Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia menugaskan
kepada lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintah untuk menghormati, menegakkan, dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat serta segera meratifikasi berbagai instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, merupakan salah satu wujud peraturan
perundang-undangan yang sah dan legitimate berlaku di Negara Indonesia. Bahkan didalam hierarki peraturan perundang-undangan, TAP MPR memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan UU, Perpu, PP, Perpres dan Perda. Hal ini ditegaskan dalam pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan.
Adapun penggolongan disetiap pasal TAP MPR No. 17 Tahun 1998:
a. Hak untuk hidub (Pasal 1)
b. Hak untuk memiliki keluarga dan keturunan (Pasal 2) c. Hak pengembangan diri (Pasal 3 s/d 6) d. Hak keadilan (Pasal 7 s/d 12) e. Hak kemerdekaan (Pasal 13 s/d 19) f. Hak keamanan (Pasal 22 s/d 26) g. Hak untuk sejahtera (Pasal 27 s/d 33) h. Hak perlindungan dan kemajuan (Pasal 37 s/d 44)
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Sementara itu menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, yang dimaksud dengan hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat Negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Adapun penggolongan disetiap pasal Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999:
a. Hak untuk hidup (Pasal 9)
b. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (Pasal 10) c. Hak mengembangkan kebutuhan dasar (Pasal 11 s/d 16) d. Hak memperoleh keadilan (Pasal 17 s/d 19) e. Hak atas kebebasan dari perbudakan (Pasal 20 s/d 27) f. Hak atas rasa aman (Pasal 28 s/d 35) g. Hak atas kesejahteraan (Pasal 36 s/d 42) h. Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43 s/d 44) i. Hak wanita (Pasal 45 s/d 51) j. Hak anak (Pasal 52 s/d 66)