Anda di halaman 1dari 97

STANDAR AKREDITASI

PUSKESMAS

BAB 1

KEPEMIMPINAN DAN
MANAJEMEN PUSKESMAS
■ Nama : Dr. Yael Esthi Nurfitri Kuncoro, SpKK

■ Pekerjaan :
■ Surveior UKP Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
■ Surveior Akreditasi Rumah Sakit
■ Ketua Komite PPI RS Ken Saras
■ Ketua Sub Komite Mutu Profesi RS Ken Saras
■ Kepala Bidang Penunjang Medis RS Ken Saras
■ No HP 081229099921

■ Pendidikan:

■ FK : FK. Universitas Diponegoro Semarang : (2001 – 2007)


■ Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Univ. Diponegoro Semarang : (2008 –
2012)
BAB I - KMP
STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS REVISI
BAB I KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN PUSKESMAS
6 STANDAR, 23 KRITERIA, 84 ELEMEN PENILAIAN

PERAN DINAS KESEHATAN 1.6 1.1 PERENCANAAN PUSKESMAS


KAB/KOTA
➢ 2 KRITERIA
➢ 1 KRITERIA
➢ 11 EP
➢ 7 EP

1.5
PENGAWASAN, 1.2 TATAKELOLA ORGANISASI
PENGENDALIAN, PENILAIAN
KINERJA ➢ 4 KRITERIA
➢ 10 EP
➢ 3 KRITERIA
➢ 15 EP

1.3
MANAJEMEN FASILITAS & MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
KESELAMATAN (MFK) 1.4
➢ 5 KRITERIA
➢ 14 EP
➢ 8 KRITERIA
➢ 30 EP
Why….
Is your healthcare facility safe?

OSHA says Healthcare facility Fails to Protect Workers


Manajemen fasilitas dan keselamatan

• Pengelolaan fasilitas dan keselamatan untuk menjamin berfungsinya,


kenyaman, keamanan, keselamatan, dan efisiensi dari fasilitas dan
lingkungannya bagi pasien, pengunjung, karyawan dan fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut.

• Suatu proses multidisiplin untuk memastikan berfungsinya fasilitas dan


lingkungannya dengan aman, nyaman, efisien dengan mengintegrasikan
karyawan, tempat pelayanan, proses dan tehnologI
STANDAR 1.4. MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
(MFK)

1.4.1. PROGRAM MFK

1.4.7. PROGRAM PENGELOLAAN 1.4.2. PROGRAM KESELAMATAN DAN


SISTEM UTILISASI KEAMANAN

1.4.6. PROGRAM KETERSEDIAAN 1.4.3. MANAJEMEN INVENTARISASI,


ALAT KESEHATAN PENGELOLAAN, PENYIMPANAN DAN
PENGGUNAAN B3 DAN LIMBAH B3

1.4.5. PROGRAM PENCEGAHAN 1.4.4. PROGRAM TANGGAP DARURAT


DAN PENANGGULANGAN BENCANA
KEBAKARAN

1.4.8. DIKLAT MFK


1.4.1. PROGRAM MFK
1.4.1 Disusun dan diterapkan rencana program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) yang
meliputi keselamatan dan keamanan fasilitas, pengelolaan bahan dan limbah berbahaya,
manajemen bencana, pengamanan kebakaran, alat kesehatan dan system utilisasi

Pokok Pikiran:
• Puskesmas perlu menyusun program MFK
a. Manajemen Keselamatan dan keamanan
b. Manajemen bahan dan limbah berbahaya dan beracun
c. Manajemen Bencana/disaster
d. Manajemen Penanganan Kebakaran
e. Manajemen Alat Kesehatan
f. Manajemen system utilisasi
g. Pendidikan (edukasi) petugas
• Dilakukan identifikasi dan pembuatan peta risiko (huruf a sd f)
• Tetapkan tim atau petugas yang menjalankan program MFK
• Dilakukan evaluasi minimal per tri wulan
1.4.1. PROGRAM MFK

Terdapat petugas yang bertanggung jawab


1 dalam MFK serta tersedia program MFK
yang ditetapkan setiap tahun berdasarkan
identifikasi risiko. (R)
ELEMEN PENILAIAN
Puskesmas menyediakan akses yang
2 mudah dan aman bagi pengguna layanan
dengan keterbatasan fisik (D,W)

3 Dilakukan identifikasi terhadap area-area


berisiko yang meliputi huruf a sampai huruf
f pada pokok pikiran. (D,W)

4 Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut per tri


wulan terhadap pelaksanaan program MFK
meliputi huruf a sampai huruf f pada pokok
pikiran. (D)
Program MFK
dan Perbaikan &
Identifikasi (AREA) BERISIKO Minimalisir
R risiko
KESELAMATAN & KEAMANAN
Ada SK Ka Puskesmas
ttg PJ MFK PENGELOLAAN B3 LIMBAH B3

MANAJEMEN KEDARURATAN MONEV


&
PENGAMANAN KEBAKARAN
TL
PERALATAN KESEHATAN Setiap 3 bulan

SISTEM UTILISASI

DIKLAT MFK
D
PJ. MFK
a)mengawasi semua aspek program manajemen risiko seperti pengembangan
rencana dan memberikan rekomendasi untuk ruangan, peralatan medis,
teknologi dan sumber
daya.
b) mengawasi pelaksanaan program secara konsisten dan berkesinambungan
c) melakukan edukasi staf
d) Melakukan pemantauan program
e) secara berkala menilai ulang dan merevisi program manajemen risiko
fasilitas dan lingkungan
f) menyerahkan laporan triwulan dan tahunan kepada Kepala Puskesmas
g) Mengorganisasikan dan mengelola laporan kejadian/insiden, melakukan
analisa dan upaya perbaikan.
Dst…..
Kerangka ISI Program MFK

1.Pendahuluan
2.Latar belakang
R 3.Tujuan umum dan khusus
4.Kegiatan pokok & Rincian Kegiatan
• Kegiatan pokok :
a. Keselamatan dan Keamanan
b. Bahan beracun dan berbahaya
c. Disaster plan
d. Kebakaran
e. Sistim utilisasi , listrik, air dan sistim pendukung penting lainnya
f. Peralatan medis
5.Cara melaksanakan kegiatan
6.Sasaran
7.Jadwal pelaksanaan kegiatan
8.Evaluasi pelaksanaan kegiatan & pelaporannya --> Ketentuan Review Program
9.Pencatatan, pelaporan & evaluasi kegiatan
Tujuan :
MANAJEMEN FASILITAS &
KESELAMATAN
Improving person experience:
- Patient safety
- Workers safety
Safer Health Care Environment:
- Free form physical hazards
- Free from psychological
hazards
Cost saving & Efficiency
Untuk mencapai tujuan tsb

• Penerapan manajemen risiko dalam pengelolaan fasilitas


dan keselamatan
• Manajemen Risiko adalah proses yang proaktif dan kontinu meliputi
identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, informasi komunikasi,
pemantauan, dan pelaporan Risiko, termasuk berbagai strategi yang
dijalankan untuk mengelola Risiko dan potensinya (PMK 24/2019)
• Risiko : Potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari
proses/kegiatan saat ini atau kejadian pada masa yang akan datang
(ERM, Risk Management Handbook for Health Care Organization)
Proses
manajemen
risiko
• Patient care related risks
• Clinical staff related risks
Penetapan • Non clinical staff related risks
• Facility related risks
konteks • Financial risks
(lingkup) • Other risks
(McCaffrey & Hagg-Rickert, Risk Management
Handbook, pp 100-104, 2004)
Identifikasi risiko
• Mengenali risiko-risiko yang pernah terjadi dan
berpotensi terjadi di masa mendatang:
• Risiko (terpapar hazard) yang pernah terjadi
• Risiko yang berpotensi terjadi
• Caranya:
• Curah pendapat
• Keluhan
• Tuntutan
• Kejadian & hasil analisisnya
• Penilaian ahli
• Wawancara/kuesioner
Analisis
Risiko

Menentukan estimasi risiko kuantitatif


atau kualitatif tehnik-tehnik
evaluasi/matemattis

Proses mengenali hazard yangmungkin


terjadi & potensi kegawatan. dari hazard
tersebut
Evaluasi Risiko(Penilaian
risiko):
melakukan penilaian terhadap
risiko untuk menentukan
tindak lanjut untuk mengelola
risiko
Treatment
thd risiko Kelola Risiko melalui Tehnik MR

Risk Control Risk Financing

Hindari Risiko
(Risk Avoidance) Transfer Retensi

Cegah kerugian
(Loss Prevention) Non Asuransi Pasif Aktif
(frekuensi) asuransi Non
Kontrak, asuransi +
perjanjian Self
Reduksi
kerugian (Loss Insurance
Reduction )
(dampak)

Segregasi

Kontrak transfer
(Non asuransi)
PROSES MANAJEMEN RISIKO
Identifikasi / Analisa Paparan Kelola Risiko melalui Tehnik MR

Identifikasi Analisa Risiko Risk Control Risk Financing


Risiko Frequency
Identifikasi kerugian
Kerugian Seberapa sering
kerugian akan Hindari Risiko
(Risk Avoidance) Transfer Retensi
terjadi”
+ Severity
Seberapa serius Cegah kerugian
(Loss Prevention) Non Asuransi Pasif Aktif
dampak kerugian asuransi
(frekuensi) Non
terjadi? Kontrak, asuransi +
perjanjian Self
Reduksi
Kerugian (Loss) kerugian (Loss Insurance
Reduction )
(dampak)
Property Finansial Liabiity Personi
l
Segregasi

Kontrak transfer
(Non asuransi)

ASHRM
No Pengendalian risiko (risk Contoh
control)
1 Risk avoidance: hindari risiko Menghindari datang ke rumah sakit
Tidak menggunakan B3 tertentu
2 Loss prevention (mencegah Mengurangi frekuensi masuk ke
kerugian dengan meminimalkan ruang isolasi
frekuensi paparan) Mengurangi menyentuh B3
3 Loss reduction (mengurangi Penggunaan APD
kerugian dengan meminimalkan
dampak)
4 Segregasi (separation): Memisahkan limbah infeksius dan
pemisahan limbah non infeksius
5 Contract transfer: mentransfer KSO peralatan medis
risiko pada pihak lain
No Pembelanjaan risiko (risk Contoh
financing)
1 Transfer non asuransi Sewa peralatan tanpa asuransi

2 Transfer asuransi Pembelian/sewa alat dengan


asuransi bila terjadi kerusakan
3 Retensi pasif (un-planed Setiap kali risiko terjadi dibiayai
retention) sendiri
4 Retensi aktif (planed retention) Risiko yang bakal terjadi sudah
diantisipasi dan dialokasikan biaya
REGISTER RISIKO
NO UNIT RISIKO PROBABILITAS DAMPAK DERAJAT PENYEBAB AKIBAT UPAYA YG PENCEGAHA PENANGGUNG PELAPOR
KERJA/PELAYA RISIKO SUDAH N SUPAYA JAWAB AN
NAN DILAKUKAN TIDAK
TERJADI
LAGI
1.4.2. PROGRAM KESELAMATAN DAN KEAMANAN

1.4.2. Puskesmas melaksanakan program keselamatan dan keamanan

• Pengertian safety dan security sering diartikan sama


• Safety stands for accident avoidance, Protection o
f an individual’s physical well-being and health
• Security stands for crime prevention, Protection of
an individual or of business’ property or assets
• Purpose of Safety and security: protecting someone or s
omething from harm
• Tujuan keselamatan dan keamanan dikelola adalah untuk
mencegah accident (cedera) akibat fasilitas (bangunan, ut
ilitas, peralatan, bukan akibat pelayanan) dan mencegah
terjadinya tindak criminal di fasilitas pelayanan kesehatan
1.4.2. PROGRAM KESELAMATAN DAN KEAMANAN

1.4.2. Puskesmas melaksanakan program keselamatan dan keamanan

Pokok Pikiran:
• Program untuk keselamatan dirancang untuk mencegah terjadinya cedera
bagi pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat akibat Keselamatan da
n Kesehatan Kerja (K3), seperti tertusuk jarum, tertimpa bangunan, kebaka
ran, gedung roboh, dan tersengat listrik
• Program keselamatan bagi petugas terintegrasi dengan program keselam
atan dan kesehatan kerja
• Program untuk keamanan perlu direncanakan untuk mencegah terjadinya
kejadian kekerasan fisik maupun cedera akibat lingkungan fisik yang tidak
aman seperti penculikan bayi, pencurian, dan kekerasan pada petugas
• Apabila Puskesmas mengalami renovasi dan atau konstruksi bangunan ma
ka perlu disusun Infection Control Risk Assesment (ICRA) renovasi untuk
memastikan proses renovasi dan atau konstruksi bangunan dilakukan seca
ra aman dan mengontrol terjadinya penyebaran infeksi (lihat juga PPI 5.5.
2
Security: melindungi properti milik fasyankes,
pasien, staf, keluarga, pengunjung dari bahaya
kehilangan, kerusakan atau pengrusakan oleh orang
yang tidak berwenang
• Merencanakan, menerapkan, dan
Caranya :
• Dinding bangunan yang kuat
• Pagar, pintu
• Petugas security (satpam)
• Pencegahan terjadinya pencurian
• ID card dan badge karyawan dan pengunjung
• Pemasangan kunci (misalnya pada ruang kasir,
ruang farmasi, ruang rekam medis, ruang bayi)
• Monitoring dengan CCTV
• Terhindar dari tindak kekerasan fisik maupun
pelecehan seksual
• Terhindar dari aksi terror
• Terhindar dari aksi penculikan
Keselamatan → memberi jaminan bahwa
gedung, properti, teknologi medis dan
informasi, peralatan dan sistem tidak
berpotensi mendatangkan risiko terhadap
pasien, keluarga, staf, pengunjung.
• Terhindar dari kondisi fasilitas
(bangunan, system utilitas,
peralatan) yang tidak aman
• Sistem alarm: fire alarm, fire detector,
smoke detector, heat detector
• Sistem ventilasi dan air conditioning
• Uninterupted Electric power Supply
• Emergency shut off (pemadaman
tombol otomatis)
• Terhindar dari bahaya jika terjadi
bencana atau kebakaran
• Pemakaian alat pelindung diri (pada
renovasi)
• Evakuasi dan escape jika terjadi
bencana atau kekerasan
Perlu adanya regulasi yang mengatur

Contoh:
• Kebijakan keamanan dan
keselamatan
• Penetapan kode-kode emergensi
• Penetapan petugas yang
bertanggung jawab
• SOP penggunaan tanda pengenal
pada tamu
• SOP safety briefing
• ….dst
Upaya yang perlu dilakukan (antar lain….)
• Keselamatan pasien, pengunjung mulai dari akses sampai dengan pulang
• Perlunya dilakukan safety briefing, adanya jalur evakuasi jika terjadi bencana, dan titik kumpul
• Sistem pelaporan dan tindak lanjut jika terjadi kekerasan, pencurian/kehilangan, penculikan
• Sistem komunikasi untuk menjaga keamanan dan keselamatan (penggunaan HT, pengguaan kode-kode
emergensi, pager, alarm)
• Sistem pemutusan otomatis tuas kontrol (misalnya pemutusan listrik secara sentral ketika terjadi kebakaran,
sprinkle otomatis ketika terjadi kebakaran), pelabelan tuas kontrol
• Peringatan untuk tidak membawa barang berharga
• Prosedur penitipan barang oleh pasien, pasien yang tidak sadar, dsb
2. Pemeliharaan Bangunan
• Arsitektur
• Struktural
• Pengaruh korosi, cuaca, kelembaban, pembebanan
• Preventive maintenance
• Pencegahan perubahan dan penambahan fungsi yang mempengaruhi beban
bangunan
• Housekeeping
• Cleaning service
• Pest control
• General cleaning
Rehabilitasi, Renovasi, Restorasi

• PCRA
• Pengawasan
• Pemeriksaan
• Pengujian
3. PCRA (Pre Construction Risk Assesment)
• Manajemen risiko pada konstruksi adalah proses yang bertahap dan
berkesinambungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
dampak konstruksi pada pasien, petugas, dan lingkungan fasyankes.

• Melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko dampak


konstruksi, renovasi dan demolisi.

• Kerja sama antara fasyankes dengan pihak kedua selaku pelaksana


renovasi
PCRA meliputi
• Kualitas udara
• ICRA
• Utilitas
• Kebisingan
• Getaran
• Bahan berbahaya
• Layanan darurat
• Bahaya lain yang mempengaruhi perawatan, pengobatan dan layanan

Selain itu, FKTP memastikan bahwa kepatuhan kontraktor dipantau, ditegakkan dan didokumentasikan.
Sebagai bagian dari penilaian risiko,maka risiko pasien terhadap infeksi akibat konstruksi dievaluasi melalui
asesmen pengendalian risiko infeksi yang dikenal sebagai ICRA
1.4.2. PROGRAM KESELAMATAN DAN KEAMANAN

1 4
Dilakukan identifikasi Dilakukan pemantauan
terhadap pengunjung, terhadap pekerjaan konstruksi
petugas dan petugas alih
ELEMEN PENILAIAN terkait keamanan dan
daya (outsourcing) (D,O,W)
pencegahan penyebaran infeksi.
(D,O,W)

2
Dilakukan inspeksi fasilitas 3 Dilakukan simulasi
secara berkala meliputi terhadap kode darurat
bangunan, prasarana dan secara berkala. (D, O,W).
peralatan (D,O,W)
PROGRAM KESELAMATAN DAN KEAMANAN f) Penggunaan kartu identitas seluruh staf RS dan
semua individu yang bekerja di RS, pada pasien
1.Pendahuluan RI, penunggu pasien, pengunjung (termasuk
2.Latar belakang tamu) yang memasuki area terbatas (restricted
3.Tujuan umum & khusus area) sehingga menciptakan lingkungan yang
aman
4.Kegiatan pokok & rincian kegiatan
g) Melindungi dari kejahatan perorangan,
kehilangan, kerusakan atau pengrusakan barang
a. Melakukan asesmen risiko secara komprehensif &
milik pribadi
proaktif untuk mengidentifikasi bangunan, ruangan /
h) Menyediakan fasilitas yang aman sesuai dengan
area, peralatan, perabotan & fasilitas lainnya yang
PerUU, mis: Setiap tangga ada pegangannya, lantai
berpotensi menimbulkan cedera.
tidak licin, Ruang perawatan pasien jiwa : pintu
b. Melakukan pemeriksaan fasilitas secara
kamar menghadap keluar, shower di kamar mandi
berkala &terdokumentasi.

R
tidak boleh menggunakan selang, dll
c. Menyediakan anggaran untuk melakukan
i) Melakukan monitoring pada daerah yang berisiko
perbaikan
keselamatan dan keamanan seperti ruang bayi, OK,
d. Melakukan asesmen risiko pra kontruksi (pra
ruang anak, lanjut usia, pasien rentan yang tidak
construction risk assessment / PCRA) setiap ada
dapat melindungi diri sendiri atau memberi tanda
kontruksi, renovasi atau penghancuran bangunan /
minta bantuan bila terjadi bahaya.
demolisasi.
e. Merencanakan dan menyediakan fasilitas 5. Cara melaksanakan kegiatan
pendukung yang aman, untuk mencegah 6. Sasaran
terjadi kecelakaan dan cedera, mengurangi 7. Skedul (jadwal) pelaksanaan kegiatan
bahaya dan risiko serta mempertahankan 8. Evaluasi pelaksanaan kegiatan &
kondisi aman bagi pasien, keluarga, staf, pelaporannya
pengunjung. 9. Pencatatan, pelaporan & evaluasi kegiatan
1.4.3. PENGELOLAAN B-3 DAN LIMBAH B-3

1.4.3 Inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya beracun


serta pengendalian dan pembuangan limbah bahan berbahaya beracun dilakukan
berdasarkan perencanaan yang memadai dan ketentuan perundangan
1.4.3. PENGELOLAAN B-3 DAN LIMBAH B-3

1.4.3 Inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya beracun


serta pengendalian dan pembuangan limbah bahan berbahaya beracun dilakukan
berdasarkan perencanaan yang memadai dan ketentuan perundangan

POKOK PIKIRAN:
• Bahan berbahaya beracun (B3) dan limbah B3 perlu
diidentifikasi dan dikendalikan secara aman.
• Puskesmas perlu menginventarisasi B3 meliputi lokasi,
jenis, dan jumlah B3 serta limbahnya yang disimpan.
Daftar inventaris ini selalu dimutahirkan sesuai dengan
perubahan yang terjadi di tempat penyimpanan .
• Pengolahan limbah B3 sesuai standar (penggunaan dan
pemilahan, pewadahan dan penyimpanan/TPS B3 serta
pengolahan akhir)
• Tersedia IPAL sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
1.4.3. PENGELOLAAN B-3 DAN LIMBAH B-3

1 4
Dilaksanakan program Ada laporan, analisis, dan
pengelolaan B3 dan tindak lanjut penanganan
limbahnya sesuai angka tumpahan, paparan/pajanan B3
satu sampai tujuh huruf b ELEMEN PENILAIAN dan atau limbah B3. (D,W)
(R)

2
Pengolahan limbah B3 sesuai 3 Tersedia IPAL sesuai
standar (penggunaan dan dengan ketentuan
pemilahan, pewadahan dan peraturan perundang-
penyimpanan/TPS B3 serta undangan. (D, O)
pengolahan akhir) (D,O,W)
inventArisasi

PROGRAM PENGENDALIAN
B3 & LIMBAH B3

INVENTARISASI
PENGELOLAAN
PENYIMPANAN
PENGGUNAAN
R • Penetapan jenis, area/lokasi penyimpanan B3 sesuai
ketentuan perundangan
PENGENDALIAN

• Pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan B3


sesuai ketentuan perundangan (termasuk MSDS)
• Penggunaan APD yang sesuai untuk penggunaan dan
penaganan tumpahan dan paparan yang sesuai
ketentuan perundangan
• Sistem pelabelan yang sesuai ketentuan perundangan
• Sistem pendokumentasian dan perijinan MONEV TINDAK LANJUT
• Sistem pelaporan dan investigasi jika terjadi
tumpahan dan atau paparan
• Pembuangan limbah B3 yang memadai sesuai peraturan
perundang-undangan
Pengelolaan limbah B3 berdasar lampiran
PMK No 52/2018 tentang K3 di Fasyankes
a. Indentifikas dan inventarisasi bahan dan limbah B3
b. Memastikan adanya penyimpanan, pewadahan, dan perawatan bahan sesuai dengan karekteristik, sifat,
dan jumlah.
c. Tersedianya lembar data keselamatan sesuai dengan karakteristik dan sifat bahan dan limbah B3.
d. Tersedianya sistem kedaruratan tumpahan/bocor bahan dan limbah B3.
e. Tersedianya sarana keselamatan bahan dan limbah B3 seperti spill kit, rambu dan simbol B3, dan lain
lain.
f. Mamastikan ketersediaan dan penggunaan alat pelindung diri sesuai karekteristik dan sifat bahan dan
limbah B3.
g. Tersedianya standar prosedur operasional yang menjamin keamanan kerja pada proses kegiatan
pengelolaan bahan dan limbah B3 (pengurangan dan pemilahan, penyimpanan, pengangkutan,
penguburan dan/atau penimbunan bahan dan limbah B3).
h. Jika dilakukan oleh pihak ke tiga wajib membuat kesepakatan jaminan keamanan kerja untuk pengelola
dan Fasyankes akibat kegagalan kegiatan pengelolaan bahan dan limbah B3 yang dilakukan.
Nama B3/Nama dagang
Nama B3 (Komposisi,
No.CAS/No.UN)

Kata Peringatan

Informasi tindakan penanganan

Pernyataan bahaya:
Keterangan tambahan -Klasifikasi B3
- Fisik, kesehatan dan lingkungan
Identitas pemasok
Material Safety Data Sheet (MSDS)

MSDS adalah suatu informasi terperinci yang disiapkan oleh produsen atau manufaktur atau importer dari suatu bahan kimia
yang menjelaskan mengenai sifat kimia dan fisika, bahaya yang ada, batas bahaya yang diperbolehkan, cara penanganan yang
aman, serta pertolongan pertama.
1.4.4. PROGRAM TANGGAP BENCANA

1.4.4. Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan mengevaluasi program tanggap


darurat bencana internal dan eksternal

• Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) ikut


bertanggung jawab untuk berperan aktif dalam upaya mitigasi dan
penanggulangan bila terjadi bencana baik internal maupun eksternal.
• Strategi untuk menghadapi bencana perlu disusun sesuai dengan potensi
bencana yang mungkin terjadi berdasarkan hasil penilaian kerentanan bahaya
(Hazard Vulnerability Assesment).
• Program kesiapan menghadapi bencana disusun dan disimulasikan (setiap
tahun secara internal atau melibatkan komunitas secara luas, terutama
ditujukan untuk menilai kesiapan sistem 2) sampai dengan 6) yang telah
diuraikan di bagian c kriteria 1.5.1.
• Setiap pegawai wajib mengikuti pelatihan/ lokakarya dan simulasi pelaksanaan
program tanggap darurat yang diselenggarakan minimal setahun sekali agar
siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana
• Debriefing adalah sebuah review yang dilakukan setelah simulasi bersama
peserta simulasi dan observer yang bertujuan untuk menindaklanjuti hasil dari
simulasi.
• Hasil dari kegiatan debriefing didokumentasikan .
• Puskesmas ikut bertanggungjawab dalam berperan aktif dalam upaya mitig
asi dan penanggulangan bila terjadi bencana baik internal maupun eksternal
• Strategi dan rencana untuk menghadapi bencana perlu disusun sesuai deng
an potensi bencana yang mungkin terjadi berdasarkan hasil penilaian kerent
anan bahaya (Hazard Vulnerability Assesment), meliputi:
1. identifikasi jenis, kemungkinan, dan akibat dari bencana yang
mungkin terjadi,
2. menentukan peran Puskesmas jika terjadi bencana dgn tetap
memperhatikan keberlangsungan layanan dan tindak lanjut ter
hadap bencana,
3. strategi komunikasi jika terjadi bencana,
4. manajemen sumber daya,
5. penyediaan pelayanan dan alternatifnya,
6. identifikasi peran dan tanggung jawab tiap karyawan, dan
7. manajemen konflik yang mungkin terjadi pada saat bencana
• Program persiapan bencana disimulasikan (disaster drill) setiap tahun seca
ra internal atau melibatkan komunitas secara luas, khususnya nomer 3 sd 7
• Setiap karyawan wajib mengikuti pelatihan/ lokakarya dan simulasi dalam p
elaksanaan program tanggap darurat
1.4.4. PROGRAM TANGGAP BENCANA

1 4 Dilakukan perbaikan terhadap


Dilakukan identifikasi risiko program kesiapan menghadapi
terjadinya bencana internal bencana sesuai hasil simulai
dan eksternal sesuai dan evaluasi tahunan. (D)
dengan letak geografis
Puskesmas dan akibatnya
terhadap pelayanan. (D)

ELEMEN PENILAIAN
Dilakukan simulasi dan evaluasi
tahunan meliputi angka dua sampai
2 dengan angka enam huruf c pada
Dilaksanakannya program 3 kriteria 1.4.1. terhadap program
manajemen bencana meliputi
angka satu sampai dengan kesiapan menghadapi bencana yang
angka tujuh huruf c pada telah disusun, dan dilanjutkan dengan
kriteria 1.4.1. (D, W). debriefing setiap selesai simulasi. (D,
W)
Situasi pasca
bencana Situasi normal
tidak bencana

Perencanaan
Rehabilitasi Mitigasi

Perencanaan
Evakuasi Kontijensi

Situasi saat Situasi terdapat


Terjadi Bencana potensi Bencana
PERENCANAAN MANAJEMEN BENCANA (DISASTER PLAN)
KOMPONEN PROGRAM MANAJEMEN BENCANA
V Kebijakan
1) Identifikasi jenis, kemungkinan, dan akibat dari
V Latar Belakang bencana yang mungkin terjadi (HVA),

2) Menentukan peran Puskesmas dalam kejadian


V
Analisa Risiko
bencana
V Peta Rawan Bencana
3) Strategi komunikasi jika terjadi bencana,
KEBIJAKAN
V Profil Puskesmas
4) Manajemen sumber daya,
V Pengorganisasian 5) Penyediaan pelayanan dan alternatifnya,
V Tupoksi, SOP, Form 6) Identifikasi peran dan tanggung jawab tiap
V Glossary Fasilitas pegawai serta manajemen konflik yang mungkin
terjadi pada saat bencana,

7) Peran Puskesmas dalam tim terkoordinasi


dengan sumber daya masyarakat yang tersedia
Hazard Vulnerability Assement

konsep
Risk

Disaster/Eksposure
Kontijensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera
terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi

▪ Rencana Kontijensi adalah uatu proses identifikasi dan penyusunan rencana


yang didasarkan pada situasi kontijensi atau situasi yg belum tentu terjadi .
▪ Sebuah rencana kontijensi ada kemungkinan tidak dilakukan (diaktifkan) jika
keadaan yang diprediksi tidak terjadi
▪ Prinsip2 Rencana Kontijensi:
▪ Dilakukan bersama sama dengan stake holder dan multi-sektor yang terlibat.
▪ Skenario dan tujuan disepakati.
▪ Dilakukan secara terus terang.
▪ Menetapkan peran dan tugas pelaku.
▪ Menyepakati konsensus.
▪ Dibuat untuk menghadapi keadaan darurat.
Penilaian risiko

Penentuan kejadian

Pengembangan
skenario

Kaji ulang
Penetapan
Kebijakan Strategi

Ketersediaan sumber
Proyeksi Analisa kesenjangan daya
kebutuhan

Rencana tindaklanjut

Formalisasi
Sumber:
“Pengantar Perencanaan Kontijensi” oleh
Aktivasi Bakornas PBP
SIMULASI DAN EVALUASI TAHUNAN
Mengukur kinerja
Seluruh komponen Pemanfaatan Sumber
Diprogramkan dan dilaksanakan
Daya Minimal setahun sekali
Identifikasi area yang

Diikuti seluruh staf dan karyawan


Perlu perbaikan Implementasi: Program
Meningkatkan kemampuan Prosedur, Kebijakan terkait
Staf dan karyawan menghadapi
bencana
serta Komunitas secara luas
Melakukan Debriefing seusai
TUJUAN
simulasi
Menindak lanjuti Debriefing
hasil simulasi
KEGIATAN SIMULASI: Hasil debriefing didokumentasikan
- Emergency Drill
- Workshop
- Seminar
- dll
1.4.5. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
KEBAKARAN

1.4.5 Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan melakukan evaluasi program p


encegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran termasuk sarana evakuasi

POKOK PIKIRAN:
• Setiap fasilitas kesehatan termasuk Puskesmas mempunyai risiko
terhadap terjadinya kebakaran
• Program pencegahan dan penanggulangan kebakaran perlu disusun
sebagai wujud kesiagaan Puskesmas terhadap terjadinya kebakaran
• Yang dimaksud dengan sistem proteksi adalah penyediaan proteksi
kebakaran baik aktif mau pasif.
• Proteksi kebakaran aktif, contohnya APAR, sprinkler, detektor panas,
dan detektor asap,
• Proteksi kebakaran secara pasif, contohnya: jalur evakuasi, pintu darurat,
tangga darurat, tempat titik kumpul aman.
1.4.5. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
KEBAKARAN

1 4 Ditetapkan kebijakan larangan


Dilakukan program merokok bagi petugas, pengguna
pencegahan dan layanan, dan pengunjung di area
penanggulangan kebakaran Puskesmas. (R)
angka satu sampai angka
empat huruf d pada kriteria
1.4.1. (D, O, W)

ELEMEN PENILAIAN

2
Dilakukan inspeksi, pengujian 3 Dilakukan simulasi dan evaluasi
dan pemeliharaan terhadap alat
deteksi dini, alarm, jalur tahunan terhadap program
evakuasi, serta keberfungsian pengamanan kebakaran. (D, W)
alat pemadam api. (D, O, W)
.
PROGRAM PENGAMANAN KEBAKARAN

• Menentukan lokasi yang berpotensi HAZARD kebakaran


• Menganalisa kemungkin yg meningkatkan VULNAREBILITY
Identifikasi risiko terhadap terjadinya kebakaran
• Menentukan tingkat RISK kebakaran gunakan HVA Tool

Inspeksi terhadap sistim proteksi kebakaran, ketersediaan sarana

Menguji dan memelihara sistim proteksi secara periodik


R
Meningkatkan sumber daya manusia melalui edukasi & simulasi

Menerbitkan kebijakan larangan merokok

Memantau kepatuhan kebijakan larangan merokok


Memeriksa kelengkapan , kondisi kelayakan sistim proteksi dan
Sarana penanganan kebakaran

Memeriksa kelayakan sarana jalur dan tanda petunjuk arah evakuasi

Uji coba terhadap sistim proteksi dan sarana penanggulangan kebakaran

Memasang label tanda bahaya dilokasi risiko kebakaran

Pemeriksaan, Pengujian dan pemeliharaan dilakukan periodik


minimal sekali dalam setahun

Evaluasi dan dokumentasikan, up date jika perlu


Memberi edukasi kepada karyawan Puskesmas dan masyarakat sekitar
tentang pencegahan kebakaran dan pengamanan kebakaran.

Mengupayakan sosialisasi dalam bentuk poster, pamflet, dll.

Mengikuti seminar , lokakarya dan pelatihan bagi staf dan karyawan


Puskesmas.

Kegiatan bersifat periodik dan terjadwal,

Semua kegiatan di evaluasi dan didokumentasikan


PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Melatih staf dan karyawan Puskesmas menghadapi


situasi TANGGAP DARURAT KEBAKARAN

Melatih staf dan karyawan Puskesmas menggunakan sarana


penanggulangan kebakaran

Melatih staf dan karyawan Puskesmas melakukan EVAKUASI

Melatih staf dan karyawan Puskesmas menangani korban

Melakukan DEBRIEFING dan EVALUASI utk tindaklanjut

Hasil simulasi, debriefing dan evaluasi didomentasikan

Simulasi dan pelatihan merupakan kegiatan tahunan


Puskesmas menerbitkan Kebijakan Larangan merokok
di area Puskesmas sesuai UU RI No.32 Th 2010.

Sosialisasi dan edukasikan kepada masyarakat tentang Bahaya


merokok bagi Kesehatan dan bahaya kebakaran

Pantau kepatuhan larangan merokok secara


berkesinambungan

Evaluasi pelaksanaan kepatuhan thd Larangan merokok, dan


dokumentasikan
A. FIRE DETECTOR
Sistim proteksi aktif

APAR
Smoke Detector dengan Alarm

Hidrant Karung goni


B. FIRE SUPPRESANT Sprinkler
Sistim proteksi Pasif - sarana evakuasi
- alat bantu evakuasi
1.4.6. PROGRAM JAMINAN KETERSEDIAAN ALAT
KESEHATAN
1.4.6 Puskesmas menyusun program untuk menjamin ketersediaan alat kesehatan
yang dapat digunakan setiap saat

POKOK PIKIRAN
• Penggunaan Aplikasi Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan (ASPAK) oleh Puskesmas
dilakukan untuk memastikan pemenuhan terhadap standar sarana, prasarana, dan alat
kesehatan.
• Data sarana, prasarana, dan alat kesehatan di Puskesmas harus diinput dalam ASPAK dan
divalidasi untuk menjamin kebenarannya
1.4.6. PROGRAM JAMINAN KETERSEDIAAN ALAT
KESEHATAN
1.4.6 Puskesmas menyusun program untuk menjamin ketersediaan alat kesehatan
yang dapat digunakan setiap saat

POKOK PIKIRAN
Untuk mengurangi risiko, alat kesehatan dipilih, dipelihara dan digunakan sesuai
dengan ketentuan. Kegiatan tersebut ditujukan untuk:
• memastikan bahwa semua alat kesehatan tersedia dan berfungsi dengan baik
• memastikan bahwa individu yang melakukan pengelolaan alat kesehatan
memiliki kualifikasi yang sesuai dan kompeten
Agar tidak terjadi keterlambatan atau gangguan dalam pelayanan, alat kesehatan
harus tersedia, berfungsi dengan baik, dan siap digunakan saat diperlukan.
Program yang dimaksud meliputi kegiatan pemeriksaan dan kalibrasi secara
berkala, sesuai dengan panduan produk tiap alat kesehatan.
Pemeriksaan alat kesehatan yang dilakukan petugas meliputi : kondisi alat, ada
tidaknya kerusakan, kebersihan, status kalibrasi, dan fungsi alat
PENERIMAAN (COMMISIONING)

Memastikan peralatan akan berfungsi dengan baik dan tidak akan


menimbulkan bahaya keamanan.

❑ Pemeriksaan Fisik
➢ mencocokkan alat dengan kontrak dan brosur : Merk, tipe/model,
jumlah,
➢ Dokumen teknis yang terdiri dari : Certificate of Origin, Test
Certificate, Manual (operation, service, installation,
wiring/schematic diagram), Izin Edar.
❑ Uji fungsi
Pengujian alat secara keseluruhan, melalui uji bagian-bagian alat
dengan kemampuan maksimum (secara teknis saat itu) tanpa
beban sebenarnya, sehingga dapat diketahui apakah secara
keseluruhan suatu alat dapat dioperasikan dengan baik sesuai
fungsinya.
.
Lanjutan …..

❑ Uji keselamatan
Adalah suatu bentuk pengujian yang dilakukan terhadap produk
untuk memperoleh kepastian tidak adanya bahaya yang ditimbulkan
sebagai akibat penggunaan produk tersebut, seperti Arus bocor,
pembumian, Radiasi bocor dan paparan radiasi dll.

❑ Uji Coba
➢ operator yang telah mengikuti training menoperasikan
pengoperasian alat, dengan pasien/beban sesuai kebutuhan.
➢ kemampuan fungsi dan kemampuan teknis alat.

Semua Uji dan Pelatihan didokumentasikan dengan baik,


Pelabelan, Merancang Pemeliharaan Preventif
1.4.6. PROGRAM JAMINAN KETERSEDIAAN ALAT
KESEHATAN
1.4.6

1
Dilakukan inventarisasi alat 4
kesehatan sesuai dengan ELEMEN PENILAIAN
Dilakukan pemeliharaan dan
ASPAK. (R) kalibrasi terhadap alat
kesehatan secara periodik
(D,O,W)

2 3
Dilakukan inspeksi dan
pengujian terhadap alat Dilakukan pelatihan bagi
kesehatan secara periodik staf agar kompeten untuk
(D, 0, W) mengoperasikan peralatan
tertentu(D,W)
KLASIFIKASI KEBUTUHAN
PEMELIHARAAN ALAT

Saverity Index = Function + Risk + Maitenance


1. Preventive Maintenence
❑ Peralatan dengan nilai Severity Index 10 atau lebih harus
dikategorikan preventif maintenance
❑ Peralatan dengan nilai Maintenance requirement 4 – 5 harus
dikategorikan preventif maintenance
2. Saverity Index peralatan multi fungsi ditentukan sesuai hasil
penilaian “function”, “risk” dan “maintenance” paling tinggi
3. Kebutuhan pemeliharaan
❑ Saverity index 10 s/d 15 : 1 tahun sekali
❑ Saverity index 16 s/d 20 : 2 kali setahun
❑ Maintenance Requirement 4 – 5 : 2 Kali setahun
Sumber : NYU Hospital Center Medical Equipment Management Plan,
Medical equipment maintenance programme overview, WHO, 2011
(https://apps.who.int/medicinedocs/documents/s21566en.pdf)
RESIKO BERDASARKAN FUNGSI ALAT
KATEGORI SKOR TIPE DEFINISI CONTOH

TERAPEUTIK Life Support; Radiation Perangkat yang Defibrillator,


(Perangkat Therapy digunakan untuk mendukung ventilator,
10
yang berlaku hidup; perangkat yang pacemaker, infant
beberapa bentuk digunakan untuk terapi radiasi
incubator
energi)

Surgical and Intensive Perangkat terapetikalam/ by Electrosurgical unit,


Care nature, tetapi digunakan sendiri laser
9
tidak mendukung kehidupan

Physical Therapy and Perangkat dimaksudkan untuk Dialysis machine,


Treatment mengobati pasien penyakit infusion pump,
8
traction unit,
diathermy
DIAGNOSTIK Surgical & critical care Monitor & modul yang EEG machine,
(Perangkat monitoring; radiology digunakan dalam lingkungan noninvasive
7
digunakan untuk Systems bedahatau perawatan kritis; Blood pressure
mendiagnosa radiologi sistem
monitor, x-ray
Pasien penyakit)
generator

Additional Perangkat tidak secara rutin adult scale, tympanic


physiological digunakan dalam lingkungan thermometer,
6
monitoring and perawatan kritis ultrasound unit
Diagnostics
Lanjutan …..
KATEGORI SKOR TIPE DEFINISI CONTOH
ANALITIS Analytical Perangkat yang digunakan Blood gas analyzer,
(Perangkat terutama 5 laboratory dalam klinis laboratorium clinical chemistry
digunakan membantu untuk melakukan analyzer, cell counter
dalam diagnosa pasien.) pengujian diagnostik
spesimen

Laboratory Perangkat yang Shaker, centrifuge,


4 accessories digunakan untuk incubator, microtome
mempersiapkan
spesimen untuk analisis

Computer Perangkat yang Computer, ticket


3 and related digunakan untuk printer, QC system
merekam,mencetak, mengu
mpulkan, atau
mendistribusikan data
MISCELLANEOUS Pasien Perangkat yang X-ray view box,
2 terkait berhubungan sterilizer, chair lift
dengan pasien perawatan,
tetapi tidak langsung
digunakan
Non-pasien Tidak terkait ECG simulator,
1 terkait, uji dengan perangkat office equipment,
peralatan perawatan pasien kitchen equipment,
UPS
RESIKO FISIK TERKAIT APLIKASI KLINIS
KATEGORI SKOR DEFINISI CONTOH-
Kegagalan perangkat dapat Defibrillator,
KEMATIAN PASIEN Mengakibatkan dalam ventilator, anesthesia
5
kematian pasien machine
PASIEN ATAU Kegagalan tidak sering untuk Hypo/hyperthermia
OPERATOR CEDERA menyebabkan kematian unit, laser,
4
tetapi dapat electrosurgical unit
mengakibatkan cedera
TERAPI TIDAK Kegagalan dapat mengakibatkan ECG machine, blood
TEPAT ATAU misdiagnosis atau terapi yang gas analyzer,
3
MISDIAGNOSIS tidak tepat centrifuge
Tidak mungkin kegagalan untuk Gel warmer, heat
RISIKO MINIMAL menimbulkan merugikan sealer, suction pump
2
hasil dengan pasien atau
mempengaruhi keamanan pasien
atau staf
Kegagalan tidak Exam light, computer
TIDAK ADA RISIKO akan menyebabkan merugikan terminal, video, printer
1
SIGNIFIKAN hasil dengan pasien atau
mempengaruhi
pasien atau staf keamanan
RESIKO BERDASARKAN KEBUTUHAN
PEMELIHARAAN (maintenance requirement)
Kategori Skor Definisi Contoh-contoh
Perangkat yang sebagian besar adalah Dialysis machine,
EXTENSIVE/BERAT mekanik, pneumatik, atau fluidic ventilator, anesthesia
5 di alam machine, x-ray table

Perangkat yang memiliki mekanik, Infant incubator,


DIATAS RATA-RATA pneumatik, atau fluidic komponen, blood warmer, laser,
4 tetapi terutama elektronik di alam portable x-ray system
Perangkat yang hanya perlu Defibrillator, infusion
RATA-RATA kinerja verifikasi dan pengujian pump, electrosurgical
3 keamanan, terutama elektronik di alam unit, traction unit

Perangkat yang membutuhkan lebih Lab microscope,


DIBAWAH RATA-RATA sedikit luas pengujian scales, general
2 kinerja medical device

Perangkat yang mungkin hanya Exam light, computer


MINIMAL memerlukan terminal, video
1 inspeksi visual camera
EM < 12 sesuai keperluan
EM 12-14 minimal setahun sekali
EM 15-19 minimal setiap 6 bulan sekali
EM ≥ 20 minimal 4 bulan sekali
• Kalibrasi → Akurasi, ketelitian, keamanan dapat dijamin sesuai besaran-besaran
yang tertera pada alat yang bersangkutan

• Kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat


1. Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus kalibrasi
2. Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus kalibrasi habis
3. Keluaran/kinerja/keamanan/penunjukan tidak sesuai
4. Mengalami perbaikan walaupun sertifikat dan tanda lulus kalibrasi masih berlaku
5. Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi walaupun sertifikat dan tanda
lulus kalibrasi masih berlaku
6. Tanda laik pakai hilang
1.4.7. PROGRAM KETERSEDIAAN UTILITAS

1.4.7 Puskesmas menyusun dan melaksanakan program untuk memastikan semu sistem utilitas berfungsi dan
mencegah terjadinya ketidaktersediaan, kegagalan, atau kontaminasi

Apa saja yang termasuk dalam system utilitas

• Sistem pendukung kehidupan (life support system): • Sistem pendukung peralatan:


– Gas medis: oksigen – Pneumatic tube
– Alat vakum pada kegiatan operasi misal suction – Cart lift system
– Sistem distribusi listrik untuk emergensi • Sistem komunikasi:
• Sistem pengendalian infeksi – Nurse call
• Sistem pendukung lingkungan fisik: – Telepon
– Sistem sanitasi • Sistem informasi:
– Sistem ventilasi – Server dan jaringannya

– AC
– Elevator, Lift
PMK 43 /2019 Pasal 14 (1)
Puskesmas harus memiliki prasarana
yang berfungsi paling sedikit terdiri
atas:
• a. sistem penghawaan (ventilasi);
• b. sistem pencahayaan;
• c. sistem sanitasi;
• d. sistem kelistrikan;
• e. sistem komunikasi;
• f. sistem gas medik;
• g. sistem proteksi petir;
• h. sistem proteksi kebakaran;
• i. sistem pengendalian kebisingan;
• j. sistem transportasi vertikal
untuk bangunan lebih dari 1
(satu) lantai;
• k. kendaraan Puskesmas keliling;
dan
• l. kendaraan ambulans.
Pasal 15 dari PMK 43 / 2019
• Bangunan dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
harus dilakukan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara
berkala agar tetap laik fungsi.
1.4.7. PROGRAM KETERSEDIAAN UTILITAS

1.4.7 Puskesmas menyusun dan melaksanakan program untuk memastikan semu sistem utilitas berfungsi dan
mencegah terjadinya ketidaktersediaan, kegagalan, atau kontaminasi
POKOK PIKIRAN.
• Program pengelolaan sistem utilitas perlu disusun untuk menjamin
ketersediaan dan keamanan dalam menunjang kegiatan pelayanan
Puskesmas
• Sumber air adalah sumber air bersih dan air minum.
• Sumber air dan listrik cadangan perlu disediakan untuk pengganti jika
terjadi kegagalan air dan/ atau listrik.
• Puskesmas harus menyediakan cadangan sumber air, listrik dan gas
medis selama 7 hari 24 jam sesuai kebutuhan.
• Prasarana air, listrik, dan prasarana penting lainnya, seperti genset,
perpipaan air, panel listrik, perlu diperiksa dan dipelihara untuk menjaga
ketersediaannya dalam mendukung kegiatan pelayanan \.
• prasarana air bersih perlu dilakukan pemeriksaan seperti, uji kualitas air
secara periodik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
1.4.7. PROGRAM PENGELOLAAN SISTEM UTILITAS

02 Dilaksanakan program
pengelolaan sistem
Dilakukan inventarisasi sistem utilitas
utilitas dan sistem
sesuai ASPAK. (R)
penunjang lainnya
01 sesuai huruf f pada
kriteria 1.4.1. (R)

ELEMEN PENILAIAN

03
Sumber air, listrik dan gas medik tersedia
selama 7 hari 24 jam untuk pelayanan di
Puskesmas. (D,O)
Ketersediaan listrik, air, gas
medis
Identifikasi & Ketersediaan
sistem utilitas kunci yang lain

Identifikasi area berisiko


kegagalan listrik, air

Pemeriksaan kualitas air


Uji coba sumber air
Dan listrik cadangan
PROGRAM PENGELOLAAN Pemeliharaan system utilitas
SISTEM UTILITAS

implementasi
• Sistem air bersih:
• Direncanakan dan dipasang dengan
pertimbangan sumber air bersih dan
system pengalirannya
• Sumber air bersih dapat diperoleh
langsung dari sumber air berlangganan
atau sumber air lain dengan mutu yang
memenuhi persyaratan
• Sistem penyaluran air kotor
dan/atau air limbah:
• Tersedia system pengolahan air limbah
yang memenuhi persyaratan
• Saluran air limbah harus kedap air, bersih
dari sampah dan dilengkapi penutup
dengan bak control untuk menjaga
kemiringan saluran minimal 1 %
• Pada system penyaluran air kotor
dan/atau air limbah dari ruang
penyelenggaraan makanan disediakan
perangkap lemak
Sistem kelistrikan
• Umum:
• a. Sistem kelistrikan dan penempatannya harus mudah
dioperasikan, diamati, dipelihara, tidak
membahayakan, tidak mengganggu lingkungan, bagian
bangunan dan instalasi lain.
• b. Perancangan dan pelaksanaannya harus memenuhi
SNI 0225-2011, tentang Persyaratan Umum Instalasi
Listrik (PUIL 2011) atau edisi yang terbaru.
• Sumber daya listrik:
• Sumber daya listrik yang dibutuhkan, terdiri dari:
• 1) Sumber daya listrik normal dengan daya paling rendah
10.000 VA; dan
• 2) Sumber daya listrik darurat 75% dari sumber daya listrik
normal.(genset)
• Sistem distribusi: panel listrik, instalasi
pengkabelan, instalasi kotak kontak dan sakelar
• Sistem pembumian:
• Nilai pembumian (grounding) bangunan tidak boleh
kurang impedansinya dari 0.5 Ω. Nilai pembumian
(grounding) alat kesehatan tidak boleh kurang
impedansinya dari 0.1 Ω.
Sistem gas medis
• Gas medik yang digunakan di Puskesmas adalah Oksigen (O2). Sistem
gas medik harus direncanakan dan diletakkan dengan
mempertimbangkan tingkat keselamatan bagi penggunanya.
Persyaratan tehnis system gas medis
• Pengolahan, penggunaan, penyimpanan dan pemeliharaan gas medik
sesuai peraturan
• Tabung/silinder yang digunakan harus yang telah dibuat, diuji, dan
dipelihara sesuai spesifikasi dan ketentuan dari pihak yang
berwenang.
• Tabung/silinder O2 harus di cat warna putih untuk membedakan
dengan tabung/silinder gas medik lainnya sesuai ketentuan yang
berlaku
• Tabung/silinder O2 pada saat digunakan, diletakkan di samping
tempat tidur pasien, dan harus menggunakan alat pengaman seperti
troli tabung atau dirantai.
Pengelolaan system utilitas
• Strategi pemeliharaan untuk memastikan system utilitas secara reguler diispeksi,
dipelihara, dan ditingkatkan, dan jika terjadi kerusakan segera dilakukan
perbaikan
• Dilakukan inventarisasi system utilitas dan komponen-komponennya yang
berdampak pada:
• life support,
• infection control,
• environmental support, and
• communication
• Sistem utilitas secara regular dilakukan inspeksi ada jadualnya.
• Sistem utilitas secara regular dilakukan pemeliharaan preventif
• Sistem utilitas segera diperbaiki jika terjadi kerusakan atau masalah
• Listrik dan air harus tersedia 7 x 24 jam tanpa jeda (uninterrupted water and
electical resources)
• Pengelolala system utilitas harus mengupayakan tidak terjadinya
kegagalan, interupsi fungsi dari system utilitas, dan kontaminasi
• Sistem utilitas cadangan (back up) jika terjadi emergensi/gangguan
pada system utama
• Lokasi/area-area penting yang terdampak oleh kegagalan listrik/air
harus diidentifikasi
• Harus ada rencana contigensi jika terjadi kondisi emergensi ataupun
gangguan yang terjadi tiba-tiba, dan dilakukan ujicoba
Pengelolaan system utilitas
• inspection,
• testing,
• maintenance and
• repair
SISTEM PEMELIHARAAN
PEMELIHARAAN

PEMELIHARAAN PEMELIHARAAN
TERENCANA TIDAK TERENCANA

PEMELIHARAAN PEMELIHARAAN PEMELIHARAAN


PENCEGAHAN KOREKTIF DARURAT

Pemeriksaan Penggantian komponen Reparasi minor Overhaul


termasuk penyetelan minor yaitu pekerjaan yang tidak terencana
dan pelumasan yang timbul langsung ditemukan
dari pemeriksaan waktu
pemeriksaan
Lihat, rasakan
dengarkan
Pemeliharaan
Pemeliharaan waktu berjalan
Waktu berhenti
1.4.8. DIKLAT MFK

1.4.8 Puskesmas menyusun dan melaksanakan pendidikan Manajemen Fasilitas dan


Keselamatan (MFK)bagi petugas

POKOK PIKIRAN
• Dalam rangka meningkatkan pemahaman, kemampuan, dan
keterampilan dalam pelaksanaan Manajemen Fasilitas Dan
Keselamatan (MFK) perlu dilakukan pendidikan petugas agar
dapat menjalankan peran mereka dalam menyediakan
lingkungan yang aman bagi pasien, petugas, dan
masyarakat.
• Pendidikan petugas dapat berupa edukasi, pelatihan, dan in
house training/workshop/lokakarya.
• Pendidikan petugas sebagaimana dimaksud tertuang dalam
rencana program pendidikan manajamen fasilitas dan
keselamatan
1.4.8. DIKLAT MFK

1
Ada rencana program 3
pendidikan Manajemen ELEMEN PENILAIAN
Dilakukan evaluasi dan
Fasilitas dan Keselamatan tindak lanjut perbaikan
bagi petugas. (R) dalam pelaksanaan program
Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan bagi petugas.
(D,W)
2
Dilaksanakan program
pendidikan Manajemen Fasilitas
dan Keselamatan bagi petugas
sesuai rencana. (D,W)
SOSIALISASI
PROGRAM MFK

DIKLAT TERKAIT
MFK (lihat 6 program)

PROGRAM DIKLAT MFK


BERSAMA KITA BISA….

Anda mungkin juga menyukai