Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PEMANENAN HUTAN

MATERI:
PENYADAPAN PINUS METODE QUARRE DAN METODE BOR

Pembimbing :
Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS.

Asprak :
Azelia Dwi Rahmawati E14190110
Mikhael Pratama E14190067

Disusun oleh :
Yovielachicha Khairunisa E4401211022

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
IPB UNIVERSITY
BOGOR
2023
Tabel 1 Penyadapan pinus menggunakan metode bor
No Tahapan kerja Deskripsi
Membawa alat bor dengan cara seperti
1. Persiapan alat dan bahan
menggendong ransel.
Membersihkan gulma (tanaman semak)
disekitar pohon pinus yang akan disadap
2. Pembersihan gulma
karena berpotensi mengganggu proses
penyadapan.

Menyiapkan alat yang akan digunakan untuk


menyadap pinus antara lain pemotong rumput
3. Persiapan alat sadap yang mata pisaunya diganti dengan bor,
mangkuk yang disertai pipa dan tutup, serta
sprayer berisi stimulansia.

Pengeboran pertama dilakukan dari bagian


4. Pengeboran lubang pertama bawah pohon sedalam 2 cm, alat bor
diposisikan membentuk sudut 30° dari pohon.

Membersihkan lubang yang telah di bor dari


Pembersihan lubang bor serbuk bagian dalam batang pohon pinus agar
5.
pertama tidak menghalangi stimulan menempel di
batang pohon.
Menyemprotkan stimulan “etrat” yang berisi
Penyemprotan stimulansia cairan untuk meningkatkan produktivitas
6.
“etrat” getah. Cairan stimulan “etrat” terbuat dari
etilen dan asam nitrat.
Meletakkan wadah khusus penampungan
7. Peletakan wadah getah getah pada lubang bor pertama lalu
ditinggalkan selama 3 hari.

Setelah 3 hari, wadah diambil dan getah hasil


8. Pemindahan getah sadapan dipindahkan ke ember
penampungan.

Setelah memanen getah dari hasil pengeboran


pertama, kemudian melakukan kembali
9. Pengeboran lubang kedua
pengeboran kedua pada lokasi 0,5 cm di atas
lubang bor pertama
Membersihkan lubang yang telah di bor dari
Pembersihan lubang bor
10. serbuk bagian dalam batang pohon pinus
kedua
seperti pembersihan lubang bor pertama.

Menyemprotkan stimulan “etrat” seperti pada


Penyemprotan stimulansia
11. lubang bor pertama.
“etrat” kedua

Tabel 2 Penyadapan pinus menggunakan metode quarre


No Tahapan kerja Deskripsi
Alat yang digunakan untuk penyadapan
dengan metode quarrer yaitu golok, mal
1. Persiapan alat
sadap, pisau sadap, lempengan, kapur, dn
mangkok.
Membersihkan gulma (tanaman semak)
disekitar pohon pinus yang akan disadap
2. Pembersihan gulma
karena berpotensi mengganggu proses
penyadapan.
Membersihkan kulit pohon yang
3. Pembersihan kulit pohon
menghalangi bagian yang akan disadap
Menempelkan mal sadap di batang pohon
dan diberi tanda dengan kapur. Hal ini
4. Pembuatan mal sadap bertujuan untuk mengetahui dan mengukur
intensitas kegiatan penyadapan untuk setiap
bulannya.
Melakukan pelukaan pertama di kotak
pertama yang dibuat dengan mal sadap
5. Pelukaan pertama
berukuran 6 x 11 cm, kedalaman pelukaan
yaitu 2-3 cm.
Memasang talang di permukaan bawah luka
sadapan. Talang yang berbentuk lempengan
6. Pemasangan talang sadap
pipih sedikit ditekuk agar dapat mengalirkan
getah.
Memasang wadah penampung getah di bawh
7. Pemasangan wadah
talang, di atas permukaan tanah.
Menyemprotkan stimulan “etrat” yang berisi
Penyemprotan stimulansia cairan untuk meningkatkan produktivitas
8.
“etrat” getah. Cairan stimulan “etrat” terbuat dari
etilen dan asam nitrat.
Setelah getah terkumpul selama 3 hari dalam
wadah penampungan, getah dipindahkan ke
ember pengumpulan dengan dibersihkan
9. Pemindahan getah
terlebih dahulu karena getah yang disadap
dengan metode quarrer cenderung lebih kotor
dan terdapat banyak kontaminan.
Melakukan pelukaan kembali pada area
10. Pembaharuan luka baru
pelukaan pertama menggunakan kadukul.
Penyemprotan stimulansia Menyemprotkan kembali stimulan “etrat”
11.
“etrat”

PEMBAHASAN
Proses penyadapan getah pinus selama ini dapat diperoleh dengan berbagai
metode diantaranya cara bor, cara koakan atau quarre dan lainnya (Woesono et al.
2022). Penyadapan dengan metode koakan atau quarre merupakan metode penyadapan
getah pinus dengan membentuk huruf U terbalik. Penyadapan dilakukan dengan
mengerok lapisan kulit luar pohon pinus sampai kulit bagian dalam pohon terlihat.
Kemudian melukai pohon dengan alat sadap yang disebut kedukul/pethel/kedakul
dengan ukuran koakan lebar ± 5 cm, tinggi 20-30 cm dan tebal ± 3 mm atau sampai
menyentu kayu bagian dalam (Sukadaryati 2014). Kelemahan metode quarre yang
tidak dapat dihindari yaitu menghasilkan getah yang kotor. Menurut Sukarno et al.
(2013), guna mengantisipasi permasalahan tersebut, perlu di cari alternatif metode
penyadapan. Metode penyadapan dengan bor merupakan salah satu cara yang saat ini
belum dilaksanakan secara praktek. Penyadapan dengan cara bor dimaksudkan untuk
meminimalisasi kerusakan kayu, sehingga harga jual kayu di akhir daur tetap tinggi,
kesehatan pohon terjaga serta menghindarkan pohon tumbang akibat angin kencang.
Luka sadap yang kecil akan lebih cepat menutup kembali seiring dengan pertumbuhan
dan perkembangan batang. Hasil getahnya bersih karena langsung tertampung kedalam
kantong. Penyadapan dengan cara bor memerlukan persyaratan dua alat yang tidak
terpisahkan yaitu mata bor dan pipa penyalur aliran getah.
Tahapan penyadapan pinus diawali dengan mempersiapkan alat dan bahan lalu
membersihkan gulma atau tanaman pengganggu disekitar pohon yang akan disadap.
Penyadapan getah pinus menggunakan metode bor dilakukan dengan cara pengeboran
lubang pertama sedalam 2 cm lalu lubang tersebut dibersihkan dari serbuk bagian
dalam batang pohon pinus. Selanjutnya, dilakukan penyemprotan stimulansia etrat
pada lubang sadap kemudian wadah penampung getah diletakkan. Setelah 3 hari, getah
yang telah terkumpul pada wadah dipindahkan ke ember penampungan dan dilanjutkan
dengan pembuatan lubang bor kedua dengan jarak 0,5 cm diatas lubang pertama.
Penyadapan getah pinus menggunakan metode quarre dilakukan dengan cara
pembersihan kulit batang lalu pembuatan mal sadap yang diberi tanda menggunakan
kapur. Setelah diberi tanda, dilanjutkan dengan pelukaan pertama lalu pemasangan
talang sadap yaitu berupa lempengan pipih untuk mengalirkan getah ke wadah
penampung yang ada dibawahnya. Getah dipindahkan ke dalam ember pengumpulan
setelah terkumpul selama 3 hari, kemudian dilakukan pembaharuan luka pada luka
yang pertama.
Kedua metode penyadapan pinus tersebut tentunya memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode quarre yaitu pelaksanaan kerjanya lebih
mudah dan murah. Kelemahan metode quarre yaitu getah yang dihasilkan kotor karena
tercampur dengan berbagai macam bahan seperti daun, serpihan kayu, bunga pinus,
tanah dan air. Hal tersebut dapat terjadi karena pada metode quarre tidak terdapat
tahapan pembersihan lubang seperti pada metode bor. Luka bekas penyadapan
menurunkan kualitas kayu dan Ketika terjadi angin kencang pohon akan mudah roboh
(Soenarno et al. 2017). Menurut Sukadaryati (2014), metode quarrer dilakukan dengan
menggunakan kadukul yang menyebabkan luas bidang sadap lebih besar daripada
menggunakan bor. Luka sadap yang cukup lebar tersebut memicu pohon lebih mudah
roboh namun getah yang dihasilkan akan lebih banyak. Penutupan luka yang relatif
lama mengakibatkan pohon rentan terkena penyakit. Sementara itu, produktivitas
penyadapan getah pinus dengan metode bor meghasilkan getah yang lebih bersih
karena getah yang keluar langsung tertampung ke dalam wadah penampung getah dan
sebelumnya telah dilakukan pembersihan lubang bor terlebih dahulu (Sukarno et al.
2012). Salah satu kelebihan metode bor yaitu luas bidang sadap yang dibuat lebih kecil
sehingga tidak menimbulkan pelukaan yang besar. Penutupan luka sadap yang relatif
cepat membuat kesehatan pohon lebih terjaga. Namun pada umumnya penyadapan
dengan metode bor kurang disukai karena pembuatan lubang dengan bor lebih banyak
memerlukan tenaga serta getah yang dihasilkan tidak sebanyak menggunakan kadukul
(Sukadaryati 2014).
SIMPULAN
Metode penyadapan getah pinus dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu metode
bor dan metode quarrer. Perbedaan yang terlihat jelas pada kedua metode ini yaitu pada
metode bor tidak dilakukan pemasangan talang sadap sehingga getah langsung
tertampung pada wadah. Selain itu, terdapat tahap pembersihan lubang sadap pada
metode bor yang menghasilkan getah lebih bersih daripada metode quarrer. Umumnya,
metode bor kurang disukai masyarakat karena memerlukan tenaga yang lebih besar
namun getah yang dihasilkan sedikit.

DAFTAR PUSTAKA
Soenarno, Dulsalam, Endom W. 2017. Pedoman Teknis Penyadapan Getah Pinus.
Bogor: IPB Press.
Sukadaryati. 2014. Pemanenan getah pinus menggunakan tiga cara penyadapan. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. 32(1): 62-70.
Sukarno A, Hardiyanto EB, Marsoem SN, Na’iem M. 2012. Pengaruh perbedaan kelas
umur terhadap produktivitas getah Pinus merkusii melalui penyadapan getah
metode bor. J-PAL. 3(1): 28-31.
Sukarno A, Hardiyanto EB, Marsoem SN, Na’iem M. 2013. Hubungan perbedaan
ukuran mata bor terhadap produksi getah Pinus merkusii. Jurnal Pembangunan
dan Alam Lestari. 4(1): 38-42.
Woesono HB dan Pamungkas MB. 2022) Pengaruh kelas umur dan metode sadapan
terhadap produksi sadapan getah pinus. Jurnal Wana Tropika. 12(1): 1-7.

Anda mungkin juga menyukai