Anda di halaman 1dari 3

Nama : Kamsiah

Kelas : PPG PGSD PRAJABATAN C

Mata Kuliah : Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus

1. Bentuk - bentuk layanan pendidikan untuk ABK (segregasi dan inklusif)


a. Sekolah segresi
Sekolah segregasi merupakan sistem layanan yang terpisah dari pendidikan umum
dan dilaksanakan secara khusus. Sekolah Luar Biasa (SLB)/Sekolah Khusus
merupakan lembaga pendidikan khusus yang memberikan layanan pada ABK.
1) Sekolah Luar Biasa (SLB)/Sekolah Khusus.
Sistem pada sekolah khusus lebih mengarah ke pendidikan individualisasi.
Setiap SLB memiliki tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut. Pada
awalnya SLB disesuaikan dengan satu disabilitas saja pada ABK, sehingga SLB
untuk tunanetra (SLB-A), SLB untuk tunarungu (SLB-B), SLB untuk tunagrahita
(SLB-C), SLB untuk tunadaksa (SLB-D), dan SLB untuk tunalaras (SLB-E).
2) SLB Berasrama.
SLB Berasrama merupakan SLB dengan fasilitas penginapan bagi ABK.
Penginapan dikelola oleh sekolah sehingga SLB tersebut memiliki tingkatan yaitu
tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut.
3) SLB Kelas Jauh.
SLB dengan kelas jauh diperuntukkan bagi ABK yang memiliki tempat
tinggal jauh dari SLB. Terbatasnya SLB sedangkan ABK memiliki persebaran di
seluruh indonesia,SLB terdekat bertanggung jawab terhadap kelas jauh tersebut.
SLB terdekat sebagai sekolah induk memberikan tugas kepada tenaga guru untuk
melakukan kelas jauh.
4) SLB dengan Guru Kunjung.
SLB dengan guru kunjung merupakan suatu layanan pendidikan khusus
bagi ABK yang memiliki hambatan untuk mengikuti proses pembelajaran di SLB
terdekat. Guru kunjung( intinerant teacher) datang ke rumah PDBK dan
memberikan pembelajaran. Administrasi tetap dilakukan di SLB terdekat yang
merupakan naungan dari guru kunjung.
b. Sekolah Inklusif
1) Kelas Biasa
Pada kelas biasa, ABK melakukan kegiatan pembelajaran bersama peserta
didik pada umumnya dan menggunakan kurikulum yang berlaku pada sekolah
tersebut
2) Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus
Pelayanan pendidikan khusus menggunakan pendekatan individual dengan
menyesuaikan metode sesuai dengan karakteristik ABK. Ruang bimbingan
khusus dilengkapi dengan media pembelajaran sesuai dengan layanan pendidikan
khusus.
3) Kelas Khusus
Pelaksanaan pendidikan khusus mengikuti kurikulum SLB dan
dilaksanakan pada ruang bimbingan khusus. Keterpaduan pada kelas ini
merupakan keterpaduan lokal/bangunan atau keterpaduan yang bersifat
sosialisasi.
2. Kurikulum untuk layanan pendidikan ABK
Kurikulum untuk ABK secara khusus diatur dalam Permendikbud Nomor 157
Tahun 2014 tentang Kurikulum Pendidikan Khusus. Lebih spesifik pada Pasal 6
dijelaskan bahwa kurikulum bagi ABK dapat berbentuk kurikulum pendidikan khusus
atau mengikuti kurikulum reguler. Kurikulum reguler yang dimaksud adalah kurikulum
yang menjadi acuan pendidikan kelas reguler yaitu Kurikulum 2013. Lebih lanjut,
program pendidikan khusus juga bisa ditambahkan pada kurikulum reguler. Sedangkan
kurikulum pendidikan khusus yang dimaksud pada pasal 6 adalah Kurikulum 2013 yang
disesuaikan dengan kebutuhan khusus setiap ABK. Kurikulum pendidikan khusus yang
dimaksud dijelaskan pada Pasal 8 Ayat 4 yaitu program umum, program kebutuhan
khusus, program kemandirian.
Program kebutuhan khusus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
pengembangan diri dan meminimalkan adanya hambatan pada ABK dengan alokasi
waktu yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ABK.
Program pilihan kemandirian yang dimaksud pada Pasal 8 Ayat 4 dijelaskan pada
Pasal 11 yaitu Program pilihan kemandirian diberikan agar ABK tidak bergantung pada
orang lain, menjadi bekal hidup, dan mempersiapkan ABK agar mampu bekerja.
Pembelajaran ABK dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan
masing - masing yang didapat dari hasil asesmen (materi ini akan kalian pelajari di Topik
5 Identifikasi dan Asesmen ABK).
Penilaian hasil belajar ABK mengacu pada penilaian hasil belajar reguler yang
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing ABK. Bagi ABK yang memiliki potensi
kecerdasan ataupun bakat istimewa, pembelajaran dapat dilaksanakan pada satuan
pendidikan reguler seperti ditulis pada Pasal 15 Ayat 3 yaitu Kelas biasa/reguler dengan
program pengayaan; dan/atau Kelas khusus dengan program percepatan.
Program percepatan disesuaikan dengan kebutuhan khusus tiap anak sesuai
dengan potensi kecerdasan masing-masing. Persyaratan program percepatan sebagaimana
Pasal 15 Ayat 4.
Lebih lanjut berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi Republik Indonesia Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan
Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Kurikulum menjelaskan bahwa struktur kurikulum
SLB mengacu kepada struktur kurikulum SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA yang
disesuaikan untuk ABK dengan hambatan intelektual. Untuk ABK yang tidak mengalami
hambatan intelektual dapat menggunakan kurikulum pendidikan reguler yang disesuaikan
dengan kondisi peserta didik. Kemudian ABK yang tidak memiliki hambatan intelektual
di SLB atau Satuan Pendidikan Penyelenggara Pendidikan Inklusif dapat menggunakan
struktur kurikulum dan capaian pembelajaran pendidikan reguler sesuai jenjangnya
dengan menerapkan prinsip-prinsip modifikasi kurikulum. Untuk pemahaman lebih lanjut
mengenai kurikulum untuk ABK di sekolah silahkan membaca Permendikbud Nomor
157 Tahun 2014 tentang Kurikulum Pendidikan Khusus.

Anda mungkin juga menyukai