Anda di halaman 1dari 62

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TITER S-RBD IgG PADA PENYINTAS COVID-19


SEBAGAI PENDONOR PLASMA KONVALESEN
DI UTD PMI PROVINSI LAMPUNG

Oleh:

RINI TRI HARTATI


1913453068

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA TIGA
TAHUN 2022
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TITER S-RBD IgG PADA PENYINTAS COVID-19


SEBAGAI PENDONOR PLASMA KONVALESEN
DI UTD PMI PROVINSI LAMPUNG

Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma Tiga
Program Studi Teknologi Laboratorium Medis

Oleh:

RINI TRI HARTATI


1913453068

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA TIGA
TAHUN 2022

ii
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA TIGA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2022

Rini Tri Hartati

Gambaran Titer S-RBD Pada Penyintas COVID-19 Sebagai Pendonor


Plasma Konvalesen Di UTD PMI Provinsi Lampung

xiv + 46 halaman, 3 tabel, 6 gambar, 7 lampiran

ABSTRAK

COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh
jenis corona virus baru yaitu SARS-CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di
Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. Plasma Konvalesen
merupakan plasma yang diambil dari seseorang mantan pasien (penyintas)
COVID-19 yang memenuhi persyaratan sebagai pendonor darah. Penelitian ini
bertujuan mengetahui gambaran titer S-RBD IgG pada penyintas COVID-19
sebagai pendonor plasma konvalesen di UTD PMI provinsi Lampung.Penelitian
bersifat deskriptif dengan menggunakan data sekunder. Data dikumpulkan dari
155 data rekam medik penyintas COVID-19 yang akan mendonorkan plasma
konvalesennya di UTD PMI Provinsi Lampung pada tahun 2021. Analisa data
menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa penyintas
COVID-19 yang memiliki nilai titer S-RBD IgG <80 U/ml sebanyak 35 orang
(22,5%) dan nilai titer >80 U/ml sebanyak 120 orang (77%). Jumlah dan
persentase penyintas COVID-19 yang memenuhi syarat donor plasma konvalesen
sebanyak 120 orang (77%) dan persentase penyintas COVID-19 yang tidak
memenuhi syarat donor plasma konvalesen sebanyak 35 orang (23%). Penyintas
COVID-19 yang memenuhi syarat donor plasma konvalesen lebih banyak
dibandingkan penyintas COVID-19 yang tidak memenuhi syarat donor plasma
konvalesen.

Kata Kunci : COVID-19, Plasma Konvalesen, Titer S-RBD IgG


Daftar Bacaan : 23 (2019-2022)

iii
BIODATA PENULIS

Nama : RINI TRI HARTATI


NIM : 1913453068
Tempat, Tanggal Lahir : Adi Jaya, 24 Febuari 2001
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Batara Jaya, RT 26 RW 10 Lingkungan
VB, Kelurahan Yukum Jaya, Kecamatan
Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung
Tengah

RIWAYAT PENDIDIKAN
SD (2007-2013) : SD Negeri 1 Terbanggi Besar

SMP (2013-2016) : SMP Negeri 1 Terbanggi Besar

SMA (216-2019) : SMA Negeri 1 Terbanggi Besar

DIPLOMA III (2019- 2022) : Politeknik Kesehatan TanjungKarang Program Studi


Teknologi Laboratorium Medis Program Diploma Tiga

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir

Gambaran Titer S-RBD IgG Pada Penyintas COVID-19


Sebagai Pendonor Plasma Konvalesen
Di UTD PMI Provinsi Lampung

Penulis
Rini Tri Hartati/NIM 1913453068

Telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Pembimbing Karya Tulis Ilmiah
Program Studi Teknologi Laboratorium Medis Program Diploma Tiga
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Analis Kesehatan

Bandar Lampung, Juni 2022

Tim Pembimbing KTI

Pembimbing Utama

Filia Yuniza, S.ST., M.Biomed

Pembimbing Pendamping

Dr. Aditya., M.Biomed

v
LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Titer S-RBD IgG Pada Penyintas COVID-19


Sebagai Pendonor Plasma Konvalesen
Di UTD PMI Provinsi Lampung

Penulis

Rini Tri Hartati/ 1913453068


Diterimaa Dan disahkani oleh Tim Penguji Akhir
Program Studi Teknologi Laboratorium Medis Program Diploma Tiga
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Sebagai persyaratan menyelesaikan Pendidikan Diploma Tiga

Tim Penguji

Misbahul Huda, S. Si.,M. Kes


Ketua

Filia Yuniza, S.ST., M.Biomed


Anggota

Dr. Aditya., M.Biomed


Anggota

Mengetahui,

Ketua Jurusan TLM Ketua Program Studi TLM


Politeknik Kesehatan TanjungKarang Program Diploma Tiga

Dra, Eka Sulistianingsih, M.Kes Misbahul Huda, S. Si.,M. Kes


NIP. 19660431993032002 NIP. 19691222199703200

vi
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : Rini Tri Hartati
NIM : 1913453068
Program Studi/Jurusan : Program Studi Teknologi Laboratorium Medis
Program Diploma Tiga/Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul :

“Gambaran Titer S-RBD IgG Pada Penyintas COVID-19 Sebagai


Pendonor Plasma Konvalesen Di UTD PMI Provinsi Lampung”

Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan kegiatan plagiat,


maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandar Lampung, Juni 2022

Rini Tri Hartati

vii
“Percayalah bahwa Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas
kemampuan hambanya”
(Al-Baqarah:286)

viii
PERSEMBAHAN

Alhamdullilahirabbil Alamin dengan memanjatkan ucapan syukur kepada


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan tugas akhir Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ini saya
persembahkan sebagai bukti semangat dari segala usaha serta, cinta dan kasih
sayang saya kepada orang-orang yang sangat berharga dalam hidup saya.
Untuk karya yang sederhana ini, saya persembahkan untuk kedua orang tua
yang paling saya cintai yaitu papah Drs. Sahroni dan (Almh) mamah Tuti
Susilowati atas doa dan berkat dukungan merekalah saya bisa menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini. Pencapain ini adalah suatu persembahan istimewa saya
untuk papah dan mamah. Terimakasih telah menjadi orang tua yang sangat
sempurna untuk saya. Dan juga saya sangat ber-terimakasih untuk anggota
keluarga yang sangat saya cintai dan sayangi, Aa Handi, Teteh Erry, Aa dwi, satu-
satunya adik saya Cindy Aulia, dan keponakan saya Muhammad Hannan Arayyan
yang sudah mendukung, mendoakan, memberi semangat untuk terus maju sampai
dapat menyelesaikan karya ini.
Teruntuk sahabat seperjuangan dari SD hingga sekarang, Sahabat, Riris,
Caca, Syafaa, Prada, Salma, Denny dan sahabat semasa kuliah 3 tahun, Pejuang
Give Away, Bunga, Rihana, Dini, Dinda, Ragil, Lely, dan Lorin tanpa inspirasi,
dorongan, dan dukungan yang telah kalian berikan kepada saya, mungkin saya
bukan apa-apa saat ini.
Teruntuk sahabatku terimakasih telah menjadi tempat berkeluh kesah selama
mengerjakan Karya Tulis Ilmiah tetapi mereka tak henti-hentinya selalu
memberikan support dan dukungan agar saya cepat menyelesaikan tugas akhir ini.
Semoga apa yang sudah kalian perbuat dan kalian pula akan menuai hasilnya
dikemudian hari nanti Aamiin.Alhamdullilahirabbil Alamin dengan memanjatkan
ucapan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan tugas akhir Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis
Ilmiah ini saya persembahkan sebagai bukti semangat dari segala usaha serta,
cinta dan kasih sayang saya kepada orang-orang yang sangat berharga dalam
hidup saya.

ix
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta
hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah
yang berjudul “Gambaran Titer S-RBD IgG penyintas COVID-19 sebagai
pendonor plasma konvalesen di UDD PMI Provinsi Lampung”. Proposal karya
tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Program Diploma Tiga di Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis. Penulisan proposal karya tulis ilmiah ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Warjidin Aliyanto, S.KM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang.
2. Dra. Eka Sulistianingsih, M.Kes selaku Ketua Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
3. Misbahul Huda, S.Si., M.Kes selaku Ketua Prodi Teknologi Laboratorium
Medis Program Diploma Tiga.
4. Misbahul Huda, S.Si., M.Kes selaku Penguji Karya Tulis ilmiah ini yang
telah bersedia meluangkan waktu, memberikan ide, saran, dan kritik
kepada penulis dalam menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.
5. Filia Yuniza,. S.ST, M.Biomed, Dr. Aditya,. M.Biomed selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran serta perhatiannya
dalam memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan
penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal karya tulis ilimiah ini masih
terdapat kekurangan, tetapi penulis berharap semoga proposal karya tulis ilimiah
ini dapat dilanjutkan ke penelitian.
Bandar Lampung, Juni 2022
Penulis

Rini Tri Hartati

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ii
ABSTRAK iii
BIODATA PENULIS iv
LEMBAR PERSETUJUAN v
LEMBAR PENGESAHAN vi
MOTTO vii
PERSEMBAHAN viii
SURAT PERNYATAAN x
KATA PENGANTAR xi
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
E. Ruang Lingkup Penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori 5
B. Kerangka Konsep 18

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Rancangan Penelitian 19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 19
C. Populasi dan Sampel 19
D. Variabel dan Definisi Operasional 20
E. Pengumpulan Data 20
F. Pengolahan dan Analisis Data 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil 23
B. Pembahasan 24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan 28
B. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Nomor tabel Halaman

Tabel 2.1. Perbandingan donor metode konvensional dan metode 16


Apharesis

Tabel 4.1. Data hasil pemeriksaan nilai titer S-RBD IgG pada penyintas 23
COVID-19 yang akan mendonorkan plasma konvalesenya
di UTD PMI Provinsi Lampung tahun 2021

Tabel 4.2. Persentase penyintas COVID-19 yang memenuhi syarat 24


konvalesen berdasarkan titer S-RBD IgG di UTD PMI
Provinsi Lampung tahun 2021

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 2.1. Gambar virus corona 6

Gambar 2.2. Gambar Plasma darah 12

Gambar 2.3. Gambar terapi plasma konvalesen 13

Gambar 2.4. Gambar proses aferesis pada donor plasma 16


konvalesen

Gambar 4.1 Grafik data hasil pemeriksaan nilai titer S-RBD IgG 23
pada penyintas COVID-19 yang akan mendonorkan
plasma konvalesenya di UTD PMI Provinsi Lampung
tahun 2021

Gambar 4.2 Grafik Persentase penyintas COVID-19 yang memenuhi 24


syarat dan tidak memenuhi syarat donor plasma konvalesen
berdasarkan titer S-RBD IgG di UTD PMI Provinsi Lampung
tahun 2021

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Lampiran 1. Prosedur Pemeriksaan Titer S-RBD IgG Penyintas COVID-19


Sebagai Pendonor Plasma Konvalesen di UTD PMI Provinsi
Lampung Metode Chemiluminescence Immunoassay (CLIA)

Lampiran 2. Alat dan Bahan Pemeriksaan Titer S-RBD IgG di UTD PMI Provinsi
Lampung Metode Chemiluminescence Immunoassay (CLIA)

Lampiran 3 Data penyintas COVID-19 yang memenuhi syarat sebagai pendonor


plasma konvalesennya berdasarkan titer S-RBD IgG nya

Lampiran 4 Data penyintas COVID-19 yang memenuhi syarat sebagaai


pendonor plasma konvalesennya berdasarkan titer S-RBD IgG nya

Lampiran 5 Dokumentasi Kegiatan Pengumpulan Data

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Politeknik Kesehatan TanjungKarang

Lampiran 7 Lembar Konsultasi Karya Tugas Ilmiah

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Corona virus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-
2). Virus corona merupakan corona virus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis corona virus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) (Kemkes, 2020)
Masalah kesehatan global saat ini sedang menjadi sorotan dan bisa menjadi
sangat penting untuk diperhatikan para ilmuwan kesehatan dan masyarakat umum
adalah penyakit akibat virus corona. Corona Virus Disease–19 atau yang lebih
populer dengan istilah COVID-19 telah ditetapkan oleh World Health
Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia sebagai Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KMMD) pada tanggal 30 Januari
2020 dan akhirnya ditetapkan sebagai Pandemi pada tanggal 11 Maret 2020
(Keliat dkk, 2020)
Kasus COVID-19 di dunia per 6 Maret 2022 berjumlah 441 juta, sembuh 435
juta, meninggal 6 juta. Indonesia berada diurutan 16 total kasus di dunia dan
urutan 4 di Asia (WHO Int, 2020). Kasus di Indonesia hingga 6 maret 2022
berjumlah 5,7 juta, sembuh 5,1 juta, meninggal 600 ribu (PHEOC Kemkes RI,
2022)
Provinsi Lampung memiliki total kasus konfimasi COVID-19 61.454, total
kematian konfirmasi 3898, total selesai isolasi 48477. Kota Bandar Lampung
merupakan salah satu kota yang memilik kasus positif COVID-19 paling tinggi di
provinsi Lampung, Total kasus COVID-19 per 24 Febuari 2022, total kasus
positif 11.384, sembuh 10.577, meninggal 798 (Dinkes Lampung, 2022)
Pengobatan yang bisa digunakan oleh pasien COVID-19 adalah terapi plasma
konvalesen, terutama di awal pandemi dimana belum ada obat yang terbukti untuk
mengobati COVID-19 pada saat itu. Studi awal terhadap sekelompok kecil pasien

1
1
6

menunjukkan bahwa penggunaan terapi plasma konvalesen efektif dalam


mengurangi kematian akibat COVID-19 (David Mujiono dkk, 2020)
Kebutuhan plasma konvalesen penyintas COVID-19 yang dikelola Palang
Merah Indonesia (PMI) meningkat tajam seiring peningkatan kasus COVID-19.
Peningkatannya disebut mencapai 300 persen sejak gelombang kedua pandemi
COVID-19 terjadi di Indonesia. Plasma darah yang dimanfaatkan sebagai terapi
pendamping pasien COVID-19 ini diyakini dapat meringankan serta membantu
menyembuhkan pasien COVID-19 (PMI, 2021)
Data dari UTD PMI, plasma konvalesen yang terdistribusi di seluruh wilayah
Indonesia berjumlah 28.806, antrian plasma konvalesen 190 pasien, sedangkan
total persediaan 546 kantong (Kemenko PMK, 2021)
Penelitian Joyner, 2021 dari 3082 pasien yang termasuk dalam analisis ini,
kematian dalam waktu 30 hari setelah transfusi plasma terjadi pada 115 dari 515
pasien (22,3%) pada kelompok titer tinggi, 549 dari 2006 pasien (27,4%) pada
kelompok titer sedang, dan 166 pasien dari 561 pasien (29,6%) pada kelompok
titer rendah. Hubungan kadar antibodi anti-SARS-CoV-2 dengan risiko kematian
akibat Covid-19 bergantung dengan status ventilasi mekanis. Risiko kematian
yang lebih rendah dalam 30 hari pada kelompok titer tinggi dibandingkan dengan
kelompok titer rendah diamati di antara pasien yang belum menerima ventilasi
mekanis sebelum transfusi), dan tidak ada efek pada risiko kematian yang diamati
di antara pasien yang telah menerima ventilasi mekanis. Data menunjukkan,
efikasi pengobatan transfusi plasma konvalesen cukup tinggi sebesar 60 - 90%.
(Joyner et al, 2021)

Infeksi alami memicu tubuh membentuk antibodi. Antibodi Imunoglobulin G


(IgG) yang ada pada plasma konvalesen berperan untuk melawan virus SARS-
CoV-2 dengan menurunkan jumlah virus yang ada di dalam tubuh pasien COVID-
19. IgG baru terbentuk selambat-lambatnya 3 minggu pasca infeksi, kemudian
meninggi dan dapat menetap selama bertahun-tahun. IgG berperan penting dalam
menetralisasi virus. Studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Science pada 6
Januari 2021 lalu, ditemukan bahwa dapat bertahan setidaknya selama 8 bulan
(Mujiono D dkk, 2020)
1
7

Pengukuran antibodi COVID-19 kuantitatif S-RBD (Receptor Binding


Domain) untuk melihat seberapa besar titer antibodi guna mengukur efektivitas
kekebalan yang dimiliki oleh penyintas COVID-19 dan bagi yang telah vaksinasi
COVID-19, oleh karena itu pemeriksaan ini juga dijadikan syarat bagi penyintas
COVID-19 yang ingin mendonorkan plasma konvalesennya. Tidak semua
antibodi COVID-19 efektif untuk melawan virus COVID-19, untuk itu
dibutuhkan pengukuran titer antibodi yang efektif terhadap virus tersebut.
Data UTD PMI provinsi Lampung pada bulan Agustus hingga November
tahun 2021 tercatat kurang lebih 150 data pemeriksaan titer S-RBD igG pada
penyintas COVID-19 ``sebagai pendonor plasma konvalesen.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk penelitian tentang
“Gambaran Titer S-RBD IgG pada penyintas COVID-19 sebagai pendonor plasma
konvalesen di UTD PMI provinsi Lampung”

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Bagaimana gambaran Titer S-RBD yang pada
penyintas COVID-19 sebagai pendonor plasma konvalesen di UTD PMI provinsi
Lampung?

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum penelitian
Mengetahui gambaran titer S-RBD IgG pada penyintas COVID-19 sebagai
pendonor plasma konvalesen di UTD PMI Provinsi Lampung.

2. Tujuan khusus penelitian


a. Mengetahui titer S-RBD IgG pada penyintas COVID-19 yang akan
mendonorkan plasma konvalesennya tahun 2021
b. Mengetahui persentase penyintas COVID-19 yang memenuhi syarat
mendonorkan plasma konvalesennya berdasarkan titer S-RBD
IgG tahun 2021

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberi pengetahuan dan wawasan ilmiah kepada pembaca mengenai
gambaran titer S-RBD igG pada penyintas COVID-19 sebagai pendonor
1
8

plasma konvalesen serta menjadi referensi terhadap penelitian selanjutnya.


2. Manfaat Aplikatif

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang gambaran titer S-


RBD igG pada penyintas COVID-19 yang tepat sebagai syarat
pendonor plasma konvalesen.
a. Manfaat bagi Jurusan
Menambah Referensi atau bahan informasi penelitian dibidang
Imunoserologi dan memberi wawasan mengenai gambaran titer S-RBD IgG
pada penyintas COVID-19 yang tepat sebagi syarat pendonor konvalesen.
b. Manfaat Kepada Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengobatan COVID-19
dengan terapi plasma konvalesen.

E. Ruang lingkup penelitian


Bidang kajian penelitian ini adalah imunoserologi. Penelitian ini dibatasi pada
pemeriksaan titer SRBD IgG pada penyintas COVID-19 yang akan mendonorkan
plasma konvalesen dan menghitung persentase penyintas COVID-19 yang
memenuhi syarat mendonorkan plasma konvalesen berdasarkan titer S-RBD IgG
di UTD PMI Provinsi Lampung tahun 2021. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan April-Juni tahun 2022. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain
penelitian cross sectional. Analisis data yaitu analisis univariat. Sampel diambil
sesuai dengan kriteria sampel inklusi. Metode pemeriksaan titer S-RBD IgG yang
digunakan adalah Chemiluminescence Immunoassay (CLIA).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. COVID-19
COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan
oleh jenis corona virus baru yaitu SARS-CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di
Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. Virus ini menyerang sistem
pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona
bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru- paru
yang berat, hingga kematian. Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru
dari corona virus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja,
seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, dan bayi, termasuk
ibu hamil dan ibu menyusui. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan
infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan
infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia). Selain virus
SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam kelompok ini
adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan virus
penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh
virus dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa
perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran
dan keparahan gejala (Alfarisi, A., et al, 2020).
Infeksi SARS-CoV-2 pada manusia menimbulkan gangguan pernapasan akut
seperti demam, batuk, dan sesak napas. Pada kasus yang berat, penyakit ini dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian. Gejala penyakit ini dapat muncul dalam 2-14 hari setelah terpapar virus
tersebut (Kemenkes RI, 2020)
a. Virus corona
Corona virus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi
saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East

5
6

Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Corona virus jenis baru yang ditemukan pada
manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019,
kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-
COV2), dan menyebabkan penyakit Corona Virus Disease-2019 (COVID-
19) (kemkes RI, 2020).
Corona virus berbentuk bulat atau elips, sering pleimorfik dengan diameter
sekitar 50-200m (Wang Z, 2020). Corona virus merupakan virus RNA strain
tunggal positif, berkapsul, tidak bersegmen dan memiliki genom RNA yang
sangat panjang. Corona virus tergolong ordo nidovirales,keluarga Coronaviridae.
Struktur corona virus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S
berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan salah satu
protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama untuk penulisan gen.
protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus kedalam host
(interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang) (Yuliana, 2020)

Sumber : (WHO Int, 2020)


Gambar 2.1 : virus corona
b. Epidemiologi

Epidemiologi COVID-19 telah ditetapkan sebagai pandemi global pada 11


Maret 2020 oleh WHO. Pertama kali dilaporkan terjadi di kota Wuhan Cina, dan
kemudian dalam waktu kurang dari setahun telah menyebar ke seluruh negara di
dunia. Hingga 28 Maret 2020, jumlah kasus infeksi COVID-19 terkonfirmasi
mencapai 571.678 kasus. Awalnya kasus terbanyak terdapat di Cina, namun saat
ini kasus terbanyak terdapat di Italia dengan 86.498 kasus, diikut oleh Amerika
dengan 85.228 kasus dan Cina 82.230 kasus. Virus ini telah menyebar hingga ke
199 negara. Kematian akibat virus ini telah mencapai 26.494 kasus
7

Tingkat kematian akibat penyakit ini mencapai 4-5% dengan kematian terbanyak
terjadi pada kelompok usia diatas 65 tahun. Indonesia melaporkan kasus pertama
pada 2 Maret 2020, yang diduga tertular dari orang asing yang berkunjung ke
Indonesia. Kasus di Indonesia pun terus bertambah, hingga tanggal 29 Maret 2020
telah terdapat 1.115 kasus dengan kematian mencapai 102 jiwa. Tingkat kematian
Indonesia 9%, termasuk angka kematian tertinggi (Handayani, D., et al, 2020)
c. Penularan
COVID-19 ditularkan secara langsung maupun tidak langsung melalui
hidung, mulut dan mata melalui tetesan (droplets) yang dihasilkan dari batuk atau
bersin orang yang terinfeksi. Tetesan (droplets) dapat mencemari benda-benda
seperti alat rumah tangga, kantor, gagang pintu, air, alat pribadi maupun fasilitas
umum lainnya dan menjadi sumber penularan (Alfarisi, A., et al, 2020)
d. Patogenesis
Virus dapat melewati membran mukosa, terutama mukosa nasal dan laring,
kemudian memasuki paru-paru melalui traktus respiratorius. Selanjutnya,virus
akan menyerang organ target yang mengekspresikan Angiotensin Converting
Enzyme 2 (ACE2), seperti paru-paru, jantung, system renal dan tractus gastro
intestinal (Di Gennaro et al., 2020)
Protein S pada SARS-CoV-2 memfasilitasi masuknya virus corona ke dalam
sel target. Masuknya virus bergantung pada kemampuan virus untuk berikatan
dengan ACE2, yaitu reseptor membran ekstraselular yang diekspresikan pada sel
epitel, dan bergantung pada priming protein S ke protease selular, yaitu
TMPRSS2 (Handayanidkk., 2020; Kumar dkk., 2020; Lingeswaran dkk., 2020).
Protein S pada SARS-CoV-2 dan SARS-CoV memiliki struktur tiga dimensi
yang hampir identik pada domain receptor-binding. Protein S pada SARS-CoV
memiliki afinitas ikatan yang kuat dengan ACE2 pada manusia. Pada analisis
lebih lanjut, ditemukan bahwa SARS-CoV-2 memiliki pengenalan yang lebih baik
terhadap ACE2 pada manusia dibandingkan dengan SARS-CoV. (Zhang dkk.,
2020).
Periode inkubasi untuk COVID-19 antara 3-14 hari. Ditandai dengan kadar
leukosit dan limfosit yang masih normal atau sedikit menurun, serta pasien belum
merasakan gejala. Selanjutnya, virus mulai menyebar melalui aliran dara
8

terutama menuju ke organ yang mengekspresikan ACE2 dan pasien mulai


merasakan gejala ringan. Empat sampai tujuh hari dari gejala awal, kondisi pasien
mulai memburuk dengan ditandai oleh timbulnya sesak, menurunnya limfosit, dan
perburukan lesi di paru. Jika fase ini tidak teratasi, dapat terjadi Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARSD), sepsis, dan komplikasi lain. Tingkat keparahan klinis
berhubungan dengan usia (di atas 70 tahun), komorbiditas seperti diabetes,
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), hipertensi, dan obesitas (Gennaro dkk.,
2020; Susilo dkk., 2020).
Sistem imun innate dapat mendeteksi RNA virus melalui RIG-Ilike
receptors, NOD-like receptors, dan Toll-like receptors. Hal ini selanjutnya akan
menstimulasi produksi interferon (IFN), serta memicu munculnya efektor anti
viral seperti sel CD8+, sel Natural Killer (NK), dan makrofag. Infeksi dari
betacoronavirus lain, yaitu SARS-CoV dan MERS-CoV, dicirikan dengan
replikasi virus yang cepat dan produksi IFN yang terlambat, terutama oleh sel
dendritik, makrofag, dan sel epitel respirasi yang selanjutnya diikuti oleh
peningkatan kadar sitokin proinflamasi seiring dengan progres penyakit (Allegra
dkk., 2020; Lingeswaran dkk., 2020).
Infeksi dari virus mampu memproduksi reaksi imun yang berlebihan pada
inang. Pada beberapa kasus, terjadi reaksi yang secara keseluruhan disebut “badai
sitokin”. Badai sitokin merupakan peristiwa reaksi inflamasi berlebihan dimana
terjadi produksi sitokin yang cepat dan dalam jumlah yang banyak sebagai respon
dari suatu infeksi. Dalam kaitannya dengan COVID-19, ditemukan adanya
penundaan sekresi sitokin dan kemokin oleh sel imun innate dikarenakan blokade
oleh protein non-struktural virus. Selanjutnya, hal ini menyebabkan terjadinya
lonjakan sitokin proinflamasi dan kemokin (IL-6, TNFα, IL-8, MCP-1, IL-1 β,
CCL2, CCL5, dan interferon) melalui aktivasi makrofag dan limfosit. Pelepasan
sitokin ini memicu aktivasi sel imun adaptif seperti sel T, neutrofil, dan sel NK,
bersamaan dengan terus terproduksinya sitokin proinflamasi. Lonjakan sitokin
proinflamasi yang cepat ini memicu terjadinya infiltrasi inflamasi oleh jaringan
paru yang menyebabkan kerusakan paru pada bagian epitel dan endotel.
Kerusakan ini dapat berakibat pada terjadinya ARDS dan kegagalan multi organ
yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (Gennaro dkk., 2020
9

Lingeswaran dkk., 2020).


Seperti diketahui bahwa transmisi utama dari SARS-CoV-2 adalah melalui
droplet. Akan tetapi, ada kemungkinan terjadinya transmisi melalui fekal-oral.
Penelitian oleh Xiao dkk. (2020) menunjukkan bahwa dari 73 pasien yang dirawat
karena Covid-19, terdapat 53,42% pasien yang diteliti positif RNA SARS- CoV-
2 pada fesesnya. Bahkan, 23,29% dari pasien tersebut tetap terkonfirmasi positif
RNA SARS- CoV-2 pada fesesnya meskipun pada sampel pernafasan sudah
menunjukkan hasil negatif. Lebih lanjut, penelitian juga membuktikan bahwa
terdapat ekspresi ACE2 yang berlimpah pada sel glandular gaster, duodenum, dan
epitel rektum, serta ditemukan protein nukleokapsid virus pada epitel gaster,
duodenum, dan rektum. Hal ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 juga dapat
menginfeksi saluran pencernaan dan berkemungkinan untuk terjadi transmisi
melalui fekal-oral (Kumar dkk., 2020; Xiao dkk., 2020).
e. Gejala
Awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu
demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu,
gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita COVID-19
dengan gejala berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan
berdarah, sesak napas, atau nyeri dada. Keluhan tersebut muncul ketika tubuh
bereaksi melawan virus Corona.
Secara umum, ada tiga gejala umum yang bisa menandakan seseorang
terinfeksi virus Corona, yaitu:
1.) Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius) 2.) kering

3.) Sesak napas


Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi virus Corona
meskipun lebih jarang, yaitu:
1.) Diare
2.) Sakit kepala
3.) Konjungtivitis
4.) Hilangnya kemampuan mengecap rasa
5.) Hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia)
6.) Ruam di kulit
10

Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2


minggu setelah penderita terpapar virus Corona. Sebagian pasien yang terinfeksi
virus Corona bisa mengalami penurunan oksigen tanpa adanya gejala apa pun.
Kondisi ini disebut happy hypoxia (Alfarisi, A., et al, 2020)
e. Diagnosa
Diagnosis COVID-19 diawali dengan anamnesis risiko terpapar virus SARS-
CoV-2, misalnya bepergian ke atau tinggal di daerah endemik, atau kontak dengan
pasien terkonfirmasi. Gejala dan tanda COVID-19 terdiri dari asimtomatik,
ringan, sedang, dan berat (Cascella M et al, 2021)
Guna memastikan apakah gejala-gejala tersebut merupakan gejala dari virus
Corona, diperlukan pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan baku emas COVID-
19 adalah tes RT-PCR (real time polymerase chain reaction) dari sampel swab
nasofaring dan orofaring (Cascella M et al, 2021)
f. Pencegahan
Pencegahan utama adalah membatasi mobilisasi orang yang berisiko hingga
masa inkubasi. Pencegahan lain adalah meningkatkan daya tahan tubuh melalui
asupan makanan sehat, memperbanyak cuci tangan, menggunakan masker bila
berada di daerah berisiko atau padat, melakukan olah raga, istirahat cukup serta
makan makanan yang dimasak hingga matang dan bila sakit segera berobat ke RS
rujukan untuk dievaluasi sedangkan vaksinasi untuk pencegahan primer.
Pencegahan sekunder adalah segera menghentikan proses pertumbuhan virus,
sehingga pasien tidak lagi menjadi sumber infeksi. Upaya pencegahan yang
penting termasuk berhenti merokok untuk mencegah kelainan parenkim paru.
Pencegahan pada petugas kesehatan juga harus dilakukan dengan cara
memperhatikan penempatan pasien di ruang rawat atau ruang intensif isolasi.
Pengendalian infeksi di tempat layanan kesehatan pasien terduga di ruang instalasi
gawat darurat (IGD) isolasi serta mengatur alur pasien masuk dan keluar.
Pencegahan terhadap petugas kesehatan dimulai dari pintu pertama pasien
termasuk triase. Pada pasien yang mungkin mengalami infeksi COVID-19 petugas
kesehatan perlu menggunakan APD standar untuk penyakit menular.
Kewaspadaan standar dilakukan rutin, menggunakan APD termasuk masker untuk
tenaga medis (N95), proteksi mata, sarung tangan dan gaun panjang (gown)
(PDPI, 2020)
11

g. Pengobatan

Para ilmuwan di seluruh dunia sedang bekerja untuk menemukan dan


mengembangkan pengobatan untuK COVID-19. Seperti diketahui, saat ini belum
ada terapi yang secara pasti dapat menyembuhkan pasien COVID-19. Namun para
peneliti mencoba berbagai cara yang pernah dilakukan dalam penanganan pasien
terinfeksi virus baru di masa-masa sebelumnya. Terapi plasma konvalesen (TPK),
salah satunya tercatat pernah dilakukan dalam penanganan kasus infeksi akibat
SARS-CoV-1 (2003), virus flu H1N1 (2009-2010) dan MERS-CoV (2012), virus
EBOLA (2014-2015) dan terapi penderita Covid-19 di Tiongkok (Mujiono D dkk,
2020)
Penggunaan TPK menjadi salah satu alternatif yang dapat dicoba untuk
diberikan pasien COVID-19. Beberapa studi kasus awal pada sekelompok kecil
pasien, penggunaan TPK diduga efektif untuk menurunkan angka kematian akibat
COVID-19. Studi-studi awal yang dilakukan tersebut umumnya tidak
menyertakan kontrol atau terapi pembanding, tidak melakukan randomisasi (non-
randomized trial), dan menyebutkan bahwa TPK aman digunakan, sehingga pada
akhirnya Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau United States
Foodand Drug Administration (US-FDA) mengeluarkan izin penggunaan TPK
dalam kerangka Emergency Use Authorization (EUA) di bulan Agustus 2020
(Mujiono D dkk, 2020)
Badan Otoritas Obat Amerika Serikat (US FDA) telah mencantumkan
penggunaan plasma konvalesen COVID-19 dengan titer antibodi netralisasi tinggi
terhadap SARS-Cov-2 dari individu yang telah sembuh (penyintas) sebagai
produk investigasi emergensi untuk pasien COVID-19 dengan kondisi parah
(BPOM RI, 2020)

Namun seiring dengan munculnya beberapa studi yang lebih kuat dengan
desain Randomized Controlled Trial (RCT), penggunaan TPK secara luas dan
masif sebaiknya ditinjau ulang berdasarkan data-data ilmiah terbaru (Mujiono D
dkk, 2020)
12

2. Donor Plasma Konvalesen


a. Pelayanan darah di Indonesia dilakukan oleh:
1.) 417 UDD PMI
2.) 225 UTDRS/Dinkes
- Palang Merah Indonesia menerima penugasan pemerintah dalam melaksanakan
Pelayanan Darah di Indonesia berdasarkan:
1.) Peraturan Pemerintah No. 7/2011 tentang Pelayanan Darah
2.) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 83/2014 tentang UTD, BDRS dan
Jejaring Pelayanan Darah
3.) Permenkes Standar Pelayanan Transfusi Darah Nasional (No 91/2015)
-Aturan PMI terkait penyelenggaraan pelayanan Darah yaitu
1.) Peraturan Organisasi tentang UTD PMI
2.) Undang-undang Kepalangmerahan No 1 tahun 2018 (Indraswara Y, 2021)
b. Plasma Konvalesen
Plasma Konvalesen merupakan plasma yang diambil dari seseorang mantan
pasien (penyintas) COVID-19 yang memenuhi persyaratan sebagai pendonor
darah (Maulana, 2020)

1.) Plasma
Plasma merupakan bagian cair berwarna kekuningan dari darah (sekitar 55%
dari komposisi darah) setelah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(trombosit), platelet, dan komponen seluler lainnya dipisahkan. Fungsi plasma
darah adalah sebagai pembawa berbagai macam zat penting, seperti protein,
hormon, dan nutrisi ke sel-sel yang berbeda di dalam tubuh. Komposisi plasma
bervariasi dan mengandung berbagai macam komponen seperti campuran garam
anorganik, air, dan lebih dari 1000 protein. Dalam plasma juga terdapat albumin,
immunoglobulin, komplemen, faktor koagulasi serta antitrombotik.

Sumber : (Pustekkom Kemendikbud, 2015)


Gambar 2.2 Plasma darah
13

Plasma yang digunakan untuk Terapi Plasma Konvalesen (TPK) dapat


diperoleh dengan memisahkan plasma dari darah (whole blood) atau dengan
metode aferesis atau plasmaferesis. Dalam konteks plasma konvalesen untuk
pasien COVID-19, kandungan antibodi spesifik terhadap SARS-CoV-2 adalah
mekanisme utama yang dicari dari TPK, sehingga sebaiknya plasma donor harus
mengandung kadar atau konsentrasi antibodi yang tinggi, sesuai dengan yang
dipersyaratkan (Mujiono D dkk, 2021)

Sumber : (Mujiono D dkk, 2021)


Gambar 2.3 Gambaran umum terapi plasma konvalesen

c. Plasma konvalesen sebagai terapi bagi penderita COVID-19


Target atau cara kerja utama terapi plasma konvalesen ini adalah dengan
menetralisasi patogen yang masuk ke dalam tubuh, melalui mekanisme passive
immunotherapy. Mekanisme ini dicapai dengan mentransfer antibodi terhadap
SARS CoV-2 yang terdapat dalam plasma melalui proses transfusi kepada
penerima (resipien). Diharapkan antibodi yang masuk melalui plasma dalam
konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan untuk menetralisasi SARS CoV-2,
sehingga dapat menghambat replikasi virus. Untuk masuk ke dalam sel, patogen
harus berikatan atau menempel dengan molekul tertentu pada permukaan dari sel
target. Antibodi yang spesifik terhadap suatu jenis patogen akan mengikat patogen
tersebut, sehingga mencegah ikatan antara patogen dengan reseptor di sel target.
Kemampuan antibodi dalam mencegah (blocking) ikatan ini merupakan salah satu
dari beberapa mekanisme antibodi dalam melindungi tubuh kita. Disamping itu,
antibodi dapat pula menarik sel-sel efektor dan molekul lain untuk membunuh
14

patogen ini (opsonisasi, aktifasi komplemen, ADCC/antibody dependent cell


cytotoxicity). Berbagai mekanisme ini dilaksanakan oleh berbagai jenis (isotype)
antibodi, seperti Immunoglobulin M (IgM), Immunoglobulin A (IgA), dan
Immunoglobulin G(IgG). Tidak semua antibodi yang dibentuk dan berikatan
dengan antigen patogen dapat menetralisasi patogen tersebut.
Antibodi adalah suatu protein yang diproduksi oleh sistem imun ketika
mendeteksi adanya suatu protein asing seperti antigen virus. SARS CoV-2, virus
yang menyebabkan COVID-19, akan memicu sistem imun tubuh dalam
mengenali antigen asing yang diproduksi oleh virus selama replikasinya di sel
inang. Selanjutnya, antigen virus akan dimakan oleh antigen-presenting cells
(APCs) seperti makrofag atau sel dendritik. Kemudian fragmen dari antigen
SARS-CoV-2 akan dipresentasikan oleh APC kepada sel T-helper, yang
kemudian akan berinteraksi dan mengaktivasi sel B (B-lymphocyte) dan
mengalami proliferasi serta berdiferensiasi menjadi sel plasma yang akan
memproduksi antibodi (IgM, IgG dan IgA) spesifik terhadap SARS-CoV-2. Sel B
yang teraktivasi juga akan berdiferensiasi menjadi sel B memori yang akan
bertahan lama dalam tubuh dan akan cepat memproduksi antibodi apabila
nantinya ada paparan terhadap antigen yang sudah dikenali sebelumnya. Jika
diibaratkan antigen adalah musuh, maka antibodi adalah prajurit yang akan
menghadapi musuhnya.
Pada pasien yang pernah terpapar oleh SARS-CoV-2, tiga jenis antibodi yang
menjadi target uji serologis COVID-19 adalah IgM, IgG, dan IgA. Dinamika
respon imun pada COVID-19 belum sepenuhnya dipahami, namun penelitian
menunjukkan bahwa serokonversi antibodi biasanya lebih tinggi kadarnya dan
bertahan lebih lama pada penyintas COVID-19 yang mengalami sakit berat atau
kritis, dibandingkan dengan sakit ringan atau tanpa gejala. Selain efek antiviral
yang diharapkan melalui netralisasi antibodi (Mujiono D dkk, 2021)
d. Alur donor plasma konvalesen
1). Rekrutmen donor (pendataan/pendaftaran menjadi donor PK)
a). Pendaftaran (online, offline)
b). Syarat donor plasma konvalesen:
(1) Pernah terkonfirmasi COVID-19 (RT PCR Positif)
15

(2) Berusia 18-60 tahun


(3) Berat badan minimal 55 kg
(4) Diutamakan laki-laki atau perempuan yang belum pernah hamil
(5) Pasien sembuh dari COVID-19 dibuktikan dengan surat keterangan
sembuh dari dokter yg merawat
(6) 14 hari tanpa gejala setelah dinyatakan sembuh oleh dokter yang
merawat
(7) Tidak menerima transfusi selama 3 bulan terakhir
(8) Memiliki titer S-RBD IgG minimal 1:80

(9) Tidak terifeksi penyakit HIV, Hepatitis-B, Hepatitis-C dan sifilis


(10) Memenuhi persyaratan donor secara umum
c.) penjelasan isi inform consent
2.) Seleksi donor (pengambilan sampel)
a.) Periksa pemenuhan persyaratan khusus donor plasma konvalesen
b.) wawancara dan pengisian data formulir donor dan inform consent terkait
syarat donor plasma konvalesen dan donor umum
c.) pemeriksaan Kesehatan sederhana dan khusus
d.) pengambilan sampel uji laboratorium
(1) pemeriksaan vena area penusukan
(2) pemeriksaan kualitas plasma (keruh, lipemik)
(3) pengukuran titer S-RBD IgG
(4) golongan darah
(5) pemeriksaan hb
(6) HIV, Hepatitis-B, Hepatitis-C, Sifilis
(7) jika donor langsung untuk pasien : pemeriksaan uji silang dan direct
coombs test
3).Pemberitahuan hasil
a.) hasil diterima
masuk antrian donor PK dan diinformasikan kepada calon donor pk
jadwal donor plasma konvalesen
b.) hasil ditolak
tidak dapat donor PK dan diinfromasikan kepada calon donor tidak dapat
melakukan donor plasma konvalesen
16

Donor yang telah memenuhi kriteria pada pre-skrining (memiliki antibodi dan
hasil negatip terhadap beberapa pemeriksaan kemanan darah, serta memenuhi
standar pemeriksaan laboratorium sesuai dengan persyaratan) yang sudah
dilakukan sehari sebelumnya, Kemudian dihari berikutnya akan dilakukan
Pengambilan PK dilakukan dengan :
a.) Metode apheresis (400 – 800 ml yang kemudian dipisahkan secara tertutup
menjadi 200 ml, atau sebanyak 2-4 kantong)
b.) Metode konvensional (total sekali transfusi 450 ml untuk mendapatkan 200
ml plasma atau sebanyak 1 kantong plasma konvalesen )

Sumber : (Mujiono D dkk, 2021)


Gambar 2.4 Gambar proses aferesis pada donor plasma konvalesen

Tabel 2.1 Perbandingan donor metode konvensional dan metode apharesis


Donor Metode konvensional Donor Metode Apheresis
1. Alat yang diperlukan hanya jarum suntik 1. Membutuhkan bantuan alat khusus yang
dan perlengkapan pendukung sederhana. dapat memilah plasma dari komponen
2. Waktu rata-rata yang dihabiskan untuk darah lainnya.
melakukan donor adalah 10 hingga 15 2. Donor apheresis dilakukan dalam waktu
menit. yang lebih lama yaitu 1,5 hingga 2 jam.
3. Rentang waktu sekitar 3 bulan untuk 3. Donor apheresis bisa dilakukan
dapat melakukan donor darah kembali. kembali 2 minggu kemudian.
4. Donor darah biasa mengambil seluruh 4. Donor apheresis hanya mengambil
komponen dalam darah seperti plasma komponen darah yang diperlukan saja,
darah, sel darah merah, sel darah putih komponen darah lainnya dimasukkan lagi
dan trombosit ke dalam tubuh.
5. Lebih efektif dan aman
Sumber: (Dara A, 2018)
17

Pengukuran titer antibodi, IgM, IgG, dan antibodi netralisasi juga harus
dilakukan sebelum donor, apalagi jika masih dalam tahap uji klinis. Hal ini
dilakukan guna mengetahui seberapa aktifitas netralisasi antibodi melawan
antigen virus sehingga mampu menekan laju pertumbuhan virus menjadi negatif
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan titer S-RBD IgG
Receptor binding domain (RBD) protein Spike (S) SARS-CoV-2 digunakan
oleh virus untuk masuk ke dalam sel manusia melalui ikatan dengan reseptor ACE-
2. Dengan terbentuknya antibodi terhadap protein S-RBD pada seseorang maka
apabila ada virus SARS-CoV-2 masuk antibodi ini akan melakukan ”blocking”
terhadap masuknya virus sehingga virus tidak dapat menginfeksi sel dan
bereplikasi.
b. Tujuan Pemeriksaan
Mengevaluasi atau mengukur antibodi terhadap protein S-RBD yang
mempunyai daya netralisasi virus SARS-CoV-2 pada :
1. Penyintas COVID-19 ( orang yang pernah terinfeksi COVID-19)
2.Pasien pasca vaksinasi COVID-19
3.Donor plasma konvalesen
Pemeriksaan ini diharuskan bagi penyintas COVID-19 atau orang yang
pernah terinfeksi COVID-19 jika ingin mendonorkan plasma konvalesen (skrining
pendonor dan pemantauan resipien).

c. Metode
Metode yang digunakan adalah Chemiluminescence Immunoassay (CLIA)
yang menggunakan protein rekombinan mewakili RBD antigen S, mengukur
antibodi spesifik IgG dengan afinitas tinggi.
18

B. Kerangka konsep

Nilai titer antibodi


Penyintas COVID-19 yang S-RBD IgG
akan mendonorkan plasma Persentase yang
konvalesenya memenuhi syarat
donor berdasarkan
titer S-RBD IgG
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian deskriptif dengan
desain cross sectional. Variabel pada penelitian ini adalah penyintas COVID-19
yang akan mendonorkan plasma konvalesennya di UTD PMI Provinsi Lampung
tahun 2021.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi
Lokasi penelitian dilaksanakan di UTD PMI Provinsi Lampung
2. Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni tahun 2022.

C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 155 data rekam medik penyintas
COVID-19 yang akan mendonorkan plasma konvalesennya di UTD PMI
Provinsi Lampung tahun 2021.
2. Sampel
Sampel yang digunakan adalah diambil dari semua populasi penyintas
COVID-19 yang akan mendonorkan plasma konvalesennya di UTD PMI
Provinsi Lampung tahun 2021 yang sesuai dengan kriteria inklusi:
a. Pernah terkonfirmasi COVID-19 dengan RT PCR Positif atau Rapid
Antigen
b. Melakukan pemeriksaan laboratorium imunoserologi meliputi pemeriksaan
titer S-RBD IgG kuantitatif.
c. Catatan rekam medik dilengkapi identitas yang jelas (nama, umur, dan jenis
kelamin), golongan darah, tanggal terkonfirmasi COVID-19, tanggal
sembuh dan tanggal pemerikssaan titer

19
20

C. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian


Tabel 3.1 Variabel dan definisi operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
penyintas penyintas Data Observasi Pernah Nominal
COVID-19 yang COVID-19 rekam terkonfirmasi
akan yang akan medik COVID-19
mendonorkan mendonorkan (RT PCR
plasma plasma Positif atau
konvalesennya konvalesennya Rapid Antigen)
dan menjalani
pemeriksaan
titer S- RBD
IgG kuantitatif
sebagai syarat
mendonorkan
plasma
konvalesen di
UTD PMI
Provinsi
Lampung pada
tahun 2021
Titer Antibodi S-RBD Titer S-RBD Alat Observasi <1:1000 Rasio
IgG IgG diperiksa Mindray
dengan 2000 dan
metode CLIA Architect
untuk 2000i
mengukur
antibodi
dalam bentuk
titer di UTD
PMI Provinsi
Lampung
tahun 2021

D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data sekunder yang diambil dari hasil pemeriksaan
laboratorium meliputi gambaran titer S-RBD IgG pada penyintas COVID-19
sebagai pendonor plasma konvalesen yang didapat dari rekam medik UTD PMI
Provinsi Lampung tahun 2021 dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Peneliti melakukan penelusuran pustaka.
2. Peneliti melakukan prasurvei di UTD PMI Provinsi Lampung tahun 2021
3. Peneliti meminta surat izin penelitian dari Poltekkes Tanjungkarang jurusan
Teknologi Laboratorium Medik untuk diajukan ke UTD PMI Provinsi
Lampung 2021
4. Peneliti mengajukan surat perizinan ke bagian administrasi di UTD PMI
21

Provinsi Lampung
5. UTD PMI Provinsi Lampung menyetujui peneliti untuk melakukan
penelitian.
6. Peneliti melakukan penelusuran data ke instalasi rekam medik register dan
rekam medik UTD PMI Provinsi Lampung tahun 2021
7. Peneliti melakukan pencatatan data rekam medik register penyintas
COVID-19 yang akan mendonorkan plasma konvalesennya berupa nama,
umur, dan jenis kelamin.
8. Peneliti melakukan pencatatan data rekam medik laboratorium
9. Penyintas COVID-19 yang akan mendonorkan plasma konvalesennya
berupa hasil pemeriksaan laboratorium yaitu gambaran titer S-RBD IgG
10. Peneliti melakukan pengolahan data yang dicatat dari data rekam medik
UTD PMI Provinsi Bandar Lampung tahun 2021dan hasilnya disajikan
dalam bentuk tabel dan grafik.

E. Pengolahan dan Analisa Data


a. Pengolahan data
Pengolahan data dalam penelitian ini diperoleh dari data sekunder. Data
sekunder yaitu data rekam medik yang diambil dari UTD PMI Provinsi
Lampung pada tahun 2021. Selanjutnya data diolah dan disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik
b. Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
univariat, yaitu untuk mengetahui gambaran titer S-RBD IgG pada penyintas
COVID-19 yang akan mendonorkan plasma konvalesen dan presentase
jumlah penyintas COVID-19 yang memenuhi syarat mendonorkan plasma
konvalesenya berdasarkan titer IgGnya. Data disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik untuk mengetahui titer S-RBD IgG yang akan mendonorkan
plasma konvalesennya dan presentase jumlah penyintas COVID-19 yang
memenuhi syarat mendonorkan plasma konvalesennya berdasarkan titer S-
RBD IgG di UTD PMI Provinsi Lampung pada tahun 2021.
22

Presentase jumlah pendonor plasma konvalesen berdasarkan titer S-RBD IgG :


jumlah penyintas COVID-19 yang memenuhi syarat mendonorkan plasma
konvalesen
x 100%
jumlah seluruh penyintas COVID-19 yang akan mendonorkan plasma konvalesen
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran titer S-
RBD IgG pada 155 penyintas COVID-19 yang akan mendonorkan plasma
konvalesennya di UTD PMI Provinsi Lampung tahun 2021 diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Data hasil pemeriksaan nilai titer S-RBD IgG pada penyintas COVID-19 yang akan
mendonorkan plasma konvalesenya di UTD PMI Provinsi Lampung tahun 2021

Titer S-RBD IgG (U/ml) Jumlah Persentase (%)


<80 35 23
>80 120 77
Total 155 100

Berdasarkan tabel 4.1 hasil pemeriksaan nilai titer S-RBD IgG pada 155
penyintas COVID-19 yang akan mendonorkan plasma konvalesenya di UTD PMI
Provinsi Lampung tahun 2021 didapatkan bahwa penyintas COVID-19 dengan
titer S-RBD IgG <80 U/ml memiliki jumlah sebanyak 35 orang (23%) dan dengan
titer >80 U/ml memiliki jumlah sebanyak 120 orang (77%).

23%
<80
<80

77% >80
>80

Gambar 4.1 Grafik data hasil pemeriksaan nilai titer S-RBD IgG pada penyintas COVID-19
yang akan mendonorkan plasma konvalesenya di UTD PMI Provinsi Lampung tahun
2021

23
24

Tabel 4.2 Persentase penyintas COVID-19 yang memenuhi syarat donor plasma konvalesen
berdasarkan titer S-RBD IgG di UTD PMI Provinsi Lampung tahun 2021

Titer S-RBD IgG (U/ml) Jumlah Persentase (%) Keterangan


>80 120 77 Memenuhi syarat donor
<80 35 23 Tidak memenuhi syarat donor
Total 155 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan pada tahun 2021 di UTD PMI Provinsi
Lampung terdapat penyintas COVID-19 yang memenuhi syarat donor plasma
konvalesen 120 orang (77%) dan penyintas COVID-19 yang tidak memenuhi
syarat donor plasma konvalesen 35 orang (23%). Persentase penyintas COVID-19
yang memenuhi syarat donor plasma konvalesen lebih tinggi dibandingkan
persentase penyintas COVID-19 yang tidak memenuhi syarat donor plasma
konvalesen.

23% Memenuhi syarat


donor
Tidak memenuhi
77%
syarat donor

Gambar 4.2 Grafik persentase penyintas COVID-19 yang memenuhi syarat donor plasma konvalesen
berdasarkan titer S-RBD IgG di UTD PMI Provinsi Lampung tahun 2021

B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di UTD PMI Provinsi Lampung. UTD PMI
merupakan salah satu yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia untuk melaksankan kegiatan donor plasma konvalesen dan melayani
kebutuhan rumah sakit terhadap plasma konvalesen. Plasma konvalesen
merupakan plasma yang diambil dari seseorang mantan pasien (penyintas)
COVID-19 yang memenuhi persyaratan sebagai pendonor darah (Maulana, 2020)
Kandungan antibodi spesifik pada plasma terhadap SARS-CoV-2 adalah
mekanisme utama yang dicari dari TPK, sehingga sebaiknya plasma donor harus
25

mengandung kadar atau konsentrasi antibodi yang tinggi, sesuai dengan yang
dipersyaratkan. Target atau cara kerja utama terapi plasma konvalesen ini adalah
dengan menetralisasi patogen yang masuk ke dalam tubuh, melalui mekanisme
passive immunotherapy. Mekanisme ini dicapai dengan mentransfer antibodi
terhadap SARS CoV-2 yang terdapat dalam plasma melalui proses transfusi
kepada penerima (resipien). Antibodi yang masuk melalui plasma dalam
konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan untuk menetralisasi SARS CoV-2,
sehingga dapat menghambat replikasi virus (Mujiono D dkk, 2021)
Plasma yang digunakan untuk TPK dapat diperoleh dengan memisahkan
plasma dari darah whole blood dengan salah satu metode yang digunakan yaitu
apheresis atau plasmaferesis. Apheresis merupakan proses pengumpulan dan
pemisahan komponen darah secara otomatis dengan mesin yang menggunakan
satu set jarum, selang, dan kantong dispossible. Tujuannnya adalah untuk
menjamin keamanan donor sukarela (kiswari, 2014)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 155 penyintas
COVID-19 yang akan mendonorkan plasma konvalesennya di UTD PMI Provinsi
Lampung tahun 2021 menunjukkan bahwa penyintas COVID-19 dengan titer
S- RBD IgG U/ml memiliki jumlah terbanyak 77% dan penyintas COVID-19
dengan titer <80 U/ml memiliki jumlah paling sedikit 23%. Hasil menunjukkan
mayoritas pemilik titer >80 U/ml melakukan pemeriksaan titer S-RBD IgG setelah
> 14 hari pasca terkonfirmasi positif PCR. Hal ini sejalan dengan beberapa
penelitian Deeks et al dan Zhao et al (2020) melaporkan adanya perbedaan respon
antibodi SARS-CoV antar individu dan penelitian Higgins et al (2020) yang
pertama melaporkan nilai antibodi SARS-CoV-2 secara kuantitatif lebih tinggi
pada > 14 hari pasca terkonfirmasi positif.
Farida et al (2022) dalam penelitiannya pada 10 literatur, diperoleh teori yang
sama mengenai waktu antara sampling sampel darah dari pasien yang akan diuji
antibodi SARS-CoV-2 dengan jumlah hari munculnya gejala COVID-19, dapat
mempengaruhi nilai sensitivitas alat uji. Hari muncul gejala diperkirakan antara
1-14 hari setelah terinfeksi dan dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
kasus. Waktu sampling yang dinilai tepat
26

untuk dapat memperoleh sensitivitas yang tinggi adalah mulai hari ke-7 POS
(Post Onset Symptom). Hal ini disebabkan adanya window period, yaitu waktu
jendela bagi perkembangan respon imun selama masa akut COVID-19 dan tidak
terdeteksinya antibodi spesifik SARS-CoV-2. Diketahui bahwa respon imun
berupa antibodi spesifik IgM terhadap SARS-CoV-2 dimulai dan meningkat pada
hari ke-7 setelah munculnya gejala COVID-19. Kemudian pada hari berikutnya
dilanjutkan oleh perkembangan antibodi spesifik IgG, mulai hari ke-10 sampai ke-
18 (Nuccetelli et al., 2020; Montesinos et al., 2020; Pickering et al., 2020; Van
Elslande, et al., 2020). Sehingga diperkirakan jika waktu sampling pada pasien
COVID-19 dilakukan sebelum hari ke-7, maka kemungkinan antibodi IgM, IgG
SARS- CoV-2 masih belum terbentuk atau sudah terbentuk namun konsentrasinya
rendah dalam tubuh. Hal ini sejalan dengan penelitian Liu et al dan Lippi et al
tahun 2020.
Pada penyintas COVID-19 yang memiliki titer <80 U/ml pada pemeriksaan
titer S-RBD IgG setelah > 14 hari terkonfirmasi positif kemungkinan dikarenakan
tubuhnya tidak dapat mengembangkan antibodi. Beberapa pasien yang
terkonfirmasi positif SARS-CoV-2 tidak dapat mengembangkan antibodi dan titer
antibodi dapat saja berangsur-angsur menghilang pada individu-individu yang
sudah terinfeksi sebelumnya (Ibarrondo et al,. 2020; Liu et al., 2020). Pelepasan
sitokin yang terjadi pada pasien COVID-19 dapat mendorong terjadinya penipisan
dan kelelahan sel T. Melemahnya sel T dipengaruhi oleh sel dendritik (DC)
matang yang berimigrasi ke organ limfoid, sehingga menyebabkan limfositopenia
dan melemahnya aktifitas sel T. Hal itu membuat sel T tidak dapat merangsang sel
B untuk memproduksi antibodi (Shi et al., 2020; Shurin et al., 2020). Selain itu
derajat keparahan COVID-19 berhubungan dengan titer antibodi SARS-CoV-2,
hal ini menandakan bahwa semakin tinggi tingkat keparahan COVID-19 maka
titer antibodi SARS-CoV-2 juga akan semakin meningkat (Bond et al.,2020;
Borgonovo et al., 2021; Postet et al., 2020; Röltgen et al., 2021). Riset ilmuwan di
China yang dipublikasikan dalam jurnal Ilmiah Nature Medicine mengenai
perbedaan efektivitas imunitas pada pasien COVID-19 yang tidak menunjukkan
gejala sakit memiliki titer antibodi lebih rendah dibanding pasien dengan gejala
yang berat (kemkes, 2020)
27

Persentase penyintas COVID-19 yang memenuhi syarat donor plasma


konvalesen lebih tinggi dibandingkan dengan persentase penyintas COVID-19
yang tidak memenuhi syarat donor plasma konvalesen. Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kevin et al tahun 2021 didapatkan hal yang sama
yaitu 66% (109) yang memenuhi syarat donor dan 34% (56) yang tidak memenuhi
syarat donor. Artinya presentase penyintas COVID-19 yang memenuhi syarat
lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak memenuhi syarat. Penyintas COVID-
19 yang akan mendonorkan plasma konvalesennnya harus memenuhi persyaratan
umum sesuai dengan Permenkes No.91 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan
Transfusi Darah dan memenuhi persyaratan spesifik terkait plasma konvalesen
COVID-19 bahwa penyintas COVID-19 yang akan mendonorkan plasma
konvalesennnya harus memiliki nilai titer S-RBD IgG minimal yang di anjurkan
yaitu > 80 U/ml . Jika kurang dari minimal yang dianjurkan, penyintas COVID-
19 tidak dapat mendonorkan plasma konvalesennya. Penelitian supadmi dkk tahun
2021 menyebutkan bahwa mayoritas faktor penyebab kegagalan seleksi pendonor
plasma konvalesen adalah karena titer antibodi netralisasi tidak sesuai dengan
persyaratan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran titer S-RBD IgG pada
penyintas COVID-19 yang ingin mendonorkan plasma konvalesennya di UTD
PMI Provinsi Lampung tahun 2021, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari 155 penyintas COVID-19 yang akan mendonorkan plasma konvalesennya
di UTD PMI Provinsi Lampung tahun 2021 didapatkan bahwa penyintas
COVID-19 yang memiliki nilai titer S-RBD IgG <80 U/ml sebanyak 35 orang
(23%) dan dengan titer >80 U/ml sebanyak 120 orang (77%).
2. Jumlah dan persentase penyintas COVID-19 yang memenuhi syarat donor
plasma konvalesen sebanyak 120 orang (77%) dan persentase penyintas
COVID-19 yang tidak memenuhi syarat donor plasma konvalesen sebanyak
35 orang (23%).

B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti menyarankan:
1. Penelitian dapat dilanjutkan mengenai hubungan derajat keparahan COVID-
19 dengan titer S-RBD IgG.
2. Pihak PMI perlu melakukan dokumentasi data yang tertera pada formulir
donor sehingga jika ada peneliti lain yang akan mengambil data tersebut
dapat dengan mudah tanpa membuka satu persatu lembar formulir donor.

28
DAFTAR PUSTAKA

Alfarisi, A., Pratiwi, S. M., Prakoso, A. S., Putra, A. R. H., & Musik, P.
S.(2020).Mengenal Seputar Corona Virus Diseases (COVID-19).
JurnalKesehatan, 6-8.

Aziz, M. T.(2019).Model Pengelolaan Persedian Darah Untuk Palang Merah


Indonesia dengan Pendekatan Agent-Based Modelling (Doctoral
dissertation,Institut Teknologi Sepuluh Nopember)

BPOM RI. (2020). Rekomendasi Tentang Pengawasan Pemanfaatan Plasma


Konvalesen dan Imunoglobulin konsentrat dalam Terapi COVID-19 dan
Petunjuk Teknis Penjaminan Mutu Pengolahan Plasma Konvalesen COVID-
19.Jakarta Pusat.

Burhan E. Susanto AD. Nasution SA. et al. Pedoman Tata Laksana COVID-
19.Edisi 3. Desember 2020. PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN. IDAI.

Cascella M, Rajnik M, Aleem A, et al. Features, Evaluation, and Treatment of


Coronavirus (COVID-19). Updated 2021 Jul 17. Treasure Island (FL):Stat
Pearls Publishing; 2021

Di Gennaro, F., Pizzol, D., Marotta, C., Antunes, M., Racalbuto, V., Veronese, N.,
& Smith, L. (2020). Coronavirus diseases (COVID-19) current status and
future perspectives: A narrative review. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 17(8).

Farida, N . (2020). Literature Review: Perbandingan Hasil Diagnosis


Laboratorium IgM , IgG SARS-CoV-2 Metode ELISA dan ICT. Jurnal
Kesehatan, 15(1), 33-40.

llafan, K., Anggraini, T. N. Y. A., & Ihtiaringtyas, S.(2021). GAMBARAN


PELAKSAAN DONOR PLASMA KONVALESEN DI UDD PMI
KABUPATEN BANYUMAS (Doctoral dissertation, Universias Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta)

Indonesia, P. D. P., Indoneia, P. D. S. K., Anestiologi, P.D., Indonesia, T. I., &


Indonesia, I. D. A. (2022). Pedoman Tatalaksana COVID-19. PDPI, 4

Joyner, et al. (2021). Convalescent plasma antibody levels and the risk of death
from covid-19. The new England journal of medicine, 384, pp. 1015-1027.

Mujiono D, dkk (2020). Uji klinis pemberian Plasma Konvalesen Sebagai Terapi
Tambahan Corona Virus Disease 19 (COVID-19)-PlaSenTer.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). Panduan Praktik Klinis: Pneumonia


2019-nCoV. PDPI: Jakarta.
Purnamasari, I., & Raharyani, A. E. (2020). Tingkat pengetahuan dan perilaku
masyarakat Kabupaten Wonosobo tentang Covid-19.Jurnal Ilmiah Kesehatan,
10(1), 33-42.

RI, K. (2019). Pertanyaan dan Jawaban Terkait COVID-19 Kementerian


Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI, 8, 1-8.

Sari, S. A., Afriyani, L., & Kwarta, C. P. (2020). Pengetahuan Mahasiswa


Teknologi Bank Darah tentang Donor Plasma Konvalesen.Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 1(2), 33-36.

Shodiq, B. (2021). Studi deskriptif kualitatif: peran tim siaga bencana berbasis
masyarakat (SIBAT) menjaring penyintas covid-19 untuk donor plasma
konvalesen di kota Surakarta. Intan Husada Jurnal illmu Keperawatan, 9(1),
42-50.

Supadmi, F. R. S., Nur’aini Purnamaningsih, D. N., Akmarizanah , D., & Irawan,


D. (2021). Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan Prosedur Plasma
Konvalesen Di UTD PMI Kota Yogyakarta. In Prosiding Seminar Nasional
Multidisiplin Ilmu (Vol. 3, No. 1, pp. 385-391)

Tambunan, R. T. (2021). PENGUKURAN ANTIBODI KUANTITATIF


ANTIBODI ANTI-SARS-COV-2.Majalah Ilmiah METHODA, 11(2), 106-
114

Telaumbanua, D. (2020). Urgensi Pembentukan Aturan Terkait Pencegahan


Covid-19 di Indonesia. QALAMUNA:Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Agama,
12(1),59-70.

Wang, Z., Qiang, W., Ke, H. (2020). A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia


Control and Prevention. Hubei Science and Technology Press. China

WEBINAR PDS PATKLIN PMI ROCHE. (2021). Procurement


Convalescent Plasma for Covid-19 in Indonesia Red Cross.Webinar Pds
Patklin Pmi Roche. https://

Ye, Fu, Ren, Wang, et.al., 2020 yang diterbitkan pada J Med Virol.2020;1–12
dengan judul Treatment with convalescent plasma for Covid‐ 19 patients in
Wuhan, China

Yuliana,Y. (2020). Corona virus diseases (Covid- 19);Sebuah tinjauan literatur.


Wellness And Healthy Magazine, 2(1), 187-192.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Prosedur Pemeriksaan Titer S-RBD IgG Penyintas COVID-19 Sebagai
Pendonor Plasma Konvalesen di UTD PMI Provinsi Lampung
Metode Chemiluminescence Immunoassay (CLIA)
CLIA merupakan metode/teknik immunoassay yang menggunakan label atau
indikator reaksi berupa molekul luminescent untuk memperkirakan atau
menentukan konsentrasi analit/ sampel yang dianalisis yang memiliki konsentrasi
sampel rendah dalam darah dan sedangkan disebut chemiluminescent karena
digunakan untuk teknik immunoassay yang melibatkan reaksi kimia.
Microparticle merupakan fase padat dalam metode pemeriksaan CLIA.
Microparticle dilengkapi dengan paramagnetik mikropartikel yang dilekati dengan
antigen atau antibodi untuk dapat menangkap sampel yang mengandung antibodi
atau antigen target pada sampel.
1. Prinsip Pengujian
Metoda CLIA dalam uji saring darah menggunakan substrat chemiluminescent
yang bereaksi dengan berbagai enzim yang digunakan untuk menandai Reaksi
chemiluminescence enzimatik menghasilkan cahaya. Sistem saat menggunakan
derivatif dari luminol dengan peroksidase dan H2O2 (atau sistem enzimatik
lainnya yang menghasilkan H2O2, seperti oksidase glukosa atau uricase)
ditambah penambah (turunan dari fenol, seperti p-iodofenol), yang meningkatkan
emisi cahaya.
2. Persiapan sampel
Langkah-langkah persiapan sampel sebagai berikut:
a. Siapkan alat dan bahan
b. Beri identitas sampel
c. Lakukan pengambilan darah sebanyak 3cc
d. Masukkan ke dalam tabung penampungan darah
e. Masukkan tabung ke dalam sentrifuge putar selama 15 menit dengan
kecepatan 5000 rpm
f. Pisahkan serum dengan pipet tetes ke dalam wadah atau tabung yang
bersih
g. Masukkan ke alat architect dan lakukan pemeriksaan
3. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang di gunakan untuk pemeriksaan yaitu:
a. Alat:
1) Sentrifuge
2) Tabung reaksi
3) Kapas alkohol 70%
4) Handscoon
5) Pipet tetes
b. specimen (darah donor)
4. Cara Kerja
Cara kerja pemeriksaan titer S-RBD menggunakan alat architect 2000i sebagai
berikut:
1. Nyalakan UPS dengan cara :
Pastikan stop kontak tersambung ke aliran listrik
Pastikan UPS menyala dengan menekan tombol power ON
2. Nyalakan CPU pada alat dengan cara:
Tekan tombol power pada CPU alat sampai beberapa lampu control menyala
Amati layar monitor pada alat
Tunggu menu utama muncul
Masukkan username admin
Masukkan password admin
Lalu tekan done
3. Nyalakan module,tunggu hingga status setiap module berubah dari
Offline menjadi stopped
4. Tekan Start Up tunggu hingga status alat Architec berubah dari stopped
menjadi read
5. Cek supply,perbarui inventory bila perlu
6. Lakukan perawatan harian dengan cara:
Tekan main menu, Pilih system, Pilih daily maintenance
7. Jalankan control dengan cara:
Pilih main menu
Pilih order
Pilih control order Pilih parameter
Pilih level kontrol yang akan diperiksa tekan add order
Ulangi langkah diatas untuk setiap jenis control yang akan diperiksa tekan
F1(EXIT ) hingga kembali
ke layar menu
8. Cara memeriksa sample:
Pilih main menu
Pilih order
Pilih patient order
Masukkan carier/position (C/P) Masukkan SID pasien
Pilih parameter Tekan add order
Ulangi langkah diatas untuk setiap pasien yang akan diperiksa tekan F1(EXIT)
hingga kembali ke layar menu
9. Cara menyimpan dan melihat hasil pemeriksaan:
Pilih main menu Pilih result
Pilih result review untuk melihat hasil Tekan F2 (select all) atau pilih hasil
Tekan F8 (Release)
Pilih yes hasil akan dipindahkan dari result review ke stored result
5. Interpretasi hasil :
menggunakan nilai kuantitatif dalam bentuk titer dengan nilai titer maksimal
yang terbaca di alat hanya sampai <1:1000 atau =1:1000. Jika terdapat
pendonor yang memiliki titer antibodi melebihi 1:1000 pada data rekam medik
dituliskan dengan hasil >1:1000.
Lampiran 2.
Alat dan Bahan Pemeriksaan Titer S-RBD IgG metode CLIA

Mindray 2000i

Architect 2000i abbot

Sampel serum
Lampiran 3
Data penyintas COVID-19 yang memenuhi syarat sebagai pendonor plasma
konvalesennya berdasarkan titer S-RBD IgG nya
No. Nama Umur Jenis Gol. Tgl Tgl Tgl Titer S-RBD
(inisial) (Thn) kelamin Darah konfirmasi sembuh Px. Titer IgG
(P/L) COVID-19 (U/ml)
1 AS 36 L O+ 28/12/20 27/01/21 02/03/21 91.58
(RT-PCR)
2 IM 34 P A+ 09/01/20 10/01/21 18/03/21 116.40
(RT-PCR)
3 SRT 41 L O+ 17/12/20 06/01/21 19/03/21 161.30
(RT-PCR)
4 JG 21 P O+ 14/01/21 08/02/21 20/03/21 212.98
(RT-PCR)
5 AAR 39 L A+ 20/12/20 10/01/21 22/03/21 179.24
(RT-PCR)
6 WP 42 L B+ 12/07/21 28/07/21 16/08/21 >1000
(RT-PCR)
7 FDS 36 L B+ 24/02/01 13/03/21 16/08/21 >1000
(RT-PCR)
8 NEPK 28 L B+ 07/07/21 17/07/21 16/08/21 >1000
(RT-PCR)
9 AM 25 P B+ 02/07/21 13/07/21 18/08/21 803.05
(Rapid Ag)
10. NH 41 L O+ 01/07/21 16/07/21 18/08/21 >4000
(Rapid Ag)
11 BJA 22 L A+ 11/07/21 24/07/21 18/08/21 158.10
( Rapid Ag)
12 JS 32 L A+ 27/07/21 17/07/21 18/08/21 >1000
(RT-PCR)
13 MS 28 L A+ 06/07/21 13/08/21 18/08/21 >1000
(RT PCR)
14 TG 38 L B+ 08/07/21 26/07/21 18/08/21 198.13
(Rapid Ag)
15 AAN 46 L A+ 10/08/21 08/10/21 18/08/21 107.1
(Rapid Ag)
16 MAP 28 L B+ 12/07/21 03/08/21 18/08/21 >1000
(Rapid Ag)
17 JS 36 L B+ 10/07/21 21/07/21 18/08/21 >1000
(RT-PCR)
18 KER 23 L B+ 02/07/21 17/07/21 19/08/21 >1000
(RT PCR)
19 VFI 23 P A+ 20/07/21 28/07/21 19/08/21 >1000
(Rapid Ag)
20 ATR 25 P B+ 10/07/21 24/07/21 19/08/21 >1000
(RT-PCR)
21 AAR 26 P B+ 11/07/21 25/07/21 19/08/21 >1000
(RT-PCR)
22 MSF 20 L B+ 11/07/21 24/07/21 19/08/21 >1000
(RT PCR)
23 FDS 45 L A+ 25/06/21 30/07/21 20/08/21 >1000
(RT-PCR)
24 SN 49 L A+ 10/07/21 28/07/21 20/08/21 100.96
(RT-PCR)
No. Nama Umur Jenis Gol Tgl konfirmasi Tgl Tgl Titer S-RBD
(inisial) (Thn) kelamin Darah COVID-19 sembuh Px. Titer IgG
(P/L) (U/ml)
25 FDA 26 L O+ 30/07/21 30/07/21 20/08/21 173.0
(Rapid Ag)
26 YL 47 L O+ 17/07/21 07/08/21 20/08/21 719.51
(RT-PCR)
27 MA 31 L B+ 23/07/21 04/08/21 20/08/21 >1000
(RT-PCR)
28 AK 33 L AB+ 07/07/21 16/07/21 20/08/21 154.33
(RT-PCR)
29 SDB 47 L O+ 01/08/21 09/08/21 01/09/21 >1000
(Rapid Ag)
30 AS 45 L AB+ 21/07/21 02/08/21 07/08/21 >1000
(RT-PCR)
31 PW 44 L O+ 10/07/21 19/07/21 01/09/21 >1000
(RT-PCR)
32 RR 25 L O+ 29/07/21 08/08/21 20/08/21 790.24
(RT-PCR)
33 DB 39 L B+ 13/08/21 21/08/21 03/09/21 >1000
(Rapid Ag)
34 AYH 25 P B+ 18/07/21 01/08/21 03/09/21 >1000
(RT-PCR)
35 CN 61 L A+ 17/07/21 05/08/21 05/09/21 302.20
(RT-PCR)
36 YMS 26 L AB+ 10/07/21 29/07/21 01/09/21 161.62
(Rapid Ag)
37 NHA 24 L A+ 04/04/21 12/05/21 07/09/21 >1000
(RT-PCR)
38 IWN 46 L B+ 06/07/21 20/07/21 09/09/21 >1000
(RT-PCR)
39 NKA 25 P O+ 26/06/21 07/07/21 06/09/21 420.58
(RT-PCR)
40 HK 25 P B+ 12/08/21 21/08/21 10/09/21 146.66
(RT-PCR)
41 EF 32 P A+ 04/08/21 14/08/21 10/09/21 >1000
(Rapid Ag)
42 AM 45 L A+ 12/05/21 26/05/21 16/08/21 >1000
(RT-PCR)
43 WI 36 L B+ 01/08/21 12/08/21 10/09/21 >1000
(RT-PCR)
44 AF 40 L O+ 15/07/21 29/07/21 13/10/21 >1000
(RT-PCR)
45 AR 51 L A+ 10/07/21 23/07/21 16/08/21 >1000
(RT-PCR)
46 RN 49 L O+ 01/06/21 18/06/21 16/08/21 >1000
(RT-PCR)
47 FFA 26 L O+ 05/07/21 21/07/21 27/08/21 174.32
(Rapid Ag)
48 LH 41 L A+ 10/07/21 27/07/21 26/08/21 >1000
(RT-PCR)
49 RDS 20 L B+ 27/07/21 06/08/21 27/08/21 297.68
(RT-PCR)
50 CDP 24 P B+ 17/07/21 29/07/21 31/08/21 >1000
(Rapid Ag)
51 SB 28 P A+ 24/06/21 05/07/21 23/08/21 160.51
(Rapid Ag)
52 SC 25 L O+ 27/06/01 20/07/21 23/08/21 400.38
(RT-PCR)
53 RU 47 L AB+ 27/06/01 20/07/21 01/09/21 >1000
No. Nama Umur Jenis Gol Tgl konfirmasi Tgl sembuh Tgl Titer S-RBD
(inisial) (Thn) kelamin Darah COVID-19 Px. Titer IgG
(P/L) (U/ml)
(RT-PCR)
54 MI 47 L O+ 29/06/21 12/07/21 23/08/21 >1000
(RT-PCR)
55 IW 32 L B+ 19/07/21 29/07/21 23/08/21 >1000
(Rapid Ag)
56 HER 25 P AB+ 20/07/21 09/08/21 23/08/21 >1000
(RT-PCR)
57 TM 60 L O+ 23/04/21 19/05/21 23/08/21 598.51
(RT-PCR)
58 MAK 29 L O+ 24/07/21 06/08/21 23/08/21 385.51
(Rapid Ag)
59 AAC 23 L B+ 23/07/21 06/08/21 25/08/21 447.01
(Rapid Ag)
60 HDN 39 L AB+ 04/07/21 17/07/21 06/09/01 710.84
(RT-PCR)
61 SUG 39 L B+ 16/07/21 28/07/21 25/08/21 >1000
(RT-PCR)
62 AKB 40 L O+ 24/07/21 10/08/21 25/08/21 >1000
(RT-PCR)
63 HEN 43 L A+ 29/07/21 21/07/21 25/08/21 >1000
(RT-PCR)
64 AS 55 L O+ 07/07/21 17/07/21 01/09/21 >1000
(Rapid Ag)
65 HAR 45 L A+ 08/07/21 23/07/21 30/08/21 394.84
(RT-PCR)
66 PYS 38 L B+ 04/08/21 16/07/21 31/08/21 >1000
(Rapid Ag)
67 ZPA 51 L A+ 27/07/21 20/07/21 31/08/21 >1000
(Rapid Ag)
68 MF 24 P B+ 10/06/21 04/08/21 30/08/21 >1000
(RT-PCR)
69 BAH 55 L AB+ 20/06/21 04/07/21 06/09/21 148.40
(RT-PCR)
70 AW 36 L A+ 10/07/21 05/07/21 07/09/21 >1000
(Rapid Ag)
71 DSMS 26 P O+ 17/07/2 23/07/21 24/08/21 >1000
(Rapid Ag)
72 YOH 37 L A+ 19/07/21 30/07/21 24/08/21 >1000
(RT-PCR)
73 MYD 36 L B+ 20/07/21 07/08/21 24/08/21 315.82
(RT-PCR)
74 AYD 26 L A+ 06/06/21 01/08/21 24/08/21 270.25
(RT-PCR)
75 TR 50 L A+ 21/01/21 26/07/21 24/08/21 >1000
(RT-PCR)
76 SUD 52 L B+ 15/06/21 17/02/21 24/08/21 292.59
(RT-PCR)
77 YP 33 L A+ 06/06/21 27/06/21 24/08/21 708.30
(RT-PCR)
78 AS 46 L B+ 06/06/21 22/06/21 21/08/21 >1000
(RT-PCR)
79 ELS 35 L B+ 30/03/21 20/06/21 21/08/21 >1000
(RT-PCR)
80 AA 21 P O+ 28/07/21 20/08/21 21/08/21 475.12
(RT-PCR)
81 SA 30 L O+ 27/07/21 05/08/21 21/08/21 >1000
(RT-PCR)
No. Nama Umur Jenis Gol Tgl konfirmasi Tgl Tgl Titer S-RBD
(inisial) (Thn) kelamin Darah COVID-19 sembuh Px. Titer IgG
(P/L) (U/ml)
82 ES 48 L A+ 06/07/21 06/08/21 21/08/21 >1000
(RT-PCR)
83 AN 36 L A+ 28/07/21 20/08/21 28/08/21 153.70
(RT-PCR)
84 SM 31 L B+ 11/07/21 21/07/21 28/08/21 >1000
(RT-PCR)
85 HA 52 L B+ 25/07/21 14/08/21 28/08/21 >1000
(RT-PCR)
86 BMM 43 L B+ 02/07/21 26/07/21 28/08/21 >1000
(RT-PCR)
87 DT 52 L B+ 24/07/21 01/08/21 28/08/21 >1000
(RT-PCR)
88 SUP 43 L B+ 20/7/21 03/08/21 06/09/21 >1000
(RT-PCR)
89 FYHS 28 P B+ 15/07/21 29/07/21 26/08/21 >1000
(Rapid Ag)
90 EM 26 L AB+ 17/07/21 29/07/21 25/08/21 >1000
(Rapid Ag)
91 HKY 36 L B+ 17/07/21 29/07/21 26/08/21 >1000
(Rapid Ag)
92 FAR 27 P AB+ 15/07/21 29/07/21 11/08/21 >1000
(RT-PCR)
93 CW 60 L B+ 03/03/21 17/04/21 27/08/21 737.95
(RT-PCR)
94 FYG 44 L B+ 14/06/21 30/06/31 31/08/21 >1000
(RT-PCR)
95 AYH 25 P B+ 09/06/21 02/08/21 31/08/21 678.97
(RT-PCR)
96 SH 42 L B+ 08/06/21 05/07/21 31/08/21 >1000
(RT-PCR)
97 IDM 47 L A+ 10/02/21 03/07/21 31/08/21 343.62
(Rapid Ag)
98 DON 21 L A+ 09/05/21 15/05/21 31/08/21 100.57
(RT-PCR)
99 PAT 44 L A+ 13/06/21 02/07/21 31/08/21 115.46
(Rapid Ag)
100 OKY 30 L A+ 09/08/21 23/08/21 31/08/21 682.67
(RT-PCR)
101 DZ 49 L O+ 06/08/21 13/08/21 14/09/21 698.60
(RT-PCR)
102 ERY 57 L O+ 21/07/21 07/08/21 31/08/21 553.35
(Rapd Ag)
103 KAI 43 L O+ 25/06/21 12/07/21 14/08/21 >1000
(RT-PCR)
104 MR 30 L B+ 10/07/21 26/07/21 14/08/21 >1000
(RT-PCR)
105 MNA 23 L O+ 08/07/21 14/07/21 07/08/21 >1000
(RT-PCR)
106 MB 24 L O+ 04/04/21 18/04/21 07/06/21 >1000
(RT-PCR)
107 GIB 39 L O+ 09/07/21 19/07/21 07/06/21 >1000
(RT-PCR)
108 TNK 37 L O+ 08/07/21 20/07/21 07/08/21 >1000
(RT-PCR)
109 YKP 27 P O+ 22/12/20 05/01/21 20/03/21 168.28
(RT-PCR)
110 AS 33 L O+ 16/12/20 25/12/20 17/03/21 303.40
No. Nama Umur Jenis Gol Tgl konfirmasi Tgl Tgl Titer S-RBD
(inisial) (Thn) kelamin Darah COVID-19 sembuh Px. Titer IgG
(P/L) (U/ml)
(RT-PCR)
111 AM 34 L A+ 08/01/21 22/01/21 05/03/21 200.93
(RT-PCR)
112 LNS 33 L A+ 11/01/12 25/11/21 03/03/21 337.63
(RT-PCR)
113 MRL 35 P A+ 11/12/21 30/01/21 02/03/21 136.65
(RT-PCR)
114 TS 31 L O+ 16/12/01 27/01/21 02/03/21 183.13
(RT-PCR)
115 MAR 40 L O+ 17/07/21 31/07/21 16/08/21 >1000
(Rapid Ag)
116 MRT 63 P O+ 21/03/21 20/04/21 17/08/21 326.20
(RT-PCR)
117 ATH 41 L A+ 16/07/21 1/08/2021 16/08/21 789.55
(Rapd Ag)
118 IWN 46 L B+ 06/07/21 20/07/21 09/09/21 >1000
(RT-PCR)
119 HK 25 P B+ 12/08/21 21/08/21 10/09/21 146.66
(RT-PCR)
120 EF 32 P A+ 04/08/21 14/08/21 10/09/21 >1000
(Rapid Ag)
Lampiran 4
Data penyintas COVID-19 yang tidak memenuhi syarat sebagai pendonor
plasma konvalesennya berdasarkan titer S-RBD IgG nya
No. Nama Umur Jenis Gol. Tgl Tgl Tgl. Px Titer S-
(inisial) (Thn) kelamin Darah terkonfirmasi sembuh titer RBD IgG
(L/P) COVID-19 (U/mL
1 IAW 45 L O+ 24/06/21 09/07/21 27/8/21 40.59
(RT-PCR)
2 FBH 31 L B+ 18/05/21 31/05/21 28/8/21 12.39
(RT-PCR)
3 AS 20 P AB+ 13/04/21 27/05/21 17/08/21 60.21
(RT-PCR)
4 MA 24 L B+ 15/06/21 16/07/21 17/08/21 58.76
(RT-PCR)
5 EKO 39 L B+ 09/06/21 29/07/21 28/08/21 43.30
(RT-PCR)
6 YNT 45 P O+ 09/06/21 29/07/21 08/09/21 70.00
(RT-PCR)
7 DRC 28 L A+ 07/06/21 23/07/21 08/09/21 65.89
(RT-PCR)
8 MNA 23 L O+ 15/06/21 14/07/21 08/09/21 64.34
(RT-PCR)
9 EKJ 32 L B+ 24/04/21 10/05/21 28/08/21 41.37
(RT-PCR)
10 RRS 36 L O+ 23/06/21 15/07/21 26/08/21 14.93
(RT-PCR)
11 GI 34 L O+ 24/07/21 04/08/21 12/08/21 38.90
(RT-PCR)
12 NB 28 L AB+ 17/06/21 01/06/21 12/07/21 40.57
(RT-PCR)
13 MRF 21 L O+ 05/06/21 16/06/21 12/07/21 14.50
(RT-PCR)
14 SC 45 P O+ 10/01/21 01/02/21 20/03/21 13.05
(RT-PCR)
15 SDH 43 L A+ 01/03/21 16/03/21 18/03/21 37.68
(RT-PCR)
16 HAC 27 P O+ 13/01/21 09/02/21 09/03/21 67.06
(RT-PCR)
17 BS 34 L AB+ 26/06/21 06/07/21 13/08/21 58.64
(RT-PCR)
18 YIM 36 L A+ 22/06/21 18/07/21 14/08/21 40.60
(RT-PCR)
19 SUR 31 L B+ 03/05/21 17/05/21 15/08/21 20.76
(RT-PCR)
20 ZAH 32 L B+ 03/04/21 26/05/21 15/08/21 10.22
(RT-PCR)
No. Nama Umur Jenis Gol. Tgl Tgl Tgl. Px Titer S-
(inisial) (Thn) kelamin Darah terkonfirmasi sembuh titer RBD IgG
(L/P) COVID-19 (U/mL
21 NAS 33 L B+ 26/06/21 12/06/21 15/08/21 39.27
(RT-PCR)
22 TT 27 P B+ 29/06/21 18/07/21 16/08/21 56.25
(RT-PCR)
24 FYD 36 L B+ 16/07/21 23/07/21 06/08/21 28.24
(RT-PCR)
25 MKS 33 L A+ 02/07/21 16/07/21 06/08/21 13.93
(RT-PCR)
26 AND 22 L O+ 02/6/21 02/07/21 10/08/21 60.88
(RT-PCR)
27 YBP 28 L B+ 12/07/21 27/07/21 09/08/21 27.83
(RT-PCR)
28 ANG 21 L B+ 16/07/21 25/07/21 09/08/21 52.52
(RT-PCR)
29 HYD 31 L A+ 04/06/21 09/07/21 09/08/21 60.36
(RT-PCR)
30 CLS 25 P A+ 27/06/21 12/07/21 17/08/21 36.64
(RT-PCR)
31 DMN 25 P A+ 17/06/21 01/07/21 17/08/21 79.11
(RT-PCR)
32 POA 31 L A+ 01/07/21 01/06/21 17/08/21 51.44
(RT-PCR)
33 ANS 38 L O+ 20/07/21 01/08/21 17/08/21 44.42
(RT-PCR)
34 IQB 51 L O+ 23/07/21 03/08/21 18/08/21 17.32
(RT-PCR)
35 AGR 50 L O+ 05/07/21 10/07/21 26/08/21 63.98
(RT-PCR)

Mengetahui,
Kepala bidang administrasi & keuangan
UTD PMI Provinsi Lampung

Rahmi Wahyuningsih
Lampiran 5
Dokumentasi Kegiatan Pengumpulan Data

Gambar 1. Peneliti melakukan penelusuran dan pecatatan data didampingi oleh penanggung jawab
kegiatan donor plasma konvalesen di UTD PMI Provinsi Lampung

Gambar 2. Peneliti melakukan pecatatan data didampingi oleh penanggung jawab kegiatan donor
plasma konvalesen di UTD PMI Provinsi Lampung
Lampiran 6

Surat Izin Penelitian


Lampiran 7
Lembar Konsultasi Karya Tugas Ilmiah

Anda mungkin juga menyukai