REFERAT
SKIN GRAFT
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan
Profesi Bagian Ilmu Bedah
Disusun oleh :
Rizky Kahayansyah
206100802051
Pembimbing :
dr. Ephora C. Wulandari, Sp.BP-RE
LEMBAR PENGESAHAN
1
2
SKIN GRAFT
Rizky Kahayansyah
206100802051
REFERAT
Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui untuk diujikan di Bagian/SMF Ilmu
Bedah
2
3
PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : 206100802051
Rizky Kahayansyah
206100802051
3
4
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga Referat berjudul “Skin Graft” ini dapat penulis selesaikan. Referat ini meru-
pakan salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Kepaniteraan Klinik di Bagian
Ilmu Bedah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, Fakultas Kedokteran Universi-
tas Palangka Raya. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
banyak membantu menyusun referat ini, khususnya kepada dr. Ephora C.
Wulandari,Sp.BP-RE sebagai dokter yang membimbing dan membantu saya dalam
penyusunan Referat ini, juga kepada rekan-rekan dokter muda. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa Referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan demi ke-
sempurnaan Referat ini. Semoga Referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam
menambah pengetahuan dan pemahaman serta dapat meningkatkan pelayanan
khususnya di Bagian Ilmu Bedah pada masa yang akan datang.
Penulis
4
5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................iv
DAFTAR ISI...............................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................vii
DAFTAR TABEL....................................................................................................viii
BAB I............................................................................................................................9
PENDAHULUAN........................................................................................................9
1. Latar Belakang..............................................................................................................9
BAB II.........................................................................................................................11
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................11
2.1 Kulit.............................................................................................................................11
2.2 Jenis Skin Graft............................................................................................................13
1. Split Thickness Skin Graft (STSG).......................................................................14
2.2.2 Full Thickness Skin Graft (FTSG)............................................................................16
2.3 Indikasi Skin Graft.......................................................................................................17
3. Teknik Dan Alat-Alat Skin Graft...........................................................................17
2.5 Penempelan Skin Graft................................................................................................23
2.6 Fase Penyembuhan Skin Graft Secara Fisiologis.........................................................25
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Skin Graft..................................................25
2.8 Perawatan Skin Graft Pada Donor Dan Resipen..........................................................30
2.9 Komplikasi...................................................................................................................32
BAB III.......................................................................................................................34
KESIMPULAN..........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................36
5
6
DAFTAR GAMBAR
6
7
DAFTAR TABEL
7
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Skin graft adalah tindakan pembedahan berupa pemindahan sebagian atau seluruh
bagian tebal kulit dari suatu daerah asal (donor) tanpa disertai vaskularisasinya ke
daerah lainnya (resipien) untuk menutupi suatu defek. Skin graft digunakan ketika
metode tindakan bedah rekonstruksi lainnya tidak cocok atau penyembuhan luka se-
cara sekunder tidak menunjukkan keberhasilan. Skin graft biasanya digunakan pada
kasus-kasus luka yang luas, luka bakar derajat tiga, luka yang tidak menunjukkan
penyembuhan seperti ulkus diabetik, dan ulkus vascular. Skin graft berfungsi untuk
mencegah kehilangan cairan, mencegah infeksi, mencegah perluasan lebih lanjut dari
luka tersebut.1,2,3
Umumnya setiap luka yang tidak dapat ditutup secara primer diindikasikan
untuk dilakukannya tindakan skin graft. Jaringan yang dapat ditutup dengan skin graft
adalah semua jaringan terbuka yang memiliki permukaan luka dengan vaskularisasi
yang cukup seperti otot, fascia, dermis, perikondrium, periosteum, peritoneum, pleura
dan jaringan granulasi. Luka yang kurang suplai pembuluh darah sulit untuk dapat
menghidupi skin graft, misalnya luka dengan dasar tulang, tulang rawan, tendon,
saraf, maka tidak dapat dilakukan teknik skin graft. Atau daerah yang seharusnya di-
lakukan skin graft tetapi karena mengalami trauma berat menyebabkan vaskularisasi
daerah tersebut menjadi berkurang sehingga tidak baik untuk dilakukan skin graft. 4,22
Teknik skin graft pertama kali diperkenalkan sekitar 2500-3000 tahun yang
lalu dimana skin graft digunakan untuk merekonstruksi hidung setelah suatu tindakan
amputasi sebagai hukuman pengadilan, penggunaan modern selanjutnya yaitu
Reverdin pada tahun 1869 melakukan eksisi kulit kecil dan tipis yang diletakkan pada
jaringan granulasi. Kemudian Olliver dan Thiersch mengembangkan teknik split-
thickness graft pada tahun 1872 dan 1886 dan Wolfe dan Krause menggunakan
teknik full- thickness graft pada tahun 1875 dan 1893.1,2,14
8
9
Skin graft pada umumnya menggunakan kulit dan individu yang sama sebagai
upaya untuk meningkatkan keberhasilan tindakan. Kulit yang digunakan dapat digu-
nakan dari bagian tubuh mana saja, namun lazimnya biasanya diambil dari daerah
paha, pantat, punggung atau perut. Keberhasilan skin graft juga ditentukan oleh per-
awatan pre operatif dan post operatif dari tindakan skin graft. 4,5,6
REFERAT INI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terluas yang terletak paling luar dan
melindungi manusia dari lingkungan sekitar, kulit juga merupakan organ essensial
dan vital serta sebagai sarana komunikasi non verbal antara individu. Kelembutan
kulit bervariasi, begitu juga ketebalan dan elastisitasnya. Luas kulit orang dewasa
adalah satu setengah sampai dua persegi. Tebalnya antara satu setengah sampai lima
millimeter, tergantung dari letak, umur, jenis kelamin, suhu dan keadaan gizi. Fungsi
utama kulit yaitu proteksi, absorpsi, ekskresi, pengindraan sensori, termoregulasi,
pembentukan pigmen, produksi vitamin D serta untuk ekspresi emosi.
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang tersusun atas epitel squamos yang ter-
diri atas terutama oleh keratinosit. Epidermis tidak memiliki pembuluh darah, se-
hingga mendapatkannya melalui difusi dari dasar dermis, menuju ke membrane
basalis yang memisahkan epidermis dan dermis.
a. Stratum Korneum
Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang paling luar, terdiri atas
sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya berubah menjadi ker-
atin (zat tanduk)
b. Stratum Lusidum
Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tidak berinti dengan proto-
plasma yang berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada tela-
pak tangan dan kaki.
c. Stratum granulosum
Terdiri dari dua sampai tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma yang kasar yang
terdiri atas keratohialin.
d. Stratum basalis
Merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis. Terdiri atas dua je-
nis sel kolumnar dan melanosit.14, 20, 21
2. Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastic
dan fibrosa dengan elemen selular, kelenjar dan rambut ssebagai adneksa kulit. Ter-
diri atas dua bagian yaitu pars papilaris dan pars retikularis.14, 20, 21
3. Subkutis
Lapisan ini adalah kelanjutan daridermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-
sel lemak. (14,20,21)
1. Autograft
Graft dari kulit yang digunakan berasal dari individu yang sama (dari tubuh yang
sama). Hal ini dilakukan jika cukup tersedianya kulit sehat dan jika kesehatan pasien
memenuhi untuk perawatan tambahannya yaitu perawatan donor.
2. Allograft
Graft yang digunakan (donor) berasal dari individu lain yang sama spesiesnya dengan
resipien (berasal dari tubuh yang lain).
3. Xenograf
Graft yang digunakan berasal dari makhluk lain yang berbeda spesies dengan resipien
(binatang).
Allograft dan Xenograft hanya mencakup untuk sementara dan bila ditolak
oleh sistem kekebalan tubuh resipen dalam tujuh sampai sepuluh hari harus diganti
dengan autograft.14, 16, 18
Berdasarkan ketebalan jaringan asalnya, skin graft dibagi atas:
STSG diindikasikan untuk menutup defek kulit yang luas. STSG digunakan
pada saat kosmetik tidak menjadi pertimbangan utama atau jika ukuran defek terlalu
luas sehingga tidak dapat dilakukan FTSG. Penggunaan lainnya untuk menutup ulkus
kulit yang kronik yang tidak sembuh-sembuh serta menutup menutup daerah luka aki-
bat luka bakar yang bertujuan untuk mengurangi tubuh kehilangan cairan. Kon-
traindikasi penggunaan STSG yaitu tidak digunakan jika dari segi kosmetik sangat
diperhatikan seperti daerah wajah atau leher.17
Teknik mengerjakan FTSG yaitu pertama-tama dibuat patron dari defek yang ada
dari kasa kemudian dibuat desain pada daerah donor. Kemudian dilakukan penyun-
tikan NaCl 0,9% atau lidokain dicampur adrenalin 1:200.000. Kemudian dilakukan
insisi sesuai desain sampai sedalam epidermis. Dilakukan pemisahan dermis dengan
subkutis, keadaan kulit dalam keadaan tegang. Setelah kulit didapat dilakukan pem-
buangan jaringan lemak yang ikut terangkat.4, 5, 6, 24
Split-thickness skin graft digunakan untuk setiap luka yang tidak dapat ditutup
secara primer. Full-thickness skin graft digunakan jika banyak kulit yang hilang
seperti pada fracture terbuka pada tungkai bawah.18, 19, 20, 26
· Jika ada defek yang mau dikoreksi dengan STSG, ukuran lesi diukur dengan
tepat, bisa juga sutura (jahitan) dilakukan untuk mengecilkan size defek supaya
donor STSG juga diminimalisirkan.
· Area donor yang bagus seperti anterior-lateral atau medial paha, pantat, atau as-
pek medial dari tangan. Untuk defek yang lebih besar, STSG donor haruslah per-
mukaan yang rata.
· Pemilihan daerah donor tergantung besarnya defek harus area yang bisa tertutupi
pakaian dan mudah untuk terapinya pasca donor
· Langkah awal yaitu daerah donor dianestesi lokal dengan/ tanpa epinefrin dan
bisa dikembungkan untuk pengangkatan
· Alat-alat yang digunakan untuk STSG adalah Freehand dermatom, powered der-
matom, razor blade, pisau bedah biasa (no.22) atau pisau humby.
· Powered dermatom dipakai untuk STSG dengan daerah yang lebih luas karena
ketebalan graft yang diambil harus sama.
· Setelah pemilihan alat yang sesuai lokasi donor dibersihkan dengan NaCl
- Dimulai dengan melukis sterile tongue depressor di area donor di depan sur-
geon, tepatnya didepan permukaan dipotong dermatom (alat pemotong kulit)
untuk menyediakan permukaan yang rata.
- Kadang bisa dipakai oPSite agar memudahkan masalah jaringan graft
- Kemudian surgeon mengarahkan dermatom dengan tahanan yang tetap pada
permukaan kulit dengan sudut 300- 45o .Gerakan dermatom harus dalam arah
“taking off"/ landing pesawat.
- Graft kemudian diambil dengan hati-hati dan diletakkan dalam NaCl yang
steril.
· Jika yang dipakai adalah teknik FTSG, pilih daerah yang bebas dari lesi maligna
dan pre malignant yang mempunyai warna, tekstur dan kualiti sebasea yang mirip
dengan area defek.
· Lokasi yang sering jadi donor adalah kelopak mata, daerah nasolabial, preauricu-
lar, post auricular, concha, supra clavicula, axillaris, antecubital, dan lipatan in-
guinal. Lokasi lain yang bisa digunakan adalah kulit yang berlebih dibuang pada
rencana rekonstruksi.
· Seperti halnya STSG, diukur tepat sutura sutura “tali pusse” ??? di sekitar area
defek bisa meminimalkan ukuran graft yang bakal diambil untuk reparasi defek.
Kadang dipakai tempelete dilokasi defek seperti gauze telfa yang ditransfer ke
lokasi donor.
· Eksisi daerah donor sesuai dengan pola yang telah digambar dengan ketebalan
tepat diatas jaringan lemak didaerah dermal subdermal junction.
· Dilakukan pembuangan jaringan lemak yang ikut terangkat dengan gunting.
· Defek daerah donor ditutup dengan menggunakan undermining pada tepi luka dan
sedapatnya ditutup secara primer tanpa ketegangan.
· Penutupan defek pada daerah resipen dilakukan setelah prosedur hemostatis
sempurna.
· Untuk lebih menjamin kontak skin graft dengan resipen, ditambah jahitan kasur
diatas skin graft.
· Untuk mencegah hematoma/seroma, dibuat sayatan kecil multiple pada skin graft.
· Graft yang ditempel dijahit, ditutup dengan kasa tebal dan dilakukan tie over.
· Setelah dibalut, dipasang perban elastik.6, 11, 12, 13
Gambar 2. 3 Full Thickness Skin Graft
c. Alat-alat Skin Graft
Dibuat lubang kecil di atas skin graft untuk jalan keluar darah yang ada. Ke-
mudian dilakukan irigasi untuk membuang sisa bekuan darah dibawah graft dengan
spoit berisi NaCl 0,9%. Di atas kulit ditutupi tulle, dilapisi kasa lembab NaCl 0,9%
dan selanjutnya kasa kering steril. Untuk membantu keberhasilan tindakan, di-
lakukan balut tekan dengan menggunakan verbal elastic. Pada daerah yang tidak
memungkinkan dipasang verban elastic seperti muka atau leher, untuk menjamin fik-
sasi perlu dilakukan tie oνer (APA ITU TIE OVER?) yaitu saat penjahitan skin graft
beberapa simpul disisakan panjang untuk fiksasi.25, 27
Masa pemulihan dari skin graft pada umumnya cepat. Yang perlu diperhatikan
yaitu daerah luka harus dilindungi dari trauma atau peregangan selama 2-3 minggu.
Tergantung pada penempatan dari skin graft, suatu penutup luka mungkin perlu untuk
1-2 minggu. FTSG memerlukan periode kesembuhan lebih panjang, dimana dalam
banyak kasus memerlukan perawatan dirumah sakit selama satu sampai dua
minggu.27
Gambar 2. 5 Pengambilan Kulit untuk Skin Graft
1. Hematoma
Hematoma dapat menghalangi proses revaskularisasi. Untuk mencegah hematoma
dapat dipakai metode mesh grafting dengan membuat insisi kecil multiple dengan
jarak teratur untuk drainase darah atau eksudat dan juga untuk memperluas kulit.
2. Faktor mekanik, berupa kegagalan imobilisasi sehingga skin graft bergeser dan
revaskularisasi tidak terjadi.
3. Infeksi
4. Tekhnik yang salah, diantaranya adalah :
Jika skin graft dapat bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ada infeksi maka umum-
nya tidak akan ada reaksi penolakan dan umumnya skin graft dapat berhasil.9, 10
Agar proses pembentukan bridging pembuluh darah yang baru dari daerah ke
graft dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan kontak yang baik antara skin graft
dengan daerah resipiennya. Untuk itu yang harus diperhatikan adalah tekanan yang
adekuat pada graft, ada tidaknya kumpulan cairan antara graft dengan resipien, dan
pergerakan antara graft dengan resipiennya
Tekanan yang adekuat dapat dicapai dengan melakukan fiksasi yang baik yaitu
dengan penjahitan interuptus dipinggir kemudian dilanjutkan dengan beberapa jahi-
tan kasur diatas skin graft untuk menjamin kontak dan mencegah pergeseran. Pen-
jahitan yang terlalu longgar akan menyebabkan bergesernya graft sehingga tidak da-
pat terbentuk bridging pembuluh darah yang baru. Sedangkan penjahitan yang terlalu
kuat akan menyebabkan tarikan yangkemudian akan merusak graft itu sendiri.1, 13, 24
Darah, serum dan bahan purulen akan memisahkan graft dari resipiennya, meng-
halangi vaskularisasi sehingga akan menghalang take dari skin graft tersebut dan
menyebabkan kegagalan graft. Perdarahan yang terjadi pada proses penempelan graft
biasanya akan berhenti sendiri dalam 5-10 menit, sehingga sebelum operasi dilan-
jutkan, harus dilakukan evakuasi terhadap bekuan darah yang mungkin terjadi. Bila
dicurigai akan adanya seroma, hematoma atau pus di bawah kulit, sebaiknya dalam
24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft. Seroma, hematoma atau bekuan darah
harus segera di evakuasi dengan melakukan insisi kecil pada graft tepat di atas
seroma, hematoma atau bekuan darah tersebut, selanjutnya dilakukan pembalutan
lagi. Perawatan dan penggantian pembalut dilakukan tiap hari sampai seroma,
hematoma dan bekuan darah tidak ada lagi di bawah skin graft.27
Streptococcus beta hemolyticus masih dianggap sebagai faktor infeksi yang menye-
babkan kegagalan skin graft. Demam yang tidak tinggi disertai adanya bau atau ke-
merahahn pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan hari ke-4 pasca bedah apalagi
bilai disertai rasa nyeri yang semakin bertambah akan lebih menyokong adanya in-
feksi pada daerah operasi. Pada pasien dibetes atau mereka yang mendapat terapi
imunosupresan lebih mudah mendapatkan infeksi. Pencegahan infeksi dilakukan den-
gan kompres NaCl 0.9% dan memberikan antbiotik yang sesuai dengan mikroorgan-
isme yang dapat merusak graft.23, 25, 27
Tabel 2. 1 Faktor yang mempengaruhi graft surνiνal
Bila diyakini tindakan hemostatis daerah resipen telah dilakukan dengan baik
dan fiksasi skin graft telah dilakukan dengan baik, balutan dibuka hari ke-5 untuk
mengevaluasi hasil dari skin graft dan benang fiksasi/jahitan dicabut.9
Skin graft take yang dimaksud adalah terjadi revaskularisasi dimana skin graft
memperoleh cukup vaskularisasi untuk hidup seperti parasit ditempat baru. Apabila
baik dilakukan perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan pada penderita tindakan skin graft
diekstremitas tetap memakai pembalut elastik sampai pematangan graft kurang 3-6
bulan.10
Bila diduga akan adanya hematoma atau bekuan darah dibawah kulit se-
baiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft. Karena bila terjadi
seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah skin graft akan mengurangi kontak
skin dengan resipen sehingga akan menghalangi take dari skin grat tersebut. Pada
pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan dengan hati-hati jangan sampai
merusak skin graft (terangkat atau tergeser). Seroma, hematoma atau bekuan darah
harus segera dievakuasi dengan melakukan insisi kecil pada skin graft tepat diatas
seroma/hematoma/bekuan darah tersebut selanjutnya dilakukan pembalutan lagi. Per-
awatan dan pergantian balutan dilakukan tiap hari sampai seroma/hematoma bekuan
darah tidak ada lagi dibawah skin graft. Bila evakuasi seroma/hematoma/bekuan
darah dilakukan dalam 24 jam pertama, graft masih dapat terjamin take 100%. Infeksi
pada skin graft tidak akan menimbulkan kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama
pasca bedah. Demam yang tidak tinggi disertai adanya bau atau kemerahan pada
pinggir skin graft antara hari ke-2 dan ke-4 pasca bedah. (10)
b. Daerah donor
Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka setelah proses
epitelisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi. Pada daerah
donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi untuk thin split thickness skin graft 7- 9
hari, intermediate split thickness skin graft 10 — 14 hari sedangkan thick split thick-
ness skin graft memerlukan 14 atau lebih.
Perawatan split thickness skin graft secara umum diambil rata-rata 14 hari.
Balutan dibiarkan sekitar 14 hari kecuali bila balutan kotor diganti bagian luarnya
saja. Balutan pada donor biasanya melekat erat dengan kulit. Saat melepas balut/tulle
harus hati-hati dan jangan dipaksa. Bila balutan masih melekat erat tidak diangkat.
Hal yang terbaik balutan dapat terpisah/terlepas spontan. Bagian yang masih melekat
dibiarkan sampai dapat terlepas sendiri karena telah terjadi epitelisasi bila pelepasan
balut/tulle dipaksa akan berdarah disertai rasa nyeri, ini merusak proses epitelisasi
dan penyembuhan akan bertambah lama.10
Gambar 2. 9 Bagian Tubuh Yang Sering Digunakan Untuk Donor Skin Graft
Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka jahitan biasa
yaitu hari ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat atau bila diyakini
hasil tindakan tidak akan timbul masalah control dapat langsung hari ke-7. Pada
donor full thickness skin graft yang tidak dapat ditutup primer, dilakukan penutupan
dengan split thickness skin graft, perawatannya seperti perawatan luka split thickness
graft.9, 10, 14
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang umumnya terjadi dari tindakan skin graft antara lain :
- Perdarahan
- Infeksi
- Hematoma atau seroma
- Kontraktur
Teknik operasi yang kurang baik serta proses penyembuhan luka yang kurang
sempurna dapat mengakibatkan kontraktur. Kontraktur akan lebih rentan terjadi
apabila penanaman graft pada persendian.18
BAB III
KESIMPULAN
Skin graft adalah tindakan pembedahan berupa pemindahan sebagian atau
seluruh bagian tebal kulit dari suatu daerah asal (donor) tanpa disertai vaskularisas-
inya kedaerah lainnya (resipien) untuk menutupi suatu defek. Umumnya setiap luka
yang tidak dapat ditutup secara primer diindikasikan untuk dilakukannya tindakan
skin graft. Jaringan yang dapat ditutup dengan skin graft adalah semua jaringan ter-
buka yang memiliki permukaan luka dengan vaskularisasi yang cukup seperti otot,
fascia, dermis, perikondrium, periosteum, peritoneum, pleura dan jaringan granulasi.
Skin graft pada umumnya menggunakan kulit dan individu yang sama sebagai
upaya untuk meningkatkan keberhasilan tindakan. Kulit yang digunakan dapat digu-
nakan dari bagian tubuh mana saja, namun lazimnya dari daerah paha, pantat, pung-
gung, atau perut. Keberhasilan skin graft juga ditentukan oleh perawatan pre operatif
dan post operatif dari tindakan skin graft.
Komplikasi yang umumnya terjadi dari tindakan skin graft antara lain :
- Perdarahan
- Infeksi
- Hematoma atau seroma
- Kontraktur
Teknik operasi yang kurang baik serta proses penyembuhan luka yang kurang
sempurna dapat mengakibatkan kontraktur. Kontraktur akan lebih rentan terjadi
apabila penanaman graft pada persendian.
12. Semer NB. 2001. Practical plastic surgery for nonsurgeons. Philadelpia: Hanley
& Belfus.
32
33
13. Robinson JK, Hanke W, Sangelmann RD, Siegel DM. 2005. Surgery of the skin:
procedural dermatology. St. Louis, MO: CV Mosby
14. Heng MCY. Utilizing free skin grafts in the repair of surgical wounds. Journal of
Cosmetics, Dermatological Sciences and Applications, 2012, 2, 201-211
15. Blackstone BN, Powell HM. Morphogenesis and biomechanics of Engineered
skin cultured under uniaxial strain. Adνances in Wound Care. 2012.
16. Cohen M (ed). 1994.Mastery of Plastic and Reconstructiνe Surgery. Boston: Lit-
tle Brown
17. Llanos S, Danilla S, et.al., Effectiveness of negative pressure closure in the Inte-
gration of split thickness skin grafts: a randomized, double-masked, controlled
trial. Annals of Surgery .2006.
18. Vistnes L. 1977. Grafting of Skin. In : The Surgical Clinics of North America. Vol
57. Editor : Hugh A. Johnson. Philadelphia : WB Saunders Company,.
19. Chase CA.1973. Altas of 3and Surgery.Philadelphia, W.B. Saunders
20. World Health Organization. 2007. Management of (urns. WHO Surgical Care at
the District Hospital
21. Cell biology lab histology/tissues Study Guide faculty [online]. [diakses 17 Maret
2015] Available from URL : tamu-commerce.edu/fmiskevich.
22. Reus WF, Mathes SJ: Wound closure. In Jurkeiwicz MJ, Krizek TJ, Mathes SJ,
Ariyan S (eds): Plastic Surgery: Principles and Practice. St. Louis, Mosby, 1990,
pp 20—22.
23. Miller T. 1988. Basic Principles of Surgery. In: Plastic Surgery volume I Editors :
William C. Grabb, James W. Smith. Boston: Little, Brown & co
24. Edgerton M. 1988. The Art of Surgical Technique. Baltimore: Williams &
Wilkins
25. Revis, Don R., Jr., MD, and Michael B. Seagal, MD. "Skin Grafts, Full- Thick-
ness." eMedicine , 6 Juni 2012 [diakses 17 Maret 2015].
34
26. Renz EM, Cancio LC. 2010. Acute (urn care. United States Army.
35