Anda di halaman 1dari 40

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN SELF CARE PADA PASIEN HIPERTENSI

DI PUSKESMAS MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

JAWA TENGAH

SKRIPSI

RISKY NENG RAHAYU

NIM : 20180303002

i
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL

TAHUN 2022
UNIVERSITAS ESA UNGGUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN SELF CARE PADA PASIEN HIPERTENSI

DI PUSKESMAS MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

JAWA TENGAH

SKRIPSI

RISKY NENG RAHAYU

NIM : 20180303002

iii
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL

TAHUN 2022

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar.

Nama : Risky Neng Rahayu


NIM : 20180303002
Tanda Tangan :
Tanggal : 5 Oktober 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh


Nama : Risky Neng Rahayu

NIM : 20180303002

Program Studi : Keperawatan

Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN SELF CARE PADA PASIEN
HIPERTENSI DI PUSKESMAS MIRIT
KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelas Sarjana
Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan Universitas Esa Unggul.

TIM PENGUJI

Pembimbing : (…………………..)

Penguji : (…………………..)

Penguji : (…………………..)

Ditetapkan di : Jakarta

Ketua Program Studi : Ety Nurhayati,


SKp,M.Kep,Ns.Sp.Kep.Mat

Tangga; :

v
HALAMAN PENGESAHAN

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mendapatkn gelar Sarjana
Keperawatan pada Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, cukup
sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Arief Kusuma, Among Praja, MBA, IPU selaku Rektor
Unversitas Esa Unggul Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Aprilita Rina Yanti Eff. M. Biomed, Apt selaku Dekan
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Unversitas Esa Unggul Jakarta.
3. Ibu Ety Nurhayati, SKp, M.Kep, Ns.Sp.Kep.Mat selaku Ketua Program
Studi NERS dan Keperawatan Unversitas Esa Unggul Jakarta.
4. Ibu ………………….. selaku dosen pembimbing saya yang selalu
mensupport dan memberikan arahan kepada saya.
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen yang berkenan memberikan ijin
penelitian di PKM Mirit Kabupaten Kebumen
6. Seluruh Staff dan keluarga besar PKM Kecamatan Mirit Kabupaten
Kebumen
7. 200 responden penelitian saya yang telah memberikan kerelaannya.
8. Ibu dan Bapak saya
9. Saudara-saudara saya
10. Teman-teman seangkatan
11.

vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Esa Unggul, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : Risky Neng Rahayu
NIM : 20180303002
Program Studi : NERS dan Keperawatan
Fakultas : Ilmu-Ilmu Kesehatan
Jenis Karya Ilmiah : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, menyetujui untuk
memberikan kepada Universitas Esa Unggul Hak Bebas Royalti Nonekslusif atas
karya ilmiah saya yang berjudul :
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SELF CARE
PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MIRIT KABUPATEN
KEBUMEN JAWA TENGAH.
Beserta perangkat yang ada (apabila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini, Universitas Esa Unggul berhak menyimpan, mengalihmediakan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas
akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebaga penulis/ pencipta dan
sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Tanggal :

Yang menyatakan

(………………………)
ABSTRAK

ix
ABSTRACT
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN............................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................iv
HALAMAN PERSETUJUN PUBLIKASI ILMIAH..............................................v
ABSTRAK..............................................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3. Penegasan Istilah.....................................................................................5
1.4. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................................7
1.5. Kerangka Teori........................................................................................8
1.6. Hasil Penelitian Terdahulu......................................................................18
1.7. Metode Penelitian....................................................................................21
1.8. Sistematika Penelitian.............................................................................25

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA........................................................................27


2.1. Konsep Wakaf................................................................................27
2.2. Definisi Wakaf...............................................................................27
2.3. Dasar Hukum Wakaf.....................................................................30
2.4. Rukun dan Syarat Wakaf...............................................................33
2.5. Sejarah Perundang-Undangan Wakaf............................................35
2.6. Macam-Macam Wakaf..................................................................41

BAB III : METODE ............................................................................................44


3.1. Profil Desa Kutowinangun......................................................................44
3.2. Sketsa Geografis dan Keadaan Penduduk Kutowinangun......................48
3.3. Kondisi Keagamaan Masyarakat Desa Kutowinangun...........................52
3.4. Sejarah Hak Milik Tanah Masjid At-Taqwa...........................................55

BAB IV : HASIL .................................................................................................64


4.1. Analisis Normatif Tanah Wakaf Masjid At Taqwa...........................64

BAB V : PEMBAHASAN..................................................................................71
5.1. Kesimpulan..............................................................................................72
5.2. Implikasi Hasil Penelitian.......................................................................72
5.3. Keterbatasan Hasil Penelitian..................................................................72
5.4. Saran........................................................................................................72

BAB VI : PENUTUP............................................................................................71
5.1. Kesimpulan..............................................................................................72

xi
5.2. Saran........................................................................................................72
DAFTAR REFERENSI...........................................................................73
DAFTAR TABEL

xiii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR RUMUS

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang
memiliki resiko terbesar ketiga yang dapat menyebabkan kematian dini, hipertensi
bisa mengakibatkan terjadinya gagal jantung kongenstif serta penyakit lain yaitu
cerebrovasculer (Kepmenkes, 2006). Hipertensi memiliki faktor resiko yang
tinggi dalam menyebabkan beban utama bagi negara-negara berkembang
khususnya, hal ini dikarenakan penderita hipertensi kebanyakan akan
membutuhkan perawatan yang lama serta biaya yang tidak sedikit (Anih Kurnia,
2020).

Definisi hipertensi sendiri adalah suatu kondisi dimana seseorang memiliki


tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg dengan melakukan pengukuran tekanan darah sebanyak dua
kali atau lebih (Chobanian et al, 2003). Selain itu, untuk mendefinisikan hipertensi
dengan jangkauan kata-kata yang lebih bersifat etimologis, adalah suatu
peningkatan tekanan darah yang ada di dalam arteri, dimana ketika terjadi tekanan
darah yang abnormal di dalam arteri, hal ini akan menyebabkan meningkatnya
resiko penyakit stroke, gagal ginjal, kerusakan ginjal dan aneurisma (Kepmenkes,
2013).

Dampak dari hipertensi dapat menyebabkan risiko terjadinya kerusakan


pada kardiovaskular, otak, dan ginjal sehingga menyebabkan terjadinya
komplikasi beberapa penyakit, seperti stroke, infark miokard, gagal ginjal, dan
gagal jantung. Kerusakan pada organ terjadi karena tingginya tekanan darah yang
tidak dipantau dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah di seluruh tubuh dan menyebabkan perubahan pada organ-organ
tersebut. Keadaan tingginya peningkatan tekanan darah yang semakin parah akan
menyebabkan tingginya kejadian gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal, sehingga
akan semakin tinggi pula kejadian kesakitan dan kematian akibat hipertensi (Sri
Mariyana, 2019).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar


1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena
hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasinya (Rikesdas Nasional, 2018). Kasus hipertensi global

1
diestimasi sebesar 22% dari total populasi dunia. Sekitar 2/3 dari penderita
hipertensi berasal dari negara ekonomi menengah ke bawah (Kemenkes, 2019).
Pada tahun 2015 diperkirakan bahwa 1 dari 4 laki-laki dan 1 dari 5 perempuan
menderita hipertensi (WHO, 2019). Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2018 didapati bahwa prevalensi hipertensi mencapai
angka 34,11% pada penduduk >18 tahun.

Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi


penduduk di Provinsi Jawa Tengah dengan hipertensi sebesar 37,57 persen.
Prevalensi hipertensi pada perempuan (40,17%) lebih tinggi dibanding dengan
laki-laki (34,83 persen). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi (38,11 persen)
dibandingkan dengan perdesaan (37,01 persen). Prevalensi semakin meningkat
seiring dengan pertambahan umur (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2019).

Pengukuran tekanan darah merupakan salah satu kegiatan deteksi dini


terhadap faktor risiko PTM seperti Hipertensi, Stroke, Jantung, Kelainan Fungsi
Ginjal atau yang lainnya. Kegiatan ini bisa dilaksanakan di setiap fasilitas
kesehatan termasuk puskesmas atau klinik kesehatan lainnya. Juga bisa
dilaksanakan di Pos Pembinaan Terpadu PTM yang ada di masyarakat. Jumlah
estimasi penderita hipertensi berusia >15 th tahun 2019 sebanyak 8.070.378 orang
atau sebesar 30,4 persen dari seluruh penduduk berusia >15 tahun. Dari jumlah
estimasi tersebut, sebanyak 2.999.412 orang atau 37,2 persen sudah mendapatkan
pelayanan kesehatan (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2019).

Menurut pengamatan sementara yang dilakukan oleh penulis di Pusat


Kesehatan Masyarakat (PKM) Kecamatan Mirit, dihasilkan data bahwa jumlah
estimasi penderita hipertensi usia lebih dari 15 tahun adalah sebanyak 1169 pasien
laki-laki dan 2176 pasien perempuan (PKM Mirit, 2021). Dari keseluruhan
jumlah tersebut, baru sekitar 78 % pasien laki-laki dan 87% pasien perempuan
yang sudah mendapatkan pelayanan kesehatan, sedangkan sisanya masih belum
mendapat pelayanan (PKM Mirit, 2022).

Oleh karena hipertensi adalah salah satu penyakit dengan resiko kematian
yang potensial, maka dibutuhkan pengobatan terhadapnya. Secara garis besar
pengobatan hipertensi dibagi menjadi dua jenis, yaitu pengobatan non
farmakologis dan pengobatan farmakologis (Rahmat Darmawan et al, 2008).

Obat antihipertensi diberikan dalam jangka panjang untuk menjaga tekanan


darah agar stabil, akan tetapi bisa menyebabkan Drug Related Problems (DRP)
yaitu kondisi yang tidak diinginkan dan berpotensi mengganggu pencapaian
tujuan terapeutik yang diinginkan pasien, seperti putus pengobatan, adanya
interaksi obat, alergi terhadap obat yang dianjurkan oleh dokter. Bentuk
perubahan yang dialami seperti penurunan beberapa fungsi organ misalnya:
penglihatan, penurunan fungsi kognitif, dan perubahan farmakokinetik/
farmakodinamik (Muhammad Fuad, 2022).

Pengobatan non farmakologis juga dapat digunakan sebagai pelengkap


untuk mendapatkan efek pengobatan farmakologis (anti hipertensi) yang lebih
baik (Dalimartha, 2008). Terapi non farmakologis merupakan pengobatan
hipertensi yang dilakukan dengan cara menjalani gaya hidup yang lebih sehat
(Lalage, 2015), mengatur koping stress, menghindari alkohol, dan rokok
(Dalimartha, et al., 2008). Williams dan Wilkins (2007) juga menjelaskan
berdasarkan beberapa penelitian bahwa terapi non farmakologi merupakan
intervensi wajib yang harus dilakukan pada penanganan penyakit hipertensi.

Terapi non farmakologis meliputi, modifikasi gaya hidup (aktivitas fisik


secara teratur dan menghindari stres), mengurangi konsumsi alkohol, mengatur
pola makan dengan tingginya asupan buah-buahan, sayuran segar, susu rendah
lemak, tinggi protein (daging unggas, ikan, dan kacang-kacangan), rendahnya
asupan natrium, air rebusan daun salam, terapi pernapasan dalam (slow deep
breathing) dan terapi relaksasi genggaman jari (Muhammad Fuad, 2022).

Salah satu terapi non farmakologis yang dapat dilakukan yaitu melalui
penerapan Edukasi Hypertension Self Care Management dengan tujuan untuk
pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi (Han, H.R, et al. 2015).
Edukasi Hypertension Self Care Management diantaranya adalah berolahraga
secara ringan, mengonsumsi makan kurang dari 1 sendok the garam meja per hari
dan masih banyak lagi (Fransiskus, 2022).

Menurut Sri Yulianti dkk (2021), bahwa faktor-faktor yang berhubungan


dengan Self Care pasien dibagi menjadi dua, yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi efikiasi diri dan lama menderita, sedangkan
faktor ekstrinsik meliputi dukungan keluarga dan kepemilikan jaminan kesehatan.
Menurut Raja Sihotang dkk (2021), bahwa komplikasi hipertensi sangat mungkin
terjadi, dan komplikasi tersebut akan bisa diatasi dengan adanya manajemen self
care dari pasien itu sendiri.

Oleh karena hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan self
care pada pasien hipertensi di PKM Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen Tahun
2022.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana tercantum di atas, maka dapat
dirumuskan masalah yaitu apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan self
care pada pasien hipertensi di Puskesmas Mirit Kabupaten Kebumen Jawa
Tengah.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan self care pada pasien
hipertensi di Puskesmas Mirit Kabupaten Kebumen Jawa Tengah.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan-tujuan khusus meliputi hal-hal berikut ini :
1. Diketahui konsep hipertensi secara medis
2. Diketahui definisi dan konsep self care
3. Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan self care
pada pasien hipertensi di Puskemas Mirit tahun 2022

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Puskesmas Mirit agar bisa mengambil langkah lebih jauh mengenai
edukasi kepada masyarakat terkait terapi non farmakologis terhadap pasien
hipertensi.
2. Bagi masyarakat agar bisa mencegah terjadinya hipertensi dengan pola
hidup yang sesuai dengan standar kesehatan
3. Bagi institusi pendidikan agar menambah wawasan mahasiswa Program
Studi NERS dan Keperawatan tentang Hipertensi sekaligus terapi non
farmakologisnya
4. Menambah khazanah keilmuan dalam bidang kesehatan khususnya yang
bertema hipertensi.
5. Diketahui definisi dan konsep self care
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Sketsa Hipertensi


1.1.1. Definisi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang memiliki tekanan


darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari
90 mmHg dengan melakukan pengukuran tekanan darah sebanyak dua kali atau
lebih (Chobanian et al, 2003). Selain itu, untuk mendefinisikan hipertensi dengan
jangkauan kata-kata yang lebih bersifat etimologis, adalah suatu peningkatan
tekanan darah yang ada di dalam arteri, dimana ketika terjadi tekanan darah yang
abnormal di dalam arteri, hal ini akan menyebabkan meningkatnya resiko
penyakit stroke, gagal ginjal, kerusakan ginjal dan aneurisma (Kepmenkes, 2013).

Dalam menegakkan diagnosis pada pasien hipertensi memerlukan


pengukuran secara berulang kali baik dalam keadaan istirahat, tanpa adanya
ansietas, kopi, alkohol atau merokok. Diperlukan dua sampai tiga kali pengukuran
dengan menggunakan sphygomomanometer yang berbeda dengan interval yang
berbeda dalam interval dua minggu (Anih Kurnia, 2020).Penyakit hipertensi lebih
dikenal sebagai tekanan darah tinggi, merupakan faktor resiko utama dari
perkembangan penyakit jantung dan stroke. Penyakit hipertensi juga disebut
sebagai “The Silent Diseases” karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang
dapat dilihat dari luar. Perkembangan hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi
secara potensial sangat berbahaya (Dalimartha, 2008).

Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan


diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.
Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai
140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau
keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik
dan diastolik. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan
diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia
lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun
dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis (medicastore.com, 2020).

5
1.1.2. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi berdasarkan penyebabnya sebagai berikut yaitu:


1. Hipertensi primer
Hipertensi Primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.
Diderita sekitar 95 % orang dan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor keturunan, kemungkinan lebih besar mendapat hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri persorangan, seperti (umur, jenis kelamin)
c. Kebiasaan hidup, menimbulkan hipertensi seperti konsumsi garam
(lebih dari 30 g), kegemukan atau makan berlebihan, stres,
merokok, minum alkohol dan minum obat-obatan.
2. Hipertensi sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui
dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-
obatan. Penyebab hipertensi sekunder di antaranya berupa kelainan ginjal
seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan endokrin
lainnya seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme, dan
pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid (Yessie
2013).

Tabel. 1.3 Klasifikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi (JNC VIII) (Muhadi, 2016)

Kategori Sistolik Diastolik

Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg

Normal < 130 mmHg < 85 mmHg

Normal Tinggi 130-139 mmHg 85 – 89 mmHg

Hipertensi derajat I 140-159 mmHg 90 – 99 mmHg

Hipertensi derajat II 160-179 mmHg 100 – 109 mmHg

Hipertensi derajat III > 180 mmHg > 110 mmHg

1.1.3. Tanda dan Gejala Hipertensi


Hipertensi yang sering disebut sebagai silent killer umumnya
tidak memiliki tanda dan gejala sehingga baru diketahui setelah
menimbulkan komplikasi (Siyad, 2011). Identifikasi bisanya
dilakukan melalui skrining atau mencari pelayanan kesehatan setelah
merasakan adanya masalah. Hipertensi ini baru tampak jika sudah
memperlihatkan adanya komplikasi pada organ lain misalnya mata,
ginjal, otak dan jantung. Pasen mengeluhkan adanya nyeri kepala
terutama bagian belakang, baik berat maupun ringan, vertigo, tinitus
(mendengung atau mendesis di telinga), penglihatan kabur atau
bahkan terjadi pingsan (Anih Kurnia, 2014).

Gejala ini mungkin saja diakibatkan oleh adanya peningktana


tekanan darah pada saat pemeriksaan (Wong dan Mitchel, 2007).
Gejala lain seperti sakit kepala, janutng berdebar, pucat dan keringt
dingin dicurigai adanya pheochromocymota. Pheochromocymota
adalah tumor jinak yang berkembang dalam inti kelenjar adrenal.
Kelenjar adrenal memproduksi berbagai hormon tertentu sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung (Anih Kurni,
2014).

Pada pemeriksaan fisik, hipertensi mungkin dicuriagi ketika


terdeteksi adanya retinopati hipertensi. Hasil pemeriksaan fundus
optik yang ditemukan di bagian belakang mata dengan menggunakan
oftalmoskop. Secara klasik perubahan retinopati hipertensi dilihat dari
derajat I-IV. Hasil pemeriksaan oftalmoskopi juga dapat memberikan
berapa lama seseorang telah menderita hipertensi. Beberpa tanda dan
gejala tambahan dapat menunjukkan hipertensi sekudner, yaitu
hipertensi akibat penyebab yang jelas seperti penyakit ginjal dan
endokrin. Misalnya obesitas, intoleransi glukosa, wajah bulat seperti
bulan (moon face) dan punuk kerbau (buffalo hump).

Menurut Black & Hawk (2014) gejala-gejala hipertensi yang


dapat dikeluhkan oleh penderitanya adalah sebagai berikut :
1. Sakit kepala yang terus-menerus
2. Kelelahan
3. Pusing
4. Jantung berdebar-debar
5. Napas terasa sesak dan sulit bernapas
6. Penglihatan kabur atau penglihatan ganda
7. Mimisan (hidung berdarah)

7
1.1.4. Faktor Resiko Hipertensi

Faktor resiko terjadinya hipertensi terdiri dari faktor yang dapat


dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut

Gejala ini mungkin saja diakibatkan oleh adanya peningktana


tekanan darah pada saat pemeriksaan (Wong dan Mitchel, 2007).
Gejala lain seperti sakit kepala, janutng berdebar, pucat dan keringt
dingin dicurigai adanya pheochromocymota. Pheochromocymota
adalah tumor jinak yang berkembang dalam inti kelenjar adrenal.
Kelenjar adrenal memproduksi berbagai hormon tertentu sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung (Anih Kurni,
2014).

Faktor Resiko Hipertensi dapat di modifikasi dan faktor yang


tidak dapat dimodifikasi (Slama, Susic, dan Frohlsch, 2002: Das,
Sanyal, dan Basu, 2005: Black dan Hawks, 2009). Faktor-faktor yang
tidak dapat dimodifikasi adalah sebagai berikut:
1. Riwayat Keluarga
Jika seseorang yang memiliki riwayat hipertensi di dalam
keluarga, maka kecenderungan menderita hipertensi juga lebih
besar dibandingkan dengan keluarga yang tdak . memiliki
hipertensi (Siyad, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Soubrer et
al (2013) menjelaskan bahwa sekitar penderita hipertensi
ditemukan riwayat hipertensi pada yang satunya lagi menderita
hipertensi. Kemungkinan ini mendukung bahwa faktor genetik
mempunyai peranan pening sebagai faktor pencetus dalam
terjadinya hipertensi (Brown, 2007 dan Sutanto, 2010)
2. Jenis Kelamin
Angka kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada laki-laki
(54796) daripada wanita (73896) (Tee ct al, 2010) sampai wanita
mencapai usia menopause (Maric-Bilkan, dan Manigrasso, 2012),
Hal tersebut dikarenakan pada wanita dilindungi oleh hormon
estrogen yang berperan dalam mengatur sistem renin anpotensin-
aldosteron yang memiliki dampak yang menguntungkan pada
sistem kardiovaskular, seperti pada jantung, pembuluh darah dan
sistem syaraf pusat. Kadar estrogen memiliki peranan protekaf
terhadap perkembangan hipertensi meningkatnya kejadian
hipertensi pada laki-laki daripada wanita diakibatkan karena
perilaku yang dilakukan oleh laki-laki kurang sehat (seperti
merokok dan konsumsi alkohol), depresi dan stres pekerjaan
(Rahajeng & Tuminah, 2009).
3. Umur
Insiden Hipetrensi meningkat dengan bertambahnya umur.
Sebanyak 50-604 dari penderita hipertensi berusia 60 tahun
(Depkes, 2006) memiliki tekanan darah 2 140/90 mmHg
(Cappuccio, et al, 2004). Pada kelompok usia 70 tahun berpotensi
2,97 kali terjadinya hipertensi (Rahajeng dan Tuminan, 2009).
Tingginya kejadian hipertensi pada lanjut usia disebabkan oleh
perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen
menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku
sehingga menimbulkan tekanan darah sistolik (Kaplan, 2002).

Faktor-faktor yang dapat dimodifikasi menurut Gelaw &


Adane (2014) faktor resiko hipertensi yang dapar di modifikasi
terdiri dari diet, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, merokok dan
konsumsi alkobol berlebihan.
1. Diet
Diet dapat dilakukan dengan mengatur pola makan. Angka
kejadian hipertensi lebih banyak terjadi dan keparahan Inpertensi
dipengaruhi oleh status gizi dan asupan nutrisi (Savicia,
Bellinghieri, dan Kopple, 2010). Strategi yang dapat digunakan
adalah dengan menggunakan strategi Dietary Aprroach to Stop
Hypertension Diet (DASH). Diet DASH dapat menurunkan
tekanan darah sistolik secara signifikan sebanyak 6,8 mmHg.
2. Obesitas
Obesitas dapat menimbulkan resiko penyakit kardiovaskular.
Dari berbagai penelitian bahwa peningkatan berat badan dapat
meningkatkan tekanan darah. Hal ini karena terjadi sumbatan di
pembuluh darah yang diakibatkan oleh penumpukan lemak dalam
tubuh. Resiko relatif penderita hipertensi lima kali lebih banyak
pada orang yang gemuk dibandingkan dengan penderita hipertensi
yang memiliki berat badan ideal. Penelitian ini dilakukan oleh
Tanamas, et al, (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan pada
individu yang mengalami obesitas dengan kejadian hipertensi
karena orang obesitas akan mengalami peningkatan jaringan
adiposa, sehingga dapat menyumbat aliran darah dan menimbulkan
tekanan darah meningkat. Prevalensi hipertensi terjadi pada orang
dengan indeks masa tubuh (IMT) kurang dari 25 kg/ m2.

3. Kurangnya Aktivitas Fisik/ Olahraga

9
Aktivitas fisik dikaitkan dengan pengelolaan pasien hipertensi.
Pada individu dengan hipertensi dengan melakukan olahraga
aerobik seperti jalan kaki dengan teratur, jogging, bersepeda akan
menurunkan tekanan darah (Depkes RI, 2006). Penelitin yang
dilakukan oleh Hastert et al (2014) menyatakan bahwa dengan
melakukan aktivitas fisik secara teratur dilakukan setiap hari dapat
menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol HDL sehingga tidak
terjadi sumbatan lemak pada pembuluh darah yang akan
menimbulkan tekanan darah meningkat.
4. Merokok dan Mengonsumsi Alkohol
Merokok merupakan faktor resiko penyebab kematian yang
diakibatkan oleh penyakit jantung, kanker, stroke dan penyakit
paru. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya kadar ketekolamin
dalam plasma, sehingga akan menstimulasi syaraf simpatik.
Penelitian yang dilakukan oleh Huerta et al (2010), menyatakan
bahwa perilaku merokok adalah faktor resiko utama bagi kejadian
penyakit kardiovaskular seperti angina fektoris, stroke dan infark
miokard akut.
Hubungan yang erat antara merokok dengan kejadian
hipertensi adalah karena merokok mengandung nikotin yang akan
menghambat oksigen ke jantung sehingga menimbulkan
pembekuan darah dan terjadi kerusakan sel. Selain rokok, pengaruh
alkohol dapat meningkatkan kadar kortisol dan meningkatnya
volume sel darah merah serta terjadi viskositas (kekentalan) pada
darah sehingga aliran darah tidak lancar dan menimbulkan
peningkatan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh
Whelton et al (2002) yang menyatakan bahwa dengan membatasi
konsumsi alkohol 2-3 gelas ukuran standar setiap hari dapat
menurunkan resiko hipertensi.
5. Stres
Hubungannya antara stres dengan hipertensi adalah karena
adanya aktivitas syaraf simpatik yang dapat meningkatkan tekanan
darah (Depkes RI, 2016). Individu yang sering mengalami stres,
akan cenderung lebih mudah terkena hipertensi sehingga stres
merupakan salah satu faktor resiko pencetus. Emosi yang ditahan
dapat meningktakan tekanan darah karena adanya pelepasan
adrenalin tambahan oleh kelenjar adrenal yang terus menerus
dirangsang. Penelitian yang dilakukan oleh Riley & Arslanian-
Engoren (2013) menyatakan bahwa adanya peningkatan tekanan
darah cenderung pada individu yang memiliki kebiasaan stres
emosional yang tinggi.
Penderita hipertensi dianjurkan hidup relaks dan menghindari
stres. Menciptakan suasana rumah yang damau dan penuh
kekeluargaan, mengikutsertakan penderita dalam kegiatan rekreasi,
serta menghindari faktor pencetus yang dapat menimbulkan emosi
(Martuti, 2009).
Merokok merupakan faktor resiko penyebab kematian yang
diakibatkan oleh penyakit jantung, kanker, stroke dan penyakit
paru. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya kadar ketekolamin
dalam plasma, sehingga akan menstimulasi syaraf simpatik.
Penelitian yang dilakukan oleh Huerta et al (2010), menyatakan
bahwa perilaku merokok adalah faktor resiko utama bagi kejadian
penyakit kardiovaskular seperti angina fektoris, stroke dan infark
miokard akut.

1.2 Penelitian Terdahulu


Sejauh ini ditemukan beberapa penelitian dengan isu yang relevan dengan

penelitian yang akan dilakukan diantaranya yaitu:

1. Skripsi yang secara khusus membahas isu “Self Management Pasien

Hipertensi Di Rsup H.Adam Malik Medan Tahun 2019” Penelitian yang

dilakukan oleh Sri Mariana Putri Simanullang (2019)

2. Skripsi yang secara khusus mencermati isu “Faktor - Faktor Yang

Berhubungan Dengan Self Care Pasien Hipertensi Dalam Mengontrol

Hipertensinya Di Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang”. Penelitian yang

dilakukan oleh Yulva Dewi (2016).

3. Skripsi yang secara khusus membahas isu “Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Self Care Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii di

Rumah Sakit Anutapura Palu”. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yulianti

dan Megawati Azis (2021)

11
Table Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Baru

Penelitian Terdahulu
No Penelitian Baru
Judul Penelitian Substansi Penelitian
1 Self Management Pasien Penelitian ini bertujuan untuk Sedangkan dalam penelitian baru lebih
Hipertensi Di Rsup H.Adam mengidentifikasi self management pasien menitikberatkan pada Self management
Malik Medan Tahun 2019 hipertensi di RSUP H. Adam Malik pasien hipertensi dalam kategori cukup
Medan tahun 2019. Lebih khusus lagi (berdasarkan integrasi diri dan regulasi diri),
bertujuan Mengidentifikasi self kategori baik (berdasarkan interaksi dengan
management pasien hipertensi berdasarkan tenaga kesehatan dan lainnya, pemantauan
integrasi diri, regulsi diri, pemantauan tekanan darah, dan kepatuhan terhadap
tekanan darah, kepatuhan terhadap aturan aturan yang dianjurkan).
yang dianjurkan, dan berdasarkan interaksi
dengan tenaga kesehatan dan lainnya
2 Faktor - Faktor Yang Penelitian ini bertujuan untuk Sedangkan dalam penelitian baru lebih
Berhubungan Dengan Self Care mengetahui hubungan faktor pengetahuan, menitikberatkan pada sebagian besar Self
Pasien Hipertensi Dalam keyakinan dan dukungan keluarga Care responden baik, sebagian besar
Mengontrol Hipertensinya Di dengan Self Care pasien hipertensi dalam berpengetahuan tinggi, sebagian kecil
Puskesmas Lubuk Buaya Kota mengontrol hipertensinya dan faktor yang keyakinan yang baik, lebih dari separuh
Padang paling dominan memiliki dukungan keluarga yang baik,
ada hubungan pengetahuan (0,002),
keyakinan (0,001), dukungan keluarga
(0,002), dengan Self Care pasien
hipertensi, dukungan keluarga menjadi faktor
yang paling dominan.

1
3 Faktor-Faktor Yang Penelitian ini bertujun untuk mengetahui Hal yang membedakan adalah penelitian
Berhubungan Dengan Self Care faktor-faktor yang berhubungan dengan penulis menitikberatkan pada sebagian besar
Pada Pasien Diabetes Melitus self care pada pasien Diabetes Melitus responden memiliki efikasi diri baik
Tipe Ii di Rumah Sakit tipe II di Rumah Sakit Anutapura Palu. (81,2%), lama menderita DM >5 tahun
Anutapura Palu (53,1%), dukungan keluarga baik (78,1%),
dan yang memiliki kepemilikan jaminan
kesehatan (87,5%)
4 Eksistensi Tanah Wakaf Penelitian ini membahas mengenai Sedangkan dalam penelitian baru lebih
Produktif Dan Hubungannya bagaimana pengelolaan tanah wakaf yang menitikberatkan pada proses perwakafan
Dengan Solidaritas Sosial dilakukan di Kec. Bajo, serta bagaimana masjid At-Taqwa dan tinjauan dari hukum
(Studi Kasus Di Kec. Bajo) hubungan wakaf dengan solidaritas sosial positif mengenai status kehilangan sebagiam
menurut syariat Islam. Dalam penelitiannya tanah wakaf milik masjid menjadi aset
disimpulkan bahwa pengelolaan tanah SMPN 1 Kutowinangun.
wakaf di Kec. Bajo masih bersifat
tradisional, Adapun hubungan wakaf
dengan solidaritas sosial menurut syariat
Islam yaitu, sangat bermanfaat bagi
masyarakat, karena para nadzir
mengupayakan agar masyarakat dapat
merasakan hasil dari beberapa tanah wakaf
yang dikelola.

3
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan


tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012). Dari definisi di atas terdapat
kesimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara untuk mengetahui sesuatu.
Terdapat 4 kata kunci dari pernyataan di atas yaitu cara ilmiah data, data, tujuan
dan kegunaan.
1.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian mix antara metode
kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif yang digunakan adalah
metode studi kasus. Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana
didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa,
aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh
waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap
dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan
waktu yang telah ditentukan (Cresswel, 2012).
Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, yang digunakan untuk meneliti
populasi dan sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data dan bersifat kuantitatif atau statistik, dengan
tujuan menguji hipotesis (Sugiyono, 2012). Berdasarkan definisi jenis
penelitian diatas penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan
(field research), penelitian yang dilakukan dalam kehidupan yang
sebenarnya dengan metode penelitian kuantitatif peneliti melakukan
penelitian.
1.2 Desain Penelitian
Desain penelitian ini memiliki dua desain yaitu desain penelitian
lapangan untuk metode kualitatif, dan desain pra eksperimental untuk
metode kuantitatifnya.
Desain penelitian ini yaitu penelitian lapangan (filed research), yaitu
mengambil atau mengumpulkan data-data dari penelitian lapangan.
Karakteristik penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif memiliki
beberapa ciri, yaitu: latar ilmiah, manusia sebagai alat instrument, metode
kualitatif, analisis data secara grounded theory, deskriptif, lebih
mementingkan proses daripada hasil, adanya batas yang ditentukan oleh
focus, adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, desain yang bersifat
sementara dan hasil penelitian dirundingkan dan di sepakati bersama
(Meleong, 2009).
Rancangan penelitian ini menggunakan desain pra-eksperimental yang
menggunakan rancangan cross sectional. Desain pra-eksperimental adalah
sebuah kelompok, atau berbagai kelompok, diobservasi setelah menerapkan

1
faktor sebab dan akibat. Anda akan melakukan penelitian ini untuk
memahami apakah penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk kelompok
tertentu ini (LP2M, 2021). Sebuah studi cross-sectional didefinisikan
sebagai jenis penelitian observasional yang menganalisis data variabel yang
dikumpulkan pada satu titik waktu tertentu di seluruh populasi sampel atau
subset yang telah ditentukan (LP2M, 2021). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan self care pada pasien
hipertensi.
1.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Mirit Kabupaten
Kebumen Jawa Tengah dan dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan
dimulai dari tanggal 25 September 2022 sampai dengan 25 Oktober 2025,
sedangkan untuk penyajian data dan penarikan kesimpulan, dilakukan
kurang lebih dilakukan selama 3 bulan, yaitu tanggal 30 Oktober sampai
dengan 30 Januari 2022.
1.4 Subjek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang diperoleh melalui
observasi dan wawancara. Subjek penelitian yang di maksud dalam
penelitian ini adalah subjek ( orang ) yang dijadikan sebagai sumber data
(informasi), subjek tersebut meliputi:
1.4.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang diteliti oleh peneliti, baik itu
manusia, benda, sistem maupun yang lainnya. Dalam hal ini, sebagian
besar percaya bahwa penelitian selalu melibatkan statistik. Sedangkan
statistik selalu berhubungan dengan variasi nilai. Karena itu, variabel
sering kali diartikan sebagai “sesuatu yang mempunyai variasi nilai”.
Dengan catatan, bahwa jika sesuatu itu tidak mempunyai variasi nilai,
maka sesuatu itu tidak bisa dianalisis (terutama secara statistik). Berdasar
pengertian diatas variabel dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel
yang digunakan, yaitu:
a) Variabel Bebas (variabel X) Variabel bebas atau sering disebut variabel
independen. Pada prinsipnya variabel ini adalah suatu variabel yang
memberi pengaruh terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini yang
menjadi sub variabel bebas, yaitu faktor-faktor self care.
b) Variabel Terikat (variabel Y) Variabel terikat atau sering disebut
variabel dependen yaitu variabel variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi sub variabel terikat
adalah pasien hipertensi di Puskesmas Mirit.
Sehingga, model penelitian ini dapat digambarkan dengan bentuk :

X Y
X : faktor-faktor self care
Y : pasien hipertensi di Puskesmas Mirit
: Hubungan
1.4.2 Populasi, Sampel dan teknik Sampling
1.4.2.1 Populasi
Populasi dapat dimaknai sebagai keseluruhan
objek/subjek yang dijadikan sebagai sumber data dalam suatu
penelitian (Suharsimi, 2014). Dalam penelitian ini yang
menjadi populasi adalah seluruh pasien penderita hipertensi
yang telah terdata di Puskesmas Kecamatan Mirit sebanyak
3000 peserta.
1.4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan
objek/subjek penelitian. Jadi sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Suharsimi, 2014). Sampel dari penelitian ini adalah
sebanyak 200 peserta/ responden untuk dijadikan sampel
dalam penelitian yang akan peneliti lakukan dan dengan
harapan agar hasil penelitian dapat menggambarkan semua
populasi. Jumlah total sampel yang peneliti gunakan
berjumlah 200 pasien penderita hipertensi di Puskesmas Mirit
Kebumen Jawa Tengah.
1.4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan
sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan. Salah satu teknik pengambilan sampel yang ada
pada penelitian yaitu Purposive Sampling. Purposive
Sampling adalah teknik penarikan sampel yang digunakan
untuk tujuan tertentu atau teknik penentuan sampel
pertimbangan tertentu saja (Suharsimi, 2014). Berdasarkan
pada definisinya teknik sampling diatas, dalam penelitian
peneliti memberikan kesempatan kepada pasien hipertensi di
Puskesmas Mirit untuk dapat menjadi sampel dalam
penelitian ini dengan pertimbangan dan ketentuan yang
peneliti tentukan dalam melakukan penelitian ini.
1.5 Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan berupa data tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan self care pasien hipertensi dikumpulkan dalam metode
berikut ini :
1.5.1 Teknik Non Tes
1.5.1.1 Angket
Angket (kuisioner) merupakan teknik pengumpulan

3
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data
yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang
akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden. Selain itu, kuisioner juga cocok digunakan bila
jumlah kuisioner cukup besar dan tersebar di wilayah yang
luas. Kuisioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup
atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara
langsung atau dikirim melalui internet atau pos (Suharsimi,
2014).
Berdasarkan definisi diatas angket yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket yang bersifat tertutup.
Angket digunakan untuk mendapatkan data yang akan
diolah oleh peneliti guna mendapatkan hasil yang akan
dijadikan tolak ukur dan membuktikan hasil dari penelitian
yang peneliti lakukan mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan self care pada pasien hipertensi.
Adapun skala pengukuran yang dilakukan adalah skala
likert. Skala Likert ini digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial
ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian (Sugiyono,
2012). Untuk skala Likert dapat dilihat di bawah ini :

Tabel 1.1
Skala likert
Alternatif Bobot

Sangat Setuju SS
Setuju S
Tidak Setuju TS
Sangat Tidak Setuju STS

Berikut ini adalah skor alternatif jawaban pernyataan


angket bimbingan belajar dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut :
Skor Tabel Skala Likert
Tabel 1.2

Alternatif Skor

Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1

1.5.1.2 Observasi
Menurut Sutrisno Hadi, observasi adalah “pengamatan
dan pencatatan sistematis fenomena yang diteliti, baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam waktu
tertentu dimana fakta dan data ditentukan”. Dari pengertian
di atas, disimpulkan bahwa observasi adalah suatu teknik
pengumpulan data dimana peneliti mengadakan penelitian
terhadap fenomena atau gejala yang ada di lapangan.
Tujuan observasi ini adalah untuk memperoleh gambaran
yang jelas tentang Puskesmas Mirit, keadaan pasien
hipertensi di Puksemas Mirit serta upaya yang dilakukan
pasien terkait terapi non famakologis self care. Dalam
penelitian ini, observasi digunakan sebagai data pelengkap
dari angket yang diajukan.
1.5.1.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan tekhnik pengumpulan data
yang tidak langsung ditunjukan kepada subyek penelitian.
Dokumen yang diteliti dapat berupa buku harian, surat
pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus dalam
pekerjaan social dan dokumen lainnya (Suharsimi, 2014).
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang hal-
hal yang berhubungan dengan keadaan subyek penelitian,
seperti profil Desa Mirit dan Puskesmas Mirit, struktur
organisasi, jumlah sample dan data yang akan diteliti,
jumlah pasien serta dokumentasi foto kegiatan yang
berhubungan dengan kegiatan self care pasien hipertensi di
Puskesmas Mirit.
1.5.1.4 Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan

5
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit atau kecil (Sugiyono, 2014).
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah
wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur
adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-
garis besar pemasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono,
2014).

1.5.2 Teknik Tes


Sebelum butir-butir soal bentuk uraian digunakan sebagai
instrumen penelitian, maka butir-butir soal tersebut perlu dilakukan
analisis untuk mengetahui daya beda, tingkat kesukaran, validitas,
dan reliabilitas. Teknik analisis instrumen yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1.5.2.1 Tingkat Kesukaran Soal (P)
Soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus
asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi
karena diluar kemampuannya, sedangkan jika soal yang
terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi
usaha memecahkannya maka sebaiknya tingkat kesukaran
soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Keterangan:

P = indeks kesukaran
B = jumlah siswa yang
menjawab benar
N = jumlah peserta tes
1.5.2.2 Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal merupakan kemampuan suatu soal
untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa
yang kurang pandai.
1.5.2.3 Validitas Instrumen
Validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat
atau sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Keterangan:
N= jumlah peserta
X= variable bebas
Y= variable terikat
1.5.2.4 Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang benar
sesuai dengan kenyataan. Reliabel artinya dapat dipercaya
sehingga dapat diandalkan. Dalam penelitian ini rumus
yang dipergunakan untuk menentukan reliabilitas soal
bentuk uraian adalah rumus koefisien Alpha :

Keterangan:
ri = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
1.5.2.5 Uji Linearitas
Uji lineritas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai
keseluruhan variabel membentuk garis lurus (linear). Nilai
harapan pengamatan variabel-veriabel dependent dari suatu
variabel tertentu dengan variabel independent lainnya
membentuk garis lurus dalam hal ini fungsi linearnya
berada dalam parameter variabel independent. Bila sifat
linear tidak terpenuhi maka sesungguhnya terjadi kesalahan
pada model data.
Lineritas model data dapat dilihat melalui beberapa
cara, salah satunya adalah menggunakan P-P of Plot of
Regresion. Nilai titik data mendekati garis tengah, maka
model dianggap linear. Cara yang lain adalah dengan
menggunakan Curve Esrimation, dengan hipotesis sebagai
berikut ini :
Ho : model data linear jika signifikansi > 0,05
Ha : model data tidak linear jika signifikan < 0,05
1.6 Analisis Data

7
Sebelum data dianalisis untuk menjawab masalah, maka diadakan uji
prasyarat untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data empirik.
1.6.1 Uji Persyaratan Analisis Data
Dalam menggunakan uji persyaratan ini peneliti menggunakan
uji normalitas dan uji homogenitas, yaitu:
1.6.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan untuk menguji
apakah sampel yang diselidiki berdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji
Kolmogorov-Smirnov. Rumus Kolmogorov Smirnov yang
digambarkan oleh Sugiyono (2012) yaitu :

Keterangan:
KD = harga K-Smirnov yang dicari
n1 = jumlah sampel yang diperoleh
n2 = jumlah sampel yang diharapkan
Normal tidaknya sebaran data penelitian dapat dilihat
dari nilai signifikansi. Jika nilai signifikansi lebih besar dari
0,05 pada (P > 0,05), maka data berdistribusi normal. Jika
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 pada (P < 0,05), maka
data berdistribusi tidak normal. Perhitungan tersebut
diperoleh melalui bantuan program SPSS versi 26.
1.6.1.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh dari kedua kelompok memiliki varian
yang sama atau tidak. Uji homogenitas ini menggunakan
rumus sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono,
yaitu:

Keterangan:
Vb: Varian yang lebih besar
Vk: Varian yang lebih kecil
Proses perhitungan uji homogenitas dengan bantuan
komputer, dalam penelitian ini digunakan taraf signifikan
5% yang berarti jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel pada
taraf signifikansi 5% maka kedua kelompok memiliki
varians yang homogen. Sebaliknya jika F hitung lebih besar
dari Ftabel pada taraf signifikansi 5% maka kedua kelompok
tidak memiliki varians yang homogen.
1.6.1.3 Uji Hipotesis
Pengujian koefisien korelasi dapat dilakukan untuk
mengetahui berarti tidaknya hubungan antara variabel yang
diteliti hubungannya. Dalam uji hipotesis ini digunakan
rumus Uji-t, yaitu (Sambas Ali, 2007)

Dimana:
t = Nilai t
r = Koefisien korelasi
N = Jumlah sampel
Kesimpulan diambil dengan membandingkan nilai
uji-t (thitung) terhadap ttabel pada taraf signifikansi 5% dan db
(derajat kebebasan) N-2. Jika thitung lebih besar dari ttabel,
maka variabel tersebut memiliki perbedaan yang signifikan.
1.6.1.4 Reduksi Data
Reduksi Data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,
dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data merupakan
proses berpikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan
keluasan kedalam wawasan yang tinggi (Sugiyono, 2014).
1.6.1.5 Penyajian Data
Penelitian kualitatif penyajian data dilakukan dalam
bentuk uraian sikap, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart, dan lain-lain (Sugiyono, 2014). Dalam penelitian
ini data disajikan dalam bentuk uraian. Peneliti menyajikan
data yang berkaitan dengan upaya pengendalian kepribadian
santri melalui pendidikan akhlak di Pondok Pesantren al
Hasani Alian, Kebumen yang disertakan hasil wawancara,
hasil dokumentasi dan juga pendukung lainnya.
1.6.1.6 Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah data
dikumpulkan, direduksi, dan disajikan. Kesimpulan awal
atau sementara ini akan kredibel mana kala didukung bukti-
bukti falid. Kesimpulan harus menjawab rumusan masalah.
Kesimpulan yang ditentukan harus sesuatu yang baru, yang
belum pernah ada sebelumnya. Temuan tersebut dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang tadinya

9
belum jelas menjadi jelas, hubungan klausal atau interaktif,
hipotesis atau teori (Eliyanto, 2020).

Anda mungkin juga menyukai