Bahwa pada tahun 2013, Pihak PT. Sentosa Kurnia Energi (PT.
SKE) tidak menggubris keberatan dan penolakan PT. Gorby
Putra Utama (PT. GPU) dan bahkan tetap mengajukan
penggantian nama menjadi PT. Sentosa Kurnia Bahagia
(SKB), maka izin usaha perkebunan digabungkan menjadi luas
3000 Ha (mana data izin lokasi dan izin usaha perkebunan?) , dan
luas 860 Ha mengajukan izin tersendiri, Walaupun terdapat banyak
Penolakan dan memimbulkan konflik di lapangan dengan demikian
PT. Sentosa Kurnia Bahagia (PT. SKB) masih tetap melakukan budi
daya tanaman dan penanaman pohon sawit, sebagaimana fakta
dilapangan dikonfirmasi di lapangan bahwa pada bulan September
2022 pohon sawit tersebut sudah mulai berbuah.
KRONOLOGIS KASUS
❑Bahwa pada tahun 2014 sampai dengan 2021, antara pihak PT.
SKB dengan PT. GPU telah melakukan berbagai upaya perdamaian
yaitu melakukan mediasi, akan tetapi sampai saat ini antara kedua
belah pihak tidak ada kesepakatan perdamaian.
❑Bahwa pada tahun 2021, PT. Sentosa Kurnia Bahagia (PT. SKB)
mengajukan izin Hak Guna Usaha kepada Kantor Badan Pertanahan
Nasional Kab. Musi Banyuasin seluas ± 3000 Ha.
❑Bahwa pada tahun 2022 BPN Kab. Musi Banyuasin menerbitkan izin
HGU Nomor : 00146/Muba Desa Sako Suban Kec. Batang Hari
Leko seluas 3.859,70 Ha.
ANALISIS
• Bahwa izin HGU PT. Sentosa Kurnia Bahagia (PT. SKB) diduga
diterbitkan dengan salah satu dasar administrasi megacu adanya
surat dari PU-PR (Herman Mayor) yang merekomendasikan
agar dapat diterbitkan HGU PT. SKB dengan mengacu
kepada Permenndagri NO. 50 Tahun 2014 tentang batas
wilayah antara Musi Rawas Utara dengan Musi Banyuasin
sedangkan Fakta Hukumnya Permendagri No. 50 tahun
Tahun 2014 Telah dicabut dengan terbitnya Permendagri
No. 76 Tahun 2014 tentang Perubahan Permenndagri NO.
50 Tahun 2014 tentang batas wilayah antara Musi Rawas
Utara dengan Musi Banyuasin dan Terbitnya HGU PT. SKB juga
dijadikan alasan dengan adanya Surat Pencabutan Gugatan PT.
GPU terhadap PT. SKB pada Pengadilan Negeri Palembang.
ANALISIS
❑Bahwa proses penyidikan di Polda Sumsel sebagaimana Pasal 42
Jo. Pasal 107 UU No. 39 Tahun 2021 Tentang Perkebunan,
Dianggap Bisa memenuhi Unsur-Unsurnya hanya saja
terkendala oleh analis hukum pihak Jaksa Penuntut Umum
yang menyatakan pihak Telapor mempunyai Alas Hak
Tanah, maka Jaksa Penuntut Umum mendefinisikan bahwa
adanya sengketa keperdataan. Maka Jaksa Peneliti secara
lisan menyampaikan akan mengembalikan berkas tersebut
kepada Penyidik.
❑Bahwa proses penyidikan di Polda Sumsel sebagaimana terkait
Pasal 47 Jo Pasal 105 Undang Undang No. 39 Tahun 2021
Tentang Perkebunan terkendala dengan tafsir terhadap
pemberlakuan Undang Undang Cipta Kerja (Pendapat Ahli).
Artinya Pasal ini belum dapat diterapkan dikarenakan
adanya Pemberlakuan Undang Undang Cipta Kerja.
ANALISIS
Bahwa dalam proses penyidikan dalam dugaan tindak pidana
sebagaimana Pasal 42, Jo Pasal 107 Undang Undang No. 39
Tahun 2021 Tentang Perkebunan terkait dengan tafsir Pasal
dalam UU Perkebunan, Yaitu :
Jenis dan Perizinan Usaha Perkebunan
Pasal 41 :
1. Jenis Usaha Perkebunan terdiri atas usaha budi daya Tanaman
Perkebunan, usaha Pengolahan Hasil Perkebunan, dan usaha jasa
Perkebunan.
2. Usaha budi daya Tanaman Perkebunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan serangkaian kegiatan pratanam, penanaman,
pemeliharaan tanaman, pemanenan, dan sortasi.
3. Usaha Pengolahan Hasil Perkebunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan kegiatan pengolahan yang bahan baku
utamanya Hasil Perkebunan untuk memperoleh nilai tambah.
4. Usaha jasa Perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kegiatan untuk mendukung usaha budi daya tanaman
dan/atau usaha Pengolahan Hasil Perkebunan.
ANALISIS
Pasal 42 :
• Kegiatan usaha budi daya Tanaman Perkebunan dan/atau
usaha Pengolahan Hasil Perkebunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) diatas hanya dapat
dilakukan oleh Perusahaan Perkebunan apabila
telah mendapatkan hak atas tanah dan/atau izin
Usaha Perkebunan.
ANALISIS
Pasal 107
Setiap Orang secara tidak sah yang:
Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1 ayat (2) KUHP bahwa: Bilamana ada
perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka
terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkannya.”
Sesuai dengan kasus ini dimana telah diatur terlebih dahulu dalam UU No 18
Tahun 2004 dan kemudian UU tersebut diganti dengan UU No 39 Tahun 2014,
dan dalam aturan pidananya perbuatan tersebut baik dalam UU No 18 Tahun
2004 maupun dalam UU No 39 Tahun 2014 diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun, sedangkan untuk ancaman pidana dendanya dalam UU No 18
Tahun 2004 diancam dengan denda Rp.2.000.000.000,- (dua miliar rupiah)
sementara dalam UU No 39 Tahun 2014 diancam dengan pidana denda
Rp.5.000.000.000,- (lima miliar rupiah). Maka saya berpendapat bahwa peraturan
perundangan yang diterapkan pada perkara ini adalah UU No. 18 Tahun 2004, karena
aturan pidana dalam UU ini lebih menguntungkan si tersangka salah satu asas hukum
yang sangat universal dalam hukum adalah asas legalitas, yang mana asas tersebut
mengisyaratkan bahwa Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk hanya akan
berlaku pada tindakan hukum yang dilakukan setelah peraturan itu dibentuk.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat saya katakan bahwa Permendagri No. 76
tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014 tidak dapat diberlakukan pada tindakan hukum
yang terjadi sebelumnya.
PENDAPAT AHLI
Bahwa menurut Keterangan AHLI PERKEBUNAN TOGU RUDIANTO, SH, MH
(KEMENTRIAN PERTANIAN RI)
Pasal 105
Pasal 55
• Setiap Orang secara tidak sah dilarang:
a. mengerjakan, menggunakan, menduduki, dan/atau menguasai Lahan
Perkebunan;
b. mengerjakan, menggunakan, menduduki, dan/atau menguasai Tanah
masyarakat atau Tanah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat dengan
maksud untuk Usaha Perkebunan;
c. melakukan penebangan tanaman dalam kawasan Perkebunan; atau
d. memanen dan/atau memungut Hasil Perkebunan.
PASAL PASAL TAMBAHAN
Pasal 106
Menteri, gubernur dan bupati/wali kota yang berwenang
menerbitkan izin usaha perkebunan yang:
a.menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan peruntukan;
dan/atau
b.menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan syarat dan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
PASAL PASAL TAMBAHAN
Hormat Kami,