Anda di halaman 1dari 3

" SENTIMEN PASAR"

Dosen Pengampuh : Zul Azmi, SE.,M.Si,.Ak, CA, CSRS, CSRA

DISUSUN OLEH:

KELAS 5AKB2

1.Putri maharani ( 200301139)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

2022

 Sentimen Pasar adalah sikap kesepakatan bersama (konsensus) dari para


pelaku pasar, untuk mengantisipasi pergerakan harga dalam suatu kondisi
tertentu. Sikap ini merupakan akumulasi dari berbagai faktor fundamental
1
dan teknikal, termasuk di dalamnya pola pembentukan harga serta rilis
data ekonomi ataupun berita global yang dianggap penting. Aneka faktor
tersebut secara bersama membentuk suatu persepsi komunitas pasar
investasi.
 Market sentiment juga penting bagi investor kontrarian yang suka
melakukan trading dengan arah yang berlawanan dari konsensus yang
berlaku. Misalnya, jika semua orang membeli, seorang yang melawan arus
akan menjualnya.Investor biasanya menggambarkan sentimen pasar
sebagai bearish atau bullish. Saat bearish sedang memegang kendali, maka
harga saham akan turun. Namun ketika bullish memegang kendali, harga
saham akan naik. Emosi seringkali menggerakkan pasar saham, sehingga
sentimen pasar tidak selalu identik dengan nilai fundamentalnya. Artinya,
sentimen pasar adalah tentang perasaan dan emosi, sedangkan nilai
fundamental adalah tentang kinerja bisnis.Beberapa investor mendapat
untung dengan menemukan saham yang dinilai terlalu tinggi atau terlalu
rendah berdasarkan sentimen pasarnya. Mereka menggunakan berbagai
indikator untuk mengukur sentimen pasar yang membantu menentukan
saham terbaik untuk diperdagangkan. Indikator sentimen populer meliputi
CBOE Volatility Index (VIX), High-Low Index, Bullish Percent Index
(BPI), dan moving average.
 Ada beberapa jargon populer terkait sentimen pasar. Yang paling umum
adalah istilah sentimen bullish dan bearish. Naiknya harga
mengindikasikan bahwa sentimen pasar sedang bullish, sedangkan
penurunan harga merupakan indikasi bearish.
1. Sentimen Bullish: Pelaku pasar optimis mengenai suatu aset, sehingga
ramai melakukan pembelian dan mendorong harga aset tersebut
meningkat.
2. Sentimen Bearish: Pelaku pasar pesimis mengenai suatu aset, sehingga
ramai menjual aset tersebut dan mendorong harga aset tersebut jatuh.
3. Sentimen Penghindaran Risiko (High Risk Aversion, Low Risk Appetite):
Terjadi peningkatan risiko di pasar, sehingga investor dan trader ramai-
ramai mengamankan dananya di aset-aset berisiko rendah dan safe haven,
seperti Emas, Obligasi Pemerintah AS, Yen Jepang, dan Swiss Franc.
4. Minat Risiko Tinggi (High Risk Appetite, Low Risk Aversion):
Ketidakpastian dan risiko di pasar cenderung menurun, sehingga investor
dan trader berani untuk menanamkan dananya di aset-aset berisiko lebih
tinggi, seperti saham, mata uang negara berkembang.
 Market sentiment mendorong permintaan dan penawaran, yang pada
gilirannya menyebabkan pergerakan harga. Sentimen pasar menjadi bullish
ketika harga naik, sedangkan akan menjadi bearish ketika harga turun.
Trader akan menggabungkan indikator sentimen pasar dengan kerangka
kerja perdagangan atau bentuk analisis lainnya untuk memperbaiki sinyal
masuk dan keluar. Kunci untuk mendapatkan maximum return bagi
investor adalah dengan mengukur mood dengan benar dan bertindak lebih
cepat.
1. Teori Behavioral Financial

2
Teori behavioral financial atau perilaku keuangan, yang disusun oleh
Kahneman & Tversky, menunjukkan berbagai bentuk "irasionalitas"
investor yang berlandaskan aspek psikologis. Ada semakin banyak bukti
yang menunjukkan bahwa investor sangat rasional, dan keputusan mereka
seringkali tidak mengacu pada aturan fundamental, tetapi dipandu oleh
persepsi dunia mereka sendiri atau keputusan investor lain.Bias kognitif
dan emosional investor – seperti terlalu percaya diri pada kemampuan
mereka untuk meramalkan, menggunakan aturan praktis dalam alokasi
investasi, mengalami kesulitan menyesuaikan pandangan mereka dengan
informasi baru, ketergantungan yang berlebihan pada kinerja masa lalu –
memainkan peran besar dalam menentukan perilaku investor dalam pasar,
menjadi lebih sering mengarah pada keputusan investasi yang bias.

2. Teori Animal Spirit


Teori Animal Spirit yang diciptakan oleh John Maynard Keynes
mengasumsikan bias kognitif seperti itu di mana di bawah ketidakpastian,
individu didominasi oleh naluri mereka, dan tindakan mereka ditentukan
oleh sentimen mereka sendiri. Ketika pasar sedang melonjak, investor akan
berbondong-bondong ke sana, mengharapkan keuntungan yang semakin
tidak realistis dan mengalokasikan portofolio mereka sesuai dengan itu.
Ketika penurunan yang tak terhindarkan terjadi, investor akan menjadi
semakin pesimis namun secara mengejutkan mempertahankan portofolio
berisiko mereka untuk menghindari kapitalisasi kerugian. Perilaku kawanan
ini dengan demikian pasti berkaitan dengan sentimen pasar dan
memungkinkan antusiasme irasional, yang sering dimanifestasikan dalam
bentuk harga dan bubble yang tidak efisien.

Anda mungkin juga menyukai