Anda di halaman 1dari 3

Materi Ke IV PKN

Kelas : XI MIA & IIS

3. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENEGAKKAN HAM


Undang-undang merupakan produk hukum yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia yang
digunakan sebagai pedoman atau aturan main dalam pelaksanaan suatu kebijakan atau tindakan
yang menyangkut kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia. Undang-undang
merupakan produk yang dihasilkan sebagai akibat adanya sistem politik demokrasi di Indonesia.
Produk ini merupakan hasil dari perundingan yang dilakukan oleh pemerintah melalui Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) sesuai dengan tugas dan fungsinya. (baca juga: Fungsi DPR) Sebelum
undang-undang ini diberlakukan, undang-undang perlu disetujui dan disahkan oleh presiden
republik Indonesia.
Undang-undang sebagai pedoman dan acuan kehidupan bermasyarakat dan bernegara
juga mempunyai beberapa kaitan dengan hak asasi manusia. Kaitan tersebut berupa produk
undang-undang yang mengatur tentang perlindungan terhadap hak-hak asasi yang dimiliki oleh
setiap warga negara. Adapun undang-undang yang dimiliki oleh Indonesia dalam kaitannya
dengan penegakan hak asasi manusia bagi warga negaranya diantaranya:
 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 merupakan udang-undang yang berkaitan upaya
pemerintah dalam menegakkan HAM dengan hak asasi manusia yang mengatur tentang
perkawinan di Indonesia. Perlu diketahui, perkawinan atau penikahan merupakan hak asasi yang
dimiliki oleh seseorang yang termasuk dalam hak asasi pribadi (Personal Rights). Di dalam
undang-undang tersebut dijelaskan bahwa dasar perkawinan atau pernikahan merupakan ikatan
secara lahir maupun batin yang terjalin diantara seorang pria dan seorang wanita dengan tujuan
membentuk suatu keluarga atau rumah tangga. Keluarga atau rumah tangga yang dibentuk
tentunya bertujuan kepada kebahagiaan yang dilandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa,
sebagai berikut:
 Undang-undang perkawinan ini merupakan bentuk perhatian pemerintah Indonesia terhadap hak
asasi personal yang dimiliki oleh warga negaranya.

 TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998


Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 merupakan produk dari Majelis
Permusyawaratan Rakyat sesuai dengan tugas dan fungsi MPR di Indonesia dan menurut UUD
1945. (baca juga: Fungsi MPR) Ketetapan MPR ini merupakan ketetapan yang berkaitan tentang
hak-hak asasi manusia khususnya hak-hak asasi warga negara Indonesia.

 Oleh pemerintah saat itu, produk MPR berupa ketetapan ini disebut sebagai piagam hak asasi
manusia yang dimiliki oleh negara Indonesia. Dalam ketetapan MPR ini, hak asasi manusia
diakui sebagai hak yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada ciptaannya yang perlu
dijaga dan dilindungi oleh negara. Selain itu, hak asasi manusia juga diakui sebagai hak-hak
yang mendasar dan melekat dalam diri manusia semenjak manusia tersebut di dalam kandungan.
Penegakan hak asasi bagi warga negara Indonesia dalam keketapan MPR ini merupakan bentuk
perlindungan hak asasi yang menjunjung tinggi arti penting dan fungsi Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia. Beberapa hak asasi manusia yang terdapat dalam ketetapan
MPR ini antara lain:
 Hak untuk berkeluarga
 Hak untuk melakukan pengembangan diri
 Hak untuk mendapatkan keadilan
 Hak untuk hidup
 Hak untuk mendapatkan kemerdekaan
 Hak atas kebebasan informasi
 Hak atas rasa aman
 Hak atas kesejahteraan

 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999


Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 merupakan undang-undang yang menggantikan Ketetapan
MPR MPR Nomor XVII/MPR/1998. Undang-undang ini bersikan hak-hak asasi manusia yang
dimiliki oleh setiap warga negara tanpa terkecuali. Melalui undang-undang ini, penegakan hak
asasi bagi seluruh masyarakat Indonesia lebih diperkuat sejalan dengan pandangan bangsa
mengenai Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia. Karena Undang-Undang No. 39 Tahun
1999 adalah penyempurnaan dari Ketetapan MPR MPR Nomor XVII/MPR/1998.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2004
Undang-Undang No. 23 Tahun 20014 adalah undang-undang yang berisikan tentang
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Undang-undang ini merupakan sebuah tindak
lanjut dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang mengatur tentang perkawinan. Seperti yang
kita ketahui, dalam kehidupan berumah tangga, setiap anggota keluarga berhak untuk
mendapatkan kebahagiaan dan rasa aman di dalam kehidupan berkeluarganya. Kebahagiaan dan
rasa aman merupakan hak asasi yang dimiliki oleh manusia baik itu di dalam kehidupan
berkeluarga maupun di dalam kehidupan bermasyarakat secara luas.
Perwujudan rasa bahagia serta rasa aman terhadap anggota keluarga merupakan peran
yang sebaiknya dilakukan oleh seluruh anggota keluarga tanpa terkecuali. (baca juga: Peran
Ayah dalam Keluarga) Kekerasan baik secara fisik maupun non fisik sangat dilarang dalam
kehidupan keluarga. Pelarangan tindak kekerasan dalam rumah tangga juga dimuat dalam
undang-undang ini. Bagi siapapun yang melakukan kekerasan dalam rumah tangganya, orang
tersebut dapat dikenai sanksi baik secara hukum maupun sosial sesuai dengan undang-undang
ini.

 Undang-Undang No. 35 Tahun 2014


Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 merupakan undang-undang tentang perubahan atas
UU No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak. Undang-undang ini mengatur hak-hak asasi
yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia khususnya hak-hak asasi yang dimiliki oleh setiap anak
yang ada di Indonesia. (baca juga: Hak Perlindungan Anak) Di dalam undang-undang ini
disebutkan bahwa hak-hak anak perlu dilindungi dan ditegakkan agar anak tersebut dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat secara
kemanusiaan. Selain itu, anak perlu mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kekerasan dan
diskriminasi.
 UUD 1945 Pasal 27 – 34
Isi dari UUD 1945 pasal 27 sampai dengan pasal 34 mengatur dan menjamin hak-hak
warga negara Indonesia dalam berbagai aspek. Pada intinya, isi yang terkandung dalam UUD
1945 pasal 27 sampai dengan pasal 34 ini berkaitan dengan hak-hak asasi yang dimiliki oleh
manusia secara umum seperti yang dipaparkan pada paragraf pertama dalam artikel ini. UUD
1945 Pasal 27 – 34 lebih mekankan kepada penjaminan terhadap hak-hak yang dimiliki oleh
segenap warga negara Indonesia.
4. UPAYA PENANGANAN KASUS PELANGGARAN HAM
Terjadinya Pelanggaran HAM disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya disebabkan
karena Rendahnya Moral seseorang. Tindakan terbaik dalam penegakan HAM adalah dengan
mencegah timbulnya semua faktor penyebab dari pelanggaran HAM. Apabila
factor penyebabnya tidak muncul, maka pelanggaran HAM pun dapat diminimalisir atau bahkan
dihilangkan. Berikut ini tindakan pencegahan atau upaya penanganan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi berbagai kasus pelanggaran HAM:

      Supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan. Pendekatan hukum dan pendekatan
dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Para pejabat penegak hukum harus memenuhi kewajiban dengan
memberikan pelayanan yang baik dan adil kepada masyarakat, memberikan perlindungan kepada
setiap orang dari perbuatan melawan hukum, dan menghindari tindakan kekerasan yang melawan
hukum dalam rangka menegakkan hukum.
       Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk
pelanggaran       HAM oleh pemerintah.
     Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga-lembaga politik terhadap setiap
upaya  penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah.
     Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip HAM kepada masyarakat melalui lembaga
pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun nonformal (kegiatan-kegiatan keagamaan
dan kursus-kursus).
     Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.
     Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan dalam masyarakat
agar mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan pendapat masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai