Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PBL 3

Kelompok 4:
1. M. Alief Khadafi (E4401211012)
2. Yovielachicha K (E4401211022)
3. Kayla Nur Azzahra (E4401211044)
4. Yuga Setyo Pambudi (E4401211066)
5. Ryanka Fatah K. P (E4401211096)
6. Septi Optakniatni Zai (X1004221040)

Latar Belakang
Hutan merupakan tumpuan dan harapan bagi setiap komponen makhluk hidup yang
ada di bumi. Banyak manfaat yang dapat diambil baik yang bersifat benefit cost maupun non
benefit cost, namun dalam upaya untuk memaksimalkan fungsi hutan terkadang muncul
faktor – faktor yang dapat menjadi pembatas tercapainya fungsi dan manfaat hutan secara
optimal. Mengingat tinggi dan pentingya nilai hutan, maka upaya pelestarian hutan wajib
dilakukan apapun konsekuensi yang harus dihadapi, karena sebetulnya peningkatan
produktivitas dan pelestarian serta perlindungan hutan sebenarnya mempunyai tujuan
jangka panjang,oleh karena itu perlu dicari solusi yang tepat untuk mempertahankan
produktivitas tegakan maupun ekosistem hutan.
Jati (Tectona grandis L.f) merupakan salah satu tanaman tropis yang mempunyai
nilai ekonomis yang tinggi, karena kayunya tergolong kayu serbaguna. Jati (Tectona grandis
L.f) terkenal sebagai kayu komersial bermutu tinggi, merupakan salah satu kayu
perdagangan yang memiliki kualitas kayu sangat bagus, sangat disukai dan memiliki
permintaan sangat tinggi. Sejalan dengan pesatnya perkembangan industri yang
menggunakan kayu jati sebagai bahan baku, sehingga permintaan kayu jati meningkat
dengan tajam. Hal ini menyebabkan pasokan kayu jati baik di pasar domestik maupun
internasional sangat terbatas. Hutan jati yang makin banyak diusahakan ini merupakan
suatu bentuk budidaya hutan dengan menerapkan silvikultur intensif, serta adanya
kesengajaan menyederhanakan ekosistem alami menjadi ekosistem rekayasa, sehingga
sangat rentan terhadap organisme pengganggu seperti hama dan penyakit. Masalah
serangan hama dan penyakit akan dijumpai mulai dari biji, biji yang baru tumbuh atau
kecambah, tanaman muda sampai menjadi tegakan, bahkan sampai pada hasil hutannya.
mengemukakan bahwa untuk menanggulangi serangan hama dan penyakit perlu
menciptakan sistem silvikultur hutan sehat dengan memperhatikan kaidah-kaidah ekologi.

Tujuan dan Metode


a. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui morfologi dan klasifikasi hama Pyrausta machaeralis.
2. Mengetahui perkembangan serangga Pyrausta machaeralis.
3. Memahami mekanisme serangan hama Pyrausta machaeralis.
4. Mengetahui penanganan serangan hama Pyrausta machaeralis.

b. Metode
1. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode penelitian
deskriptif dan data yang digunakan merupakan data sekunder. Perolehan dari data
tersebut akan kembali diolah dan dideskripsikan sehingga menghasilkan sebuah
laporan praktikum yang bisa menjelaskan definisi hama,proses perkembangan
hama, mekanisme serangan hama, dan mengatasi serangan hama Pyrausta
machaeralis.

2. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data pada praktikum kali ini adalah melalui studi literatur.
Metode ini dilakukan dengan cara menelusuri kepustakaan yang berisi tentang
informasi dan masalah yang relevan sesuai topik yang dibahas seperti
buku(e-book),karya ilmiah, makalah, jurnal, skripsi, tesis, dan sumber sumber
lainnya.

Pembahasan
a. Morfologi dan Klasifikasi Pyrausta machaeralis
Pyrausta machaeralis atau yang biasa dikenal sebagai ulat jati/enthung merupakan
kelompok ngengat yang masuk ke dalam ordo Lepidoptera dan familia Pyralidae.
Ulat jati berwarna coklat dengan sepasang garis kuning kecil disetiap sisi, dan
diantara dua garis berwarna coklat gelap dengan panjangnya 3.5 cm. Ulat jati adalah
hama yang menyerang tanaman jati (Tectona grandis, Lamiaceae). Hama ini
menyerang pada awal musim penghujan, yaitu sekitar bulan November - Januari
(Pratiwi et al. 2012). Ulat jati menggerogoti pinggiran daun, bahkan daun-daun yang
terserang robek dan berlubang-lubang dimakan ulat.

b. Perkembangan Pyrausta machaeralis


Pada waktu siang hari ngengatnya bersembunyi di lantai hutan; bila diganggu akan
terbang rendah di dekat lantai hutan. Pada malam hari mereka akan terbang untuk
melakukan perkawinan dan bertelur. Seekor ngengat betina dapat meletakkan
beberapa ratus butir telur, di atas atau di bawah permukaan daun jati. Larvanya
memakan bagian-bagian daun yang lunak, yaitu jaringan yang mengandung klorofil,
sedangkan kerangka/pertulangan daunnya tidak dimakannya. Oleh karena itu
serangga ini disebut perangka daun (leaf skeletonizer). Pada tingkat serangan hebat
larva akan memakan seluruh daun muda dan selanjutnya memakan dan mematikan
pucuk terminal.
Pada siang hari larva bersembunyi di bawah daun atau melindungi dirinya dengan
benang-benang sutera yang dikeluarkannya. Pengepompongan berlangsung pada
daun atau pada serasah/lantai hutan. Siklus hidup P. machaeralis di India, mulai dari
telur sampai keluar ngengat adalah antara 14-41 hari, dengan rincian : telur 3 hari
(2-3 hari), larva 12 hari (8- 27 hari), pupa 5 hari (4-11 hari) dan umur ngengat sampai
bertelur 3 hari. Di Indonesia siklus hidupnya antara 18-33 hari (Lestari 2013).

c. Mekanisme Serangan Pyrausta machaeralis


Menurut Lestari (2013), serangan Pyrausta machaeralis pada tegakan jati di
Pulau Jawa telah diketahui sejak tahun 1910, tetapi kemudian diabaikan karena
kurang penting artinya sebagai hama jati. Pandangan para rimbawan terhadap hama
ini mulai berubah, setelah terjadi serangan hebat pada tegakan jati di Mantingan,
Randublatung, Cepu dan Blora pada bulan Januari-Maret 1968. Pada pertengahan
musim kemarau tahun 1970 serangan hebat terjadi di daerah hutan Kendal, yang
menyebabkan kematian pohon-pohon jati muda yang berumur 1-5 tahun. Serangan
hebat pada periode Januari-Maret 1971 terjadi lagi di hutan jati Mantingan,
Randublatung, Cepu dan Blora. Peledakan populasi P. machaeralis terjadi 3 tahun
sekali. Bila dikaitkan dengan kondisi iklim setempat di Pulau Jawa, ternyata
serangan P. machaeralis banyak terjadi di daerah yang mempunyai tipe iklim B dan
C. Di daerah tipe iklim B serangan menghebat pada pertengahan musim kering
(Agustus-September) sedangkan di daerah tipe iklim menghebat pada pertengahan
musim kering (Agustus-September) sedangkan di daerah tipe iklim C serangannya
menghebat pada waktu musim hujan (Januari-Maret).
Serangan P. machaeralis jarang menyebabkan kematian pada tegakan jati,
tetapi akibat-akibat lain dapat timbul, antara lain sebagai berikut :
1. Bila serangannya sampai mematikan pucuk terminal, batang pohon bisa
menjadi bengkok-bengkok atau mempunyai percabangan yang banyak. Hal
ini akan menurunkan kualitas kayu.
2. Gundulnya tajuk akan mengurangi laju fotosintesis, sehingga akan terjadi
pengurangan riap Selain jati, tanaman inang lain dari P. machaeralis varietas
di Pulau Jawa belum diketahui. Kalshoen (1934) menemukan P. machaeralis
varitas rubicundalis yang menyerang Callicarpa cana. Di India, tanaman
inang lainnya adalah Calicarpa arborea, C. Cana, C. macrophylla dan
Tectona hamiltoniana.

d. Penanganan Serangan Pyrausta machaeralis


● Cara penanganan atau pengendalian serangan ulat jati adalah dengan tidak
merusak tumbuh-tumbuhan bawah yang menjadi tempat hidup musuh alami ulat jati,
misalnya burung.
● Secara kimia pengendalian ulat jati dapat dilakukan dengan menggunakan
insektisida berbahan aktif deltametrin (Decis 2,5 EC), berbahan aktif
permetrin (Ambush 2 EC) dan berbahan aktif lamda sihalotrien (Matador 25 EC).

Kesimpulan
Pyrausta machaeralis menyerang tanaman Jati (Tectona grandis) dengan cara memakan
bagian daun yang lunak dan mengandung klorofil, sedangkan tulang daunnya ditinggalkan.
Penanganan hama ini bisa dilakukan dengan cara menggunakan bahan kimia seperti
insektisida.

Daftar Pustaka
Lestari WI. 2013. Pengetahuan aparat perum perhutani KPH Sumedang, Jawa Barat tentang
hama-hama jati (Tectona grandis) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pratiwi T, Karmanah, Gusmarianti R. 2012. Inventarisasi hama dan penyakit tanaman jati unggul
nusantara di kebun percobaan cogrek bogor. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa.
2(2):123-133

Anda mungkin juga menyukai