Anda di halaman 1dari 20

PENGKAJIAN ICRA HAIs

RUMAH SAKIT IBU ANAK RONA


PANGKALPINANG

RSIA RONA
Jl. KH. Hasan Basri Sulaiman no. 20 Telp. 0717-438450
PANGKALPINANG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah


HAIs masih merupakan masalah serius di pelayanan kesehatan, terutama di Rumah
sakit di Indonesia, karena mempunyai dampak terhadap pelayanan di rumah sakit,
terutama dapat menyebabkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan meningkat.
Selain itu juga mempunyai dampak terhadap citra rumah sakit dan mutu layanan
menurun. Oleh karena itu sasuai UU RI No. 36 dan 44 rumah sakit mempunyai satu
komite yaitu komite PPIRS untuk menurunkan HAIs yang salah satu program PPI
tersebut adalah program ICRA (Infection Control Risk Assesment).
ICRA adalah proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi,
pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas dan
program yang berfokus pada :
- Pengurangan resiko infeksi
- Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi, renovasi, pemeliharaan fasilitas.
- Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi dan lingkungan perawatan, yang
memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial.

Resiko ICRA terbagi atas :


1. Resiko external :
- Bencana alam : tornado, banjir, gempa, dll
- Kecelakaan massal : pesawat, bus, dll
- Kejadian KLB dikomunitas yang berhubungan dengan penyakit menular :
a. Influenza, meningitis
b. Penyakit lain yang berhubungan dengan kontaminasi pada makanan, air,
seperti hep A dan Salmonella

2. Resiko internal :
a. Pasien
 Karakteristik pasien
- Perempuan, anak-anak
- Perawatan akut pada pasien dewasa
- Populasi kebutuhan khusus
- Perawatan jangka panjang
- Rehabilitasi

 Usia pasien :
- Anak-anak, dewasa dan lansia
a. Status imunologi
b. Penyakit yang berhubungan dengan isu-isu gaya hidup
c. Manula yang sakit cendrung akan mengalami perubahan pola piker
dan kemudian

b. Resiko terkait peralatan


Pembersihan, desinfekatan dan sterilisasi untuk proses peralatan
 Instrumen bedah
 Protesa
 Pemrosesan alat sekali pakai
 Pembungkusan kembali alat
 Peralatan yang dipakai

c. Resiko terhadap petugas kesehatan


 Kebiasaan kesehatan perorangan
 Budaya keyakinan tentang penyakit menular
 Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit
 Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (HH, pemakaian APD,
penanganan peralatan pasien, teknik isolasi.
 Skrening yang tidak adekuat terhadap penyakit menular

d. Resiko yang terkait pelaksanaan prosedur


 Prosedur invasive yang dilakukan
 Peralatan yang dipakai
 Pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu tindakan
 Persiapan pasien yang memadai
 Kepatuhan terhadap teknik pencegahan yang direkomendasikan

e. Lingkungan
 Pembangunan
 Kelengkapan peralatan
 Pembersihan

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya HAIs pada pasien, petugas dan
pengunjung di rumah sakit.

2. Tujuan khusus
a. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampai resiko terhadap :
 Paparan kuman pathigen melalui petugas, pasien dan pengunjung.
 Penularan melalui tindakan / prosedur invasive yang dilakukan baik melalui
peralatan, teknik pemasangan, ataupun perawatan terhadap resiko infeksi
(HAIs)
b. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindaklanjuti
berdasarkan hasil penilaian skala prioritas
BAB II
ICRA (INFECTION CONTROL RISK ASSESMEN)

Resiko adalah terjadinya kerugian yang dapat ditimbulkan dari proses kegiatan saat
sekarang atau kejadian di masa datang.
Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
menyusun prioritas resiko, dengan tujuan untuk menghilangan atau meminimalkan
dampaknya.
Risk Asesment adalah suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses secara rinci
dan berurutan, baik kejadian yang actual maupun yang potensial beresiko ataupun
kegagalan.
Dan suatu yang rentan melalui proses yang logis, dengan memprioritaskan area yang
akan diperbaiki berdasarkan dampak yang akan ditimbulkan baik actual maupun potensial
dari suatu proses perawatan, pengobatan ataupun service yang diberikan.
“Proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya resiko yang dihadapi,
kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak resiko”.
Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yang terlibat termasuk pasien dan
publik dapat terlibat bila memungkinkan.

Metode dasar manajemen resiko :


 Observasi
 Laporan kejadian
 Dokumen review
 Pengukuran masalah :
- Tingkat kesalahan >> kemungkinan bahaya dan tingkat bahaya
- Resiko sampingan
-
Keputusan untuk menerima resiko dan pengelolaannya berdasarkan pertimbangan :
- Kriteria klinisi, operasional, teknik, kemanusian
- Kebijakan tujuan
- Sasaran dan kepentingan stakeholder
- Keuangan, hukum, sosial
EVALUASI RESIKO
1. Rengking masalah
2. Prioritas masalah
3. Analisas manfaat biaya yang dikeluarkan (setelah dirangking, biaya untuk mengurangi
resiko dibandingkan dengan biaya kalau terjadi resiko)
4. Pastikan resiko yang ditimbulkan bisa diterima atau tidak.

Keputusan untuk menerima resiko dan pengelolaannya berdasarkan pertimbangan :


- Kriteria klinis, operasional, teknik, kemanusian
- Kebijakan tujuan
- Sasaran dan kepentingan stakeholder
- Keuangan, hukum, sosial
BAB III
ASSESMENT RESIKO

A. Risk Register
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenal resiko,
kemudian dibuat daftar resiko. Daftar resiko dilengkapi dengan deskripsi resiko termasuk
menjelaskan kejadian-kejadian dan peristiwa yang mungkin terjadi dan dampak yang
ditimbulkannya.
Identifikasi dilakukan pada : sumber resiko, area resiko, peristiwa dan penyebabnya
dan potensi akibatnya. Metode identifikasi resiko dilakukan dengan proaktif melalui self
assesment, incident reporting system dan clinical audit dilakukan menyeluruh terhadap
medis dan non medis.

Tabel
Potensial Risiko
Area Pelayanan Proses / Modus Satuan Kerja
No Pasien, Petugas
Pasien Prosedur Kegagalan Terkait
Pengunjung
1 Area rawat jalan 1.1 Penerimaan Kegagalan  Unit Rawat Mengakibatkan pat,
(one day care) pat : proses proses skrining /  Instalasi petugas dan
skrining / triase triase batuk laboratorium pengunjung
batuk / etika mendapat infeksi
batuk silang TB, MDR TB
dan airbone
dan/atau droplet
disease liannya
1.2 Kebersihan Kegagalan Seluruh pegawai Mengakibatkan pat,
tangan penerapan RS petugas dan
kebersihan pengunjung
tangan mendapat infeksi
silang mll kontak
dan fecal oral
Mengakibatkan pat,
petugas,
pengunjung
mengalami
kolonisasi MRSA
1.3 Proses Kegagalan Poli Kandungan Mengakibatkan pat
dekontaminasi proses mendapat infeksi
sterilisasi dekontaminasi / silang mll kontak /
peralatan sterilisasi bloodbornee
peralatan
1.4 Prosedur Kegagalan Mengakibatkan pat
aseptik mempertahanka mendapat infeksi
n sterilisasi pada silang mll kontak /
prosedur aseptik bloodborne
1.5 Penyuntikan Kegagalan Mengakibatkan pat
terapi cairan praktek mendapat infeksi
intravaskuler penyuntikan silang bloodborne
yang aman pat cedera terpapat
obat-obatan
kadaluarsa
1.6 - Mengakibatkan
Penanganan petugas mendapat
benda tajam infeksi silang
bloodborna

Mengakibatkan
petugas mendapat
infeksi silang
bloodborne
1.7 Barier 1.7.1 Petugas Mengakibatkan
pengaman / alat terpapar cairan petugas mendapat
pelindung diri tubuh lewat infeksi silang mll
mukosa silang kontak
bloodborne
1.8 1.8.1 Kegagalan Mengakibatkan
Penanganan penanganan petugas mendapat
sampah sampah infeksi infeksi silang
infeksius
2 Area rawat inap 2.1 Kebersihan 2.1.1 Kegagalan Irna rawat inap Mengakibatkan pat,
tangan penerapan petugas,
kebersihan pengunjung
tangan mendapat infeksi
silang mll kontak
dan fecal oral
2.2 alat 2.2.1 Petugas Mengakibatkan
pelindung diri terpapar cairan petugas mendapat
tubuh lewat infeksi silang mll
mukosa silang kontak
bloodborne
2.5 Penyunyi 2.5.1 Kegagalan Mengakibatkan
kan / terapi praktek petugas mendapat
cairan prosedur penyuntikan infeksi silang
diagnostik yang aman bloodborne
intravaskuler
invasif

2.6 2.6.1 Petugas Mengakibatkan


Penanganan tidak terluka petugas mendapat
benda tajam benda tajam infeksi silang
(bukan jarum bloodborne
suntik)
terkontaminasi)
2.6.2 Petugas
tidak cedera
tertusuk jarum
suntik bersih
2.6.3 Petugas Mengakibatkan
tidak tertusuk petugas mendapat
jarum suntik infeksi silang
terkontaminasi bloodborne
2.7 Proses 2.7.1 Kegagalan Mengakibatkan pat
dekontaminasi proses mendapat infeksi
sterilisasi dekontaminasi / silang mll
peralatan sterilisasi kontak/bloodborne
peralatan
2.8 Prosedur 2.8.1 Kegagalan Mengakibatkan pat
aseptik mempetahankan mendapat infeksi
sterilisasi pada silang mll kontak /
prosedur aseptik bloodbornee
2.9 Pengendali 2.9 Kegagalan Pasien, petugas dan
an kebersihan mempertahanka pengunjung
lingkungan n kebersihan terjangkit penyakit
lingkugan infeksi vectoborne di
RS
2.10 Penyiapan Mengakibatkan
makanan pasien terjangkit
peny infeksi /
keracunan sal cerna
dalam waktu > 48
jam mengkonsumsi
makanan / air
minum rumah sakit
2.11 Penangan Mengakibatkan
an limbah pasien, petugas dan
infeksius darah, pengunjung
cairan tubuh mendapat infeksi
dan potongan silang
jaringan tubuh
2.12 Pengguna Pasien mendapat
an antimikroba / infeksi MRSA
mikro Pasien mendapat
organisme multi
resisten obat Pasien mendapat
infeksi MDR-TB

Pasien mendapat
infeksi
pseudomonas
auregenosa
3 Area pelayanan 3.1 Prosedur Unit bedah Pasien mendapat
operatif diagnostic dan laboratorium infeksi daerah
diagnistik terapi operasi
invasive pembedahan Pasien terjangkit
infeksi aliran
Darah primer dalam
waktu > 48 jam
3.2 Kebersihan Mengakibatkan
tangan pasien, petugas dan
pengunjung
mendapat infeksi
silang melalui
kontak atau fecal
oral, kolonisasi
MRSA
3.3 Barier Pasien terpapar
pengaman / alat cairan tubuh lewat
pelindung diri mukosa
mengakibatkan
mendapat infeksi
silang melalui
kontak / bloodborne
3.4 Proses Mengakibatkan
dekontaminasi / pasien mendapat
sterilisasi infeksi melalui
peralatan kontaminasi
lingkungan
3.7 Penyuntikan Mengakibatkan
/ terapi cairan pasien mendapat
intravaskuler infeksi silang
bloodborne
3.8 Prosedur Pasien terjangkit
diagnostic dan infeksi aliran darah
terapi saluran primer / bakterimia >
pernafasan 48 jam pemakaian
invasive Ventilator
3.9 Penangan Mengakibatkan
an benda tajam petugas mendapat
infeksi silang
bloodborne
3.11 Barier / Petugas cedera
pengaman / alat tertusuk jarum suntik
pelindung diri
3.12 Penangan Kegagalan Petugas terpapar
an sampah penanganan cairan tubuh lewat
infeksius, sampah infeksius mukosa
darah, cairan mengakibatkan
tubuh dan petugas petugas
potongan cairan mendapat infeksi
tubuh silang mll kontak /
bloodborne
4 Area pelayanan 4.1 Penerimaan Kegagalan Instalasi Mengakibatkan
gawat darurat pasien : proses proses skrining / pelayanan gawat pasien, petugas dan
skrining / triase triase batuk / darurat pengunjung
batuk / etika etika batuk mendapat infeksi
batuk silang
4.2 Kebersihan Kegagalan Pasien, petugas dan
tangan penerapan pengunjung
kebersihan mendapat infeksi
tangan silang mll kontak
dan fecal oral
4.3 Proses Mengakibatkan
dekontaminasi / pasien, petugas dan
sterilisasi pengunjung
peralatan mengalami
kolonisasi MRSA
4.4 Prosedur Kegagalan Mengakibatkan
aseptic mempertahanka pasien mendapat
n sterilisasi pada infeksi silang mll
prosedur aseptic kontak / bloodborne
4.5 Penyuntikan Kegagalan Pasien mendapat
/ terapi cairan praktek infeksi silang mll
intravaskuler menyuntik aman kontak / bloodborne

Mendapatkan infeksi
bloodborne
4.7 Prosedur Pasien terjangkit
diagnostic infeksi luka infus
terapi sal kemih dalam waktu > 48
jam pemasangan
infus
4.8 Petugas terluka
Penanganan benda tajam (bukan
benda tajam jarum suntik)
terkontaminasi
mengakibatkan
petugas mendapat
infeksi silang
bloodborne

Petugas cidera
tertusuk jarum suntik
bersih
4.9 Barier Petugas tertusuk
pengaman / alat jarum suntik
pelindung diri terkontaminasi
mengakibatkan
petugas mendapat
infeksi silang
bloodborne
4.10 Teknik Kegagalan Petugas terpapar
isolasi dan mempertahanka cairan tubuh lewat
dekontaminasi n tekanan udara mukosa
pasien negative ruangan mengakibatkan
isolasi airbone petugas mendapat
infeksi silang mll
Kegagalan kontak / bloodborne
proses
dekontaminasi
pasien
4.11 Penangan Kegagalan Pasien, petugas dan
an limbah penanganan pengunjung
infeksius : sampah infeksius mendapat infeksi
darah, cairan silang TB, MDR-TB
tubuh dan dan airbone disease
potongan jar
tubuh
4.12 Kesiap Kegagalan Mengakibatkan
siagaan kesiapan pasien, petugas dan
menghadapi pengunjung terpapar
emerging dan hazard material
outbreak
Mengakibatkan
pasien, petugas dan
pengunjung
mendapat infeksi
Mengakibatkan
peningkatan angka
kesakitan dan
kematian

Petugas terjangkit
rabies
5 Area 5.1 Kebersihan Kegagalan - Instalasi Pasien, petugas dan
penunjang / tangan penerapan farmasi pengunjung
pemeliharaan kebersihan - IPSRS mendapat infeksi
sarana tangan - Insenerator silang mll kontak
- IPAL dan atau fecal oral

Mengakibatkan
pasien, petugas dan
pengunjung
mengalami
kolonisasi MRSA
5.2 Proses Pasien mendapat
dekontaminasi / infeksi silang mll
sterilisasi kontak / bloodborne
peralatan
Pasien cidera
terpapar obat-
obatan kadaluarsa
5.3 Penyuntikan Mengakibatkan
/ terapi cairan pasien mendapat
intravaskuler infeksi bloodborne
5.4 Barier Petugas terpapar
pengaman / alat cairan tubuh lewat
pelindung diri mukosa
mengakibatkan
petugas mendapat
infeksi silang mll
kontak / bloodborne
5.5 Petugas terluka
Penanganan benda tajam (bukan
benda tajam jarum suntik)
terkontaminasi
mengakibatkan
petugas mendapat
infeksi silang
bloodborne

Petugas cidera
tertusuk jarum
bersih

Petugas tertusuk
jarum suntik
terkontaminasi
mengakibatkan
petugas mendapat
infeksi silang
bloodborne
5.6 Proses Kegagalan Mengakibatkan
pembangunan / pengontrolan pasien, petugas dan
renovasi infeksi proses pengunjung
pembangunan mendapat infeksi
silang mll air dan
udara
terkontaminasi
5.7 Penyiapan Kegagalan Mengakibatkan
makanan higienisasi pasien terjangkit
makanan peny infeksi /
keracunan sal cerna
dalam waktu > 48
jam mengkonsumsi
makanan / air
minum rumah sakit
5.8 Pengendali Pasien, petugas dan
an lingkungan / pengunjung
vector terjangkit peny
infeksi vectoborne
5.9 Kegagalan Mengakibatkan
Penanganan penanganan pasien, petugas dan
sampah sampah infeksius pengunjung /
infeksius masyarakat
mendapat infeksi
silang
5.10 Kesiap Kegagalan Mengakibatkan
siagaan kesiapan peningkatan angka
menghadapi kesakitan dan
emerging dan kematian
outbreak
6 Area 6.1 Sumber Kegagalan - Direktur dan Mengakibatkan
manajemen, daya penyediaan administrasi pasien, petugas dan
admnistrasi dan sumber daya komite pengunjung
perkantoran bagi program PPI PPIRS mendapatkan infeksi
- Komite lain silang / HAIs
- Instalasi
SIMRS
6.2 Komitmen Kurangnya Menyebabkan
koordinasi dalam peningkatan angka
pelaksanaan kesakitan dan angka
program PPI kematian akibat
HAIs
6.3 Program Kegagalan Menyebabkan
PPI penurunan resiko penurunan reputasi
infeksi terkait RS
pelayanan kes
7 Area public / 7.1 Kebersihan Kegagalan Mengakibatkan
lingkungan RS tangan penerapan pasien, petugas dan
kebersihan pengunjung
tangan mendapat infeksi
silang mll kontak
dan/atau fecal oral
7.2 Penyiapan Kegagalan Mengakibatkan
makanan higienisasi pasien terjangkit
makanan peny infeksi /
keracunan sal cerna
dalam waktu > 48
jam mengkonsumsi
makanan / air
minum RS
7.3 Kegagalan Mengakibatkan
Penanganan penanganan pasien, petugas dan
sampah sampah infeksius pengunjung dan
infeksius masyarakat
mendapat infeksi RS
/ HAIs
PRIORITAS ICRA HAIs
DI RSIA RONA TAHUN 2022

Jenis Kelompok Tujuan Tujuan


No Strategi Evaluasi Analisa
Resiko Umum Khusus
1 HAIs ( Plebitis ) Menurunkan Insiden 1. Edukasi staf Laporan triwulan 1. Data triwulan insiden
insiden phlebitis 2. Monitoring dan phlebitis tidak melebihi
phlebitis menurun audit pelaksanaan batas
pemasangan iv 2. SPO sudah selesai
cateter direvisi
3. Monitoring dan
audit pelaksanaan
HH
4. Kaji fas alkes yang
tersedia
5. Monitoring terapi
cairan yang
diberikan apakah
jenis pekat atau
tidak
2 Infeksi Saluran Menurunkan Insiden ISK 1. Edukasi staf 1. Data triwulan insidenm
Kemih insiden ISK menurun 2. Monitoring dan
audit pelaksanaan ISK tidak ada kejadian
pemasangan 2. SPO sudah selesai
kateter urin direvisi
menetap. 3. Perawatan dan
3. Kaji fas alkes penggantian kateter
yang tersedia dilaksanakan sesuai
4. Monitoring dan SPO
audit pelaksanaan
HH
3 Penerapan Meningkatkan Insiden HIs 1. Edukasi staf 1. Tingkat kepatuhan
kebersihan angka menurun 2. Monitoring dan cuci tangan petugas
tangan kepatuhan audit kepatuhan meningkat.
cuci tangan cuci tangan 2. Edukasi HH
3. Kaji fas alkes 3. Fasilitas cuci tangan
yang tersedia tersedia lengkap.
6 Pengontrolan Proses ICRA 1. Tingkatkan 1. Pelaksanaan ICRA RS
infeksi proses pembangunan pembanguna pelaksanaan dan terlaksana
pembangunan, RS dapat n dapat pengawasan 2. SPO sudah direvisi
yang dikontrol terlaksana 2. Kaji fasilitas yang
mengakibatkan dengan baik dengan lancar berhubungan
pasien, petugas oleh dengan
dan pengunjung manajemen
mendapat infeksi dan PPI pelaksanaan ICRA
silang melalui air dengan 3. Monitoring dan
dan udara menerapkan evaluasi dalam
terkontaminasi ICRA pelaksanaan ICRA
7 Penggunaan Meningkatkan Insiden HAIs 1. Edukasi staf 1. Tingkat kepatuhan
APD angka menurun 2. Monitoring dan APD petugas
kepatuhan audit kepatuhan meningkat.
penggunaan penggunaan APD 2. Edukasi penggunaan
APD Kaji fas alkes APD sudah dirutinkan
yang tersedia

Mengetahui,
Direktur, Ketua Tim PPI,

dr. Restu Novianti, M.MKes dr. Mardyah Oktiarini

Anda mungkin juga menyukai