Anda di halaman 1dari 16

HARGAI PERBEDAAN JAUHI PERUNDUNGAN

Dosen Fasilitator : Prof. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M. Hum


Mentor : Refani Nurul R.A
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 45 TANPA PERUNDUNGAN
Ketua : Caroline Andhara Johan H. 221101180 Bahasa Indonesia 52, Pancasila 58
Sekertaris : Luthfiah Fahmi 221201037 Bahasa Indonesia 34, Pancasila 34
Anggota:
1. Riris Marito Sihombing 221101132 Bahasa Indonesia 13, Pancasila 9
2. Supriaty Marlina Butarbutar 221101135 Bahasa Indonesia 16, Pancasila 22
3. Gracinta Bianda 221101137 Bahasa Indonesia 18, Pancasila 24
4. Ivanna Tefincha Zebua 221101119 Bahasa Indonesia 60, Pancasila 6
5. Irma Lestari 221101144 Bahasa Indonesia 23, Pancasila 29
6. Angelia Sinaga 221101145 Bahasa Indonesia 24, Pancasila 30
7. Santi Romi Arta 221101156 Bahasa Indonesia 33, Pancasila 39
8. Dwi Angel Nabila 221101188 Bahasa Indonesia 58, Pancasila 6
9. Nadhiya Fahrina 221101205 Bahasa Indonesia 13, Pancasila 21
10. Rachel Fadilah 221101210 Bahasa Indonesia 18, Pancasila 26
11. Sonia Octavia 221101221 Bahasa Indonesia 26, Pancasila 34
12. Sheila Aprilia Audina Saragih 221101227 Bahasa Indonesia 29, Pancasila 37
13. Asri Halijah 221201001 Bahasa Indonesia 1, Pancasila 3
14. Widya Natasha Napitupulu 221201005 Bahasa Indonesia 5, Pancasila 7
15. Rozwa Alviola Onu 221201006 Bahasa Indonesia 6, Pancasila 8
16. Rahulia Khairil Hamdar Sinaga 221201029 Bahasa Indonesia 27, Pancasila 29
17. Fauzia 221201038 Bahasa Indonesia 35, Pancasila 37
18. Gabriel S. Girsang 221201039 Bahasa Indonesia 36, Pancasila 38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………
1
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………2
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….3
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………4
1.3 Lokasi……………………………………………………………………………….. 4
1.4 Tujuan Pembahasan…………………………………………………………………. 5
1.5 Mekanisme dan Rancangan…………………………………………………………. 5
1.6 Sumber Daya yang Diperlukan………………………………………………………6
1.6.1 Sumber Daya………………………………………………………………….. 6
1.6.2 Rician Biaya……………………………………………………………………7
BAB II KERANGKA TEORI / TINJAUAN PUSTAKA…………………………………8
2.1 Perundungan………………………………………………………………………... 8
2.2 Hukum yang Mengatur Perilaku Perundungan…………………………………….. 9
2.3 Memahami perbedaan bukan latar belakang dari perundungan…………………... 10
BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI………………………………………...11
3.1 Pendekatan………………………………………………………………………….11
3.2 Metodologi………………………………………………………………………….11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………13
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perundungan adalah sebuah tindakan agresi fisik atau relasional di mana anak atau
remaja, tidak hanya memberikan pengaruh negatif atas siswa lain namun, juga bagi pendidik,
administrator sekolah, dan orang tua (Jenson, Brisson, Bender, & Williford, 2013).

Adapun dampak-dampak dari perundungan menurut Harris dan Petrie (2003) yaitu :1)
Korban maupun pelaku dapat berakibat putus sekolah, 2) Seorang pelaku bullying di masa
selanjutnya dimungkinkan dapat melakukan tindakan kriminal lainnya, 3) Begitu juga dengan
korban bullying dapat menjadi pelaku bullying. 4) Harga diri korban merasa dilecehkan dan
kemungkinkan korban dapat depresi dan mengalami gangguan mental.

Adapun bentuk-bentuk perundungan yang tidak asing lagi yaitu Fisik dan Verbal.
Adapun bentuk perundungan berdasarkan fisik ialah berkelahi, memalak, memukul,
menyembunyikan sepatu dan perundungan berupa verbal ialah mengejek, mengolok,
mengolok nama orang tua, mengolok suku. Berdasarkan kasus tersebut yang sangat tak asing
dalam dunia peralihan anak menjadi remaja khususnya anak tingkatan SMP, di masa ini anak-
anak remaja akan sangat sulit untuk disentuh terkhususnya pada orang tua yang serba sibuk
sehingga tidak memberikan waktu untuk menemani masa pertumbuhan mereka, sehingga
menyebabkan mereka kehilangan kendali atas diri mereka sendiri seperti mencari perhatian
dengan hal yang salah. Seperti dalam salah satu kasus. MS jarang berbicara dengan
orangtuanya. MS pernah di pukul di badan oleh orang tuanya menggunakan tangan karena
dirinya jarang pulang ke rumah, dan sering mendapatkan kata-kata kasar dari orang tuanya.
MS pertama kali melakukan perilaku perundungan sejak kelas satu Sekolah Menengah
Pertama. Menurut Faludi, M.A (2015) intimidasi paling sering terjadi pada masa sekolah
menengah (misalnya, tingkat SMP dan SMA) karena egosentrisme remaja berkembang pada
usia ini. Pada waktu itu MS di panggil oleh kakak kelasnya yang merupakan teman
sepermainan MS juga. Pengaruh teman sebaya telah dilaporkan sebagai faktor utama
terjadinya perundungan di sekolah (espelage, et al., 2015). MS di ajak memalak, berkelahi.
ET mengaku hubungan dia dengan keluarganya baik-baik saja, dan dari seluruh keluarganya
dia paling dekat dengan ibunya sedangkan dengan kedua kakaknya ET tidak begitu dekat.
2

ET pernah melakukan bullying atau perundungan berupa pemukulan, perkelahian


yang disebabkan dari saling ejek, saling olok nama orang tua. Akibat ada yang tidak terima
karena nama orang tuanya dijadikan bahan ejekan, hal ini akhirnya yang menyebabkan
terjadinya pemukulan dan perkelahian. Selain perkelahian, ET juga mengaku sering memalak,
mengejek, atau menghina nama orang tua, dan bahkan pernah menyembunyikan sepatu
temannya hingga jam pulang sekolah, sampai membuat temannya tersebut menangis. ET
mengatakan bahwa ketika menjahili temannya seperti menyembunyikan sepatu itu hanya
sekedar iseng atau bercanda saja, dirinya pun tidak mengetahui bahwa itu bisa membuat
temannya tersebut sampai menangis.1

Hargai Perbedaan Hindari Perundungan merupakan tema yang tepat menurut


kelompok kami, dikarenakan perbedaan merupakan salah satu pemicu perundungan. Seperti
salah satu kasus diatas, perundungan terjadi karena saling ejek. Adapun penyebab saling ejek
karena adanya perbedaan entah itu pendapat ataupun pandangan terhadap suatu hal, sehingga
untuk menuntaskan rasa kesal atas pendapat yang tidak diterima dia memilih untuk mengejek
temannya tersebut.

Berdasarkan data Unicef jejak pendapat U-Report terhadap 2.777 anak muda
Indonesia berusia 14-24 tahun menemukan bahwa 45% dari mereka pernah mengalami
perundungan daring. Tingkat pelaporan dari anak laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan
anak perempuan (49% dibandingkan dengan 41%).

Jenis perundungan daring yang paling banyak terjadi menurut 1.207 responden U-
Report: Pelecehan melalui aplikasi chatting (45%), penyebaran foto/video pribadi tanpa izin
(41%), dan jenis pelecehan lain (14%).2 Perundungan yang marak terjadi biasanya dilakukan
oleh anak anak dalam usia sekolah bahkan mahasiswa. Hal ini lah yang menjadi alasan
mengapa kami mengangkat tema hargai perbedaan jauhi perundungan, guna mengurangi
jumlah kasus perundungan di Indonesia.

1
Ridayanti Safitri Rizal. 2021. Bentuk Dan Faktor Perundungan Pada Siswa SMP. Psikoborneo Jurnal Imiah
Psikologi. 9(1): 131-134.
2
Unicef.(2020) Perundungan di Indonesia. Diakses pada 15 November 2022, dari
https://www.unicef.org/indonesia/media/5691/file/Fact%20Sheet%20Perkawinan%20Anak%20di
%20Indonesia.pdf
3

Berdasarkan contoh kasus dan data yang dipaparkan sebelumnya dapat kita lihat
bahwa perundungan kerap terjadi di tingkat sekolah menengah. Untuk itu, kami akan
melakukan sosialisasi terkait perundungan di SMPN 7 Medan, karena SMPN 7 Medan
adalah salah satu sekolah menengah pertama yang memiliki akreditasi A, sehingga memacu
kami untuk melakukan sosialisasi dengan tujuan apakah sekolah yang terakreditasi sudah
terbebas dari perundungan.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana cara kita mewujudkan lingkup pembelajaran yang sehat tanpa


perundungan?
2. Bagaimana solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah perundungan di kalangan
pelajar tersebut?
3. Apakah masalah perundungan ini dapat mempengaruhi kualitas masyarakat di masa
yang akan datang?
4. Bagaimana cara memberikan perlindungan dan ruang aman terhadap pelajar yang
menjadi korban perundungan?
5. Apakah tujuan proposal ini dapat memberi dampak positif yang membuat para pelajar
lebih menghargai perbedaan?

1.3 Lokasi Kegiatan / Proyek

Pada pelaksanaan proyek kali ini kami menetapkan sekolah SMP N 7 Medan sebagai
tempat yang akan kami ajar. Kami memilih lokasi tersebut karena beberapa alasan,
yaitu:

1. Saat melakukan survey lokasi, kami melihat bahwa di sekolah tersebut masih adanya
perbedaan berteman walau mereka satu kelas. Contohnya saat siswa yang lain
bermain, ada satu siswa yg hanya duduk dan melihat temannya bermain. Siswa
tersebut tidak diajak bermain dengan teman temannya. Dari hal tersebut kami bisa
menilai bahwa siswa/siswi disekolah ini masih saja memilih milih dalam berteman.
2. Kami memilih sekolah menengah pertama (SMP) karena di umurnya mereka masih
berkembang secara mental, fisik juga pikiran. Disaat kami memberikan sosialisasi
mengenai topik “Tanpa Perundungan” kami berharap dapat membuat mereka
berubah dan bisa menilai bahwa perundungan di lingkungan pertemanan atau di
lingkungan manapun tidaklah baik, sehingga mereka dapat menerapkannya pada diri
mereka.

Dalam penelitian kami juga akan mengadakan permainan yang berkaitan dengan
kerjasama tim sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah bersama-sama tanpa
membedakan teman.

3. Walaupun SMPN 7 sudah terakreditasi A, tidak menutup kemungkinan adanya


tindakan perundungan di sekolah tersebut. Apalagi lokasi sekolah yang berada di
tengah kota sehingga masih banyaknya ilmu dan edukasi yg perlu diberikan kepada
siswa/siswi agar lebih luas dalam mengetahui banyak hal tentang bahayanya
perundungan.

1.4 Tujuan pembahasan


Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana caranya mewujudkan lingkup belajar yang sehat tanpa
perundungan.
2. Untuk mengetahui solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah perundungan di
kalangan pelajar.
4. Untuk memahami pengaruh masalah perundungan terhadap kualitas masyarakat di
masa yang akan datang.
5. Untuk mengetahui cara-cara yang dapat dilakukan untuk melindungi dan
memberikan ruang aman terhadap pelajar yang menjadi korban perundungan.

1.5 Mekanisme dan Rancangan

Dalam pelaksanaan proyek terdapat beberapa tahapan yang menjadi acuan bagi penulis,
antara lain.

1. Pembentukan kelompok proyek

2. Menentukan jenis proyek yang akan dibuat

3. Mendiskusikan judul yang menarik untuk dijadikan judul proyek

4. Merancang konsep proyek


5. Mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam pembuatan proyek

6. Membagi tugas dalam pengerjaan proposal

7. Membuat proyek

8. Melakukan evaluasi proyek

9. Melaporkan hasil proyek

Di dalam proyek ini dijelaskan bagaimana cara untuk menghargai perbedaan dan
menjauhi perundungan. Setelah pengerjaan proposal, kami akan melakukan pengarahan
sosialisasi yang membahas seputar tema yang diberikan. Kami akan melakukan sosialisasi ke
salah satu SMP yang ada di kota Medan. Proyek ini dibuat dalam rangka pencegahan
perundungan dan menghargai perbedaan.

Dalam pengarahan sosialisasi untuk penelitian ini akan melibatkan seluruh anggota dari
kelompok 45 yang berjumlah 20 orang dan dengan latar belakang yang berbeda-beda. Dalam
melakukan pengarahan sosialisasi juga akan dilakukan dokumentasi untuk memenuhi tugas
proyek MKWK kelompok 45 ini.

1.6 Sumber Daya yang Diperlukan

1.6.1 Sumber Daya

Sumber daya yang kami perlukan untuk pembuatan proposal dan perencanaan proyek:

1. Anggota kelompok yang berperan utama sebagai panitia pelaksana


2. Laptop, handphone, infokus, mic
3. Google
Digunakan sebagai media mencari jurnal acuan judul proposal yang akan kami
kerjakan. Karena informasi yang di dapat dari jurnal akan lebih akurat tentunya.
Sisanya akan dijadikan tambahan untuk proposal yang akan kami kerjakan.
4. Aplikasi Zoom, Google Meet, dan WhatsApp
Selain melakukan diskusi secara luring, kami juga kerap kali melakukan diskusi
secara daring menggunakan beberapa aplikasi ini. Diskusi yang dilakukan
menggunakan aplikasi ini bisa direkam sehingga hasil diskusi yang telah dilakukan
dapat didengarkan ulang bagi anggota yang tidak sempat untuk mengikuti diskusi.

6
5. Aplikasi Edit Video
Untuk mengedit video kegiatan kami sebagai bentuk laporan ke dosen pengampu
selain dalam bentuk proposal.

1.6.2 Rincian Biaya


Berikut ini kami tampilkan rincian biaya yang diperlukan selama melakukan kegiatan.

No Bentuk Keperluan Biaya


1. Transportasi panitia Rp 50.000.00
2. Konsumsi peserta Rp 100.000.00
3. Buah tangan untuk pihak sekolah Rp 90.000.00
4. Spanduk Rp 50.000.00
5. Hadiah peserta Rp 50.000.00

Total : Rp 340.000.00
7
BAB II
KERANGKA TEORI/TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perundungan

Perundungan adalah perilaku yang bertujuan menjatuhkan seseorang baik secara


verbal maupun secara fisik.1 Perundungan secara verbal seperti membentak, berteriak,
memaki, menghina, meledek, mempermalukan dan sebagainya. Perundungan secara fisik
seperti menampar, menendang, memukul, meninju, dan tindakan lainnya yang dapat
melukai fisik. Perundungan/ Bullying menurut Tatum adalah “...the willful, conscious
desire to hurt another and put him/her under stress”. Kemudian, Olweus Dan juga
mengatakan hal yang serupa bahwa bullying adalah perilaku negatif yang mengakibatkan
seseorang dalam keadaan tidak nyaman/terluka biasanya terjadi berulang-ulang, repeated
during successive encounters. Sementara itu, Roland memberikan definisi bullying
sebagai berikut : “Long standing violence, physical or psychological, perpetrated by an
individual or group directed against an individual who can not defend himself or
herself”. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya bullying adalah perilaku negatif
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dapat merugikan orang lain
(Wiyani, 2012:12).2

Dampak dari perundungan dapat berdampak dalam jangka panjang maupun


pendek, tergantung dari segi psikis dan cara korban perundungan mengatasi ketakutannya
saat dirundung. Dampak perundungan antara lain :

-Fisik
 Kondisi yang paling sering muncul ialah depresi serta gangguan kecemasan. Selain
itu, pengaruh bullying pada kesehatan mental pada remaja dan anak ialah rasa sedih,
rendah diri, kesepian, serta hilangnya minat pada hal yang biasa mereka sukai, serta
perubahan pada pola tidur ataupun pola makan.
Fadillah, Astuti Nur. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Aksi Perundungan. Jurnal
Belo, 2019, 5.1 : 86-100
2
Wiyani, Novan Ardi. 2012. Save Our Children From School Bullying. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media

-Psikologis
Perundungan akan menyebabkan seorang anak mengalami gangguan pencernaan.
Bukan hanya pada memar ataupun rasa terluka akibat kekerasan fisik yang dialaminya,
korban juga sering mengalami kecemasan yang kemudian akan memicu stres pada tubuh.
Kondisi ini juga akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan, serta sering sakit,
terkena gangguan pencernaan, juga berbagai masalah lainnya. Bullying pada anak juga
akan memperburuk masalah kesehatan yang telah mereka derita sebelumnya.

-Sosial
Anak yang mengalami bullying, secara tak langsung ditempatkan pada status sosial
yang lebih rendah dari rekan-rekannya. Contohnya yaitu kesulitan untuk menyatu dengan
orang-orang di sekitar. Hal ini akan membuat korban bully menjadi sering merasa
kesepian, terabaikan, serta berujung pada turunnya rasa percaya diri. Dampak bully bagi
korban yang tak boleh diremehkan ialah rasa sulit percaya dengan orang lain. Saat
seorang anak menjadi korban bully, mereka kemudian akan menjadi sulit untuk
mempercayai orang lain di sekitarnya.

2.2 Hukum yang Mengatur Perilaku Perundungan

Anak yang menjadi korban perundungan harus mendapat perlindungan hukum.


Perlindungan anak sebagai segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Pemerintah, orang tua, wali, masyarakat dan pihak sekolah
memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan karakter dan menanamkan budi
pekerti terhadap anak untuk mencegah terjadinya perundungan.
Peraturan perundang-undangan di Indonesia yang mengatur untuk melindungi
korban tindak pidana Bullying adalah Pasal 76C Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
anak. Sedangkan perlindungan untuk pelaku dengan mengedepankan diversi dalam upaya
penyelesaian tindak pidana Bullying dan mengesampingkan sanksi pidana.

(2) rumusan Pasal 76C Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak perlu
reformulasi pasal dengan menyebutkan bahwa kekerasan fisik dan kekerasan non fisik
termasuk dalam tindak pidana Bullying, atau memasukan penjelasan terhadap pasal 76C
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak.3

Upaya non penal dalam mengatasi Bullying dapat dilakukan suatu pembuatan
program yang dimasukan di dalam kurikulum belajar siswa, dapat berupa mata pelajaran,
mini drama, ataupun bentuk pelajaran lain. Dari pembahasan dapat disimpulkan: (1)
perlindungan hukum bagi korban yaitu terdapat pada Pasal 76 C Undang-Undang
Perlindungan anak, dan bagi pelaku dengan mengedepankan diversi (2) perlu reformasi
pasal atau pemberian penjelasan terhadap pasal 76C Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014. Perlu upaya non penal dalam menanggulangi permasalahan Bullying di Indonesia
dengan pembentukan program khusus.

2.3 Memahami Perbedaan Bukan Latar Belakang dari Perundungan

Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman, yakni suku, bahasa, dan
agama. Maka dari itu, kita sebagai warga harus saling menghargai perbedaan agar tidak
terjadi masalah atau perselisihan yang dapat menyebabkan perpecahan di masyarakat.
Menghargai perbedaan juga penting dilakukan supaya kondisi masyarakat dapat
harmonis, tentram, dan rukun dalam hidup berdampingan sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Dengan begitu kita akan memahami bahwa dengan adanya perbedaan maka
keberagaman semakin berlimpah.
3
Amalia, R. 2020. Perlindungan Hukum Terhadap Pelaku dan Korban Bullying Di Indonesia. Under
Graduates thesis. Universitas Negeri Semarang

10

BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
3.1 Pendekatan

Menurut Deirdre D. Johnson dan Scott W. Vanderstoep, pendekatan merupakan


prosedur dan rencana yang dimulai dari tahap hipotesis yang berlanjut pada
penghimpunan data, analisis, dan kesimpulan. Pendekatan data dapat diklasifikasikan
menjadi dua yakni pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan yang
digunakan pada proposal ini adalah pendekatan kualitatif karena berupa penelitian yang
dilaksanakan dengan maksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan lain-lain secara holistic dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata pada suatu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2011).1

Data yang dikumpulkan melalui pendekatan kualitatif merupakan data hasil analisis
terhadap individu dalam ruang lingkup pendidikan.

3.2 Metodologi

Metodologi penelitian adalah suatu cara atau tindakan untuk mendapatkan informasi
dan sumber data yang akan dilakukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, pendekatan
yang akan dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang
dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan berasal dari catatan lapangan,
dokumen pribadi, catatan memo, dan lain-lain. Sehingga yang menjadi tujuan dari
penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita dibalik fenomena secara
mendalam, rinci, dan tuntas.
Adapun metode yang kami gunakan adalah berdiskusi dan berkomunikasi secara
langsung dengan siswa siswi yang ada di SMPN 7 Medan mengenai tema pada proposal
ini dan yang menjadi subjek penelitian adalah para siswa siswi di SMPN 7 Medan.

1
John W. Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five

11

Fokus penelitian yang terdapat pada proposal ini adalah untuk mensosialisasikan
bahwa perbedaan bukanlah menjadi suatu alasan bagi kita untuk bersikap diskriminatif,
melainkan perbedaan merupakan suatu jalan bagi kita untuk mengerti betapa kayanya
negeri kita.

Perbedaan harus kita jadikan sebagai jalan bagi kita untuk menerima “keunikan”
yang dimiliki oleh orang lain, baik itu perbedaan fisik, ekonomi, agama, suku, ras, dan
budaya .

Diketahui Oleh :

Mentor Dosen Fasilitator

Refani Nurul R.A Prof. Dr. Rosnidar Sembiring SH., M.HUM


NIM : 210502092 NIP : 196602021991032002
12

DAFTAR PUSTAKA

Admin SMP. 2021. Indahnya Keberagaman dan Pentingnya Toleransi. Blog Direktorat
Sekolah Menengah Pertama dari
https://journal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/12480

Anom. P, (2017) KPAI telusuri dugaan perundungan siswa SD beda agama-etnis.


Diakses pada 28 Oktober 2022 , dari
https://m.antaranews.com/amp/berita/661933/kpai-telusuri-dugaan-
perundungan-siswa-sd-beda-agama-etnis

Fadillah, A. N. (2019). Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi Korban


Aksi Perundungan. Jurnal Belo, 5(1), 86-100.
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/belo/article/view/1315

Joeragan Artikel. (30 September 2020). Bangkit, Ubah Perundungan Jadi Kekuatan.
Google Books. Diakses tanggal 13 November 2022, dari
https://books.google.co.id/books?id=8g4AEAAAQBAJ&pg=PP3&dq=Bangkit,
+ubah+perundungan+jadi+kekuatan&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sou
rce=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwj2tf2Qx637AhUG1HMBHWDgAI
8Q6wF6BAgFEAU#v=onepage&q=Bangkit%2C%20ubah%20 perundungan
%20jadi%20 kekuatan &f=false

Junaidi. 2022. " buku perundungan".


https://www.panggungharjo.desa.id/perundungan/

Rahmawati, S. W. (2016). Peran iklim sekolah terhadap perundungan. Jurnal Psikologi,


43(2), 167-180. https://journal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/12480
Rastati, R. (2016). Bentuk perundungan siber di media sosial dan pencegahannya bagi
korban dan pelaku. Bandung Institute of Technology.
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=perundungan
hq=#d=gs_qabs&t=1666951328748&u=%23p%3DpCTzDqOX2G4J

Resti Amelia.2020. Perlindungan Hukum Terhadap Pelaku Dan Korban Bullying Di


Indonesia. Undergraduates thesis, Universitas Negeri Semarang.
http://lib.unnes.ac.id/41816/

13
Ridayanti Safitri Rizal. 2021. Bentuk Dan Faktor Perundungan Pada Siswa SMP.
Psikoborneo Jurnal Ilmiah Psikologi. 9(1): 131-134. Dari http://e-
journals.unmul.ac.id/index.php/psikoneo/article/view/5673/pdf

Salma. (2019). Pendekatan Penelitian: Pengertian, Jenis-Jenis, dan Contoh


Lengkapnya , diakses pada 28 Oktober 2022, dari
https://www.google.com/amp/s/penerbitdeepublish.com/pendekatan-penelitian/
amp/

Samsudi, M. A., & Muhid, A. (2020). Efek Bullying Terhadap Proses Belajar Siswa.
SCAFFOLDING: Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme, 2(2), 122-133.

file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/466-Article%20Text-2056-1-10-20201103.pdf

Unicef.(2020) Perundungan di Indonesia. Diakses pada 15 November 2022, dari


https://www.unicef.org/indonesia/media/5691/file/Fact%20Sheet%20Perkawinan
%20Anak%20di%20Indonesia.pdf

Yumhi. (2020). Monograf: Pengembangan Pengukuran Perundungan Di Tempat Kerja


Dalam Konteks Indonesia. Banten : La Tansa

https://www.google.com/search?tbm=bks&q=Yumhi.+%282020%29.+Monograf
%A+Pengembangan+Pengukuran+Perundungan+Di+Tempat+Kerja+Dalam+K
onteks+Indonesia

Vanderstoep, Scott W. dan Deirdre D. Johnston. (2009). Research Methods for


Everyday Life . San Francisco:Jossey-Bass.
14

Anda mungkin juga menyukai