Anda di halaman 1dari 6

PENDALAMAN MATERI 1

KURIKULUM, GURU, DAN PENELITIAN

Kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan. Murray Print (Sanjaya, 2008)


mengungkapkan bahwa kurikulum meliputi: 1) Planned learning experiences; 2) Offered
within an educational institution/program; 3) Represented as a document; and 4) Includes
experiences resulting from implementing that document. Pada dasarnya kurikulum memiliki
tiga dimensi pengertian, yakni kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai
pengalaman belajar dan kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran (Sanjaya,
2008:4).

Harold B. Alberty (Ruhimat dan Tim, 2009) memandang kurikulum sebagai semua
kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities
that are provided for the students by the school). Sehingga kurikulum tidak dibatasi pada
kegiatan di dalam kelas, tetapi mencakup juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa
di luar kelas. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Saylor, Alexander, dan Lewis
(Ruhimat dan Tim, 2009) yang menganggap kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk
mempengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam ruangan kelas, di halaman sekolah, maupun
di luar sekolah.

Kurikulum yang digunakan sekolah merupakan komponen utama dalam pencapaian


kemampuan siswa. Peran guru sangat penting untuk memotivasi siswa agar optimal belajar.
Sesuai dengan profesinya sebagai pendidik, guru diharapkan memiliki kualifikasi dan
kompetensi akademik yang memadai. Hal ini merupakan amanat Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Menurut Arikunto
(2012), guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar-mengajar. Hal senada
dikemukakan Wena (2011) bahwa guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan,
memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran. Kreativitas pembelajaran guru
seringkali menjadi topik perbincangan berbagai pihak, karena dinilai menentukan pencapaian
hasil pendidikan. Guru merupakan ujung tombak berlangsungnya kegiatan pembelajaran,
sehingga memiliki peran dan fungsi penting sebagai sumber belajar dan bahkan kerapkali
mendominasi proses transformasi nilai ilmu pengetahuan dan lain-lainnya kepada peserta
didik (Agung, 2010).
Dalam buku kumpulan makalah: Berpikir dan Disposisi Matematik serta
Pembelajarannya, Sumarmo (2014) menjelaskan profil kemampuan dan keterampilan guru
matematika yang diharapkan.

1. Kemampuan dan Keterampilan Umum


Kemampuan dan keterampilan profesional yang harus dimiliki guru matematika meliputi:
a. Memahami perkembangan psikologi, kondisi sosial dan ekonomi siswa berdasarkan
kasus yang dijumpai di lingkungan sekolah.
b. Mengembangkan wawasan, pengetahuan dan pemahaman, sikap, dan keterampilan
profesional berkenaan dengan matematika serta kesempatan memecahkan masalah
yang dijumpai atau yang diperkirakan muncul di sekolah.
c. Melatih dirinya dalam berbagai tugas profesional berkenaan dengan matematika di
sekolah, atau yang berupa kasus hipotetik sehingga ia mampu mengembangkan dan
memilih alternatif pemecahannya sesuai dengan prinsip pendidikan yang
dipelajarinya.
d. Mengembangkan wawasan, pengetahuan dan pemahaman, sikap, dan keterampilan
profesional berkenaan dengan matematika untuk berbagai kondisi dan situasi
pendidikan, misalnya tingkat kesulitan materi, karakteristik siswa dan lingkungan
kelas yang berbeda.
e. Mengembangkan pikiran inovatif dan kreatif dalam pembelajaran matematika di
sekolah atau kegiatan pendidikan lainnya.
f. Mengembangkan wawasan, pengetahuan dan pemahaman, dan keterampilan dalam
berkomunikasi secara profesional, sosial, dan kultural dengan atasan, sejawat, siswa,
orang tua, dan masyarakat.
g. Mengembangkan wawasan, pengetahuan dan pemahaman, sikap, dan keterampilan
yang mendasari tindakan profesional untuk mengembangkan profesi sesuai dengan
perkembangan jaman dan tuntutan dunia pendidikan.

Kemampuan dan keterampilan umum yang harus dimiliki guru matematika meliputi:
a. Kemampuan dan keterampilan untuk mendorong berkembangnya pemahaman dan
penghayatan terhadap prinsip, nilai dan proses matematika pada siswa.
b. Kemampuan dan keterampilan untuk menumbuhkan daya nalar. Cara berpikir logis,
sistematik dan kreatif, kecerdasan, serta sikap kritis, terbuka, dan rasa ingin tahu pada
siswa.
c. Kemampuan dan keterampilan membawa peserta didik untuk melaksanakan proses
matematika antara lain proses menemukan kembali (reinvention) melalui penyajian
tugas matematika dalam konteks dan diskusi antara siswa dengan sesama siswa dan
siswa dengan guru.
d. Kemampuan dan keterampilan untuk menumbuhkan kesenangan belajar matematika
pada siswa.
e. Memahami karakteristik dan perkembangan siswa sekolah menengah untuk memilih
metode dan pendekatan pembelajaran sesuai dengan perkembangan siswa.
f. Memahami konsep dasar pendidikan, pendidikan matematika dan pembelajaran
matematika.
g. Kemampuan dan keterampilan menganalisis lingkup dan kedalaman bahan, serta
dapat merencanakan program pembelajaran matematika sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
h. Kemampuan dan keterampilan mengelola kelas, misalnya menciptakan suasana
belajar, mengatur volume suara, mengatur pemakaian papan tulis dan peralatan
belajar lainnya, mengatur kesempatan siswa untuk bertanya, dan menyelesaikan soal,
mengatur alokasi waktu, dan lain-lainnya.
i. Kemampuan dan keterampilan mengemukakan pendapat dan pikiran dengan jelas dan
dalam tingkat keresmian yang tinggi secara lisan dan tulisan.
j. Kemampuan dan keterampilan mengevaluasi hasil belajar matematika siswa serta
melakukan tindak lanjutnya.

2. Kemampuan dan Keterampilan Khusus


Selain kemampuan dan keterampilan umum di atas, guru matematika hendaknya juga
memiliki keterampilan dan kemampuan khusus yang berkaitan dengan matematika.
Kemampuan dan keterampilan tersebut adalah:
a. Berpikir abstrak, logis, rasional, sistimatik, kritis, kreatif, obyektif, terbuka, cermat,
jujur, efisien, dan efektif, serta membantu siswa memiliki kemampuan dan sikap
tersebut.
b. Memahami kaitan antar konsep matematika (mathematical connection).
c. Menyusun model matematika dari suatu permasalahan, dan menyelesaikannya
(mathematical problem solving).
d. Menyederhanakan penjelasan konsep-konsep abstrak matematika sesuai dengan
perkembangan kognitif siswa.
e. Meningkatkan kemampuan peserta didik mengemukakan temuan atau idea
matematika dengan bahasanya sendiri (mathematical communication) serta
meningkatkan daya abstraksi siswa.
f. Mendorong siswa bersemangat melaksanakan doing mathematics.
g. Menerapkan konsep-konsep matematika dalam permasalahan IPA dan bidang studi
lain, dan atau dalam kehidupan sehari-hari.
h. Menggunakan bahasa dan simbol yang tepat dan konsisten.
i. Menyiapkan siswa mempunyai kepercayaan diri, daya juang dan daya saing agar
sanggup menghadapi perubahan di masa datang.

Pendidikan merupakan suatu proses, suatu interaksi dengan suatu tujuan yang jelas,
dan efektivitas pencapaiannya akan sangat ditentukan oleh bagaimana kepribadian
(personality) guru tertampil di hadapan anak-anak didik kita (Suharsaputra, 2013). Guru yang
inspiratif adalah guru yang berkarakter. Menurut Suharsaputra (2013), menjadi guru
berkarakter adalah menjadi orang yang terus mengembangkan kecerdasan intelektual, di
mana upaya untuk terus meningkatkan, mendalami pengetahuan, dan mengetahui secara
mendalam melalui berbagai kajian dan penelitian menjadi sikap dan perilaku yang ditunjukan
pada ilmu pengetahuan.
Dilihat dari perspektif guru sebagai subjek, dan sebagai praktisi pendidikan, guru
memiliki potensi dan kesempatan meneliti dan menulis yang sangat besar. Guru sebenarnya
memiliki segudang bahan yang dapat dijadikan topik penelitian dan tulisan. Guru bisa
menulis tentang pengalaman pribadi berkaitan dengan pembelajaran yang dilaksanakan di
dalam kelas, menulis buku mata pelajaran sesuai yang diampunya. Guru dapat menulis
tentang pengalamannya menjadi guru. Guru juga dapat menulis berbagai tema seputar
persoalan sehari-hari di kelas yang tidak akan pernah habis dan kering untuk dijadikan bahan
tulisan, dengan catatan guru tersebut memiliki kemauan dan tekun dalam menulis. Jadi,
persoalannya sekarang terletak pada para guru tersebut, mempunyai tekad yang kuat untuk
menulis atau tidak.
Selain guru dapat dan harus menulis ilmiah non-penelitian, guru juga dituntut untuk
menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2013), penelitian
merupakan cara ilmiah, berarti penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu,
rasional, empiris, dan sistematis. Bass, et.al (Purwanto, 2011), penelitian sebagai usaha yang
sistematik untuk menyediakan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Setelah
pertanyaan penelitian dirumuskan, kegiatan berikutnya adalah mencari jawaban. Jawaban
pertanyaan penelitian dilakukan dengan menganalisis data yang didapat dari kegiatan
pengumpulan data.Untuk mendapatkan data yang dipergunakan kita harus menentukan
sampel, membuat instrumen, menentukan desain penelitian, dan menentukan prosedur
pengumpulannya (Ruseffendi, 2010). Selanjutnya Sudjana (2005) mengemukakan bahwa
data harus betul-betul “jujur”, yakni kebenarannya harus dapat dipercaya. Salah satu
penelitian yang dapat dioptimalkan guru adalah melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Dengan melakukan PTK, diharapkan akan mengubah citra terhadap guru dan dapat
meningkatkan keterampilan profesional sebagai guru. Guru dapat menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran di kelasnya secara ilmiah. Hal ini
akan mendorong guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran di
kelas. Pada akhirnya mutu atau kualitas pembelajaran akan semakin meningkat dari waktu ke
waktu.
Kemampuan guru dalam meneliti akan meningkatkan kinerja dalam profesinya
sebagai pendidik. Namun, kegiatan meneliti yang dilakukan oleh seorang guru harus dikelola
dengan baik, sehingga tidak mengganggu tugas pokoknya yaitu mengajar dan mendidik
siswa. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seorang guru yang sedang
melakukan penelitian, yaitu sebagai berikut:
a. Tugas utama seorang guru adalah mengajar dan mendidik, sehingga aktivitas PTK jangan
sampai mengganggu tugas utama tersebut,
b. Teknik pengumpulan data jangan terlalu menyita banyak waktu. Pilihlah teknik-teknik
pengumpulan data yang efisien dan relevan dengan kebutuhan dan masalah PTK,
c. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan guru sudah dipahami langkah-langkahnya
terlebih dahulu, sehingga pelaksanaan PTK berjalan dengan baik dan lancar,
d. Masalah yang diangkat dalam PTK harus benar-benar sesuai dengan bidang tugasnya,
sehingga dalam pelaksanaannya penuh dengan semangat dan minat yang tinggi. Hal ini
akan menyebabkan proses pelaksanaan PTK berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan
tanpa mengalami halangan yang berarti.
Guru dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas diharapkan kinerjanya semakin
profesional. Guru yang profesional memiliki beberapa kemampuan berikut ini:
1. Merencanakan proses pembelajaran dengan baik,
2. Melaksanakan dan memimpin kegiatan pembelajaran dengan menarik,
3. Menilai kemajuan kegiatan pembelajaran secara profesional, dan
4. Menafsirkan serta memanfaatkan hasil penilaian kemajuan kegiatan pembelajaran untuk
pengembangan pembelajaran dan pendidikan.
Guru yang profesional selalu melakukan refleksi terhadap praktek pembelajaran yang
telah dilakukannya. Untuk mengembangkan profesi, guru harus melakukan penelitian
sederhana dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
Lima jenis kegiatan untuk pengembangan profesi yaitu sebagai berikut:
1. Menghasilkan karya tulis ilmiah dalam bidang pendidikan,
2. Menemukan teknologi tepat guna dalam pendidikan,
3. Mengembangkan alat peraga pembelajaran,
4. Mengembangkan media pembelajaran,
5. Menghasilkan karya seni yang bermanfaat,
6. Mengikuti kegiatan peninjauan, penyempurnaan, dan pengembangan kurikulum.
Selanjutnya untuk mendukung pengembangan profesi guru, setelah melaksanakan
suatu penelitian diharapkan dapat menghasilkan karya ilmiah. Menurut Suyitno (2011), karya
ilmiah guru adalah produk hasil karya guru yang disusun secara terencana, sistematis, dan
mengikuti prosedur atau tahap ilmiah. Kriteria yang harus diperhatikan oleh guru dalam
menyusun karya ilmiah yang memiliki kualitas tinggi yaitu orisinalitas (keaslian karya),
kebermanfaatan karya, keilmiahan, dan keajegan (konsistensi pemikiran yang utuh).
Selanjutnya, Hopkins (2011), menjelaskan tentang penelitian kelas yaitu untuk
memperkenalkan kepada guru beberapa metode penelitian kelas yang tersedia, yang dapat
digunakan untuk memperluas repertoar mereka dalam konteks praktik profesional dan
fleksibilitas pengembangan profesional. Intinya, ada banyak metode dan pendekatan
penelitian kelas yang dapat digunakan guru, yang dapat memberdayakan mereka, dan
membuat mereka lebih kompeten dan „memiliki otonomi dalam pertimbangan
profesionalnya‟.
Pengalaman ilmu yang diperoleh guru digunakan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran dan profesionalisme, sehingga menghasilkan karya yang bermanfaat bagi
pendidikan yaitu dengan cara membuat karya tulis ilmiah pendidikan, menemukan teknologi
tepat guna dalam pendidikan, membuat alat peraga dan media pembelajaran.
Beberapa hal tersebut harus dikembangkan secara berkelanjutan dan komprehensif
untuk menghasilkan karya-karya baru di bidang pendidikan. Oleh karena itu, guru diharapkan
memiliki kompetensi dan kualifikasi yang mumpuni dalam meningkatkan mutu penelitian.

Anda mungkin juga menyukai