Rumusan :
1. Setiap jenis kegiatan pelayanan medis diberi nilai pembobotan (poin).
2. Setiap dokter melakukan kegiatan pelayanan medis dicatat besarnya poin yang didapat.
3. Pencatatan jumlah poin masing-masing dokter diisikan dalam formulir resmi yang
menjadi bagian dari status rekam medik pasien selama perawatan.
4. Setiap pasien pulang formulir tsb diperiksa dan ditandatangani oleh DPJP dan Kepala
Ruangan Perawatan.
5. Ketika klaim sesuai tarif paket ina cbg’s dari pasien-pasien ybs sudah dibayarkan BPJS
Kesehatan, maka formulir tsb diambil dan data-datanya diinput oleh petugas admin jasa
medis ke dalam software pembagian jasa pelayanan.
6. Melalui software tersebut dilakukan pembagian jasa medis untuk masing-masing dokter
sesuai bobot poin yang didapat.
Contoh Rumusan Poin:
DOKTER OPERATOR
I. Visite
Kode
No. Tgl Nama Dokter Kegiatan Poin Paraf
Dokter
1 2/5 -19 dr. Rajin Banget, SpLL RB Visite ICU 240 Rb
2 3/5 -19 dr. Rajin Banget, SpLL RB Visite ICU 240 Rb
3 4/5 -19 dr. Rajin Banget, SpLL RB Visite ICU 240 Rb
4 4/5 -19 dr. Mantap Betul, SpO MB Visite ICU 240 Mb
5 5/5 -19 dr. Rajin Banget, SpLL RB Visite kls 3 100 Rb
6 6/5 -19 dr. Rajin Banget, SpLL RB Visite kls 3 100 Rb
7 7/5 -19 dr. Rajin Banget, SpLL RB Visite kls 3 100 Rb
8 7/5 -19 dr. Kurang Kerjaan, SpNN CK Visite kls 3 100 Kk
4
5
6 Lebih dari 5 dilanjutkan ke halaman (2)
Potensi Negatif dari Sistem Pembagian Jasa Medis Berbasis Bobot Kinerja :
1. Bisa memicu kecenderungan dokter untuk merawat pasien lebih lama sehingga
memperpanjang length of stay yang merugikan pasien dan RS.
2. Bisa memicu tindakan fraud, misalnya melakukan tindakan medis yang sebenarnya tidak
perlu, atau membesarkan nilai poin yang tidak sesuai dengan kegiatan sebenarnya,
misalnya operasi kecil tapi ditulis di form sebagai operasi besar.
3. dll.