2/68
Interaksi intermolekul
· Interaksi intermolekul dapat menghasilkan gaya tarik-menarik atau tolak-menolak
bergantung pada keadaan muatan molekul yang berinteraksi.
· Gaya tarik-menarik akan mendekatkan jarak antar molekul, semakin kuat gaya tariknya
semakin besar kemungkinan molekul beragregat membentuk cairan dan padatan.
· Kekuatan gaya tarik intermolekul dapat dikendalikan dengan mengatur kandungan energi
termal dalam sistem.
3/68
Kekuatan relatif gaya intra dan inter molekul
4/68
Tipe interaksi intermolekul
5/68
Dipol
Ikatan polar merupakan ikatan kovalen yang dibentuk oleh pasangan atom dengan
keelektronegatifan berbeda.
Molekul polar adalah molekul dengan resultan momen dipole tidak sama dengan nol dengan
kata lain vektor momen dipolnya tidak saling meniadakan. Efeknya molekul polar
merupakan suatu dipol dimana kutub negatif merupakan bagian dengan kerapatan
elektron lebih tinggi dibanding bagian lain (kutub positif).
6/68
Interaksi dipol-dipol
Interaksi dipol-dipol merupakan interaksi yang bergantung pada orientasi dari dipol-dipol.
7/68
Interaksi dipol-dipol
Kekuatan interaksi dipol-dipol sekitar 1-4% Efek interaksi dipol-dipol pada nilai titik didih.
ikatan kovalen.
8/68
Interaksi dipol-dipol khusus: ikatan hidrogen
· Ikatan hidrogen merupakan tipe interaksi
dipol-dipol khusus yang sangat kuat.
Kekuatan interaksinya sekitar 10% ikatan
kovalen.
· Ikatan hidrogen:
9/68
Ikatan hidrogen pada air
Ada 4 ikatan hidrogen yang mungkin
terbentuk sesama molekul air
10/68
Air dalam fasa cair dan padat
Kerapatan air pada fasa cair lebih tinggi dibanding fasa padat, sehingga es akan mengambang
di air.
11/68
Efek ikatan hidrogen pada titik didih
12/68
Gaya Dispersi London
Ketika atom/molekul saling berdekatan, elektron valensinya akan mengalami interaksi tolak
menolak dan menyebabkan awan elektron mengalami distorsi dan polarisasi
membentuk dipol sesaat. Interaksi tarik-menarik antar dipol sesaat ini dikenal sebagai gaya
dispersi London
13/68
Gaya Dispersi London
Gaya dispersi London bergantung pada mudah tidaknya awan elektron suatu atom/molekul
dipolarisasi membentuk dipol. Hal ini berhubungan dengan faktor:
14/68
Efek polarisabilitas pada titik didih
Molekul yang lebih besar memiliki gaya London lebih kuat sehingga memiliki titik didih
lebih tinggi.
15/68
Gaya Dispersi London
2. Jumlah titik interaksi. Semakin makin banyak titik kontak semakin mudah dipolarisasi.
Oleh karena itu bentuk molekul mempengaruhi kekuatan gaya London.
Struktur yang kompak dan memanjang memiliki jumlah kontak lebih banyak dibanding yang
bercabang.
16/68
Interaksi Ion Dipol
Interaksi ion-dipol merupakan interaksi lebih kuat dibanding interaksi dipol-dipol, karena ion
memiliki muatan penuh sedangkan dipol hanya muatan parsial.
17/68
Latihan
1. Tentukan tipe gaya intermolekul untuk setiap molekul berikut:
3. Karbon dioksida, CO , tidak membentuk cairan pada tekanan 1 atm, tetapi membentuk
2
padatan yang menyublim pada −78 C pada tekanan tersebut. Namun nitrogen dioksida, NO ,
∘
2
membentuk cairan yang mendidih pada 21 C dan 1 atm. Jelaskan fakta tersebut dikaitkan
∘
4. Manakan di antara pasangan ion berikut yang lebih kuat menginduksi molekul oksigen?
· (A) O 2−
atau S 2−
· (B) Mg 2+
atau Al 3+
18/68
Sifat fisik cairan
19/68
Difusi
Gas:
Cairan:
Padatan:
20/68
Tegangan permukaan
Molekul air pada permukaan memiliki energi potensial lebih besar dibanding molekul
air yang ada pada bagian interior, karena pasangan interaksi molekul air di permukaan tidak
sebanyak molekul yang ada di interior.
Tegangan permukaan adalah gaya yang menarik molekul-molekul pada permukaan akibat
ketidakseimbangan gaya intermolekul pada permukaan.
21/68
Efek tegangan permukaan
Tegangan pemukaan menyebabkan molekul air cenderung menurunkan luas permukaannya
ketika kontak dengan media nonpolar.
22/68
Surfaktan
Molekul aktif permukaan (surfaktan) merupakan molekul yang memiliki gugus hidorfob
dan hidrofil. Contoh surfaktan adalah sabun
Bagian hidrofob surfaktan adalah bagian yang tidak disukai air sehingga ketika dimasukan ke
dalam air, bagian hidrofob akan menghadap ke esterior dan bagian hidrofilnya akan kontak
dengan molekul air pada permukaan.
Adanya molekul surfaktan pada permukaan, molekul air pada permukaan memperoleh
kembali keseimbangan interaksi intermolekulnya sehingga tegangan permukaan menjadi
menurun.
23/68
Pembentukan misel
24/68
Kemampuan membasahi
Cairan dapat membasahi permukaan
padatan bila gaya tarik antara cairan dan
padatan setara atau lebih kuat dibanding
kekuatan gaya tarik intermolekul dalam
cairan.
25/68
Viskositas
Viskositas adalah ukuran hambatan aliran fluida.
26/68
Kelarutan
27/68
Interaksi air dan zat terlarut
28/68
Perubahan fasa
29/68
Perubahan fasa
30/68
Penguapan
Penguapan bergantung pada temperatur, luas permukaan, dan kekuatan interaksi
intermolekul. Molekul yang terlepas dari cairan memiliki energi kinetika lebih tinggi dari energi
potensial interaksi intermolekul = energi kinetika minimum untuk terjadinya penguapan.
31/68
Efek temperatur pada penguapan
Laju penguapan per satuan luas akan meningkat dengan naiknya temperatur.
Kenaikan temperatur menyebabkan kenaikan fraksi molekul dengan energi kinetika lebih tinggi
dari potensial energi interaksi (energi kinetika minimum)
32/68
Efek temperatur pada tekanan uap
33/68
Kesetimbangan penguapan dan pengembunan
Proses penguapan mencapai kesetimbangan ketika laju penguapan sama dengan laju
pengembunan.
34/68
Efek volume pada tekanan uap
(a) Cairan-uap ada pada kesetimbangan. (b) Tekanan diturunkan (volume diperbesar), laju
kondensasi menurun, tetapi laju penguapan meningkat. (c) Kesetimbangan baru tercapai.
35/68
Kesetimbangan perubahan fasa lainnya
Kesetimbangan pencairan terjadi ketika laju
pencairan sama dengan laju pembekuan.
36/68
Energi pada perubahan fasa
1. Kalor molar fusi (ΔH ): kalor yang
fus
37/68
Mengukur entalpi penguapan
Kesetimbangan cairan dan gas:
X(l) −
⇀
↽− X(g) Kp = PX
Pada kesetimbangan:
∘
ΔG = −RT ln K p = RT ln P X
∘ ∘
ΔH − T ΔS = −RT ln P X
vap vap
∘ ∘
ΔH vap 1 ΔSvap
ln P X = − +
R (T ) R
Persamaan Clausius-Clapeyron:
∘ ∘
ΔH 1 P2 ΔH 1 1
vap vap
ln P = − + C ⟹ ln = −
R (T ) P1 R (T T2 )
1
38/68
Contoh aplikasi persamaan Clausius-Clapeyron
Tekanan uap dietil eter adalah 401 mmHg pada 18o C, dan kalor molar penguapannya adalah
26 kJ/mol. Tentukan tekanan uap dietil eter pada 32o C.
Solusi:
∘
P2 ΔH 1 1
vap
ln = −
P1 R (T T2 )
1
∘
ΔH T2 − T1
vap
P 2 = P 1 × exp
{ R ( T1 T2 )}
4
2.6 × 10 J 305.15 K − 291.15 K
= (401 mmHg) × exp
{ 8.314 J. K
−1 −1 ( 305.15 K × 291.15 K )}
. mol
= 660 mmHg
39/68
Kurva pemanasan dan pendinginan
KURVA PEMANASAN KURVA PENDINGINAN
Transisi fasa dari cair ke gas melewati puncak Transisi fasa dari cair ke padat melewati
superheating sebelum memasuki lembah supercooling sebelum memasuki
kesetimbangan transisi fasa cair-gas. kesetimbangan transisi fasa cair-padat.
40/68
Diagram fasa
· Diagram fasa memperlihatkan efek Diagram fasa air
temperatur dan tekanan pada
perubahan fasa suatu zat.
· Batas antar fasa menunjukan
kesetimbangan
· Titik triple adalah kondisi pada P dan T
tertentu dimana semua fasa (gas, padat
dan cair) ada pada kesetimbangan.
· Titik kritis adalah kondisi pada P dan T
tertentu dimana gas tidak lagi dapat
dikondensasi, sehingga tidak ada lagi batas
tegas antara cairan dan gas. P dan T
c c · AB = kurva tekanan uap es, BD = kurva
adalah tekanan dan temperatur kritis. tekanan uap air (cair), BC = kurva titik leleh
· B = titik triple, D = titik kritis
41/68
Diagram fasa CO2
Tugas:
42/68
Struktur padatan
43/68
Tipe padatan
44/68
Sel satuan kristal
45/68
Tipe sel satuan
46/68
Kristal dengan sel satuan kubus
47/68
Kubus sederhana (SC)
1. Jumlah atom:
1
Σ atom = × 8 = 1 atom
8
a = 2r
3. Bilangan koordinasi = 6
4. Packing efficiency
4 3 4 3
πr πr 1
3 3
PE = = = π ≈ 0.52
3 3
a (2r) 6
48/68
Kubus berpusat muka (FCC)
1. Jumlah atom:
1 1
Σ atom = × 6 + × 8 = 4 atom
(2 ) (8 )
4r = a√2
‾
‾
a = 2√2
‾r
‾
3. Bilangan koordinasi = 12
4. Packing efficiency
4 3 16 3
4 × πr πr 1
3 3
PE = = = π ≈ 0.74
3 3
a 3√2
‾
‾
‾
‾r )
(2√2
49/68
Kubus berpusat badan (BCC)
1. Jumlah atom:
1
Σ atom = 1 + × 8 = 2 atom
(8 )
4r = a√3
‾
‾
4
a = √3
‾
‾r
3
3. Bilangan koordinasi = 8
4. Packing efficiency
4 3 8 3
2 × πr πr 3
3 3
PE = = = π ≈ 0.68
3 3
a 4 8√3
‾
‾
( √3
‾
‾r
)
3
50/68
HCP dan CCP
51/68
Contoh
52/68
Tabel periodik struktur kristal logam
53/68
Padatan ionik
Struktur kristal NaCl:
Jumlah Ion:
1
+
ΣNa = 1 + × 12 = 4
4
Bilangan koordinasi: 6 −
1 1
ΣCl = × 6 + × 8 = 4
2 8
54/68
Kristal ion lainnya
55/68
Padatan amorf
Padatan amorf memiliki sedikit keteraturan sehingga sering disebut sebagai super cooled
liquids.
56/68
Kristalografi sinar-X
Ketika sinar-X dilewatkan pada pada kristalin,
sebagian foton akan diserap dan sebagian
lagi akan diemisikan kembali ke segala arah.
57/68
Diagram eksperimen penentuan struktur kristal
58/68
Interpretasi data difraksi sinar-X
59/68
Contoh soal
Perak memiliki jari-jari atom 144 pm. Tentukan kerapatan perak dalam satuan g/cm3 bila logam
ini mengkristal dengan kisi
Kerapatan sebenarnya dari perak adalah 10.6 g/cm3. Manakah kisi kubus yang sesuai dengan
data eksperimen?
60/68
(a) Kerapatan Ag dengan kisi SC
Jumlah atom Ag dengan kisi kubus serderhana = 1 atom
−8
rAg = 144 pm = 1.44 × 10 cm
−8 −8
a = 2r = 2 × 1.44 × 10 cm = 2.88 × 10 cm
3 −8 3 −23 3
V = a = (2.88 × 10 cm) = 2.39 × 10 cm
Kerapatan:
m
d =
V
1 mol
n atom × × M MAg
L
=
V
1 mol Ag 107.86 g Ag
(1 atom Ag) × ×
23
6.02×10 atom Ag 1 mol Ag
3
d = = 7.49 g/cm
−23
2.39 × 10 cm
61/68
(b) Kerapatan Ag dengan kisi BCC
Jumlah atom Ag dengan kisi kubus berpusat badan = 2 atom
−8
rAg = 144 pm = 1.44 × 10 cm
4 4
−8 −8
a = √3
‾r =
‾ √3
‾ × 1.44 × 10
‾ cm = 3.33 × 10 cm
3 3
3 −8 3 −23 3
V = a = (3.33 × 10 cm) = 3.69 × 10 cm
Kerapatan:
m
d =
V
1 mol
n atom × × M MAg
L
=
V
1 mol Ag 107.86 g Ag
(2 atom Ag) × ×
23
6.02×10 atom Ag 1 mol Ag
3
d = = 10.76 g/cm
−23 3
3.33 × 10 cm
62/68
(c) Kerapatan Ag dengan kisi FCC
Jumlah atom Ag dengan kisi kubus berpusat muka = 4 atom
−8
rAg = 144 pm = 1.44 × 10 cm
−8 −8
a = 2√2
‾
‾r = 2√2
‾
‾ × 1.44 × 10 cm = 4.07 × 10 cm
3 −8 3 −23 3
V = a = (4.07 × 10 cm) = 6.74 × 10 cm
Kerapatan:
m
d =
V
1 mol
n atom × × M MAg
L
=
V
1 mol Ag 107.86 g Ag
(4 atom Ag) × ×
23
6.02×10 atom Ag 1 mol Ag
3
d = = 10.63 g/cm
−23 3
6.74 × 10 cm
63/68
Kesimpulan
· dSC = 7.49 g/cm
3
64/68
Kristal kovalen
Kristal kovalen cenderung keras, titik leleh tinggi, memiliki gaya tarik yang kuat dengan sesama
kristal kovalen.
65/68
Kristal logam
Kristal logam merupakan model kristal
paling sederhana, dimana kisi kristal diisi oleh
muatan positif kation yang dikelilingi oleh
awal elektron yang tercipta oleh elektron
valensi atom logam.
66/68
Kristal ionik
67/68
Karakteristik berbagai tipe kristal
68/68