Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

REFORMASI SISTEM REKRUTMEN PEGAWAI NEGERI DI KOREA SELATAN:


BELAJAR SISTEM MERITOKRASI DARI NEGERI GINSENG

Oleh:
Agus Subagyo

Abstract

This paper need to descript the system of civil service recruitment that implemented by South Korea for latest
10 years so success to made high quality and performance beureucracy on the frame to endorse economic
growth and national development. The system of civil service recruitment that transparent, accountable, and
professional success to made a high work culture, power of competitor, and performance so positioning this
ginseng’s state as world economic power. The Pillar of government beureucracy that clean, without corruption,
colution, and nepotism, endorsed a high discipline and loyality based the meritocracy system is key success
South Korea’s economic development. Indonesia must to take learning from the success of South Korea in
to managed and pursuit of beureucracy reformacy, especially reformacy of civil service system that based
on meritocracy system.

Key words: reformacy, recruitment, meritocracy, and performance.

PENDAHULUAN pegawai/PNS, telah terkotak-kotak dalam


pertarungan politik dalam garis ideologi
Berbicara mengenai kinerja PNS di nasionalisme, agama, dan komunisme. Pada
Indonesia memang sangat menarik untuk terus masa Orde Baru, wajah birokrasi sangat kental
diperdebatkan. Banyak kalangan menyatakan dengan kekuatan politik Golongan Karya
bahwa kinerja pegawai di Indonesia yang (Golkar) yang tergabung dalam elemen ABG
bekerja di berbagai departemen, kementerian (ABRI, Birokrasi, dan Golkar) dalam sistem
negara, lembaga negara, komisi negara, sampai korporatisme negara (Governance, No. II, Vol.
dengan pemerintah daerah, tidak menunjukkan 5 Tahun 2008). Pada masa reformasi, pilar
kinerja yang optimal (www.kabarindonesia. birokrasi sangat rawan terhadap intervensi
com). Beberapa hasil survei yang dilakukan politik dari berbagai partai politik yang bertarung
oleh lembaga ilmiah menunjukkan bahwa para dalam Pemilu dan Pilkada. Indepensi dan
pegawai lebih banyak mengedepankan materi, netralitas PNS sebagai unsur pelaksana
uang, kekuasaan, dan jabatan saat bekerja, penyelenggaraan pemerintahan menjadi
tanpa adanya upaya menunjukkan prestasi/ sangat terganggu dan mengalami kondisi
performance/kinerja yang baik (Jipolis, Vol. II, dilematis karena ditarik-tarik dalam pusaran
No. 21 Tahun 2007). Hal ini sebenarnya telah politik praktis (Ari Djauhari, Disertasi Tahun
berlangsung lama dan apabila dirunut dalam 2007).
lintasan sejarah, sudah berlangsung sejak Akibatnya, kinerja pegawai dalam
negara ini berdiri. suatu birokrasi pemerintahan menjadi kurang
Pada masa Orde Lama, kekuatan diperhatikan dan terabaikan karena setiap
birokrasi yang didalamnya terdapat unsur pegawai lebih cenderung menjalin komunikasi
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 9
VOL. 3, No.2, November 2009

informal dengan lingkaran politis kekuasaan 2008). Budaya feodalisme dan konservatisme
dan secara terselubung membuka jaringan yang masih menyelimuti sistem birokrasi juga
dengan komunitas partai politik dan kekuatan telah mendorong perilaku menyalahgunakan
legislatif. Para pegawai beranggapan bahwa kekuasaan/wewenang, seperti melakukan
lebih baik memiliki koneksitas dengan praktek korupsi berjamaah, kolusi kronis, dan
kekuasaan yang sangat menguntungkan bagi nepotisme massif (Karyawijayakusuma, Vol. 9
jabatan, golongan, dan kariernya daripada No. IV Tahun 2005).
berkonsentrasi bekerja menunjukkan kinerja Apabila dirunut secara radikal (radix
namun justru sulit untuk menatap karier masa : akar, dilihat dari akar masalahnya), maka
depannya. pangkal persoalan kinerja PNS yang rendah
Kondisi yang demikian telah men- dan perilaku PNS yang kurang mencerminkan
dorong perilaku PNS untuk bekerja secara sebagai pelayan masyarakat adalah berasal
instant, malas-malasan, cenderung cari muka, dari sistem rekrutmen yang tidak baik dan
dan mengutamakan pelayanan kepada atasan kurang tepat. Selama ini, proses penyeleng-
daripada melayani masyarakat. Para PNS garaan rekrutmen dan seleksi pengadaan
kurang semangat dalam menciptakan inovasi, PNS sarat akan nuansa KKN, tertutup, kurang
kreasi dan invensi (terobosan/penemuan) di terbuka, kurang transparan, dan akuntabel.
lingkungan kerjanya masing-masing. Disiplin, Proses pengadaan PNS di sebagian besar
integritas, loyalitas, kapabilitas dan kompetensi lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah
dalam bekerja kurang diindahkan sehingga daerah dinilai oleh berbagai kalangan masih
berujung pada rendahnya produktifitas kerja kental dengan hubungan kekerabatan, ikatan
dan capaian sasaran kinerja yang telah emosional, jaringan kewilayahan, nuansa
ditetapkan sebelumnya. Survei menunjukkan kekeluargaan, dan aspek primordialisme.
bahwa tingkat etos kerja dan produktifitas kerja Pelaksanaan rekrutmen PNS yang
PNS jauh lebih rendah (kurang lebih dalam terjadi selama ini dipersepsikan masyarakat
prosentase 50%) dibandingkan dengan etos sangat tidak profesional. Hanya orang-orang
kerja dan produktifitas kerja dari pegawai/ yang memiliki hubungan dan koneksi dengan
karyawan yang bekerja di sektor perusahaan “orang dalam”/panitia saja yang akan lulus
swasta (Lemlit UNPAD, 2006). menjadi PNS dengan imbalan materi berupa
Potret buram kinerja dan perilaku uang tertentu sebagai kompensasi (www.
PNS ini diperparah lagi dengan semakin me- rakyataceh.com). Sudah menjadi rahasia
ningkatnya pelanggaran etika, pelanggaran umum bahwa ingin masuk menjadi PNS harus
disiplin dan pelanggaran hukum/pidana memiliki uang puluhan juta sampai ratusan juta
yang terjadi di tengah masyarakat. Sering untuk menyuap orang dalam/panitia. Sepandai
terdengar di media cetak dan elektronik dimana apapun seseorang, sebanyak apapun prestasi
ada oknum PNS yang tertangkap tengah yang diraih seseorang, dan segudang keahlian/
“mangkir”/“mbolos” kerja, oknum PNS yang keteram-pilan yang dimiliki oleh seseorang,
ketahuan tengah melakukan perselingkuhan tanpa adanya jaringan, koneksi, dan materi,
sesama rekan kerja, oknum PNS yang maka niscaya bahwa seseorang tersebut akan
menggunakan Narkoba, dan oknum PNS sangat sulit untuk lulus menjadi PNS.
yang melakukan penganiayaan terhadap Meskipun sekarang ini di sebagian
masyarakat (Public Sphere, Vol 5, No. 6, besar pemerintah dan pemerintah daerah

10 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

telah memanfaatkan teknologi informasi dan akan menjawab sejumlah pertanyaan tersebut
komunikasi, khususnya internet, dalam proses dengan mengambil studi kasus pada sistem
penerimaan PNS agar supaya transparan dan rekrutmen pegawai di Korea Selatan, sehingga
akuntabel, sebagai wujud nyata dari aplikasi apa yang telah berhasil dilakukan oleh Negeri
e-goverment, namun dalam prakteknya, ada Ginseng ini dapat diambil pelajaran dan hikmah
sinyalemen bahwa sistem tersebut masih bisa bagi penataan rekrutmen PNS di Indonesia.
dimanipulasi sedemikian rupa sehingga sulit
untuk diakses publik (www.slideshare.net). Hal
ini menegaskan bahwa sebaik apapun sistem TINJAUAN PUSTAKA
yang dibuat, apabila orang/subyek/aktor nya
tidak profesional, maka sistem tersebut sulit Untuk menganalisis mengenai proses,
akan dapat berjalan dengan baik. Inilah yang mekanisme, dan tahapan dalam penye-
kemudian memunculkan adagium “the man lenggaraan rekruitmen PNS di lingkungan
behind the gun”. pemerintah dan pemerintah daerah, maka
Proses rekruitmen PNS yang buruk diperlukan pisau analisis sehingga akan
seperti di atas telah menjadi kebiasaan dan menghasilkan analisis yang tajam, sistematis,
budaya yang tentunya sulit untuk dihapuskan logis dan aplikatif. Oleh karena itu, berikut
dalam waktu sekejap. Budaya rekrutmen PNS ini akan dijelaskan semacam kerangka
yang tidak transparan, tidak akuntabel dan konseptual yang dapat dijadikan sebagai alat
tidak profesional tersebut akhirnya berakibat analisis untuk membedah budaya rekrutmen
pada tidak didapatkannya SDM PNS yang PNS di Indonesia dan seperti ada model ideal
berkualitas. Sistem rekrutmen yang demikian rekrutmen PNS yang cocok/layak diterapkan
hanya akan menghasilkan PNS yang bermental di Indonesia.
korup, berkepribadian ganda, dan lemah dalam
aspek keterampilan/keahlian (www.jambiprov. Manajemen SDM
go.id). Mekanisme rekrutmen seperti itu sulit Dalam khazanah disiplin ilmu
untuk menjaring profil PNS yang tinggi kadar ekonomi dan ilmu administrasi negara/publik,
moralitas, intelektualitas, dan keterampilan/ manajemen sumber daya manusia (SDM)
keahliannya. Karena input/masukan yang merupakan suatu alat yang digunakan oleh
dihasilkan dari sistem rekrutmen PNS tersebut setiap organisasi (baik organisasi pemerintah
tidak bagus, maka sulit untuk di proses/diolah maupun organisasi swasta) untuk mengelola
secara baik, dan akhirnya output/keluaran dan personil yang mengawaki jalannya roda
outcome/manfaat nya juga jauh dari apa yang organisasi agar supaya dapat bekerja sesuai
diharapkan. dengan job description yang telah ditentukan
Berdasarkan uraian di atas, muncul dan mencapai apa yang dicita-citakan dalam
beberapa pertanyaan penting terkait sistem organisasi tersebut (P. Siagian, 2008).
rekrutmen PNS, antara lain: (1) Bagaimana Manajemen SDM merupakan pedoman
cara mendapatkan pegawai yang handal dan dan koridor bagi suatu organisasi untuk
profesional?; (2) Seperti apa sistem rekrutmen mendapatkan pegawai, mendidik dan melatih
SDM PNS yang baik?; (3) Bagaimana pegawai, membina pegawai dan mengakhiri
sebaiknya strategi membangun sistem kerja pegawai berdasarkan aturan organisasi.
rekrutmen pegawai yang ideal?. Tulisan ini Dalam perspektif manajemen SDM,

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 11


VOL. 3, No.2, November 2009

terdapat siklus pembinaan SDM yang meliputi dalam mewujudkan tujuan organisasi, outcome
tahapan: penyediaan, pendidikan dan pelatihan, hasil kerja organisasi dalam mewujudkan
penggunaan, perawatan, dan pengakhiran, tujuan strategis yang ditetapkan organisasi,
yang akan diuraikan sebagai berikut (Mathis kepuasan pelanggan, serta kontribusinya
Jackson, 2005): terhadap perkembangan ekonomi masyarakat.
1 Penyediaan SDM adalah upaya yang Kinerja dapat dinilai dengan ukuran penilaian
dilakukan dalam mencari sumber daya yang didasarkan pada indikator berikut (Setyo
manusia untuk dijadikan sebagai pegawai Arinanto, 2004):
melalui proses rekrutmen dan seleksi 1. Masukan (input), yaitu tolok ukur kinerja
secara profesional, transparan dan berdasarkan tingkat atau besaran sumber
akuntabel sehingga akan mem-peroleh dana, sumber daya manusia, material,
SDM yang berkualitas. waktu, teknologi, dan sebagainya yang
2 Pendidikan dan pelatihan SDM adalah digunakan untuk melaksanakan program
kegiatan dalam mendidik dan melatih dan atau kegiatan.
sumber daya manusia yang telah direkrut 2. Keluaran (output), yaitu tolok ukur
dan diseleksi dengan berbagai pen- kinerja berdasarkan produk (barang atau
didikan dan pelatihan tentang manajemen, jasa) yang dihasilkan dari program atau
kepemimpinan, dan berbagai ilmu yang kegiatan sesuai dengan masukan yang
terkait dengan kepegawaian organisasi. digunakan.
3 Penggunaan SDM adalah proses 3. Hasil (outcome), yaitu tolok ukur kinerja
menempatkan SDM yang telah dididik berdasarkan tingkat keberhasilan yang
dan dilatih diberbagai satuan yang dapat dicapai berdasarkan keluaran
ada di lingkungan organisasi sehingga program atau kegiatan yang sudah
akan mendapatkan pengalaman dalam dilaksanakan.
penugasan di lapangan yang akan 4. Manfaat (benefit), yaitu tolok ukur kinerja
mematangkan pegawai tersebut. berdasarkan tingkat kemanfaatan yang
4 Perawatan SDM adalah pemberian gaji, dapat dirasakan sebagai nilai tambah bagi
tunjangan, insentif dan berbagai fasilitas masyarakat dan pemerintah daerah dari
yang diberikan kepada pegawai sesuai hasil.
dengan jenjang jabatan, kepangkatan, 5. Dampak (impact), yaitu tolok ukur kinerja
golongan, lama bertugas, prestasi, dan berdasarkan dampaknya terhadap kondisi
lain-lain. makro yang ingin dicapai dari manfaat.
5 Pengakhiran SDM adalah proses
melakukan pemutusan hubungan kerja Manajemen dengan pendekatan
dengan pegawai karena berbagai sebab, kinerja adalah suatu sistem yang meng-
seperti memasuki masa pensiun, dipecat utamakan upaya pencapaian hasil kerja atau
karena melanggar hukum, meninggal output dari perencanaan alokasi biaya atau
dunia, mengundurkan diri, dan lain-lain. input yang ditetapkan. Manajemen yang
disusun dengan pendekatan kinerja dapat
Manajemen Berbasis Kinerja dijelaskan sebagai berikut: “Suatu sistem
Kinerja merupakan gambaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan kerja (output) dari perencanaan alokasi biaya
suatu kegiatan/program/kebijakan organisasi
12 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

(input) yang ditetapkan Output (keluaran) me- dan pelatihan/training (meningkatkan secara
nunjukkan produk (barang atau jasa) yang optimal aspek pengetahuan dan keterampilan
dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai serta sikap kerja). Artinya, dalam merit system,
dengan masukan (input) yang digunakan. siapa saja personil yang berprestasi akan naik
Input (masukan) adalah besarnya sumber kariernya dan siapa saja personil yang tidak
dana, sumber daya manusia, material, berpertasi akan mandek/turun kariernya.
waktu, dan teknologi yang digunakan untuk Sedangkan Kamus bahasa Inggris
melaksanakan program atau kegiatan sesuai Webster mendefinisikan “Competence” sebagai
dengan masukan (input) yang digunakan. “kondisi yang cocok, cukup dan tepat (suitable,
Menurut Yantinarto (2005), kinerja ditunjukkan sufficient and fit)”. Istilah ini menggambarkan
oleh hubungan antara input (masukan) dengan tugas-tugas yang menjadi elemen dari sebuah
output (keluaran)”. pekerjaan. Istilah ini berasal dari Management
Charter Initiative, Ingeris (UK) tahun 1988 yang
menyatakan bahwa kompetensi didefinisikan
Sistem Merit Dan Kompetensi Dalam secara resmi sebagai; “kemampuan seseorang
Rekrutmen Pegawai untuk mendemonstrasikan pengetahuan
Istilah Sistem Merit (Merit System) dan keterampilannya untuk menghasilkan
dalam konteks manajemen sumber daya barang atau jasa sesuai dengan standar
manusia selama ini telah diartikan secara yang ditetapkan dalam konteks tertentu, dan
beragam oleh berbagai pihak. Bagi sebuah kemampuan untuk mengalihkan pengetahuan
organisasi bisnis, termasuk di Indonesia, dan keterampilan ke konteks yang baru dan/
menurut Usodo (2006) sistem merit digunakan atau berbeda” (Mulyana, 2004) .
khususnya dalam konteks manajemen Secara sederhana, istilah
remunerasi (penggajian/pengupahan). Bagi “competence” merujuk pada keterampilan
organisasi pemerintah, sistem merit diartikan (skills), pengetahuan (knowedge) dan sikap
sebagai kebijakan dan sistem dimana kenaikan (attitude) yang diperlukan untuk melaksanakan
gaji dan “ganjaran” (rewards) sepenuhnya pekerjaan tertentu sesuai standar yang
didasarkan pada tingkat prestasi kerja (kinerja) dituntut dalam organisasi tertentu. Standar-
pegawai (Ruky, 2002). Dalam merit system, standar jabatan tersebut biasanya ditetapkan
siapa saja personil yang berprestasi akan naik dan di setujui oleh Badan Nasional atau
kariernya dan siapa saja personil yang tidak Asosiasi profesi kompetensi. Sistem standar
berpertasi akan mandek/turun kariernya. kompetensi tersebut menjelaskan apa yang
Pengelolaan SDM yang didasarkan harus dilakukan, yang harus diketahui dan
pada prestasi (merit), yaitu segenap perilaku bagai-mana cara terbaik untuk mencapai
kerja pegawai dalam wujudnya sebagai baik standar yang ditetapkan dan diakui secara
atau buruk, halmana berpengaruh langsung nasional, oleh pemegang jabatan tertentu.
pada naik turunnya karir jabatan pegawai Standar-standar tersebut menjelaskan secara
(Brotoharsojo, 2004). Oleh karena itu, dalam spesifik tentang pengetahuan, pemahaman,
merit system perlu dilakukan perumusan dan keterampilan yang perlu untuk mencapai
kebijakan, seperti penilaian (menghasilkan petunjuk kerja yang ditetapkan Sinar Harapan,
penilaian yang optimal obyektif), karier 2005.
(memberikan kejelasan dan kepastian arah Kompetensi biasanya dikembangkan
jenjang karier/promosi, rotasi atau demosi), atau berkembang dalam pekerjaan melalui
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 13
VOL. 3, No.2, November 2009

pengalaman; dan dapat diukur serta di- yang kurang bagus dan bahkan cenderung
evaluasi, umumnya tergambar berupa karya, bernuansa KKN. Era reformasi yang di-
pengetahuan, keterampilan, perilaku, sikap, dalamnya terdapat kebijakan desentralisasi dan
motif dan bakat atau kombinasinya. Misalnya: otonomi daerah justru telah melahirkan budaya
kompetensi seorang juru las tergambar dalam KKN baru di lingkungan pemerintah daerah,
keterampilannya memanipulasi stang las atau khususnya dalam rekrutmen PNS. Apabila
brander dalam proses pengelasan. Kompetensi pada masa Orde Baru, sistem rekrutmen PNS
juru taksir dan konsultan tergambar dalam dilaksanakan secara tersentral atau terpusat
pengetahuan dan daya pikirnya. Kompetensi sehingga praktek KKN berada di lingkaran
penyanyi atau penari (seniman) tergambar pemerintah pusat, maka saat ini telah terjadi
dalam bentuk karyanya; dan seterusnya. “desentralisasi” KKN dalam rekrutmen PNS di
Kompetensi terdiri dari Soft Competency dan lingkungan pemerintah daerah, baik propinsi
Hard Competency (Walton, 2007). maupun kabupaten/kota. Oleh karena itu, agar
supaya hal ini tidak berkepanjangan dan menjadi
kebiasaan yang membudaya di lingkungan
ANALISIS SISTEM REKRUTMEN PNS: birokrasi, maka diperlukan reformasi sistem
BELAJAR DARI KOREA SELATAN rekrutmen PNS di lingkungan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Pertanyaan
Sistem rekrutmen PNS yang selama besar yang muncul adalah : Bagaimana sistem
ini dilaksanakan di Indonesia masih jauh dari rekrutmen PNS yang ideal dan cocok/layak
apa yang diharapkan. Para pegawai yang diterapkan di Indonesia sehingga mampu
diperoleh melalui penyelenggaraan rekrutmen menciptakan transparansi dan akuntabilitas?.
PNS masih jauh dari kebutuhan organisasi Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka
yang telah ditetapkan sebelumnya. Sistem alangkah lebih baiknya apabila kita melihat
rekrutmen PNS yang telah berjalan belum negara lain dalam menyelenggarakan
mampu menjaring bahan mentah/suplai rekrutmen pe-gawainya. Korea Selatan adalah
calon pegawai yang berkualitas dan bermutu salah satu negara yang pantas/layak untuk
tinggi. Mutu dan kualitas suplai pegawai yang dijadikan sebagai studi banding bagi Indonesia
dihasilkan dalam rekrutmen PNS masih jauh dalam reformasi sistem rekrutmen pegawai.
dari standar minimal. Suplai pegawai yang Pengalaman Korea Selatan dalam melakukan
kurang bermutu dan kurang berkualitas ini reformasi sistem rekrutmen pegawai berbasis
tentunya membawa dampak ikutan lainnya, sistem meritokrasi, khususnya selama sepuluh
berupa sulitnya mendidik dan melatih pegawai, tahun terakhir (pasca krisis ekonomi 1998) di
lemahnya pegawai dalam melaksanakan bawah kepemimpinan Kim Dae Jung (KDJ),
tugas pokok dan fungsi, dan terciptanya iklim/ patut untuk dijadikan pelajaran dan diambil
suasana kerja yang kurang kondusif, yang hikmahnya bagi Indonesia.
pada akhirnya akan menciptakan budaya kerja
yang buruk. Mendapatkan Pegawai Yang Handal &
Semua pangkal persoalan yang Profesional
berkaitan dengan kinerja pegawai yang Dalam rekrutmen pegawai di sebagian
lemah dan budaya kerja pegawai yang buruk besar pemerintah daerah, khususnya di
adalah berasal dari sistem rekrutmen pegawai Propinsi Gyeeonggi dan Propinsi Gangwon,
aspek kompetensi sangat diutamakan. Setiap
14 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

pegawai yang memiliki kompetensi di bidangnya mentalitas pegawai. Dalam pandangan kedua
masing-masing akan ditempatkan dalam pemerintah kota ini, setiap pegawai harus
bidang yang sesuai dengan kompetensinya. memiliki nilai dasar yang tidak bisa ditawar-
Pilar-pilar kompetensi, seperti keahlian (skill), tawar lagi, yakni moralitas dan mentalitas
pengetahuan (knowledge), dan moralitas pegawai, yang harus melekat dan dijunjung
(attitude) sangat diperhitungkan oleh tinggi oleh setiap pegawai (Goverment of
pemerintah daerah di Korea Selatan dalam the Republic of Korea, 2002). Terjadinya
merekrut pegawainya (Asian Perspective, Vol. penyalahgunaan wewenang dan jabatan,
23, No. 3, 2003, hlm. 223 – 224). seperti perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme
Uji kompetensi banyak dilakukan di dalam lingkungan kerja disebabkan lemahnya
beberapa propinsi, seperti Propinsi Chung- mentalitas dan rendahnya moralitas pegawai,
cheong Utara dan Propinsi Chungceong sehingga kedua nilai dasar tersebut merupakan
Selatan, dimana setiap pegawai menjalani harga mati.
berbagai tes kompetensi untuk mengetahui
minat dan bakat pegawainya untuk disalurkan Sistem Rekrutmen SDM Pegawai Yang Baik
sesuai dengan keahlian yang dimilikinya Sistem rekrutmen SDM pegawai yang
masing-masing. Tes kompetensi dilakukan dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan juga
untuk menempatkan pegawai yang direkrut beranekaragam antara propinsi yang satu
agar sesuai dengan keterampilannya masing- dengan propinsi yang lain atau dan antara kota
masing sehingga semua pegawai dapat yang satu dengan kota yang lainnya. Berikut
bekerja secara profesional (Korea Observer, ini akan dijelaskan sistem rekrutmen pegawai
Vol. XXX, No. 3, Autumn, 1999, hlm. 405 – 409) yang dipraktekkan oleh Pemerintah Propinsi
Rekrutmen pegawai di Korea Selatan dan Pemerintah Kota di Korea Selatan (Mc.
juga sangat memprioritaskan pada sistem Leod dan Ross Garnaut (ed.1999)).
meritokrasi dimana prestasi para pegawai 1. Di Propinsi Jeju, sistem rekrutmen
yang direkrut merupakan parameter yang pegawai dilakukan melalui kerjasama
utama. Calon pegawai yang akan direkrut dicek dengan perguruan tinggi terkemuka
rekam jejaknya, track record-nya, dan riwayat untuk mencari lulusan terbaik yang dapat
hidupnya, apakah mempunyai prestasi yang langsung bekerja menjadi pegawai di
membanggakan atau tidak. Apabila seorang pemerintah Propinsi Jeju tanpa tes/ujian.
pegawai dinilai telah memiliki prestasi yang Biasanya, ada MoU antara Pemerintah
luar biasa, misalnya juara olimpiade nasional Propinsi Jeju dengan perguruan tinggi,
dan regional, atau memiliki capaian di bidang yang isinya bahwa 10 lulusan terbaik dari
olahraga yang membanggakan di tingkat lokal berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan
maupun nasional, maka akan direkrut tanpa akan ditawarkan untuk bekerja menjadi
melalui tes/ujian rekrutmen pegawai. Hal ini PNS karena adanya jaminan kualitas dari
terjadi misalnya di pemerintah daerah Kota perguruan tinggi tersebut.
Metropolitan Busan dan Daegu. 2. Di Propinsi Gyeongsang Selatan, tes/ujian
Selain itu, di Pemerintah Kota seleksi PNS dilakukan melalui jasa pihak
Metropolitan Incheon dan Guangjhu, terdapat ketiga, seperti perguruan tinggi, LSM
sistem rekrutmen pegawai yang didasarkan bonafit, dan lembaga konsultan berskala
pada disiplin, loyalitas, kepribadian, dan nasional, yang bersifat inde-penden,

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 15


VOL. 3, No.2, November 2009

obyektif, dan mandiri, sehingga terjamin yang masyarakatnya sudah relatif


kerahasiaannya. Tes kompetensi dan tes mahir dengan teknologi informasi dan
akademik lainnya yang telah dilakukan komunikasi, sistem rekrutmen PNS,
oleh jasa pihak ketiga tersebut kemudian khususnya ujian teori memanfaatkan
langsung setelah dikonsultasikan dengan teknologi informasi dan komunikasi.
Peme-rintah Propinsi Gyeongsang Ujian teori dilakukan dengan sistem
Selatan, kemudian diumumkan kepada AVIS (Audio Visual Integrated Syestem),
publik melalui media massa, baik cetak dimana dalam sistem AVIS, pelamar
maupun elektronik. yang biasanya wajib mengerjakan soal
3. Di Propinsi Jeola Selatan, penyeleng- tes teori dengan cara manual atau
garaan rekrutmen dilakukan oleh panitia meng-gunakan alat tulis, nantinya tinggal
rekrutmen yang dibentuk oleh gubernur memencet tombol yang ada dalam kursi.
yang didalamnya melibatkan pengawasan Artinya, pelamar tinggal melihat serta
eksternal yang berasal dari masyarakat, mendengarkan soal tes teori di layar.
LSM, perguruan tinggi, dan pihak- Setelah itu, pelamar tinggal memilih
pihak terkait lainnya. Panitia rekrutmen jawaban yang benar dengan memencet
diwajib-kan untuk membuka akses salah satu tombol yang tersedia di
kepada pengawas eksternal terhadap masing-masing kursi. Dalam tes teori ini,
seluruh proses, mekanisme, dan tahapan total durasi yang diberikan hanya 30 menit
rekrutmen pegawai untuk menjaga (Pacific Focus, Vol. VI, No. 2, (Fall), 2000).
transparansi dan akuntabilitas. Apabila Sistem AVIS akan membuat proses ujian
ada penyalahgunaan wewenang yang teori lebih transparan, akuntabel, cepat,
dilakukan oleh pihak panitia rekrutmen, mudah, terbuka dan meng-hilangkan
maka pengawas eksternal langsung potensi adanya kongka-lingkong antara
melaporkannya kepada gubernur untuk panitia rekrutmen dengan pelamar (Asian
mendapatkan sanksi yang berat. Survey, Vol. XXXVIII, Januari 2001).
4. Di Propinsi Gyeongsang Utara, ujian 6. Di Kota Metropolitan Daejon dan Kota
rekrutmen PNS dilakukan secara kongkret Metropolitan Gwangju, sistem rekrutmen
dan operasional, yakni pelaksanaan ujian PNS dilakukan dengan mengembangkan
praktek langsung yang dilakukan oleh mekanisme kemitraan segitiga, antara
panitia rekrutmen kepada para pelamar. Pemda, Bank, dan Perguruan Tinggi.
Sebagai contoh, seorang pelamar Dalam sistem ini, Pemerintah Kota
yang ingin melamar untuk posisi staf Daejon dan Gwangju merekrut anak-
administrasi, maka dilakukan ujian praktek anak setara SMA/SMU yang pandai/
seperti membuat surat, menyimpan data, jenius namun tidak bisa melanjutkan
dan memperlakukan dokumen. Hal ini ke jenjang perguruan tinggi untuk
dilakukan untuk mengetahui secara dibantu agar bisa kuliah dengan cara
langsung kecakapan pelamar sehingga menggandeng pihak perbankan/bank
akan diketahui secara cepat, apakah untuk membiayai kuliahnya dan menjamin
layak atau tidak menempati posisi yang anak tersebut setelah lulus akan menjadi
dilamar. PNS di kedua Pemerintah Kota tersebut.
5. Di Pemerintah Kota Metropolitan Busan, Setelah bekerja, maka biaya kuliah

16 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

yang dibayarkan oleh pihak Bank akan diberi wewenang yang besar dalam rekrutmen
dibayarkan secara gradual/angsuran/ PNS baik proses, mekanisme, tahapan sampai
kredit oleh PNS tersebut dengan cara dengan pendidikan dan pelatihan PNS. Berikut
dipotong gaji. ini akan diuraikan strategi yang dibangun
dalam sistem rekrutmen PNS di Korea Selatan
Strategi Membangun Sistem Rekrutmen (Journal, Vol. 39, Autumn, 1999):
Pegawai Yang Ideal 1. Pemerintah Propinsi dan Pemerintah
Dalam membangun sistem rekrutmen Kota Metropolitan di Korea Selatan
pegawai yang ideal di Korea Selatan, didorong untuk memanfaatkan teknologi
Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kota informasi dan komunikasi dalam proses
menerapkan kiat-kiat khusus agar supaya rekrutmen PNS, seperti adaptasi sistem
sistem rekrutmen PNS dapat berjalan dengan AVIS, internet, dan berbagai sistem
baik, transparan, akuntabel dan profesional. informasi kepegawaian lainnya yang
Pemerintah Pusat biasanya membuat aturan berbasis pada internet. Dalam jangka
perundang-undangan dan aturan teknis panjang, Pemerintah Propinsi Jeula
dalam penyelenggaraan penerimaan PNS Utara dan Kota Metropolitan Ulsan akan
agar sesuai dengan koridor yang ada. menerapkan ujian teori dan ujian praktek
Pemerintah Pusat juga membuat semacam dengan memakai sistem AVIS sehingga
tim supervisi untuk mengawasi jalannya proses akan berjalan secara cepat, efisien dan
pe-nyelenggaraan rekrutmen pegawai agar transparan.
supaya tidak menyimpang dari aturan yang 2. Pemerintah Korea Selatan telah membuat
telah ditetapkan. semacam buku petunjuk teknis untuk
Di Korea Selatan, terdapat badan- melakukan reformasi budaya PNS yang
badan negara di lingkungan Pemerintah diprioritaskan pada pengembangan nilai-
Pusat yang sangat besar perannya dalam nilai etika, budi pekerti, dan menggali
penyelenggaraan rekrutmen PNS, antar lain: budaya konfusianisme sehingga dapat
Ministry of Government Administration and ditransformasikan dalam budaya kerja
Home Affairs, Civil Service Commission, dan dan etos kerja yang tinggi di lingkungan
Regional Metropolitan Administration. Badan pegawai pemerintah. Budaya malu
administrasi dan kepegawaian ini berperan (shame culture) dan budaya salah
besar dalam membuat buku petunjuk, aturan (quilt culture) harus ditonjolkan dalam
teknis, dan berbagai aturan terkait lainnya lingkungan kerja pegawai sehingga
terkait masalah-masalah kepegawaian negara, para pegawai merasa malu dan merasa
termasuk sistem rekrutmen pegawai (Song salah apabila melakukan pelanggaran
Byung Nak, 2002). etika dan pelanggaran hukum, seperti
Dalam konteks sistem rekrutmen melakukan praktek KKN dalam proses
pegawai di Korea Selatan, Pemerintah Pusat rekrutmen pegawai. Pengembangan
dan Pemerintah Daerah senantiasa bersinergi sanksi sosial di tengah masyarakat juga
secara positif dimana untuk kewenangan harus dikuatkan sehingga apabila ada
rekrutmen pegawai diserahkan kepada daerah pegawai/PNS yang melakukan penyalah-
masing-masing setelah berkonsultasi dengan gunaan wewenang dalam rekrutmen
civil service commission. Pemerintah Daerah pegawai akan mendapatkan sanksi sosial

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 17


VOL. 3, No.2, November 2009

yang kejam dari masyarakat, seperti and punishment” merupakan sebuah


dikucilkan/dimarginalisasikan. keharusan dan keniscayaan apabila ada
3. Di semua Pemerintah Propinsi dan Kota pegawai yang melakukan KKN dalam
Metropolitan, sangat ditekankan aspek rekrutmen PNS. Setiap pegawai dilarang
kepemimpinan kepala daerah, baik keras untuk membantu, menerima suap,
gubernur maupun walikota, agar supaya atau kongkalingkong dengan para
bertindak, berbuat dan berperilaku etis, pelamar karena akan melanggar sumpah
tegas, berani, dan memiliki komitmen dan janji sehingga apabila ketahuan
tinggi terhadap masalah kepegawaian akan mendapatkan sanksi yang berat,
PNS. Gubernur dan Walikota didorong berupa dipecat dari keanggotaan PNS,
untuk membuat kebijakan reformasi sehingga akan menimbulkan efek jera
kepegawaian secara profesional dan bagi PNS yang lain agar tidak melakukan
akuntabel sehingga akan dapat men- hal yang sama. Sebagai contoh, di Kota
ciptakan sistem rekrutmen pegawai yang Metropilitan Incheon, seorang PNS
bersih dan terbuka. Setiap pimpinan Badan dipecat karena terbukti secara hukum
Kepegawaian Daerah di masing-masing melakukan nepotisme dalam rekrutmen
Propinsi dan Kota Metropolitan adalah pegawai.
pribadi yang bersih dan berintegritas
dan profesional dalam membuat dan
menjalankan proses rekrutmen PNS. PENUTUP
4. Semua pimpinan badan, lembaga,
kantor dan komisi yang membidangi Kesimpulan
masalah-masalah kepegawaian negara 1. Proses rekrutmen PNS di Indonesia
dan kepegawaian daerah didorong masih berjalan secara kurang transparan,
untuk mengembangkan keteladanan/ kurang akuntabel, dan kurang profesional.
pemberian contoh yang baik kepada Hal ini ditandai dengan masih adanya
bawahan, baik dalam bekerja maupun indikasi KKN dalam penerimaan PNS
dalam membuat keputusan apapun. di Pemerintah Pusat (Departemen,
Gubernur dan Walikota di Korea Selatan Kementrian, Lembaga Negara) dan
secara sadar memberikan contoh/ Pemerintah Daerah (Propinsi dan
keteladanan kepada para anak buah, Kabupaten/Kota). Rekrutmen pegawai
staf, bawahan dan masyarakat bahwa yang tidak profesional tentunya akan
pemimpin adalah pelayan masyarakat menimbulkan sosok PNS yang kurang
dan tidak akan campur tangan atau bermutu dan kurang berkualitas.
melakukan KKN, khususnya dalam 2. Dalam proses rekrutmen PNS, Indonesia
rekrutmen PNS. Sebagai contoh, di sebenarnya perlu belajar dan melakukan
Propinsi Gwangwon, Gubernur Lee Hyan studi banding ke Korea Selatan. Di
Hu, tidak meluluskan keponakannya Korea Selatan, baik di lingkungan
menjadi PNS karena memang tidak lulus Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kota
ujian yang di-selenggarakan oleh panitia Metropolitan, penyelenggaraan rekrutmen
rekrutmen. PNS dilaksanakan secara transparan,
5. Di Korea Selatan, mekanisme “reward akuntabel, profesional dan obyektif.
3. Sistem meritokrasi dalam manajemen
18 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

kepegawaian di lingkungan Pemerintah Achmad S. Ruky, Manajemen Penggajian


Korea Selatan sangat dijunjung tinggi dan Pengupahan untuk Karyawan
dimana siapa yang berprestasi, bermutu Perusahaan, Gramedia Pustaka
dan berkualitas, maka pasti/niscaya Utama, Jakarta, 2002.
akan lulus menjadi PNS. Unsur koneksi, Agus Darminto Usodo, Sistem Merit : Teori,
jaringan, dan uang/materi tidak akan Aplikasi dan Kasus, Bandung, Mandar
berpengaruh apapun dalam rekrutmen Maju, 2006
PNS di Korea Selatan tanpa adanya unsur Agus Subagyo, Korporatisme Negara Dalam
prestasi, mutu dan kualitas pegawai. Sistem Kepegawaian Daerah, dalam
Oleh karena itu, sangatlah layak apabila Jurnal Governance, No. II, Vol. 5
Indonesia belajar dari negeri ginseng ini Tahun 2008
soal sistem rekrutmen PNS. Ari Djauhari, Studi Netralitas PNS di Kota
Banjar Tahun 2007, Disertasi Program
Rekomendasi Doktor Administrasi Negara FISIP
1. Perlunya Pemerintah Indonesia, dalam UNPAD Bandung.
hal ini, Badan Kepegawaian Negara, Arief Yantinarto, Sistem Penilaian Kinerja :
melakukan studi banding/kunjungan kerja Manajemen Unjuk Kerja, Bandung :
ke Korea Selatan untuk mempelajari apa Ganesha, 2005
yang telah dilakukan oleh Pemerintah Arif Hariyanto, “PNS Harus Mampu Bekerja
Korea Selatan dalam menyelenggarakan Secara Optimal”, dalam www.
sistem rekrutmen PNS. kabarindonesia.com/berita.php/
2. Perlunya Badan Kepegawaian Negara/ optimal/pns.
BKN mengundang Civil Service Asep Cahjana, “Mafia Dalam Penerimaan
Commission Korea Selatan ke Indonesia Pegawai di Pemerintah Daerah”,
untuk melakukan diskusi, dialog, tukar dalam www.rakyataceh.com/index.
informasi, dan sharing knowledge php?...%20Kinerja%20Pemda %20
mengenai reformasi sistem rekrutmen Aceh%20Dinilai%20Belum %20
PNS di Korea Selatan dan Indonesia. Optimal.
3. Perlunya komitmen, keberanian, dan Asep Sumaryana, “Sistem E-Government
keteladanan kepemimpinan di Indonesia, Masih Rawan Dimanipulasi Dalam
khususnya kepemimpinan para kepala Rekrutmen PNS”, dalam www.
daerah, baik gubernur, bupati, walikota slideshare.net/.../kajian-penataan-
agar mampu menerapkan punishment pola-karier-pada-pemerintah-daerah-
kepada setiap oknum PNS yang di-kalimantan.
melakukan KKN dalam rekrutmen PNS Dede Mariana, Reformasi Kepegawaian
sebagaimana yang dilakukan oleh para Negara, dalam Jurnal Jipolis, Vol. II,
pemimpin daerah di Korea Selatan. No. 21 Tahun 2007
Goverment of the Republic of Korea, “Opening
Tommorow with the People”, Seoul:
The Goverment of the Republic of
Korea, 2002.
DAFTAR PUSTAKA Guntoro Wisnu Subroto, “Mentalitas PNS

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 19


VOL. 3, No.2, November 2009

Dalam Perspektif Manajemen Press, 2002.


SDM”, dalamwww.jambiprov.go.id/ Stephan Haggard, Daniel Pinkston, dan
index.php?...PNS%20harus%20 Jungkun Seo, “Reforming Korea Inc.
mampu%20menunjukkan%20 : The Politics of Structural Adjustment
kinerja%2. Under Kim Dae Jung”, dalam Asian
Hartanto Brotoharsojo, Merit System bagi Perspective, Vol. 23, No. 3, 2003, hlm.
Organisasi Publik, Jakarta, Elex 223 – 224.
Komputindo, Jakarta, 2004. Wasito Yasmin, Gejala Desentralisasi KKN
Hilton Jackson, Kompetensi Dalam Perspektif Dalam Birokrasi Di Daerah, dalam
Pembinaan Karier Pegawai, Jakarta, Jurnal Karyawijayakusuma, Vol. 9 No.
Sinar Harapan, 2005 IV Tahun 2005
Lemlit UNPAD, Survei Etos Kerja PNS di Kota Woo Lee Jae, “Civil Service Restructuring
Bandung, Laporan Hasil Penelitian, in Korea: Experience and Lessons”,
Bandung, Tahun 2006 dalam Korea Journal, Vol. 39, Autumn,
Masdar A Rafix, Perilaku PNS di Era Otonomi 1999.
Daerah, dalam Jurnal Public Sphere, Yan Mulyana, Sistem Kompetensi: Definisi,
Vol 5, No. 6, Tahun 2008 Makna dan Praktek, Bandung, Rosda,
Mathis Jackson, Manajemen Sumber Daya 2004
Manusia, Jakarta: Salemba Empat, Youn-Suk Kim & Hyeng Keun Koo, “The Korean
2005 Crisis A Year After”, dalam Korea
Mc Leod Ross H, “Reformacy in South Korea”, Observer, Vol. XXX, No. 3, Autumn,
dalam Ross Mc. Leod dan Ross 1999, hlm. 405 – 409.
Garnaut (ed.), East Asia In Crisis: From
Being A Miracle to Needing One?,
London and New York : Roudlegde,
1999.
Mon Chung-In, “Managing Civil Srvice In South
Korea”, dalam Pacific Focus, Vol. VI,
No. 2, (Fall), 2000.
Moriss Walton, Kompetensi Dalam Lingkungan
Kerja : Penilaian Kinerja Pegawai,
Yogyakarta, Tiara Wacana, 2007
Park Tong Whan, “Public Administration
in South Korea : Chalanges and
Opportunity”, dalam Asian Survey, Vol.
XXXVIII, Januari 2001
Setyo Arinanto, Manajemen Berbasis Kinerja:
Teori dan Praktek, Bandung : Mandar
Maju, 2004
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Song Byung Nak, The Rise of the Korean Civil
Service, New York: Oxford University
20 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN

Anda mungkin juga menyukai