Anda di halaman 1dari 29

PENDEKATAN HISTORIS DALAM PANDANGAN ISLAM

Muhammad Robiussani

Abstrak : Pendekatan historis dalam agama itu sangat penting untuk di ketahui atau di
pelajari, karena agama merupakan suatu bentuk keyakinan manusia itu sendiri untuk menentukan
siapa tuhannya dan juga untuk bersosial di masyarakat. Dengan adanya pendekatan historis
manusia akan masuk pada kebenaran berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Orang yang
ingin mengetahui tentang Al-Qur'an atau peristiwa-peristiwa yang menyertai turunnya Al-
Qur'an. Tujuan dari pendekatan sejarah adalah untuk merekonstruksi masa lalu masa lampau
secara sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan, Evaluasi, Validasi, dan Sintesis
Bukti Menetapkan fakta dan menarik kesimpulan yang kuat.
Melalui pendekatan sejarah, seseorang diajak keluar dari alam idealis pengalaman dan
mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan Lihat celah atau harmoni antara konten yang
disertakan Idealisme versus mereka yang berada di bidang pengalaman dan sejarah. lalu
bidang Sejarah ada di mana-mana dan mencakup pengalaman manusia.

Pendahuluan

Pendekatan historis adalah studi dan sumber-sumber lainnya yang berisi


inormasi tentang masa lalu dan dilakukan secara sistematik, maka dapat dikatakan
bahwa pendekatan histosis atau sejarah dalam studi islam adalah usaha sadar dan
sistematis untuk mengetahui dan meahami serta berdiskusi secara mendalam
tentang hal-hal yang kompleks dan berkaitan dengan agama islam, baik yang
menyangkut doktrin, sejarah, dan implementasi aktual dalam kondisi nyata
kehidupan sehari hari melalui sejarah1. Pendekatan dari sudut pandang
terminologi adalah cara pandang atau paradigma dalam bidang keilmuan
Kemudian terbiasa memahami agama. Pendekatan historis dalam kajian Islam
adalah sebuah keniscayaan guna menghadapi kencangnya (progresivitas)
problematika kemanusiaan2.

Pendekatan historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang


berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis, maka
dapat dikatan bahwa pendekatan historis dalam kajian islam adalah usaha sadar
dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara
mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama
1
Chairunnisa,Andi Prastowo Maddika : Journal of Islamic Family Law SEJARAH PENGHARAMAN HUKUM KHAMR DALAM
ISLAM MELALUI PENDEKATAN HISTORIS Vol.2, No.2, Desember-2022
2
Nasitotul Janah Cakrawala: Jurnal Studi Islam Pendekatan Normativitas dan Historisitas Serta Implikasinya
dalam Perkembangan Pemikiran Islam Vol. 13 No. 2 (2018) pp. 102-119
Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik
pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya3.

Sejarah berasal dari bahasa Arab Syajarotun, artinya pohon. frasa ini
Perkembangan kemudian menjadi akar, keturunan, asal usul, sejarah dan sisila.
Dalam bahasa Inggris, kata sejarah dikenal dengan sebutan history, yang berasal
dari bahasa yunani istoria yang berarti ilmu. Namun menurut kamus Bersar
Bahasa Indonesia (KBBI) Sejarah mempunyi arti; 1 asal-usul (keturunan) silsilah;
2 kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; riwayat;
tambo: cerita; 3 pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yg benar-
benar terjadi dl masa lampau; ilmu sejarah.

Sejarah adalah ilmu tentang manusia dalam dimensi waktu dan tempat
(ruang).Sejarah tidak mempelajari masalampau sebagai peninggalan dari
masalampau seperti dokumen, arsip, catatan, dan informasi serta kesaksian lisan 4.
Sejarah berasal dari bahasa Arab Syajarotun yang berarti pohon. Kata ini
berkembang kemudian menjadi akar, keturunan, asalusul, riwayat dan sisilah.
Dalam bahasa Inggris, kata sejarah dikenal dengan sebutan history, yang
berasal dari bahasa yunani istoria yang berarti ilmu 5. Dari beberapa implikasi
di atas, sejarah berlangsung di Dulu, itu semua terkait dengan masyarakat,
pendidikan, dll. Itu benar-benar terjadi. Dari sinilah pendekatan sejarah studi
Islam dapat dijelaskan perspektif subjek yang dipelajari secara ilmiah Berdasarkan
sejarah. Tentu saja, sejarah yang muncul adalah Sejarah yang berkaitan dengan
studi Islam adalah objeknya. dalam teori pernyataan Metode sejarah dalam
penelitian harus sangat kuat agar hal ini tidak terjadi Munculnya pendekatan
teoretis lainnya. karena munculnya metode sendiri Dalam Studi Islam, program
penelitian mempersempit ruang lingkupnya cara memandang objek penelitian.
Jadi ketika ada teori Orang lain akan mengembalikan ulasan ke sifat umum

3
Sri Haryanto Jurnal Ilmiah Studi Islam PENDEKATAN HISTORIS DALAM STUDI ISLAM Volume. 17. No. 1. Desember 2017
127-135
4
Setiadi Sulaiman Jurnal Sejarah Lontar PENDEKATAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Vol.9 No.1 januari-Juni
2012 9-21
5
Mochamad Afroni Jurnal Madaniyah PENDEKATAN SEJARAH DALAM STUDI ISLAM Volume 9 Nomor 2 Edisi Agustus 2019
268-276
Kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif di dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh
hanya sekedar menjadi identitas normatif atau hanya berhenti pada tataran teoritis,
melainkan secara konsepsional harus dapat menunjukkan caracara yang paling
efektif dalam memecahkan masalah. Tuntutan terhadap agama yang demikian itu
dapat dijawab apabila pengkajian agama yang selama ini banyak menggunakan
pendekatan teologis normatif harus dilengkapi dengan pengkajian agama yang
menggunakan pendekatan lain yang secara operasional konseptual dapat
memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.6

Menurut bahasa kata metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui)
dan “hodos” (jalan, cara)7. pendekatan doktrin yang mendalam Studi Islam adalah
pendekatan untuk melihat Islam sebagai ajaran agama yang idealnya harus
diamalkan. Metode ini juga terkenal menggunakan metode standar. Meskipun
metode ilmiah adalah metode Dengan memandang Islam sebagai ilmu.
Dalam konteks ini, Amin Abdullah berpendapat bahwa dalam kajian
Islam, Diperlukan lebih dari pendekatan doktrinal, dalam hal ini dia Sebut saja
pendekatan filosofis-teologis, tetapi juga pendekatan Menurutnya, ada dua jenis,
pendekatan linguistik-historisdan metode sosiologis antropologis.
Pembahasan

Pengertian Pendekatan Sejarah


Munculnya istilah kajian Islam yang dikenal di dunia Barat sebagai
Islamic Studies dan Dirasah Islamiyah di Dunia Islam. Meskipun Otentisitas
penelitian ilmiah Islam tidak dapat disangkal, tetapi dalam Para ahli masih
memperdebatkan pertanyaan tentang studi Islam dapat memasuki bidang
keilmuan, mengingat sifat dan Karakteristik sains dan agama berbeda. Studi
Islam, Pada masa awal, khususnya pada masa Nabi SAW. dilanjutkan dengan

6
Sri Haryanto,PENDEKATAN HISTORIS DALAM STUDI ISLAM,Jurnal Ilmiah Studi Islam,Volume. 17. No. 1. Desember
2017,127-135
7
Rini Fitria, Rafinita Aditia JURNAL ILMIAH SYIAR Prospek dan Tantangan Dakwah Bil Qalam sebagai Metode Komunikasi
Dakwah Vol. 19, No. 02, Desember 2019; hlm. 224-234
pendamping masjid. Pusat Studi Islam diungkapkan oleh Ahmad Amin, Terletak
di wilayah Hijaz yang berpusat di Mekkah dan Madinah; Irak di Basra dan
Kufah dan Damaskus.
Pada masa pemerintahan Abbasiyah, kajian Islam dipusatkan di Bagdad, Beit al-
Hikmah, sedangkan pemerintahan Islam Spanyol dimulai dengan Universitas
Kordoba. Pemerintahan dinasti Abbasiyah telah berkembang pesat dan menjadi
kiblatbagi bangsa di seluruh dunia. Hal ini tentu dapat dijadikan sebagai
indikator bahwa dinasti Abbasiyah telah mencapai puncak kejayaannya 8. Dan di
Mesir, berpusat di sekitar Universitas Al-Azhar Didirikan oleh dinasti Fatimiyah
keluar dari sekte Syiah, studi Islam kini berkembang di hampir semua negara,
baik Islam maupun non-Islam.

Islam memang menarik dan bisa menjadi objek kajian mendalam Tentu
saja kajian Islam harus berpedoman pada dua sumber otentik Yakni Al Quran
dan Hadits. Studi Islam sebagai Disiplin Ilmiah itu sendiri terkait erat dengan
pertanyaan tentang metode dan metode akan digunakan untuk penelitian. metode
merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka kegiatan penelitian Hubungan
dengan subjek atau metode realisasi memahami pertanyaan penelitian. Beberapa
metode penelitian Islam termasuk pendekatan teologis kanonik.

Pendekatan Historis dalam Studi Islam


Kata sejarah berasal dari bahasa arab syajarah, artinya pohon, istilah
Fakta yang berkaitan dengan sejarah berkaitan dengan syajarat alnasab, pohon
silsilah yang dikenal di masa lalu sebagai sejarah keluarga, atau kata kerja
syajara juga berarti terjadi, terjadi dan berkembang. Dalam sejarahnya, sejarah
dipahami memiliki arti yang sama dengan tanggal (Arab), istora (Yunani),

8
Mahfud Ifendi FENOMENA : Jurnal Penelitian DINASTI ABBASIYAH: STUDI ANALISIS LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Volume 12, No. 2, 2020 139-160
history, atau geschichte (Jerman), artinya hanya peristiwa masa lalu yang
melibatkan manusia. Sejarawan memiliki pendapat yang berbeda ketika
menafsirkan kata sejarah Misalnya, Edward Freeman, misalnya menyatakan
historis adalah politik masa lampau (history is past politics) 9. Pada saat yang
sama, Ernst Bernheim menyebut sejarah sebagai ilmu yang dikembangkan
manusia dalam usahanya sebagai makhluk sosial.
Sejarawan Indonesia seperti Sartono Kartodirdjo, dalam Pendekatan ilmu
sosial dalam metodologi sejarah membagi konsep sejarah menjadi istilah
subjektif dan objektif. Pertama, sejarah dalam pengertian subjektif adalah
konstruksi, bangunan yang disusun pengarang sebagai gambaran atau cerita.
Deskripsi atau cerita adalah satuan atau satuan yang berisi fakta-fakta yang
berkaitan dengan Menggambarkan fenomena sejarah, termasuk proses dan
struktur; kedua, Sejarah dalam arti obyektif mengacu pada peristiwa atau
peristiwa itu sendiri, yaitu proses sejarah dalam realitas. sebuah acara Kejadian
tidak dapat diulang atau digandakan. Sedangkan metode teologis normatif
digunakan untuk memahami pendidikan Islam yang terkandung dalam al-
Qur’an dan hadis.

Dari berbagai pendapat di atas, kita bisa menarik garis merah, yaitu
sejarah merupakan gambaran dari suatu kejadian atau peristiwa masa lalu
Pengalaman masa lalu manusia, diatur secara ilmiah, termasuk urutannya
Diberikan waktu, berikan penjelasan dan analisis kritis agar dapat dimengerti
Dan mendapatkannya. dengan kata lain, secara historis ada objek peristiwa
(apa), siapa yang melakukannya (siapa), waktu (kapan), Lokasi (di mana) dan
latar belakang (mengapa). semua aspek ini Kemudian secara sistematis susun
dan uraikan relasinya Satu bagian berhubungan erat dengan bagian lainnya. jika
dengan Kajian Islam dapat disimpulkan bahwa mempelajari sejarah Islam Dari
sudut pandang sejarah, analisis awal dan akhir perkembangannya Nah, karena
Islam tidak bisa dipisahkan dari sejarahnya. Pendekatan sejarah adalah studi

9
Sri Haryanto,PENDEKATAN HISTORIS DALAM STUDI ISLAM,Jurnal Ilmiah Studi Islam,Volume. 17. No. 1. Desember
2017,127-135
serta sumber-sumber lain Mengandung informasi tentang masa lalu dan
dilakukan secara sistematis, dapat dikatakan bahwa pendekatan sejarah dalam
studi Islam adalah upaya sadar dan sistematis untuk mengetahui, memahami dan
membahas secara mendalam hal-hal atau hal-hal yang rumit tersebut. Ini semua
tentang Islam, ini semua tentang ajaran, sejarah maupun praktik-praktik
pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.

Undang seseorang ke dalam situasi melalui metode sejarah Ini sebenarnya


melibatkan pelaksanaan suatu acara. dari sini, Maka seseorang tidak akan
memahami agama dari konteks sejarah, karena pemahaman dari konteks sejarah
akan Mungkin menyesatkan. Mereka yang ingin belajar lebih banyak tentang Al-
Qur'an Misalnya, mereka yang terlibat harus mengetahui sejarah keturunan dari
Al- Al-Qur'an atau peristiwa-peristiwa yang menyertai turunnya Al-Qur'an
Selanjutnya disebut ilmu asbab al-nuzul. Berbekal pengetahuan ini, seseorang
akan dapat mengetahui hikmah yang terkandung dalam sebuah ayat, Sehubungan
dengan hukum-hukum tertentu yang bertujuan menegakkan syariat Islam dari
kesalahpahaman. Pendekatan sejarah ini diharapkan Seseorang yang dapat
memahami nilai sejarah Islam. yang seperti itu membentuk manusia sejarah yang
sadar akan eksistensi Islam, Dapat memahami nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya.
Mengingat besarnya peranan pendekatan sejarah ini, maka diharapkan
Akan ada semangat ilmiah untuk mempelajari lebih lanjut beberapa Acara Terkait
Kajian Islam disiplin ilmu, semoga dari penemuan-penemuan ini semakin banyak
Praktikkan metode pemurnian ini secara mendalam dan buka tabir kekuatan
Hidup lebih layak sesuai keinginan syara, ingat Metode sejarah memiliki caranya
sendiri dalam memandang masa lalu Kelola masa kini dan masa depan.
Metode sejarah dapat diterapkan untuk mempelajari sumber-sumber Islam
Atau mempelajari Al-Qur'an dan Hadits seperti:

Fenomena orang sholat sambil mabuk.


Ada dasar kanonik dalam Al-Qur'an "Jangan dekati shalat di saat engkau
mabuk. “Ada makna melalui kata-kata, Jika seorang laki-laki mabuk, janganlah
dia shalat sampai dia sadar. Namun Ini juga memberi kesan bahwa mabuk
diperbolehkan di luar sholat. Jelas salah. gugus kalimat Hal ini harus dipahami
melalui pendekatan sejarah asbabun nuzul. Ayat ini merupakan rangkaian perintah
khamr. Aslinya khamr Hanya menyebutkan banyak madharat dibandingkan
dengan keuntungan. Kemudian ayat di atas menekankan untuk tidak berdoa Saat
mabuk, diakhiri dengan larangan khamr di ayat lain. Oleh karena itu, dengan
mempelajari kitab suci secara historis, tidak akan terjadi salah tafsir Pahami arti
dari sebuah ayat.

Kitab paling awal yang ditulis oleh umat Islam adalah Kitab Allah
Awalnya mereka ragu untuk menuliskannya. Pembantaian penghafal Al-
Qur'an Perang Riddah (Perang Melawan Murtad) dan Perang melawan nabi palsu
itulah yang membuat mereka menulis Kitab Suci Allah. Ini karena takut akan
kitab suci Allah Hilang dan terlupakan. Orang yang ingin memahami Al-Qur'an
dengan benar, misalnya siapa Yang bersangkutan harus mempelajari Al-Qur'an
atau wahyu peristiwa tersebut Dengan diturunkannya Al-Qur'an, selanjutnya
disebut Sains sebagai Asbab al-Nuzul (Ilmu tentang Alasan Kemunduran Al-
Qur'an) Ini pada dasarnya berisi sejarah turunnya ayat-ayat Al-Qur'an.

Keraguan yang lebih besar terjadi tatkala akan dilakukan penulisan hadist-
hadist Rasulullah
Setelah menulis, akan ada keraguan yang lebih besar Hadits Nabi
Muhammad. Hadits Nabi tidak dituliskan karena takut tertukar Dicampur dengan
Al-Qur'an. Ketika Abu Bakar memerintah manusia Ini bukan untuk menceritakan
kembali kata-kata nabi. Umar lalu Meneruskan tradisi Abu Bakar. Penulisan
hadits ini tidak dimulai ke-2 Hijriah atau kecuali pertengahan abad ke-2 abad ke 8.

Urgensi Pendekatan Sejarah dalam Pengkajian Pendidikan Islam


Sejarawan telah mendefinisikan sejarah menurut perspektif yang berbeda,
seringkali berdasarkan keahlian mereka dalam bidang sejarah tertentu. Di antara
para ahli itu relatif Menurut W. memberikan definisi yang lebih komprehensif
tentang makna sejarah. Bola, seperti dikutip Dudung, sejarah salah ilmu yang
berusaha mendeskripsikan dan menjelaskan Fenomena kehidupan ada selama
mereka berubah hubungan antara manusia dan masyarakat. lihat dampaknya
dalam periode tindak lanjut atau dalam kaitannya dengan kualitas Mereka yang
berbeda dan fokus untuk membuat perbedaan Sementara dan terkait dengan tidak
dapat diproduksi kembali Oleh karena itu, menekankan pentingnya sejarah
sebagai ilmu Pengetahuan, pada kenyataannya, adalah "pengetahuan Masa lalu di
dunia, perubahan hidup Uniknya, peristiwa itu berdampak pada era-
era selanjutnya.
Dalam pengertian tradisional, sejarah adalah sebuah cerita (naratif) tentang
peristiwa masa lalu. dalam cerita seperti itu Mengungkapkan fakta tentang apa,
siapa, kapan, dimana dan bagaimana masalah terjadi. Narasi sejarah ini mudah
ditemukan di Kehidupan sehari-hari, misalnya menunjukkan tempat juru kunci
Tokoh sejarah, Abdi Dalem Kraton atau dakwah agama Ini menceritakan tentang
teladan para pemimpin agama. Model Narasi sejarah seperti itu lebih menekankan
pada kemampuan Gunakan gaya bahasa yang menarik dan menarik perhatian
pembaca atau penonton. Sejarah naratif dapat diproduksi oleh penulis non-
profesional Sejarah juga dapat ditulis tanpa teori dan metodologi.
Dibandingkan dengan sejarah naratif di atas, itulah yang disebut
“Menganalisis (Mengkritik) Sejarah”. Pendekatan historis ini ditunjukkan dalam
Menulis masa lalu bukan hanya untuk Ceritakan peristiwa, tetapi juga jelaskan
peristiwa itu Dengan mempelajari sebab dan akibat. Dalam hal ini, peristiwa masa
lalu Analisis mendalam tentang sebab dan akibat, kondisi, Konteks dan elemen
sebagai komponen dan indeks dari proses sejarah yang dipelajari. Jadi belajarlah
Pendidikan Islam Membutuhkan Alat Dari Perspektif Sejarah Analitis Bantuan,
yaitu dalam metode membutuhkan metode, Untuk memahami karakteristik
pendekatan deep history Periksa keaslian pendidikan Islam.
Proses realisasi sejarah sebenarnya tergantung pada bentuk Pengungkapan
kembali, yaitu dalam bentuk pernyataan Dan inilah sebetulnya yang disebut “fakta
sejarah” yang merupakan produk dari proses mental (sejarawan) atau memori
yang merupakan hasil konstruksi subjek. Perlu diketahui, bahwa fakta tidak sama
dengan data, sebab yang disebut terakhir adalah bahan yang memerlukan
pengolahan, penyeleksian, pengkategorisasian, yang kesemuanya berdasarkan
kriteria seleksi tertentu, tergantung kepada subjek yang melakukan pengkajian.

Ciri lain dari metode sejarah adalah Tentang objek penelitian. barang-
barang buatan sejarawan Mengacu pada manusia (man), waktu (time) dan space
(ruang) atau tempat ini. Jadi apa tujuan dari penelitian sejarah? Semua usaha
manusia pada waktu tertentu dan di tempat tertentu. Untuk benda bersejarah
seperti itu, setidaknya ada tujuh domain kehidupan yang dibahas secara historis:
1), Keluarga/Seks, 2) Tubuh, 3) Ekonomi, 4) Politik, 5) Sains
Pengetahuan/Pendidikan, 6) Kesenian, dan 7) Agama. hal ketujuh Sejarah ini bisa
dilakukan dengan mempelajari sisi kemanusiaannya Secara individu dan kolektif,
dan dalam hal tempat, itu bisa Berdasarkan batas negara, wilayah, distrik, distrik,
dll. Membatasi objek berdasarkan ruang juga biasa disebut dengan satuan sejarah.
Keterbatasan temporal objek-objek ini akan terkait dengan periodisasi sejarah.
Perjalanan sesuatu unit sejarah memang selalu mengalami pasang surut, maka
mempelajarinya akan mengalami kesulitan jika tidak dibagi dalam tahapan yang
mempunyai ciri khusus dan merupakan satu kebulatan untuk satu jangka waktu.
Rangkaian dari tahapan-tahapan sejarah yang termuat dalam satu kerangka itulah
yang dinamakan periodesasi sejarah. Perjalanan sesuatu unit sejarah memang
selalu mengalami pasang surut, maka mempelajarinya akan mengalami kesulitan
jika tidak dibagi dalam tahapan yang mempunyai ciri khusus dan merupakan satu
kebulatan untuk satu jangka waktu. Rangkaian dari tahapan-tahapan sejarah yang
termuat dalam satu kerangka itulah yang dinamakan periodesasi sejarah.

Metode dan pendekatan sejarah dalam kajian Pendidikan islam


Saya telah menemukan setidaknya dua fakta dalam hidup saya. Pertama,
realitas perjanjian, yaitu segalanya Ini dianggap benar karena kami setuju untuk
mendefinisikannya sebagai realitas; realitas yang dialami oleh orang lain, kita
mengenalinya sebagai Realitas. Kedua, realitas berdasarkan pengalaman kita
sendiri (realitas yang dialami). Berdasarkan kedua fakta tersebut, Pengetahuan
juga dari dua jenis; pengetahuan yang diperoleh Persetujuan dan pengetahuan
diperoleh melalui pengalaman langsung atau mengamati. Pengetahuan awal
diperoleh dengan Percaya apa kata orang lain, karena kita tidak belajar semua
melalui pengalaman kita sendiri.
Betapapun beragamnya pengetahuan, hanya ada satu hal Harus diingat
bahwa setiap jenis pengetahuan membutuhkan (untuk mengklaim) sehingga
seseorang mengkonstruksi apa yang "diketahui" menjadi sesuatu Valid atau benar.
Sumber pengetahuan kedua adalah autoritas (authority), yaitu pengetahuan yang
dihasilkan melalui penemuanpenemuan baru oleh mereka yang mempunyai
wewenang dan keahlian di bidangnya. Penerimaan autoritas sebagai pengetahuan
bergantung padastatus orang yang menemukannya atau menyampaikannya.
Sains dalam arti ilmiah sebagai lawan dari pengetahuan Menyediakan dua
bentuk realitas (realitas) metode, atau realitas yang disepakati dan realitas yang
dialami, melalui penalaran pribadi, Artinya, cara khusus untuk menemukan
realitas. Sains menyediakan metode khusus yang disebut metodologi, yaitu Tahu.
Cara terbaik untuk memperoleh pengetahuan adalah metode ilmiah
(metode ilmiah). Pelajari tentang metode ini terlebih dahulu Pengetahuan harus
dipahami. Sains dalam arti ilmiah dapat membedakan Pengetahuan dalam arti
pengetahuan. sains adalah pengetahuan yang sistematis. Sains mulai
mengeksplorasi Pengalaman manusia tidak berhenti pada batas pengalaman itu.
pengetahuan yang mendalam Pengertian ini tidak berurusan dengan soal surga
atau neraka, karena Keduanya berada di luar jangkauan pengalaman manusia. dan
juga Tentang keadaan sebelum dan sesudah kematian, bukan objekPencarian
Pengetahuan. Hal-hal seperti ini menjadi pelajaran agama. Namun demikian,
pengetahuan agama yang telah tersusun secara sistematik, terstruktur, dan
berdisiplin, dapat juga dinyatakan sebagai ilmu agama.
Menurut Ibnu Taimiyyah ilmu apapun mempunyai dua macam sifat:
tabi’dan matbu’10. Sifat pertama dari pengetahuan adalah ilmu yang objeknya
tidak memerlukan pengetahuan tentang si untuk keberadaannya Keberadaan
subjek sehubungan dengan objek. Ciri pengetahuan yang kedua adalah ilmu yang
keberadaan objeknya bergantung pada pengetahuan dan kehendak subjek.
Berdasarkan teori-teori ilmiah di atas, ilmu pengetahuan dibagi menjadi
dua cabang besar. Yang pertama adalah ilmu tentang Tuhan, yang kedua adalah
ilmu tentang ciptaan Ciptaan Tuhan. Ilmu yang pertama lahir kalam atau Teologi,
Ilmu Kedua melahirkan Ilmu Tafsir, Sunnah, Doktrin dan metodologi umum.
penggunaan ilmu alam Metode ilmiah termasuk dalam cabang ilmu yang kedua.
Menurut Ibnu Taimiyyah, jenis ilmu yang kedua bisa Menurut pemahaman
para ahli ilmiah modern, itu setara dengan sains, Artinya, ilmu prosedur
berdasarkan metode ilmiah dan prinsip-prinsipnya. Metode di sini berarti cara
mengetahui sesuatu Ada langkah-langkah sistematis. Meskipun penelitian tentang
Aturan dalam metode disebut metodologi. dengan Untuk alasan ini, metode ilmiah
sering disebut sebagai proses pengujian hipotesis yang logis Ini adalah kombinasi
dari metode deduktif dan induktif. Dengan latar belakang inilah ilmu agama
dalam Islamic Studies berada Sebagai disiplin ilmu yang mandiri, maka harus
dipelajari dengan menggunakan prosedur ilmiah. Itu adalah metode dan cara
menggunakan Sistematis dan terukur sesuai dengan persyaratan ilmiah.
Untuk mempelajari pendidikan Islam, perlu untuk memahami dan Kuasai
metode yang benar. Penguasaan Seleksi dan Akurasi Metode tidak bisa dianggap
sepele. Karena metode itu hak memungkinkan seseorang untuk mengembangkan
pengetahuan itu sudah. Sebaliknya, mereka yang tidak menguasai metode saja
10
Syarifuddin “Jurnal Studi Pemikiran Pendidikan Agama Islam” PENDEKATAN HISTORIS DALAM PENGKAJIAN
PENDIDIKAN ISLAM Vol. XII No. 2 Juli 2015 1-13
Jadilah konsumen pengetahuan, bukan produsen. jadi Kesadaran akan
kemampuan menguasai materi keilmuan tertentu Perlu diimbangi dengan
kompetensi bidang metodologi agar Pengetahuan mereka dapat dikembangkan.
Dalam Metode Pembelajaran Islam - Umum dan Pendidikan Terutama
Islam - yang telah ada secara historis, secara garis besar bisa terbagi menjadi dua.
Metode perbandingan, yaitu suatu metode Memahami Agama dengan
Membandingkan Semua Aspek Batin Islam dan agama lainnya. lewat sini
Pemahaman yang obyektif dan lengkap tentang Islam akan dihasilkan. dua arah
Sintesis, yaitu cara memahami Islam yang menggabungkan Metode ilmiah
bersifat rasional, objektif, kritis dan Demikian juga dengan pendekatan teologis
normatif.
Metode untuk Memahami Pendidikan Islam mungkin suatu hari nanti
dianggap tidak cukup, jadi Pendekatan baru diperlukan dan harus terus didorong
oleh pembaru. Dalam konteks penelitian, metode (metode) berarti tentu saja teori,
metode dan Teknologi penelitian. Banyak metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)11. Diantaranya adalah pendekatan
teologis kanonik, Antropologi, Sosiologi, Psikologi, Sejarah, Budaya dan Metode
filosofis. Metode yang disebutkan di sini di luar konteks penelitian, melainkan
suatu cara pandang atau paradigma yang terkandung dalam a kemudian digunakan
untuk memahami ilmu pendidikan Islam. Terkait hal itu, Jalaluddin Rahmat
menegaskan hal itu Agama dapat dipelajari dengan menggunakan berbagai
paradigma. Realitas Agama yang diekspresikan memiliki nilai kebenaran yang
sesuai dengan Kerangka paradigma. Karena itu tidak ada persoalan apakah
penelitian agama itu penelitian ilmu social, penelitian filosofis, atau penelitian
legalistik.
Mengenai banyak metode, penulis tidak Metode yang ada umumnya
diuraikan, tetapi hanya Menurut metode sejarah dari judul di atas. sejarah atau
sejarah adalah ilmu yang membahas berbagai peristiwa Perhatikan lokasi, waktu,
objek, latar belakang, aktor, dan elemen lainnya dari acara tersebut. Menurut ilmu
ini, semua peristiwa dapat ditelusuri kembali Dengan melihat kapan, di mana,
11
SYAHRAINI TAMBAK Jurnal Al-hikmah Metode Drill dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Vol. 13, No. 2,
Oktober 2016 ISSN 1412-5382
mengapa, dengan siapa itu terjadi 23 Melalui metode sejarah Seseorang diajak
untuk melompat dari alam idealisme ke alam pengalaman dan dunia. Dari situasi
ini seseorang akan melihat kehadirannya kesenjangan atau keselarasan antara
yang terkandung dalam sifat idealis dengan orang-orang di bidang
pengalaman dan sejarah.
Ada kebutuhan besar untuk pendekatan historis ini dalam penelitian
pendidikan Islam, karena pendidikan Islam sendiri berada pada posisi yang buruk
Spesifik bahkan berkaitan dengan kondisi sosial. Kuntowijoyo mendalami hal ini
Menurut pendekatan historis terhadap agama, dalam hal ini Islam. Ketika dia
mempelajari Al-Qur'an, dia sampai pada kesimpulan bahwa Isi Alquran pada
dasarnya terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi konsep dan bagian
kedua berisi cerita. Cerita sejarah dan dongeng.
Pada bagian pertama yang membahas konsep ini, kami menemukan itu
Ada banyak istilah dalam Al-Qur'an yang mengacu pada makna tersebut Konsep
normatif khusus, doktrin etika, aturan hukum, dan ajaran agama secara umum.
Istilah-istilah atau singkatnya pernyataan-pernyataan itu mungkin diangkat dari
konsepkonsep yang telah dikenal oleh masyarakat Arab pada waktu al-Qur’an,
atau bisa jadi merupakan istilah-istilah baru yang dibentuk untuk mendukung
adanya konsep-konsep relegius yang ingin diperkenalkannya. Yang jelas istilah
itu kemudian dintegrasikan ke dalam pandangan dunia al-Qur’an, dan dengan
demikian, lalu menjadi konsep-konsep yang otentik.
Selanjutnya jika pada bagian yang mengandung konsep-konsep, Al-Qur'an
bermaksud untuk mengembangkan pemahaman yang komprehensif tentang nilai-
nilai Islam, dan kemudian berisi cerita dan Alegori, Al-Qur'an ingin mengajak
manusia untuk bermeditasi Dapatkan kebijaksanaan. 25 Melalui pendekatan
sejarah ini, orang diundang Masuki realitas praktik sebuah acara. Dari sini,
seseorang tidak akan mengerti agama keluar dari konteks sejarahnya. seseorang
yang ingin mengetahui al- Misalnya, Al-Qur'an itu benar dan yang terlibat harus
paham Sejarah pewahyuan Al-Qur'an atau peristiwa yang menyertainya Wahyu
al-Qur’an selanjutnya disebut ilmu asbab al-nuzul Ini pada dasarnya berisi sejarah
turunnya ayat-ayat Al-Qur'an. Dengan pengetahuan ini seseorang akan dapat
mengetahui hikmah yang terkandung dalam sesuatu kitab suci yang berkaitan
dengan hukum tertentu dimaksudkan untuk Melindungi hukum Syariah
dari salah tafsir.

Perkembangan Sejarah Modern dan Respon Dunia Islam


Sejarah modern dunia Barat (Eropa) sejak abad ke-14, tidak bisa
Pemisahan dari dunia Islam, rekonstruksi Eropa awal Era modern berdiri dengan
latar belakang anti-hegemoni Dunia Islam di Afrika Utara, Timur Tengah, dan
Eropa Timur. sebagai Misalnya, pada abad ke-15 terjadi tiga peristiwa besar yang
berdampak pada hubungan Islam dan Barat, yaitu: pertama penaklukan Turki
Usmani. terhadap Konstantinopel (1453); kedua, pengusiran umat Islam Spanyol
(Andalusia), Ketiga, Eksplorasi dan Penemuan Dunia Baru Colombus 15 Jadi,
menurut Abu Rabi', berat bagi kami Memahami pembentukan Eropa modern
dalam isolasi dari peristiwa-peristiwa ini dan sehubungan dengan perubahan
internal Eropa (Reformasi) Mempengaruhi Sejarah Modern Dunia Ketiga
(Muslim).
Organisasi politik dan keagamaan di dunia Islam mulai melemah Ada dua
alasan penting untuk awal abad ke-19: pertama, stagnasi ekonomi Pemerintah
pusat (khilafah) dan kegagalannya untuk memodernisasi Masyarakat sebelum
kebangkitan Eropa II Ekspansi Eropa ke dunia Islam. Kolonisasi Eropa atas dunia
Islam mencerminkan stagnasi dunia Islam dan Kekuatan Model Sosial Ekonomi
Eropa. 17 dunia Umat Islam bingung dan cemas dengan kenyataan ini karena
Tercermin dalam tulisan dan perjuangan para intelektual muslim Sebuah survei
politik dan sejarah, melahirkan 4 konsep dasar akan dibahas di bawah ini
1. Modernisasi
Ancaman Eropa terhadap Kekaisaran Ottoman di abad ke-19 M Mendorong
pemerintah pusat untuk melaksanakan program modernisasibernama Tanzimat,
18. Pemerintah mengadopsi Tanzimat Ini akan digunakan sebagai kebijakan
modernisasi top-down. Pelopor Modernisasi Turki saat itu bersifat birokratis,
intelektual, dan ulama'. diharapakan agar dapat menjaga umat. Usaha tersebut
ternyata tidak mampu menyelamatkan kehancuran imperium Turki Usmani pasca
Perang Dunia I (1914-1918), setelah imperium Turki Usmani tersebut berkuasa
selama 7 abad.Namun demikian benih-benih skularistik telah muncul dari
sekelompok kecil intelektual, yang menganggap satu-satunya jalan yang dapat
ditempuh untuk menyelamatkan negara dari keterbelakangan adalah melakukan
“westernisasi”. Bahkan modernisasi di Turki juga telah melahirkan wacana di
tengah-tengah masyarakat mengenai nasionalisme, skularisme, dan ide kemajuan.
2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah ikatan solidaritas politik masyarakat modern dan klaim
yang melegitimasi kekuasaan.20 Gagasan dan semangat nasionalisme muncul di
dunia Muslim Pada tahap kedua abad ke-19, sebagai tanggapan atas penderitaan
dunia Muslim dan tantangan yang dihadapi negara-negara Eropa. 21 Nasionalisme
berarti suatu gerakan Menentang kolonialisme Barat atas nama persatuan nasional
Masyarakat modern yang tidak mau diperintah menguasai negara lain. Namun,
para pemimpin nasionalis di dunia Muslim Tidak ada pertanyaan agama yang
digunakan dalam pidatonya. mereka Ini termasuk Soekarno22 Indonesia, Kemal
Ataturk23 Turki dan Gamal Abd Nasser24 berada di Mesir. Yang menarik dari
mereka adalah meskipun mereka dalam Perjuangannya menunjukkan sikap politik
anti-kolonial (Barat). Mereka berusaha menggunakan filsafat untuk membangun
masyarakat Barat
Nasionalisme yang dikobarkan utnuk melawan imperialisme diarahkan pada
dua hal, spiritual dan institusional.Abu Rabi’ dengan mengutip pendapat Partha
Chatterjee, menejelaskan :
“Nasionalisme berusaha mengamankan kedaulatan nasionalnya, masa lalunya,
dan identitas budaya, di tingkat institusional, ia berusaha untuk membangun
Negara-bangsa dengan belajar dari sains dan institusi Barat menaikkan.
(Nasionalisme mencari kepastian kedaulatan Identitas negara, masa lalu, dan
budaya. pada waktu bersamaan institusi; nasionalisme berusaha untuk
menciptakan Pelajari sains barat dan bangun institusi barat).
Gerakan nasionalis di dunia Islam tidak berhenti di situ nasionalisme besar
nasionalisme besar (wataniyah) tapi tetap jalan Menuju nasionalisme yang lebih
kecil (qawmiyah). olahraga Qawmiyah dunia Islam telah membagi negara
menjadi dua atau lebih negara. misalnya suriah memisahkan diri dari mesir Lalu
ada Sudan, jadi satu negara dibagi menjadi tiga: Suriah, Mesir dan Sudan.
Menarik juga untuk mempelajari nasionalisme India. Kebanyakan orang
Intelektual India pada paruh pertama abad ke-19 tidak ada lagi Peduli agama.
Mereka dipersatukan oleh rasa nasionalisme Perjuangan keras untuk melepaskan
diri dari belenggu kolonial Inggris. baru Pada tahun 1947, Muslim India
memisahkan diri dari wilayah Hindu di India Dan mendirikan negara Pakistan.
Upaya Memecah-pecah Ternyata Tidak semua Muslim India mengikuti, banyak
yang tidak Migrasi dari India ke Pakistan, terutama setelah mendirikan partai
Jama'at Al-Islami yang diprakarsai oleh Al-Maudidi, 26 menolak mentah-mentah
pemisahan, pemisahan hipotesis dan masa depan ISIS terbatas di Pakistan. 27
Pembentukan negara Pakistan tidak bisa menyelesaikan masalah umat Islam di
India. Meskipun Pada tahun 1971, Pakistan kehilangan Pakistan Timur dan
Pakistan Timur merdeka Bangladesh didirikan atas nama Nasionalisme Bengali.
3. Revivalisme
Gerakan Kebangkitan Dunia Islam memiliki empat kelompok utama
mutakhir, yaitu:
A. Revivalisme pra-kolonial Barat;
Mantan Gerakan Kebangkitan Islam Kolonial dapat dilihat bergerak
Wahhabiyah dimulai di Arab Saudi oleh Muhammad ibn Abdul al-Wahhab29
sebagai reaksi terhadap kemunduran internal dunia Islam. mereka mencoba
memulihkan ketertiban kehidupan Masyarakat yang berlandaskan hukum dan
teologi (aqidah) Islam. Untuk tujuan ini, Muhammad ibn Abd al-Wahab membuat
aliansi Bersama dengan keluarga kerajaan Saudi menyebabkan pembentukan
negara Arab modern.
B. Revivalisme Kolonial,
Contoh bentuk revivalisme Islam yang kedua antara lain NU dan
Muhammadiyah Indonesia, Ikhwanul Muslimin Mesir31 dan Jama'ah
Islamiyah di Pakistan. Mereka merupakan gerakan sosial keagamaan yang
berorientasi massa yang berkomitmen untuk membuat program reformasi
pendidikan atau mengontrol kekuasaan politik pemerintahan dalam persiapannya
untuk implementasi syariah (Islam) dalam masyarakat Islam yang lebih luas.
C. Revivalisme Masa Pasca Colonial
Munculnya model revivalis ini adalah pembentukan negara-bangsa di dunia Islam,
pengawasan negara atau pengaturan lembaga-lembaga keagamaan, dan kegagalan
negara-bangsa tersebut dalam berbagai bidang. Gerakan-gerakan semacam itu
mencerminkan interpretasi agama yang ekstrim dan melahirkan kekerasan dalam
mengejar tujuan mereka. Misalnya, gerakan jihadis di Mesir pada 1970-an dan
1980-an, dan gerakan Taliban di Afganistan, semuanya muncul akibat kegagalan
negara-bangsa sekuler membentuk masyarakat sipil.
D. Kebangkitan Pasca-Negara-Bangsa,
Termasuk dalam model kebangkitan ini adalah Taliban di Afghanistan.
Gerakan ini dibentuk untuk mengakhiri kekacauan dan kekerasan dalam rumah
tangga, menghentikan segala bentuk campur tangan asing, dan mengembalikan
martabat masyarakat sipil, pencari suaka, dan perempuan. Kelompok itu juga
termasuk jaringan al Qaeda yang dipimpin oleh Osama bin Laden. Setelah tragedi
11 September 2001, gerakan ini mendapat perhatian dunia.
Menurut Abrabi, semua bentuk revivalisme Islam tersebut tidak terlepas
dari realitas sosial politik dan ekonomi yang melingkupinya. Fenomena Ba'athist
adalah produk dari ketegangan antara "modernisasi nasional" dan "nilai-nilai
Islam" pada tahun 1970-an, seiring dengan tidak adanya demokrasi
domestik.Tujuan mereka bukan hanya untuk kembali ke Islam ortodoks seperti
yang mereka pahami, tetapi untuk Mereka butuh eksistensi dan pengakuan dalam
konteks kekerasan sosial dan militer.Ideologi semua gerakan kebangkitan di dunia
Islam kontemporer telah dicairkan oleh negara.Mereka tidak pernah diberi
kebebasan berbicara dalam lingkungan yang demokratis.Oleh karena itu, selama
masyarakat tidak setara Jika, ketidakadilan dan kurangnya kebebasan
berdemokrasi terus berlanjut di dunia Islam, interpretasi ekstrem atas
Islam akan terus ada.
Wajah Pendidikan di Dunia Islam : Modern atau Tradisional
Pendidikan merupakan sumber utama dan utama bagi peradaban dan
pembangunan sosial. Pendidikan Islam tradisional menjadikan Islam sebagai
objek kesalah pahaman dan ketidak sepakatan di kalangan pemikir pendidikan
Islam. Sebelum membahas lebih lanjut kontroversi pemikiran pendidikan Islam,
Abrabi menempatkan urgensi untuk "menciptakan lingkungan pendidikan yang
beragam dan mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan
di negara-negara Muslim, dan dorongan pemerintah terhadap pendidikan Islam
tradisional Kurikulum baru lebih terbuka." Di luar itu, Abrabi merasa terpanggil
untuk memaparkan konsep “apa itu Islam” sebelum membahas sejarah pendidikan
di dunia Muslim. Tidak ada diskusi tentang Islam yang lengkap baik dalam
literatur Barat maupun Islam. Dengan demikian, Islam menjadi obyek perpecahan
ideologis dari berbagai penulis/kritikus.
Contoh dari penulis Tunisia Abd Majid al-Charfi dalam buku
kontroversialnya The Modernization of Modern Islamic Thought, sebagaimana
dikutip Abrabi, membedakan antara "Islam" dan "pemikiran Islam" (Islamic
thinking/al-fikr al-Islam). "Pemikiran Islam" mengacu pada berbagai cabang
pengetahuan Muslim, yang dikembangkan pada setiap tahap pertumbuhannya, dan
"Islam" mengacu pada hal-hal yang suci dan suci. Abrabi menganggap
penggambaran bidang studi Islam sangat berguna, meskipun pembahasannya pada
akhirnya tidak memuaskan. Oleh karena itu, menurutnya kajian Islam harus
memperhatikan empat pilar, yaitu:
1. Filsafat, teologi dan gagasan
Ada yang membicarakan elite Islam, ada yang membicarakan Islam
kerakyatan, ada yang berlandaskan konsep wahyu Islam, ada yang berlandaskan
praktik sosial Islam.
2. Sudut Pandang Teologis
Dalam bidang teologi, Islam secara terbuka dapat dimaknai sebagai
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang secara teologis dikaitkan dengan semua wahyu
sebelumnya (perspektif sejarah agama) sampai dengan “ketaatan kepada Tuhan
Yang Maha Esa” (Theologically inclusive View).
3. Perspektif Teks (Nash)
Menulis adalah inti utama dari budaya Islam. Al-Qur'an dan As-Sunnah
membentuk dasar tekstual Islam dan mengandung dasar-dasar utama teologi
Islam. Ini bisa menjadi argumen yang valid bahwa sejak awal Islam telah terjadi
hubungan dialektis antara teks (nass) dan sejarah (kemanusiaan) serta antara teks
dan pemikiran manusia. Oleh karena itu, sejarah dan pemikiran Islam merupakan
kombinasi kompleks antara "manusia" dan "tuhan" atau tulisan-tulisan agama
(agama) dengan faktor sosial ekonomi dan politik;
Dalam argumentasi lain, Amin Abdullah menjelaskan: “Pemahaman yang
utuh tentang sosok manusia beragama membutuhkan pendekatan yang 'saling
terkait', seperti teologi, antropologi, dan fenomenologi. Fundamentalisme dan
eksklusionerisme merupakan konsekuensi logis dari pemisahan tiga pendekatan
keilmuan terhadap fenomena tersebut. keragaman manusia yang termanifestasi
dalam individu atau kelompok.Abrabi, melalui kajian sejarahnya, melihat, selain
merekomendasikan ketiga pendekatan tersebut, masyarakat beragama perlu
belajar.
Untuk menambah pemahaman tentang pendidikan Islam, Abrabi mengutip
Ibn Khaldun: “Rasionalitas ilmiah adalah produk dari budaya yang tetap.
Penelitian ilmiah cenderung memburuk jika peradaban mengalami kehilangan
rasa 'kelompok'. Preposisi Khaldhun tentang penciptaan wacana ilmiah
sebenarnya masih berlaku dalam konteks Arab-Muslim kontemporer, karena
Islam pernah menjadi pusat peradaban. Jika sekarang kondisinya berbeda, maka
itu dikarenakan praktisi/ilmuan tradisional itu yang tumpul, atau setidaknya tidak
mau berusaha sehingga tumpul.
Untuk memahami apakah pendidikan Islam itu modern atau tradisional,
dapat didiskusikan beberapa premis: Pertama, elit militer dan politik secara aktif
mendukung lembaga pendidikan tradisional demi mempertahankan status quo.
Ada hubungan simbiosis antara pendidikan dan kekuasaan.
Kedua, karena sentralitas dan kepekaan Islam, negara ikut campur dalam
konstruksi modern studi Islam untuk menjamin netralitas agama dalam isu-isu
sosial dan politik. Dengan demikian, studi Islam hanya terbatas pada bidang
tertutup, yaitu balaghah (retorika bahasa Arab) dan nahwu (tata bahasa Arab).
Ketiga, tidak ada perspektif ilmu sosial dan filsafat kritis. Menurut Abrabi,
yang tinggal di AS selama dua dekade, dia mengamati bahwa sebagian besar
siswa yang belajar di sana (mereka yang menerima beasiswa pemerintah daerah),
terutama yang berasal dari negara-negara Teluk, hanya mempelajari mata
pelajaran yang bebas nilai dan bebas kritis. Seperti administrasi bisnis.
Keempat, studi Islam hanya berputar pada kajian syari’ah dan fiqih yang
kosong dari muatan kritik-politik dan tidak memiliki relevansi dengan situasi
kekinian. Kelima,ada perbedaan yang sangat jelas antara teologi dan politik,
antara teologi dan sosial. Teologi dipahami sebagai ritus, simbol, dan hanya
berupa teks-teks sejarah. Hal itu menimbulkan ketegangan antara pemikiran dan
realitas, antara Islam dan realitas. Menurut Abu Rabi’, kondisi kelima ini
menciptakan kelas intelektual muslim yang terbelakang dalam masyarakat; sangat
mengetahui teks-teks Islam tetapi tidak tahu bagaimana menguji teks-teks secara
kritis dalam hubungannya dengan kondisi sosial dan politik sekitarnya 12. Dampak
pengiringnya adalah lahirnya para intelektual buta dan tidak peka terhadap
permasyalahan di sekitarnya. Mereka lebih tertarik kepada otensitas ajaran
daripada poblem riil masyarakat. Penekanan terhadap hafalan dalam proses
pembelajaran sebagai meno utama, mendorong terciptanya kultur yang berbasis
teks.
Kondisi-kondisi di atas, telah mengarah kekesimpulan bahwa pendidikan
sampai saat ini masih tradisional. Salah satu fakta yang juga sulit untuk dielakan,
pendidikan Islam di negara-negara Islam seperti Afganistan, Pakistan, Malaysia,
dan Indonesia, maupun non Muslim seperti India, adalah merupakan riplika dari
sistem madrasah di Saudi Arabia yang sudah usang.

Elit Kontemporer dan Revivalisme Agama di Dunia Arab


Analisis Abu Rabi’ dalam masalah ini fokus pada kondisi pasca kekalahan
perang bangsa Arab dari Israel pada 1967, peristiwa krusial dalam sejarah dunia

12
Dr. Nurul Mubin, M.S.I Jurnal Paramurobi, SEJARAH (PENDIDIKAN) ISLAM MODERN DALAM PERSPEKTIF IBRAHIM M.
ABU-RABI’ Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018
Arab kontemporer.Walaupun kekalahan tersebut tidak berakibat pada perubahan
politik yang drastis di dunia Arab, namun peristiwa tersebut berpengaruh pada
munculnya gerakan sosial keagamaan dan intelektual baru serta tanggapan yang
beragam atas kekalahan tersebut. Atas kejadian ini Abu Rabi’ menghususkan
pengkajiannya pada hubungan antara agama dan masyarakat yang merupakan
kunci untuk mengungkap kebangkitan agama di dunia Arab abad ke-20.
Beberapa respon atas kekalahan Arab atas Israel tersebut adalah :
pertama,respon yang paling menyakitkan yaitu respon yang telah ditunjukkan oleh
para elit modernyang telah membawa dunia Arab kedalam kekalahan. Mereka
mengeksploitasi simbol-simbol agama untuk kepentingan politik
mereka,menutupi kekalahan Arab atas Israel dengan simbol-simbol dan ide-ide
agama. Bagi mereka agama dijadikan sarana untuk mempertahankan dan
memperoleh tujuan-tujuan politik kekuasaan, bukan merupakan suatu kesalehan.
Kedua, respon yang ditunjukkan oleh para elit intelektual sekuler. Kritik
mereka terfokus pada premis-premis sbb: (a). Perang Arab-Israel adalah perang
peradaban yang berpusat pada kompetensi teknologi. Kekalahan Arab dari Israel
pada tahun 1967 dikarenakan pemerintahan Arab dan masyarakatnya belum
modern, atau tingkat modernisai mereka belum selevel dengan zionis Israel. (b).
Kaum burjuis nasional juga menjadi penyebab kekalahan karena mereka tidak
berpengalaman dalam berpolitik, dan (c). Agama (Islam) adalah penghambat
utama perkembangan masyarakat Arab. Titik ekstrim tersebut sangat jauh, yaitu
menghubungkan segala sesuatu yang berbau Islam dengan kehancuran masyarakat
sipil.
Ketiga;respon berasal dari rasionalis Islam. Yang penting untuk digaris
bawahi disini, yaitu beralihnya intelektual Arab yang berpengaruh berasal dari
kalangan marxis- kritis dan nasionalisme ke-Islam. Respon tersebut bermuara
pada satu tuntutan kolektif masyarakat untuk kembali pada otentisitas Islam.
Kemudian belajar dari universalitas gagasan-gagasan tersebut. Mereka kehilangan
kepercayaan terhadap para elit politik, sehingga mencari jalan pada al-Qur’an
sebagai sumber utama terhadap ketidak stabilan dunia.
Keempat;Respon dalam bentuk kebangkitan Islam.Ada garis pemisah
antara gerakan Islam yang terorganisir dengan gerakan-gerakan massa,
direpresentasikan oleh revivalism. Mereka menyatakan bahwa kekalahan Arab
atas Israel disebabkan karena rejim penguasa menyimpang dari petunjuk ‘Tuhan’
dan lebih memilih pemikiran sekuler daripada Islam.Respon ini semakin
meningkat seiring bermunculannya organisasi-organisasi Islam baru diberbagai
Negara Arab, khususnya Sudan, Tunisia dan Maroko.Mereka semua berargumen
bahwa agama harus melengkapi ideology atas formasi negara yang mereka
serukan.
Selain respon elite di atas, ada dimensi lain yang harus diperhatikan dalam
merespon kekalahan Arab tersebut, yaitu respon dari massa atau masyarakat
biasa.Sejumlah besar masyarakat Arab masih belum menikmati pembangunan dan
modernisasi sebagaimana dinikmati para elite. Di banyak Negara Arab, masih
terdapat jurang pemisah antara elite dengan massa yang kebanyakan masih
termarginalkan, baik secara ekonomi, politik maupun pendidikan. Banyak juga
proses revivalis yang tidak berangkat dari isu politik, tetapi berangkat dari
pencarian identitas keislaman13. Gaya hidup modern para elite penguasa dianggap
bertentangan dengan nilai-nilai Islam.Menurut mereka, kekalahan tahun 1967
menjadi bukti atas hal itu. Respon massa atas kekalahan tersebut tidak hanya
dimanifestasikan dengan peningkatan ibadah ritual semata, namun juga dengan
meningkatkan literature-literatur keislaman untuk bacaan rakyat dan aktivitas
lainnya.
Respon massa Islam atas kekalahan dari Israel tersebut dijustifikasi oleh
beberapa faktor: pertama, kegagalan program modernisasi Negara bangsa pasca
kolonial. Modernisasi menciptakan dualisme, dua Negara (masyarakat) dalam satu
negara, masyarakat urban yang maju dan masyarakat desa/pinggiran yang
terbelakang. Pendidikan yang diadopsi oleh Negara juga tidak mengentaskan
mereka dari kemiskinan;Kedua, kekuasaan yang hanya beredar disegelintir orang
dan hilangnya kebebasan public;Ketiga, penyimpangan demokrasi mengakibatkan
krisis masyarakat sipil dalam berbagai dimensi yang membunuh segala potensi
13
Minhaji, Luluk Maktumah JURNAL LISAN AL-HAL STUDI ISLAM DALAM PENDEKATAN HISTORIS: (Studi Atas Tawaran
Pemikiran Ibrahim M. Abu Rabi’) “Volume 7, No. 1, Juni 2013”
yang tumbuh dari pendidikan, yang mana kepemimpinan hanya diharapkan lahir
dari kalangan militer. Keempat, Negara berusaha menyembunyikan problem-
problem riil dari masyarakat. Teknologi dan media massa dijadikan kamuflase
dengan mengedepankan dunia hiburan massa.
Di Afrika utara, terutama Maroko, Aljazair dan Tunisia, kekalahan tahun
1967 tidak berpengaruh signifikan seperti halnya di Timur Tengah. Namun
kebijakan politik yang samaditerapkan di Negara-negara tersebut sejak
kemerdekaannya. Sejarah panjang penjajahan mengakibatkan mereka berada
dalam ketimpangan ekonomi dan keterbelakangan sosial.Program-program
modernisasi berbenturan dengan masyarakat yang masih tradisional akibat
penjajahan tersebut.Apalagi ditambah dengan terkonsentrasinya kekuasaan pada
segelintir orang, angka pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi dan
migrasi baik internal maupun eksternal serta kegagalan pembangunan ekonomi.

Islam Sebagai Produk Sejarah dan Sasaran Penelitian.


Setelah berjalan selama waktu yang lama, islam secara tidak langsung
mengukir sejarah dan menjadi bagian dari studi Islam. Dianatara poduk ajaran
Islam yang berasal dari sejarah diantaranya adalah Konsep Khulafa al-Rasyidin,
bangunan islam klasik , tengah dan modern. Hasil karya khalifah Al-Mansur
yakni Al-Mawatta’, kitab hadis sebagai kumpulan hadist yang popular saat ini.
Sejarah politik seperti adanya Piagam Madina, Perdagangan di era nabi
Muhammad. Demikian juga Filsafat islam, kalam, fiqih, ushul fiqih juga
merupakan produk sejarah. Sehingga banyak hal dari aspek Sunah Nabi, Politik,
Ekonomi, hingga hukum Islam telah terisi oleh sejarah. Hal inilah perlu adanya
penelitian dengan pendekatan Sejarah. Namun yang harus diketahui dan
diperhatikan penelitian ini tidak menggoyahkan isi kandungan dari objek kajian.

Hanya saja sebagai lebih mengkaji kebenaran yang ada di dalam ajaran Islam.
Hal ini tentunya sebagai ontoh saja betapa sejarah tidak dapat terlepas dari
kejadian Islam. Tentunya kejadian-kejadian yang menjadikan pengaruh dalam
sebuah kebijakan dalam praktek ajaran Islam.
Fiqh dan Tasawwuf Dalam Sejarah Islam
Sering orang membuat dikotomi antara Tasawuf dan Fiqih.Tasawuf
berorientasi kepada masalah esoterik sedang Fiqih kepada eksoterik. Kedua-
duanya adalah produk budaya Islam, yang tidak pernah terdengar pada masa
Rasulullah Saw. Dan apabila ditelusuri secara keseluruhan terhadap ajaran Islam,
antara keduanya tidak terdapat perbedaan, yang ada hanyalah penekanan.
Sebabkeduanya berakar pada tiga pilar penyangga ajaran Islam, yakni, Iman,
Islam dan Ihsan,sebagai mana dinyatakan dalam sebuah hadits yang mengisahkan
dialog antara Nabi Muhammad Saw dengan Malaikat Jibril As. Hadits dimaksud
terjemahannya sebagai berikut:”Abu Hurairah berkata bahwa pada suatu hari
ketika Nabi Saw berada di tengah-tengah sahabat, datanglah seorang laki-laki, lalu
bertanya: Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud iman? Nabi menjawab:
Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya,Kitab-kitabNya,
Rasul-rasulNya, dan engkau beriman kepada hari kebangkitan. Lalu dia bertanya
lagi: Apakah Islam itu? Nabi Saw menjawab: Hendaklah engkau beribadah
kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan shalat
yang diwajibkan, mengeluarkan zakat yang difardukan, dan berpuasa di bulan
Ramadhan. Kemudian dia bertanya lagi: Apakah ihsan itu Nabi menjawab:
Hendaklah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Maka
jika engkau tidak bisa melihat-Nya. ketahuilah bahwa sesungguhnya Dia
melihatmu. Secara esensial, Fiqh bisa ditarik dari "al-Islam " dan Tasawuf berakar
pada"al-Ihsan". aI-Islam berorientasi pada amalia lahiriah (eksoterik), sedang al-
Ihsan pada masalah penghayatan (esoterik).
Fiqih biasa didefinisikan oleh ulama sebagai:"Ilmu yang membicarakan
hukum-hukum syara’ yang berkaitan dengan amaliyah yang digali dari dalil-dalil
yang terinci."Dari definisi tersebut nampak bahwa Fiqih adalah ilmu lahir
(eksoterik) yang membicarakan masalah ibadah (khusus/mahdhah),hukum-hukum
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim, bukan ilmu rasional,
bukan ilmu batin dan bukan akidah. Dengan demikian ilmu ini adalah sarat
dengan norma-norma lahiriah. Dengan Fiqih akan diketahui perbuatan yang
seharusnya dilakukan menurut penilaiansyara’. Karena itutujuan mempelajarinya
adalah untuk mengetahui perbuatan-perbuatan yang diharuskan melakukannya
(wajib), dianjurkan(mandub), dibolehkan (mubah), dicegah(makruh),dandi
larang(haram) menurut syara’.Pendekatan dan metode untuk memperoleh
pengetahuan tentang nilai syara’terhadap perbuatan manusia menggunakan
kaidah-kaidah yang disebut Ushul al-Fiqh.
Apabila Tasawuf berakar pada al-Ihsan, maka dapat diungkapkan secara
sederhana bahwa Tasawuf merupakan kesadaran adanya komunikasi dan dialog
langsung antara seorang muslim dengan Tuhan. Di samping itu Tasawuf
merupakan suatu sistem latihan dengan penuh kesungguhan (riyadhah dan
mujahadah) untuk membersihkan, mempertinggi, dan memperdalam kerohanian
dalam rangka mendekatkan (taqarrub) pada Allah Swt, sehingga segala
konsentrasi seseorang hanya tertuju kepada-Nya. Dengan pengertian seperti
itu,maka dapat dikatakan bahwa Tasawuf adalah bagian dari ajaran Islam. Karena
esensi Tasawuf adalah membina akhlak manusia. Hal ini, selaras dengan salah
satu tujuan diturunkannya Islam, yaitu membina akhlak umat manusia di atas
bumi ini, agar tercapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup lahir dan batin,
dunia dan akherat. Oleh karena itu, siapapun boleh menyandang predikat
mutashawwif (seorang sufi) sepanjang ia berbudi pekerti tinggi, sanggup
menderita lapar dan dahaga, bila memperoleh rizki tidak lekat di dalam hatinya,
dan begitu seterusnya. Pada pokoknya Tasawuf mengarah kepada sifat-sifat mulia,
dan menjauhi manusia dari sifat-sifat tercela. Inilah yang dikehendaki dalam
Tasawuf sebenarnya.

Tasawwuf dan Fiqh di Indonesia


Apabila Tasawuf berakar pada al-Ihsan, maka dapat diungkapkan secara
sederhana bahwa Tasawuf merupakan kesadaran adanya komunikasi dan dialog
langsung antara seorang muslim dengan Tuhan. Di samping itu Tasawuf
merupakan suatu sistem latihan dengan penuh kesungguhan (riyadhah dan
mujahadah) untuk membersihkan, mempertinggi, dan memperdalam kerohanian
dalam rangka mendekatkan (taqarrub) pada Allah Swt, sehingga segala
konsentrasi seseorang hanya tertuju kepada-Nya. Dengan pengertian seperti
itu,maka dapat dikatakan bahwa Tasawuf adalah bagian dari ajaran Islam. Karena
esensi Tasawuf adalah membina akhlak manusia. Hal ini, selaras dengan salah
satu tujuan diturunkannya Islam, yaitu membina akhlak umat manusia di atas
bumi ini, agar tercapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup lahir dan batin,
dunia dan akherat. Oleh karena itu, siapapun boleh menyandang predikat
mutashawwif (seorang sufi) sepanjang ia berbudi pekerti tinggi, sanggup
menderita lapar dan dahaga, bila memperoleh rizki tidak lekat di dalam hatinya,
dan begitu seterusnya. Pada pokoknya Tasawuf mengarah kepada sifat-sifat mulia,
dan menjauhi manusia dari sifat-sifat tercela. Inilah yang dikehendaki dalam
Tasawuf sebenarnya.
datangnya Islam ke kawasan ini, seperti juga yang ke Asia Tengah dan
Afrika Hitam, banyak di tangani kaum sufi sekaligus pedagang 14. Jaringan-
jaringan perdagangan mereka yang luas (yang berpusat pada penginapan-
penginapan mereka dekat masjid-sekaligus padepokan-padepokan kesufian
merekayang di sebut zawiyah, khaniqah, ribath dan funduq) telah memberi
merekafasilitas untuk menyebarkan Islam melalui perembesan damai. Karena
watak kesufian yang banyak mengandalkan intuisi pribadi dan perasaan (dhauq),
pemikiran Islam yang diwarnainya tampil cukup reseptif (berpembawaan muda
menerima) unsur-unsur budaya lokal. Melalui kebijakan para"wali" terutama
walisongo, gaya pemikiran Islam di Indonesia umumnya dan di Jawakhususnya
mudah sekali diterima rakyat banyak. Maka Islam dalam tempo relatif singkat
menjadi agama mayoritas bangsa kita yang mayoritas masyarakatnya
agraris.Namun demikian Islam yang dikembangkan di Indonesia berbeda dengan
warna aslinya di Jazirah Arab, karena lebih bercorak sufi dan benar-benar
menyesuaikan diri dengan tradisi lokal sepanjang tidak menyangkut ajaran
pokoknya. Menurut Fachri Ali dan Bahtiar Rifa’i hal tersebut bukan hanya
semata-mata karena keinginan untuk mudah diterima, namun juga karenater
pengaruh kondisi kemunduran Islam yang terjadi sejak abad kesebelas.

14
A. Rusdiana INTEGRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 Volume VIII No. 2 123-143
Disintegrasi antara kekuasaan Islam pada masa Abbasiyah mengganggu
perkembangan ilmu pengetahuan dan melemahkan struktur kekuasaan Islam. Dua
hal ini, satu sisi membawa sikapapatis dan tidak kreatif serta taqlid, mereka
beranggapan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Sisi lain membawa kekecewaan
umat Islam dan ini membawa akibat kurang perhatian mereka terhadap masalah
keduniaan. Hal ini lah yang membawa pengaruh kepada corak keislaman di
Indonesia.Corak kesufian Islam Indonesiadapat diperkuat lantaran penyeber
agama Islam yang pertama kali datang diIndonesia adalah golongan 'Alawiyyin,
keturunan Sayyidina Hasan dan Husain bin Ali Ra. Golongan inilah yang
sebenarnya memegang peranan penting dalam penyebarasan agama Islam di
daerah Asia Tenggara, yang mengasumsikan awal datangnya Islam abad ke 7
H/13M. Termasuk di pulau Jawa yang sampai pada abad keempat belas Masehi
dikuasai oleh kerajaan Majapahit yang beragama Hindu.Golongan'Alawiyyin ini
terkenal dalam sejarah sangat kuat amaliyah kesufiannya. merupakan nenek
moyang Walisongo dan tokoh-tokoh lslam penting sesudahnya (al-
Haddad,1986:41).Dalam literatur sejarah, corak pemikiran Tasawuf di Indonesia
merupakan pengaruh dari pemikiran sufial-Ghazali. Hal ini dinyatakan dalam
berbagai dokumen dan karya tulis ilmiah. Berkenaan dengan hal ini patu diingat
bahwa pemikir Islam yang hebat itu wafat pada tahi 505 H./1111 M.Sementara
kerajaan Hindu Majapahit berdiri pada tahun 695 H./1295 M.,hampir dua abad
telah wafat al-Ghazali.Karena itumudah dibayangkan, bahwa berbagai karya
pemikir besar di Indonesia,sangat mempengaruhi pemikiran mereka meskipun
kebiasaan menulis danmengarang di negeri kita saat itu (bahkan hingga saat ini)
jauh sekali ketinggalan oleh dunia Islam lainnya. Kita beruntung ada satu dua
peninggalan nenek moyang kita yang dapat dijadikan bukti adanya pengaruh
kesufian al-Ghazali. Salah satunya adalah dokumen kode etik Islam Jawa, yang
diperkirakan ditulis abad IX H, X H./XVI atau XVII M. Menurut penelitian G.V.
Drewes (1978: 14) bahwa dokumen yang berbahasa jawa itu ditemukan didaerah
Sedayu (Gresik).
Daftar Pustaka
Afroni, Mochamad. Jurnal Madaniyah PENDEKATAN SEJARAH DALAM
STUDI ISLAM Volume 9 Nomor 2 Edisi Agustus 2019.
Fitria, Rini Aditia, Rafinita. JURNAL ILMIAH SYIAR Prospek dan Tantangan
Dakwah Bil Qalam sebagai Metode Komunikasi Dakwah Vol. 19, No. 02,
Desember 2019.
Haryanto,Sri. Jurnal Ilmiah Studi Islam PENDEKATAN HISTORIS DALAM
STUDI ISLAM Volume. 17. No. 1. Desember 2017.
Ifendi , Mahfud.FENOMENA : Jurnal Penelitian DINASTI ABBASIYAH:
STUDI ANALISIS LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM Volume 12, No.
2, 2020.
ISLAM MELALUI PENDEKATAN HISTORIS Vol.2, No.2, Desember
2022
Janah, Nasitotul. Cakrawala: Jurnal Studi Islam Pendekatan Normativitas dan
Historisitas Serta Implikasinya dalam Perkembangan Pemikiran Islam Vol.
13 No. 2 (2018) pp. 102-119
Minhaji, Maktumah, Luluk.JURNAL LISAN AL-HAL STUDI ISLAM DALAM
PENDEKATAN HISTORIS: (Studi Atas Tawaran Pemikiran Ibrahim M.
Abu Rabi’) “Volume 7, No. 1, Juni 2013”
Mubin, Nurul. M.S.I Jurnal Paramurobi, SEJARAH (PENDIDIKAN) ISLAM
MODERN DALAM PERSPEKTIF IBRAHIM M. ABU-RABI’ Vol. 1,
No. 2, Juli-Desember 2018
Nisa, Choirun.Prastowo, Andi. Maddika : Journal of Islamic Family Law
SEJARAH PENGHARAMAN HUKUM KHAMR DALAM
Rusdiana, A. INTEGRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN SAINS
DAN TEKNOLOGI 2014 Volume VIII No. 2.
Sulaiman, Septiadi. Jurnal Sejarah Lontar PENDEKATAN KONSEP DALAM
PEMBELAJARAN SEJARAH Vol.9 No.1 januari-Juni 2012.
SYAHRAINI TAMBAK Jurnal Al-hikmah Metode Drill dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Vol. 13, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1412-5382
Syarifuddin “Jurnal Studi Pemikiran Pendidikan Agama Islam” PENDEKATAN
HISTORIS DALAM PENGKAJIAN PENDIDIKAN ISLAM Vol. XII No.
2 Juli 2015.

Anda mungkin juga menyukai