“MATA KABUR ”
Disusun Oleh:
KELOMPOK 10
Tutor:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
20223
1
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK 10
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu.
Laporan ini memuat hasil diskusi kami selama tutorial 1 dan tutorial 2 Problem Based
Learning (PBL) pada scenario pertama Blok Dasar Diagnostik Penyakit. Laporan ini tidak
mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Parningotan Yosi Silalahi, Sp. S. selaku tutor yang telah meluangkan waktu
dan kesempatan untuk mendampingi kami selama diskusi PBL berlangsung.
2. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Akhir kata, kami menyadari pembuatan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan untuk
perbaikan laporan kami selanjutnya.
Kelompok 10
3
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................... 1
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK 10 .............................................................. 2
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 3
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... 6
BAB I .................................................................................................................................. 7
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 7
1.1 Skenario .................................................................................................................... 7
1.2. seven jumps.............................................................................................................. 7
1.2.1 Step I : Identifikasi Kata Sukar dan Kalimat Kunci ................................... 7
1.2.2 Step II: Identifikasi Masalah ....................................................................... 7
1.2.3 Step III : Hipotesis Sementara .................................................................... 8
1.2.4. Step IV : Klarifikasi Masalah dan Mind Mapping ..................................... 9
1.2.5 Step V : Learning Objectives .................................................................... 10
1.2.6 Step VI : Presentasi Hasil Belajar ............................................................. 10
BAB II............................................................................................................................... 11
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 11
2.1. Definisi dan etiologi dari Renopati ........................................................................ 11
2.1.1. Pengertian Renopati ........................................................................................ 11
2.1.2. Etiologi Retinopati .......................................................................................... 11
2.2. Patomekanisme Retinopati ..................................................................................... 12
2.2.1. Patomekanisme Retinopati Diabetik ............................................................... 12
2.2.2.Patomekanisme retinopati prematuritas ........................................................... 13
2.2.3. Patomekanisme Retinopati Hipertensi ............................................................ 13
2.3. faktor resiko dari Retinopati .................................................................................. 16
2.3.1.Faktor risiko retinopati diabetik ....................................................................... 16
2.3.2.Factor Resiko Retinopati Hipertensi ................................................................ 16
2.4. Diagnosis dan diagnosis banding dari skenario ..................................................... 17
2.4.1. Diagnosis sesuai skenario ............................................................................... 17
2.4.2. Diagnosis Banding sesuai skenario ................................................................. 19
2.5. Pemeriksaan Oftalmologi....................................................................................... 20
2.5.1. Pemeriksaan Visus (Ketajaman mata) ............................................................ 20
4
2.5.2. PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR BOLA MATA ............................. 21
2.5.3.PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA ................................................ 22
2.5.4. PEMERIKSAAN PROYEKSI SINAR DAN PERSEPSI WARNA .............. 23
2.5.5. PEMERIKSAAN BUTA WARNA ................................................................ 24
2.5.6 PEMERIKSAAN LENSA MATA................................................................... 24
2.5.7. PEMERIKSAAN KONFRONTASI ............................................................... 24
2.5.8. PEMERIKSAAN SEGMEN POSTERIOR BOLA MATA............................ 25
2.6. pencegahan dan edukasi sesuai skenario .............................................................. 29
BAB III ............................................................................................................................. 31
PENUTUP ........................................................................................................................ 31
3.1. KESIMPULAN ...................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 32
5
DAFTAR GAMBAR
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
“MATA KABUR”
Seorang laki-laki usia 55 tahun datang dengan keluhan penglihatan buram pada kedua mata
sejak 6 bulan terakhir (warda). Penglihatan seperti tertutup kabut (dhea) Keluhan juga
kadang disertai rasa nyeri (riza). Pasien mempunyai riwayat penyakit hipertensi sejak 20
tahun yang lalu (Valencia). Riwayat penyakit Diabetes Mellitus tidak diketahui (balqis).
Dokter menyarankan melakukan pemeriksaan Oftalmologi lengkap untuk mengetahui
diagnosis penyebab keluhan tersebut.
b.Kalimat Kunci
1. Seorang laki-laki usia 55 tahun datang dengan keluhan penglihatan buram pada
kedua mata sejak 6 bulan terakhir
2. Penglihatan seperti tertutup kabut
3. Keluhan juga kadang disertai rasa nyeri
4. Pasien mempunyai riwayat penyakit hipertensi sejak 20 tahun yang lalu
5. Riwayat penyakit Diabetes Mellitus tidak diketahui
7
11. Prosedur dari pemeriksaan oftamologi?
8
pemeriksaan fisik mata untuk melihat kondisi fisiologis mata seperti tajam
penglihatan serta pemeriksaan retina dan kelopak mata segmen anterior. Selain itu
ada juga pemeriksaan khusus seperti retinoskopi dan pemeriksaan penunjang
seperti ultrasonigrafi.
1) Gangguan mata refraktif
2) DM
3) Hipertensi
4) Degenerasi makula
5) Glaukoma
6) Infeksi Mata
7) Konsumsi Obat Tertentu
8) Katarak
9. Pada penyakit diabetes melitus (DM) butuh evaluasi lanjut dikarenakan pada
penyakit DM adalah penyakit yang memiliki fdampak serius pada Kesehatan.
evaluasi lebih lanjut dampat mengurangi komplikasi lebih lanjut, evaluasi lebih
lanjut dapat mencakupi:
1) Pemantauan gula darah
2) pemeriksaan Kesehatan Rutin
3) evaluasi komplikasi diabetes
4) penyesuaian pola Makan
5) gaya hidup sehat
6) pengelolaan obat
7) Edukasi Pasien
10. Pemeriksaan refraksi: Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
mata dalam memfokuskan cahaya pada retina. Pemeriksaan tonometri:
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur tekanan bola mata. Pemeriksaan
oftalmoskopi: Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat bagian dalam mata, seperti
retina, pembuluh darah, dan cakram optik. (Fahira)
11. Pada pemeriksaan oftalmologi ada sebuah alat khusus yang disebut oftalmoskop
yang dapat digunakan untuk melihat fundus (belakang) mata melalui pupil dan
memeriksa struktur seperti retina, saraf optik, pembuluh darah, dan lapisan koroid.
9
b. Mind Mapping :
LAKI-LAKI 55 TAHUN
Retina mata
Diagnosis yang mungkin
menebal
Retinopati diabetik
Katarak
Diagnosis yang mungkin: Pemeriksaan
Retinopati hipertensi oftalmologi
10
BAB II
PEMBAHASAN
Retinopati adalah istilah yang digunakan untuk segala kelainan retina akibat
penyakit noninflamatori. Ada beberapa jenis retinopati yang sering ditemukan
antara lain retinopati diabetik, retinopati hipertensi, retinopati prematuritas, dan
retinopati serosa sentral.5,6,7
• Klasifikasi (SHELE)
• Derajat 0 > pembuluh darah retina normal
11
• Derajat 1 > penyempitan arteriol yang difus, capiler arteriola yang uniforum
• Stadium
1. Sttadium 1 : Penyempitan arteriola semakin jelas dan didapat area fokal
kontriksi arteriola.
2. Stadium 2 : dengan pendarahan retina dan eksudat
3. stadium 3 : dapat ditemukan, Bersama udem retina, eksudat keras dan papil
udem.3.
Selain hipertensi esensial dan sekunder, ada faktor lain yang berperan penting
dalam perkembangan retinopati hipertensi. Prevalensi retinopati hipertensi lebih
banyak terjadi pada orang Afro-Karibia dibandingkan dengan orang Eropa dan
lebih banyak pada wanita dibandingkan pria. Faktor genetik juga dapat berperan
pada genotipe tertentu yang terkait dengan peningkatan risiko retinopati
hipertensi. Pontremoli dkk. mempelajari faktor genetik yang terkait dengan
retinopati hipertensi dan menemukan penghapusan alel enzim pengubah
angiotensin memiliki risiko lebih tinggi terkait dengan perkembangan retinopati
hipertensi. Merokok dianggap memiliki hubungan yang kuat dengan retinopati
hipertensi berat atau ganas seperti yang dipelajari oleh Poulter et al. Disfungsi
ginjal (mikroalbuminuria persisten dan bersihan kreatinin rendah) pada pasien
telah terbukti menjadi penanda retinopati hipertensi dan kerusakan organ akhir.
Uckaya dkk. menemukan hubungan dengan leptin plasma. Telah diamati bahwa
kadar leptin plasma lebih tinggi pada pasien dengan retinopati hipertensi dan
mendalilkan bahwa hal ini berhubungan dengan kerusakan endotel vaskular.9
12
dengan demikian mempersempit pembuluh darah sel. Selain itu, dinding
pembuluh darahnya tebal diakhiri dengan glikasi. Hal ini menyebabkan iskemia
jaringan dan produksi angiotensin II, yang pada gilirannya merangsang sintesis
faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF), faktor angiogenetik yang kuat.
Konsekuensinya meliputi angiogenesis, peningkatan permeabilitas pembuluh
darah, pembentukan pembuluh darah baru, dan pendarahan. Pendarahan ini
membuat kekeruhan tubuh vitreous, sedangkan iskemia menghancurkan retina
dan pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.10
Retinopati prematuritas (ROP) merupakan penyakit mata yang dapat terjadi pada
bayi prematur. Hal ini menyebabkan pembuluh darah abnormal tumbuh di retina,
dan dapat menyebabkan kebutaan. Retinopati prematuritas membuat pembuluh
darah tumbuh tidak normal di mata sehingga bisa bocor atau berdarah. Hal ini
menyebabkan jaringan parut pada retina, lapisan jaringan saraf di mata yang
mengirimkan pesan cahaya ke otak. Ketika bekas luka menyusut, bekas luka ini
dapat menarik retina dan melepaskannya dari bagian belakang mata. Dalam kasus
yang parah, hal ini menyebabkan kehilangan penglihatan dan bahkan kebutaan.11
13
Gambar 2.3 patomekanisme retinopati hipertensi
Sumber : Rahman K, Yusticia RY. Profil Retinopathy Hipertensi di Rumah Sakit
Dr. M Djamil Padang. J Kesehat Andalas. 2018;7(Supplement 1):19.
14
dan ekstrem, hal ini dapat menimbulkan kegagalan mekanisme auto regulasi vaskular
retina, yang memicu gangguan pada sel endotel dan kerusakan sawar darah retina,
yang menyebabkan iskemia retina dan kebocoran cairan, darah, dan makro molekul
ke dalam retina.12
Lesi yang terdapat pada retinopati hipertensi terdiri dari lesi vaskular dan
ekstravaskular, meskipun pada beberapa lesi ekstravaskular faktor utamanya adalah
kelainan vaskular retina. Lesi vaskular retina meliputi perubahan arteriol retina, focal
intraretinal periarteriolar transudates (FIPTs), iskemia retina bagian dalam (cotton-
wool spots), perubahan kapiler dan vena retina serta peningkatan permeabilitas
jaringan kapiler retina. Lesi ekstravaskular retina meliputi perdarahan retina, edema
makula dan retina, deposit lipid retina (hard exudates), kehilangan serabut saraf retina
dan edem papil.12
Adanya peningkatan penebalan dinding arteriol dan pengecilan lumen, lebih lanjut
menyebabkan reflek cahaya seperti coklat kemerahan yang disebut reflek copper
wire. Pada proses yang terus berlanjut akan menberikan gambaran suatu silver wire,
ketika kolom darah tidak bisa lagi divisualisasikan. Penebalan arteriol sklerotik pada
dinding vena juga berefek pada gambaran arteriol venous crossing. Sklerosis vaskular
dan dan proliferasi sel glial perivaskuler berkontribusi pada penekanan/ kompresi
arteriolvenous nicking. Penekanan vena (Gunn’s sign) ini bervariasi tingkatannya.
Perubahan sklerotik dapat juga menyebabkan defleksi vena saat persilangan dengan
arteri (Salus sign). Mikroaneurisma retina dapat terjadi pada variasi yang luas dari
penyakit vaskular retina, termasuk hipertensi dan temuan non spesifik lainnya.
Menurut Ashton, adanya hubungan mikroaneurisma, cottonwool spot, dan nonperfusi
dari kapiler retina dalam hipertensi.12
Beberapa klasifikasi pernah dikemukakan para ahli untuk stadium perubahan retina
akibat hipertensi. Ada dua klasifikasi yang paling banyak diterima, yaitu klasifikasi
Keith-Wagener dan klasifikasi Scheie. Klasifikasi Keith-Wagener masih dianggap
klasifikasi yang cukup baik yang merupakan kombinasi temuan klinis dan
atherosklerosis. Pertama kali dikemukan pada tahun 1939 dan beberapa modifikasi
telah dilakukan diantaranya oleh Scheie tahun 1953 dan Leisman pada tahun 1957.12
Klasifikasi KEITH-WAGENER
15
2.3. faktor resiko dari Retinopati
2.3.1.Faktor risiko retinopati diabetik
Retinopati diabetik adalah komplikasi umum dari diabetes tipe 1 dan tipe 2 dan
merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa. Kondisi ini terjadi ketika
tingkat gula darah yang tinggi merusak pembuluh darah dalam retina. Peningkatan
kadar gula darah yang tidak terkendali dan durasi diabetes yang lebih lama
meningkatkan risiko retinopati diabetik pada penderita diabetes. Oleh karena itu,
sangat penting bagi penderita diabetes untuk menjaga kadar gula darah mereka
sesuai dengan sasaran yang ditentukan oleh tenaga medis mereka dan melakukan
pemeriksaan mata secara teratur.13
1. Lamanya menderita diabetes melitus
Lamanya menderita diabetes mellitus adalah predictor terkuat onset dan
progresifitas retinopati. Pada pasien diabetes dengan onset dini di WESDR
(Wisconsin Epidemiological Study ofDiabetic Retino pathy), prevalensi retinopati
diabetic 27/51 tiga adalah 8%, 25% pada tahun ke lima, 60% pada tahun sepuluh,
dan 80% pada tahun ke lima belas. Prevalensi proliferatifdiabtik retinopati adalah
0% pada tahun ketiga, dan bertambahsampai 25% pada tahun ke lima belas.14
2. Kontrol metabolik glikosa Meskipun kontrol glukosa darah secara intensif tidak
dapat mencegah terjadinya retinopati secara sempurna, namun dapat mengurangi
risiko timbulnya retinopati diabetik dan memburuknya retinopati diabetik yang
sudah ada. Secara klinik, kontrol glukosayang baik dapat melindungi visus dan
mengurangi risikokemungkinan menjalani terapi fotokoagulasi dengan sinar laser.
3. Kontrol Tekanan darah.14
Tingginya tekanan darah dapat mengganggu aspek dariretinopati diabetik.
Pengendalian tekanan darah mengurangi risikokompikasi penyakit mata pada
pendrita diabetes (Matthews dkk,2004). Hipertensi adalah salah faktor risiko yang
penting dalamperkembangan danatau memburuknya retinopati
diabetik.Peningkatan tekanan darah menyebabkan stress endotel
denganpelepasanVEGF yangmengubah autoregulasi retina,mengakibatkan
peningkatan tekanan perfusi dan cedera. HasilRCTs (Randomized Clinical Trials)
telah menunjukkan bahwahipertensi adalah setiap tahap merugjikan retinopati
diabetik danstrategi pengendalian tekanan darah yang ketat dapat
mengurangirisiko komplikasi dari diabetes mata.14
16
hipertensi bisa menimbulkan komplikasi berupa branch retinal vein occlusion
(BRVO) atau central retinal vein occlusion (CRAO) yang menyebabkan
kehilangan penglihatan secara tiba-tiba.15,16
faktor risiko retinopati hipertensi, ditemukan faktor risiko yang berperan yaitu
jenis kelamin, merokok, kolesterol, mikroalbuminuria, dan asam urat. Jenis
kelamin laki-laki berisiko dua kali lipat dibanding perempuan. Pada hasil uji
perbedaan terhadap faktor risiko, didapatkan bahwa kolesterol (p=0,011), asam
urat (p=0,006) dan mikroalbuminuria (p=0,005) merupakan faktor risiko penentu
atau yang paling berperan bermakna terhadap kejadian retinopati hipertensi.16
1. Penyakit ginjal kronis: Ginjal berperan sebagi organ regulasi, Ketika pada saat
tekanan darah tinggi ginjal berupaya untuk mensekresikan banayk air lewat urin.
(semisal ada gangguan pada ginjal) ginjal tidak dapat mensekresikan air lewat urin
sehingga tekanan darah tetap tinggi, ini bisa menyebabkan retinopati hipertensi.
Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah kondisi jangka panjang di mana fungsi ginjal
menurun seiring waktu. PGK sering dikaitkan dengan diabetes dan hipertensi, yang
keduanya diketahui meningkatkan risiko terkena retinopati. Pasien dengan PGK
mungkin juga mengalami peningkatan tekanan darah yang berkontribusi pada
kerusakan retina. Pengelolaan penyakit ginjal kronis melalui pengendalian tekanan
darah dan pengobatan khusus dapat membantu mengurangi risiko perkembangan
retinopati.17
2. Kebiasaan merokok: Merokok dapat mempengaruhi sirkulasi darah dan oksigenasi
jaringan di seluruh tubuh, termasuk mata. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa merokok dapat meningkatkan risiko retinopati pada orang dengan diabetes
dan hipertensi. Selain itu, merokok telah ditemukan meningkatkan risiko terkena
oklusi vena retina, kondisi lain yang mempengaruhi retina mata.18
1. Anamesis:
Pada anamnesis penglihatan yang menurun merupakan keluhan utama yang
sering diungkapkan oleh pasien. Pasien mengeluhkan buram dan seperti
berbayang apabila melihat sesuatu. Penglihatan biasanya turun secara perlahan
sehingga tidak disadari.19
2. Pemeriksaan Fisik (Pada tekanan darah):
Pemeriksaan tekanan darah didapatkan tekanan diastolik >90 mmHg dan
sistolik >140 mmhg, sudah mulai terjadi perubahan pada pembuluh darah
retina.19
3. Oftalmologi:
pemeriksaan oftalmologi paling mendasar untuk menegakkan diagnosis
17
retinopati hipertensi. Melalui pemeriksaan funduskopi, dapat ditemukan
berbagai kelainan retina pada pasien retinopati hipertensi.19
1. Anamesis :
• Anamnesis awal harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
• Lamanya menderita diabetes
• Kontrol gula darah (Hemoglobin A1c)
• Pengobatan yang telah dilakukan
• Riwayat penyakit lain (misalnya obesitas, gangguan ginjal, hipertensi sistemik,
pemeriksaan serum lipid, kehamilan)
• Riwayat penyakit mata yang pernah dialami (trauma, injeksi okular, operasi,
termasuk terapi laser dan operasi refraktif).20
2. Gejala Klinik :
• Penglihatan buram
• Floaters
• Penglihatan mendadak terhalang (pada perdarahan vitreus)
• Flashes (bila terjadi lepasnya retina)
• Tirai bayangan (bila terjadi lepasnya retina)
• Rasa sakit pada atau sekitar mata (akibat tekanan bola mata meningkat pada
glaukoma neovaskular).20
1. Pemeriksaan Awal :
• Pemeriksaan awal meiliputi :
• Tajam Penglihatan
• Slit lamp biomicroscopy
• Tekanan Intraokular
• Gonioskopi.20
2. Pemeriksaan Penunjang :
• Pemeriksaan penunjang meliputi :
• Foto Fundus
• Optical Coherence Tomography
• Fluorescein Angiography
• Ultrasonography.20
18
2.4.2. Diagnosis Banding sesuai skenario
1. Retinpati Serosa Central :
Retinopati serosa sentral ada- lah suatu keadaan lepasnya retina dari lapis pigmen
epitel di daerah makula akibat masuknya cairan me- lalui membran Bruch dan
pigmen epitel yang inkompeten.
Retinopati serosa sentral dapat bersifat residif. Biasanya di jumpai pada penderita
laki-laki berusia antara 20-50 tahun, perempuan hamil dan
pada usia di atas 60 tahun.21
2. Retinopati Anemia :
Pada anemia dapat terlihat perubahan perdarahan dalam dan
superfisial, termasuk edema papil.
Gejala retina ini diakibatkan anoksia berat yang terjadi pada anemia.
Anoksia akan mengakibatkan infark retina sehingga tidak jarang ditemukan pula
suatu bercak eksudat kapas. Makin berat anemia akan terjadi kelainan retina yang
berat.21
3. Retinopati Leukimia :
Leukemia merupakan neoplasma ganas sel darah putih yang sebab- nya tidak
diketahui dapat berjalan akut (granulositik, limfositik, mielomono- sitik) dan
kronik (granulositik).21
Leukemia sering terjadi pada usia kurang dari 5 tahun atau di atas 50 tahun.
Retinopati ditemukan atau terdapat pada 2/3 penderita leukemia. Leukemia dapat
mengenai seluruh struktur jaringan mata.Pada mata dapat mengakibatkan
perdarahan konjungtiva, dan badan kaca. lnfiltrasi dapat ditemukan pada
konjungtiva, koroid, sklera, belokan vaskular retina, lobang makula dan
mikroaneusrisma.21
Retinopati leukemia dapat terjadi akibat leukemia bentuk apapun seperti akut -
kronik, limfoid - mieloid, dengan tanda yang khusus seperti vena yang melebar,
berkelok-kelok, dan memberi refleks yang mengkilat sehingga sukar dibedakan
arteri dengan vena. Terdapat perdarahan yang tersebar dengan bagian di tengah
berbintik putih akibat penimbunan leukosit, dapat terjadi eksudat kecil,
mikroaneurisma dan pada stadium lanjut fundus berwarna pucat dan jingga. Sel
darah putih menyebuki retina yang tertimbun di daerah perivaskular. Terdapat
perdarahan dan eksudat pada subretina dan edema papil.21
19
4. Katarak :
Cara pemeriksaan :
20
2. Penderita duduk 6 meter dari kartu Optiop Snellen
3. Tutup mata kiridengan telapak tangan kiri tanpa tekanan.
4. Mata kanan melihat huruf yang ada di Optiop Snellen mulai dari baris atas ke
bawah, dan ditentukan baris terakhir yang dapat dibaca.
5. Pada baris tersebut, lihat tanda angka yang ada di sebelah kanan / kiri huruf, jika
angka menujukkan 30, berarti visus 6/30 (artinya orang normal dapat membaca
huruf tersebut pada jarak 30 meter, penderita hanya dapat membaca pada jarak 6
meter)
6. Jika huruf paling atas tidak dapat terbaca, acungkan jari tangan dari jarak 1 meter,
terus mundur ke belakang 2 meter, 3 meter, dst, jika penderita hanya dapat
membaca pada jarak 3 meter berarti visus 3/60 (artinya orang normal dapat melihat
jari tangan pada jarak 60 meter, penderita hanya dapat membaca pada jarak 3
meter)
7. Jika acungan jari pada jarak 1 meter saja tidak dapat terbaca, maka lakukan
goyangan tangan, ke atas-bawah atau kiri-kanan dari jarak 1 meter, terus mundur
ke belakang 2 meter, 3 meter, dst, jika penderita hanya dapat melihat goyangan
tangan pada jarak 1 meter saja berarti visus 1/300 (artinya orang normal dapat
melihat goyangan tangan pada jarak 300 meter, penderita hanya dapat membaca
dari jarak 1 meter saja)
8. Jika goyangan tangan pada jarak 1 meter saja tidak dapat terbaca, lakukan
penyinaran dengan lampu senter di depan mata, penderita diminta menyebutkan
ada sinar atau tidak. Jika penderita 24 melihat sinar visusnya 1 / ~, jika tidak berarti
visusnya 0
9. Lakukan hal demikian pada mata kiri dengan menutup mata kanan dengan telapa
tangan kanan tanpa tekanan
10. Visus dikatakan normal jika nilainya 6/6.25
Amati konjungtiva mata kiri dan kanan dengan menggunakan lampu senter.
Konjungtiva normal tampak terang. Kelainan yang mungkin terjadi antara lain :
Amati kornea mata kanan dan kiri dengan menggunakan lampu senter. Kornea
normal tampak jernih. Kelainan yang mungkin terjadi antara lain :
21
3. KAMERA OKULI ANTERIOR
Pemeriksaan kamera okuli anterior (bilik mata depan) dapat dilakukan untuk
mengetahui kelainan pada mata. Bilik mata depan secara normal adalah dalam dan
jernih. Kedalam bilik mata depan sekitar 2,5 mm. dinding depan (kornea) dan dinding
belakang (iris) bertemu di perifer membentuk sudut indokornea. Pada beberapa
penyakit seperti glaucoma, bilik mata depan menjadi dangkal.25
Cara pemeriksaan :
Amati iris dan pupil mata kanan dan kiri dengan menggunakan lampu senter. Iris dan
pupil yang normal bentuknya bulat, simetris kanan kiri, letaknya sentral, diameter 3-
4mm, reflek cahaya langsung (direk) maupun tidak langsung (indirek) +/+.25
Cara pemeriksaan:
1. Siapkan senter.
2. Untuk memeriksa reflek pupil mata kanan secara direk, arahkan lampu senter pada
mata kanan.
3. Pupil mata kanan akan mengecil (miosis) jika normal.
4. Untuk memeriksa reflek pupil mata kanan secara indirek, arahkan lampu senter
pada mata kiri.
5. Pupil mata kanan akan ikut mengecil (miosis) jika pupil mata kiri diberi lampu
senter.
6. Lakukan hal demikian untuk pupil mata kiri.25
Iris yang normal adalah bebas dan tidak melekat . pada kelainan tertentu, maka iris
dapat melekat pada kornea (sinekia anterior) atau melekat pada lensa (sinekia
posterior), misalnya pada penyakit uveitis.25
a) PALPAZI / DIGITAL
Pemeriksaan dengan cara ini hanya menggunakan jari tangan untuk menilai tekanan
intraokuler. Hasil pemeriksaan dalam bentuk semi kuantitatif.25
Cara pemeriksaan:
22
2. Palpasi bola mata dengan jari telunjuk tangan kanan dan kiri.
3. Rasakan tekanan intraokuler.
4. Dikatakan normal jika tekanan sama dengan sama seperti pipi yang ditekan dengan
lidah dari dalam.
5. Jika kurang dari itu disebut N- (misal pada trauma tembus), dan jika lebih disebut
N+ (misal pada glaucoma).25
b) TERMOMETER SCHIOTZ
Cara pemeriksaan :
Cara pemeriksaan :
23
2.5.5. PEMERIKSAAN BUTA WARNA
Pemeriksaan ini digunakan untuk memeriksa adanya buta warna pada seseorang.
Pada retina (makula) terdapat 3 jenis sel kerucur (merah, hijau, biru) yang rentan
terhadap gangguan. Pada buta warna yang diturunkan (herediter) biasanya ketiga
sel kerucut ini terganggu sedang pada buta warna dapatan (akuisita) sel kerucut
merah dan hijau yang sering terganggu. Buta warna herediter sering terjadi pada
laki-laki karena terkait kromosom X. pemeriksaan buta warna menggunakan kartu
ishihara. Kartu Ishihara terutama dipakai untuk mengenal buta warna merah atau
hijau saja.25
Cara pemeriksaan :
Cara pemeriksaan :
a. Siapkan senter
b. Sinarkan senter ke arah pupil dengan membentuk sudut 45’ dari bayangan iris.
c. Amati bayangan iris pada lensa yang keruh.
d. Pada katarak imaturm shadow test + (artinya terdapat bayangan iris pada lensa
terliha besar dan letaknya jauh terhadap pupil).
e. Pada katarak matur, shadow test – (artinya bayangan iris pada lensa terlihat
kecildan letaknya dekat terhadap pupil).25
24
pemeriksa diharuskan mempunyai lapang pandang normal karena dijadikan
standar pemeriksaan.25
Cara pemeriksaan :
1. Penderita dan pemeriksa duduk dengan berhadapan muka dengan jarak kira-
kira 1 meter
2. Mata kiri pemeriksa ditutup dan mata kanan penderita ditutup
3. Sekarang mata kanan pemeriksa dengan mayta kiri penderita saling
berpandangan
4. Sebuah benda diletakkan antara penderita dan pemeriksa dengan jarak yang
sama
5. Benda mulai digerakkan dari perier ke arah sentral sehingga mulai terlihat oleh
pemeriksa
6. Bila pemeriksaan sudah melihat benda, maka ditanya apakah benda sudah
terlihat oleh penderita
7. Hal ini dilakukan untuk semua arah (atas, bawah, nasal, temporal)
8. Percoban dilakukan juga pada mata satunya baik pada pemeriksa maupun pada
penderita
9. Bila saat melihat benda oleh penderita dan pemeriksa sama hal ini
menunjukkan lapang pandangan sama pada mata kanan pemeriksa dan mata
kiri penderita adatu sebaliknya. Bila penderita melihat terlambat berarti lapang
pandangnya lebih sempit dibanding lapang pandang pemeriksa.25
Cara pemeriksaan :
25
3. Oftalmoskop diletakkan 10cm dari mata penderita. Pada saat ini fokus terletak
pada kornea atau pada lensa mata. Bila ada kekeruhan pada kornea, atau lensa
mata akan terlihat bayangan yang hitam pada dasar yang jingga.
4. Selanjutnya oftalmoskop lebih di dekatkan pada mata penderita dan roda roda
lensa oftalmoskop diputar, sehingga roda lensa menunjukka angka mendekati
0.
5. Sinar difokuskan pada papil saraf optik
6. Diperhatikan warna, tepi, dan pembuluh darah yang keluar dari papil saraf
optik
7. Mata penderita disuruh melihat sumber cahayaoftalmoskop yang dipegang
pemeriksa dan pemeriksa dapat melihat keadaan makula lutea penderita
8. Dilakukan pemeriksa pada seluruh bagian retin.25
26
1. Retinopati hipertensi
Retinopati hipertensi adalah kelainan- kelainan retina dan pembuluh darah retina
akibat tekanan darah tinggi. Kelainan pembuluh darah dapat berupa penyempitan
umum atau setempat, percabangan pembuluh darah yang tajam, fenomena crossrng
atau sklerose pembuluh darah.24
• Penyempitan (spasme) pembuluh darah tampak sebagai :
1. Pembuluh darah (terutama arteriol retina) yang berwarna lebih pucat.
2. Kaliber pembuluh yang menjadi lebih kecil atau iregular (karena spasme
lokal)
3. Percabangan arteriol yang tajam
27
• Terdapat fenomena crossing sebagai berikut :
1. Elevasi : pengangkatan vena oleh arteriyang berada di bawahnya
2. Deviasi : penggeseran posisi vena oleh arteri yang bersilangan dengan
vena tersebut dengan sudut persilangan yang lebih kecil
3. Kompresi : penekanan yang kuat oleh arteri yang menyebabkan
bendungan vena.
2. Retinopati diabetes
Retinopati merupakan gejala diabetes melitus utama pada mata, dimana ditemukan
pada retina23:
1. Mikroaneurismata, merupakan penonjolan dinding kapiler, terutama daerah vena
dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah
terutama polus posterior. Kadang-kadang pembuluh darah ini demikian kecilnya
sehingga tidak terlihat sedang dengan bantuan angiografi fluoresein lebih mudah
dipertunjukkan adanya mikroaneunsmata23
2. perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak dekat
mikroaneurismata di polus posterior.Bentuk perdarahan ini merupakan prognosis
penyakit dimana perdarahan yang luas memberikan prognosis lebih buruk
dibanding kecil. Perdarahan terjadi akibat gangguan permeabilitas pada
mikroaneurisma,atau karena pecahnya kapiler.23
28
3. Dilatasi pembuluh darah balik dengan lumennya iregular dan berkelokkelok,bentuk
ini seakan-akan dapat memberikan perdarahan tapi hal ini tidaklah demikian. Hal
ini terjadi akibat kelainan sirkulasi dan kadang-kadang disertai kelainan endotel dan
eksudasi plasma.23
4. Hard exudafe merupakbn infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambarannya khusus yaitu
iregular, kekuning-kuningan. Pada permulaan eksudat pungtata membesar dan
bergabung. Eksudat ini dapat muncul dan hilang dalam beberapa minggu. Pada
mulanya tampak pada gambaran angiografifluoresein sebagai kebocoran fluoresein
di luar pembuluh darah. Kelainan ini terutama terdiri atas bahan-bahan lipid dan
terutama banyak ditemukan pada keadaan hiperlipoproteinemia.23
5. Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina.
Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat difus
dan berwarna putih. Biasanya terletak di bagian tepi daerah nonirigasi dan
dihubungkan dengan iskemia retina.23
6. Pembuluh darah baru pada retina biasanya terletak dipermukaan jaringan.
Neovaskularisasi terjadi akibat proliferasi sel endotel pembuluh darah. Tampak
sebagai pembuluh yang berkelok-kelok, dalam kelompokkelompok,dan bentuknya
iregular. Hal ini merupakan awal penyakit yang berat pada retinopati diabetes.
Mula-mula terletak di dalam jaringan retina, kemudian berkembang ke daerah
preretinal, ke badan kaca. Pecahnya neovaskularisasi pada daerah-daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan retina, perdarahan subhialoid (preretinal), maupun
perdarahan badan kaca. Proliferasi preretinal dari suatu neovaskularisasi biasanya
diikuti proliferasi jaringan ganglia dan perdarahan.23
7. Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah makula
sehingga sangat mengganggu tajam penglihatan pasien.23
2.6. pencegahan dan edukasi sesuai skenario
Terapi terutama diarahkan pada keadaan sistemik yang mendasari penyakit ini,
yaitu hipertensi yang dialami oleh pasien. Kontrol hipertensi dapat mencegah
progresi penyakit, akan tetapi penyempitan dan perubahan lain yang terjadi
biasanya permanen. Pada retinopati hipertensi malignum, maka dilakukan terapi
dengan menurunk- an tekanan darah yang meningkat secara mendadak secara
terkontrol.
untuk pencegahan dan edukasi untuk pasien yang mengalami retinopati karena
hipertensi mencakup :
29
1. meminum obat tekanan darah secara teratur jika mempunyai riwayat hipertensi
2. rutin ber olahraga
3. makanlah dengan diet seimbang
4. menghindari merokok
5. kemudian rutin untuk memeriksa tekanan darah.
kontrol hipertensi dapat mencegah progresi penyakit, akan tetapi penyempitan dan
perubahan lain yang terjadi biasanya permanen.
30
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Seorang laki-laki usia 55 tahun datang dengan keluhan penglihatan buram pada
kedua mata. Keluhan sudah dialami sejak 6 bulan terakhir. Diketahui pasien ini
mempunyai riwayat penyakit hipertensi sejak 20 tahun lalu. Karena keluhan
pasien terdapat pada matanya, maka pasien perlu untuk melakukan pemeriksaan
Oftalmologi lengkap untuk mengetahui diagnosis penyebab keluhan tersebut.
Pada pemeriksaan mata, terdapat pemeriksaan segmen anterior dan posterior dari
mata untuk melihat apakah terdapat kelainan dari hasil pemeriksaan inspeksi.
Pemeriksaan Funduskopi atau Oftalmoskopi merupakan serangkaian tes yang
sangat efektif untuk mendeteksi berbagai penyakit mata dimana dokter akan
melakukan pemeriksaan pada bagian dalam mata (fundus) serta pada bagian
belakang mata.
Dari anamnesis diketahui bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi yang sudah
lama dideritanya. Dapat kita asumsikan bahwa keluhan yang dialami pasien ini
berkaitan atau dapat diakibatkan oleh hipertensi yang lama dideritanya.
Kemungkinan pasien ini menderita penyakit retinopati hipertensi.
Retinopati hipertensi sendiri memiliki patofisiologi yang dapat dibagi dalam
beberapa fase yakni fase vasokonstriksi, fase sklerotik, dan fase eksudatif.
Tekanan darah yang tinggi akan menimbulkan kerusakan pada lapisan otot dan
endotel vaskular. Pada fase vasokonstriksi, peningkatan tekanan darah sistemik
merangsang terjadinya vasospasme dan penyempitan arteriol retina yang
dibuktikan dengan penurunan rasio diameter arteri-vena. Peningkatan tekanan
darah yang persisten menyebabkan perubahan dinding vaskular berupa penebalan
lapisan intima, hiperplasia lapisan media, dan degenerasi dinding arteri. Keadaan
tersebut menyebabkan gangguan sirkulasi darah retina yang menandai fase
sklerotik. Tekanan darah yang tidak terkontrol akan merusak sawar darah retina
dan terjadi kebocoran plasma dan darah. Kelainan retina yang dapat diamati
berupa perdarahan retina dengan bentuk lidah api atau bercak darah,
pembentukan eksudat, nekrosis sel otot polos, dan iskemia retina yang
membentuk lesi cotton wool spot.
Maka dari pasien ini selain penanganan pada matanya kita juga perlu menangani
penyakit hipertensi yang mendasari munculnya keluhan pada kedua matanya
tersebut.
31
DAFTAR PUSTAKA
15. Chen YH, Wu SC, Su WW, et al. The association between retinopathy severity
and the duration of hypertension: A nationwide population-based study. PLoS
One. 2021;16(11):e0259176. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0259176
16. MURTI, Jyoti Krisna, et al. Hubungan Durasi Menderita Hipertensi Dengan
Kejadian Retinopati Hipertensi Di RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar
Lampung Periode 2017-2020. 2022.
17. oshida Y, Hirabayashi H, Ueda K, et al. Retinopathy directed ocular screening and
its clinical and epidemiological meaning in HID – study: An observational cross-
sectional study. Medicine (Baltimore). 2020;99(11):e19489.
18. Lin H, Zhang L, Lin D, Chen J, Zeng R, Song X, et al. Prevalence of retinal vein
occlusion and associated risk factors in adult Chinese in rural and urban areas.
Ophthalmology. 2021 Jan
19. Ilyas S, Yulianti SR. Mata tenang penglihatan turun perlahan. Ilmu penyakit
mata. 2018;239–40.
20. Dameria D, Andayani G, Rahman K, Soedarman S. Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Retinopati Diabetika. 2018;6–26. Available from:
32
https://perdami.or.id/wp-content/uploads/2022/03/Panduan-Nasional-
Pelayanan-Kedokteran-Retinopati-Diabetik.pdf
21. Belakang L. Bab I حح ح ح ح. Galang Tanjung. 2015;(2504):1–9.
22. TAMBOTO, Freelyn Ch P.; WUNGOUW, Herlina IS; PANGEMANAN,
Damajanty HC. Gambaran Visus Mata Pada Senat Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. eBiomedik, 2015, 3.3.
23. Prof.dr. Ilyas H. Sidarta, dr. Yulianti Sri Rahayu.Ilmu penyakit mata.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta:Indonesia.Ed 4.2012
24. Sylvestris, Alfa. "Hipertensi dan retinopati hipertensi." Saintika Medika
10.1 (2014): 1-
25. Study Guide Ilmu Penyakit Mata FAKULTAS KEDOKTERAN UNISMUH
MAKASSAR, 9 - 31 p.
26. P2PTM Kemenkes RI. Pencegahan dan pengendalian hipertensi, mengurangi
risiko hipertensi, 10 April 2018, availbe on
https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic/pencegahan-dan-pengendalian-
hipertensi-mengurangi-risiko-hipertensi
33