Anda di halaman 1dari 20

METODE PELAKSANAAN

PEKERJAAN KANTOR ULP BALANGAN

1. PEKERJAAN PERSIAPAN.

1.1. Pembersihan Lokasi.

1.1.1. Untuk pekerjaan pembersihan lokasi ini, perlu diperhatikan


rencana gambar dan bestek.

1.1.2. Tanah lokasi harus dibersihkan dari tumbuh – tumbuhan / pohon
–   pohon   /   akar   –   akar   /   tanah   berhumus   atau   berlumpur   /
bongkaran  bangunan,  dalam  batas lokasi  lebih kurang  10 meter
dari rencana bouwplank.

1.1.3. Bahan   bongkaran,   harus   disingkirkan   dari lokasi / lapangan pekerjaan.

1.1.4. Bila  menurut  Konsultan  Pengawas  atau  Kontraktor,  ada tumbuh
– tumbuhan dan atau pohon yang tidak perlu disingkirkan, maka
harus dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas.

1.1.5.Tumbuh – tumbuhan dan pohon – pohon diluar lokasi ,tidak   boleh   ditebang   ata
u   dibongkar,   kecuali   ada   izin   dari Pemberi Tugas.

1.1.6. Bila   ternyata   tanah   berhumus   atau   berlumpur   bekas   bahan
bongkaran,  ternyata  menurut  penelitian  dapat
digunakan   untuk   tanah   penghijauan   dihalaman,   maka   tanah
tersebut dikumpulkan dahulu disuatu tempat yang tidak
mengganggu pekerjaan dan penggunaannya diatur kemudian.

1.1.7. Pembersihan   lokasi   dinyatakan   selesai,   bila   telah   mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas Lapangan.

1.2. Pengukuran Situasi.

1.2.1. Untuk pekerjaan pengukuran situasi ini, perlu diperhatikan


rencana gambar dan bestek.

1.2.2. Untuk   menentukan   ketepatan   titik   pondasi   poer,   titik   sumbu
kolom   konstruksi   dan   lain   –   lain,   dipergunakan   alat ukur
Theodolit.

1.2.3. Untuk   menentukan   titik   sumbu   kolom   /   titik   tengah   pondasi,
harus  dipasang  patok  –  patok  dari  kayu  galam,  yang  ditanam
kan  sedemikian  rupa  sehingga  tidak  bergerak  dengan  diberi  cat
merah dikepala galam dan ditengah – tengah permukaan galam
dipasang paku.

1.2.4. Titik   yang   dimaksudkan   pada   nomor   1.2.2.   ,   dapat   dikontrol   /
diperiksa pada tanda – tanda yang terdapat pada papan
bowplank.

1.2.5. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pengukuran


situasi   ini,   harus   diketahui   dan   disetujui   Proyek,   Pengelola
Proyek dan Konsultan Pengawas.

1.3. Konstruksi Bouwplank.

1.3.1. Untuk   pekerjaan   konstruksi   bouwplank   ini,   perlu   diperhatikan
rencana   gambar dan bestek.

1.3.2. Untuk  membantu  ketepatan  berdirinya  bangunan  /  titik  sumbu
pondasi / kolom konstruksi, maka harus dibuat konstruksi
bouwplank  yang  kuat  /  tidak  dapat  bergeser  karena  pekerjaan
disekitarnya.

1.3.3. Konstruksi   bouwplank   dibuat   dari   bahan   setara   papan   lanan
berkwalitet  baik  dengan ukuran  3/20  cm  dan  tongkat  dari  galam
diameter  5  cm  atau  7  cm  panjang  3  meter  dengan  jarak  satu
sama lain adalah 100 cm dan ditanam sedemikian rupa,
sehingga tidak mudah bergerak.

1.3.4. Papan  bouwplank  harus  diratakan  dibagian  atas  dengan  jalan
diketam sehingga lurus.

1.3.5. Pembuatan konstruksi bouwplank dinyatakan selesai, bila


mendapat persetujuan Pengawas Lapangan.

1.3.6. Papan  bouwplank  bagian  atas harus dibuat  setinggi  peil  lantai  
0,00.

2. PENENTUAN PEIL.

2.1. Untuk pekerjaan penentuan peil ini, harus diperhatikan rencana gambar
dan bestek.

2.2. Untuk   penentuan   peil,   diambil   permukaan   atas   lantai   dari   bangunan
utama.

2.3. Untuk pedoman menentukan ketinggian peil dari muka tanah, ,


Ketinggian  permukaan  tanah  asal  sampai  kepermukaan  lantai  adalah
0.75 m ( atau sesuaikan dengan gambar rencana ).
2.4. Untuk   pedoman   selanjutnya   dari   bangunan   yang   lain,   maka   harus
dibuatkan  patok  permanen  dari  tiang  beton  bertulang  yang  ditanamkan
kedalam tanah dan tidak mudah bergerak / bergeser. Patok ditanamkan
sebelum  pekerjaan bouwplank  dimulai,  tempat  penanaman patok  harus
dikonsultasikan kepada pengelola proyek dan Konsultan Pengawas.

2.5. Pada patok yang dimaksudkan pada nomor 2.4. diatas harus dibuat tanda
yang menunjukkan ketinggian lantai.

2.6. Ukuran  ketinggian  lantai  dari  bangunan  yang  lain,  akan  berpedoman
kepada patok permanen yang dimaksudkan pada nomor 2.4.

3. PEKERJAAN TANAH / PASIR.

3.1. Untuk pekerjaan tanah  /  pasir ini, perlu diperhatikan  rencana


gambar dan bestek

3.2. Pekerjaan   ini meliputi pekerjaan galian tanah untuk pondasi  Plat


poer dan   pas. Batu, saluran air hujan, septictank dan lain – lain.

3.3. Pekerjaan  urugan  tanah  bekas  lubang  galian  dilaksanakan disekitar


pondasi,  sampai ketinggian yang  ditentukan  pada  rencana  gambar
bestek.

3.4. Pengurugan  kembali  lubang  yang  dibuat  pada  ayat  3.3  dengan tanah


bekas  galian harus dikonsultasikan  dengan Konsultan Pengawas
Lapangan.   Dan bila ternyata   baik   untuk  tanah   urug,   artinya   tidak
bercampur  dengan  humus  atau  bahan  -  bahan  lain  yang   mengganggu
pemadatan tanah,   maka dapat dipakai   sebagai   bahan   urugan
tersebut.

3.5. Pengurugan  Halaman,  bawah  lantai  dan  bekas  galian  harus dengan


pemadatan   yang   dilaksanakan   lapis   demi lapis, tebal sesuai gambar
ditumbuk   /   dipadatkan   sampai   padat   sampai   mencapai   ketinggian
sesuai gambar.

3.6. Pengurugan pasir urug dibawah pondasi dan lantai, harus


dilaksanakan   sesuai   gambar   rencana   dan   dipadatkan   dengan   alat
pemadat.

4. PEKERJAAN   PONDASI.

4.1. Untuk   pekerjaan  pondasi  ini,  perlu   diperhatikan  rencana  gambar  dan
bestek

4.2. Pondasi menggunakan pasangan Batu dan Plat Poer Beton
4.3. Dibawah pondasi diurug pasir dengan ketebalan sesuai gambar
rencana.

4.4. Diatas pondasi pas. batu dikerjakan sloof   beton ukuran sesuai gambar
rencana.

4.5. Pasangan  Batu  dipasang sesuai  dengan bentuk  dan  ukuran  yang


terdapat dalam gambar rencana dan bagian-bagian antara batu
gunung  diisi dengan  adukan  1  :  4  sedemikian rupa  sehingga  terisi
padat seluruhnya.

4.6. Batu  yang  dipakai  adalah  batu  yang  keras,  tidak  poreus,  bersih  dan
besarnya tidak lebih dari 30 cm.

4.7. Batu yang tipis/kecil tidak diperkenankan untuk pekerjaan ini.

4.8. Pondasi  lain  memakai  pondasi  Roolag  camp.  1:2  tebal  ½  bata  dan
pondasi Trasraam bata camp. 1:2 tebal 1 bata.

4.9. Dibawah  pondasi  poer  dikerjakan  lantai  kerja beton  cor  dengan  mutu


beton K-100 dengan ketebalan sesuai gambar rencana.

4.10. Penulangan pondasi poer dikerjakan sesuai gambar rencana.

4.11. Dibawah  pondasi  plat  poer  diberi  Pancangan  Mini  Pile  Beton  20/20
mutu K-500 dengan panjang per segmen tiang 6 m’

4.12. Peralatan pemancangan harus menggunakan System ”Hydraulic


Jacked Piling System”

4.13. Sebelum  pemancangan  tiang  dan  pemandu  tiang  (pile  Leader)  harus
mengecek   kemiringannya   selama   pemancangan,   tiang   harus   tetap
tegak  lurus,  pemancangan tidak  boleh dilaksanakan tanpa persetujuan
dari konsultan pengawas/Direksi.

4.14. Tiang  tidak  boleh  dipancang  sebelum  beton  mencapai  kekuatan  tekan
karakteristik   yang   ditentukan   atau   tidak   boleh   kurang   dari   umur   28
Hari.

4.15. Penyambungan tiang harus menggunakan system Las yang dikerjakan
dengan sempurna (kalau ada sambungan)

4.16. Panjang Pemotongan tiang pancang harus sesuai dengan


gambarperencanaan,  pancang  dipotong  diberikan  jarak  40  x  diameter
besi untuk memberikan penyaluran beban terhadap poer.

4.17.   Pemancangan   dilakukan   dengan   alat   pancang   dengan   tripot   dan
kepala babi / penumbuk dengan berat sesuai keperluan

4.18.   Jumlah  pancangan   dilaksanakan  sesuai   jumlah  dalam   gambar,   dan
kepala tiang pancang yang sudah pecah saat ditumbuk supaya
dihentikan dan dipotong sesuai ketinggian.
4.19 Persyaratan pelaksanaan Pondasi pas. Batu :

1. Sebelum  pelaksanaan pekerjaan Pondasi, harus dibuat profil /
bentuk  pondasi  dari  bambu atau kayu  pada  setiap  ujung  yang
bentuk dan ukurannya sesuai dengan Gambar Kerja dan telah
mendapat persetujuan dari Konsultan

2. Galian pondasi harus telah disetujui secara tertulis oleh


Konsultan.  Kemudian  dasar  galian  harus  diurug  dengan  pasir
urug   setebal   10   cm,   disiram   sampai   jenuh,   diratakan   dan
dipadatkan  sampai  benar  benar  padat.  Di  atas  lapisan  pasir
tersebut   diberi   pasangan   batu   kali   kosong   yang   dipasang
sesuai dengan Gambar Kerja.

3. Pasangan   batu   kali   untuk pondasi   menggunakan   adukan
dengan  campuran  1  PC  :  4  PS,  terkecuali  disyaratkan  kedap
air   seperti   tercantum   dalam   Gambar   Kerja.   Untuk   kepala
pondasi digunakan adukan kedap air 1 PC : 3 PS.

4. Adukan harus membungkus batu kali sedemikian rupa


sehingga  tidak  ada  bagian  dari  pondasi  yang  berongga  atau
tidak padat khususnya pada bagian tengah.

5. Setiap jarak 50 cm as-as harus ditanam  stek  besi beton dia10
mm  untuk  sloof  dan  dinding  pasangan  yang  tercantum  dalam
Gambar   Kerja.   Pada   perletakan   kolom   beton   atau   kolom
praktis   beton   harus   ditanamkan   stek-stek   tulangan   kolom
dengan diameter dan jumlah besi yang sama dengan tulangan
pokok  pada  kolom  beton  atau  kolom  praktis  tersebut.  Stek-
stek   harus   tertanam   dengan   baik   dalam   pondasi   sedalam
minimum   40-d   atau   sesuai   dengan   ukuran   dalam   Gambar
Kerja.  Demikian  pula dengan bagian  stek  yang  tidak  tertanam
atau  mencuat  ke  atas  sepanjang  minimum  40-d  atau  sesuai
dengan  ukuran  dalam  Gambar  Kerja.  Jarak  antara  stek-stek
ini  adalah tiap 100 cm dan atau seperti  yang tercantum  dalam
Gambar Kerja.

5. PEKERJAAN BETON BERTULANG.

5.1. Untuk pekerjaan beton bertulang ini, perlu  diperhatikan  rencana


gambar dan bestek.

5.2. Pekerjaan beton bertulang memakai beton campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr
meliputi plat poer, sloof beton, kolom, ring balk, balok lantai, sunscreen
dan plat   lantai.

5.3. Persyaratan Bahan.

5.3.1. Bahan agregat pasir dan kerikil harus didatangkan  dari


tempat-  tempat  yang telah   disetujui   mutunya  oleh   Konsultan
Pengawas   Lapangan dan harus memenuhi   syarat-syarat
PBI.1971 dan SKSNI T-15-1991-03

5.3.2. Bahan agregat pasir dan kerikil harus   ditempatkan


sedemikian rupa sehingga   tidak   tercampur   dengan bahan-
bahan yang merusak  mutu  beton  dan  ditempatkan terpisah
sehingga terhindar dari bercampurnya antara kedua
jenis agregat tersebut, sebelum   pemakaian

5.3.3. Besar butiran agregat kerikil   yang   dipakai untuk   bahan   beton,
harus   berada   diantara ayakan 4mm - 31,5 mm.

5.3.4. Agregat kerikil   tidak   boleh mengandung   lumpur   lebih dari   1


persen.  Apabila kadar  lumpur tersebut lebih  dari  1  persen,
maka agregat kerikil harus dicuci.

5.3.5. Besar   butiran   agregat   pasir   yang dipakai untuk   bahan   beton,
harus   berada   diantara ayakan 0,063-4mm

5.3.6. Agregat pasir   tidak boleh mengandung   lumpur   lebih  dari


5  persen.  Apabila kadar  lumpur tersebut lebih  dari  5  persen,
maka agregat pasir harus dicuci.

5.3.7. Untuk membuktikan banyaknya kadar lumpur  dilapangan,


dapat dilaksanakan dengan   menggunakan gelas ukur. Gelas
ukur  tersebut  diisi dengan pasir atau kerikil sampai  garis
angka 100.   Kemudian isikan air sampai garis angka   200.
Kocok gelas sampai airnya keruh dan selanjutnya
didiamkam sampai  airnya bersih kembali.  maka diatara
pasir atau kerikil akan terdapat lumpur yang akan
dibuktikan banyaknya.

5.3.8. Jenis semen yang dipakai harus   jenis   semen type   satu   sesuai
dengan   persyaratan   yang ditentukan dalam NI-8.

5.3.9. Semen yang didatangkan  ke lokasi proyek,  harus disimpan


pada   gudang yang berlantai kering sedemikian   rupa,
sehingga terjamin  tidak akan rusak dan/atau tercampur
bahan lain yang dapat merusak mutu beton.

5.3.10.  Pada pemakaian semen yang dibungkus,  penimbunan


semen yang baru datang,tidak   boleh   dilakukan diatas
timbunan   yang telah   ada,   dan   pemakaian semen harus
dilakukan   menurut urutan pengirimannya.

5.3.11.  Air   yang dipakai untuk   pembuatan dan  perawatan   beton


diusahakan   air bersih   yang   dapat diminum. Air yang
mengandung garam dan/atau bahan  lain yang merusak
beton, tidak boleh dipakai.

5.3.12.  Bila terdapat keragu-  raguan terhadap  air  yang dipakai,


maka   contoh air tersebut   harus diperiksakan di
laboratorium   dibawah tanggung jawab Kontraktor.

5.3.13.  Bila  pemeriksaan  air  tersebut  tidak  memenuhi  syarat untuk
bahan   campuran beton,   maka air tersebut tidak boleh dipakai.

5.4. Tulangan

5.4.1. Semua baja tulangan  yang  dipakai  berbentuk  polos dan  ulir


dengan baja   U-24   dan   U-32, sesuai dengan   standard
PBI.1971/ atau SKSNI T-15-1991-03.

5.4.2. Sebelum  baja  tulangan  di  datangkan  ke  lokasi  Proyek, maka


kontraktor harus menyerahkan  dahulu contoh- contoh  baja
tulangan   yang  dipakai   kepada   Pengawas   Lapangan.   Contoh
baja tulangan   pada   masing-   masing diameter   sebanyak   3
batang   dengan panjang 0,50 meter.

5.4.3. Baja tulangan  yang  dibengkokkan  sama  dengan  atau lebih


dari 90 derajat, hanya diperkenankan sekali pembengkokkan.

5.4.4. Baja tulangan harus   bersih   dari   karat   yang   mengganggu


kekuatan beton bertulang. Hal ini disesuaikan dengan
PBI.1971/SKSNI T-15-1991-03.

5.4.5. Baja tulangan  tidak  boleh  disimpan  ditempat  yang langsung


berhubungan  dengan  tanah  atau  tempat terbuka dan  harus
dilindungi   dari genangan   air / air hujan.

5.4.6. Diameter tulangan yang dipakai harus memenuhi stardard (


sesuai gambar rencana ).

5.5. Bekisting.

5.5.1. Papan   bekisting   (cetakan   beton)   yang   dipakai   adalah dari


bahan  kayu   kelas   II dengan  tebal   2 cm  atau  plywood  tebal
9 mm dan  apabila  oleh Pengawas Lapangan dinyatakan
rusak, maka tidak boleh dipakai lagi untuk pekerjaan
berikutnya.

5.5.2. Tiang   - tiang bekisting dapat   dibuat   dari kayu   kelas II dengan


ukuran  5/7 cm atau galam  diameter 8  -  10  cm  dengan  jarak
maksimun 0,5 meter.

5.5.3. Konstruksi bekisting harus dibuat  sedemikian rupa,


sehingga tidak mudah  bergerak  dan  kuat  menahan  beban
diatasnya.

5.5.4. Pada bekisting kolom yang tinggi, maka  setiap tinggi 2


meter harus diberi pintu untuk memasukkan spesi
beton, sehingga terhindar   terjadinya   sarang - sarang kerikil.
5.5.5. Pada bekisting kolom, dinding dan balok   tinggi,   harus
diadakan   perlengkapan   pintu untuk membersihkan kotoran   -
kotoran,  serbuk gergaji, potongan kayu, kawat pengikat
dan lain- lain.

5.6. Pekerjaan Beton.

5.6.1. Untuk   beton   lantai kerja   digunakan   jenis mutu beton


K-100

5.6.2. Beton Lantai kerja dilaksanakan pada pekerjaan dibawah


pondasi  Tebal  lapisan lantai kerja dikerjakan  sesuai  gambar
rencana.

5.6.3. Sedang   pekerjaan   beton   konstruksi   struktural   yang lainnya,


memakai jenis mutu beton K-175  dengan perbandingan
campuran bahan   1 semen : 2 pasir dan 3 kerikil ( volume ).

5.6.4. Sebelum   pengecoran massal dimulai :

 Kontraktor diharuskan melakukan test mix – design


dilaboratorium beton   terhadap   kuat   tekan   beton,   sesuai
dengan  ketentuan  yang  tercantum  dalam  PBI  71  –  NI  –  2  /
SKSNI T – 15 – 1991 – 03.

 Laporan  hasil  test  mix  –  design  diatas  merupakan  pedoman
kontraktor dalam melaksanakan pencampuran beton
dilapangan.

- Pelaksana Kontraktor dan Konsultan Pengawas


Lapangan harus mengadakan percobaan slump
tentang  jumlah  air yang  dipakai untuk campuran beton,
sehingga   memenuhi syarat   kekentalan beton yang
sesuai dengan PBI.71. / SKSNI T-15-1991-03.

- Bekisting harus dibersihkan dari  potongan-potongan


kayu, potongan- potongan kawat  pengikat  dan  bahan-
bahan lain yang   merusak mutu beton.

- Sebelum  pelaksanaan   pengecoran,  bekisting  harus  disiram
air terlebih dahulu.

- Lubang   - lubang yang terdapat pada   bekisting


supaya ditutup sedemikian  rupa, sehingga air semen
tidak dapat keluar.

5.6.5. Khusus pada pengecoran kolom  beton bertulang yang langsung
bertemu dinding batu bata atau kusen pintu / jendela / ventilasi
/  penerangan,  maka sebelum  pengecoran  dimulai, Pelaksana
harus mempersiapkan :

- angker untuk pasangan batu bata dari baja tulangan


diameter   10   mm,panjang   yang   keluar   dari   kolom sama
dengan 20 cm, dengan jarak satu sama lain 50 cm.

- angker   untuk   kusen  pintu /  jendela  /  ventilasi  / penerangan
sesuai gambar rencana.

5.6.6. Untuk penutup beton minimum (selimut-beton) yang


berhubungan dengan :

- air adalah 2,5 cm.

- untuk  plat   1,5   cm,  untuk  balok   2  cm  dan  untuk  kolom  2,5
cm.

5.6.7. Pada  pengecoran  beton,  bahan  campuran   beton   harus  diaduk
dengan   mesin pengaduk   Mollen sampai   bahan   beton   bersatu
menjadi   satu warna.

5.6.8. Untuk  pengecoran  pelat  beton  dan  balok  tidak  boleh berhenti


ditengah-   tengah bentang   lapangan.

5.6.9. Penghentian   pengecoran pelat,   harus dimuka   balok   yang


sudah   dicor   dan maksimal sejauh   0,15 x   bentang   pelat
(dihitung   dari   ujung bawah pelat terakhir).

5.6.10. Penghentian pengecoran balok, sloof dan ring balk, harus


dimuka   titik   tumpuan   (kolom) yang sudah   dicor   dan maksimal
0,15 bentang balok.

5.6.11. Pengecoran dapat dimulai, bila keadaan bekisting dan


tulangan sudah memenuhi syarat   dan telah diperiksa
oleh   Konsultan   Pengawas Lapangan   serta mendapat izin
pengecoran.
5.6.12. Untuk memperbaiki kepadatan beton, maka harus dipakai
alat  pemadat  mesin vibrator.  Lamanya  pemakaian  tidak  boleh
lebih 30 detik pada satu titik.

5.6.13. Khusus untuk pengecoran   kolom,   spesi   beton   tidak   boleh


dijatuhkan   lebih   tinggi dari 2 meter.

5.6.14. Pekerjaan beton   yang permukaannya   masih  diplester, atau


permukaan yang masih kena pekerjaan pengecoran
lanjutan, maka  permukaan   beton tersebut   harus   dikasarkan
dan bidang yang akan diplester atau  disambung  harus
disiram air semen.

5.6.15. Setelah   selesai pekerjaan   pengecoran, maka   beton   harus


dirawat selama masa pengikatan. Perawatan tersebut
dilaksanakan  dengan  jalan  mengalirkan  air  terus  menerus  pada
permukaan  beton atau  menutup  permukaan beton dengan
karung  goni   atau  bahan yang   lain   yang  dapat   basah   terus
menerus sampai selesai   waktu   pengikatan.   Apabila ingin
mempercepat  waktu pengikatan  boleh mempergunakan  obat
setelah   mendapat ijin dari konsultan pengawas.

5.6.16. Lamanya   perawatan   khusus   untuk   pelat   minimal   selama 1
minggu dan  selama   perawatan   itu beton tidak  boleh mendapat
beban yang berat.

6. PEKERJAAN DINDING

6.1. Dinding tembok.

6.1.1. Untuk   pekerjaan dinding ini,   perlu diperhatikan   rencana


gambar   dan   bestek.

6.1.2. Sebelum pelaksanaan   pasangan   batu bata dikerjakan, maka


harus  diperhatikan sudut-  sudut  yang  dibatasi  oleh dua  bidang
dinding  vertikal maupun  dengan  bidang  lantai, maka harus
dijaga kesikuannya.

6.1.3. Pasangan   batu   bata   dengan   spesi  1  PC  :  2  pasir  (trasraam)
dilaksanakan pada pekerjaan :

1 Pasangan batu bata  diatas  sloof  setinggi  20 cm diatas


permukaan lantai.

2 Pasangan batu bata pada  dinding kamar  mandi/wc ,


setinggi dinding keramik   (kurang lebih 150 cm).
6.1.4. Pasangan batu bata dengan spesi 1 PC : 4 pasir
dilaksanakan   pada pekerjaan dinding   batu   bata   setengah
batu, yang tidak termasuk pada ayat 6.1.3.

6.1.5. Pasangan batu bata dengan  tebal setengah  batu, boleh


dilaksanakan seluas  12 meter  persegi. Untuk maksud ini
pasangan batu  bata harus dibatasi oleh kolom
konstruksi / kolom   praktis   dan sloof/balok/ring balk.

6.1.6. Pada pelaksanaan dinding  batu bata tebal  setengah batu,


dalam  1 hari hanya boleh  dilaksanakan sampai  ketinggian
maksimal   1 meter.

6.1.7. Dinding   Kamar Mandi/WC   dibagian dilapis   dengan   keramik


ukuran  sesuai  gambar  rencana  dan  warna keramik  akan
dikonsultasikan dengan   Konsultan Perencana   dan   Pemberi
Tugas.

6.1.8. Pasangan batu bata  tebal setengah batu,  harus  memakai


batu  bata utuh,  kecuali  pada  bagian  tertentu  yang terpaksa
memakai batu bata   setengah batu   atau   tiga perempat batu,
seperti  pada   pertemuan   sudut  dinding  atau  pertemuan  dinding
dengan kolom.
6.1.9. Batu bata sebelum dipasang, harus disiram/direndam air
terlebih dahulu   sampai basah.

6.1.10. Semua   siar tegak   dan siar   datar   pasangan batu bata,   harus
terisi   penuh dengan spesi   dan selanjutnya   diratakan   dan
dirapikan.

6.2. Plesteran.

6.2.1. Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan


dinding  batu  bata  bagian  luar  dan  bagian dalam  dengan  tebal
1,5 cm.

6.2.2. Untuk pasangan   dinding   batu  bata   dengan  spesi   1   PC   :  2


pasir, harus   diplester dengan spesi yang sama, demikian   pula
untuk pasangan dinding batu bata dengan   spesi 1 PC :   4 pasir,
harus diplester dengan   spesi   1 PC : 4 pasir.

6.2.3. Permukaan dari dinding batu bata yang  selesai diplester,


harus dihaluskan   dengan adukan semen dan air (diaci).

6.2.4. Pasir yang dipergunakan untuk bahan  plesteran,  harus


diayak dengan ayakan   pasir   berlubang 4   x   4 mm,   sehingga
terhindar dari hasil permukaan plesteran yang kasar/rusak.
6.1.4. Pasangan batu bata dengan spesi 1 PC : 4 pasir
dilaksanakan   pada pekerjaan dinding   batu   bata   setengah
batu, yang tidak termasuk pada ayat 6.1.3.

6.1.5. Pasangan batu bata dengan  tebal setengah  batu, boleh


dilaksanakan seluas  12 meter  persegi. Untuk maksud ini
pasangan batu  bata harus dibatasi oleh kolom
konstruksi / kolom   praktis   dan sloof/balok/ring balk.

6.1.6. Pada pelaksanaan dinding  batu bata tebal  setengah batu,


dalam  1 hari hanya boleh  dilaksanakan sampai  ketinggian
maksimal   1 meter.

6.1.7. Dinding   Kamar Mandi/WC   dibagian dilapis   dengan   keramik


ukuran  sesuai  gambar  rencana  dan  warna keramik  akan
dikonsultasikan dengan   Konsultan Perencana   dan   Pemberi
Tugas.

6.1.8. Pasangan batu bata  tebal setengah batu,  harus  memakai


batu  bata utuh,  kecuali  pada  bagian  tertentu  yang terpaksa
memakai batu bata   setengah batu   atau   tiga perempat batu,
seperti  pada   pertemuan   sudut  dinding  atau  pertemuan  dinding
dengan kolom.

6.1.9. Batu bata sebelum dipasang, harus disiram/direndam air


terlebih dahulu   sampai basah.

6.1.10. Semua   siar tegak   dan siar   datar   pasangan batu bata,   harus
terisi   penuh dengan spesi   dan selanjutnya   diratakan   dan
dirapikan.

6.2. Plesteran.

6.2.1. Pekerjaan plesteran meliputi semua pekerjaan pasangan


dinding  batu  bata  bagian  luar  dan  bagian dalam  dengan  tebal
1,5 cm.

6.2.2. Untuk pasangan   dinding   batu  bata   dengan  spesi   1   PC   :  2


pasir, harus   diplester dengan spesi yang sama, demikian   pula
untuk pasangan dinding batu bata dengan   spesi 1 PC :   4 pasir,
harus diplester dengan   spesi   1 PC : 4 pasir.

6.2.3. Permukaan dari dinding batu bata yang  selesai diplester,


harus dihaluskan   dengan adukan semen dan air (diaci).

6.2.4. Pasir yang dipergunakan untuk bahan  plesteran,  harus


diayak dengan ayakan   pasir   berlubang 4   x   4 mm,   sehingga
terhindar dari hasil permukaan plesteran yang kasar/rusak.
6.2.5. Spesi yang jatuh  ditanah  atau spesi yang  sudah  mengeras,
tidak boleh dipakai   kembali untuk bahan plesteran.

6.2.6. Bila terdapat pekerjaan yang terpaksa   membongkar


dinding/plesteran yang sudah   selesai dikerjakan,   maka
setelah selesai  pekerjaan pembongkaran tersebut, harus
diperbaiki kembali  seperti keadaan semula  dengan spesi
yang sama dengan   spesi   yang belum dibongkar.

6.2.7. Untuk   menghindari retak- retak  pada dinding plesteran, maka


harus dilaksanakan   perawatan dengan   jalan menyiram
permukaan plesteran dengan air, sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas Lapangan.

6.3. Dinding Keramik.

6.3.1. Sebelum pemasangan dinding  keramik  dilaksanakan, maka


dinding batu bata   harus disiram air sampai basah.

6.3.2. Pemasangam keramik,   harus benar   vertikal waterpas,   jadi


jangan sampai  bergelombamg   dan   natnya   harus   rapat   dan
benar-benar horizontal dan vertikal.

6.3.3. Nat-   nat   pada   pasangan  keramik   ,  harus  diisi  dengan  semen
yang berwarna   sama dengan   keramik tersebut.

6.3.4. Spesi yang dipergunakan untuk pemasangan   keramik


adalah spesi dengan campuran 1 PC + air.

6.3.5. Setelah pemasangan keramik dinyatakan selesai, maka


permukaannya   harus   dibersihkan   dari   kotoran-   kotoran   yang
menempel.   Nat-natnya   ditutup   dengan   semen   Gips dengan
warna yang sesuai.

7. PEKERJAAN LANTAI / PASANGAN GRANIT.

7.1. Untuk  pekerjaan  lantai  ini,  perlu diperhatikan  rencana  gambar dan


bestek.

7.2. Untuk  Lantai  dikerjakan  dari  beton  cor  camp.  1:3:5  dengan  tebal  7  cm
dan beton cor camp. 1:3:5 tebal 10 cm dengan tulangan susut.

7.3. Penutup Lantai memakai GRANIT setara ESENZA dengan ukuran 40 x
40  (dikerjakan  sesuai  gambar  rencana)  dikerjakan  dengan  perekat
spesie 1 PC : 3 pasir.

7.4. Khusus untuk lantai Kamar Mandi/WC   menggunakan   20   x   20


dengan perekat spesie 1 PC : 2 pasir.

7.5. Bahan granit  yang  dipakai  adalah  produk  Kwalitas  I,  harus betul -


betul datar waterpass dan tidak boleh ada   yang retak / pecah.

7.6. Pemasangan   granit   harus   dikerjakan  oleh tenaga   yang   benar-benar
ahli,   sehingga tidak  terjadi   pemasangan  yang  bergelombang   dan
nat-nat yang tidak lurus.

7.7. Pada   setiap  9,0 M2  granit,  dipasang  slang   air kecil   yang  berdiameter
+ 5,0 mm   di   sekeliling granit.

7.8. Bila terdapat pemasangan granit yang harus dipotong,   maka


diusahakan pemasangannya   pada   pertemuan   sudut   lantai   dengan
dinding.

7.9. Setelah   selasai   pemasangan   granit,   maka nat- natnya   harus   diisi


dengan  spesi  semen dan  air dengan warna yang sama dengan
warna   dari keramik / granitnya.

7.10.   Bila  terdapat  pemasangan granit  yang tidak rata waterpass


mendatar   (bergelombang) dan   tidak   lurus   maka   harus  dibongkar,
dan diperbaiki kembali sampai  permukaan lantai waterpass
mendatar dan   plint benar- benar lurus.

7.11.   Cara Pemasangan granit :

7.11.1. Basahi permukaan plat lantai sampai   tidak ada


penyerapan air lagi (  pembasahan terus menerus,
minimal selama 2 jam ).

7.11.2. Basahi bahan keramik  yang akan  digunakan dengan


merendam seluruh bidang   keramik, sedikitnya   selama   15
menit. Dan baru diangkat sesaat akan dipasang.
7.11.3. Setelah   terpasang,  baik   sebelum   atau sesudah   naat-naat
diisi, kelembaban  tetap   dijaga   dengan   menutup   bidang
lantai yang selesai dipasang dengan  karung  goni  basah
sedikitnya selama   24 jam.

8. PEKERJAAN RANGKA KUDA-KUDA / ATAP

8.1. Untuk   pekerjaan   rangka   kuda   dan   atap   perlu   diperhatikan   rencana
gambar dan bestek.

8.2. Rangka atap   pada   bangunan   ini   menggunakan   kuda   –   kuda   baja


ringan setara SATRIA STAR.

8.3. Kontraktor  diwajibkan  untuk  memperlihatkan  brosur/sample,  spesifikasi
produk kepada pemilik proyek untuk mendapatkan persetujuan.

8.4. Sebelum produk dipasang diperiksa terlebih dahulu terhadap cacat atau
kerusakan produk.

8.5. Untuk  penutup  bangunan  dipasang  atap  genteng  setara  TIGOLA  yang
disetujui oleh direksi.

8.6. Untuk warna atap dikonsultasikan dengan pemilik proyek.

8.7. Nok pemuung type C setara atap.

8.8. Listplank  setara  KALSIPLANK  tebal  9  mm  dikerjakan  sesuai  gambar
rencana.

9. PEKERJAAN KUSEN / PINTU / KACA / PERLENGKAPAN

9.1. Untuk pekerjaan kusen / pintu / kaca / perlengkapan, perlu


diperhatikan   rencana gambar dan   bestek.

9.2. Kusen pintu dan jendela dari bahan alumunium.

9.3. Untuk kusen alumunium terpasang lengkap dengan karet.

9.4. Pintu pintu menggunakan panil Meranti dengan finishing duco.

9.5. Pasangan jendela kaca mati oneway 5 mm rangka alumunium.

9.6. Pasangan ventilasi kaca oneway 5 mm rangka alumunium

9.7. Pekerjaan  kusen-kusen,  rangka  /  bingkai  daun pintu,  jendela,  ventilasi


harus dibuat pabrikasi.

9.8. Bahan   kaca yang  akan dipasang, harus   diperiksakan   dahulu   kepada
Direksi dan bila disetujui barulah   boleh dipasang.

9.9. Pemasangan kaca  tidak  boleh  terlalu  rapat, harus  ada kelonggaran


2   -   3   mm,   sehingga   terhindar   pecahnya kaca akibat pemuaian.

9.10.   Daun pintu,   daun   jendela   dan   daun   ventilasi buka,   harus   dapat


dibuka/ditutup   dengan   mudah,   tanpa ada   gesekan   yang   kuat   pada
kusen atau lantai.
9.11.   Perlengkapan Pintu :

− Pegangan pintu (handle) stainless steel p = 30 cm
− Kunci tanam 2 slaag setara SES.
− Engsel pintu.
− Grendel pintu.
− Espagonelette tanam.

9.14.   Perlengkapan Jendela rangka Alumunium :

− Casement 8”.
− Grendel jendela.
− Pegangan jendela

9.15.   Pemasangan  kunci, grendel, engsel  dan pegangan,  harus  memakai


paku sekrup yang  ukurannya disesuaikan lubang yang tersedia.
Jadi tidak boleh pakai paku.

9.16.   Paku sekrup untuk pemasangan alat- alat tersebut  dalam  ayat


9.13  dan  9.14  harus  ditanam dengan cara diputar dengan  obeng.
Jadi   tidak   boleh dipukul.

9.17.   Semua  perlengkapan  pintu  dan  jendela  harus terbuat  dari baja   yang


di galvanisir.

9.18.   Semua  alat-alat  tersebut  diatas  sebelum  dipasang  harus  bermutu  baik
tidak cacat dan disetujui oleh Direksi.

9.19.   Pengadaan dan pemasangan Rel   jendela geser

9.20.   Untuk   penahan   kaca   agar   tidak   bergetar   dipasang   sylikon   dengan
warna sesuai kosen yang dipakai.

10. PEKERJAAN PLAFOND

10.1.   Untuk   pekerjaan  plafond   ini,  perlu diperhatikan  rencana gambar  dan
bestek.

10.2.   Rangka plafond   dibuat   dari   hollow   berkwalitet   baik dan   List   dari


gypsum dengan fisihing cat

10.3.   Penggantung rangka   plafond   dibuat dari besi  diameter 8 mm   (


sesuai gambar   detail   )   yang   dirangkaikan sedemikian   rupa dengan
kuda-   kuda  baja  (  dilas  ).  Pada  bagian  tengah  harus  ada  bagian  yang
mudah distel turun naik (trektank).

10.4.   Plafond   dikerjakan dari bahan Kalsiboard tebal 3.5 mm dipasang tanpa
nat.   Pemasangannya sesuaikan dengan gambar rencana.

10.5.   Lembaran   plafond   yang dipasang pada   rangka   hollow menggunakan
sekrup khusus Kalsiboard.

10.6.   Bila dalam  pemasangan  lembaran plafond ,  terdapat bagian yang


tidak  rata atau melentur,  maka harus dibongkar  dan  diperbaiki  lagi
sampai permukaannya betul- betul waterpas mendatar.

10.7.   Pada pertemuan   plafond   dengan   dinding   dan kolom-kolom   pada


bagian  dalam  bangunan, harus  dipasang  list ukuran 5  x  5  cm yang
saling menyudut dan berprofil (gypsum).

10.8.   Pada pertemuan   plafond   dengan   dinding   dan kolom-kolom   pada


bagian luar bangunan,   harus dipasang list   kayu di profil.

10.9.   Setiap bangunan dibuatkan pintu kontrol untuk bisa naik keatas / dalam
plafond.
nat.   Pemasangannya sesuaikan dengan gambar rencana.

11. PEKERJAAN LISTRIK.

11.1.   Yang dimaksud dengan pekerjaan listrik adalah pengadaan dan


pemasangan  seluruh  instalasi  penerangan  dan  stop  kontak,  sehingga
diperoleh  satu  instalasi  yang  lengkap  dan  baik,  setelah  diuji  dengan
seksama dan siap untuk dipergunakan ( menyala ).

11.2.   Untuk   instalasi listrik harus dilaksanakan   oleh instalatir yang disyahkan
oleh PLN setempat.

11.3.   Semua   keperluan   untuk   pekerjaan   pemasangan   instalasi   listrik   ini
disesuaikan  dengan  keperluan  /  gambar  dan  harus  berkwalitas  baik.
Untuk  instalasi  penerangan  menggunakan  kabel  jenis  N  Y  A  diameter
2,5 mm, sedangkan diameter 4 mm untuk stop kontak daya.

11.4. Pekerjaan listrik yang dimaksud meliputi :

1 Penyambungan daya baru dari PLN
2 Instalasi Titik Lampu
3 Instalasi Stop Kontak
4 Lampu SL 18 Watt
5 Lampu Setara BL 1 x 36 (36 Watt) Hemat Energi
6 Lampu Setara RD 100 HLG 18 Watt
7 Stop Kontak 200 Watt Outbow ex. BROCO
8 Pengadaan dan pemasangan panel utama
9 Pengadaan dan pemasangan panel penerangan
10  Material bantu

11.5.   Semua  perlengkapan  yang  akan  dipasang  harus  baru  dan  mendapat
persetujuan Direksi.
11.6.   Dalam pipa tidak boleh ada sambungan kabel, sambungan hanya boleh
dilakukan pada doos-doos PVC maksimum 2 buah sambungan
kemudian diisolasi dan dilasdop.

11.7.   Pipa yang menuju ke stop kontak dan saklar ditanam dalam tembok.

11.8.   Saklar-saklar  dan  stop  kontrak  dipasang  pada  dinding  setinggi  160  cm
dari muka lantai.

11.9.   Sebelum pekerjaan diserahkan, Pemborong harus melakukan


pengetesan terhadap instalasi-instalasi yang telah   selesai dan
dilakukan   bersama-sama   dengan   pihak   yang berwenang (   PLN )
disaksikan   oleh   Direksi.   Hasilnya   dituangkan   dalam   sertifikat   tanda
Instalasi baik.

11.10.Untuk   keperluan   ini   baru   bisa   diterima   bila instalatir memenui syarat
syarat.

− Harus  memiliki   ijin  PLN  setempat   untuk   pemasangan  instalasi
listrik  serta  surat-surat  lain  yang  menurut  peraturan  pemerintah
harus ada.

− Harus  menghubungi  PLN  setempat  sehubungan  dengan  adanya
pekerjaan ini.

− Tidak   menyimpang   dan   merubah   rencana   pemasangan   dan
penggunaan   bahan yang telah ditentukan.

− Harus melengkapi semua peralatan instalasi dimana dalam


syarat-syarat  teknis  pada  umumnya  harus  ada  walaupun  dalam
bestek ini tidak disebutkan.

12. PEKERJAAN SANITAIR

12.1.   Untuk  pekerjaan  sanitair  ini,  perlu  diperhatikan  rencana  gambar  dan
bestek.

12.2.   Pekerjaan Closed.
12.2.1. Closed yang dipakai adalah closed  jongkok  terpasang
lengkap.

12.2.2. Pipa  yang menghubungkan closed dengan  septictank  ,


harus   pipa PVC AW diameter 4".

12.3.   Pekerjaan Bak Mandi

12.3.1. Bak  air  dibuat  dari  pasangan batu bata  dengan  spesie 1


PC : 2 pasir.

12.3.2. Dinding bagian  luar dan bagian dalam  dilapisi dengan


keramik   ukuran 10x20 dengan spesie 1 PC : 2 pasir.

12.3.3. Warna keramik,   harus   sama   dengan keramik   dinding


Kamar Mandi / WC.

12.4.   Pekerjaan Wastafel.

12.4.1. Wastafel  yang  dipakai  adalah  produksi  setara  KIA  Standar
atau   wastafel   produksi   sejenis   KIA   yang   lengkap   dengan
kaca / cermin dan gantungan handuk

12.4.2. Pemasangan wastafel harus setinggi 80 cm dari


permukaan lantai sampai kepermukaan atas wastafel.

12.4.3. Warna wastafel  yang dipakai  dikonsultasikan dengan


Konsultan Perencana dan Pemberi Tugas.

12.5. Pekerjaan Septictank

12.5.1. Septictank   dibuat   dari   beton   bertulang   dikerjakan   sesuai
rencana gambar dan   bestek.

12.5.3. Untuk pembuangan udara kotor, diatas penutup


septictank ,   harus   dipasang pipa besi galvanis Ø 2" dengan
tinggi   sesuai   dengan gambar rencana.

12.5.4. Pada Septictank,  dibuat   lubang   kontrol  dan  yang   sewaktu-
waktu   diperlukan   dapat dibuka.

12.5.5. pekerjaan   peresapan   septictank   dikerjakan   sesuai   gambar
rencana.

12.6.   Pekerjaan Instalasi Air Bersih dan Kotor.

12.6.1. Untuk instalasi   air bersihdan kotor, harus   dipakai   pipa


PVC jenis   AW   dengan   ukuran sesuai   dengan   rencana
gambar dan bestek.

12.6.2.Sambungan -   sambungan pipa sesuai spesifikasi pabrik


dan pada saat penyambungan harus mendapat
persetujuan dari   Konsultan Pengawas Lapangan.

12.6.4. Bila pemasangan pipa menempel pada  dinding, maka


pipa tersebut harus   diberi   klam yang terbuat dari pelat
besi yang berjarak satu sama lain adalah 2  m.  Atau
sesuai dengan   petunjuk   Konsultan Pengawas Lapangan.

12.6.5. Bila pemasangan   pipa   tertanam   didalam dinding   tembok   ,
harus dilaksanakan  sebelum  diplester,dan  harus benar-
benar tertutup   dengan plesteran dengan   hasil penyelesaian
yang   waterpass datar/vertikal.

12.6.6. Pipa   pipa   yang   menembus   lantai dan   dinding tembok


,   harus dibuatkan   sleve/spring   dari pipa PVC yang   lebih
besar.

12.6.7. Untuk pemasangan kran, harus dilaksanakan


sesuai dengan rencana  gambar,  bestek  dan  pekerjaan
instalasi  air bersih ini, dapat dinyatakan  selesai,  bila
sudah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas
Lapangan.

12.6.7. Untuk sambungan instalasi air bersih ke PDAM.

13. PEKERJAAN CAT–CATAN / PLITURAN.

13.1.   Seluruh  permukaan  dinding  bagian  luar  dan  dalam  balok,  kolom  dan
plafond  yang  tampak  dan  tidak  dilapis  dengan  keramik,  harus  dicat
dengan khusus untuk dinding tembok. Cat yang dipakai setara Jotun.

13.2.   Seluruh  pekerjaan  kayu,  kusen,  jalusi,  kisi  –  kisi,  bingkai  daun  pintu  /
jendela dan pintu panil, harus dicat kilat setara Jotun.

13.3.   Sebelum pekerjaan cat dilaksanakan , maka  permukaan  yang


akan dicat, harus dibersihkan dan dihaluskan dengan amplas.
Kemudian dimenie, dicat dasar, didempul, diplamur dan
diampelas rata / licin.

13.4.   Permukaan plesteran hanya boleh dicat, bila sudah berumur 4


minggu,   yaitu   dengan   maksud mengeringkan permukaan plesteran.

13.5.   Untuk mengencerkan   bahan   cat   dengan bahan pengencer,   harus


mentaati   petunjuk   Konsultas   Pengawas Lapangan.

13.6.   Semua   pekerjaan   pengecatan,   harus dilaksanakan   tanpa ada


cacat/goresan yang   membuat   dinding rusak.
13.7.   Pengertian   cat   pada   pekerjaan   ini   meliputi   bahan   emulsi,   enamel,
vernis,   sealer dan lain-lain.
13.8.   Pelaksanaan  pekerjaan  cat  untuk dinding tembok  dan  beton,  harus
dilaksanakan dengan tahapan sesuai petunjuk pabrik.

12.9 Pelaksanaan pekerjaan cat untuk permukaan kayu harus


dilaksanakan dengan tahapan sesuai petunjuk pabrik.

13.9.   Bahan cat dasar,  cat lapis dan cat  tembok, harus memakai cat   yang
masa pemakaiannya masih  berlaku, sehingga  warnanya  masih
sesuai   dengan aslinya.

13.10.  Bahan   cat   harus   benar - benar   diaduk   sampai merata   menjadi satu
warna, sehingga   warna   cat   sama pada permukaan yang dicat.

13.11.  Penentuan  warna  bahan  cat,  harus  dikonsultasikan  dengan Pemilik
Bangunan   dan   disetujui   oleh Konsultan Pengawas Lapangan.

14. PEKERJAAN LAIN - LAIN.

14.1.   Pekerjaan  saluran  air  pas.  Bata  dan  Bak  kontrol  finishing  plesteran.
Diatas saluran air dipasang Grill Baja.

14.2.   Rabat Beton sekeliling Bangunan tebal 7 cm.

14.3.   Pasir   urug   bawah   rabat   tebal   padat   10   cm.   dipadatkan   dengan   lat
pemadat sesuai petunjuk direksi/konsultan pengawas.

14.4.   Railling   tangga   dan   pagar   Void   bahan   Stainless   Steel   dikerjakan
sesuai gambar rencana.

14.5.   Pagar balkon dari pas. Bata dikerjakan sesuai gambar rencana.

15. PEKERJAAN PENYELESAIAN.

15.1.   Yang dimaksudkan pekerjaan penyelesaian   ini  adalah pekerjaan-


pekerjaan   perbaikan   sebelum serah terima pertama dilaksanakan.

15.2.   Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan


pemeriksaan   dari Proyek,   Pengelola   Teknis,   Konsultan   Pengawas
dan Kontraktor, dengan hasil yang memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai