Anda di halaman 1dari 3

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TA. 2022/2023

Mata Ujian : HIPI Smt/Kelas/SKS : 5/D/3 SKS

Dosen : Muhammad Subhan Setowara, S.HI, M.A Metode Ujian : Take Home

Prodi : Hubungan Internasional Waktu : 29/10, 13:00-23:59

Nama : Rizky Muhafid


NIM : 202010360311270
Kelas : D
A. Ketentuan Pengerjaan Soal
1. Tulis Nama, NIM, dan Kelas
2. Kerjakan soal secara rapi, jelas, dan mandiri di tabel yang sudah disediakan
3. File harus dalam format PDF
4. Menulis file dengan format: NIM Lengkap_Nama Lengkap_HIPI_Kelas
Contoh: 202110360311172_Ega Fiandita_HIPI_D
(File tidak dengan format tersebut tidak diterima)
5. Mengumpulkan jawaban pada link google drive yang disediakan oleh dosen, sesuai
dengan waktu yang ditentukan

B. Soal

1. Menurut Anda, HIPI lebih cocok didekati dengan pendekatan normatif atau historis?

Menurut saya HIPI lebih cocok dengan pendekatan historis karena Kehadiran agama semakin
dituntut agar ikut terlibat secara aktif di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
umat manusia. Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi identitas normatif atau hanya berhenti
pada tataran teoritis, melainkan secara konsepsional harus dapat menunjukkan cara- cara yang
paling efektif dalam memecahkan masalah. Pendekatan historis merupakan penelaahan serta
sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara
sistematis, maka dapat dikatan bahwa pendekatan historis dalam kajian islam adalah usaha sadar
dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang
seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan
ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-
hari, sepanjang sejarahnya.
Pendekatan kesejarahan sangat dibutuhkan dalam studi Islam, karena Islam datang kepada
seluruh manusia dalam situasi yang berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatannya masing-
masing. Yaitu bagaimana melakukan pengkajian terhadap berbagai studi keislaman dengan
menggunakan pendekatan histories sebagai salah satu alat (metodologi) untuk menyatakan
kebenaran dari objek kajian itu. Pentingnya pendekatan ini, mengingat karena rata-rata disiplin
keilmuan dalam Islam tidak terlepas dari berbagai peristiwa atau sejarah. Baik yang
berhubungan dengan waktu, lokasi dan format peristiwa yang terjadi.

2. Apakah Anda setuju jika HIPI sebagai ilmu menggunakan pendekatan Islamisasi sains?
Mengapa?

Saya setuju jika HIPI sebagai ilmu menggunakan pendekatan Islamisasi sains karena islamisasi
ilmu pengetahuan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mentransfomasikan nilai-nilai Islam
ke dalam berbagai bidang kehidupan, khusunya ilmu pengetahuan. Dengan Islamisasi ilmu
pengetahuan, dapat diketahui dengan jelas bahwa Islam mengatur semua aspek kehidupan,
bukan hanya mengatur masalah ibadah ritual semacam shalat, puasa, zakat, haji atau mengurus
jenazah. Islam mengintegrasikan masalah dunia dengan akhirat, menyintesis- kan iman, ilmu
dan amal, memadukan dzikir dengan fikir. Singkat- nya Islam mengintegrasikan nilai-nilai
transendental ke dalam segi- segi kehidupan duniawi termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi.
Saat ini dunia didominasi peradaban Barat yang dengan keung- gulan ilmu pengetahuan dan
teknologi menguasai dunia. Peradaban Barat terbukti memberi kontribusi pada munculnya
serangkaian krisis global. Pada kondisi yang demikian, kehadiran ilmu pengetahuan Islami
merupakan suatu kebutuhan bagi umat manusia. Maka proyek Islamisasi ilmu pengetahuan
adalah sebuah megaproyek yang ditunggu hasilnya.

3. Apa yang Anda ketahui tentang Fiqh Al-Siyar, dan kaitkan dengan studi HI!

Kitab Siyar al-Kabir adalah karya yang sangat penting dalam khazanah Islam karena kemudian
diadopsi oleh kekuatan-kekuatan besar Islam yaitu Kekhalifahan Abbasiyah dan juga Turki
Utsmani. Mereka ini merupakan tonggak utama kekuatan Islam di hadapan dunia, dan kitab
inilah yang memandu bagaimana kedua negara Islam ini berinteraksi dengan negara lain. Perlu
diingat bahwa di bawah panji-panji merekalah umat Islam menjadi kekuatan besar yang disegani
dunia bahkan melawan bangsa Eropa. Dalam teori HI perspektif Islam, sejarah juga memiliki
kontribusi yang sangat penting. Sejarah, dalam hal ini adalah sirah nabawiyah, merupakan
sumber utama kedua setelah Al Quran dari bangunan teori HI Islam (Tadjbakhsh, 2010: 185).
Sirah nabawiyah berisi rekaman bagaiman nabi menerapkan apa-apa yang ada di dalam Al
Quran dalam tataran praktis. Posisi Nabi sebagai sosok yang terbebas dari dosa (ma‟shum) dan
teladan (uswah) menjadikan apa yang dilakukan Nabi juga menjadi sumber hukum. Di sisi lain,
Nabi juga memiliki dimensi manusia dan terikat oleh konteks sejarah di mana beliau hidup. Dari
setiap perbuatan Nabi terdapat konteks ruang dan waktu yang mempengaruhinya. Oleh karena
itu untuk memahami perilaku nabi dalam sirah nabawiyah diperlukan pendekatan yang
kompleks. Pendekatan yang mampu menangkap setiap perbuatan nabi yang terjadi dalam
sejarah memiliki dimensi transendental (wahyu) dan dimensi sosial kemanusiaan. Perbuatan
nabi memiliki unsur ilahiah dan juga unsur manusiawi. Perbuatan nabi memiliki dimensi
spiritual dan material sekaligus. Bersama dengan Al Quran, Sirah Nabawiyah telah menjadi
sumber utama bangunan teori hubungan internasional (HI) dalam perspektif Islam. Teori klasik
hubungan internasional Islam yang dikenal dengan siyar dirumuskan oleh para ahli fiqih pada
era klasik Islam. Pendekatan hukum yang digunakan menjadikan siyar bersifat sangat normatif.
Siyar lebih tepat diterjemahkan sebagai Islamic law of nations dari pada theory of internasional
relations in islamic perspective. Ketika dihadapkan dengan perkembangan HI kontemporer,
pengambilan sumber dari Al Quran relatif kurang problematis karena Al Quran lebih banyak
mengandung nilai-nilai yang universal dan global. Sementara penyandaran HI dengan sirah
nabawiyah lebih problematis karena berbicara tentang peristiwa-peristiwa spesifik yang terjadi
pada periode Rasulullah Muhammad SAW. Terdapat masalah perbedaan ruang-waktu (space-
time problem) yang sangat mungkin akan membawa kepada ketidaktepatan penafsiran jika
dikaitkan dengan realitas HI kontemporer. Oleh karena itu dalam menyusun bangunan teori HI
Islam kontemporer diperlukan pendekatan yang tepat dalam menggunakan sirah nabawiyah
sebagai sumber teorisasi.
4. Apa yang Anda ketahui tentang Perjanjian Hudaibiyah dan Piagam Madinah? Kaitkan dengan
studi HI!

Perjanjian Hudaibiyah yang disepakati itu mengandung butir-butir pokok sebagai berikut:
1. Genjatan senjata diadakan selama 10 tahun. Tidak ada permusuhan dan tindakan buruk
terhadap masing-masing dari kedua belah pihak selama masa itu.
2. Jika ada orang dari pihak mushrikin Quraysh yang datang kepada Rasululah tanpa seizin
walinya maka ia harus dikembalikan kepada mereka. Sebaliknya kalau ada dari pengikut
Rasulullah yang menyeberang ke kaum mushrikin Quraysh, maka ia tidak dikembalikan kepada
Rasulullah.
72
3. Orang-orang Arab atau kabilah-kabilah yang berada di luar perjanjian itu dibolehkan menjalin
persekutuan dengan salah satu pihak dalam perjanjian berdasarkan keinginannya.
4. Tahun ini Rasulullah bersama dengan rombongan belum diperkenankan memasuki Makkah
tetapi tahun depan dan dengan syarat hanya tiga hari tanpa membawa senjata kecuali pedang di
dalam sarung.
5. Perjanjian ini diikat atas dasar ketulusan dan kesedian penuh untuk melaksanakannya, tanpa
penipuan atau penyelewengan.
Sedangkan Madinah Charter (Piagam Madinah) berisi persatuan umat Islam dan non muslim,
perjanjian perdamaian, dan perjanjian kerja sama. Di antara butir-butir terpenting dari prinsip-
prinsip Piagam tersebut adalah al- musawah (persamaan kedudukan sebagai warga), al-
hurriyyah (kebebasan berlandaskan syari’at), al-adalah (keadilan), al-ukhuwwah (persaudaraan)
dan al-tasamuh (toleransi). Di sinilah pemerintahan Islam (khilafah) mulai dibangun dengan
metode dan struktur pemerintahannya. Pada saat pemerintahan Islam yang pertama yang
berpusat di Madinah tersebut, pemerintahan Islam telah memulai hubungan internasionalnya
dengan mengirimkan para diplomat untuk menyampaikan dakwah Islam kepada para penguasa
di belahan yang lain di dunia. Beberapa di antaranya kepada Najasy di Habasyah (Ethiopia),
Hiroklius penguasa Romawi (Roa), Kisra penguasa Persia (Iran), Muqauqis di Yaman, dan lain-
lain. Dakwah terus berkembang dan mencapai ke negeri-negeri yang sangat jauh. Selain
mendapatkan kemenangan dalam merekrut manusia ke dalam Islam, tetapi juga Islam semakin
tersebar ke seluruh dunia. Persia, Mesir, Yerussalem, Romawi dan sebagainya jatuh ke
pangkuan Islam. Dalam kondisi itulah interaksi antar manusia, kelompok dan negara tidak dapat
dihindari, dan tuntutan kepada aturan yang jelas bagi aktivitas mereka menjadi suatu keharusan
dalam bentuk kesepakatan, perjanjian dan aturan yang selanjutnya menjadi hukum internasional.
Yaitu merupakan suatu tata hukum dengan ketentuan-ketentuan yang mengatur pergaulan antara
negara dan dalam rangka itu mengatur pula hubungan di antaranya.

Anda mungkin juga menyukai