Anda di halaman 1dari 10

BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis

Keberadaan Kantor Urusan Agama Kecamatan Lengkong yang merupakan salah satu

ujung tombak dari Kementerian Agama yang berada di lingkungan Kecamatan sangatlah

diperlukan dalam berbagai hal yang menyangkut masalah pembinaan keagamaan dan juga

tertib administrasi dibidang hukum perdata sesuai dengan tugas dan fungsi Kantor Urusan

Agama.

Dari permasalahan-permasalahan dan juga fakta-fakta yang ada dan berkembang di

Kecamatan Sagaranten pada umumnya tidak akan jauh berbeda dengan permasalahan dan

juga fakta yang berada di lingkungan Kecamatan lainnya khususnya yang berada

dilingkungan wilayah Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi. Seperti halnya dalam

lingkungan NTCR (Nikah, Thalak, Cerai, Rujuk) yang diatur dalam Keputusan Menteri

Agama Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007 tentang pencatatan perkawinan (Neng

Djubaedah,S.H. M.H, 2012 : 393). Masalah haji dan umroh, Masalah zakat, wakaf dan

ibadah sosial lainnya.

Dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki Kecamatan Lengkong baik itu dalam hal

letak geografis di beberapa wilayah sangat terjal, masalah sosial ekonomi dan yang paling

berpengaruh adalah sumber daya manusia Kecamatan Lengkong yang mayoritas

penduduknya bertani dan berkebun, hal ini menjadi salah penghambat dalam

perkembangan Kecamatan Lengkong. Dampaknya tidak bisa dihindarkan lagi terhadap

15
sistem pengadministrasian hukum khususnya hukum perdata yang menjadi tugas pokok dan

fungsi Kantor Urusan Agama Kecamatan Lengkong.

Sebagai contoh masyarakat yang berada dilingkungan Kecamatan Lengkong masih

banyak yang pernikahannya tidak terdaftar atau tidak didaftarkan di Kantor Urusan Agama

Kecamatan Lengkong, maka secara tidak langsung mereka sulit untuk melakukan tindakan

hukum lainya seperti halnya mengurus Akta Kelahiran anaknya dan lebih jauhnya sulit

dalam mengurus hukum waris keturunannya.

Dari berbagai kasus yang ditemukan dan berkembang dimasyarakat Kecamatan

Lengkong pada mulanya dipengaruhi oleh paktor sumber daya manusia yang masih minim

terhadap hukum. Masih banyak yang menggunakan hukum adat daripada hukum Islam dan

hukum Negara yang diakui. Walaupun terdapat satu kaidah fikih yang menyarankan untuk

mempertimbangkan hukum adat dalam menetukan suatu hukum ‫ألعادة محكمة‬

“Adat dapat dijadikan (pertimbangan dalam menetapkan) hukum”

Kaidah tersebut pada dasarnya bukan menyuruh untuk menentukan hukum dengan hukum

adat akan tetapi penerapan hukum dimasyarakat hendaknya mempertimbangkan hukum

adapt agar lebih kena dan tidak akan mendapat respon yang kurang bagus dimasyarakat,

artinya masyarakat tidak akan terlalu kaget atau bahkan merasa tertekan dengan hukum

yang ada karena hukum tersebut sudah punya dasar dan tidak terlalu berbeda dengan

hukum yang ada dimasyarakat. (Prof. H. A. Djajuli, 2006 : 33).

16
B. Pemecahan

Keberadaan hukum sangatlah dipengaruhi oleh kesadaran para pelaku hukum

tersebut, baik itu aparat hukum, pelaku hukum dan semua pihak yang terkait didalamnya.

Hukum akan berjalan dengan baik apabila terdapat keserasian antara pelaku-pelaku hukum

tersebut. Kantor Urusan Agama Kecamatan Lengkong yang merupakan salah satu ujung

tombak Kementerian Agama Kabuapten Sukabumi yang menjadi salah satu pelaku hukum

akan berjalan lancar sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada akan berjalan maksimal

apabila didukung oleh semua pelaku hukum lainnya terutama masyarakat Kecamatan

Lengkong.

Dari berbagai masalah dan fakta hasil analisis yang terjadi di masyarakat Kecamatan

Lengkong pada intinya kurang kesadaran masyarakat dan peluku hukum lainnya terhadap

hukum yang ada dan berlaku. Petugas hukum masih banyak yang mengabaikan atau bahkan

tidak mengetahu terhadap hukum tersebut maka jalan kelurnya perlu diadakan suatu

pelajaran yang sifatnya khusus untuk lebih menyadarkan dan tanggung jawab terhadap

tugas dan fungsi juga kdudukan mereka. Sedangkan masyarakat perlu kiranya untuk lebih

sering mendapatkan pengarahan-pengarahan atau sosialisasi terhadap berbagai bentuk

hukum yang ada dan berkembang.

Sistem pengadministrasiaan pada kantor Urusan Agama Kecamatan Lengkong yang

kurang tertata dengan baik perlu adanya repormasi atau perubahan kearah yang lebih baik

Baik itu sistem penatataannya, petugasnnya maupun semua pihak yang terkait didalamnya

hal ini bisa di lakukan dengan cara pelatihan, sosialisasi, diskusi dan mempelajarinya dari

sumber-sumber yang ada, dan yang paling penting adanya komuniksi yang belent saling

17
terkait antara pelaku administrasi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Lengkong dengan

masyarakat sehingga akan didapat suatu hasil yang maksimal tanpa merugikan para pihak.

Disamping itu juga perlu kiranya untuk lebih tegas terhapa mereka-meraka yang

melanggar ketentuan hukum yang berlaku dan berkembang dimasyarakat. Sebagai contoh

yang paling banyak berkembang dimasyarakat adalah dalam kasus pelanggaran pencatatan

perkawinan. Bagi mereka yang berkedudukan sebagai petugas akan dikenakan sanksi

penjara paling lama tiga tahun hal ini sesuai dengan Pasal 143 juncto pasal 151 RUU-HM-

PA-BPerkw Tahun 2007 penafsirannya harus dihubungkan pula dengan ketentuan pasal

149 RUU-HM-PA-BPerkw tahun 2007 yang menyatakan “setiap orang yang melakukan

kegiatan perkawinan dan bertindak seolah-olah sebagai Pejabat Pencatat Nikah dan atau

wali hakim sebagaimana dimaksud Pasal 4 dan Pasal 21 dipidana penjara paling lama 3

(tiga) tahun”. (Neng Djubaedah,S.H. M.H, 2012 : 357)

Sedangkan bagi mereka pelakunya diatur di dalam pasal 143 149 RUU-HM-PA-

BPerkw tahun 2007 menentukan, bahwa setiap orang yang dengan sengaja melangsungkan

perkawinan tidak dihadapan Pejabat Pencatat Nikah sebagaimana dimaksud dalam pasal 5

ayat (1) dipidana dengan pidana paling banyak Rp. 6.000.000.00 (enam juta rupiah) atau

hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan. (Neng Djubaedah,S.H. M.H, 2012 : 354-

355). Hal ini juga tidak terlepas dari keberadaan hukum, pada mulanya hukum pernikahan

adalah bersifat perdata akan tetapi berubah menjadi hukum pidana artinya pelaku

pelanggaran ketentuan pencatatan perkawinan juga berubah, yang semula pada tahun 1946

sebagai pelanggaran administrasi Negara, kemudian diubah menjadi pelaku tindak pidana

18
pencatatan perkawinan atau tindak pidana pencatatan perkawinan, atau sebagai criminal

pencatatn perkawinan. (Neng Djubaedah,S.H. M.H, 2012 : 356).

Sedangkan untuk sistem pengadministrasian hukum lainnya diatur dengan jelas

didalam peraturan yang telah dibuat dan disahkan oleh Negara. Kesadaran dan tanggung

jawablah faktor utama yang harus dipupuk dan dipelihara atau bahkan ditingkatkan demi

tercapai cita-cita tertib administrasi diwilayah Kecamatan Lengkong.

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem administrasi di lingkungan Kantor Urusan Agama Kecamatan Lengkong

pada dasarnya telah berjalan dengan berbagai macam kekurangan dan keterbatasan dari

semua pihak. Baik itu pelaku administsrasi dalam hal ini petugas dan masyarakat maupun

peraturan-peraturan yang telah diterapkan juga menyesuaikan dengan perkembangan

jaman.

Berbagai macam pelanggaran hukum yang erat kaitannya dengan sistem

pengadministsiaan hukum yang terjadi di Kecamatan Lengkong khususnya sistem

pengadministrasian dilingkungan tugas pokok dan fungsi Kantor Urusan Agama Lengkong

pada dasarnya dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan juga letak geografis yang ada di

Kecamatan Sagaranten. Disamping itu juga kurang terbinannya komunikasi yang baik

antara para pelaku hukum tersebut (Petugas dan Masyarakat), sehingga kesadaran dan

tanggung jawab terhadap administrasi atau pencatatan berkurang dengan sendirinya.

Sebagai akibat dari semua itu banyak masyarakat yang tidak memiliki pengakuan

hukum atau kekuatan hukum. Sebagai contoh dalam hal pernikahan banyak masyarakat

yang tidak terdaftar atau didaftar dalam sistem administrasi pernikahan di Kantor Urusan

Agama Kecamatan Lengkong, dalam hal zakat, wakaf dan ibadah-ibadah sosial lainnya.

20
hal ini terjadi bukan hanya masyarakat yang melanggarnya akan tetapi petugasnya

masih ada yang belum begitu memahami terhadap hal tersebut. Pembinaan dan saksilah

yang perlu diterapkan untuk lebih menyadarkan dan mempertegas keberadaan dan fungsi

hukum dibuat dan diterapkan dimasyarakat dan petugas sebagai pelaku hukum.

B. Saran

Berbagai permasalahan dan fakta yang ada dan berkembang di wilayah kerja Kantor

Urusan Agama Kecamatan Lengkong lebih dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan

juga letak geografis wilayah kecamatan Lengkong. Maka perlu kiranya untuk menambah

petugas dan juga fasilitas yang lebih memadai guna tercapainya penyuluhan dan sosialisasi

hukum kedaerah-daerah yang dipandang perlu untuk lebih diperhatikan dalam penerapan

hukum tersebut.

Disamping itu juga perlu kiranya untuk megadakan berbagai macam pelatihan dan

juga motipasi bagi petugas hukum yang akan menjalankan tugas pokok dan fungsinya agar

penerapan hukum diwilayah Kecamatan Lengkong tepat sasaran dan penyampaiaan dan

penerapannya pun sesuai dengan yang kita-cita-citakan.

C. Implikasi

Implikasi dari semua ini adalah kebersamaan dan kominikasi antara para pelaku

hukum dalam hal ini masyarakat dan juga petugas harus berjalan dengan baik dan lancar.

Hal ini bisa kita lihat dari hasil yang dicapai dari penerapan hukum tersebut. Apabila masih

banyak masyarakat yang tidak terdaftar dan mendaftarkan diri untuk tertib administrasi

21
maka penerapan hukum tidak berjalan dengan maksimal dan begitupun sebaliknya apabila

dari tahun ke tahun yang mendaftar dan terdaftar lebih banyak dari yang tidak terdaftar dan

tidak mendaftar maka ratio peningkatan kenerja lebih baik dan berhasil.

Karena hukum adat masih mendominasi kebanyakan masyarakat dan kurang

pahamnya masyarakat terhadap hukum formil maka kerja keras petugaslah yang harus

benar-benar dijadikan acuan untuk menilai keberhasilan penerapan hukum untuk tertib

administrasi di masyarakat. Disamping itu juga peran aktif masyarakat menjadi faktor

utama dalam mensukseskan sistem administrasi yang sesuai dengan aturan-aturan yang ada

dan berlaku.

22
D. Daftar pustaka

1. Cik Hasan Bisri.

2004. Pilar-Pilar Penelitian Hukum Islam dan Peranata Sosial. Jakarta. PT

Raja Grafindo Persada.

2. Drs. IdupSuhady,M.Si dan Drs A. M. Sinaga, M.Si.

2009. Wawasan Kebangsaan dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara.

3. Drs. Suradi, MA.

2009. Manajemen Kepegawaian Negara. Jakarta. Lembaga Administrasi

Negara.

4. Neng Djubaedah, SH., M. H.

2010. Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak Dicatat. Jakarta. Sinar

Grafika

5. Prof. H. A. Djazuli.

2006. Kaidah-Kaidah Fiqh. Jakarta. Kencana Pranada Media Grop.

6. Himpunan Peraturan Tentang Zakat. Sukabumi. Badan Amil Kabupaten Sukabumi

7. Bimbingan Keagamaan di Pedesaan. Jakarta. Direktorat Jenderal Bimas Islam dan

Urusan Haji

8. Himpunan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia. Bandung. BP4 Propinsi Jawa

Barat.

9. Undang-Undang dasar 1945

10. Kompilasi Hukum Islam. Bandung. Fokus Media

23
11. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2002. Bekas

Diklat. Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi.

12. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 298 tahun 2003. 2003.

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji

Departemen Agama RI.

13. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010. Berkas

diklat. Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi.

24

Anda mungkin juga menyukai