Anda di halaman 1dari 26

Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 1

Vol. 3, No. 1, Maret 2022

Analisis Yuridis Hapusnya Hutang Gadai Tanah Berdasarkan PERPPU Nomor 56 Tahun
1960 Tentang Gadai Tanah Pertanian
(Studi Putusan Mahkamah Agung No. 255 K/Pdt/2018)
1
Muhammad Umar, 2Sutiarnoto, 3Jelly Leviza
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
1
mhd.umar10@gmail.com, 2sutiarnoto@usu.ac.id, 3jelly@usu.ac.id

Abstrak
Gadai tanah ini telah diatur oleh Perpu Nomor 56 tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah
Pertanian namun masih ditemukan pelaksanaaan gadai tanah yang menyimpang dari Aturan Perppu
tersebut. Hal ini ditemukan dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 255 K/Pdt/2018. Rumusan
permasalahan penelitian adalah bagaimana tinjauan hak atas tanah sebagai objek jaminan utang
gadai yang tidak didaftar akta hak tanggungan dalam kaitannya dengan Perpu Nomor 56 tahun 1960
tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian, bagaimana perlindungan hukum terhadap penggadai
apabila pemegang gadai tidak melaksanakan ketentuan Perpu Nomor 56 tahun 1960 tentang
Penetapan Luas Tanah Pertanian, bagaimana analisis hukum terhadap sengketa gadai dalam
putusan Mahkamah Agung Nomor 255 K/Pdt/2018. Hasilnya disimpulkan bahwa tinjauan hak atas
tanah sebagai objek jaminan utang gadai yang tidak daftar Akta Hak Tanggungan dalam kaitannya
dengan Perppu Nomor 56 tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian adalah
kreditur/pemegang gadai tidak dapat menikmati keistimewaan dari ketentuan yang diberikan UUHT
Nomor 1996 yaitu Droit de Preverence, kemudahan dalam eksekusi objek jaminan dan
kreditur/pemegang gadai tidak mendapatkan kepastian hukum atas prestasi debitur/penggadai.
Perlindungan hukum terhadap penggadai apabila pemegang gadai yang tidak melaksanakan
Perppu Nomor 56 tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian adalah dihapuskannya
kewajiban untuk pembayaran pelunasan utang jika telah mencapai waktu 7 tahun. Pertimbangan
majelis hakim telah tepat mewajibkan Pemegang Gadai mengembalikan tanah tersebut kepada
Tergugat (Penggadai) dengan tidak ada hak untuk menuntut pembayaran tebusan sesuai ketentuan
Pasal 7 ayat (1) Perppu Nomor 56 tahun 1960. Disarankan sebaiknya tanah yang dijadikan sebagai
jaminan utang diikat dengan UUHT, sebaiknya BPN (Badan Pertanahan Nasional) meninjau ulang
efektivitas Perpu Nomor 56 tahun 1960, sebaiknya Putusan Mahkamah Agung Nomor
255K/PDT/2018 dapat menjadi yurisprudensi bagi perkara perkara lain yang serupa.
Kata kunci : Gadai tanah pertanian, hak atas tanah

Abstract
This land pawn has been regulated by Perpu Number 56 of 1960 concerning Determination of
Agricultural Land Areas, but there are still implementations of land pawning that deviate from the
Perppu Rules. This is found in the Supreme Court Decision Number 255 K/Pdt/2018. The formulation
of the research problem is how to review land rights as an object of collateral for pawning debt that
is not registered with a mortgage deed in relation to Perpu Number 56 of 1960 concerning
Determination of Agricultural Land Areas, how is legal protection against pawners if the pawn holder
does not implement the provisions of Perpu Number 56 of 1960 regarding Determination of
Agricultural Land Area, how is the legal analysis of pawn disputes in the Supreme Court's decision
Number 255 K/Pdt/2018. The results concluded that the review of land rights as objects of collateral
for mortgage loans that are not listed in the Mortgage Deed in relation to Perppu Number 56 of 1960
concerning Determination of Agricultural Land Areas is that creditors / pawn holders cannot enjoy
the privileges of the provisions provided by UUHT Number 1996, namely Droit de Preverence, ease
of execution of the object of collateral and creditors/ pawnbrokers do not get legal certainty over the
achievements of the debtor/ pawnbroker. Legal protection for pawnbrokers if the pawnbroker does
not implement Perppu Number 56 of 1960 concerning Determination of Agricultural Land Area is the
abolition of the obligation to pay off debt if it has reached 7 years. The consideration of the panel of
judges has rightly required the Pawn Holder to return the land to the Defendant (Pegadai) with no
right to demand a ransom payment in accordance with the provisions of Article 7 paragraph (1)
Perppu Number 56 of 1960. It is recommended that land used as collateral for debt be tied with
UUHT, BPN (National Land Agency) should review the effectiveness of Perpu Number 56 of 1960,
preferably Supreme Court Decision Number 255K/PDT/2018 can serve as jurisprudence for other
similar cases.
Keywords: Pawn agricultural land, land rights
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 2
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

I. Pendahuluan bentuk (gadai, bagi-hasil dan lain-


A. Latar Belakang lainnya), hal mana bertentangan pula
Dalam hukum belanda ada sebuah dengan prinsip sosialisme Indonesia.”
analogi yang menyamakan perjanjian dengan
undang undang. Adagium ini bersumber pada Berdasarkan bagaian penjelasan
asas pacta sun servanda (janji adalah utang, PERPPU No. 56 tahun 1960 tentang
utang harus dibayar).1 Namun didalam Pasal Penetapan Luas Tanah Pertanian tersebut,
7 ayat 1 Peraturan Pemerintah Pengganti ternyata praktik gadai tanah yang terjadi di
Undang-Undang (PERPPU) Nomor 56 Tahun masyarakat mengandung unsur unsur
1960 tentang Penetapan Luas Tanah pemerasan sehingga diterbitkanlah undang
Pertanian disebutkan barang siapa undang ini untuk membatasi praktik yang
menguasai tanah pertanian dengan hak gadai demikian. Meskipun PERPPU No. 56 tahun
yang sudah berlangsung 7 tahun atau lebih 1960 tentang Penetapan Luas Tanah
wajib mengembalikan tanah itu kepada Pertanian ini telah diundangkan oleh
pemiliknya dalam waktu sebulan setelah pemerintah namun dalam praktiknya masih
tanaman yang ada selesai di panen, dengan terjadi pemegang gadai yang menguasai
tidak ada hak untuk menuntut pembayaran tanah gadai milik penggadai lebih dari masa
uang tebusan. gadai 7 tahun sebagaimana yang ditentukan.
Perubahan atau penghentian suatu Bahkan terhadap hak atas tanah yang
perjanjian dapat dilakukan atas dasar dijadikan sebagai jaminan utang, telah terbit
keadilan (Rebus Sic Stantibus). Dalam bagian Undang-Undang No.4 Tahun 1996 Tentang
penjelasan Perppu Nomor 56 Tahun 1960 Hak Tanggungan (UUHT) sebagai satu
tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian satunya lembaga jaminan atas tanah. Namun
dijabarkan mengenai ketidakadilan yang praktik gadai tanah masih terus terjadi di
bagaimana yang melatar belakangi terbitnya masyarakat.
PERPPU ini. Pengaturan hukum tentang praktik gadai
“Bahwa ada orang-orang yang tanah yang terjadi di masyarakat tunduk
mempunyai tanah yang berlebih-
kepada aturan hukum adat. Dalam hukum
lebihan, sedang yang sebagian
terbesar lainnya tidak mempunyai adat hak gadai adalah penyerahan sebidang
atau tidak cukup tanahnya adalah
tanah milik seseorang kepada orang lain
terang bertentangan dengan azas
sosialisme Indonesia, yang untuk sementara waktu yang sekaligus diikuti
menghendaki pembagian yang
dengan pembayaran sejumlah uang oleh
merata atas sumber penghidupan
rakyat tani yang berupa tanah itu, pihak lain secara tunai, sebagai uang gadai
agar ada pembagian yang adil dan
dengan ketentuan bahwa pemilik tanah baru
merata pula dari hasil tanah-tanah
tersebut. Dikuasainya tanah-tanah memperoleh tanahnya kembali apabila
yang luas ditangan sebagian kecil
melakukan penebusan dengan sejumlah
para petani itu membuka pula
2
kemungkinan dilakukannya praktek- uang yang sama. Sedangkan gadai didalam
praktek pemerasan dalam segala

1 2
Dominicus Rato, Dasar- Dasar Ilmu Hukum: Urip Santoso, Hukum Agraia dan Hak-Hak
Memahami Hukum Sejak Dini , Prenada Media, Jakarta, Atas Tanah, Pranada Media, Jakarta, 2007, h.131
h. 146
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 3
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

PERPPU Nomor 56 tahun 1960 tentang Salah satunya adalah masalah dalam
Penetapan Luas Tanah Pertanian jaminan kepastian hukum suatu perjanjian
didefenisikan sebagai suatu hubungan antara gadai tanah yang menggunakan bukti tertulis
seseorang dengan tanah kepunyaan orang tetapi jangka waktu dalam perjanjian telah
lain yang mempunyai utang uang kepadanya melanggar Pasal 7 Prp No 56/1960, karena
selama utang tersebut belum dibayar lunas tanah yang dikuasai penerima gadai telah
maka tanah itu tetap berada dalam lewat dari 7 tahun dan tanah tersebut tidak
penguasaan yang meminjamkan uang tadi dikembalikan kepada yang pemilik tanah.6
(pemegang gadai) selama itu pula hasil tanah Permasalahan mengenai gadai tanah
seluruhnya menjadi hak pemegang gadai tersebut ditemukan dalam sengketa gadai
yang dengan demikian merupakan bunga dari yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri
3
utang uang tersebut. Lubuk Pakam Nomor 93/Pdt.G/2015/PN/Lbp
Hukum adat merupakan cerminan jiwa juncto Putusan Pengadilan TInggi Medan
4
masyarakat Indonesia. Hukum adat pada 97/Pdt/2016/PT.MDN juncto Putusan
hakikatnya merupakan hukum kebiasaan Mahkamah Agung Nomor 255 K/Pdt/2018.
artinya kebiasaan kebiasaan yang Para pihak dalam perkara ini adalah Ah
mempunyai akibat hukum. Kebiasaan yang Wang sebagai pemilik tanah
merupakan hukum adat adalah perbuatan (Penggadai/Tergugat) melawan Tan Kun Bun
yang di ulang –ulang dalam bentuk yang (Pemegang Gadai/Penggugat). Pada tanggal
sama.5 1 Januari 2006, Penggadai melakukan
Lembaga gadai dalam hukum adat ini perjanjian gadai tanah dengan Pemegang
cenderung dipilih masyarakat karena terdapat Gadai. Di dalam surat perjanjian gadai
kemudahan di dalam prosedurnya tersebut, Penggadai menggadaikan tanah
dibandingkan dengan lembaga jaminan miliknya seluas ± 2000𝑚2 (dua ribu meter
lainnya yang sudah ada dengan penggunaan persegi) yang terletak di Dusun XV Desa
prosedur yang rumit. Akan tetapi hal ini tidak Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang
juga lepas dari beberapa kelemahan, hal ini kepada Pemegang Gadai. Harga gadai yang
dikarenakan hukum yang mengatur telah di terima Penggadai adalah sebesar Rp
permasalahan gadai tanah ini tidak bersifat 60.000.000.00 (enam puluh juta rupiah).
baku dan tertulis. Dalam prakteknya gadai Dalam kesepakatan gadai tersebut, Para
yang dilangsungkan hanyalah berdasarkan pihak sepakat bahwa Penggadai akan
pada kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di melunasi pinjaman selambat-lambatnya 2
masyarakat. Sehingga sebagai akibatnya (dua) tahun yaitu sampai tanggal 01 Januari
dapat timbul berbagai permasalahan dalam 2008. Selama perjanjian gadai berlangsung,
pelaksanaan dalam gadai tanah ini. surat bukti kepemilikan tanah Penggadai

3 5
Dalam Pasal 9a UU No. 56 Prp tahun 1960 Tolib Setiady, Intisari Hukum Adat Indonesia,
tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian Alfabeta, Bandung, h. 8
4 6
Surojo Wigjodipuro, Surojo W., Pengantar Proklamasi Singarimbun, Efektifitas Putusan
dan Azas-Azas Hukum Adat, Alumni, Bandung, 1978, h Mahkamah agung Nomor 626/K/Pdt/2010 Terhadap
7. Masalah Gadai Tanah Pertanian, Studi di Kabupaten
Tanah Karo, Magister Kenotariatan USU, 2015.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 4
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

dipegang oleh Pemegang Gadai. Selain itu PERPPU Nomor 56 tahun 1960 tentang
Penggadai juga menggarap tanah objek gadai Penetapan Luas Tanah Pertanian?
meskipun Penggadai masih bertempat tinggal 3. Bagaimana analisis hukum atas sengketa
di objek gadai tersebut. gadai dalam putusan Mahkamah Agung
Hingga tempo yang ditentukan, Nomor 255 K/Pdt/2018?
Penggadai tidak mampu menebus tanah
gadai sesuai waktu yang diperjanjikan. C. Metode Penelitian
Sehingga perjanjian gadai tanah terus Setiap penelitian pada hakekatnya

berlangsung hingga lebih dari tujuh tahun. mempunyai metode penelitian masing-

Meskipun ketentuan Pasal 7 ayat 1 PERPPU masing dan metode penelitian tersebut

Nomor 56 Prp Tahun 1960 menyatakan hak ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.7

gadai yang sudah berlangsung 7 tahun atau Metode penelitian hukum merupakan suatu

lebih wajib mengembalikan tanah itu kepada cara yang teratur (sistematis) dalam
8
pemiliknya dalam waktu sebulan setelah melakukan sebuah penelitian. Metode

tanaman yang ada selesai di panen, dengan penelitian yang digunakan dalam penelitian

tidak ada hak untuk menuntut pembayaran tesis ini adalah :

uang tebusan, namun Pemegang Gadai terus


menguasai dan memungut hasil daripada 1. Jenis dan Sifat penelitian

objek gadai. Jenis penelitian yang digunakan dalam


penelitian ini adalah metode penelitian hukum
normatif. Metode penelitian hukum normatif
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang atau metode penelitian hukum kepustakaan

tersebut diatas, dapat dirumuskan beberapa adalah metode atau cara yang dipergunakan

pokok permasalahan yang akan dibahas di dalam penelitian hukum yang dilakukan

dalam penelitian ini, yaitu : dengan cara meneliti bahan pustaka yang

1. Bagaimana tinjauan hak atas tanah ada.9Tahapan pertama penelitian hukum

sebagai objek jaminan utang gadai yang normatif adalah penelitian yang ditujukan

tidak didaftar akta hak tanggungan dalam untuk mendapatkan hukum obyektif (norma

kaitannya dengan PERPPU Nomor 56 hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian

tahun 1960 tentang Penetapan Luas terhadap masalah hukum. Tahapan kedua

Tanah Pertanian? penelitian hukum normatif adalah penelitian

2. Bagaimana perlindungan hukum yang ditujukan untuk mendapatkan hukum

terhadap penggadai apabila pemegang subjektif (hak dan kewajiban).10Penelitian ini

gadai tidak melaksanakan ketentuan mempergunakan metode yuridis normatif


untuk meneliti norma-norma hukum tentang

7 9
Jujun Suria Sumantri, Filsafat Hukum Suatu Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
1995, h. 328. Cetakan ke – 11, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009,
8
Abdul kadir Muhammad, Hukum dan h. 13 – 14.
Penelitian Hukum, Cetakan ke-1, Citra Aditya Bakti, 10
Hardijan Rusli, “Metode Penelitian Hukum
Bandung, 2004, h. 57. Normatif : Bagaimana?”, Law Review Fakultas Hukum
Universitas Pelita Harapan, Vol. V, No. 3, 2006, h. 50.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 5
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

gadai yang terdapat dalam peraturan f. Putusan Pengadilan Tinggi Nomor


perundang-undangan dan putusan hakim. 97/Pdt/2016/PT.MDN.
Sifat penelitian yang digunakan dalam g. Putusan Pengadilan Negeri Nomor
penulisan tesis ini adalah bersifat deskiptif 93/Pdt.G/2016/PN.Lbp.
analitis.Deskriptif maksudnya untuk 2) Bahan hukum sekunder adalah bahan
mengetahui gambaran secara menyeluruh hukum berupa buku-buku,jurnal-jurnal,
dan sistematis mengenai peraturan yang makalah-makalah, hasil penelitian,
dipergunakan yang berkaitan dengan majalah serta bahan-bahan hukum yang
masalah yang dikaji. Analitis adalah berkaitan dengan permasalahan.
mengungkapkan karakteristik objek dengan 3) Bahan hukum tersier adalah bahan –
cara mengurai dan menafsirkan fakta – fakta bahan hukum yang menjelaskan bahan
11
tentang pokok persoalan yang diteliti. hukum primer dan sekunder,13 seperti
Deskriptif analitis yaitu analisis data yang kamus hukum, KBBI, ensiklopedia,dll.
berdasarkan pada teori hukum yang bersifat 3. Teknik dan alat pengumpulan data
umum diaplikasikanuntuk menjelaskan a. Teknik pengumpulan data
tentang seperangkat data yang lain.12 Teknik pengumpulan data yang
2. Sumber Data digunakan dalam penelitian ini yaitu
Sumber data yang digunakan dalam penelitian kepustakaan (Library
penelitian hukum normatif ini diambil dari data Research).Penelitian kepustakaan
sekunder yang dibagi menjadi beberapa dilakukan untuk mengumpulkan data
bahan hukumyaitu: sekunder melalui pengkajian
1) Bahan hukum primer merupakan terhadap peraturan perundang –
peraturan perundang – undangan yang undangan, literatur – literatur, tulisan
terkait dengan permasalahan, yaitu : – tulisan para pakar hukum, bahan
a. Undang – Undang Dasar 1945. kuliah yang berkaitan dengan
b. Kitab Undang – Undang Hukum penelitian ini.14
Perdata.
c. Undang – Undang Nomor 5 Tahun b. Alat pengumpulan data
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Alat pengumpulan data yang
– Pokok Agraria. digunakan dalam penelitian ini adalah
d. Peraturan Pemerintan Pengganti studi dokumen, digunakan untuk
Undang – Undang Nomor 56 Tahun memperoleh data sekunder dengan
1960 tentang Penetapan Luas Tanah membaca, mempelajari, meneliti,
Pertanian. mengidentifikasi dan menganalisis
e. Putusan Mahkamah Agung Nomor data sekunder yang berkaitan dengan
255/K/Pdt/2018. materi penelitian.Data ini diperoleh
dengan mempelari buku-buku, hasil

11 13
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Ibid., h. 55.
14
Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h. 105. Riduan, Metode & Teknik Menyusun Tesis,
12
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Bina Cipta, Bandung, 2004, h. 97.
Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, h. 38.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 6
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

penelitian dan dokumen-dokumen hukum jaminan adalah benda jaminan dari


perundang-undangan. debitur. Unsur-unsur hukum jaminan adalah:
4. Analisis data 1. Adanya kaidah hukum dalam bidang
Analisis data merupakan proses jaminan yaitu:
mengorganisasikan dan mengurai data ke a. Kaidah hukum jaminan tertulis,
dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar adalah kaidah-kaidah hukum yang
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat terdapat dalam peraturan
dirumuskan hipotesa kerja seperti yang perundangundangan, traktat dan
15
disarankan data. Penelitian ini yurisprudensi.
menggunakan analisis data kualitatif, yang b. Kaidah hukum jaminan tidak tertulis,
artinya data diuraikan secara deskriptif, adalah kaidah-kaidah hukum jaminan
sebagaimana bentuk – bentuk penelitian ilmu yang tumbuh, hidup, dan berkembang
sosial, bila dilakukannya sebuah penelitian dalam masyarakat. Hal ini terlihat
atas ilmu tersebut. Selanjutnya ditarik pada gadai tanah dalam masyarakat
kesimpulan dengan menggunakan metode yang dilakukan secara lisan.
berpikir deduktif, yaitu cara berpikir yang 2. Adanya pemberi dan penerima jaminan,
dimulai dari hal – hal yang umum untuk yang dimaksud pemberi jaminan adalah
selanjutnya menarik hal – hal yang khusus, orang atau badan hukum yang
dengan menggunakan ketentuan menyerahkan barang jaminan kepada
berdasarkan pengetahuan umum seperti teori penerima jaminan, yang membutuhkan
– teori, dalil – dalil atau prinsip – prinsip dalam fasilitas kredit yang lazim disebut debitur.
bentuk proposisi-proposisi untuk menarik Sedangkan yang dimaksud penerima
kesimpulan terhadap fakta – fakta yang jaminan adalah orang atau badan hukum
16
bersifat khusus. yang menerima barang jaminan dari
pemberi jaminan. Badan hukum sebagai
II. Hasil Penelitian penerima jaminan adalah lembaga yang
A. Tinjauan Hak Atas Tanah Sebagai Objek
Jaminan Utang Gadai Yang Tidak memberikan fasilitas kredit,dapat berupa
Didaftar Akta Hak Tanggungan Dalam lembaga perbankan dan atau lembaga
Kaitannya Dengan PERPPU No. 56
Tahun 1960 Tentang Penetapan Luas keuangan non bank.
Tanah Pertanian 3. Adanya fasilitas kredit, dalam
Hukum jaminan adalah merupakan pembebanan jaminan yang dilakukan
keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang oleh pemberi jaminan bertujuan untuk
mengatur hubungan hukum antara pemberi mendapatkan fasilitas kredit dari bank
dan penerima jaminan dalam aitannya atau lembaga keuangan non bank.
dengan pembebanan jaminan untuk Pemberian kredit merapakan pemberian
mendapatkan fasilitas kredit.17 Obyek kajian uang berdasarkan kepercayaan, dalam

15 17
Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Salim, HS, 2004, Perkembangan Hukum
Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung 1983, h 103. Jaminan di Indonesia, Raja Grafindo Persada,
16
Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Jakarta, h. 6
Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, h. 109.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 7
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

arti bank atau lembaga keuangan non Hak atas tanah sering dijadikan sebagai
bank percaya bahwa debitur sanggup jaminan dalam peminjaman sejumlah uang
untuk mengembalikan pokok pinjaman yang biasanya uang tersebut digunakan untuk
dan bunganya. Begitu juga debitur keperluan ekonominya. Dalam hal ini yang
percaya bahwa bank atau lembaga dimaksud adalah hak atas tanah yang
keuangan non bank dapat memberikan melekat pada tanah tersebut bukan tanah
kredit kepadanya. dalam pengertian umum. Dalam UUPA
4. Adanya jaminan, pada dasarnya jaminan dijelaskan hak atas tanah yang dikuasai oleh
yang diserahkan kepada kreditur adalah perseorangan maupun badan hukum
jaminan materiil dan imateriil. Jaminan haruslah memiliki sertipikat hak milik,
materiil merupakan jaminan yang berupa sertipikat itu merupakan bukti otentik yang
hak-hak kebendaan, seperti jaminan atas menyatakan suatu bukti kepemilikan atas
benda bergerak dan benda tidak sebidang tanah, sesuai dengan keterangan
bergerak. Jaminan imateriil merupakan yang tercantum dalam sertipikat.
18
jaminan non kebendaan. Dalam Pasal 20 UUPA dijelaskan bahwa
Dalam kegiatan pinjam-meminjam uang hak milik adalah hak turun temurun, terkuat
pada umumnya dipersyaratkan adanya dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas
penyerahan jaminan oleh pihak peminjam tanah, dengan mengingat ketentuan Pasal 6
kepada pihak pemberi jaminan. Jaminan ini UUPA. Hak milik dapat beralih dan dialihkan
dapat berupa barang (benda), dapat berupa kepada pihak lain. Sedangkan jenis jenis hak
jaminan perorangan. Dalam jaminan milik dalam pasal 16 UUPA adalah:
kebendaan memberikan hak kebendaan a) Hak milik.
kepada pemegang jaminan, b) Hak guna usaha.
sedangkan jaminan perorangan berupa janji c) Hak guna bangunan.
19
penanggungan hutang. Jaminan kebendaan d) Hak pakai
adalah jaminan berupa harta benda dengan e) Hak sewa
cara pemisahan bagian dari harta kekayaan, f) Hak membuka tanah.
baik dari debitur maupun pihak ketiga, guna g) Hak memungut hasil hutan
menjamin pemenuhan kewajiban debitur yang Dalam angka 5 (lima) Penjelasan
bersangkutan dari cidera janji. Sedangkan Undang Undang No. 4 tahun 1996 tentang
yang dimaksud jaminan perorangan Hak Tangggungan dan Benda Benda Yang
(Borgtoch/Personal guarantiee) adalah Berkaitan Dengan Tanah (UUHT) dijelaskan
jaminan berupa pernyataan kesanggupan bahwa Hak Tanggungan merupakan satu-
yang diberikan oleh seorang pihak ketiga satunya lembaga hak jaminan atas tanah. Hak
untuk menjamin pemenuhan kewajiban atas tanah yang dapat dijadikan jaminan
debitur kepada kreditur,apabila debitur yang utang dengan dibebani Hak Tanggungan
bersangkutan wanprestasi. adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, dan Hak

18 19
Ibid, h. 7-8 M. Bahsan, 2007, Hukum Jaminan dan
Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Raja Grafindo,
Jakarta, h. 2
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 8
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

Guna Bangunan, sebagai hak-hak atas tanah Hak Tanggungan dalam kaitannya dengan
yang wajib didaftar dan menurut sifatnya PERPPU No. 56 tahun 1960 tentang
dapat dipindahtangankan. Hak Tanggungan Penetapan Luas Tanah Pertanian adalah:
itu baru lahir pada saat dibukukannya dalam 1. Kreditur tidak dapat menikmati
buku-tanah di Kantor Pertanahan. keistimewaan dari ketentuan yang
Fungsi suatu pendaftaran hak diberikan UUHT No. 4 tahun 1996 yaitu:
tanggungan terhadap hak milik atas tanah a. Droit de Preverence (Dalam Pasal 1
adalah untuk menimbulkan suatu akibat angka 1 UUHT)
hukum yang secara sah mengikat terhadap Kreditur pemegang Hak Tanggungan
para pihak-pihak yang memperjanjikannya, di memiliki hak untuk mengambil
dalam hal ini yaitu pihak debitur sebagai terlebih dahulu atas pelunasan
pemberi hak tanggungan dan pihak kreditur piutangnya dari hasil penjualan objek
sebagai penerima hak tanggungan. Dengan jaminan dari pada kreditur yang lain.21
adanya pendaftaran tersebut tidak saja Berbeda apabila kreditur tersebut
berakibat terhadap para pihak-pihak yang hanyalah pemegang jaminan
memperjanjikannya, akan tetapi pendaftaran perorangan seperti dalam gadai
ini dimaksudkan untuk sebagai publikasi yang tanah, maka kreditur hanya sebagai
bersifat pengumuman kepada masyarakat kreditur konkuren, artinya di antara
luas secara umum. Sehingga dengan kreditur-kreditur tersebut tidak ada
demikian pihak ketiga atau pihak lainnya yang didahulukan pelunasan
dapat mengetahui adanya pembebanan hak piutangnya sebagaimana ditentukan
tanggungan tersebut. dalam Pasal 1132 BW. Pasal 1132
Dalam hukum adat tidak dikenal lembaga BW menentukan hasil penjualan
hak jaminan atas tanah dalam pengertian benda-benda debitur akan dibagi
sebagaimana diuraikan diatas, yaitu bahwa menurut perbandingan piutang
jika debitur tidak memenuhi kewajibannya masing-masing kreditur.
tanah yang ditunjuk sebagai agunan akan b. Mudah dan pasti dalam melakukan
dilelang oleh kreditor untuk pelunasan eksekusi.(Dalam Pasal 6 dan Pasal
piutangnya.20 Dalam hukum adat yang terjadi 20 UUHT)
adalah diperjanjikan bahwa selama utangnya Kreditur/Pemegang Gadai dapat
belum lunas dibayar, debitur tidak akan segera melakukan eksekusi melalui
melakukan hukum apapun dengan pihak lain pelelangan umum dengan cara
mengenai tanah yang dijadikan jaminan. mengajukan permohonan kepada
Selama itu tanah yang digadaikan tetap kepala kantor lelang apabila debitur
dikuasai kreditur. wanprestasi. Terdapat title
Implikasi hukum hak atas tanah sebagai eksekutorial di dalam sertipikat Hak
objek jaminan gadai yang tidak daftar Akta Tanggungan dengan irah-irah “DEMI

20
Umar Ma’ruf, Op.Cit., h. 60 21
Harsono, Boedi. .Hukum Agraria Indonesia
(Jilid 1 Hukum Tanah Nasional), Djambatan. Jakarta,
1999, .
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 9
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

KEADILAN BERDASARKAN 3. Pembersihan Hak Tanggungan


KETUHANAN YANG MAHA ESA” Berdasarkan Penetapan Peringkat
sehingga eksekusi obyek Hak Oleh Ketua Pengadilan Negeri
Tanggungan tidak lagi memerlukan Hapusnya hak atas tanah yang dibebani
persetujuan pemberi Hak Hak Tanggungan.23
Tanggungan maupun tidak perlu
c. Perlindungan Hukum Terhadap
meminta penetapan pengadilan.
Penggadai Apabila Pemegang Gadai
Selain itu kreditur/pemegang gadai Tidak Melaksanakan Ketentuan
PERPPU No. 56 Tahun 1960 Tentang
tetap dapat menjual jaminan dibawah
Penetapan Luas Tanah Pertanian
tangan berdasarkan kesepakatan
CST Kansil menyatakan perlindungan
dengan debitur.
hukum adalah segala upaya hukum harus
2. Kreditur/Pemegang gadai tidak
diberikan oleh aparat penegak hukum demi
mendapatkan kepastian hukum atas
memberikan rasa aman, baik secara pikiran
prestasi Debitur/Penggadai.
maupun fisik dari gangguan dan berbagai
Dalam Pasal 7 ayat 1 PERPPU No.56
ancaman dari pihak manapun.24 Sedangkan
tahun 1960 tentang Penetapan Luas
menurut Sajipto Rahardjo perlindungan
Tanah Pertanian, hak gadai secara
hukum itu adalah adanya upaya melindungi
hukum berakhir jika hak gadai itu sudah
kepentingan seseorang dengan cara
berlangsung 7 tahun atau lebih.22
mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya
Meskipun debitur tidak menunaikan
untuk bertindak dalam rangka
prestasinya (melakukan pelunasan utang)
25
kepentingannya tersebut. Philipus M Hadjon
kepada kreditur, setelah daluarsa masa
dalam C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu hukum
gadai tanah, maka tanah harus
dan Tata Hukum Indonesia menyatakan,
dikembalikan kepada pemilik tanah tanpa
perlindungan hukum adalah perlindungan
uang tebusan dalam waktu sebulan
akan harkat dan martabat,serta pengakuan
setelah tanaman yang ada dipanen.
terhadap hak – hak asasi manusia yang
Apabila objek jaminan gadai itu
dimiliki oleh subyek hukum berdasakarkan
didaftarkan Akta Hak Tanggungan, maka
ketentuan umum dari kesewangan atau
objek jaminan tersebut tidak dapat hapus
sebagai kumpulan peraturan atau kaidah
karena telah melewati masa daluarsa
yang akan dapat melindungi suatu hal
gadai melainkan karena:
lainnya.26
1. Hapusnya utang yang dijamin dengan
Perlindungan hukum dapat dibedakan
Hak Tanggungan
menjadi dua macam yaitu:
2. Dilepaskannya Hak Tanggungan oleh
Pemegang Hak Tanggungan

22 25
Dalam Pasal 7 Perpu No. 56 tahun 1960 Sajipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain dari Hukum di
23
Dalam Pasal 18 UUHT Indonesia, Kompas, Jakarta, 2003,
24
C.S.T Kansil, Op.Cit h. 40 h. 121.
26
C.S.T Kansil, Op.Cit. h.40
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 10
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

a) Perlindungan Hukum Preventif tidak melanggar hukum. Dan tidak


Perlindungan yang diberikan dengan seorangpun boleh dirampas miliknya dengan
tujuan untuk mencegah sebelum sewenang-wenang dan secara melawan
terjadinya pelanggaran. hukum.
b) Perlindungan Hukum Represif Dari ketentuan dalam Undang-Undang
Perlindungan akhir berupa sanksi seperti Nomor 39 Tahun 1999 di atas, maka dapat
denda atau ganti kerugian yang diberikan diketahui bahwa kewajiban memberikan
apabila sudah terjadi sengketa atau telah perlindungan terhadap pemegang hak atas
27
dilakukan suatu pelanggaran. tanah ada pada Negara atau pemerintah
Prinsip perlindungan hukum bertumpu sebagai organisasi kekuasaan rakyat. Untuk
dan bersumber dari konsep tentang mendapatkan perlindungan hukum
pengakuan dan perlindungan terhadap hak- dibutuhkan sarana untuk mencapainya.
hak asasi manusia. Lahirnya konsep-konsep Menurut Philipus M Hadjon sarana
tentang pengakuan dan perlindungan perlindungan hukum terbagi dua macam
terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan yaitu:
kepada pembatasan-pembatasan dan 1. Sarana Perlindungan Hukum Preventif
peletakan kewajiban masyarakat dan Pada perlindungan hukum preventif ini,
pemerintah. Pemerintah wajib dan subyek hukum diberikan kesempatan
bertanggung jawab menghormati, melindungi, untuk mengajukan keberatan atau
menegakkan, dan memajukan hak asasi pendapatnya sebelum suatu keputusan
manusia yang diatur dalam Undang-undang, pemerintah . Tujuannya adalah
peraturan perundnag-undangan lain, dan mencegah terjadinya sengketa.
hukum internasional tentang hak asasi Perlindungan hukum preventif sangat
manusia yang diterima oleh Negara Republik besar artinya bagi tindak pemerintahan
28
Indonesia. yang didasarkan pada kebebasan
Dalam Pasal 29 ayat 1 Undang Undang bertindak karena dengan adanya
No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi perlindungan hukum yang preventif
Manusia dijelaskan bahwa setiap orang pemerintah terdorong untuk bersifat hati-
berhak atas perlindungan diri pribadi, hati dalam mengambil keputusan yang
keluarga, kehormatan, martabat, dan hak didasarkan pada diskresi. Di indonesia
miliknya. Lebih lanjut dalam Pasal 36 ayat 1 belum ada pengaturan khusus mengenai
dan 2 Undang Undang No. 39 tahun 1999 perlindungan hukum preventif.29
tentang Hak Asasi Manusia dijelaskan bahwa 2. Sarana Perlindungan Hukum Represif
setiap orang berhak mempunyai milik, baik Perlindungan hukum yang represif
sendiri maupun bersama-sama dengan orang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.
lain demi pengembangan dirinya, keluarga, Penanganan perlindungan hukum oleh
bangsa, dan masyarakat dengan cara yang Pengadilan Umum dan Pengadilan

27 29
Eli Wuria Dewi, Hukum Perlindungan Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum
Konsumen, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2015, h.20 Bagi Rakyat di Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya. h.20
28
Dalam Pasal 71 Undang Undang Nomor 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 11
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

Administrasi di Indonesia termasuk d. dicabut untuk kepentingan umum


kategori perlindungan hukum ini. Prinsip e. Tanah musnah karena bencana alam,
perlindungan hukum terhadap tindakan seperti banjir atau longsor, maka dalam
pemerintah bertumpu dan bersumber dari hal ini uang gadainya tidak dapat dituntut
konsep tentang pengakuan dan kembali oleh pemegang gadai.
perlindungan terhadap hak-hak asasi Perlindungan hukum terhadap
manusia karena menurut sejarah dari Penggadai apabila Pemegang Gadai tidak
barat, lahirnya konsep-konsep tentang melaksanakan ketentuan PERPPU Nomor 56
pengakuan dan perlindungan terhadap tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah
hak-hak asasi manusia diarahkan kepada Pertanian adalah dihapuskannya kewajiban
pembatasan pembatasan dan peletakan untuk pembayaran pelunasan utang jika telah
kewajiban masyarakat dan pemerintah. mencapai waktu 7 tahun. Perlindungan
Prinsip kedua yang mendasari hukum terhadap Penggadai diatur didalam
perlindungan hukum terhadap tindak Pasal 1 ayat 1 PERPPU No.56 tahun 1960
pemerintahan adalah prinsip negara tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian.
hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan Jika dilihat dari teori hukum, maka dapat
perlindungan terhadap hak-hak asasi dijelaskan bahwa subjek yang dirugikan
manusia, pengakuan dan perlindungan adalah Penggadai lalu subjek yang merugikan
terhadap hak-hak asasi manusia adalah pemegang gadai yang tidak
mendapat tempat utama dan dapat melaksanakan PERPPU No.56 tahun1960
dikaitkan dengan tujuan dari negara tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian.
hukum”. 30
Objeknya adalah tanah sebagai jaminan
Hak gadai dapat hapus seperti halnya utang gadai. Terakhir lembaga yang
hak atas tanah lainnya. Maksud dari memberikan perlindungan hukum dalam
hapusnya hak gadai bahwa pembeli gadai sengketa gadai ini adalah Mahkamah Agung
sudah tidak lagi memiliki hak atas tanah yang dalam Putusan No. 255 K/Pdt/2018.
sebelumnya dikuasai dengan hak gadai. Terkait dengan penyelesaian atas
Menurut Pasal 7 Undang-Undang No. sengketa gadai yang dihadapi oleh Penggadai
56/Prp/1960 hapusnya hak gadai itu antara tersebut diatas, aturan perundang undangan
lain disebabkan sebagai berikut: memberikan mekanisme terhadap
a. telah dilakukan penebusan oleh si penyelesaiannya. Dalam Pasal 4 Peraturan
pemberi gadai Menteri Pertanian dan Agraria Nomor. 20
b. sudah berlangsung 7 (tujuh) tahun bagi Tahun 1963 tentang Pedoman Penyelesaian
gadai tanah pertanian, tambak dan Masalah Gadai dijelaskan bahwa apabila
tanaman keras, terjadi sengketa antara pihak pihak yang
c. putusan pengadilan dalam rangka berkepentingan maka:
menyelesaikan gadai dengan “milik- a. Pada tingkat pertama penyelesaiannya
beding” supaya diusahakan secara musyarawah

30
Ibid
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 12
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

antara penggadai dan pemegang-gadai, pelaksanaan UU No. 56/Prp/1960,


dengan disaksikan oleh Kepala berlaku juga bagi pengembalian tanah
Desa/Panitia Landreform Desa tempat gadai pada umumnya, termasuk juga
letak tanah atau tanaman yang pengembalian tanah gadai yang tidak
bersangkutan bersangkutpaut dengan pelaksanaan
b. Jika tidak dapat dicapai penyelesaiannya peraturan Landreform. Maka Mahkamah
secara yang tersebut di atas, maka Agung dengan ini menegaskan bahwa
soalnya diajukan kepada Panitia Pasal 7 dari Undang Undang No 56
Landreform Daerah Tingkat II melalui PERPPU Tahun 1960, walaupun
Panitia Landreform, Kecamatan, untuk tercantum dalam peraturan landreform,
mendapat keputusan, Panitia Landreform berlaku pula bagi peradilan umum.
Kecamatan memberi pertimbangan 2. Mengenai wewenang untuk mengadili
kepada Panitia Landreform Tingkat II perkara perkara gadai tanah pertanian :
c. Jika salah satu atau kedua fihak dapat a. Berhubung dengan timbulnya
menerima keputusan Panitia Landreform berbagai penafsiran mengenai
Tingkat II, maka pihak yang bersangkutan maksud dari kata kaat “perkara
dipersilahkan untuk mengajukan soalnya perkara perdata yang timbul di dalam
kepada Pengadilan Negeri untuk melaksanakan peraturan peraturan
mendapat keputusan. landreform” tercantum dalam pasal
Semula dengan dibentuknya Peradilan pasal dari Undang Undang No 21
Landreform berdasarkan Undang Undang tahun 1964 dan kurang tegasnya
No.21 Tahun 1964. Maka yang berwenang penjelasan mengenai pasal 7 Undang
mengadili perkara perkara yang timbul dalam Undang No.56 Pnrp Tahun 1960
pelaksanaan peraturan peraturan landreform diatas, sehingga mudah
dan gadai tanah adalah Peradilan menimbulkan kekaburan tentang
Landreform. Namun oleh karena hal ini batas batas wewenang pengadilan
menimbulkan perselisihan mengenai landreform mengenai perkara perkara
wewenang mengadili antara Pengadilan Negri gadai tanah pertanian, maka demi
dan Pengadilan Landreforn Daerah. kelancaran perdilan, maka
Mahkamah Agung berpendapat dalam Mahkamah Agung menegaskan,
ketetapannya No. 6/KM/845/MA III/67 tentang bahwa ketentuan “perkara perkara
Pedoman Penyelenggaraan Pengadilan perdata (in casu gadai tanah tanah
Landreform (No. 5/PLP/1967) menetapkan pertanian) yang timbul di dalam
sebagai berikut : melaksanakan peraturan peratutan
1. Mengenai penerapan pasal 7 UU No. 56 landreform”supaya diartiakan
Prp. 1960 bahwa walaupun pasal 7 ini esebagai berikut : bahwa hanya
tercantum dalam peraturan Landreform, perkara –perkara mengenai
maka berlaku pula bagi peradilan umum. pengembalian gadai tanah pertanian
Sebab pasal 7 ini selain berlaku bagi yang timbul dalam rangka
pengembalian tanah gadai dalam rangka pelaksanaan peraturan peraturan dai
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 13
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

Undang-Undang No.56 Prp 1960 Pemegang gadai tidak melaksanakan


tentang penetapan Luas tanah ketentuan PERPPU No. 56 tahun 1960
Pertanian saja yang menjadi tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian
wewenang Pengadilan Landreform, telah diberikan oleh peraturan perundang
sedangkan perakara – perkara gadai undangan dan penyelesaiannya dapat
tanah lainnya menjadi wewenang dilaksanakan dengan 2 metode yaitu Non-
pengadilan negri. Litigasi dan Litigasi.
b. Untuk mengetahui apakah suatu 1. Penyelesaian sengketa melalui jalur non-
perkara gadai tanah mempunyai litigasi dilakukan untuk menyelesaikan
sangkut paut dengan pelaksanaan sengketa dengan cara musyawarah
landreform sehingga menjadi mufakat dan hasil penyelesaian konflik
wewenang pengadilan atau sengketa secara kekeluargaan.
landreform,maka wajib disampaikan Dalam gadai tanah meskipun didalam
oleh yang berkepetingan suatu perjanjian tidak menyebutkan lembaga
keterangan tentang hal itu dari Panitia mana yang akan menyelesaikan
Landreform tingkat II yang sengketa, tetapi dalam pelaksanaan
bersangkutan,apabila keterangan biasanya di selesaikan oleh kedua belah
tersebut tidak dapat diajukan secara pihak tanpa harus membawa kepada
tertulis,maka atas permintaan yang kepala desa/kampung. Namun apabila
berkepentingan atau karena kedua belah pihak tersebut tidak dapat
jabatannya,hakim yang bersangkutan menyelesaikan masalahnya, maka
memanggil ketua panitia tersebut barulah kedua belah pihak tersebut
atau wakilnya untuk didengar sebagai mendatangi kepala kampung untuk
saksi. meminta menyelesaikan masalah
c. Apabila ternyata, bahwa perkara tersebut, sesuai dengan adat dan
gadai tanah tersebut tidak ditambahkan dengan Undang-undang.
mempunyai sangkut paut dengan 2. Litigasi adalah bentuk penanganan
pelaksanaan landreform (penetapan sengketa atau kasus melalui jalur / proses
luas tanah pertania), maka peradilan baik perkara perdata maupun
pengadilan negrilah yang berwenang pidana.
memeriksa/mengadilinya. a. Penggadai yang dirugikan oleh
Dengan berlakunya Undang Undang perbuatan Pemegang gadai yang
No.7 tahun 1970 mulai tanggal 31 Juli 1970 tidak melaksaankan ketentuan
yang menghapuskan Pengadilan Landreform, PERPPU No. 56 tahun 1960 dapat
perkara perkara gadai tanah pertanian menuntut pembatalan perjanjian
semuanya diperiksa dan diputus oleh gadai tanah tersebut dan memohon
pengadilan – pengadilan dalam lingkungan pengembalian tanah gadai dari
Peradilan Umum. Pemegang gadai kepada Pengadilan
Berdasarkan uraian diatas perlindungan Negeri. Dalam Pasal 1266
hukum terhadap Pengggadai apabila KUHPerdata dijelaskan bahwa
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 14
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

penuntutan pembatalan perjanjian c. barangsiapa melanggar


harus dilakukan melalui pengadilan larangan yang tercantum
sehingga yang membatalkan dalam pasal 9 ayat (1) atau
perjanjian adalah melalui putusan tidak melaksanakan
hakim. Menurut Subekti, pembatalan kewajiban tersebut pada
perjanjian dapat dilakukan dengan pasal itu ayat (2).
dua cara yaitu dengan cara aktif, yaitu 2) Tindak pidana tersebut pada ayat
langsung dengan menuntut (1) pasal ini adalah pelanggaran.
pembatalan di muka hakim atau 3) Jika terjadi tindak pidana sebagai
dengan cara pembelaan, yaitu yang dimaksud dalam ayat (1)
menunggu sampai digugat di depan huruf a pasal ini maka
hakim untuk memenuhi perjanjian pemindahan hak itu batal karena
dan baru mengajukan alasan hukum, sedang tanah yang
mengenai kekurangan perjanjian bersangkutan jatuh pada Negara,
31
itu. tanpa hak untuk menuntut ganti-
b. Penggadai yang dirugikan juga dapat kerugian berupa apapun.
menempuh jalur pidana berdasarkan 4) Jika terjadi tindak pidana sebagai
ketentuan Pasal 10 PERPPU No. 56 yang dimaksud dalam ayat (1)
tahun 1960 tentang Penetapan Luas huruf b pasal ini, maka kecuali
Tanah Pertanian. Dijelaskan bahwa didalam hal termaksud dalam
terdapat sanski pidana terhadap pasal 7 ayat (1) tanah yang
Pemegang gadai yang tidak selebihnya dari luas maksimum
melaksanakan kewajibannya jatuh pada Negara yaitu jika
mengembalikan tanah gadai kepada tanah tersebut semuanya milik
pemilik tanah (Pengadai). terhukum dan/atau anggota-
Selengkapnya Pasal 10 Perppu anggota keluarganya, dengan
tersebut menyatakan: ketentuan bahwa ia diberi
1) Dipidana dengan hukuman kesempatan untuk
kurungan selama-lama 3 bulan mengemukakan keinginannya
dan/atau denda sebanyak- mengenai bagian tanah yang
banyaknya Rp. 10.000,-; mana yang akan dikenakan
a. barangsiapa melanggar ketentuan ayat ini. Mengenai
larangan yang tercantum tanah yang jatuh pada Negara itu
dalam pasal 4; tidak berhak atas ganti-kerugian
b. barangsiapa tidak berupa apapun.
melaksanakan kewajiban
tersebut pada pasal 3, 6 dan
7 (1)

31
P.N.H. Simanjuntak, Pokok-pokok Hukum
Perdata Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2007, h.347.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 15
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

C. Analisis Hukum Atas Sengketa Gadai tersebut untuk dipindahkan kepada pihak
Dalam Putusan Mahkamah Agung
II (Kedua).
Nomor 255 K/Pdt/2018
c. Bahwa surat tanah pihak I telah dipegang
Semua putusan pengadilan harus
oleh pihak II sesuai dengan surat yang
memuat alasan alasan putusan yang
tertera pada poin 1 (satu) diatas,
dijadikan dasar untuk mengadili. Betapa
bukanlah gadai sebagaimana
pentingnya alasan alasan sebagai dasar
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
putusan dapat kita lihat dari beberapa putusan
Undang Undang Nomor 56 tahun 1960
MA yang menetapkan, bahwa putusan yang
melainkan dalam hal ini substansinya
tidak lengkap atau kurang cukup
adalah bersifat jual beli bersyarat.
dipertimbangkan (onvoldoende gem otiveerd)
Bahwa terhadap putusan Majelis
merupakan alasan untuk kasasi atau harus
hakim yang menetapkan hubungan hukum
dibatalkan.32
antara Tergugat (Penggadai) dengan
1. Analisis Hukum Terhadap Putusan
Penggugat (Pemegang Gadai) sebagai jual
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Lubuk
Pakam Nomor 93/Pdt.G/2015/PN LBP beli bersyarat, terdapat beberapa hal yang
dapat dianalisis, yaitu:
Bahwa Majelis Hakim berpendapat
1. Bahwa berdasarkan fakta fakta yang
hubungan hukum antara pemilik
terungkap didalam persidangan, Majelis
tanah/Penggadai dengan Pemegang Gadai
Hakim tidak mempertimbangkan
merupakan jual beli bersyarat sebagaimana
kesesuaian keterangan saksi saksi baik
yang tertuang didalam pertimbangannya pada
dari Penggugat (Pemegang Gadai)
halaman 34 dan 35 Putusan Nomor
maupun dari Tergugat (pemilik
93/Pdt.G/2015/PN LBP. Pendapat ini timbul
tanah/Penggadai) yang tidak ada satupun
dari penalaran hukum Majelis Hakim dengan
saksi menyatakan bahwa antara
alasan alasan yaitu:
Penggugat (Pemegang Gadai) dengan
a. Pihak I (Pertama) akan mengembalikan
Tergugat (pemilik tanah/Penggadai)
uang pinjaman tersebut kepada pihak II
memiliki hubungan hukum jual beli
(Kedua) selambat-lambatnya 2 (dua)
ataupun jual beli bersyarat. Bahwa
tahun sejak dari tanggal 01 Januari 2006
menurut keterangan semua saksi
s/d 01 Januari 2008.
Penggugat (Pemegang Gadai) yang
b. Apabila pinjaman tersebut tidak dapat
diambil keterangannya yaitu saksi atas
dilunasi seperti yang telah disepakati
nama Buyung, Suwarno, Ali, dan Tjeng
bersama, maka gugurlah hak pihak I
guan mereka menyatakan adanya
(Pertama) atas tanah tersebut dan akan
peristiwa pinjam meminjam uang antara
menjadi hak milik pihak II II (Kedua) tanpa
Penggugat (Pemegang Gadai) dengan
ada dakwa dakwi di kemudian hari. Dan
Tergugat (Penggadai). Selain itu, saksi-
pihak I (Pertama) akan bersedia
saksi dari Tergugat yaitu faisal dan yusuf
menandatangani surat-surat tanah
juga menyatakan hal yang sama yaitu

32
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara
Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1993 h.15
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 16
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

peristiwa pinjam meminjam antara Pasal 12 UU Hak Tanggungan dijelaskan


Penggugat (Pemegang Gadai) dengan janji yang memberikan kewenangan
Tergugat (Penggadai).33 kepada pemegang hak tanggungan untuk
2. Bahwa Majelis Hakim sendiri didalam memiliki objek hak tanggungan apabila
pertimbangannya dihalaman 24 poin a & debitor cidera janji adalah batal demi
b menyatakan hubungan hukum antara hukum. Larangan ini tidak secara serta
Penggugat dengan Tergugat merta melarang kreditor untuk memiliki
didahului/didasarkan dengan perjanjian objek jaminan apabila debitor
pinjam meminjam yang kemudian oleh wanprestasi, kreditor tidak dilarang untuk
Majelis dinyatakan sebagai hubungan jual menjadi pembeli objek hak tanggungan
beli bersyarat. asalkan sesuai dengan ketentuan
Bahwa oleh karena Majelis mendasarkan mengenai eksekusi yang terdapat dalam
hubungan tersebut dari perjanjian pinjam Pasal 20 UU Hak Tanggungan.
meminjam antara Pemegang Gadai (in 3. Bahwa pertimbangan Majelis Hakim yang
casu Penggugat) dengan pemilik menyatakan hubungan hukum antara
tanah/Penggadai (in casu Tergugat) Penggugat dengan Tergugat adalah jual
maka Majelis mengakui sah perjanjian beli bersyarat kontradiktif dengan
pinjam meminjam tersebut padahal keterangan saksi saksi.
terdapat klausul beralihnya hak atas Bahwa objek jual beli harus jelas ukuran
tanah pemilik tanah/peggadai (In casu dan batas batasnya, Majelis Hakim tidak
Tergugat) yang dijadikan jaminan kepada menjelaskan apakah yang jual beli
Pemegang Gadai (in casu Penggugat) bersyarat tersebut adalah keseluruhan
yang dilarang oleh aturan perundang- tanah Penggadai (in casu Tergugat) atau
undangan. hanya sebahagian, karena berdasarkan
Bahwa fungsi dari jaminan yaitu sebagai keterangan saksi saksi yang saling
sarana perlindungan dan kepastian akan berkesesuaian, Penggadai (in casu
pelunasan utang oleh debitor, bukan Tergugat) masih bertempat tinggal
sebagai pemindahan hak milik atas objek dilokasi jual beli. Saksi saksi tersebut
jaminan. Dalam Pasal 1178 KUH adalah:
Perdata dijelaskan ketika utang pokok 1. Saksi Tjeng Guan menyatakan yang
tidak dilunasi sebagaimana mestinya atau menguasai tanah perkara tersebut
bunga yang terutang tidak dibayar, maka adalah kedua belah pihak yakni
pemegang hak hipotek akan penggugat dan tergugat.
mempunyai hak mutlak untuk menjual 2. Saksi Hendrik menyatakan yang
aset jaminan tersebut di muka umum menguasai tanah perkara adalah
(pelelangan umum) agar dari hasilnya kedua belah pihak
dilunasi, baik jumlah uang pokoknya
maupun bunga dan biayanya. Dalam

33
Dalam Keterangan saksi dalam perkara
No.83/Pdt.G/2015/Lbp
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 17
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

3. Saksi Yusuf menyatakan yang mempunyai utang uang kepadanya


menguasai tanah perkara adalah selama utang tersebut belum dibayar
kedua belah pihak.34 lunas maka tanah itu tetap berada dalam
Saksi faisal selaku kepada desa penguasaan yang meminjamkan uang
menyatakan bahwa tergugat/Penggadai tadi (pemegang gadai) selama itu pula
35
memilki rumah di atas tanah perkara . hasil tanah seluruhnya menjadi hak
2. Analisis Hukum Terhadap Putusan pemegang gadai yang dengan demikian
Majelis Hakim Pengadilan Negeri
merupakan bunga dari utang uang
Tinggi Medan Nomor 97/Pdt/2016/PT-
MDN tersebut. Penebusan tanah itu tergantung
Majelis hakim pada Pengadilan Tinggi
pada kemauan dan kemampuan yang
Medan hubungan hukum yang terjadi antara
menggadaikan.
pemilik tanah (Penggadai) dengan Pemegang
2. Bahwa berdasarkan fakta fakta yang
Gadai merupakan hukum jual gadai. Dalam
terungkap dipersidangan, pertimbangan
Pertimbangannya Majelis menyatakan pada
majelis hakim tingkat banding telah tepat
halaman 45 Putusan Nomor 97/Pdt/2016/PT-
apabila dikaitkan dengan Rumusan Pasal
MDN terdapat 2 (dua) perbuatan hukum yang
9a UU No. 56 Prp tahun 1960 tentang
di perjanjikan oleh kedua belah pihak. Yang
Penetapan Luas Tanah Pertanian, unsur
pertama mengenai pernyataan Gadai dan
unsur gadai tanah yaitu:
yang kedua mengenai perjanjian pinjam
a. Adanya hubungan utang antara
meminjam uang dengan jaminan tanah
seseorang dengan tanah kepunyaan
Tergugat (Penggadai). Oleh karena objek
orang lain (bukti surat perjanjian
perjanjian gadai (tanah perkara) berada
gadai tertanggal 1 Januari 2006)
dalam kekuasaan atau beralih kepada
b. Selama masa gadai, tanah itu berada
Penggugat (Pemegang Gadai) maka menurut
dalam penguasaan yang
hukum yang diperjanjikan oleh para pihak
meminjamkan uang tadi (pemegang
adalah dalam hukum adat disebut Jual beli
gadai)
gadai
b.1. Jawaban tergugat pada halaman
Bahwa terhadap putusan Majelis hakim
7 putusan Pengadilan Tinggi
yang menetapkan hubungan hukum antara
No.83/Pdt.G/2015/Lbp
Tergugat (Penggadai) dengan Penggugat
“Penggugat telah datang
(Pemegang Gadai) sebagai jual gadai,
bermohon kepada Tergugat
terdapat beberapa hal yang dapat dianalisis,
untuk dapat mengusahai
yaitu:
sekitar 1800 M2 dari total 2000
1. Dalam Pasal 9a UU No. 56 Prp tahun
M2 dari objek terperkara yang
1960 tentang Penetapan Luas Tanah
diperuntukan atas usaha
Pertanian dijelaskan bahwa gadai adalah
peternakan bebek”
suatu hubungan antara seseorang
dengan tanah kepunyaan orang lain yang

34 35
Keterangan saksi tjeng guan, faisal, hendrik, Keterangan saksi faisal dalam perkara
yusuf, dalam perkara No.83/Pdt.G/2015/Lbp No.83/Pdt.G/2015/Lbp
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 18
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

b.2. Keterangan saksi tjeng guan, Penerapan asas kesamaan dalam


faisal, hendrik, yusuf dalam berperkara perdata dilakukan dengan cara
perkara No.83/Pdt.G/2015/Lbp semua jawaban para pihak ini selalu
c. Selama masa gadai, hasil tanah dipertimbangkan oleh hakim dalam
seluruhnya menjadi hak pemegang putusannya. Pertimbangan atas peristiwa
gadai yang dengan demikian yang sekiranya disengketakan oleh kedua
merupakan bunga dari utang uang belah pihak dimuat dalam pertimbangan
tersebut. peristiwa dalam putusan. Pertimbangan
d. Gadai dapat ditebus. Penebusan semua peristiwa yang diajukan oleh para
tanah itu tergantung pada kemauan pihak, dilakukan hakim sebelum memeriksa
dan kemampuan yang menggadaikan alat-alat bukti.38 Hakim telah menjalankan
3. Bahwa dalam fakta fakta yang terungkap asas bahwa kedua belah pihak harus
dipersidangan, Penggugat telah didengar atau asas “audi et alteram partem”.
menguasai tanah tersebut lebih dari 7 Hal itu berarti juga bahwa pengajuan alat bukti
(tujuh) tahun yaitu dari tanggal 1 Januari telah dilakukan di muka sidang yang dihadiri
2006 sampai dengan sekarang maka kedua belah pihak. Sehingga putusan hakim
Majelis hakim telah tepat mewajibkan telah mencerminkan rasa keadilan.
Pemegang Gadai mengembalikan tanah 3. Analisis Hukum Terhadap Putusan
Majelis Hakim Mahkamah Agung
tersebut kepada Tergugat (Penggadai)
Nomor 255 K/Pdt/2018
dengan tidak ada hak untuk menuntut Majelis hakim pada Mahkamah Agung
pembayaran tebusan sesuai ketentuan dalam putusannya menyatakan hubungan
Pasal 7 ayat (1) PERPPU Nomor 56 tahun hukum yang terjadi antara pemilik tanah
1960 tentang Penetapan luas tanah (Penggadai) dengan Pemegang Gadai
pertanian). merupakan jual gadai (gadai tanah) dengan
Timbulnya perkara perdata adalah atas pertimbangan yang sama (similar) dengan
inisiatif dari pihak penggugat, bukan inisiatif pertimbangan majelis pada Pengadilan
hakim. Sesuai dengan prinsip ini hakim hanya Tinggi. Perbuatan Pemegang gadai yang
mempunyai kebebasan menilai sejauh apa menguasai tanah Penggadai lebih dari 7
yang di kemukan dan di tuntut oleh pihak yang tahun bertentangan dengan aturan undang
berperkara. Hakim tidak boleh mengabulkan undang. Yaitu bertentangan PERPPU No. 56
36
lebih dari apa yang dituntut oleh pihak pihak. tahun 1960 yang menyatakan apabila telah
Namun demikian tidaklah berarti bahwa hakim lewat jangka waktu 7 tahun maka tanah yang
hanya terpaku kepada apa yang di digadaikan tersebut harus dikembalikan
kemukakan oleh pihak pihak melainkan ia kepada Penggadai. Mahkamah Agung
harus menilai sampai dimana kebenaran yang sebagai judex juris telah konsisten
di kemukakan pihak pihak itu, sehingga menerapkan hukum terhadap permasalahan
37
keadilan betul betul dapat tercapai. gadai tanah.

36 38
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Elisabeth Nurhaini Butarbutar, Konsep
Perdata, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, h. 22 Keadilan Dalam Sistem Peradilan Perdata, Jurnal Mimbar
37
Ibid hukum Volume 21, Nomor 2, Juni 2009, h. 367
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 19
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

4. Eksekusi Terhadap Putusan Mahkamah memenuhi putusan secara sukarela, tindakan


Agung RI Perkara Nomor 255
eksekusi harus disingkirkan. Oleh karena itu
K/Pdt/2018
Menurut M. Yahya Harahap, eksekusi harus dibedakan antara menjalankan putusan
menurut hukum perdata adalah menjalankan secara sukarela dengan manjalankan
putusan yang telah berkekuatan hukum tetap. putusan secara eksekusi.
Namun tidak semua putusan pengadilan Secara umum terdapat 3 macam jenis
dapat dilaksanakan dieksekusi sebab pada eksekusi di dalam hukum acara perdata, yaitu
prinsipnya hanya putusan yang telah eksekusi riil, eksekusi pembayaran sejumlah
berkekuatan hukum tetap saja yang dapat uang, dan eksekusi untuk melakukan suatu
dilaksanakan (in kracht vangewijsde). perbuatan tertentu. Eksekusi riil yaitu
Selanjutnya tidak semua putusan hakim dapat penghukuman pihak yang kalah untuk
dilaksanakan hanya putusan condemnatoir melakukan sesuatu perbuatan tertentu,
saja yang dapat dilaksanakan.39 misalnya penyerahan barang, pengosongan
Hal yang sama juga dipaparkan oleh Lilik sebidang tanah atau rumah, pembongkaran,
Mulyadi, bahwa pada asasnya putusan hakim menghentikan suatu perbuatan tertentu, dan
hanya bersifat condemnatoir dengan amar lain-lain.41 Eksekusi riil dapat dilakukan
berisi penghukuman saja yang dapat langsung dengan perbuatan nyata, sesuai
dieksekusi. Seperti penghukuman berisi dengan amar putusan tanpa memerlukan
penyerahan sesuatu barang, mengosongkan lelang. Dalam Pasal 207 ayat 1 RBg
sebidang tanah, membayar sejumlah uang dijelaskan bahwa pelaksanaan putusan
atau melakukan suatu perbuatan tertentu dan terhadap eksekusi riil, didahului dengan
lain-lain. Sedangkan terhadap putusan hakim pengajuan permohonan secara lisan atau
dengan sifat amar, declaratoir dan konstitutif’ tertulis kepada Ketua Pengadilan Negeri yang
tidak memerlukan eksekusi oleh karena pada bersangkutan supaya putusan tersebut dapat
putusan tersebut mengandung sifat dan dilaksanakan. Selanjutnya Ketua Pengadilan
keadaan dinyatakan sah serta keadaan baru Negeri berdasarkan permohonan tersebut
telah mulai berlaku/tercipta sejak putusan itu memanggil pihak yang dikalahkan untuk
diucapkan dalam persidangan yang terbuka diperingatkan (aanmaning) untuk memenuhi
untuk umum.40 putusan dalam waktu 8 hari setelah
42
Pada prinsipnya eksekusi sebagai peringatan/teguran tersebut. Dalam
tindakan paksa menjalankan putusan tenggang waktu 8 hari tersebut pihak yang
pengadilan yang telah berkekuatan hukum dikalahkan diberikan kesempatan untuk
tetap, baru merupakan pilihan hukum apabila melaksanakan putusan tersebut secara
pihak yang kalah tidak mau menjalankan atau sukarela.
memenuhi isi putusan secara sukarela. Jika Dalam Pasal 197 ayat 1 HIR/ 208RBg
pihak yang kalah bersedia menaati dan dijelaskan bahwa apabila dalam tenggang

39 41
Yahya M Harahap, Ruang Lingkup Masalah Wildan Suyuthi, Sita Eksekusi Praktek
Eksekusi Bidang Perdata, Jakarta, Gramedia, 1998, h. 72 Kejurusitaan Pengadilan, Tatanusa, Jakarta, 2004, h.60.
40 42
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Perdata Menurut Dalam Pasal 207 ayat 2 RBg
Teori Dan Praktik Peradilan Indonesia, Djambatan,
Jakarta, 2002, h. 276.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 20
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

waktu yang diberikan tersebut pihak yang dalam keputusan dapat memohonkan kepada
dikalahkan tidak memenuhi/menjalankan pengadilan negeri dengan perantaraan ketua,
putusan pengadilan secara sukarela, baik dengan surat, maupun dengan lisan,
meskipun pihak yang dikalahkan tersebut supaya kepentingan yang akan didapatnya,
telah dipanggil secara patut namun tidak juga jika putusan itu dipenuhi, dinilai dengan uang
menghadap tanpa alasan yang dapat tunai, jumlah mana harus diberitahukan
dipertanggungjawabkan, maka Ketua dengan tentu jika permintaan itu dilakukan
Pengadilan Negeri karena jabatannya dengan lisan, harus dicatat. Eksekusi ini
menerbitkan surat penetapan (beschiking) merupakan jalan alternatif yang dapat
supaya disita barang-barang bergerak milik ditempuh oleh pihak yang menang guna
pihak yang dikalahkan, dan apabila tidak ada memperoleh pemenuhan putusan yang
barang bergerak untuk disita, maka barang menghukum pihak yang kalah yang disebut
tetap pun dapat disita sebanyak nilai uang dalam amar putusan dengan jalan meminta
yang tersebut dalam putusan hakim untuk kepada ketua PN untuk mengganti hukuman
menjalankan eksekusi tersebut (Artinya yang tersebut dengan sejumlah uang. Pelaksanaan
diutamakan untuk disita adalah barang- eksekusi jenis putusan ini, diawali dengan
barang bergerak, dan apabila jumlah barang permohonan agar putusan tersebut dinilai
bergerak tidak memadai maka sita dapat dengan sejumlah uang kemudian tereksekusi
dilakukan terhadap benda tidak bergerak.) dipanggil (aanmaning) kemudian ketua
Dalam Pasal 197 HIR/ Pasal 208 RBg pengadilan menetapkan jumlah uang sebagai
eksekusi membayar sejumlah uang dilakukan pengganti putusan yang bersangkutan.
melalui lelang terhadap barang-barang milik Putusan Mahkamah Agung Nomor:
pihak yang kalah sampai mencukupi jumlah 255/K/Pdt/2018 menghukum pihak yang
uang yang harus dibayarkan sesuai dengan kalah (Pemegang Gadai) untuk
isi putusan hakim ditambah dengan biaya mengembalikan surat bukti kepemilikan tanah
pengeluaran untuk pelaksanaan eksekusi. kepada Penggadai. Maka jenis eksekusi
Pelaksanaan jenis eksekusi ini mirip (similar) dalam perkara ini adalah jenis eksekusi riil
dengan tata cara eksekusi riil, yaitu: yaitu dapat dilakukan langsung dengan
peringatan (aanmaning), penetapan sita perbuatan nyata sesuai dengan amar putusan
eksekusi (jika sebelumnya belum ada tanpa memerlukan lelang. Eksekusi terhadap
conservatoir beslag), perintah penjualan putusan Mahkamah Agung tersebut apabila
lelang, penjualan lelang (setelah dilakukan dimohonkan oleh Penggadai dapat dilakukan
pengumuman sesuai dengan ketentuan yang dengan memenuhi persyaratan administratif
berlaku) dan terakhir penyerahan uang hasil sebagai berikut:
lelang. a. Surat Permohonan
Dalam Pasal 225 HIR/ Pasal 259 RBg b. Foto Copy KTP Principal.
dijelaskan bahwa jika seorang yang dihukum c. Surat Kuasa Khusus Bagi Yang
untuk melakukan suatu perbuatan, tidak Menggunakan Kuasa.
melakukannya di dalam waktu yang d. Foto Copy Salinan Putusan Pengadilan
ditentukan hakim, maka pihak yang menang Negeri.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 21
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

e. Foto Copy Salinan Putusan Pengadilan Salinannya.Selanjutnya dimateraikan


Tinggi. dengan meterai Rp. 6000,- dan dilegalisir
f. Foto Copy Salinan Putusan Kasasi di Kantor Pos sebagai bukti surat.44
Mahkamah Agung.
g. Foto Copy Salinan Putusan Peninjauan Dalam Pasal 36 ayat 3 Undang-Undang
Kembali Mahkamah Agung. Nomor 4 Tahun 2004 Jo Pasal 197 ayat 2
h. Foto Copy Relaas Pemberitahuan HIR/Pasal 209 ayat 1 RBg dijelaskan bahwa
Putusan Terakhir. pelaksanaan putusan hakim (eksekusi) di
i. Foto Copy Akta Perdamaian dalam perkara perdata dilakukan oleh
j. Surat Keterangan Berkekuatan Hukum panitera dan jurusita yang dipimpin oleh ketua
Tetap (INKRACHT). pengadilan negeri. Untuk membantu
k. Pendapat dari Panmud Perdata, Panitera, pelaksanaan eksekusi tersebut panitera atau
Jurusita, dan Ketua PN. jurusita dibantu oleh 2 (dua) orang saksi.45
l. Surat Kuasa Untuk Membayar Atau Dengan syarat warga negara Indonesia,
Panjar Biaya Permohonan Eksekusi berumur minimal 21 tahun dan dapat
m. Lain-Lain.43 dipercaya
Catatan:
III. Kesimpulan
1. Untuk permohonan tersebut harus
A. Kesimpulan
disertai softcopy file dimasukan dalam 1 1. Implikasi hak atas tanah sebagai objek
(satu) keping CD jaminan gadai yang tidak daftar Akta Hak
2. Untuk advokat/ Kuasa Hukum yang Tanggungan dalam kaitannya dengan
mendaftarkan Permohonan Eksekusi di PERPPU No. 56 tahun 1960 tentang
Pengadilan Negeri. Surat Kuasa harus Penetapan Luas Tanah Pertanian adalah
disertai Berita Acara sumpah dari kreditur/pemegang gadai tidak dapat
Pengadilan Tinggi, Kartu Identitas/ KTP, menikmati keistimewaan dari ketentuan
Kartu Anggota Advokat yang masih yang diberikan UUHT No. 1996 yaitu Droit
berlaku yang didaftarkan di Kepaniteraan de Preverence (Hak Pemegang Hak
Muda Hukum Pengadilan Negeri Klaten. Tanggungan untuk mengambil terlebih
3. Fotocopy bukti pendukung agar dahulu atas pelunasan piutangnya dari
dimateraikan dengan meterai Rp. 6000,- hasil penjualan objek jaminan dari pada
dan dilegalisir di Kantor Pos sebagai bukti kreditur yang lain), kemudahan dan
surat. kepastian dalam eksekusi objek jaminan
4. Foto Copy Salinan Putusan Pengadilan berdasarkan title eksekutorial di dalam
Negeri, Pengadilan Tinggi atau sertipikat Hak Tanggungan dengan irah-
Mahkamah Agung agar dilegalisir di irah “DEMI KEADILAN BERDASARKAN
Kepaniteraan Muda Hukum Pengadilan KETUHANAN YANG MAHA ESA”
Negeri dengan menunjukan sehingga eksekusi obyek Hak

43 44
https://pn- Ibid
45
klaten.go.id/main/index.php/layanan-hukum/standar- (dalam Pasal 210 RBg)
operasional-presedur-sop/sop-syarat-permohonan-
eksekusi
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 22
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

Tanggungan tidak lagi memerlukan tersebut kepada Tergugat (Penggadai)


persetujuan pemberi Hak Tanggungan. dengan tidak ada hak untuk menuntut
Dan kreditur/pemegang gadai tidak pembayaran tebusan sesuai ketentuan
mendapatkan kepastian hukum atas Pasal 7 ayat (1) PERPPU Nomor 56 tahun
prestasi debitur/penggadai. Karena dalam 1960 tentang Penetapan luas tanah
Pasal 7 ayat 1 PERPPU No.56 tahun 1960 pertanian.
tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian,
B. Saran
hak gadai secara hukum berakhir jika hak
1. Mengingat Implikasi hukum hak atas tanah
gadai itu sudah berlangsung 7 tahun atau
sebagai objek jaminan gadai yang tidak
lebih. Setelah daluarsa masa gadai tanah,
daftar Akta Hak Tanggungan dalam
maka tanah harus dikembalikan kepada
kaitannya dengan PERPPU No. 56 tahun
pemilik tanah tanpa uang tebusan dalam
1960 tentang Penetapan Luas Tanah
waktu sebulan setelah tanaman yang ada
Pertanian adalah kreditur/pemegang gadai
dipanen.
tidak dapat menikmati keistimewaan dari
2. Perlindungan hukum terhadap Penggadai
ketentuan yang diberikan UUHT No. 1996
apabila Pemegang Gadai tidak
tentang Hak Tanggungan dan Benda
melaksanakan ketentuan PERPPU Nomor
Benda yang Berkaitan dengan Tanah,
56 tahun 1960 tentang Penetapan Luas
maka sebaiknya tanah sebagai jaminan
Tanah Pertanian adalah dihapuskannya
utang diikat dengan UUHT No. 1996
kewajiban untuk pembayaran pelunasan
tentang Hak Tanggungan dan Benda
utang jika telah mencapai waktu 7 tahun.
Benda yang Berkaitan dengan Tanah.
Perlindungan hukum terhadap Penggadai
2. Mengingat perlindungan hukum terhadap
diatur didalam Pasal 7 ayat 1 PERPPU
Pengggadai apabila Pemegang gadai
No.56 tahun 1960 tentang Penetapan
tidak melaksanakan ketentuan PERPPU
Luas Tanah Pertanian. Jika dilihat dari
No. 56 tahun 1960 tentang Penetapan
teori hukum, maka dapat dijelaskan bahwa
Luas Tanah Pertanian telah diberikan oleh
subjek yang dirugikan adalah Penggadai
peraturan perundang undangan, namun
lalu subjek yang merugikan adalah
ternyata masih ditemukan pihak pihak
pemegang gadai yang tidak melaksanakan
melaksanakan gadai tanah pertanian
PERPPU No.56 tahun 1960 tentang
melebihi masa gadai selama 7 tahun maka
Penetapan Luas Tanah Pertanian.
sebaiknya pemerintah dalam hal ini BPN
Objeknya adalah tanah sebagai jaminan
(Badan Pertanahan Nasional) mengkaji
utang gadai. Terakhir lembaga yang
ulang efektivitas PERPPU No. 56 tahun
memberikan perlindungan hukum dalam
1960 tentang Penetapan Luas Tanah
perkara ini adalah Mahkamah Agung
Pertanian.
dalam Putusan No. 255K/Pdt/2018.
3. Mengingat putusan hakim dalam perkara
3. Pertimbangan Majelis Hakim Mahkamah
Nomor 255K/Pdt/2018 telah
Agung RI dalam putusan nomor
mencerminkan rasa keadilan sebaiknya
255K/Pdt/2018 telah tepat mewajibkan
Pemegang Gadai mengembalikan tanah
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 23
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

putusan ini dapat menjadi yurisprudensi DAFTAR PUSTAKA


bagi perkara perkara lainya yang serupa
A. BUKU
Abdulhay, Marhaini. 2006. Hukum Perbankan
di Indonesia. Jakarta. Pradnya
Paramitha
Abdurrahman. 1978. Kedudukan Hukum Adat
dalam Rangka Pembangunan
Nasional. Bandung. Alumni.
Ali, Zainuddin. 2009. Metode Penelitian
Hukum. Jakarta. Sinar Grafika.
Ali, Achmad. 2009. Menguak Teori Hukum
(Legal Theory) Dan Teori Peradilan
(Jurisprudence) termasuk interpretasi
Undang Undang (Legisprudence)
Volume 1 Pemahaman Awal Edisi
Pertama, Jakarta. Kencana.
Ashidiqie, Jimmly & M. Ali Safa’at. 2012. Teori
Hans Kelsen Tentang Hukum. Jakarta.
Konpress.
Bahsan, M. 2007. Hukum Jaminan dan
Jaminan Kredit Perbankan Indonesia.
Jakarta. Raja Grafindo
Brata, Sumadi Surya. 1998. Metodologi
Penelitian. Jakarta. Raja Grafindo
Persada.
Dewata, Mukti Fajar Nur dan Yulianto
Achmad. 2010. Dualisme Penelitian
Hukum Normatif dan Empiris.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Dt. Saripado, Syamsul Bahri. 1987. Hukum
Agraria Indonesia Dulu dan Kini II,
Padang.
Dewi, Eli Wuria. 2015. Hukum Perlindungan
Konsumen, Yogyakarta. Graha Ilmu.
Fuady, Munir. 2002. Hukum Bisnis dan
Praktek III, Jakarta. Citra Aditya
Haar, Ter. 2001. Asas-Asas dan Susunan
Hukum Adat, Terjemahan oleh K. Ng.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 24
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

Soebakti Poesponoto. Jakarta. Moleong, Lexi J. 1983. Metodologi Penelitian


Pradnya Paramita. Kualitatif. Bandung. Remaja
Hadjon, Philipus M. 1987. Perlindungan Rosdakarya.
Hukum Bagi Rakyat di Indonesia. Marzuki, Peter Mahmud. 2011. Pengantar
Surabaya. Bina Ilmu. Ilmu Hukum, Cetakan 7. Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. Tips Menulis Skripsi Kencana Pranada Media Group.
dan Menghadapi Ujian Komprehensif. Mas, Marwan. 2004. Pengantar Ilmu Hukum.
Jakarta. Pusaka Quantum. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Harahap, Zahirin. 2001. Hukum Acara Muhammad, Abdul Kadir. 2004. Hukum dan
Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta. Penelitian Hukum, Cetakan ke-1.
Raja Grafindo Persada. Bandung. Citra Aditya Bakti.
Harsono, Boedi. Hukum Agraria Indonesia ___________________1992. Hukum
(Jilid 1 Hukum Tanah Nasional). Acara Perdata, Bandung. Citra
Djambatan. Jakarta. Aditya Bakti.
Hermayulis, 2002. Aspek Hukum Jaminan.
Mulyadi, Lilik. 2002. Hukum Acara
Jakarta. BPHN.
Perdata Menurut Teori Dan Praktik
HS, Salim. 2004. Perkembangan Hukum
Peradilan Indonesia, Jakarta.
Jaminan di Indonesia, Raja Grafindo
Djambatan.
Persada. Jakarta.
ND, Fajar Mukti dan Achmad Yulianto. 2017.
HS, Salim & Erlies Septiana Nurbani. 2014.
Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Penerapan Teori Hukum Pada
Empiris. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Penelitian Disertasi dan Tesis (Buku
Nasution, Lyla Mayasari. 2009. Penemuan
kedua). Rajawali Pers. Jakarta.
Hukum. Yogyakarta. Liberty.
Kamello, Tan. 2014. Hukum Jaminan Fidusia
Otto, Jan Michiele dan Sulistyowati Irianto.
Suatu Kebutuhan Yang Didambakan.
012. Kajian Sosiologi-Legal. Bali.
Alumni. Bandung.
Pustaka Larasan.
Kansil, C.S.T. 1989. Pengantar Ilmu Hukum
Raharjo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum.
dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta.
Bandung. Citra Aditya Bakti.
Balai Pustaka.
_____________ .2003. Sisi-Sisi Lain dari
Kelsen, Hans. 2008. Dasar Dasar hukum
Hukum di Indonesia. Jakarta. Kompas.
Normatif. Bandung. Nusa Media.
Rato, Dominikus. 2010. Filsafat Hukum
Lubis, M. Solly.1994. Filsafat Ilmu dan
Mencari: Memahami dan Memahami
Penelitian. Bandung. Mandar Maju.
Hukum. Yogyakarta. Laksbang
Mendrofa, Maya Estrina. 1999. Hukum Waris
Pressindo.
Adat. Bandung. Citra Aditya Bakti.
_________________ . 2021. Dasar- Dasar
Mertokusumo, Sudikno. 1993. Hukum Acara
Ilmu Hukum:Memahami Hukum Sejak
Perdata Indonesia. Yogyakarta.
Dini. Jakarta. Prenada Media.
Liberty.
Riduan. 2004. Metode & Teknik Menyusun
Tesis. Bandung. Bina Cipta.
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 25
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

Santoso, Urip. 2007. Hukum Agraia dan Hak- Yamin, Muhammad. 2004. Gadai Tanah
Hak Atas Tanah. Jakarta. Pranada Sebagai Lembaga Pembiayaan Rakyat
Media. Kecil. Pustaka Bangsa Press. Medan:
Sardjito, Th, dan D.A Sumantri, 1990, Gadai Yahya Harahap, M. 1998. Ruang Lingkup
Menurut Hukum Adat, Jakarta. Majalah Masalah Eksekusi Bidang Perdata,
Hukum dan Pembangunan Jakarta. Gramedia.
Setiady, Tolib. 2009. Intisari Hukum Adat Yulia. 2016. Buku Ajar Hukum Adat.
Indonesia. Bandung. Alfabeta Lhokseumawe. Unimal Press.
Simanjuntak, P.N.H. 2007. Pokok-pokok W. Surojo. 1978. Pengantar dan Azas-Azas
Hukum Perdata Indonesia, Jakarta. Hukum Adat. Bandung. Alumni.
Djambatan. Wuisman, J.J.J. M. 1996. Penelitian Ilmu-Ilmu
Siregar, Tampil Anshari. 2005. Pendalaman Sosial. Jakarta. FE UI.
Lanjutan Undang Undang Pokok
Agraria, Medan: Pustaka Bangsa Press B. Jurnal, Makalah dan Artikel
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2009. Ahinea, Tri Kurniawan. 2016. Kajian Yuridis
Penelitian Hukum Normatif Suatu Terhadap Parate Eksekusi Objek
Tinjauan Singkat, Cetakan ke – 11. Jaminan Dalam Perjanjian Hak
Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Tanggungan, Jurnal Ilmu Hukum Legal
________________, Meninjau Hukum Adat Opinion, Vol 4 Edisi 2.
Indonesia, Suatu Pengantar Untuk Butarbutar, Elisabeth Nurhaini. 2009. Konsep
Mempelajari Hukum Adat, Rajawali, Keadilan Dalam Sistem Peradilan
Jakarta. Perdata, Jurnal Mimbar hukum,
Subekti, R. 1989. Jaminan - Jaminan Untuk Volume 21, Nomor 2.
Pemberian Kredit Menurut Hukum Hardijan, Rusli. 2006. “Metode Penelitian
Indonesia. Bandung. Citra Aditya Bakti. Hukum Normatif: Bagaimana?” Law
Sudiyat, Imam. 1981. Hukum Adat Sketsa Review Fakultas Hukum Universitas
Asas. Yogyakarta. Liberty Pelita Harapan, Vol. V, No. 3.
Sumantri, Jujun Suria. 1995. Filsafat Hukum Januar, Inri. 2016. Kewajiban Dan Tanggung
Suatu Pengantar Populer. Jakarta. Jawab Memenuhi Prestasi dalam
Pustaka Sinar Harapan. Hukum Jaminan, Jurnal Hukum to-ra,
Sunggono, Bambang. 2001. Metodologi Vol. 2 No. 1, April 2016.
Penelitian Hukum. Jakarta. Raja Kasim, Ilham S. 2016. Tinjauan Hukum
Grafindo Persada. Jaminan Fidusia Pada Perusahaan
Supramono, Gatot. 1996. Perbankan dan Pembiayaan, Jurnal Lex Crimen, Vol.
Masalah Kredit. Jakarta. Djambatan. V/No. 4/Apr-Jun/2016.
Suyuthi, Wildan. 2004. Sita Eksekusi Praktek Kaban. Maria. 2016 Penyelesaian Sengketa
Kejurusitaan Pengadilan, Jakarta. Waris Tanah Adat Pada Masyarakat
Tatanusa. Adat Karo, Departemen Hukum
Perdata, Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, Jurnal Mimbar
Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah 26
Vol. 3, No. 1, Maret 2022

Hukum, volume 28, 454-464. Tanah Di Masyarakat Mandailing


https://jurnal.ugm.ac.id/jmh/article/view Sumatera Utara, (Medan: Disertasi,
/16691/12154 Universitas Sumatera Utara Fakultas
Muchsin, 2003, Perlindungan dan Kepastian Hukum)
Hukum bagi Investor di Indonesia,
Magister Ilmu Hukum Program C. Website

Pascasarjana Universitas Sebelas Kamus Besar Bahasa Indonesia online,


Maret, Surakarta. 2003. https://typoonline.com/kbbi/penggadai
diakses tanggal 6 Septembr 2021 Pukul
Mihardjo, Rodeo Sudewo Pranoto. Implikasi 10.00 WIB
Nilai Hak Tanggungan Di Dalam Anon, Perlindungan Hukum menurut Para
Ahli, http://tesishukum.com/pengertian-
Pemberian Hak Tanggungan, Jurnal perlindunganhukum-menurut-para-
Education and Development, vol. 9, No. ahli/, diakses tanggal 19 September
2020.
2, PP. 7-11, Apr. 2021. Mahmul Siregar, Makalah Kepastian Hukum
Ma’ruf, Umar. 2005, Pelembagaan Hak Dalam Transaksi Bisnis Internasional
dan Implikasinya terhadap Kegiatan
Tanggungan Sebagai Hak Jaminan Investasi di Indonesia,
Atas Tanah, Jurnal Hukum, Vol XV No. http://www.usu.ac.id, diakses pada
tanggal 1 Juni 2020.
1.
Refliza, 2015, Gadai Tanah Dalam
Masyarakat Minangkabau di
Kecamatan Sungayang Setelah
Berlakunya Undang Undang
No.56/RP/1960 Tentang Penetapan
Luas Tanah Pertanian. Universitas
Sumatera Utara.
Singarimbun, Proklamasi. 2015, Efektifitas
Putusan Mahkamah agung Nomor
626/K/Pdt/2010 Terhadap Masalah
Gadai Tanah Pertanian, Studi di
Kabupaten Tanah Karo, Magister
Kenotariatan USU.
Setiono, 2004, Rule of Law (Supremasi
Hukum), Tesis Magister Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret.
Setiono, Guntur Cahyo. 2018, Jaminan
Kebendaan Dalam Proses Perjanjian
Kredit Perbankan, Jurnal Tranparansi
Hukum, Volume I, Nomor 1.
Yamin, M. Gadai tanah dalam perkembangan
Hukum adat Studi Mengenai Gadai

Anda mungkin juga menyukai