata-rata


4/1/2020 23 28 25.5
5/1/2020 22 27 24.5
6/1/2020 22 26 24
7/1/2020 21 28 24.5
8/1/2020 24 27 25.5
9/1/2020 24 26 25
10/1/202 25 28 26.5
0
 Rata-rata Kelembaban

Tanggal Pagi Sore Rata-rata


4/1/2020 94 76 85
5/1/2020 95 77 86
6/1/2020 94 83 88.5
7/1/2020 96 72 84
8/1/2020 91 80 85.5
9/1/2020 93 83 88
10/1/202 93 72 82.5
0
 Rata-rata Tekanan

Tanggal Pagi Sore Rata-rata


4/1/2020 947 939 943
5/1/2020 938 962 950
6/1/2020 914 947 930.5
7/1/2020 945 958 951.5
8/1/2020 977 961 969
9/1/2020 944 953 948.5
10/1/202 982 971 976.5
0

16
17

Anda mungkin juga menyukai