Anda di halaman 1dari 21

PENDIDIKAN KARAKTER

SILA KE 3 PERSATUAN INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Karakter


Dosen Pengampu : Eddy Junaedi, Dr., M.Pd

OLEH

1. Mayang Sari D212011021


2. Pratiwi Mangkul Hasanah D212011022
3. Eka kurnia dewi D212011050
4. Nisa Agustina D212011052
5. Diyana D212011007

PROGRAM STUDI KOMPUTERISASI AKUNTANSI


POLITEKNIK TEDC BANDUNG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Tugas Pendidikan Karakter ini dengan baik dan
tepat waktu.

Tugas ini kami buat untuk memberikan penjelasan tentang Arti dan makna Persatuan Indonesia
sebagaimana tertuang dalam butir ke 3 dalam Pancasila. Semoga makalah yang kami buat ini
dapat membantu menambah wawasan kita menjadi lebih luas lagi.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan
makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Eddy selaku dosen mata kulia
Pendidikan Krakter, dan kepada pihak yang telah membantu ikut serta dalam penyelesaian
makalah ini.

Atas perhatian dan waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Terbentuknya Pancasila Sila Ke Tiga .......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Pembahasan .................................................................................................................. 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
2.1. Makna Pancasila Sila ketiga ..................................................................................................... 3
2.1.1. Lambang Sila Ketiga (Pohon Beringin) ............................................................................ 4
2.1.2. Peran Sila Ketiga Pancasila Dalam Merawat Kemajemukan Di Indonesia .................. 4
2.2. Sikap yang Mencerminkan Pancasila Sila Ketiga .................................................................. 6
2.2.1. Butir-butir Pengamalan Pancasila .................................................................................... 6
2.2.2. Penerapan Sila Ketiga Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari ................................... 6
2.2.3. Hakekat Nilai Persatuan Sebagai Konsep Pengetahuan Bangsa Indonesia .................. 8
2.2.4. Hakekat Nilai Persatuan Sebagai Konsep Pemahaman Bangsa Indonesia ................. 10
2.2.5. Hakekat Nilai Persatuan Sebagai Konsep Ketrampilan Bangsa Indonesia ................ 12
BAB III................................................................................................................................................. 18
PENUTUP............................................................................................................................................ 18
3.1. SIMPULAN .............................................................................................................................. 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Terbentuknya Pancasila Sila Ke Tiga


Pada dasarnya manusia diciptakan berbagai macam suku, budaya, dan bangsa, adalah
satu kenyataan yang tidak bisa dibantah oleh siapapun juga.Termasuk bangsa Indonesia
yang terdiri dari beberapa pulau-pulau yang terpisaholeh lautan luas, sehingga terjadi
beraneka macam keanekaragaman di Indonesia.Berdasarkan fakta ini harus diakui adanya
bangsa dan kebangsaan. Untukmencapai tujuan demi keadilan social, bangsa Indonesia
harus menggalang persatuan dan kesatuan bangsa dalam keberagaman suku dan budaya
yang kitamiliki. Bung Karno sering menegaskan bahwa Pancasila adalah satu-satunya alat
pemersatu bangsa Indonesia, terutama sila ketiga yaitu persatuan Indonesia.Dalam fakta
sejarah, selama 350 tahun Negara Indonesia dijajah dandieksploitasi segala sumber
dayanya, sumber daya alam maupun sumber dayamanusianya. Perjuangan bangsa
Indonesia yang dulu bersifat kedaerahan ternyatatidak membuahkan hasil sama sekali.
Bahkan menjadikan perpecahan antar bangsa di Indonesia. Kemudian bangkitlah kesadaran
bangsa Indonesia, terutama pemuda-pemuda Indonesia untuk saling bersatu dan melawan
penjajah bersama-sama. Sehingga teraihlah kemerdekaan Indonesia yang dapat dinikmati
hinggasekarang ini.Melihat sejarah dalam mencapai kemerdekaan Indonesia tidak lepas
dari rasacinta tanah air dan persatuan bangsa, maka hal itulah yang menjadikan persatuan
Indonesia menjadi salah satu pondasi terkuat berdirinya bangsa Indonesia danlandasan
untuk bangsa Indonesia dalam menjalankan pemerintahan, memajukan bangsa, dan
menghadapi ancaman sekalipun. Keberagaman suku dan budaya diIndonesia juga perlu
disatukan oleh suatu landasan pemersatu yang kuat. Sehinggadalam Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia terdapat sila ketiga yaituPersatuan Indonesia.Butir-butir Pancasila
sila ke tiga adalah sebagai berikut:

1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dankeselamatan bangsa


dan negara sebagai kepentingan bersama di ataskepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabiladiperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanahairIndonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaianabadi dan
keadilan sosial.

1
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, Memajukan
pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa makna dari Pancasila sila ketiga

b. Bagaimana mengaktualisasi nilai-nilai Pancasila sila ketiga?

1.3. Tujuan Pembahasan


a. Menjelaskan makna Pancasila sila ke-Tiga.

b. Memahami nilai-nilai Pancasila sila ke-Tiga pada kehidupan sehari-hari.

c. Menerapkan nilai-nilai Pancasila sila ke-Tiga pada kehidupan sehari-hari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Makna Pancasila Sila ketiga


Pancasila Sila ketiga dilambangkan dengan Pohon Beringin. Pohon
beringinmelambangkan pohon besar yang bias digunakan oleh banyak orang
sebagai tempat berteduh dibawahnya. Hal ini mewakili keragaman suku bangsa yang m
enyatu diIndonesia. Selain itu Pohon Beringin menggambarkan pohon yang kokoh dan
kuat.Hal tersebut menggambarkan bahwa dengan persatuan makan Indonesia
dapatmenjadi kuat dan kokoh untuk menghadapi tantangan.Para tokoh merumuskan Sila
Ketiga tersebut berdasarkan perasaan senasibyang dirasakan oleh seluruh rakyat
Indonesia. Para tokoh pendahulu kemudian merangkai persatuan dalam keberagaman dan
keragaman.
Para pendahulu berhasil menyatukan perbedaan tersebut untuk satu tujuan. Semangat
tersebut yang kemudian sering disebut semangat Bhinneka Tunggal Ika.Makna persatuan
artinya menjadi satu dan tidak terpecah atau terpisah-pisah.Makna Persatuan Indonesia
sangat erat kaitannya dengan rasa Nasionalisme.Menurut Rukiyati dkk (2013: 61)
menyatakan bahwa pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam sila “Persatuan
Indonesia” adalah nasionalisme, cinta bangsa dan tanah air, menggalang persatuan dan
kesatuan bangsa, menghilangkan penonjolanatau kekuasaan keturunan dan perbedaan
warna kulit serta menumbuhkan rasaseperjuangan. Sehingga kehidupan menjadi lebih
sejuk karena tidak ada perselisihanantara satu sama lain. Selain perdamaian akan tercipta
sesuai dengan cita-citaIndonesia.Selain itu, Persatuan Indonesia juga dapat dimaknai
dengan semangat gotongroyong. Persatuan berarti juga kebersamaan. Kebersamaan
diwujudkan dalam gotongroyong. Semangat gotong royong adalah budaya mulia yang
diwariskan oleh para pendahulu. Tidak ada satu ras yang merasa lebih hebat dari suku
lain dan tidak adasatu golongan yang harus menjadi tuan bagi golongan lain.Ir Soekarno
pernah menyampaikan pada salah satu pidatonya yang pada intinyanegara yang akan
didirikan adalah negara semua untuk semua. Dasar negara yang pertama
adalah Kebangsaan Indonesia. Berdasarkan penyampaian tersebut PersatuanIndonesia
mengutamakan kepentingan Bersama daripada kepentingan golongan atau pribadi.

3
Moh Hatta juga pernah menyampaikan dalam pidatonya yang pada intinyatiap-tiap
bidang tanah dalam Indonesia merupakan tanah air semua warga negara Indonesia.
Moh Hatta menyampaikan setiap bidang tanah tersebut adalah Tanah Airyang harus
dicintai oleh seluruh warga Negara Indonesia. Dari semua penjelasantersebut Persatuan
Indonesia dapat dimaknai meskipun Indonesia terdiri dari beragam.

2.1.1. Lambang Sila Ketiga (Pohon Beringin)


Sila ketiga dilambangkan dengan pohon beringin. Pohon beringin digunakan
karena merupakan pohon yang besar di mana banyak orang bisa berteduh di bawahnya.
Seperti halnya semua rakyat Indonesia yang dapat “berteduh” di bawah naungan negara
Republik Indonesia. Pohon beringin juga memiliki sulur dan akar yang menjalar ke mana-
mana. Begitu juga halnya dengan keragaman suku bangsa, budaya, dan agama yang
menyatu di bawah nama Indonesia.
Arti Sila Ketiga
• Pancasila Sila ketiga berbunyi “Persatuan Indonesia” yang memiliki arti bahwa kita
sebagai warga negara Indonesia wajib untuk bersatu membangun negeri ini dan tidak
mudah tercerai berai karena berbagai hasutan.
• Arti dari sila ketiga Pancasila merupakan bangsa Indonesia yang dituntut
mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi maupun antar
golongan. Prioritas utama dalam bernegara tentunya persatuan dan kesatuan
• Makna dasar negara sila ketiga Pancasila ini juga menekankan bahwa manusia wajib
memiliki kepribadian rela berkorban demi negara Indonesia. Selain itu, masyarakat
juga wajib mencintai bangsa Indonesia dan tanah air serta rasa bangga kepada
negaranya.
• Semakin hari, Indonesia semakin banyak mendapat tekanan dari pihak-pihak tertentu
yang ingin memecah belah keutuhan bangsa. Mereka ingin negara ini terpecah-belah
dan hilang rasa persatuan. Jika sudah hilang rasa persatuan dalam setiap masyarakat,
maka negara ini akan dengan mudah dikuasai oleh pihak-pihak yang ingin
mengambil keuntungan dari Indonesia.

• Oleh sebab itu, jika arti sila ketiga sudah tertanam dalam setiap individu masyarakat
Indonesia, maka segala tekanan atau hasutan yang datang akan dapat dengan mudah
teratasi.

2.1.2. Peran Sila Ketiga Pancasila Dalam Merawat Kemajemukan Di Indonesia


Indonesia terdapat kemajemukan baik secara sosiologis maupun kultural.
Kemajemukan tersebut antara lain; kemajemukan budaya, agama, suku bangsa, ras
dan etnik, dan golongan. Kemajemukan tersebut di satu sisi mengandung nilai positif
yaitu menjadi kekayaan bangsa karena menjadi faktor pembeda yang memberikan
warna tersendiri bagi bangsa Indonesia. Tetapi di sisi lain kemajemukan yang ada

4
seringkali menjadi sumber persoalan yang mengarah kepada konflik, kekerasan, dan
perpecahan.

Ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadi konflik dan perpecahan di


antaranya: Pertama, adanya sikap etnosentrisme. Adanya sikap etnosentrisme ini
menyebabkan terhambatnya hubungan antarbangsa, menghambat proses asimilasi
dan integrasi. Kedua, menguatnya politik aliran. Masyarakat Indonesia pada
umumnya masih terkotak-kotak menurut tali pengikat berupa ideologi atau aliran
agama yang juga diikuti oleh sejumlah organisasi masa. Dampak dari pengkotakan
ini adalah masyarakat terbagi menurut ideologi yang dianutnya sehingga ketika
terjadi konflik pada tingkat elit politik maka konflik tersebut juga berimbas pada
para pengikutnya. Ketiga, unsur primordialisme masih melekat dalam bangsa
Indonesia. Primordialisme memudarkan ikatan sosial antarkelompok yang pada
gilirannya akan menghancurkan keutuhan bangsa.
Primordialisme merupakan sebab yang melahirkan sikap pelecehan
terhadap kelompok lain karena menganggap kelompok sendiri yang paling
menonjol atau paling baik. Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari konflik,
kekerasan, dan perpecahan, Pancasila khususnya sila Ketiga memiliki peran
sentral. Sila ketiga, Persatuan Indonesia merupakan titik temu semua jenis
kemajemukan yang ada di Indonesia. Sila ini meneropong setiap kehidupan baik
antarsuku maupun bahasa, antarkelompok maupun antaragama. Nilai yang tampak
dalam sila ini adalah nilai Persatuan, nasionalisme, dan patriotisme. Nilai -nilai ini
mengatasi kemungkinan keterpecah-belahan bangsa. Sila ini merujuk pada
persatuan yang utuh dan karena menyatukan bermacam-macam perbedaan baik
suku, agama, ras dan golongan. Akan tetapi mempersatukan kemajemukan menjadi
suatu bangsa yang bersatu berarti menyadarkan semua elemen yang berlainan agar
dapat menerima, mengakui dan menghormati setiap perbedaan yang ada. Hanya
jika semua elemen yang berlainan tersebut menyadari perbedaan yang ada, maka
negara Indonesia ini tetap menjadi negara yang tenteram, damai dan bersatu. Secara
konseptual, Indonesia menganut political nationalism dengan menempatkan negara
sebagai unsur pemersatu. Hal ini ditegaskan dalam pembukaan UUD Tahun 1945
alinea II bahwa satu “negara yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.” Di sini
semakin diperjelas bahwa yang dimaksud dengan negara Indonesia yang bersatu
yaitu suatu negara persatuan. Maka kesatuan dan persatuan bangsa adalah
merupakan suatu sendi negara. Negara Indonesia bukanlah negara yang terbagi-
bagi. Hal tersebut ditemukan dalam kalimat “negara melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”. Tujuan tersebut mengandung arti
bahwa negara Indonesia, bangsa Indonesia dan wilayah tanah air Indonesia
merupakan suatu kesatuan. Dengan merujuk pada konsep persatuan menurut Sila
ketiga Pancasila dan karena kemajemukan adalah ciri khas kebangsaan sekaligus
menjadi aset atau kekayaan bangsa, maka kesadaran untuk menjaga dan merawat
kenyataan kemajemukan ini sangat penting untuk dilakukan. Perawatannya dapat
dilakukan dengan mencintai, menghargai dan menghormati keberagaman yang ada
5
demi persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu sebagai negara persatuan yang
berpegang teguh pada nilai-nilai luhur Pancasila, menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa merupakan pekerjaan pokok bagi setiap warga negara. Di sisi lain setiap
elemen yang berbeda dituntut untuk mengindari berbagai sikap atau perilaku
menyimpang yang dapat menghancurkan kesatuan dan persatuan bangsa.
2.2. Sikap yang Mencerminkan Pancasila Sila Ketiga
Contoh sikap yang mencerminkan pancasila sila ketiga, di antaranya adalah sebagai
berikut:

• Bangga dan cinta terhadap tanah air dan bangsa.


• Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.
• Mengembangkan sikap saling menghargai.
• Menjunjung nifal persatuan dan kesatuan atas dasar Bhinneka tunggal ika.
• Mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan diri sendiri.
• Tidak mudah terhasut oleh ajakan-ajakan yang berpotensi memecah-belah bangsa.

2.2.1. Butir-butir Pengamalan Pancasila


• Untuk memahaminya lebih jauh, berikut ini tujuh butir pengamalan Pancasila
sila ke-3 :
• Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
• Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
• Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
maupun golongan.
• Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
• Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
• Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
• Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

2.2.2. Penerapan Sila Ketiga Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari


• Penerapan Makna Sila Ketiga Pancasila di Lingkungan Keluarga
a. Rajin belajar demi membanggakan keluarga.
b. Menunjukkan perilaku hormat dan tidak diskriminatif terhadap anggota
keluarga.
c. Membantu kegiatan keluarga.
d. Menjaga perdamaian antar anggota keluarga.
e. Mengutamakan kepentingan dan kerukunan bersama antar anggota keluarga.
f. Bersikap adil terhadap sesama keluarga.

6
• Penerapan Makna Sila Ketiga Pancasila di Lingkungan Pendidikan atau
Sekolah
a. Bersikap jujur dalam menggapai cita-cita.
b. Menjaga kerukunan antar teman dan guru.
c. Tidak bersikap diskriminatif terhadap orang lain.
d. Berteman dengan siapa saja yang membawa pengaruh baik.
e. Memprioritaskan dan membela kepentingan umum daripada kepentingan
pribadi atau golongan.

• Penerapan Makna Sila Ketiga Pancasila di Lingkungan Masyarakat


a. Menjaga kesatuan dan persatuan antar masyarakat.
b. Menerapkan keadilan dalam bersikap dengan masyarakat.
c. Menjaga kerukunan antar sesama.
d. Tidak mendiskriminasi orang lain dalam lingkungan.
e. Memprioritaskan kepentingan bersama.
f. Bergaul dengan siapa saja.
g. Aktif dalam kegiatan sosial bermasyarakat.
h. Bersikap adil di tengah konflik masyarakat.
i. Tidak main hakim sendiri ketika ada perselisihan.

• Penerapan Makna Sila Ketiga Pancasila di Lingkungan Pekerjaan


a. Turut berpartisipasi dalam suatu project bersama dalam pekerjaan.
b. Tidak bersikap diskriminatif terhadap rekan kerja lainnya.
c. Menjaga kerukunan umat beragama.
d. Bergaul dengan rekan kantor.
e. Mendukung dan aktif dalam kegiatan kantor.
f. Bersikap adil dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Bersikap jujur dan mendukung tujuan perusahaan sesuai visi misinya.

7
2.2.3. Hakekat Nilai Persatuan Sebagai Konsep Pengetahuan Bangsa Indonesia

Manusia Indonesia kontemporer abad 21 dirasakan sudah tidak menjadi


penikmat akan kesakralan nilai-nilai luhur Pancasila. Minimnya pengetahuan
mereka ditunjang lagi dengan minimnya kesadaran moralitas pemangku jabatan
pemerintahan Indonesia untuk membudayakan kembali nilai-nilai luhur tersebut
menjadi causa baru dalam babak Indonesia yang kini hanya terlihat
menempatkan ideologi Pancasila sebagai sebuah nama tanpa makna. Pembaca
yang budiman sebelum jauh kita memahami Nilai Pancasila khususnya sila
ketiga dalam tahapan filosofis, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu
apa itu yang dimaksud dengan Sila Persatuan Indonesia.
Sila ketiga Pancasila yaitu “Persatuan In- donesia”, yang terdiri atas 2 (dua)
kata yaitu Persatuan (S) dan Indonesia (ket). Kata persatuan terdiri atas akar kata
“satu” + imbuhan per-/-an kemudian menjadi “persatuan”. Secara morfologi kata
persatuan berarti suatu hasil dari perbuatan (nomina). Sedangkan dari sudut
dinamikanya pengertian persatuan yaitu suatu proses yang dinamis “Indonesia”
adalah merupakan suatu kuantitas yaitu persatuan untuk wilayah, bangsa dan
negara.
Sila ketiga dari falsafah pancasila ini semula dalam konsepsi Bung Karno
yang dinamakan Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme. Sila ini merupakan
suatu formulasi yang mencermikan faham hidup yang dikenal dengan faham
individualisme, yaitu faham yang manakala berdiri sendiri tanpa didampingi
oleh faham lainnya akan menjadi dasar titik tolak lahirnya faham liberlisme. Sila
ini semula dimaksudkan untuk menjadi pengimbang terhadap” internasionalisme
tidak dapat hidup subur jika tidak berakar dalam buminya yaitu nasionalisme”.
Menurut Notonegoro (dalam Kaelan, 2009 : 187) Prinsip-prinsip
Nasionalisme Indonesia (Persatuan Indonesia) tersusun dalam kesatuan
majemuk tunggal yaitu:
Kesatuan sejarah, yaitu bangsa Indonesia yang tumbuh dan berkembang
dalam suatu proses sejarah, sejak zaman prasejarah, Sriwijaya, Majapahit,
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan sampai Proklamasi 1945 dan kemudian
membentuk negara Republik Indo- nesia.
Kesatuan nasib, yaitu berada dalam satu proses sejarah yang sama dan
mengalami nasib yang sama yaitu dalam penderitaan penjajahan dan
kebahagiaan bersama.
Kesatuan kebudayaan, yaitu keanekara- gaman kebudayaan tumbuh
menjadi suatu bentuk kebudayaan nasional.

8
Kesatuan wilayah, yaitu keberadaan bangsa Indonesia tidak bisa
dipisahkan dengan wilayah tumpah darah Indonesia.
Kesatuan asas kerokhanian, yaitu adanya ide, cita-cita dan nilai-nilai
kerokhanian yang secara keseluruhan tersimpul dalam Pancasila. Dalam
pembukaan UUD NRI Tahun 1945 alinea II disebutkan suatu negara yang
merdeka, berdaulat, adil dan makmur. Yang dimaksud dengan negara Indonesia
yang bersatu yaitu suatu negara persatuan. Maka kesatuan dan persatuan bangsa
adalah merupakan suatu sendi negara. Negara Indonesia bukanlah negara yang
terbagi- bagi dalam kalimat “Negara melindungi segenap bangsa Indonesia” dan
“seluruh tumpah darah Indonesia”. Tujuan yang demikian mengandung arti
bahwa negara Indonesia, bangsa Indonesia dan wilayah tanah air Indonesia
adalah merupakan suatu kesatuan.
Pengertian “Persatuan Indonesia” juga dijelaskan dalam penjelasan resmi
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang termuat dalam Berita Republik
Indonesia Tahun ke II, No.7, bahwa mendirikan negara Indonesia, digunakan
aliran pengertian “Negara Persatuan” yaitu negara mengatasi segala paham
golongan dan paham perseorangan, jadi bukan negara berdasar individualisme,
dan juga bukan negara yang mengutamakan klass staat (negara klasa) yang
mengutamakan satu golongan. Maka negara In- donesia adalah negara yang
berdasarkan asas kekeluargaan, tolong menolong, menolong atau dengan dasar
keadilan sosial. Maka dapat dipahami bahwa tujuan mendirikan negara Indo-
nesia antara lain adalah mengutamakan seluruh bangsa Indonesia.
Penjelasan lain, menurut Kaelan (2009; 117) dideskripsikan bahwa Sila
Persatuan Indonesia mengandung pengertian sebagaimana berikut:
Negara Indonesia yang bersatu adalah hasil perjuangan gerakan
kemerdekaan Indonesia yang telah sampai kepada saat yang berbahagia dan
selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Indonesia, serta terlaksananya cita-cita kemerdekaan (Pembukaan
UUD 1945 alinea II)
Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
(Pokok pikiran I) Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk
Republik (Pasal 1 UUD 1945)
Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan berdasarkan atas persatuan Indonesia (Pembukaan UUD 1945 alinea IV)
Warga Negara ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang asing yang
disahkan dengan undang-undang sebagai warga Negara Indo- nesia (Pasal 26
ayat (1) UUD 1945)
Bahasa negara adalah bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia (Pasal
36 UUD 1945) Lambang persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia
adalah Bhinneka Tunggal Ika
Wawasan dalam mencapai tujuan pembangunan Negara wawasan
nusantara mencakup:

9
• Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik
• Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan budaya
• Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi
• Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu pertahanan dan keamanan

2.2.4. Hakekat Nilai Persatuan Sebagai Konsep Pemahaman Bangsa Indonesia

Makna substansial atau hakekat juga dapat disebut sebagai makna atau
pemahaman filosofis dari Pancasila itu sendiri terutama sila Persatuan
Indonesia. Secara filosofis Pancasila merupakan suatu kesatuan yang bertingkat
(hierarkis) dan berbentuk piramidal. Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan
Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan keempat sila lainnya karena seluruh
sila merupakan suatu kesatuan yang bersifat sistematis. Sila Persatuan Indonesia
didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab serta mendasari dan menjiwai sila Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sila ketiga ini mempunyai maksud mengutamakan persatuan atau
kerukunan bagi seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan agama,
suku, bahasa, dan budaya, sehingga kemudian dapat disatukan melalui sila ini.
tujuannya jelas yaitu meski berbeda-beda tetapi tetap satu atau dapat disebut
dengan Bhinneka Tunggal Ika.Persatuan Indonesia mengutamakan kepentingan
dan keselamatan negara dari pada kepentingan golongan pribadi atau kelompok
seperti partai, ras, agama dan golongan. Hal yang dimaksudkan dari hal tersebut
adalah sangat mencintai tanah air Indonesia dan bangga mengharumkan nama
Indonesia. Sila ini menanamkan sifat persatuan untuk menciptakan kerukunan
kepada rakyat Indonesia.
Sila ini juga dimaksudkan untuk memelihara ketertiban yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Persatuan Indonesia adalah satu untuk Indonesia walaupun
keadaan di masyarakat sangat penuh perbedaan tetapi harus menjadi satu darah
Indonesia dan rela mengorbankan kepentingan golongan demi negara
Indonesia, meskipun diketahui bahwa dalam masyarakat In- donesia sangat
kental dengan berbagai budaya yang berbeda, namun tetap harus rukun menjaga
kedamaian Bhineka Tunggal Ika itu sendiri.
Sila Persatuan Indonesia, di dalamnya terkandung nilai bahwa negara
adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Negara merupakan suatu persekutuan
hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa
suku, ras, kelompok, golongan, maupun kelompok agama. Oleh karena itu
perbedaan adalah merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri
khas elemen-elemen yang membentuk negara. Konsekuensinya, negara adalah
beraneka ragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang

10
dilukiskan dalam suatu seloka Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan bukannya
untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada
suatu sintesa yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan
bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.
Pada hakekatnya dalam diri setiap manusia terdapat dua dorongan nafsu
yang paling utama, yaitu dorongan ke-aku-an tau ichhaftigkeit, dorongan ke-
kita-an atau dorongan Wirhaftigkeit. Kedua dorongan tersebut manakala salah
satunya terlalu dominan akan mengakibatkan munculnya penyimpangan
psikologi yang akan menganggu stabilitas kepribadiannya. Bila seseorang yang
terlalu didominasi oleh Ichhaftingkeit atau didorong untuk semata-mata
mengabdi pada diri pribadinya sendiri akan melahirkan sikap ‘ego ori- ented’
segala sesuatu diukur dari kepentingan
dirinya & segala sesuatu diabdikan untuk dirinya sendiri, walaupun itu
merugikan pihak lain. Sebaliknya manusia yang terlalu dikuasai oleh dorongan
ke-kita-an akan melahirkan watak yang terlalu berlebih-lebihan
pengorbanannya untuk kepentingan orang lain, sementara kepentingan
pribadinya sendiri terabaikan.
Sikap seperti di atas adalah sikap altruistik, yaitu sikap yang
menyebabkan dirinya lebur dan luluh ditengah lautan manusia tanpa pribadi.
Kebangaan terhadap golongan atau kelompoknya ini bagi suatu bangsa bila
terlalu berlebihan akan terlihat dalam bentuk rasa nasionalisme yang tidak
sehat, yang lazim dikenal dengan istilah Chauvinistik. Sebaliknya kalau suatu
bangsa telah kehilangan rasa bangga akan dirinya sebagai suatu bangsa, telah
kehilangan national pride dan national dignity, maka keadaan seperti ini akan
mengakibatkan timbulnya penyimpangan rasa kebangsaan yang lazim disebut
dengan kosmopolitanistik, yaitu suatu sikap yang melihat tidak ada artinya
merasa bangga sebagai suatu bangsa.
Akhirnya setelah mempelajari konsep makna substansial (hakikat) dari
Sila Persatuan Indone- sia, maka nilai yang terkandung dalam sila persatuan
Indonesia ini pun dengan demikian sangat didasari dan dijiwai oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal
tersebut dikarenakan bahwa nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme reli-
gious yaitu nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Yang Maha Esa.
Nasionalisme yang humanitik yang menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk Tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini
harus tercermin dalam segala aspek penyelenggaraan negara termasuk dalam
era globalisasi dewasa ini. Proses demokrasi tanpa mendasarkan pada moral
ketuhanan, kemanusiaan, dan memegang teguh persatuan dan kesatuan maka
bukan tidak mungkin akan membawa kehancuran bagi bangsa Indonesia seperti
halnya telah terbukti pada bangsa lain misalnya negara-negara Balkan atau
negara- negara di Afrika dan lain sebagainya.

11
2.2.5. Hakekat Nilai Persatuan Sebagai Konsep Ketrampilan Bangsa Indonesia

Pancasila tidak hanya terbatas pada kemampuan untuk melafalkan dan


menghafalkan akan setiap bunyi silanya. Pemahaman lain tekait pancasila wajib
dijadikan sebagai cara baru untuk pemikiran generasi bangsa yang baru pula.
Mengapa saat ini generasi bangsa kurang memahami apa itu makna pancasila?
dikarenakan mereka hanya sebatas mengetahui tentang apa itu Pancasila
(knowing Pancasila), bukan mengalaminya (doingPancasila). Pada bahasan ini
hakikat Pancasila sebagai sebuah konsep ketrampilan artinya bahwa Pancasila
harus dijadikan sebagai cara untuk bertindak dalam rangka upaya
menyelesaikan persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sebagai bangsa yang memiliki sejarah kekayaan akan konsep-konsep pemikiran
kebaijakan sudah selayaknya kembali kepada fitrah jati diri kebangsaan yang
Indonesiawi. Bangsa yang bersar ini tidak selayaknya menjadi bangsa yang
lama-kelamaan menuju pada upaya untuk saling memusuhi, saling
membedakan, saling berseteru bukan untuk bersatu. Apakah bangsa Indonesia
perlu untuk dijajah lagi agar menjadi bersatu? Mungkin ini bukan jawaban yang
rasional, akan lebih baiknya jika kita kembali kepada penguatan terkait bahasan
ini yaitu kita harus menjadikan konsep nilai persatuan sebagai ketrampilan
dalam menyelesaikan persoalan bangsa ini.
Sila Persatuan Indonesia merujuk pada persatuan yang utuh dan tidak
terpecah belah atau bersatunya bermacam-macam perbedaan suku, agama, antar
golongan dan lain-lain yang berada di wilayah Indonesia. Persatuan ini terjadi
karena didorong keinginan untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas
dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat, memajukan kesejahteraan
umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian
abadi. Sila Persatuan Indonesia merupakan kristalisasi sejarah bangsa Indonesia
yang pernah dibuktikannya pada masa penjajahan setelah perjuangan
kedaerahan dirasa tidak berhasil. Upaya menggalang persatuan yang dipelopori
oleh Bung Tomo di Surabaya, Supriadi di Blitar menjadi bukti dalam pemulaian
gerakan persatuan Indo- nesia awal perjuangan Indonesia abad 19. Ini artinya
beliau telah menempatkan nilai persatuan sebagai ketrampilan dalam upaya
untuk mengusir penjajah dari bumi Indonesia.
Rasional untuk penguatan kembali nilai persatuan dalam konteks
Inodnesia sebagai sebuah konsep ketrampilan mengapa pada saat ini dirasakan
cukup sulit jika dibansingkan dengan perjuangan yang sangat jauh berat
tingkatannya dengan masa perjuangan masa peperangan saat itu. Padahal saat
ini kita telah merdeka bebas dari penjajahan fisik. Bukannya hal ini justru sangat
mempermudah kita untuk senantiasa belajar dan mengamalkan nilai tersebut.
Apa sulitnya kita hanya untuk bersatu, mungkin jawabannya hanya satu yaitu
kita terkalu mengagung-agungkan akan nafsu diri kita atau kelompok kita
sendiri. Sebagaimana yang disampaikan Bung Karno bahwa makna kebangsaan

12
(nilai persatuan) harus dimengerti bahwa negara Indonesai ini didirikan buka
untuk kepenyingan perseorangan atau golongan, baik golongan bangsawan,
orang kaya atau golongan satu agama) namun sejatinya untuk seluruh bangsa
Indonesia (Djoko Dwianto, 2012, 86). Padahal jika kita memiliki esensi
keinginan untuk tidak saling menjauh dari segenap jiwa manusia Indonesia
tidak menutup kemungkinan jika bangsa ini menjadi bangsa yang besar yaitu
bangsa yang mampu bangkit dalam menyelesaikan segala persoalan di seluruh
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai persatuan sebagai sebuah konsep ketrampilan dalam konteks
Indonesia artinya dari pemahaman nilai substansialnya sebagai pandangan
hidup bangsa, yaitu nilai persatuan sebagai sebuah konsep yang mengandung
kebaikan yang luhur harus diterapkan oleh generasi baru bangsa ini. Nilai
persatuan bukanlah sebagai sebuah cerita rakyat yang terbatas sebagai sesuatu
yang utopis. Nilai persatuan bukanlah sebagai suatu hal yang berkutat pada
retorika belaka. Namun nilai persatuan merupakan suatu nilai yang memiliki
tafsir nyata dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Namun saat ini nilai
persatuan hanya sebatas dilafalkan oleh bangsa yang mulai lupa akan
kedahsyatan dari hakikat sila persatuan ini. Budaya baru (sebut globalisasi)
yang merasuki negeri ini telah menjadi sebuah tantangan nyata dan baru akan
eksistensi persatuan bangsa Indonesia. Mulai beberapa daerah yang ingin
melepaskan diri dari negara Indonesia telah menjadi tanda bahwa bangsa ini
sudah tidak mampu lagi untuk menempatkan nilai persatuan sebagai sebuah
konsep pemahaman bagi bangsa Indonesia, apalagi jika ditempatkan sebagai
konsep ketrampilan dalam memecahkan segala persoalan yang dihadapinya.
Secara kontekstual positif seharusnya nilai- nilai yang tercermin pada
Sila Persatuan Indone- sia dapat teraplikasi secara utuh dalam kehidupan
manusia Indonesia baik bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Realita di
lapangan menunjukkan konsep – konsep terkait nilai-nilai yang terkandung
dalam Sila ketiga ini masih belum dapat dipahami secara utuh yang sejatinya
harus menjadi jati diri bangsa Indonesia itu sendiri. Munculnya kembali
gerakan-gerakan politik yang ingin mengubah Ideologi dasar Negara Indone-
sia yaitu Pancasila untuk dipersandingkan, diuji keabsahannya bahkan samapai
pada taraf penggantian norma dasar tersebut merupakan kenyataan pahit yang
harus dihadapi oleh bangsa ini. Gerakan-gerakan seperti ini justru akan
mengakibatkan terjadinya disintegrasi bangsa.
Perkembangan politik yang seharusnya sinergi dengan nilai-nilai
persatuan justru menjadi antipati terhadap kesakralan akan nilai-nilai luhur
tersebut. Politisi yang baik akan selalu mengawal akan tegaknya nilai-nilai
luhur persatuan untuk kemajuan Negara Republik Indonesia. Namun hari ini
apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan melalui media-media sosial banyak
dari politisi di negeri ini yang mengeyahkan nilai-nilai tersebut. Banyak terjadi
saling hina, saling memaki, bahkan saling melempar kursi pada saat digelarnya
rapat merupakan contoh realistis yang mencerminkan memudarnya rasa
persatuan pada dunia perpolitikan di negeri ini. Patut kita pahami bahwa sistem
politik yang baik adalah sistem politik yang dipimpin oleh sebuah sistem yang

13
mengandung nilai-nilai etika politik, kenyataan di Indonesia hari ini dan hari-
hari sebelumnya (sebut :fase perjuangan kemerdekaan) bukan Sistem yang
menyetir manusia melainkan manusia yang menyetir sistem. Hal ini kemudian
menjadikan sebuah sistem menjadi tidak sehat dan untuk menyehatkannya
kembali harus memulai dari pengetahuan dan pemahaman kembali aka
kesakralan nilai-nilai beretika luhur tersebut pernah menjadi senjata ampuh
yang mampu mengantarkan bangsa ini ke depan pintu kemerdekaan, bahkan
sampai merdeka.
Kondisi Perekonomian di negeri ini dapat dikatakan juga masih belum
stabil menuju harapan akan terwujudnya persatuan perekonomian Indo- nesia
yang utuh. Hal ini tercermin dari naik- turunnya harga barang kebutuhan pokok,
harga bahan bakar yang semakin mahal, melemahnya nilai rupiah terhadap nilai
dolar, jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dalam perbandingan antara
pemenuhan kebutuhan hidup melawan gaya hidup. Seandainya saja keuangan
negara di tempat kelahiran kita ini benar-benar digunakan untuk
pembangunan manusia Indonesia secara utuh kemungkinan besar realita
sosial yang sering kita jumpai di lapangan tidak akan terjadi peningkatan seperti
kaum fakir miskin di kampung-kampung, gelandangan dan pengemis sejati
artinya bukan mereka yang menjelma menjadi gelandangan dan pengemis jadi-
jadian (sebut : yang menjadikannya sebagai mata pencaharian), banyak orang
tua yang masih sibuk untuk memenuhi kebutuhan sekolah putra-putri-nya
meskipun SPP mereka sudah digratiskan oleh pemerintah sampai jenjang
sekolah jenjang menengah atas, masih banyaknya saudara-saudara kita dimana
hidupnya terlilit hutang, sehingga untuk mengetuk hati manusia Indonesia
secara umum muncul program TV swasta yang berjudul “Microfon Pelunas
Hutang” , dan lain sebagainya.
Dari segi budaya, banyak kalangan generasi pemuda Indonesia (sebut
saja generasi z) yang lebih peka mengenal budaya modern dari pada budaya
tradisional bangsa Indonesia. Alasan “kuno” sering muncul pada statemen
mereka sebagaimana dapat kita lihat dalam komentar di media-media sosial.
Hal ini tentu menjadikan nilai- nilai persatuan dalam bidang budaya yang
berakar pada budaya luhur bangsa kurang tertanam dalam benak pemuda
Indonesia. Masa kini.
Media sosial yang kini sangat tenar sebagaimana masuk dalam
kebutuhan pokok manusia Indonesia yang tanpa melihat jenjang usia juga
menjadi media yang dilematis antara nilai fungsi positif dan negatif.Menurut
Sularsih Condro Rini dalam kumpulan abstrak Kongres Pancasila IX Pancasila
Jiwa Bangsa (2017; 17) menerang- kan bahwa sering kali ditemukan berita-
berita yang diragukan kebenaran dan validitasnya namun ditelan secara mentah-
mentah oleh beberapa pihak sebagai berita valid yang dikemudia hari
memunculkan kotak-kotak perbedaan.betapa berpengaruhnya media social
dalam penyebaran berita, terlebih lagi bagi orang-orang yang enggan untuk
menelaah lebih jauh kebenaran tersebut. Keyakinan yang telah mengakar, titik

14
kesukaran dalam menerima perbedaan keyakinan atau pemahaman kemudian
memunculkan pihak-pihak radikal.
Indonesia adalah Negara yang ber-bhinneka tunggal ika, dengan
Pancasila sebagai ideology, tidak seharusnya perbedaan justru dijadikan sebagai
alasan akan terjadinya pertikaian antar saudara setanah air. Ketika media sosial
dijadikan sebagai media penyebaran berita hoax, maka alahkah baiknya jika
media sosial digunakan sebagai media pemersatu bangsa dengan menyebarkan
nilai-nilai terkait Persatuan Indone- sia. Sebagai warga Negara yang baik sudah
selayaknya kita turut menjaga kerukunan antar saudara setanah air.
Dari segi Pertahanan dan Keamanan Negara, menurut Lilya Windi
Pramesti dalam kumpulan abstrak Kongres Pancasila IX Pancasila Jiwa Bangsa
(2017; 17), terorisme merupakan fenomena sosial yang selalu dihubungkan
dengan radikalisme yang muara akhirnya dapat mempengaruhi bahkan
mengancam persatuan Indonesia, khususnya dalam bidang pertahanan
keamanan. Radikalisme bersumber pada pemahaman yang literal, parsial dan
menganggap ajarannya yang paling benar tanpa diukur dari perspektif nilai-nilai
yang mampu mewujudkan persatuan Indonesia. Media sosial telah tergerak
menuju pembuadayaan nilai yang anti dalam penegakan nilai persatuan, dimana
digunakan oleh segelintir kelompok yang tidak bertanggung jawa terhadap
eksistensi negeri ini. Media sosial sebagai media yang paling efektif menjadi
sumber komunikasi kelompok radikal untuk memperluas jaringannya,
menyebarkan doktrin, merekrut keanggotaan, propaganda melalui berbagai
tulisan, gambar atau video yang bersifat provokatif, bahkan aksi ancaman yang
dapat mengganggu sistem pertahanan dan keamanan nasional.
Beberapa daerah di Indonesia yang sering mengalami konflik internal
dan ekternal dapat menambah khasanah permasalahan negeri ini di bidang
pertahanan dan keamanan negara. Sebut saja saudara-saudara kita yang berada
di timur, yang beberapa kali ingin melepaskan diri dari In- donesia, tentu hal ini
menjadi keadaan yang berada pada tingkat sangat mencemaskan. Belum lagi
konflik yang mengatasnamakan agama serta golongan-golongan tertentu (sebut
saja Poso) justru menambah carut-marut stabilitas keamanan negara Indonesia.
Menurut Agustanty E.S, dkk dalam bukunya yang berjudul “Revitalisasi
Kearifan Lokal” (Studi Resolusi Konflik di Kalimantan Barat, Maluku dan
Poso), sejarah tragedi kemanusiaan yang terjadi di Poso ditandai dengan tindak
kekerasan dengan menggunakan berbagai jenis senjata, baik rakitan maupun
organik. Juga digunakan bom dan senjata tajam. Awal peristiwa konflik Poso
adalah terjadinya pemuda di kelurahan Sayo antara Roy Bisalemba dan Tely
Langingi (Kristen) versus pemuda (muslim) yang kemudian tersebar isu
bahwa “ada seorang muslim yang dipotong-potong di dalam mesjid Sayo”.
Akhirnya berkembanglah konflik terbuka yang semakin sulit untuk dihindari.
Saling serang antar kelompok Islam dengan kelompok Kristen. Jika kita lihat
sampai hari ini konflik semacam ini juga sering kambuh atau sedang mati suri
kemudian terjadi lagi di kemudian hari. Maka dari itu tentu kita sebagai warga
negara yang baik, warga negara yang mampu menjunjung tinggi nilai-nilai

15
persatuan harus mampu menjadi pembawa obor, memberikan penguatan suri
tauladan yang baik dengan tujuan menyebarkan nilai-nilai persatuan Indonesia
sesuai dengan kapasitas kita masing- masing.
Penjelasan lain secara kontekstual positif (sebut : secara umum)
implementasi nilai-nilai Persatuan Indonesia (sila ketiga Pancasila) juga dapat
ditempuh melalui beberapa muatan perilaku sebagaimana berikut:
1. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa
dan negara atas kepentingan pribadi atau golongan. muatan ini
menghendaki warga negara Indone- sia menempatkan kepentingan negara
di atas kepentingan pribadi dan golongan. Oleh sebab itu, perang antar
suku, dan agama tidak perlu lagi terjadi, kita harus saling menghormati dan
bersatu demi Indonesia. Pemain politik dan ekonomi tidak boleh
mengorbankan kepentingan negara demi kelompoknya seperti penjualan
aset negara dan masyarakat dirugikan. Oleh sebab itu, setiap warga negara
harus melakukan pengawasan yang bersifat aktif terhadap penyelamatan
kepentingan negara.
2. Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Muatan ini
menghendaki setiap warga negara rela memberikan sesuatu sebagai wujud
kesetiaan kepada negara. Pengorbanan kepada negara ini dapat dilakukan
dengan menjadi militer sukarela, menjaga keamanan lingkungan,
menegakkan disiplin, dan sebagian besar warga negara dilakukan dengan
bekerja keras dan taat membayar pajak sebagai kewajiban warga negara.
3. Cinta tanah air dan bangsa. Muatan ini menghendaki setiap warga negara
mencintai atau adanya keinginan setiap warga negara memiliki rasa ke-
Indonesiaan. Kecintaan akan Indonesia dapat dilakukan dengan
mengagungkan nama Indonesia dalam berbagai kegiatan seperti Olimpiade
olahraga maupun Ilmu Pengetahuan, meningkatkan kemampuan sumber
daya manusia, dan melestarikan kekayaan alam dan budaya In- donesia.
4. Bangga sebagai bangsa Indonesia bertanah air Indonesia. Muatan ini
menghendaki adanya suatu sikap yang terwujud dan tampak dari setiap
warga negara Indonesia untuk menghargai tanah air Indonesia, mewarisi
budaya bangsa, hasil karya, dan hal-hal yang menjadi milik bangsa
Indonesia. Sikap bangga ini ditunjukan dengan berani dan percaya diri
menunjukan identitas sebagai warga negara Indonesia baik lewat budaya,
perilaku, dan teknologi yang berkembang di Indonesia, mencintai produk
Indonesia adalah wujud rasa bangga bertanah air Indonesia
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-
Bhineka Tunggal Ika. Muatan ini menghendaki adanya pergaulan, dan
hubungan baik ekonomi, politik, dan budaya antar suku, pulau dan agama,
sehingga terjalin masyarakat yang rukun, damai, dan makmur.
Kemakmuran terjadi karena pada dasarnya setiap suku, agama, dan pulau
mempunyai kekhususan yang bernilai tinggi, dan hal ini juga bermanfaat
bagi yang lain, sehingga tukar-menukar ini akan meningkatkan nilai
kesejahteraan bagi manusia.

16
Pancasila yang memiliki sumber pengetahuan dan nilai-nilai luhur sudah
seharusnya dapat diimplementasikan oleh setiap masyarakat Indo- nesia.
Pancasila tidak sekedar menjadi sebuah simbol akan tetapi sejatinya
memiliki arti dan sumbangsih dalam menyelesaikan persoalan bangsa dan
negara secara bersama-sama (Kirom, 2011: 101).

17
BAB III

PENUTUP

3.1. SIMPULAN

1. Pada hakekatnya sifat dan keadaan bangsa dan negara Indonesia adalah “satu” yaitu
dapat diartikan mutlak dan tidak dapat terbagi oleh apapun. Meskipun keberagaman
yang didalamnya banyak terdapat unsur perbedaan bukanlah menjadi penghalang
bangsa Indone- sia untuk terus memperkuat rasa yang satu yaitu semangat persatuan
Indonesia (nasionalisme).
2. Persatuan Indonesia adalah persatuan yang berke-Tuhanan YME, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan serta yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
3. Dengan demikian pertalian dan hidup kebangsaan kita bukan merupakan tujuan rakyat
Indonesia, akan tetapi tidak lain adalah sebagai alat atau cara kita untuk mencapai hidup
bersamayang berpersatuan Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai