BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perundungan adalah sebuah tindakan agresi fisik atau relasional di mana anak atau
remaja, tidak hanya memberikan pengaruh negatif atas siswa lain namun, juga bagi pendidik,
administrator sekolah, dan orang tua (Jenson, Brisson, Bender, & Williford, 2013).
Adapun dampak-dampak dari perundungan menurut Harris dan Petrie (2003) yaitu :1)
Korban maupun pelaku dapat berakibat putus sekolah, 2) Seorang pelaku bullying di masa
selanjutnya dimungkinkan dapat melakukan tindakan kriminal lainnya, 3) Begitu juga dengan
korban bullying dapat menjadi pelaku bullying. 4) Harga diri korban merasa dilecehkan dan
kemungkinkan korban dapat depresi dan mengalami gangguan mental.
Adapun bentuk-bentuk perundungan yang tidak asing lagi yaitu Fisik dan Verbal.
Adapun bentuk perundungan berdasarkan fisik ialah berkelahi, memalak, memukul,
menyembunyikan sepatu dan perundungan berupa verbal ialah mengejek, mengolok,
mengolok nama orang tua, mengolok suku. Berdasarkan kasus tersebut yang sangat tak asing
dalam dunia peralihan anak menjadi remaja khususnya anak tingkatan SMP, di masa ini anak-
anak remaja akan sangat sulit untuk disentuh terkhususnya pada orang tua yang serba sibuk
sehingga tidak memberikan waktu untuk menemani masa pertumbuhan mereka, sehingga
menyebabkan mereka kehilangan kendali atas diri mereka sendiri seperti mencari perhatian
dengan hal yang salah. Seperti dalam salah satu kasus. MS jarang berbicara dengan
orangtuanya. MS pernah di pukul di badan oleh orang tuanya menggunakan tangan karena
dirinya jarang pulang ke rumah, dan sering mendapatkan kata-kata kasar dari orang tuanya.
MS pertama kali melakukan perilaku perundungan sejak kelas satu Sekolah Menengah
Pertama. Menurut Faludi, M.A (2015) intimidasi paling sering terjadi pada masa sekolah
menengah (misalnya, tingkat SMP dan SMA) karena egosentrisme remaja berkembang pada
usia ini. Pada waktu itu MS di panggil oleh kakak kelasnya yang merupakan teman
sepermainan MS juga. Pengaruh teman sebaya telah dilaporkan sebagai faktor utama
terjadinya perundungan di sekolah (espelage, et al., 2015). MS di ajak memalak, berkelahi.
ET mengaku hubungan dia dengan keluarganya baik-baik saja, dan dari seluruh keluarganya
dia paling dekat dengan ibunya sedangkan dengan kedua kakaknya ET tidak begitu dekat.
2
Berdasarkan data Unicef jejak pendapat U-Report terhadap 2.777 anak muda
Indonesia berusia 14-24 tahun menemukan bahwa 45% dari mereka pernah mengalami
perundungan daring. Tingkat pelaporan dari anak laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan
anak perempuan (49% dibandingkan dengan 41%).
Jenis perundungan daring yang paling banyak terjadi menurut 1.207 responden U-
Report: Pelecehan melalui aplikasi chatting (45%), penyebaran foto/video pribadi tanpa izin
(41%), dan jenis pelecehan lain (14%).2 Perundungan yang marak terjadi biasanya dilakukan
oleh anak anak dalam usia sekolah bahkan mahasiswa. Hal ini lah yang menjadi alasan
mengapa kami mengangkat tema hargai perbedaan jauhi perundungan, guna mengurangi
jumlah kasus perundungan di Indonesia.
1
Ridayanti Safitri Rizal. 2021. Bentuk Dan Faktor Perundungan Pada Siswa SMP. Psikoborneo Jurnal Imiah
Psikologi. 9(1): 131-134.
2
Unicef.(2020) Perundungan di Indonesia. Diakses pada 15 November 2022, dari
https://www.unicef.org/indonesia/media/5691/file/Fact%20Sheet%20Perkawinan%20Anak%20di
%20Indonesia.pdf
3
Berdasarkan contoh kasus dan data yang dipaparkan sebelumnya dapat kita lihat
bahwa perundungan kerap terjadi di tingkat sekolah menengah. Untuk itu, kami akan
melakukan sosialisasi terkait perundungan di SMPN 7 Medan, karena SMPN 7 Medan
adalah salah satu sekolah menengah pertama yang memiliki akreditasi A, sehingga memacu
kami untuk melakukan sosialisasi dengan tujuan apakah sekolah yang terakreditasi sudah
terbebas dari perundungan.
Pada pelaksanaan proyek kali ini kami menetapkan sekolah SMP N 7 Medan sebagai
tempat yang akan kami ajar. Kami memilih lokasi tersebut karena beberapa alasan,
yaitu:
1. Saat melakukan survey lokasi, kami melihat bahwa di sekolah tersebut masih adanya
perbedaan berteman walau mereka satu kelas. Contohnya saat siswa yang lain
bermain, ada satu siswa yg hanya duduk dan melihat temannya bermain. Siswa
tersebut tidak diajak bermain dengan teman temannya. Dari hal tersebut kami bisa
menilai bahwa siswa/siswi disekolah ini masih saja memilih milih dalam berteman.
2. Kami memilih sekolah menengah pertama (SMP) karena di umurnya mereka masih
berkembang secara mental, fisik juga pikiran. Disaat kami memberikan sosialisasi
mengenai topik “Tanpa Perundungan” kami berharap dapat membuat mereka
berubah dan bisa menilai bahwa perundungan di lingkungan pertemanan atau di
lingkungan manapun tidaklah baik, sehingga mereka dapat menerapkannya pada diri
mereka.
Dalam penelitian kami juga akan mengadakan permainan yang berkaitan dengan
kerjasama tim sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah bersama-sama tanpa
membedakan teman.
Dalam pelaksanaan proyek terdapat beberapa tahapan yang menjadi acuan bagi penulis,
antara lain.
7. Membuat proyek
Di dalam proyek ini dijelaskan bagaimana cara untuk menghargai perbedaan dan
menjauhi perundungan. Setelah pengerjaan proposal, kami akan melakukan pengarahan
sosialisasi yang membahas seputar tema yang diberikan. Kami akan melakukan sosialisasi ke
salah satu SMP yang ada di kota Medan. Proyek ini dibuat dalam rangka pencegahan
perundungan dan menghargai perbedaan.
Dalam pengarahan sosialisasi untuk penelitian ini akan melibatkan seluruh anggota dari
kelompok 45 yang berjumlah 20 orang dan dengan latar belakang yang berbeda-beda. Dalam
melakukan pengarahan sosialisasi juga akan dilakukan dokumentasi untuk memenuhi tugas
proyek MKWK kelompok 45 ini.
Sumber daya yang kami perlukan untuk pembuatan proposal dan perencanaan proyek:
6
5. Aplikasi Edit Video
Untuk mengedit video kegiatan kami sebagai bentuk laporan ke dosen pengampu
selain dalam bentuk proposal.
Total : Rp 340.000.00
7
BAB II
KERANGKA TEORI/TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perundungan
-Fisik
Kondisi yang paling sering muncul ialah depresi serta gangguan kecemasan. Selain
itu, pengaruh bullying pada kesehatan mental pada remaja dan anak ialah rasa sedih,
rendah diri, kesepian, serta hilangnya minat pada hal yang biasa mereka sukai, serta
perubahan pada pola tidur ataupun pola makan.
Fadillah, Astuti Nur. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Aksi Perundungan. Jurnal
Belo, 2019, 5.1 : 86-100
2
Wiyani, Novan Ardi. 2012. Save Our Children From School Bullying. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
-Psikologis
Perundungan akan menyebabkan seorang anak mengalami gangguan pencernaan.
Bukan hanya pada memar ataupun rasa terluka akibat kekerasan fisik yang dialaminya,
korban juga sering mengalami kecemasan yang kemudian akan memicu stres pada tubuh.
Kondisi ini juga akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan, serta sering sakit,
terkena gangguan pencernaan, juga berbagai masalah lainnya. Bullying pada anak juga
akan memperburuk masalah kesehatan yang telah mereka derita sebelumnya.
-Sosial
Anak yang mengalami bullying, secara tak langsung ditempatkan pada status sosial
yang lebih rendah dari rekan-rekannya. Contohnya yaitu kesulitan untuk menyatu dengan
orang-orang di sekitar. Hal ini akan membuat korban bully menjadi sering merasa
kesepian, terabaikan, serta berujung pada turunnya rasa percaya diri. Dampak bully bagi
korban yang tak boleh diremehkan ialah rasa sulit percaya dengan orang lain. Saat
seorang anak menjadi korban bully, mereka kemudian akan menjadi sulit untuk
mempercayai orang lain di sekitarnya.
(2) rumusan Pasal 76C Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak perlu
reformulasi pasal dengan menyebutkan bahwa kekerasan fisik dan kekerasan non fisik
termasuk dalam tindak pidana Bullying, atau memasukan penjelasan terhadap pasal 76C
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak.3
Upaya non penal dalam mengatasi Bullying dapat dilakukan suatu pembuatan
program yang dimasukan di dalam kurikulum belajar siswa, dapat berupa mata pelajaran,
mini drama, ataupun bentuk pelajaran lain. Dari pembahasan dapat disimpulkan: (1)
perlindungan hukum bagi korban yaitu terdapat pada Pasal 76 C Undang-Undang
Perlindungan anak, dan bagi pelaku dengan mengedepankan diversi (2) perlu reformasi
pasal atau pemberian penjelasan terhadap pasal 76C Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014. Perlu upaya non penal dalam menanggulangi permasalahan Bullying di Indonesia
dengan pembentukan program khusus.
Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman, yakni suku, bahasa, dan
agama. Maka dari itu, kita sebagai warga harus saling menghargai perbedaan agar tidak
terjadi masalah atau perselisihan yang dapat menyebabkan perpecahan di masyarakat.
Menghargai perbedaan juga penting dilakukan supaya kondisi masyarakat dapat
harmonis, tentram, dan rukun dalam hidup berdampingan sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Dengan begitu kita akan memahami bahwa dengan adanya perbedaan maka
keberagaman semakin berlimpah.
3
Amalia, R. 2020. Perlindungan Hukum Terhadap Pelaku dan Korban Bullying Di Indonesia. Under
Graduates thesis. Universitas Negeri Semarang
10
BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
3.1 Pendekatan
Data yang dikumpulkan melalui pendekatan kualitatif merupakan data hasil analisis
terhadap individu dalam ruang lingkup pendidikan.
3.2 Metodologi
Metodologi penelitian adalah suatu cara atau tindakan untuk mendapatkan informasi
dan sumber data yang akan dilakukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, pendekatan
yang akan dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang
dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan berasal dari catatan lapangan,
dokumen pribadi, catatan memo, dan lain-lain. Sehingga yang menjadi tujuan dari
penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita dibalik fenomena secara
mendalam, rinci, dan tuntas.
Adapun metode yang kami gunakan adalah berdiskusi dan berkomunikasi secara
langsung dengan siswa siswi yang ada di SMPN 7 Medan mengenai tema pada proposal
ini dan yang menjadi subjek penelitian adalah para siswa siswi di SMPN 7 Medan.
1
John W. Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five
11
Fokus penelitian yang terdapat pada proposal ini adalah untuk mensosialisasikan
bahwa perbedaan bukanlah menjadi suatu alasan bagi kita untuk bersikap diskriminatif,
melainkan perbedaan merupakan suatu jalan bagi kita untuk mengerti betapa kayanya
negeri kita.
Perbedaan harus kita jadikan sebagai jalan bagi kita untuk menerima “keunikan”
yang dimiliki oleh orang lain, baik itu perbedaan fisik, ekonomi, agama, suku, ras, dan
budaya .
Diketahui Oleh :
DAFTAR PUSTAKA
Admin SMP. 2021. Indahnya Keberagaman dan Pentingnya Toleransi. Blog Direktorat
Sekolah Menengah Pertama dari
https://journal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/12480
Joeragan Artikel. (30 September 2020). Bangkit, Ubah Perundungan Jadi Kekuatan.
Google Books. Diakses tanggal 13 November 2022, dari
https://books.google.co.id/books?id=8g4AEAAAQBAJ&pg=PP3&dq=Bangkit,
+ubah+perundungan+jadi+kekuatan&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sou
rce=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwj2tf2Qx637AhUG1HMBHWDgAI
8Q6wF6BAgFEAU#v=onepage&q=Bangkit%2C%20ubah%20 perundungan
%20jadi%20 kekuatan &f=false
13
Ridayanti Safitri Rizal. 2021. Bentuk Dan Faktor Perundungan Pada Siswa SMP.
Psikoborneo Jurnal Ilmiah Psikologi. 9(1): 131-134. Dari http://e-
journals.unmul.ac.id/index.php/psikoneo/article/view/5673/pdf
Samsudi, M. A., & Muhid, A. (2020). Efek Bullying Terhadap Proses Belajar Siswa.
SCAFFOLDING: Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme, 2(2), 122-133.
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/466-Article%20Text-2056-1-10-20201103.pdf
https://www.google.com/search?tbm=bks&q=Yumhi.+%282020%29.+Monograf
%A+Pengembangan+Pengukuran+Perundungan+Di+Tempat+Kerja+Dalam+K
onteks+Indonesia