Anda di halaman 1dari 6

JOURNAL OF PUBLIC HEALTH INNOVATION Ciptaan disebarluaskan di bawah

VOL . 01 NO. 01, DESEMBER 2020 Lisensi Creative Commons


DOI: Atribusi-NonKomersial BerbagiSerupa 4.0 Internasional.

ANALISIS PEMASANGAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN


DI RSUD 45 KABUPATEN KUNINGAN

Dara Putri Agustin, Dewi Wulandari, Gita Kistanti, Melfa Dwi Handini, Sehibul Azis, Ulvairah,
Wulan Winasih

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

sehibulazis@gmail.com

Abstrak

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik
yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil,
kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui angka kejadian stunting dilihat dari variabel umur, berat badan dan tinggi
badan balita di Desa Darmalarang Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka. Metode
yang digunakan adalah analisis data sekunder. Populasi penelitian seluruh balita yang rutin
mengikuti kegiatan posyandu di Desa Darmalarang. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan metode total sampling. Hasil penelitian analisis univariat dari 82 balita,
balita umur 0-24 bulan 35 orang atau 42,7%, balita umur 25-60 bulan 47 orang atau 57,3%,
balita gemuk 1 orang atau 1,2%, balita sangat kurus 1 orang atau 1,2%, balita kurus 9
orang atau 10,9%, balita normal 40 orang atau 48,7%, dan balita yang tidak memenuhi
syarat hitung (umur bayi < 24 bulan) 31 orang atau 38%, balita tinggi 3 orang atau 3,65%,
balita sangat pendek 3 orang atau 3,65%, balita pendek 14 orang atau 17,1%, dan balita
normal 62 orang atau 75,6%, balita dengan gizi lebih 2 orang atau 2,5%, balita gizi kurang
8 orang atau 9,7%, dan balita dengan gizi baik 72 orang atau 87,8%. Kesimpulan dengan
menggunakan indikator TB/U di Desa Darmalarang terdapat 17 orang atau 20,7% balita
yang stunting. Dengan demikian diharapkan bisa meningkatkan pemberian makanan yang
bergizi dan seimbang, serta di tingkatkan sesuai dengan kebutuhan balita.

Kata Kunci: nec, nam, aliquam, sem, et

Pendahuluan

E-ISSN 2775-1155 | 1
JOURNAL OF PUBLIC HEALTH INNOVATION Ciptaan disebarluaskan di bawah
VOL . 01 NO. 01, DESEMBER 2020 Lisensi Creative Commons
DOI: Atribusi-NonKomersial BerbagiSerupa 4.0 Internasional.

Undang-undang No. 44 Tahun para dokter, perawat dan teknisi yang


2009 menyebutkan bahwa rumah sakit selanjutnya berdampak terhadap pasien
merupakan institusi pelayanan kesehatan serta masyarakat sekitar termasuk
yang menyelenggarakan pelayanan pengunjung (Kemenkes RI, 2012).
kesehatan perorangan secara paripurna Kesehatan dan Keselamatan Kerja
yang menyediakan pelayanan rawat inap, di Rumah sampai saat ini belum menjadi
rawat jalan, dan gawat darurat. Di prioritas utama, padahal bahaya potensial
Indonesia terdapat berbagai klasifikasi dan di rumah sakit sangat banyak. Bahaya
jenis-jenis rumah sakit dimana semuanya potensial yang dapat terjadi di rumah sakit
memiliki karakteristik masing-masing dapat disebabkan oleh berbagai faktor
sesuai dengan kebutuhan. Rumah sakit diantaranya faktor biologi seperti virus,
tidak hanya fokus pada pemberian bakteri, jamur, parasit, faktor kimia
pelayanan kesehatan saja tetapi juga seperti antiseptik, reagent, gas anestesi,
menjamin keselamatan bagi orang yang faktor ergonomik seperti lingkungan
sedang mengakses pelayanan kesehatan kerja, cara kerja dan posisi kerja yang
tersebut dalam hal ini mencangkup pasien, salah, faktor fisik seperti suhu, cahaya,
pengunjung rumah sakit dan pekerja bising, listrik, getaran dan radiasi serta
rumah sakit, dimana rumah sakit wajib faktor psikososial seperti kerja bergilir,
menjamin seluruh keselamatannya. beban kerja, hubungan sesama pekerja
Rumah Sakit merupakan institusi selain faktor tersebut juga terdapat potensi
pelayanan kesehatan bagi masyarakat, bahaya lain yang dapat mempengaruhi
dengan kegiatan pokok berupa pelayanan situasi dan kondisi di rumah sakit yaitu
medis baik preventif, kuratif maupun kebakaran yang dapat mengancam jiwa
rehabilitatif. Selain dituntut memberikan dan kehidupan bagi para karyawan di
pelayanan dan pengobatan yang bermutu, rumah sakit, para pasien maupun
rumah sakit juga dituntut harus pengunjung yang ada dilingkungan rumah
melaksanakan dan mengembangkan sakit (Wirawan, 2005)
program Kesehatan dan Keselamatan Salah satu tempat kerja yang
Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Hal ini memiliki risiko kebakaran yaitu rumah
disebabkan pekerjaan dalam rumah sakit sakit. Risiko kebakaran yang terjadi di
di Indonesia dikategorikan memiliki risiko rumah sakit mempunyai peringkat
tinggi bagi kesehatan dan keselamatan tertinggi dibandingkan dengan tempat

E-ISSN 2775-1155 | 2
JOURNAL OF PUBLIC HEALTH INNOVATION Ciptaan disebarluaskan di bawah
VOL . 01 NO. 01, DESEMBER 2020 Lisensi Creative Commons
DOI: Atribusi-NonKomersial BerbagiSerupa 4.0 Internasional.

lain. Hal ini disebabkan karena rumah


sakit merupakan tempat yang mayoritas Pembahasan
penghuninya adalah orang sakit yang Pertumbuhan dan perkembangan
kurang mampu secara fisik dan pada masa balita memerlukan zat zat gizi
mengalami keterbatasan gerak dalam yang seimbang dan relatif besar. Pemberian
melakukan aktifitas sehingga bila terjadi asupan makanan yang kurang sesuai dapat
kebakaran di dalam rumah sakit tentunya menyebabkan balita menderita gizi kurang,

tidak dapat melakukan penyelamatan diri gizi lebih dan gizi buruk. Padahal kekurangan

terhadap bahaya kebakaran yang pada gizi pada balita akan berdampak pada

akhirnya dapat menimbulkan kerugian gangguan psikomotor, kognitif dan sosial

material, kecacatan bahkan kematian bagi serta secara klinis terjadi gangguan
pertumbuhan.
pasien yang dirawat di dalam rumah sakit.
Berdasarkan latar belakang diatas, Penelitian di India membuktikan anak
maka perlu dilakukan analisis dengan gizi kurang cenderung menjadi
pemasangan sistem tanggap darurat dewasa pendek, dan pada saat dewasa
kebakaran di RSUD 45 Kabupaten memiliki kecenderungan untuk melahirkan
Kuningan untuk mengetahui kesiapan bayi kecil. Bayi kecil inilah yang akan berisiko

rumah sakit dalam pengelolaan sistem memiliki prestasi pendidikan yang rendah dan

tanggap darurat sebagai salah satu upaya pada akhirnya mempunyai status ekonomi

pencegahan dan penanggulangan risiko rendah.

dari bahaya kebakaran yang dapat Status gizi merupakan keadaan


menimbulkan kerusakan fisik bangunan, keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
kecacatan bahkan kematian bagi penghuni makanan dan penggunaan zat gizi, dimana zat
(pasien) yang dalam kelemahan fisik, gizi sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai
pengunjung dan pekerja selama berada sumber energi, pertumbuhan dan
didalam lingkungan rumah sakit. pemeliharaan jaringan tubuh, serta pengatur
Hasil Penelitian proses tubuh.

Penilaian status gizi balita dapat


diukur berdasarkan pengukuran antropometri
yang terdiri dari variabel umur, berat badan
(BB) dan tinggi badan (TB).

E-ISSN 2775-1155 | 3
JOURNAL OF PUBLIC HEALTH INNOVATION Ciptaan disebarluaskan di bawah
VOL . 01 NO. 01, DESEMBER 2020 Lisensi Creative Commons
DOI: Atribusi-NonKomersial BerbagiSerupa 4.0 Internasional.

Umur sangat memegang peranan (umur bayi < 24 bulan) dengan frekuensi 31
dalam penentuan status gizi, kesalahan orang atau 38%.
penentuan akan menyebabkan interpretasi
Tinggi badan memberikan gambaran
status gizi yang salah. Hasil penimbangan
fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan
berat badan maupun tinggi badan yang
kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan
akurat, menjadi tidak berarti bila tidak
sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa
disertai dengan penentuan umur yang tepat.
lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan
Ketentuan yang digunakan dalam
berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada
perhitungan umur adalah 1 tahun adalah 12
masa balita (Santoso et al., 2013).
bulan, 1 bulan adalah 30 hari sehingga
Berdasarkan uraian tabel 1 menggunakan
perhitungan umur adalah dalam bulan penuh
indikator TB/U dapat disimpulkan bahwa dari
yang artinya sisa umur dalam hari tidak
82 balita yang di analisis terdapat anak
diperhitungkan (Depkes, 2004). Berdasarkan
stunting dengan frekuensi sangat pendek 3
uraian tabel 1 dapat disimpulkan bahwa dari
orang dan pendek 14 orang atau sebesar
82 balita, balita dengan umur 24-60 bulan
20,7%.
lebih banyak yaitu berjumlah 47 orang atau
57,3%. Sedangkan status gizi balita diukur
berdasarkan umur, berat badan (BB) dan
Berat badan merupakan salah satu
tinggi badan (TB). BB/TB merupakan indikator
ukuran yang memberikan gambaran massa
pengukuran antropometri yang paling baik,
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan
karena dapat menggambarkan status gizi saat
sangat peka terhadap perubahan yang
ini dengan lebih sensitif dan spesifik. Berat
mendadak baik karena penyakit infeksi
badan berkorelasi linear dengan tinggi badan,
maupun konsumsi makanan yang menurun.
artinya perkembangan berat badan akan
Berdasarkan uraian tabel 1 dapat disimpulkan
diikuti oleh pertambahan tinggi badan. Oleh
bahwa dari 82 balita yang di analisis
karen itu, berat badan yang normal akan
menggunakan indikator BB/TB, terdapat
proporsional dengan tinggi badannya.
balita gemuk dengan frekuensi 1 orang atau
Berdasarkan uraian tabel 1 dapat disimpulkan
1,2%, balita sangat kurus dengan frekuensi 1
bahwa dari 82 balita yang di analisis, terdapat
orang atau 1,2%, balita kurus dengan
2 orang atau 2,5%, balita gizi kurang dengan
frekuensi 9 orang atau 10,9%, balita normal
frekuensi 8 orang atau 9,7%, dan balita
dengan frekuensi 40 orang atau 48,7%, dan
dengan gizi baik terdapat 72 orang atau
balita yang tidak memenuhi syarat hitung
87,8%.

E-ISSN 2775-1155 | 4
JOURNAL OF PUBLIC HEALTH INNOVATION Ciptaan disebarluaskan di bawah
VOL . 01 NO. 01, DESEMBER 2020 Lisensi Creative Commons
DOI: Atribusi-NonKomersial BerbagiSerupa 4.0 Internasional.

Kesimpulan BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


STUNTING DI KECAMATAN
1. Dari 82 balita, balita dengan umur 24-60
CIGANDAMEKAR KABUPATEN
bulan lebih banyak yaitu berjumlah 47 KUNINGAN. JOURNAL OF MIDWIFERY
orang atau 57,3%. CARE 1(2); 138-148.

2. Dari 82 balita, terdapat balita gemuk Setiawan, E., Machmud, R., dan Masrul.
dengan frekuensi 1 orang atau 1,2%, balita (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Stunting pada Anak
sangat kurus dengan frekuensi 1 orang Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja
atau 1,2%, balita kurus dengan frekuensi 9 Puskesmas Andalas Kecamatan Padang
Timur Kota Padang Tahun 2018. Jurnal
orang atau 10,9%, balita normal dengan
Kesehatan Andalas 7(2); 275-284.
frekuensi 40 orang atau 48,7%, dan balita
Fauzana, N., Rahmi, I., Yozza, H. (2018).
yang tidak memenuhi syarat hitung (umur ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
bayi < 24 bulan) dengan frekuensi 31 MEMPENGARUHI STATUS GIZI ANAK
UMUR 2 SAMPAI 5 TAHUN
orang atau 38%.
BERDASARKAN INDIKATOR TINGGI
3. Dari 82 balita, terdapat anak stunting BADAN MENURUT UMUR DENGAN
dengan frekuensi sangat pendek 3 orang MENGGUNAKAN METODE CART. Jurnal
Matematika UNAND 7(3); 119-126.
dan pendek 14 orang atau sebesar 20,7%.
4. Dari 82 balita, terdapat 2 orang atau Norfai., dan Abdullah. (2021).
Determinan Kejadian Stunting pada
2,5%, balita gizi kurang dengan frekuensi 8 Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
orang atau 9,7%, dan balita dengan gizi Pekauman Kota Banjarmasin. Jurnal
Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ)
baik terdapat 72 orang atau 87,8%.
10(1); 131-144
Mawaddah, S., (2019).
Saran
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dengan Kejadian Stunting pada Balita
diharapkan bisa meningkatkan pemberian Usia 24-36 Bulan. Jurnal Berkala
Kesehatan 5(2); 60-66
makanan yang bergizi dan seimbang, serta di
Nurmalasari, Y., Mustofa, L. F., dan
tingkatkan sesuai dengan kebutuhan balita. Wulandari. (2019).
Faktor – faktor riwayat ibu yang
menyebabkan terjadinya stunting pada
balita usia 6-59 bulan di Lampung
Tengah. Holistik Jurnal Kesehatan 13(4);
301-305
Buku Teks:
Septikasari, M. (2018). STATUS GIZI ANAK
Daftar Pustaka DAN FAKTOR YANG
Pustaka Primer (Jurnal): MEMPENGARUHI. Yogyakarta: UNY
Soviyanti, E., Utari, G.S.T. dan Marselina, S. Press.
(2021). FAKTOR – FAKTOR YANG

E-ISSN 2775-1155 | 5
JOURNAL OF PUBLIC HEALTH INNOVATION Ciptaan disebarluaskan di bawah
VOL . 01 NO. 01, DESEMBER 2020 Lisensi Creative Commons
DOI: Atribusi-NonKomersial BerbagiSerupa 4.0 Internasional.

Candra, A. (2020). EPIDEMIOLOGI STUNTING. STATUS GIZI NCHS (PENILAIAN STATUS


Semarang: Fakultas Kedokteran GIZI ANAK)
Universitas Diponegoro (venasaphenamagna.blogspot.com)

Internet: Diakses tanggal 4 Agustus 2021


Humas. Bappeda jabar.
BAPPEDA JABAR (jabarprov.go.id)
Diakses tanggal 4 Agustus 2021
Haidar, N. Qeluarga.com
Angka Stunting Majalengka Turun, Masih
Peringkat ke-4 di Jawa Barat - Qeluarga
(pikiran-rakyat.com)
Diakses tanggal 4 Agustus 2021
Almarita., Zahrani, Y., dan Bappenas. Bulenin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan
Buletin-Stunting-2018.pdf (kemkes.go.id)
Diakses tanggal 4 Agustus 2021
Darmawan, . E. Korandesa.id
Stunting di Majalengka Menurun, Begini
Upaya PKK Kabupaten Majalengka –
KORAN DESA
Diakses tanggal 4 Agustus 2021
Yulianto, E. TribunCirebon.com
Angka Stunting di Kabupaten Majalengka
Tinggi, Dinkes Majalengka Gelar Bimtek
Pendidikan Keluarga - Tribun Cirebon
(tribunnews.com)
Diakses tanggal 4 Agustus 2021

PRIANGANTIMURNEWS.com
Angka Stunting di Kabupaten Majalengka
Menurun - PrianganTimur News
(pikiran-rakyat.com)
Diakses tanggal 4 Agustus 2021
TWO GLASSES

E-ISSN 2775-1155 | 6

Anda mungkin juga menyukai