Abang Zainudin
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kapuas Sintang
Email : ab_jay57@yahoo.co.id
Abastrak : Penyelenggaraan Keprotokolan merupakan salah satu elemen penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan guna mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kabupaten Sintang, unit kerja yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan keprotokolan
adalah Sub Bagian Protokol dan Dokumentasi pada Sekretariat DPRD Kabupaten Sintang, Sub Bagian
Protokol dan Dokumentas berada di Bagian Humas Protokol pada Sekretariat DPRD Kabupaten Sintang.
Bentuk kegiatan keprotokolan meliputi tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan. Pelaksanaan
tata tempat sudah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, namun
belum seluruh pengaturan tata tempat maupun Lay Out dapat dilaksanakan secara optimal pada setiap
kegiatan di lingkungan pemerintah Kabupaten Sintang. Kendala-Kendala dalam penyelenggaraan
keprotokolan meliputi faktor yang bersifat administratif dan faktor yang bersifat teknis. Faktor yang
bersifat administratif berkaitan dengan anggaran, Peraturan pelaksana dan teknis, koordinasi antar instansi
yang terkait, dan jadwal kerja yang belum tersusun secara sistematis. Sedangankan faktor yang bersifat
teknis berhubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana di Sekretariat DPRD Kabupaten Sintang.
187
Abang Zainudin, Pelaksanaan Kegiatan Keprotokolan Oleh Sub Bagian Keprotokolan Dan Dokumentasi 188
1. Dokumen persetujua n ya ng menca kup Creativity (Daya Cipta) dan 10) Social
keseluruhan dari dokumen persetujuan (bukan Participation (berperan serta dalam
hanya lembar pertama saja). pergaulan).Pendekatan Perilaku (The Behavioral
2. Dokumen yang melengkapi persetujuan pokok. Approach) yaitu Pendekatan Perilaku
3. Catatan resmi yang di buat pada akhir setiap berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau
sidang dan ditanda tangani oleh segenap kegagalan sesuatu ditentukan oleh gaya bersikap
Peserta sidang. dan bertindak dari yang bersangkutan. Dalam hal
4. Protokol adalah Perjanjian Internasional. ini dapat dibedakan adanya dua macam Perilaku
5. Protokol adalah dokumen yang berisi hak-hak Kepemimpinan yaitu Initiating Structure atau
dan kewajiban, kelonggaran-kelonggaran dan Struktur Tugas dan Consideration yaitu Tenggang
kekebalan yang di miliki oleh seorang Diplomat. Rasa. Perilaku Kepemimpinan Tenggang Rasa
6. Kata Protokol menurut AS Hornby berarti mengandung ciri-ciri : 1) Senantiasa
Naskah Persetujuan Permulaan (antar Negara) memperhatikan kebutuhan. 2) Berusaha
sebagai persiapan suatu Perjanjian Politik. menciptakan suasana saling percaya. 3) Berusaha
menciptakan suasana saling menghargai. 4) Simpati
Sedangkan Definisi Protokol menurut Pasal 1 ayat terhadap perasaan. 5) Memiliki sikap bersahabat.
(1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang 6) Menumbuhkan peran serta 7) Lebih
Keprotokolan adalah “serangkaian kegiatan yang mengutamakan pengarahan diri, mendisiplinkan diri
berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan serta mengontrol diri.Pendekatan Kontingensi (The
atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata Contingensi Approach) yang apabila
Upacara, dan Tata Penghormatan sebagai bentuk diterjemahkan secara harafiah berarti Pendekatan
penghormatan kepada seseorang sesuai ngan Kemungkinan. Pendekatan Kontingensi
jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, dirumuskan sebagai hubungan “jika... maka ...”.
pemerintahan, atau masyarakat”. Kesimpulan dari Terdapat sepuluh macam macam pendekatan
arti kata dan definisi “Protokol” tersebut di atas, kontingensi yang satu diantaranya adalah Model
menurut Abidin (2006:21) memiliki lima dimensi Tiga Dimensi Kepemimpinan. Pendekatan ini
yaitu: Dimensi pertama; berkaitan dengan dokumen dinamakan Three-Dimensional Model karena
persetujuan atau perjanjian internasional; dimensi pendekatan ini menghubungkan tiga kelompok gaya
kedua; menyangkut dokumen berhubungan dengan Kepemimpinan yaitu gaya dasar, gaya efektif, dan
perlakuan terhadap seseorang atau lambang gaya tak efektif dalam kestuan. Selanjutnya, Nizam
kehormatan negara. Dimensi ketiga; protokol adalah (2006:49) yang nampak relevan dengan bahasan
dokumen yang berisi hak, kewajiban, kelonggaran tentang keprotokolan ini, adalah gaya dasar, yaitu:
dan kekebalan diplomatik. Dimensi keempat; Separated (Pemisahan). Pemimpin yang
berkenaan dengan penylenggaraan sesuatu menerapkan gaya ini akan nampak dari perilakunya
kegiatan acara (ceremonial dan visiting), dan yang berorientasi rendah terhadap orang dan
dimensi kelima; adalah hal ikhwal yang menyangkut tugas;Dedicated (Pengabdi) Pimpinan yang
“figure protokol”. menerapkan gaya ini akan nampak dari perilakunya
yang beriorientasi rendah terhadap orang dan
Mempedomani dari segi arti protokol adalah berorientasi terhadap tugas;Related (Penghubung)
merupakan serangkaian aturan mengenai tata Pemimpin yang menerapkan gaya ini akan nampak
tempat, tata upacara dan tata penghormatan, maka dari perilakunya yang berorientasi tinggi terhadap
mereka yang melaksanakan dan atau yang orang dan rendah terhadap tugasnya;Integrated
menerapkan kaidah dan norma keprotokolan harus (Terpadu) Pemimpinan yang menerapkan gaya ini
lebih menghayati tiga pendekatan di dalam akan nampak dari perilakunya yang berorientasi
keprotokolan yaitu: (1) pendekatan kepemimpinan, tinggi terhadap orang dan terhadap tugas.
(2) pendekatan manajemen, dan (3) pendekatan
etiket. Pendekatan kepemimpinan adalah Berdasarkan pendekatan manajemen,
merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam Baskoro (2006:19) menyatakan “keprotokolan itu
melaksanakan sesuatu tugas, sangat penting untuk merupakan salah satu aspek dari Manajemen
diterapkan dan dipraktekkan setiap saat. Menurut Pemerintahan yang pengertiannnya adalah Proses
Kartono (1988:27) dalam kaitan keprotokolan Aktivitas Keprotokolan yang meliputi Pengaturan,
terdapat empat pendekatan dalam kepemimpinan, Pengendalian/Kontrol, dan Pelayanan dengan inti
yaitu :Pendekatan Sifat (The Traits Approach) pelaksanaannya adalah Aparatur Negara dan atau
yang meliputi hal-hal 1) Intelligence (Kecerdasan). Aparatur Pemerintahan yang bersangkutan”.
2) Inisiative (Inisiatif). 3) Energy Or Drive Manajemen berasal dari kata to manage. Menurut
(Kekuatan/Pendorong). 4) Emotional Maturity Handoko (2000:15) dalam Websters New
(Kematangan Perasaan) 5) Persuasive Coelegiete Dictionary kata Menage dalam
(Meyakinkan). 6) Communicative Skill Kamus tersebut diberi arti : To Direct And Control
(Kemahiran Komunikasi). 7) Self Assurance (membimbing dan mengawasi); To Treat With
(Ketenangan Diri). 8) Perceptie (Cerdik). 9) Care (memperlakukan dengan seksama); To
Abang Zainudin, Pelaksanaan Kegiatan Keprotokolan Oleh Sub Bagian Keprotokolan Dan Dokumentasi 190
Carry On Business (mengurus perniagaan, atau formal atau tidak formal. Etika yang harus
urusan-urusan/persoalan-persoalan); To Achieve diterapkan dalam sikap hidup ini adalah budaya
One’s Purpose (mencapai tujuan tertentu) malu “attitude of shame cultural” manakala hal
ini diterapkan dalam pergaulan maka ia tergolong
Berbicara mengenai Manajemen adalah manusia dengan predikat “tahu diri” sebagai
berbicara tentang pencapaian tujuan daripada cerminan dari “self image” atau citra diri. Ketiga
sesuatu usaha atau urusan-urusan lain dengan cara sikap ini akan menumbuhkan sesuatu kepribadian
yang seksama disertai Pembimbingan dan yang dapat mewujudkan kesan pertama yang
Pengawasan. Dari berbagai defenisi tentang menyenangkan “ first empression” yang
manajemen, menurut Handoko (2000:20) dapat berdampak “out come” membuka hati orang-orang
ditarik kesimpulan sebagai berikut:1).Manajemen simpati terhadap diri kita. Jika kita peroleh hal itu
diperlukan untuk pencapaian tujuan dan maka segala program dan pekerjaan kita akan dapat
pelaksanaan pekerjaan; 2). Manajemen merupakan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan pastilah
sistem kerjasama yang kooperatif dan rasional; mencapai tujuan yang kita inginkan. Dalam dunia
3).Manajemen menekankan perlunya prinsip- keprotokolan, ketiga sikap ini akan dapat dilihat
prinsip efisiensi;4).Manajemen tidak dapat dalam suatu kegiatan acara yang mengenai;
dilepaskan dari pada kepemimpinana/ perilaku seseorang dalam melaksanakan dan
pembimbingan. mengatur sesuatu kegiatan; keluwesan “charme”
yaitu sikap dan keadaan pribadi seseorang yang
Menurut Baskoro (2006:33) “pendekatan menggambarkan kebaikan hati dan perhatiannnya
etiket dalam pergaulan terlebih lagi dalam nuansa terhadap manusia; berpakaian; menggunakan
keprotokolan maka etiket merupakan faktor yang pakaian sebagaimana mestinya sesuai dengan
amat dominan oleh karena merupakan sesuatu ketentuan, situasi dan kondisi; dan tabel manner;
yang essensiil untuk menumbuhkan khasanah yaitu tata kesopanan pada menu makan dalam
hubungan satu sama lain”. Setiap perilaku manusia acara perjamuan.
diwarnai dengan peradaban yang dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan (adaptasi) Tata Tempat
dengan tidak menyinggung perasaan. Manakala hal Menurut Nizam (2006:28) “Arti tempat atau
tersebut diwujudkan maka sudah tentu akan dapat juga disebut Tata Urutan. Dalam Bahasa
membuahkan dampak positif memancarkan Perancis dikenal dengan istilah “Preasence” dan
kepribadian yang menarik good personality. dalam Bahasa Inggris dikenal dengan sebutan
Memiliki kepribadian yang menarik niscaya akan “Order Of Presedence” yang mengandung
beruntung niscaya akan disenangi, dikagumi, pengertian “urutan” yaitu siapa yang berhak lebih
diterima eksistensinya bahkan lebih darpada itu dahulu atau siapa yang menerima hal prioritas
akan dijadikan panutan/teladan, namun sebaliknya dalam urutan biasa dipergunakan dalam suatu
bila seorang itu memancarkan sesuatu kepribadian kegiatan Acara Resmi atau Acara Kenegaraan”.
yang buruk bad personality niscaya akan merugi, Definisi tentang Tata Tempat berdasarkan rumusan
perasaan antipati orang akan ia peroleh, bahkan ia Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 9 Tahun
sulit diterima eksistensinya dalam pergaulan. 2010 Tentang Keprotokolan dikatakan bahwa Tata
Menurut Rahmani (2006:2) pancaran kepribadian Tempat adalah pengaturan tempat bagi Pejabat
adalah implikasi dari etiket hal ini akan tercermin Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara
di dalam tiga sikap yakni:Sikap pribadi “attitude to asing dan/atau organisasi internasional, serta Tokoh
be have” yaitu sikap sesuatu keadaan atau gerakan Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan
tubuh kita dalam berkomunikasi “physical attitude atau Acara Resmi”.
atau yang belih dikenal yaitu “body languange”
atau bahasa tubuh. Sikap ini ditekankan pada Untuk lebih memberikan gambaran yang
sesuatu yang bersifat wajar “natural”;Sikap batin jelas maka sebelum menguraikan bahasan tentang
“attitude to personafy” sikap bathin ini Tata Tempat, maka perlu dijelaskan siapakah yang
mengandung suatu pengertian cara seseorang dimaksud dengan Pejabat Negara, Pejabat
menyampaikan ungkapan, aspirasi, statement, Pemerintah dan Tokoh Masyarakat tertentu.
pembicaraan resmi/pribadi. Berdialog, berdiskusi Pejabat Negara adalah Pejabat sebagaimana
dan lain sebagainya. Menurut istilah yang kadang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
popular terhadap sikap bathin ini disebut orang 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian dan
“mental attitude” atau dapat disebut effective Peraturan Perundang-Undangan lainnya. Pada Era
speaking” aplikasi etiket dalam sikap bathin ini ialah Reformasi ini Undang-Undang Kepegawaian
seseorang itu mampu berbagi rasa, tenggang rasa tersebut telah disempurnakan dengan
atau lazim disebut “empaty”; Sikap hidup “attitude diterbitkannnya Undang-Undang Nomor 43 Tahun
to live” yaitu sikap hidup yang aktif, giat dan aktual 1999. Sebagaimana gambaran dibawah ini
yang nampak dalam penampilan “appearance” dijelaskan para Pejabat yang termasuk dalam
seseorang dalam gaya kehidupan yang bersifat kelompok Pejabat-Pejabat Negara yaitu :
191 Fokus, Jilid 12, Nomor 2, Maret 2014, hlm. 187-207
Tabel 1. Urutan Tata Tempat Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah Dan Tokoh Masyarakat
Tertentu Tingkat Nasional
Nomor
Jabatan
Urutan
Presiden R.I 1
Wakil Presiden R.I 2
Mantan Presiden dan Mantan/ Wakil Presiden 3
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia; 4
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; 5
Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia; 6
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia; 7
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia; 8
Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia 9
Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia 10
perintis pergerakan kebangsaan/ kemerdekaan 11
Duta besar/Kepala Perwakilan Negara Asing dan Organisasi Internasional 12
Wakil Ketua MPR RI, Wakil DPD RI, Wakil Ketua DPR RI, Gubernur Bank 13
Indonesia, Ketua KPU RI, Wakil Ketua BPK RI, Wakil Ketua MA RI, Wakil Ketua
MK RI dan Wakil Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia
Menteri, Pejabat setingkat menteri, Anggota DPR RI, dan anggota DPD RI, serta 14
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia;
Kepala Staf Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Tentara Nasional 15
Indonesia;
Pemimpin partai politik yang memiliki wakil di DPR RI 16
anggota Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Ketua Muda dan Hakim 17
Agung Mahkamah Agung Republik Indonesia, Hakim Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia, dan anggota Komisi Yudisial Republik Indonesia;
Pemimpin lembaga negara yang ditetapkan sebagai pejabat negara, pemimpin 18
lembaga negara lainnya yang ditetapkan dengan undang-undang, Deputi Gubernur
Senior dan Deputi Gubernur Bank Indonesia, serta Wakil Ketua Badan
Penyelenggara Pemilihan Umum
Gubernur kepala daerah 19
Pemilik tanda jasa dan tanda kehormatan tertentu; 20
Pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, Wakil Menteri, Wakil Kepala Staf 21
Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia,
Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Wakil Jaksa Agung Republik
Indonesia, Wakil Gubernur, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi,
pejabat eselon I atau yang disetarakan;
Bupati/Walikota dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota; dan 22
Pimpinan tertinggi representasi organisasi keagamaan tingkat nasional yang secara 23
faktual diakui keberadaannya oleh Pemerintah dan masyarakat.
Sumber: UU Nomor 9 Tahun 2010
Abang Zainudin, Pelaksanaan Kegiatan Keprotokolan Oleh Sub Bagian Keprotokolan Dan Dokumentasi 196
Tabel 2. Urutan Tata Tempat Acara Resmi Tingkat Provinsi dan Tingkat Kabupaten/Kota
Pengaturan tata tempat menurut Golongan tertentu, Kelahiran, seperti halnya Kaum Ningrat,
penerima preseance atau menerima hak pernikahan, seperti halnya Wanita yang menikah
didahulukan dalam Urutan Tata Tempat yaitu Very dengan Kaum Ningrat atau Pejabat Negara/
Important atau VIP dan Very Important Citizen Pejabat Pemerintah; dan Mereka yang memiliki
atau VIC. VIP: ialah seseorang memperoleh Anugerah Tanda Kehormatan berupa Bintang atau
Preseance mengingat kedudukannnya dalam Tanda Jasa dari Negara Kesatuan Republik
Negara dan Pemerintah, Golongan ini disebut Indonesia.
Pejabat Negara dan Pejabat Pemerintah. Menurut
Kepala Bagian Informasi dan Komunikasi, VIC Pengaturan tata tempat dikenal istilah lay
ialah seseorang memperoleh Preseance mengingat out. Lay Out mengandung pengertian yaitu Tata
derajatnya, Golongan ini meliputi; (1) Menantu Raja, Letak dengan segala perlengkapannya. Dalam
Pangeran dan Bangsawan sehingga akibat istilah Umum, Lay Out dikenal dengan sebutan
pernikahannya itu maka dia memperoleh hak dalam “Tata Ruang” tempat diselenggarakan suatu
Preseance, (2) Pemilik Tanda Jasa/Bintang dari Upacara (Tata Ruang Upacara). Lebih lanjut
Negara Republik Indonesia, (3) Tokoh Masyarakat Kepala Sub Bidang Protokol dan Dokumentasi
Tertentu, memperoleh Hak Preseance karena mengatakan, Komunikasi dan Protokol, rumus-
Kedudukan Sosialnya menerima Penghormatan dari rumus dalam pengaturan tata tempat terdiri atas
Masyarakat dan/atau dari Negara atau Pemerintah. Lay Out Upacara dan Lay Out pada Perjamuan
Mereka yang tergolong dalam Tokoh Masyarakat Resmi. Dalam suatu Upacara Penyusuna Lay Out
Tertentu. Selanjutnya Kepala Bagian Humas dan Tata Tempatnya pada umumnya terdiri dari; Baris
Protokol mengatakan Preseance ini dapat bersifat Utama (Front Row); Sayap Kanan Baris Utama
berdiri sendiri atau tergantung kepada hal lain atau (Be Sight Right Front Row), Sayap Kiri Barisan
dapat kedua-duanya. Berdiri sendiri substantif Utama (Be Sight Left Front Row) dan Belakang
termasuk mereka yang memperoleh Preseance. Baris Utama (Behind Front Row) diantara masing-
Karena kedudukannya sebagai VIP, sedangkan masing baris diberi jarak pemisah secukupnya, agar
Preseance yang didasarkan pada hal lain ialah nyaman dipergunakan lalu lintas orang. Penyusunan
mereka memperoleh Preseance karena derajatnya seperti ini seluruh Audiensis menghadap Tempat
sebagai VIC, atau mereka memperoleh Preseance Pidato (Stage). Lay Out pada Baris Utama (Front
berdasarkan atas kedua-duanya yaitu dalam Row) dipergunakan bagi seseorang yang
Kedudukannya sebagai VIP dan dalam Kedudukan memperoleh Preseance Utama (1) dengan para
sebagai VIC. Pendampingnya yang ditentukan (2) (3) (4) (5) (6).
Jumlahnya bisa genap atau ganjil. Sebagaimana
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat gambarannya adalah sebagai berikut: bila jumlahnya
dijadikan Pedoman tentang dasar-dasar untuk 2 orang maka; nomor (1) bila jumlahnya 3 orang
menetapkan seseorang memperoleh Preseance, nomor (1) ditempatkan ditengah. Nomor (2) dan
dengan mengingat hal-hal sebagai berikut; (3) ditempatkan masing-masing disebelah kanan dan
Pemilihan/Penunjukkan untuk suatu Jabatan atau kiri dari nomor (1). Selanjutnya jika jumlah 4 orang;
Kedudukan dalam Negara dan Pemerintahan, maka nomor (2) disebelah kiri (1) nomor (3)
Dinobatkan, atau mewarisi Kerajaan karena disebelah kanan (1) dan Nomor (4) disebelah kiri
Keturunan, Seseorang dengan Legitimasi nomor (2). Dibawah ini digambarkan pengaturan
memperoleh Predikat sebagai Tokoh Masyarakat Tata Tempat baik dalam jumlah genap maupun
ganjil sebagai berikut:
Lay Out pada Baris Utama adalah (1)>> pada Sayap Kiri Baris Utama adalah
2) >> (3)>>(4)>>(5)>>(6)>>(7).>>(8)>>(9) (9)<<(8)<<(7)<<(6)<<(5)<<(4)<<(3)<<(2)<<(1).
umpanya nomor 9 (kebetulan Wanita, maka tempat Lay Out pada Belakang Baris Utama, maka
duduknya bergeser menempati nomor (8) pengaturan Tata Tempatnya disesuaikan dengan
Penghormatan kepada Kaum Wanita, jangan ia Tata Tempat pada Baris Utama. Menurut Staf atau
ditempatkan pada tempat yang paling ujung, kecuali pegawai yang terdapat di Sub Bidang Protokol dan
situasi dan kondisi tidak memungkinkan. Lay Out Dokumentasi : penempatan Isteri/Suami dari Pejabat
Abang Zainudin, Pelaksanaan Kegiatan Keprotokolan Oleh Sub Bagian Keprotokolan Dan Dokumentasi 198
dan Tokoh Masyarakat Tertentu, dalam suatu Acara Dalam merencanakan/menyusun Lay Out
Resmi atau Acara Kenegaraan maka penempatan harus pula memperhatikan hal-hal penting sebagai
Isteri atau Suami daripada Pejabat kegembiraan, berikut : (1) Arus Lalu Lintas pada Undangan harus
rasa syukur serta harus memperhatikan situasi dan nyaman, (2) Menyediakan Ruangan Tunggu
kondisi lingkungan dimana diselenggarakannya “Waiting Room” untuk VIP, (3) Perlengkapan
acara tersebut. Berdasarkan Tradisi; Adat Istiadat yang dibutuhkan dalam upacara diupayakan secara
dan kebiasaan setempat; sesuatu acara yang optimal agar tidak menimbulkan hambatan/
ditampilkan sesuai dengan Nilai Sosial dan Budaya ganguan; (4) Pemasangan Seating Card dan Name
Bangsa Indonesia serta mengupayakannya dalam Board pada tempat-tempat yang dianggap perlu
Koridor “Pola Hidup Sederhana” namun tidak untuk memudahkan Pelayanan Keprotokolan; (5)
mengurangi kekhidmatan dan kemegahan sesuatu Pengumpulan Data misalnya daftar undangan, buku
Upacara. tamu bila dianggap perlu, dan evaluasi data yang
dirumuskan dalam pembuatan denah Lay Out
Kepala sabjek penelitian menjelaskan bahwa, dimaksudkan untuk menjawab siapa/duduk berada
penyusunan Lay Out yang baik maka akan dimana serta untuk memudahkan monitoring para
merupakan Pilar Penunjang keberhasilan sesuatu Undangan; (6) Dekorasi pembuatan taman kering/
rencana. Setiap Lay Out Upacara harus disusun basah pemasangan bunga meja, pemasangan back
dan diatur dengan mempedomani hal-hal sebagai drop dan lain sebagainya; (7) Podium memasang
berikut: (1) Segi “Etika”; secara Substantif harus Podium untuk Pidato, tempat disebelah kanan atau
dapat memperlakukan/memberikan Penghormatan kiri meja baris utama dapat saja dilaksanakan
baik terhadap VIP maupun VIC sebagaimana dengan memperhatikan situasi dan kondisi Ruangan
mestinya sesuai dengan ketentuan Perundang- Upacara; (8) Penyejuk udara ventilasi udara, air
Undangan yang berlaku, (2) Segi Estetika ; condition, kipas angin sesuai dengan kebutuhan
menempatkan keserasian dan keseimbangan dan bilamana dianggap perlu.
terhadap segala sesuatu yang akan digelar dan
dipergunakan, hal ini penting artinya untuk Untuk menentukan bentuk-bentuk Lay Out
menumbuhkan “A Pleasenty Situation”, (3) Upacara tergantung jenis acara yang akan
Memperlihatkan “Nuansa Kebangsaan” dengan berlangsung. Untuk Upacara Pengibaran Bendera
memasang/ menempatkan Lambang-Lambang yang dilaksanakan di Lapangan Upacara, dapat saja
Kehormatan Negara R.I “Garuda Pancasila”, menggunakan “Bentuk TUM” atau paling tidak
Bendera Kebangsaan Indonesia dan gambar mempedomaninya. Untuk Upacara yang bukan
Presiden dan Wakil Presiden R.I sebagaimana Upacara Bendera misalnya: Upacara Pelantikan
mestinya sesuai dengan Ketentuan Peraturan dilaksanakan duduk atau berdiri dapat
Perundang-Undangan yang berlaku untuk itu. menggunakan Lay Out dengan bentuk “Class
Room”.
Gambar 1. Bentuk Class Room Dalam Lay Out Upacara
BARIS UTAMA
STAGE
Contoh-contoh lain dalam bentuk Upacara Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Repubik
dalam Acara Kenegaraan yaitu Upacara Indonesia (17 Agustus); Upacara Bendera setiap
Penurunan Bendera Pusaka Merah Putih dalam Tanggal 17 yang diselenggarakan oleh setiap
rangka Peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Instansi Pemerintah; Peringatan Hari Kesaktian
Kemerdekaan R.I. Pidato Kenegaraan Presiden Pancasila (1 Oktober); Peringatan Hari Sumpah
R.I dalam Rapat Paripurna DPR-RI Pengucapan Pemuda (28 Oktober); Peringatan Hari Pahlawan
Sumpah/Janji Jabatan Presiden dan Wakil Presiden (10 November); Peringatan Hari Ibu (22 Desember)
R.I dalam Rapat Paripurna MPR-RI. Penyampaian dan lain sebagainya terdiri dari acara Pendahuluan,
Nota Keuangan RAPBN dalam Rapat Paripurna Acara Pokok, Acara Tambahan dan Acara
DPRD-RI, Pelantikan para Menteri dalam Kabinet Penutup. Acara Pendahuluan adalah bagian awal
(baru), Pengambilan Sumpah/Janji bagi Anggota- dari Upacara Bendera yang meliputi persiapan di
Anggota Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara R.I Lapangan Upacara yang di Pimpin oleh Dan UP.
dan lain-lain. Juga yang termasuk dalam Acara Acara Pokok yaitu Substansi Acara dalam Upacara
Kenegaraan adalah Kunjungan Kenegaraan Bendera yang akan dilaksanakan/dipimpin oleh
Kepala Negara Asing “State Visit” dan Kunjungan Inspektur Upacara, dimulai dari kedatangan sampai
Kepala Pemerintahan Asing. “Offisial Visit Ke Penghormatan Peserta Upacara, dimulai dari
Indonesia”, dikelompokkan dalam; Acara kedatangan sampai Penghormatan Peserta
Penyambutan Kedatangan Tamu Negara; Acara Upacara kepada Irup. Acara Tambahan adalah
Pokok Kunjungan; dan Acara Pelepasan Tamu kegiatan acara tembahan dalam suatu Upacara
Negara. Bendera yang dilakukan atau disaksikan oleh
Inspektur Upacara. Acara Penutup adalah kegiatan
Selanjutnya, Acara Resmi adalah “Acara akhir dari suatu Upacara Bendera yang dipimpin
yang bersifat Resmi yang diatur dan dilaksanakan oleh Dan Up. (Inspektur Upacara lepas libat)
oleh Pemerintah atau Lembaga Tinggi Negara
dalam melaksanakan tugas dan fungsi tertentu Menurut sabjek penelitian, Peraturan
dihadiri oleh Pejabat Negara dan/atau Pejabat Perundang-Undangan dan Ketentuan-Ketentuan
Pemerintah serta Undangan lainnya”. Acara Resmi lainnya yang dijadikan dasar dan Pedoman
dapat diselenggarakan oleh Lembaga Tertinggi/ Penyelengggaraan Upacara Bendera, yaitu;
Tinggi Negara Instansi Pemerintah Pusat dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1987 tentang
Instansi Pemerintah Daerah. Sesuatu acara yang Protokol tercantum pada Pasal 1 ayat (1), (2) dan
juga diselenggarakan oleh Organisasi Non (3) dan Pasal 5 ayat (1); Peraturan Pemerintah
Pemerintah, jika dihadiri oleh Pejabat Negara dan/ Nomor 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan
atau Pejabat Pemerintah, maka terhadap kegiatan Keprotokolan mengenai Tata Tempat, Tata
tersebut dikategorikan sebagai acara Resmi yang Upacara dan Tata Penghormatan, diuraikan pada
dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan Pasal 15, 16, 17, 19, 20 dan 21; Peraturan
ketentuan Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Pemerintah Nomor 40 Tahun 1958 tentang Lagu
Penghormatan sebagaimana diatur dalam Kebangsaan Republik Indonesia; Peraturan
Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1990. Pemerintah Nomor 44 Tahun 1958 tentang
Kebangsaan Indonesia Raya; Keputusan-
Bentuk-bentuk Upacara dalam Acara Resmi Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24
ialah Upacara Bendera dan Bukan Upacara Tahun 1953 tentang Peringatan HUT Proklamasi
Bendera. Pelaksanaan Upacara Bendera dalam Kemerekaan R.I; Nomor 153 Tahun 1967 tentang
acara Resmi meliputi Tata Bendera Kebangsaan, Hari Kesaktian Pancasila; Inpres Nomor 12 Tahun
Lagu Kebangsaan dan Pakaian Upacara yang 1968 tentang Pengucapan/Pembacaan Pancasila;
dalam pelaksanaannya berpedoman kepada Inpres Nomor 14 Tahun 1981 tentang Upacara
petunjuk acara dari Instansi yang berwenang di Pengibaran Bendera Tanggal 17; Surat-surat
Tingkat Pusat, sedangkan untuk Upacara Bukan Menteri Dalam Negeri yaitu; Nomor 188.5/129
Upacara urutan acara dalam acara resmi, pada Tanggal 8 Januari 1988 Perihal Pengucapan dan
pokoknya terdiri dari; Pembukaan/Sambutan- Penulisan Pancasila; Nomor 1802/2017/SJ Tanggal
Sambutan; Acara Pokok dan Penutup. Contoh- 22 Pebruari 1985 Perihal Naskah resmi Undang-
contoh lain dari bentuk Upacara dalam acara Resmi Undang Dasar 1945 dan Nomor 019/651/SJ
adalah; Upacara Pelantikan Pejabat, Upacara Tanggal 2 Desember 1993 Perihal Tata Upacara
Pembukaan Kongres/Muktamar/Mubes/ Bendera. Selain Pedoman-Pedoman selain
Simposium dan lain-lainnya yang sejenis, serta acara bagaimana diuraikan di atas, dalam pelaksanaan
kegiatan lainnya yang bersifat seremonial. harus konsisten dengan Juklak yang diterbitkan oleh
Menteri, dan Kepala LPND Tingkat Pusat.
Tata Upacara Bendera dalam Acara Resmi
yang diselenggarakan Rangka Peringatan Hari Berdasarkan hasil penenelitian dilapangan,
Pendidikan Nasional (2 Mei); Peringatan Hari Susunan Acara Upacara dalam Acara Resmi, pada
Kebangkitan Nasional (20 Mei); Peringatan Hari umumnya dapat diuraikan sebagai berikut:
201 Fokus, Jilid 12, Nomor 2, Maret 2014, hlm. 187-207
Pimpinan Komponen/Instansi yang bersangkutan. oleh karena setiap Pegawai Negeri yang akan
Jika cuaca hujan, maka Upacara Bendera dapat dilantik untuk memangku sesuatu Jabatan tertentu
dilaksanakan di dalam ruangan Pengibaran Bendera harus bersumpah pada waktu menerima Jabatan
Kebangsaan ditiadakan. atau Pekerjaannya (tegasnya seorang dapat dilantik
manakala yang bersangkutan telah diambil Sumpah/
Tata upacara pelantikan pejabat, dimana Janji Jabatan). Menteri Pelantikan terdiri dari Surat
Pelantikan adalah Peresmian seseorang oleh Keputusan Pengangkatan dari Pejabat yang
Pejabat yang berwenang atau oleh Pejabat yang berwenang. Berita Acara Pengangkatan/
diberi mandat oleh Pejabat yang berwenang untuk Pengambilan Sumpah/Janji Jabatan yang
memangku sesuatu Jabatan dalam Organisasi ditandatangani oleh Pejabat yang dilantik, Pelantik,
Pemerintahan, yang pelaksanaanya didahului Saksi dan Rohaniwan dan Naskah Pernyataan
dengan Pengangkatan/Pengambilan Sumpah/Janji Pelantikan. Pelaksanaan Serah Terima Jabatan
Jabatan. Setelah Pelantikan maka seseorang itu (Sertijab) dilakukan oleh Pejabat Lama kepada
resmi dan mulai melaksanakan Tugas Jabatannya. Pejabat Baru disaksikan oleh Pelantik, dengan
Serah Terima Jabatan atau disebut Timbang Terima materinya ialah Penandatanganan Berita Acara
Jabatan adalah Penyerahan dan Penyambutan Serta Terima Jabatan dan Serah Terima Memori
Tugas/Pekerjaan adalah Pemerintahan, menurut Tugas Jabatan, dengan penjelasan sebagai berikut:
cara-cara yang telah ditentukan, dengan Sertijab tersebut dapat dilaksanakan apabila
memperhatikan; Berita Acara Serah Terima Kedudukan Protokol Jabatan Pejabat yang dilantik
Jabatan, Memori Tugas Jabatan, penyerahannya satu tingkat lebih rendah dari Pelantik. Jika
dilakukan oleh Pejabat Lama kepada Pejabat Baru situasinya tidak sebagaimana huruf a diatas, maka
disaksikan oleh Pejabat yang melantik (Pelantik). Sertijab oleh Pejabat Lama kepada Pejabat Baru
Hal ini dapat diselenggarakan manakala Kedudukan dilaksanakan tidak dalam rangkaian Acara
Protokol Jabatan yang dilantik tersebut satu tingkat Pelantikannya, dan disaksikan oleh Atasan
lebih rendah dari Pelantik. Prinsip-Prinsip Dalam Langsung Pejabat yang bersangkutan dalam
Upacara Pelantikan, adalah seseorang Pegawai kesempatan terpisah. Bagi Pejabat yang ditunjuk
Negeri untuk memangku suatu Jabatan dalam sebagai PLH tidak dilaksanakan Sertijab dari
Organisasi Pemerintahan, didahului dengan Pejabat Lama kepadanya. Sertijab lama dilakukan
Pengangkatan/Pengambilan Sumpah/Janji Jabatan. olehnya kepada Atasan Langsung yang
Setiap Pegawai Negeri yang akan dilantik untuk bersangkutan. Susunan acara upacara pelantikan
memangku suatu Jabatan tertentu harus bersumpah Pejabat Pemerintah pada umumnya dapat
pada waktu menerima Jabatan atau Pekerjaannya. diselenggarakan dengan rangkaian acaranya terdiri
Kalimat awal dari Sumpah Jabatan adalah “Demi dari: Pembacaan Keputusan Pengangkatan
Allah Saya bersumpah”. Apabila seseorang Jabatan; Pelantikan oleh Pejabat Pelantik (Pelantik)
berkeberatan untuk mengucapkan Sumpah karena terdiri atas, Pengambilan Sumpah/Janji Jabatan,
anggapannya tentang Agama, dapat ia sebagai Penandatanganan Berita Acara Pengambilan
gantinya mengucapkan Janji, oleh karena demikian Sumpah/Janji oleh Pejabat yang bersangkutan dan
maka kalimat Demi Allah saya bersumpah diganti Pelantik, Kata-kata atau Pernyataan Pelantikan,
dengan kalimat “Saya menyatakan dan berjanji Pemasangan Tanda Pangkat Jabatan, Penyematan
dengan sungguh-sungguh” atau dengan kalimat Tanda Jabatan dan/atau Penyerahan Petikan
“Demi Allah Yang Maha Esa, saya menyatakan Keputusan Pejabat Yang Berwenang (bila
dan berjanji dengan sungguh-sungguh”. Untuk/bagi dimungkinkan). Serah Terima Jabatan oleh Pejabat
mereka yang beragama Masehi maka kata-kata Lama kepada Pejabat Baru disaksikan oleh
“ Demi Allah” dari bunyi Sumpah tersebut Pelantik; Penandatanganan Berita Acara Sertijab
dihapuskan dan diganti dengan kalimat yang dan Penyerahan Memori Tugas Jabatan. Amanat
diucapkan pada akhir Sumpah yaitu: Kiranya Tuhan Pelantik, Doa, Penyampaian Ucapan Selamat
akan menolong saya”. Untuk mereka yang kepada Pejabat Baru dan Pejabat Lama (beserta
beragama lain daripada Islam dan Masehi maka Istri/Suami).
kalimat awalan “Demi Allah” dari kalimat Sumpah
tersebut dihapus dan diganti dengan kata-kata lain Tata Penghormatan
yang sesuai dengan Agamanya yakni: Pemeluk
Agama Hindu, mengucapkan “ Om Atah Menurut Sabjek penelitian Pemberian
Paramawisesa” saya berjanji. Pemeluk Agama Penghormatan kepada Pejabat Negara, Pejabat
Budha mengucapkan “Demi Sang Hyang Adi Pemerintah dan Tokoh Masyarakat tertentu.
Budha” saya bersumpah. Terhadap Pejabat Negara tertentu yaitu Presiden
dan Wakil Presiden berhak menerima pemberian
Pelantikan seorang Pegawai Negeri dalam Penghormatan dengan menggunakan Lambang
suatu Jabatan tertentu dalam Organisasi Kehormatan Negara Republik Indonesia yakni;
Pemerintahan dilaksanakan dengan didahului Dalam rangka kunjungan Presiden dan/atau Wakil
Pengangkatan /Pengambilan Sumpah/Janji Jabatan, Presiden ke Daerah, Untuk memberikan
203 Fokus, Jilid 12, Nomor 2, Maret 2014, hlm. 187-207
Penghormatan kepada beliau, maka Gubernur, 2) Kendaraan sebagai Voorijders (Kawal Lalu
Bupati, Walikota dapat menganjurkan kepada Lintas) sesuai dengan tipe-tipe Pengawalan,
khalayak di Daerahnya untuk mengibarkan dimaksudkan untuk keamanan dan kelancaran
Bendera Kebangsaan Sang Merah Putih pada dalam Lalu Lintas untuk melaksanakan Tugas
tempat-tempat tertentu selama kunjungan tersebut Jabatan;
berlangsung. Padahal Kedudukan Protokol 3) Berhubungan dengan fasilitas untuk Kesehatan
Bendera Kebangsaan lebih tinggi daripada “Healt Security” dan fasilitas untuk Konsumsi
Kedudukan Protokol Presiden/Wakil Presiden. Pada “Food Security”;
suatu Upacara dalam Acara Kenegaraan dan/atau 4) Hal-hal yang berkenaan dengan segi-segi
Acara Resmi, Presiden dan/atau Wakil Presiden Fasilitas Akomodasi yang wajar dan memadai;
dapat menerima Penghormatan dengan Lagu 5) Faktor-faktor yang melibatkan unsur-unsur
Kebangsaan Indonesia Raya. Terhadap Pejabat Pengamanan terapat diri Pejabat Negara,
Negara atau Pejabat Pemerintah, Tokoh Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat
Masyarakat tertentu Tingkat Nasional, apabila Tertentu;
meninggal dunia maka berdasarkan Pasal 25 ayat 6) Alur Lalu Lintas yang akan dilewati oleh Pejabat
(2) sampai ayat (5) dan Pasal 26 Peraturan Negara, Pejabat Pemerintah dan Tokoh
Pemerintah Nomor 62 Tahun 1990 memperoleh Masyarakat tertentu agar tidak terdapat
Penghormatan tersebut diberikan dalam bentuk hambatan yang berarti;
Pengibaran setengah tiang Bendera Kebangsaan 7) Dan lain sebagainya yang sekiranya dianggap
Merah Putih. Sebagai tanda berkabung selama perlu, bagi perlindungan, ketertiban dan
ukuran waktu tertentu, yaitu sebagai berikut: keamanan terhadap Pejabat Negara, Pejabat
Selama tujuh hari bagi Presiden dan Wakil Pemerintah dan Tokoh Masyarakat tertentu di
Presiden; Selama tujuh hari bagi Mantan Presiden dalam melaksanakan Tugas Jabatannya
dan Mantan Wakil Presiden; Selama Lima hari bagi menghadiri suatu acara.
Ketua MPR, DPD, MA, DPA, dan BPK sebagai
Terhadap Pejabat Negara, Pejabat
Pimpinan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara;
Pemerintah dan Tokoh Masyarakat Tertentu
Selama Tiga hari bagi Menteri Negara, Pejabat
memperoleh Penghormatan dalam bentuk bantuan
yang diberi Kedudukan setingkat dengan Menteri
saran, pemberian perlindungan, ketertiban dan
Negara, Wakil Ketua Lembaga Tertinggi dan Tinggi
keamanan yang diperlukan dalam melaksanakan
Negara, Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan
acara atau tugas yang diberikan kepadanya, sesuai
TNI-AD-TNI-AL-, TNI-AU dan Kepala ketentuan yang berlaku baginya dengan tidak
Kepolisian Republik Indonesia. Hari-hari selama menimbulkan sifat berlebihan. Penyediaan
Pengibaran Setengah Tiang Bendera Kebangsaan kelengkapan dimaksud, secara sederhana dijelaskan
Merah Putih tersebut dinyatakan sebagai “Hari sebagai berikut: yang menyangkut segi
Berkabung Nasional” dan dikibarkan di seluruh Transportasi, baik berupa mobilitas maupun
Pelosok Tanah Air. Selanjutnya terdapat Pejabat angkutan perjalanan dalam melaksanakan Tugas
Negara lainnya, Ketua/Kepala/Direktur Jenderal Jabatannya; Kendaraan sebagai Voorijders
dari LPND atau Tokoh Masyarakat tertentu lainnya (Kawal Lalu Lintas) sesuai dengan tipe-tipe
apabila meninggal dunia, maka Bendera Pengawalan, dimaksudkan untuk keamanan dan
Kebangsaan Merah Putih dikibarkan setengah tiang kelancaran dalam Lalu Lintas untuk melaksanakan
sebagai tanda berkabung di lingkungan instansi Tugas Jabatan; Berhubungan dengan fasilitas untuk
masing-masing selama dua hari. Kesehatan “Healt Security” dan fasilitas untuk
Konsumsi “ Food Security”; Hal-hal yang
Terhadap Pejabat Negara, Pejabat
berkenaan dengan segi-segi Fasilitas Akomodasi
Pemerintah dan Tokoh Masyarakat Tertentu
yang wajar dan memadai; Faktor-faktor yang
memperoleh Penghormatan dalam bentuk bantuan
melibatkan unsur-unsur Pengamanan terapat diri
saran, pemberian perlindungan, ketertiban dan
Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah dan Tokoh
keamanan yang diperlukan dalam melaksanakan
Masyarakat Tertentu; Alur Lalu Lintas yang akan
acara atau tugas yang diberikan kepadanya, sesuai
dilewati oleh Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah
ketentuan yang berlaku baginya dengan tidak
dan Tokoh Masyarakat tertentu agar tidak terdapat
menimbulkan sifat berlebihan. Penyediaan hambatan yang berarti; Dan lain sebagainya yang
kelengkapan dimaksud, secara sederhana dijelaskan sekiranya dianggap perlu, bagi perlindungan,
sebagai berikut : ketertiban dan keamanan terhadap Pejabat Negara,
1) Transportasi, baik berupa mobilitas maupun Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat tertentu
angkutan perjalanan dalam melaksanakan Tugas di dalam melaksanakan Tugas Jabatannya
Jabatannya; menghadiri suatu acara.
Abang Zainudin, Pelaksanaan Kegiatan Keprotokolan Oleh Sub Bagian Keprotokolan Dan Dokumentasi 204
Tabel 3. Bahan Kerja, Perangkat Kerja dan Hasil Kerja Sub Sub Bagian Protokol dan Dokumentasi
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang
Sintang
No Bahan Kerja, Perangkat Kerja dan Hasil Kerja Bagian Informasi dan
Komunikasi
1 Materi rencana kerja Bagian dan Sub Bagian ada dan lengkap
2 Materi disposisi dan arahan pimpinan ada dan lengkap
3 Materi hasil kerja bawahan ada, namun belum lengkap
4 Materi data dan informasi yang disampaikan oleh ada, namun belum lengkap
masing-masing Unit Kerja dilingkungan Pemerintah
Kabupaten Sintang
5 Materi naskah-naskah dinas yang berkenaan dengan ada, namun belum lengkap
ruang lingkup tugas
Sumber: Data Lapangan Diolah, 2015.
Keprotokolan di Sekretariat Dewan Perwakilan terbatas, seperti ruang tempat kerja yang masih
Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang adalah terbatas dan fasilitas kerja kantor yang masih
ketersedian sarana dan prasarana yang masih terbatas.
Tabel 4. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pada Sub Bagian Protokol dan Dokumentasi
Sekretariat DPRD Kabupaten Sintang Tahun 2015
Nama/Jenis Sarana Yang Tersedia Kebutuhan
No Keterangan
dan Prasaran Jlh/Ukuran Kondisi (Jumlah/Ukuran)
1 ruangan/4 x Kurang 2 ruangan/5x5 m Kurang 1
1 Ruang Kerja 4m baik ruangan
1 ruangan Kurang 1
2 Ruang Rapat Tidak Ada ruangan
1 ruangan Kurang 1
3 Ruang Tamu Tidak Ada ruangan
4 Meja Kerja 3 Buah Rusak 7 buah Kurang 4 buah
5 Kursi Kerja 9 Buah Baik 16 buah Kurang 7 buah
6 Kursi Tamu 2 Buah Baik 6 buah Kurang 4 buah
7 Kipas Angin Tidak Ada 2 buah Kurang 2 buah
Air Conditioner 2 buah Kurang 1 buah
8 (AC) 1 Buah Baik
9 Komputer/PC 2 Unit Baik 4 unit Kurang 2 unit
Kurang 7 buah Kurang 5 buah
10 Printer 2 Buah Baik
11 Note Book Tidak Ada 2 buah Kurang 2 buah
12 Rak Arsip Tidak Ada 3 set Kurang 3 Set
13 Lemari Arsip 2 Buah Baik 5 buah Kurang 3 buah
14 Dispenser Tidak Ada 2 unit Kurang 2 unit
15 Televisi Tidak Ada 1 unit Kurang 1 unit
16 Kamera Digital 1 Unit Baik 6 unit Kurang 5 unit
17 Jam Dinding 1 Buah Baik 2 buah Kurang 1 buah
18 Papan Jadual Rapat 1 Buah Baik 2 buah Kurang 1 buah
19 Kenderaan Roda 4 1Buah Baik 2 Buah Kurang 1 buah
20 Kenderaan Roda 2 4 Buah Baik 7 buah Kurang 3 buah
Sumber: Sekretriat DPRD Kabupaten Sintang Tahun 2015
Apabila melihat data sebagaiman yang tersaji dengan keperluan dan kebutuhakan organisasi,
pada tabel 4.6 tentang Ketersediaan Sarana dan tentunya pencapaian tujuan organisasi menjadi
Prasarana Sub Bagian Protokol dan Dokumentasi terkendala, begitu pula dalam penyelenggaraan
Sekretariat DPRD Kabupaten Sintang Tahun 2015 pekerjaaan kator pada Sub Bagian Protokol dan
tersebut di atas, dapat terlihat bahwa sarana dan Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten Sintang
prasaran yang dimiliki oleh Sub Bagian Protokol semestinya didukung oleh sarana dan prasarana
dan Dokumentasi Sekretariat DPRD Kabupaten yang memadai, sehingga tidak mengalami suatu
Sintang masih terbatas atau belum sesuai dengan hambatan secara teknis dan penyelengaraan
kebutuhan sebagaimana mestinya. Dalam kegiatan keprotokolan dapat dilaksanakan secara
penyelenggaraan pekerjaan perkantoran efektif dan efisien.
semestinya ketersediaan sarana dan prasarana
adalah merupakan salah satu faktor penting. Jika KESIMPULAN DAN SARAN
dikaitkan dengan arti pentingnya sarana dan
prasarana dalam proses penyelenggaraan Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam
pemerintahahan tentunya perlu didukung oleh hasil penelitian dan pembahasan tentang
ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai Pelaksanaan Kegiatan Keprotokolan Oleh Sub
dalam proses pencapaian tujuan organisasi yang Bagian Protokol dan Dokumentasi Sekretariat
efektif dan efisien.Tanpa didukung oleh sarana dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
parasaran yang memadai dalam artikata sesuai Kabupaten Sintang maka dapat ditarik kesimpulan:
Abang Zainudin, Pelaksanaan Kegiatan Keprotokolan Oleh Sub Bagian Keprotokolan Dan Dokumentasi 206
223