Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FETOMATERNAL

“ENDOKRINOLOGI PLASENTA”

OLEH
KELOMPOK 6

1. ELSA SURYA
2. SRI WIGATI
3. SRI ASTUTI
4. DWI YANTI
5. SRI SUPRIYATI
6. ISTIYANAH
7. RITAWATI
8. SULISTIA
9. JUARIYAH
10. KARMILA
11. HELYANI
12. SUPATMI
13. SUKATMI
14. SUSANTI
15. RATNA FITRIANINGSIH

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM PROFESI KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah “Endokrinologi Plasenta” ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini,
begitupun makalah yang telah kami buat, baik dalam hal isi maupun penulisannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari rekan – rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai
sumbangan pemikiran kecil bagi kemajuan ilmu pengetahuan, baik di Universitas
Aisyah Pringsewu maupun lingkungan masyarakat.

Pringsewu, 19 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Plasenta ............................................................................... 4
B. Anatomi Plasenta.............................................................................. 4
C. Perkembangan Plasenta .................................................................... 7
D. Hormon – Hormon Polipeptida Plasenta ........................................... 8
E. Hormon-Hormon Steroid Plasenta ................................................. 11
F. Hormon – Hormon Lain Plasenta.................................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................. 17
B. Saran .......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Endokrinologi kehamilan manusia melibatkan perubahan baik
endokrin maupun metabolik yang terjadi pada batas antara ibu dan janin
yang dikenal sebagai unit plasenta - janin. Struktur ini merupakan tempat
utama produksi dan sekresi hormon steroid dan protein.
Sebagai kelanjutan dari proses fertilisasi dan implantasi/nidasi adalah
terbentuknya plasenta. Plasenta adalah organ endokrin yang unik dan
merupakan organ endokrin terbesar pada manusia yang menghasilkan
berbagai macam hormon steroid, peptida, faktor-faktor pertumbuhan dan
sitokin.
Pada trimeseter I plasenta berkembang sangat cepat akibat dari
multiplikasi sel-sel sitotrofoblas. Villi korialis primer terususun oleh sel-sel
sitotrofoblas yang proliferatif di lapisan dalam dan sel-sel sinsiotrofoblas di
lapisan luar. Sel-sel mesenkim yang berasal dari mesenkim ekstraembrional
akan menginvasi villi korialis primer sehingga terbentuk viili koriales
sekunder, sedangkan villi koriales tersier terbentuk bersamaan dengan
terbentuknya pembuluh darah-pembuluh darah janin. Sinsiotrofoblas
umumnya berperanan dalam pembentukan hormon steroid,
neurohormon/neuropeptida, sitokin, faktor pertumbuhan dan pitiutary-like
hormones, sedangkan sitotrofoblas lebih berperanan dalam sekresi faktor-
faktor pertumbuhan.
Perubahan endokrin dan metabolik yang terjadi selama kehamilan
merupakan akibat langsung dari sinyal hormon yang dihasilkan unit plasenta-
janin. Permulaan dan perkembangan kehamilan tergantung dari interaksi
neuronal dan faktor hormonal. Pengaturan neuro endokrin di dalam plasenta,
pada janin dan kompartemen ibu sangat penting dalam mengarahkan
pertumbuhan janin dan perkembangannya sebagaimana juga dalam

1
mengkoordinasi awal suatu persalinan. Adaptasi maternal terhadap
perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan secara langsung
menggambarkan perkembangan plasenta dan janin.
Janin di dalam kandungan memerlukan makanan dan nutrisi yang
menjadikannya tumbuh dan berkembang. Di dalam rahim ibu , janin
mempunyai saluran pengikat antara ibu dan bayi yang biasa kita sebut sebagai
plasenta.
Plasenta merupakan organ yang luar biasa. Plasenta berasal dari
lapisan trofoblas pada ovum yang dibuahi, lalu terhubung dengan sirkulasi ibu
untuk melakukan fungsi-fungsi yang belum dapat dilakukan oleh janin itu
sendiri selama kehidupan intra uterin. Keberhasilan janin untuk hidup
tergantung atas keutuhan dan efisiensi plasenta.
Plasenta berperan penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan
kelangsungan hidup bayi. Plasenta atau biasa kita sebut ari-ari, baru terbentuk
pada minggu keempat kehamilan. Ia lalu tumbuh dan berkembang bersama
janin dan akan lepas saat bayi dilahirkan. Jadi, plasenta merupakan bagian
dari konsepsi atau bagian dari sel telur yang dibuahi sperma. Sel telur yang
dibuahi sperma itu kelak akan berkembang menjadi janin, air ketuban, selaput
ketuban, dan plasenta. Plasenta berbatasan dan berhubungan dengan selaput
ketuban. Di dalam selaput terdapat kantong amnion (ketuban), di mana di
dalamnya terdapat bayi berada. Plasenta dikenal juga dengan istilah
uri/tembuni. Plasenta merupakan organ sementara yang menghubungkan ibu
dengan janin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Plasenta?
2. Apa saja anatomi Plasenta?
3. Bagaimana Perkembangan Plasenta?
4. Apa saja hormon – hormon polipeptida plasenta
5. Apa saja hormon-hormon steroid plasenta?

2
6. Apa saja hormon – hormon lain plasenta?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa definisi dari Plasenta.
2. Untuk mengatahui Apa saja anatomi Plasenta.
3. Untuk mengetahuibagaimana Perkembangan Plasenta.
4. Untuk mengetahui Apa saja hormon – hormon polipeptida plasenta.
5. Untuk mengetahui Apa saja hormon-hormon steroid plasenta.
6. Untuk mengetahui Apa saja hormon – hormon lain plasenta.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI PLASENTA
Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan
alat pertukaran zat antara ibu dan anak sebaliknya. Pertumbuhan Plasenta
makin lama makin bear dan luas, umumnya mencapai pembentukan lengkap
pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Jiwa anak tergantung plasenta, baik
tidaknya anak tergantung pada baik buruknya plasenta. Plasenta merupakan
organ sementara yang menghubungkan ibu dengan janin. Plasenta
memproduksi beberapa hormon penting dalam kehamilan yaitu Human
Chorionic Gonatropin (HCG) dan Human Plasenta Lactagen (PHL).
Plasenta berperan penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan
kelangsungan hidup bayi. Plasenta atau biasa kita sebut ari-ari, baru terbentuk
pada minggu keempat kehamilan. Ia lalu tumbuh dan berkembang bersama
janin dan akan lepas saat bayi dilahirkan. Jadi, plasenta merupakan bagian
dari konsepsi atau bagian dari sel telur yang dibuahi sperma.

B. ANATOMI PLASENTA
Istilah plasenta mulai diperkenalkan pada zaman Renaissance
oleh Realdus Columbus pada tahun 1559. Plasenta diambil dari istilah
Latin yang memberi arti flat “cake”. Plasenta adalah struktur yang
berfungsi sebagai media penyambung/penghubung antara organ fetus dan
jaringan maternal agar pertukaran fisiologi dapat terjadi.
Pada persalinan aterm, plasenta yang dilahirkan berbentuk cakram
dengan ukurannya dapat mencapai diameter 22 cm, tebal 2,5 cm, dan
berat sekitar 450-500 gram
Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu bagian maternal dan
fetal. Pada bagian maternal, permukaan plasenta lebih kasar dan agak

4
lunak, dan mempunyai struktur poligonal yang disebut sebagai kotiledon.
Setiap kotiledon terbentuk berdasarkan penyebaran cabang dari pembuluh
darah fetal yang akan menvaskularisasi stem vili dan cabang-
cabangnya. Permukaan plasenta bagian maternal berwarna merah tua
dan terdapat sisa dari desidua basalis yang ikut tertempel keluar.

BAGIAN FETAL

BAGIAN MATERNAL

GAMBAR 4: Skema potongan melintang sirkulasi


plasenta yang aterm.

Selaput korion akan tersebar menjadi lapisan luar untuk 2


membran, yaitu yang menutupi plat korion pada plasenta bagian fetal dan

5
cairan amnion. Amnion merupakan lapisan membran yang tipis dan
avaskuler yang membungkus fetus, dapat dipisahkan dari korion setelah
lahir. . Di bawah lapisan amnion, pembuluh darah korion bersambungan
dengan pembuluh darah fetus membentuk struktur yang dinamakan tali
pusat. Biasanya panjang tali pusat dapat mencapai 30 –90sentimeter dan
berinsersi pada tengah permukaan plasenta, tetapi ada juga yang
berinsersi di pinggir plasenta. Tali pusat berisi 2 arteri, 1 vena
umbilikalis dan massa mukopolisakarida yang disebut jeli Wharton. Vena
berisi darah penuh oksigen sedangkan arteri yang kembali dari janin
berisi darah kotor. Pembuluh darah tali pusat berkembang dan berbentuk
seperti heliks agar terdapat fleksibilitas.
Struktur plasenta hampir keseluruhannya dibentuk oleh vili korion yang
memanjang dan menyebar didalam rongga intervili yang berisi darah. Oleh
itu plasenta sebagai organ yang mempunyai fungsi sebenarnya adalah
rongga yang beisi darah ibu, yang pada sisi maternal tertempel pada plat
desidua, dan pada sisi fetal ditutupi oleh plat korion dengan vili-vili korion
yang bercabang ke dalam takungan darah ibu.
Rongga intervili adalah kolam yang berisi takungan darah ibu yang keluar
dari pembuluh darah yang ada pada lapisan desidua. Terdapat sinus-sinus arteri
dan vena yang tersebar pada plat desidua yang berfungsi untuk mensuplai dan
aliran keluar darah dari rongga ini.
Sebelum plasenta terbentuk dengan sempurna dan sanggup untuk
memelihara janin, fungsinya dilakukan oleh korpus luteum gravidarum yang
dikonversi dari korpus luteum normal akibat pengaruh hormon korionik
gonadotropin (hCG) yang dihasilkan setelah beberapa jam berlakunya proses
implantasi.

6
GAMBAR 5:
(a) Plasenta manusia berbentuk
discoidal
(b) Kapilari yang menghubungkan feto-
maternal tersusun dalam bentuk
pohonan vili yang terapung di
dalam bendungan darah ibu.
(c) Barier feto-maternal pada plasenta
tipe hemokorion terdiri dari vili
dari trofoblas yang berkontak
langsung dengan bendungan
darah ibu.
(d) Peredaran darah feto dan maternal
terdiri dari peredaran multivilus.

C. PERKEMBANGAN PLASENTA
1. Perkembangan Trofoblas
Setelah nidasi, trofoblas terdiri atas 2 lapis, yaitu sitotrofoblas dan
sinsiotrofblas. Endometrium atau sel desidua di mana terjadi nidasi
menjadi pucat dan besar disebut sebagai reaksi desidua yang berfungsi
sebagai pasokan makanan. Sebagian lapisan desidua mengalami
fagositosis oleh sel trofoblas.
2. Stadium Pre- Lakuna
Pada hari ke-7-8 setelah konsepsi, blastosis tertanam sepenuhnya
di dalam endometrium. Embrio yang terbentuk telah dikelilingi oleh
plasenta yang sedang berkembang, dimana pada stadium ini terdiri
daripada dua subtipe asas trofoblas, yaitu sinsiotrofoblas yang

7
berhubungan langsung dengan jaringan tisu ibu serta sitotrofoblas
yang akan berkembang menjadi vili.
3. Stadium Lakuna
Pada hari ke 8-9 pasca-konsepsi, vakuola kecil berisi cairan
muncul dalam lapisan sinsitiotrofoblas, dan merupakan awal lacunar
stage. Vakuola tumbuh dengan cepat dan bergabung membentuk satu
lakuna, yang merupakan prekursor pembentukan ruang intervillosa.
Lakuna dipisahkan oleh pita trabekula, dimana dari trabekula inilah
nantinya villi berkembang.
Pembentukan lakuna membagi trofoblas kedalam 3 lapisan, yaitu:
(1) Plat korion primer (sebelah dalam), (2) sistim lakuna yang akan
membentuk ruang intervillosa bersama trabekula yang akan menjadi
anchoring villi serta perkembangan cabang yang akan
membentuk floating villi, dan (3) plasenta bagian maternal yang
terdiri dari trofoblas yang akan membentuk plat basal. Aktifitas invasif
lapisan sinsitiotrofoblas menyebabkan disintegrasi pembuluh darah
endometrium (kapiler, arteriole dan arteria spiralis).
Kalau invasi terus berlanjut maka pembuluh darah – pembuluh
darah inidilubangi, sehingga lakuna segera dipenuhi oleh darah ibu.
Pada perkembangan selanjutnya lakuna yang baru terbentuk
bergabung dengan lakuna yang telah ada dan dengan demikian
terjadi sirkulasi intervillosa primitif. Peristiwa ini menandai
terbentuknya “hemochorial” placenta, dimana darah ibu secara
langsung meliputi trofoblas.

D. HORMON-HORMON POLIPEPTIDA PLASENTA


1. Gonadotropin Korion Manusia
Penanda pertama diferensiasi trofoblas dan produk plasenta
pertama yang dapat terukur adalah gonadotropin korion (hCG). hCG
adalah suatu glikoprotein yang terdiri dari 237 asam amino. Strukturnya

8
hampir serupa dengan glikoprotein- glikoprotein hipofisis yaitu terdiri
dari dua rantai; suatu rantai alfa yang bersifat spesifik spesies; dan
suatu rantai beta yang menentukan interaksi reseptor dan efek biologik
akhir. Rangkaian rantai alfa hampir identik dengan rangkaian rantai alfa
hormon glikoprotein TSH, FSH dan LH. Rantai beta memiliki
homologi rangkaian dengan LH tetapi tidak identik; dari 145 asam amino
-hCG, 97 (67%) adalah identik dengan asam amino -LH. Di
samping itu hormon plasenta memiliki suatu segmen karboksil
terminal yang terdiri dari 30 asam amino, yang tidak dijumpai dalam
molekul LH hipofisis. Karbohidrat menyusun 30% dari berat masing-
masing subunit. Asam sialat saja merupakan 10% dari berat molekul dan
memiliki resistensi yang tinggi terhadap degradasi.
Pada minggu-minggu pertama kehamilan, kadar hCG meningkat
dua kali lipat setiap 1,7-2 hari, dan pengukuran serial akan memberikan
suatu indeks yang peka untuk fungsi trofoblas. Kadar hCG plasma
ibu akan memuncak sekitar 100.000 mIU/mL pada kehamilan sepuluh
minggu dan kemudian lahan-lahan menurun hingga 10.000 mIU/mL
pada trimester ketiga.
Semua sifat-sifat khas hCG ini memungkinkan diagnosis kehamilan
beberapa hari sebelum gejala pertama muncul atau menstruasi
terlambat. Kadar hCG plasma yang serendah 5 mIU/mL (1 ng/mL) dapat
terdeteksi tanpa terganggu kadar LH, FSH, dan TSH yang lebih tinggi.
Seperti juga LH, maka hCG bersifat luteotropik, dan korpus
uteuml memiliki reseptor afinitas tinggi untuk hCG. Stimulasi
produksi progesteron dalam jumlah besar oleh sel-sel korpus luteum
dipacu oleh kadar hCG yang makin meningkat. hCG telah dibuktikan
dapat meningkatkan konversi kolesterol lipid densitas rendah ibu
menjadi pregnenolon dan progesteron.
Kadar hCG dalam sirkulasi janin kurang dari 1% , yang dijumpai
dalam kompartemen ibu. Namun demikian, terdapat bukti bahwa

9
kadar hCG janin merupakan suatu regulator penting perkembangan
adrenal dan gonad janin selama trimester pertama. hCG juga diproduksi
oleh neoplasma trofoblastik seperti mola hidatidosa dan
koriokarsinoma, dan kadar hCG ataupun subunit betanya
dimanfaatkan sebagai pertanda tumor untuk diagnosis dan
pemantauan berhasil tidaknya kemoterapi. Wanita-wanita dengan kadar
hCG yang sangat tinggi akibat penyakit trofoblastik dapat mengalami
hipertiroid klinis namun kembali eutiroid bila hCG berkurang selama
kemoterapi.
2. Laktogen Plasenta Manusia
Hormon polipeptida plasenta kedua, yang juga homolog dengan
suatu protein hipofisis, disebut laktogen plasenta (hPL) atau
somatomamotropin korion (hCS). hPL terdeteksi pada trofoblas muda,
namun kadar serum yang dapat dideteksi belum tercapai hingga
minggu kehamilan ke-4-5. hPL adalah suatu protein yang tersusun
dari sekitar 190 asam amino di mana struktur primer, sekunder dan
tersier serupa dengan hormon pertumbuhan (GH). Seperti GH, maka hPL
bersifat diabetogenik. hPL juga memiliki ciri-ciri struktural yang
mirip dengan prolaktin (PRL).
Meskipun tidak jelas terbukti sebagai agen mamotropik, hPL ikut
berperan dalam perubahan metabolisme glukosa dan mobilisasi asam
lemak bebas; menye- babkan respons hiperinsulinemik terhadap beban
glukosa; dan berperan dalam terjadinya resistensi insulin perifer yang
khas pada kehamilan. Produksi hPL secara kasar sebanding dengan
massa plasenta. Laju produksi sesungguhnya dapat mencapai 1-1,5
g/hari dengan waktu paruh serum sekitar 15-30 menit.
Pengukuran hPL untuk menilai kesejahteraan janin telah banyak
digantikan oleh profil biofisik yang merupakan indikator yang lebih
peka, akan adanya bahaya pada janin.

10
E. HORMON-HORMON STEROID PLASENTA
Sangat berbeda dengan kemampuan sintesis yang mengagumkan
dalam produksi protein plasenta, maka plasenta tidak terlihat memiliki
kemampuan mensintesis steroid secara mandiri. Semua steroid yang
dihasilkan plasenta berasal dari prekursor steroid ibu atau janin.
Namun begitu, tidak ada jaringan yang dapat menyerupai
sinsitiotrofoblas dalam kapasitasnya mengubah steroid secara efisien.
Aktivitas ini dapat terlihat bahkan pada blastokista muda, dan pada
minggu ketujuh kehamilan, yaitu saat korpus luteum mengalami penuaan
relatif, maka plasenta menjadi sumber hormon-hormon steroid yang
dominan.
1. Progesteron
Plasenta bergantung pada kolesterol ibu sebagai substratnya untuk
produksi progesteron. Enzim-enzim plasenta memisahkan rantai
samping kolesterol, menghasilkan pregnenolon yang selanjutnya
mengalami isomerisasi parsial menjadi progesteron; 250-350 mg
progesteron diproduksi setiap harinya sebelum trimester ketiga dan
sebagian besar akan masuk ke dalam sirkulasi ibu. Kadar progesteron
plasma ibu meningkat progresif selama kehamilan dan tampaknya
tidak tergantung pada faktor-faktor yang normalnya mengatur sintesis
dan sekresi steroid. Jika hCG eksogen meningkatkan produksi
progesteron pada kehamilan, maka hipofisektomi tidak memiliki efek.
Pemberian ACTH atau kortisol tidak mempengaruhi kadar progesteron,
demikian juga adrenalektomi atau ooforektomi setelah minggu ketujuh.
Progesteron perlu untuk pemeliharaan kehamilan. Produksi progesteron
dari korpus luteum yang tidak mencukupi turut berperan dalam
kegagalan implantasi, dan defisiensi fase luteal telah dikaitkan dengan
beberapa kasus infertilitas dan keguguran berulang. Lebih jauh,
progesterone juga berperanan dalam mempertahankan keadaan
miometrium yang relatif tenang. Progesteron juga dapat berperan sebagai

11
obat imunosupresif pada beberapa sistem dan menghambat penolakan
jaringan perantara sel T. Jadi kadar progesteron lokal yang tinggi dapat
membantu toleransi imunologik uterus terhadap jaringan trofoblas
embrio yang menginvasinya.
2. Esterogen
Produksi estrogen oleh plasenta juga bergantung pada prekursor-
prekursor dalam sirkulasi, namun pada keadaan ini baik steroid janin
taupuna ibu merupakan sumber-sumber yang penting. Kebanyakan
estrogen berasal dari androgen janin, terutama dehidroepiandrosteron
sulfat (DHEA sulfat). DHEA sulfat janin terutama dihasilkan oleh
adrenal janin, kemudian diubah oleh sulfatase plasenta menjadi
dehidroepiandrosteron bebas (DHEA), dan selanjutnya melalui jalur-jalur
enzimatik yang lazim untuk jaringan-jaringan penghasil steroid, menjadi
androstenedion dan testosteron. Androgen-androgen ini akhirnya
mengalami aromatisasi dalam plasenta menjadi berturut-turut estron dan
estradiol.
Sebagian besar DHEA sulfat janin dimetabolisir membentuk suatu
estrogen ketiga : estriol. Langkah kunci dalam sintesis estriol
adalah reaksi 16- - hidroksilasi molekul steroid. Bahan untuk reaksi
ini terutama DHEA sulfat janin dan sebagian besar produksi 16- -
hidroksi-DHEA sulfat terjadi dalam hati dan adrenal janin, tidak pada
plasenta ataupun jaringan ibu. Langkah-langkah akhir yaitu desulfasi
dan aromatisasi menjadi estriol berlangsung di plasenta. Tidak seperti
pengukuran kadar progesteron ataupun hPL, maka pengukuran kadar
estriol serum atau kemih mencerminkan tidak saja fungsi plasenta,
namun juga fungsi janin. Dengan demikian, produksi estriol normal
mencerminkan keutuhan sirkulasi dan metabolisme janin serta plasenta.
Kadar estriol serum atau kemih yang meninggi merupakan petunjuk
biokimia terbaik dari kesejahteraan janin. Jika assay estriol dilakukan

12
setiap hari, maka suatu penurunan bermakna (> 50%) dapat menjadi suatu
petunjuk dini yang peka adanya gangguan pada janin.
Terdapat keadaan-keadaan di mana perubahan produksi estriol
tidak menandai gangguan pada janin, tetapi merupakan akibat
kecacatan kongenital ataupun intervensi iatrogenik. Estriol ibu tetap
rendah pada kehamilan dengan defisiensi sulfatase dan pada kasus-
kasus janin anensefali. Pada kasus pertama, DHEA sulfat tak dapat
dihidrolisis; pada yang kedua, hanya sedikit DHEA yang diproduksi
janin karena tidak adanya rangsang adrenal janin oleh ACTH.

F. HORMON – HORMON PLASENTA LAIN


1. Hormon-Hormon Protein
a. Chorionoic adrenocorticotropin (CACTH)
Protein yang mirip dengan ACTH telah pernah berhasil diidentifikasi
pada plasenta yang kemudian disebut dengan Chorionoic
adrenocorticotropin (CACTH). Peranan fisiologis dari CACTH ini
sampai sekarang belum jelas. ACTH dalam kehamilan kadarnya lebih
rendah dari pada laki-laki atau wanita yang tidak hamil tetapi kadarnya
meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Plasenta
menghasilkan ACTH yang kemudian disekresikan ke dalam sirkulasi
maternal dan janin tetapi ACTH dari maternal tidak masuk ke dalam
sirkulasi janin. Pemberian deksametason pada wanita hamil tidak juga
menyebabkan supresi kadar kortisol bebas dalam urin seperti halnya
yang terjadi pada laki-laki dan wanita yang tidak dalam keadaan
hamil.
b. Chorionic thyrotropin (CT)
Terdapat bukti bahwa plasenta menghasilkan hormon Chorionic
thyrotropin (CT) tetapi sama seperti CACTH, fungsinya dalam
kehamilan juga belum jelas diketahui.

13
c. Relaxin
Adanya relaxin dalam korpus luteum, desidua dan plasenta telah lama
diketahui. Relaxin mempunyai struktur kimia yang mirip dengan
insulin dan nerve growth factor. Hormon ini bekerja pada miometrium
untuk merangsang adenylyl cyclase dan juga menyebabkan relaksasi
uterus. Mekanisme sintesis dan kerjanya secara rinci sampai sekarang
masih dalam proses penelitian.
d. Parathyroid hormone-related protein (PTH-rP)
Parathyroid hormone-related protein (PTH-rP) telah dapat
diidentifikasi pada jaringan normal orang dewasa khususnya pada
organ reproduksi baik laki-laki maupun wanita (uterus, korpus luteum
dan payudara). Hal ini menunjukkan bahwa pada orang dewasa PTH-
rP tidak dihasilkan oleh kelenjar paratiroid. Beberapa organ janin juga
menghasilkan PTH-rP diantaranya kelenjar paratiroid, ginjal dan
plasenta.Sekresi hormon paratiroid pada orang dewasa dipengaruhi
oleh kadar kalsium plasma, sedangkan PTH-rP sekresinya tidak
dipengaruhi oleh kadar kalsium kecuali pada plasenta.
e. Growth hormone-variant (hGH-V)
Growth hormone-variant (hGH-V) disintesis oleh plasenta,
kemungkinan dalam sinsisium. hGH-V dapat diukur kadarnya dalam
sirkulasi maternal mulai pada usia kehamilan 21 – 26 minggu,
kadarnya terus meningkat sampai usia kehamilan 36 minggu. Sekresi
hGH-V oleh trofoblas dipengaruhi oleh glukosa sedangkan aktifitas
biologisnya sama dengan hPL.
2. Hormon-Hormon Peptida
a. Neuropeptide-Y (NPY)
Neuropeptide-Y (NPY) adalah hormon yang secara luas ditemukan di
otak. NPY juga ditemukan pada saraf-saraf simpatik yang mensarafi
sistem kardiovaskuler, respirasi, gastrointestinal dan urogenital. NPY
juga dapat ditemukan pada plasenta, khususnya sitotrofoblas.

14
Pada beberapa percobaan menunjukkan bahwa pemberian NPY pada
sel-sel plasenta akan menyebabkan pengeluaran corticotropin releasing
hormone (CRH).
b. Inhibin dan Activin
Inhibin merupakan hormon glikoprotein yang dihasilkan oleh testis,
sel-sel granulose ovarium dan korpus luteum yang berperan dalam
menghambat pengeluaran FSH oleh hipofisis. Inhibin adalah hormon
heterodimer dengan sub unit α dan β. Sub unit β terdiri atas dua
peptida yang berbeda yaitu βA dan βB. Activin mirip dengan inhibin
tetapi tersusun dari 2 sub unit β.
Plasenta menghasilkan sub unit α, βA dan βB inhibin dengan kadar
puncak saat kehamilan a term. Inhibin yang dihasilkan plasenta ini
bersama-sama dengan hormone seks steroid yang meningkat selama
kehamilan akan menghambat sekresi FSH sehingga ovulasi tidak
terjadi. Selain itu, inhibin juga berperanan dalam sintesis dan sekresi
hCG oleh plasenta.
3. Hypothalamic-Like Releasing Hormone
a. Gonadotropin-releasing hormone (GnRH)
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa GnRH juga ditemukan pada
plasenta dan menariknya imunoreaktivitas terhadap GnRH ini hanya
ditemukan pada sitotrofoblas. Disebutkan bahwa GnRH korionik ini
berperan sebagai hCG-releasing hormone.
b. Corticotropin releasing hormone (CRH)
Gen CRH yang ditemukan pada hipotalamus ternyata juga ditemukan
pada trofoblas, amnion, korion dan desidua, tetapi fungsi dari CRH
yang dihasilkan oleh plasenta ini sampai sekarang belum diketahui
dengan jelas. Bukti yang menunjukkan bahwa hanya sedikit CRH
plasental yang masuk ke dalam sirkulasi janin menimbulkan dugaan
kurangnya peran CRH plasental terhadap steroidogenesis adrenal
janin. Peran CRH plasental yang lain diduga berhubungan dengan

15
relaksasi otot polos (baik miometrium maupun pembuluh darah),
immunosupresi dan merangsang pembentukan prostaglandin palsenta.
Pada hipotalamus, glukokortikoid akan menghambat sekresi CRH
tetapi sebaliknya pada plasenta glukokortikoid justru merangsang
sekresi CRH 2 sampai 5 kali lipat sehingga kemungkinan terjadi
feedback positif pada plasenta yaitu CRH akan merangsang sekresi
ACTH, kemudian ACTH yang dihasilkan akan merangsang pula
pembentukan glukokortikoid yang pada akhirnya juga akan memacu
sekresi CRH plasental.
c. hyrotropin-releasing hormone (cTRH) dan Growth hormone- releasing
hormone (GHRH).
Baik cTRH dan GHRH (yang juga dikenal sebagai somatocrinin)
dapat dideteksi pada plasenta tetapi bagaimana sintesis dan aktifitas
biologis keduanya sampai saat ini belum diketahui.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas maka kita dapat mengetahui bahwa plasenta
berperan penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan
hidup bayi. Plasenta atau biasa kita sebut ari-ari, baru terbentuk pada minggu
keempat kehamilan. Ia lalu tumbuh dan berkembang bersama janin dan akan
lepas saat bayi dilahirkan. Jadi, plasenta merupakan bagian dari konsepsi atau
bagian dari sel telur yang dibuahi sperma.
Plasenta bukan sekedar organ untuk transport makanan yang
sederhana, tetapi juga mampu menseleksi zat-zat makanan yang masuk dan
proses lainnya ke janin. Suplai zat-zat makanan ke janin yang sedang tumbuh
tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir melalui plasenta dan zat-zat
makanan yang diangkutnya. Efisiensi plasenta dalam mengkonsentrasikan,
mensintesis, dan transport zat-zat makanan akan menentukan suplai makanan
ke janin. Janin yang mengalami malnutrisi pada umumnya disebabkan oleh
gangguan suplai makanan dari ibu, misalnya pada kelainan pembuluh darah
plasenta yang berakibat berkurangnya transport zat-zat makanan melalui
plasenta.
Fungsi plasenta adalah memastikan komunikasi efektif antara ibu
dengan janin yang tengah berkembang sementara tetap memelihara
keutuhan imun dan genetik dari kedua individu. Pada awalnya plasenta
berfungsi secara otonom. Namun pada akhir kehamilan, sistem endokrin
janin telah cukup berkembang untuk mempengaruhi fungsi plasenta
dan menyediakan prekursor-prekursor hormon untuk plasenta
Plasenta sangat penting artinya bagi kehamilan dan tetap akan penting
sampai kelahiran si bayi. Pada waktunya, ketika rahim mengecil setelah bayi
lahir, plasenta akan terlepas dari rahim.

17
B. SARAN
Diharapkan agar dapat memberi masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun tentang fetomaternal dalam pelayanan kebidanan
khususnya endokrinologi plasenta.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://node1.123dok.com/dt03pdf/123dok/002/998/2998641.pdf
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/40088
https://www.academia.edu/34941621/ENDOKRIN_GABUNGAN
https://www.slideshare.net/Jessicaadila/endokrinologi-plasenta
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16478604
https://www.medscape.com/viewarticle/780615_3
https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/pregnancy-week-by-week/in-
depth/placenta/art-20044425
https://www.honestdocs.id/fungsi-plasenta
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/05/endokrinologi_kehamilan.pdf
http://www.reproduksiternak.lecture.ub.ac.id/files/2013/09/MATERI-9-
endokrinologi-kebuntingan-dan-kelahiran.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai