Anda di halaman 1dari 7

PROYEK RISET

Pancasila dalam kajian sejarah Dalam Mengatasi Kemiskinan Di Indonesia

Diajukan untuk memenuhi Tugas Pancasila yang diampu oleh Muhammad Yahya Arwiyah

Disusun Oleh: 

Muhammad Ilmi Salam 1402223219

Dymas Kharafi Sugara 1402223165

Ain Nathashia 1402223225

Cindy Purnamasari 1402223291

Telkom University

Jl. Telekomunikasi. 1, Terusan Buahbatu - Bojongsoang, Telkom University, Sukapura,


Kec. Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40257

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya, pula penulis dapat menyelesaikan Tugas Proyek Riset

Pancasila dalam kajian sejarah serta membandingkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi
negara di masa akan datang yang diharapkan tepat pada waktunya.

Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak dosen mata pelajaran kuliah Pancasila, yang
telah memberikan arahan terkait tugas laporan ini. Tanpa bimbingan dari beliau, mungkin kami
tidak akan dapat menyelesaikan sesuai dengan format yang telah ditentukan.

Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh sebab
itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan untuk kedepannya.
Diharapkan laporan ini bermanfaat bagi peneliti dan pembacanya.

Bandung, 24 Oktober 2022


BAB l 
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan keterangan Badan Pusat Statistik (BPS), perkiraan warga bulus
Indonesia depan Maret 2022 adalah 26,16 juta roh. Sedangkan tahap kemelaratan
Indonesia depan kamar yang serupa sebanyak 9,54 perolehan.

Jika dibandingkan pakai pemeriksaan sama yang dirilis BPS depan September
2021, dongeng perkiraan warga bulus dan trik kemelaratan depan Maret tempo hari
menempuh penurunan. Untuk diketahui, perkiraan warga bulus lampu pijar September
hari tempo hari sebanyak 26,5 juta roh pakai tahap kemelaratan 9,71 perolehan.

Kemudian jika dibandingkan secara tahunan pakai Maret 2021, perkiraan warga
bulus Maret 2022 menerjal 1,38 juta roh. Sedangkan tahap kemelaratan Maret 2022
menerjal 0,60 perolehan jika dibandingkan pakai trik depan Maret hari tempo hari.

Namun, perkiraan warga bulus dan tahap kemelaratan Maret 2022 belum
mengembari ambilan sebelum epidemi. Untuk diketahui, perkiraan warga bulus dan trik
kemelaratan depan September 2019—penyebaran ragil sebelum epidemi—berlawanan
24,78 juta roh dan 9,22 perolehan. Ketika epidemi berasal depan Maret 2020, perkiraan
warga bulus bertambah datang 26,42 juta roh dan tahap kemelaratan bekerja 9,78
perolehan.
BPS menetapkan baris kemelaratan Maret 2022 sebanyak Rp 504.469 lampu pijar
person lampu pijar kamar. Jumlah itu terbentuk mulai sejak Rp 377.598 lampu pijar
person lampu pijar kamar kepada anggaran makanan, dan sisanya kepada anggaran bukan
makanan. Dengan suara lain, jika anggaran seseorang bagian dalam sebulan di belakang
baris kemelaratan, dongeng anak terselip dikategorikan serupa warga bulus.

Temuan BPS memperlihatkan bahwa rata-rata peserta aula skala bulus depan Maret 2022
berjumlah 4,74 anak. Dengan demikian, aula skala bulus dikategorikan serupa aula skala
pakai anggaran di belakang rata-rata Rp 2.395.923 lampu pijar kamar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mendeskripsikan dan mengkritisi factor penyebab rendahnya pemahaman dan
pengamalan tentang nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat Indonesia

1.3 Tujuan Laporan


Berdasarkan Latar Belakang dan rumusan masalah di atas, kami sebagai mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami Pancasila yang benar dan sah, sehingga memperoleh pengertian dan
keyakinan yang lebih mendalam tentang kebenaran dan keabsahan Pancasila, agar mahasiswa
memperoleh gambaran tentang perwujudan dasar falsafah negara Pancasila dalam bentuk pola
pikir, sikap mental, tingkah laku, dan perbuatan di segala bidang kehidupan, agar mahasiswa
dapat berpartisipasi dalam mempertahankan dasar negara Pancasila dari berbagai ancaman,
hambatan, dan masalaha yang datang, baik dari dalam maupun dari luar negeri, agar tetap terjaga
keutuhan dan kelestariannya, sehingga tidak akan diubah atau diganti dengan ideologi lain oleh
siapapun juga. 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor Penyebab Rendahnya Pemahaman dan Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila

Penyebab hilangnya nilai-nilai pancasila dan kurangnya pengamalan pancasila di


kalangan remaja disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang memengaruhi kurangnya
penerapan salah satunya adalah adanya arus globalisasi, kurangnya pembinaan moral di
linkungan baik keluarga, sekolah, dan masyarakat. Menurut Rektor Universitas Padjadjaran Prof.
Rina Indiastuti mengungkapkan, generasi milenial saat ini merupakan motor untuk mewujudkan
Indonesia Emas 2045. Karena itu, generasi milenial Indonesia harus tetap berpedoman pada
Pancasila agar tidak tergerus oleh penyimpangan ideologi. 
Hadirnya globalisasi, menyebabkan generasi penerus bangsa dengan gampang
mendapatkan banyak informasi dari penjuru dunia. Informasi tersebut adalah kebudayaan dan
pola hidup manusia dari berbagai belahan dunia. Dan karena kurangnya wawasan keilmuan dan
arahan, seringkali pemuda tidak bisa memilah informasi yang mereka peroleh. Dan kebanyakan
pemuda tidak berpikir lebih dalam. Pemuda menganggap bahwa semua yang berbau barat itu
bagus dan menjadikannya panutan. Padahal budaya barat ada yang tidak sesuai dan berselisih 
dengan budaya Indonesia. Misalnya budaya mengenakan pakaian, tata krama, pola hidup, dan
lain-lain. Perbedaan tersebut yang menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan
tersebut.
Hal ini jika dibiarkan akan membuat bangsa Indonesia menghadapi keterpurukan. Oleh
sebab itu, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. Yang pertama, dari dalam
pribadi kita sendiri. Yaitu kita sebagai pemuda harus mampu berpegang teguh dengan identitas
dan jati diri kita, sebagai warga Indonesia. Tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal baru yang
belum tentu sesuai dengan budaya kita.
Selanjutnya, setelah kita memulai dari diri kita sendiri, barulah pihak lain dapat
membantu. Misalnya dengan mengadakan pembinaan dan pengembangan generasi muda.
Dengan adanya motivasi asas pembinaan dan pembangunan generasi muda, diharapkan generasi
muda mampu mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan diharapkan
mampu memainkan dan memainkan peran yang penting dalam masa sekarang hingga
kedepannya, dan mampu menghantarkan Indonesia kearah yang lebih baik. 
Faktor selanjutnya yaitu kurangnya pendidikan moral yang ditanamkan sejak dini.
Aktualisasi Pancasila harus dimulai dari berbagai lingkungan pendidikan. Baik dari keluarga
sebagai pendidikan informal, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, maupun dalam
masyarakat sebagai lembaga pendidikan non-formal. Semua ranah pendidikan tersebut harus
melekat dengan nilai- nilai Pancasila. Pertama, dalam lembaga pendidikan informal seperti
keluarga. Keluarga merupakan jenjang pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Dapat
diartikan bahwa karakter anak yang berkembang tergantung dari pola asuh yang diterapkan
dalam keluarga. 
Dalam ranah lembaga pendidikan formal atau sekolah, peran seorang guru sangat urgen
dalam membentuk karakter siswanya. Para guru merupakan orangtua kedua bagi siswa di
sekolah. Para guru sudah selayaknya senantiasa mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang
sebenarnya. Mulai dari kebiasaan untuk berdoa setiap kegiatan belajar mengajar, saling toleransi
antar teman, menumbuhkan sikap peduli sesama, dan tidak membeda-bedakan antara siswa satu
dengan siswa lain.
 Terakhir, implementasi pendidikan Pancasila di masyarakat tentu dimulai dari
lingkungan rumah sekitar. Keberagaman etnis yang ada di masyarakat hendaknya menjadi suatu
warna tersendiri bagi mereka, sebagaimana semboyan yang dimiliki bangsa Indonesia yaitu
“Bhinneka Tunggal Ika”. Walaupun negara Indonesia terdiri dari beragam suku, namun
kerukunan antar seluruh umat tetap dijunjung tinggi. 
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa sekaligus sebagai dasar negara Republik
indonesia. Dengan begitu, warga negara Indonesia sudah seharusnya selalu mengamalkan dan
melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila dalam berbagai lini
kehidupan. Perwujudan atau pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
dapat dilaksanakan di seluruh lini kehidupan, dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
hingga berbangsa dan bernegara.

Pancasila sendiri dirumuskan dari nilai-nilai bangsa Indonesia yang luhur. Pengamalan
butir-butir Pancasila yang mengandung nilai-nilai kebaikan itu hendaknya juga diterapkan di
semua sektor kehidupan, dari bidang politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya.
Berikut ini adalah nilai-nilai dari sila-sila yang terkandung dalam Pancasila yaitu:
- Nilai-nilai yang terkandung dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah bangsa
Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Nilai-nilai yang terkandung dalam sila sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
bangsa Indonesia sadar bahwa manusia memiliki martabat dan derajat yang sama sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
- Nilai-nilai yang terkandung dalam sila persatuan Indonesia adalah usaha ke arah bersatu
untuk membina nasionalisme dalam negara Indonesia.
- Nilai-nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan adalah dalam sistem pemerintahan di
Indonesia kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat.
- Nilai-nilai yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
adalah bangsa Indonesia menyadari bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban
yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dipaparkan di atas, terdapat penyebab lunturnya nilai-nilai Pancasila
di masa kini seperti terjadinya globalisasi dan kurangnya pendidikan moral yang diajarkan di
lingkungan formal maupun non formal. Masuknya globalisasi berdampak pada banyaknya
informasi yang masuk dan terkadang tidak sesuai dengan fakta membuat para kaum milenial
kurang bijak dalam memanfaatkan informasi yang diperoleh. Dampak lain dari globalisasi yaitu,
masuknya budaya baru yang mengharuskan adanya akulturasi sehungga menyebabkan
berpudarnya budaya nasional.

Maka dari itu Pancasila sebagai ideologi negara perlu di pahami,dihayati serta dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari. Terdapat beberapa upaya pencegahan agar faktor-faktor negatif yang
pernah terjadi tidak terulang kembali,yaitu :
1. Menanamkan pendidikan agama sejak kecil
2. Mengajarkan dan menerapkan nilai-nilai moral sejak kecil agar terbentuk karakter yang
taat pada moral saat dewasa nanti
3. Memberikan pendidikan Pancasila,tetapi bukan hanya di sekolah melainkan para orang
tua juga mengajarkan pengamalan akan nilai-nilai Pancasila kepada anaknya
4. Belajar untuk selektif terhadap maraknya budaya globalisasi
5. Membeli produk-produk lokal sebagai langkah awal untuk menumbuhkan jiwa
nasionalisme

DAFTAR PUSTAKA
Maryono. (2018, Juli 7). Retrieved from
https://ppkn.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2018/08/Maryono.-STKIP-PGRI-
PACITAN..pdf

Publik, K. K. (2020, Agustus 13). Retrieved from https://www.unpad.ac.id/2020/08/perlu-


strategi-khusus-mengamalkan-pancasila-di-generasi-milenial/

Pusdatin. (2021 , Februari 18). Retrieved from https://bpip.go.id/berita/990/491/pancasila-


sebagai-pandangan-hidup-bagi-warga-negara-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai