Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/360918055

Pentingnya Ontologi Dalam Ilmu Akuntansi dan Peran Teori Akuntansi Positif
(PAT)

Article · August 2008

CITATIONS READS

0 467

3 authors, including:

Antonius Herusetya
Universitas Pelita Harapan
36 PUBLICATIONS   153 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Antonius Herusetya on 28 May 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Integrity - Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Volume 2 Nomor 2 – Agustus 2008: 417- 432

Pentingnya Ontologi Dalam Ilmu


Akuntansi dan Peran Teori
Akuntansi Positif (PAT)

Antonius Herusetya
UPH Business School- Accounting Department

M.F. Christiningrum
Institut Bisnis Nusantara

Titik Aryati
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi-
Universitas Trisakti

Abstract

The development of accounting theory with the rise of positive accounting theory (PAT)
could not be separated with essence of science itself. The first primitive use of
accounting to record and account for all transactions of proprietary companies by
using debit and credit entries, are now develop to answer many problems of economic
consequences in our current business environment and society. Accounting as a
science has come into evolution stages, endured many critical periods and anomalous,
and being verified from many competing theories ( including the methodology aspects).
In fact, accounting is not merely exist to meet the practical professionals, but being a
science itself influenced and mold by the philosophy of science.

Keywords: accounting theory, PAT, ontology, philosophy of science, economic


consequences
I. PENDAHULUAN

Mengapa akuntansi itu ada, bagaimana akuntansi sebagai ilmu pengetahuan mengalami
evolusi, berkembangan dari masa ke masa dan bagaimana peran akuntansi sebagai ilmu
pengetahuan saat ini. Bagaimana cara kerja ilmu pengetahuan dan apakah akuntansi
merupakan sebuah ilmu pengetahuan, munculnya teori akuntansi baru yang dikenal dengan
Positive Accounting Theory ( PAT), serta bagaimana peran akuntansi dalam masyarakat
modern saat ini- merupakan pertanyaan- pertanyaan yang akan dijawab dalam bagian
dibawah ini.

II. PEMBAHASAN

2.1. Ontologi Dalam Ilmu Akuntansi


Filsafat ilmu berperan penting sebagai fondasi utama dalam pengembangan dan ekstensi ilmu
(teori). Setiap ilmu senantiasa berupaya untuk menyusun beberapa model, yang dimaksudkan
untuk menghadirkan secara padat dan ringkas apa yang sudah dikumpulkan dalam
pengetahuan umum maupun ilmiah.
Menurut C.Verhaak dan R. Haryono Imam, model dapat mewakili 2 kelompok yang
sebenarnya saling melengkapi. Kelompok ilmu pertama mementingkan pengamatan dan
penelitian empiris, yaitu aposteriori. Sedangkan kelompok kedua mewakili kelompok yang
seakan-akan ingin segera menangkap susunan keniscayaan (strucutre of necessity), yaitu
apriori. Filsuf terkenal Yunani, Plato, merupakan filsuf yang mengutamakan pandangan
apriori, yang disebut episteme, pengetahuan yang tunggal dan tak berubah, sesuai dengan
idea-idea abadi. Namun hal ini ditolak oleh Aristoteles, yang menganggap tercapainya
pengetahuan sebagai hasil kegiatan manusia yang mengamati kenyataan yang banyak dan
yang berubah. Aristoteles mencoba menggabungkan kedua model, dengan membuktikan
secara apriori susunan peristiwa dan kejadian yang secara aposteriori diamati dalam
kenyataan. Jasa Aristoteles yang masih berlaku hingga dewasa ini adalah logika klasik, yaitu
sistem silogisme deduktif.
Masih menurut Verhaak dan Imam, filsafat dapat dikatakan ”mencari sebab musabab
paling akhir ataupun paling dalam”. Adapun Filsafat ilmu pengetahuan ”memeriksa sebab
musabab itu dengan bertitik tolak pada gejala pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.1. Bagaimana Cara Kerja Ilmu Pengetahuan ?


Cara kerja aposteriori ilmu-ilmu empiris sering diberi nama ”induksi” (cara kerja induktif),
sedangkan cara kerja apriori ilmu-ilmu pasti biasanya diberi nama ”deduksi”. Logika
bertitik-pangkal pada adanya proposisi, yaitu ungkapan yang berdiri sendiri, dalam suatu
sistem sesuai patokan dalam sistem itu. Berdasarkan pengamatan, penelitian dan percobaan-
percobaan dikemukakanlah hipotesa-hipotesa yang implikasinya sesuai dengan data-data
empiris. Data-data empiris dapat mengalahkan hipotesa, namun juga dapat menyempurnakan
hipotesa, meskipun tidak pernah dapat dipakai untuk membuktikan secara tuntas berlakunya

418 Integrity - Jurnal Akuntansi dan Keuangan – Vol. 2 No. 2 – Agustus 2008: 417- 432
suatu hipotesa. Nanti pada bab pembahasan selanjutnya akan kita lihat bagaimana bukti-bukti
empiris dalam Positive Accounting Theory mampu menyempurnakan hipotesa yang ada.
Hipotesa yang semakin kuat akan mendekati bentuk hukum. Sesuatu yang hendak
dijelaskan diberi nama explanandum (harus diterangkan), yang dinyatakan dalam salah satu
pernyataan, dengan harapan dapat ditemukan sejumlah pernyataan yang logis (explanans)
mendahului pernyataan explanandum itu. (Verhaak, 1995: 45). Explanans artinya yang
menerangkan.
Hukum merupakan kelanjutan dari hipotesa ilmiah yang membawa sesuatu yang
baru, yaitu kepastian, keberlakuan umum dan daya terang yang melebihi apa yang ada dalam
hipotesa. Namun demikian terdapat perbedaan antara ilmu-ilmu sosial dan ilmu alam.
Auguste Comte, dianggap sebagai filsuf yang jelas menyampaikan bahwa setelah jaman
teologis dan metafisis, kini tibalah jaman ilmu-ilmu positif (empiris) yang definitif.
Meskipun demikian Wilhelm Dilthey (1839-1911) merupakan orang pertama yang
dengan tegas membedakan Geisteswissenschaften (human sciences) dari Natuwissenschaften
(natural sciences). Sedangkan Weber membedakan erklaeren sebagai ciri-ciri ilmu alam dari
verstechen yang merupakan ciri khas ilmu-ilmu kemanusiaan. Pandangan lain tentang teori
kritis dikemukakan oleh para filsuf sesudahnya, seperti dijumpai hermeneutika dalam konteks
ilmu kemanusiaan, dengan 2 tokoh lain yaitu Hans Georg Gadamer di Jerman serta Paul
Ricoeur di Perancis.
Dalam filsafat modern seorang filsuf terkenal, Descartes, mencita-citakan suatu
perombakan menyeluruh dalam cara kerja filsafat dan ilmu. Untuk itu diperlukan kepastian
yang sungguh-sungguh kokoh dan tak tergoncangkan sebagai titik pangkal perombakan.
Untuk itu Descartes memulai dengan keragu-raguan umum. Dengan ungkapan ”aku sadar,
maka aku ada” (”Cogito, ergo sum”). Descartes membagi idea ke dalam 3 macam, yaitu
kesadaranku (res cogitans), keluasan (res extenza), dan adanya yang sempurna (ens
perfectisimum).
Selain itu Immanuel Kant mencoba mendasarkan filsafat pada kejadian-kejadian
(obyek) yang secara aposteriori diselidiki oleh ilmu pengetahuan, untuk menemukan susunan
subyek pengetahuan (apriori) yang tetap dianggap lebih tinggi. Sehingga dapat dikatakan
bahwa semakin jauh bidang ilmu tertentu dari pengalaman manusia, makin kurang kesatuan
subyek dan obyek, makin kuranglah juga peranan subyek dalam kesatuan itu.

2.1.2. Apa itu Kebenaran?


Masih menurut Verhaak dan Imam, kebenaran adalah kenyataan adanya (being) yang
menampakkan diri sampai masuk akal. Kebenaran diberi batasan sebagai penyamaan akal
dengan kenyataan. Ilmu-imu empiris memegang peranannya dalam usaha mengejar
kesamaan itu. Dalam bidang ilmu itu sendiri pun kebenaran selalu bersifat sementara. Ilmu-
ilmu pasti tidak langsung berkecimpung dalam usaha manusia menuju kebenaran, tepatnya
perjalanan ilmu-ilmu itu merupakan suatu sumbangan agar pengetahuan di luar ilmu-ilmu itu
makin lancar mendekati kebenaran.

Pentingnya Ontologi dalam Ilmu Akuntansi ....(Herusetya, Christiningrum & Aryati) 419
2.1.3. Lingkaran Wina
Lingkaran Wina adalah suatu kelompok yang terdiri dari sarjana-sarjana ilmu-ilmu pasti dan
alam di wina. Mereka mendapat pengaruh dari 3 arah, yaitu 1) empirisme dan positivisme 2)
metodologi ilmu empiris yang dikembangkan 3) perkembangan logika simbolik dan analisis
logis yang dikembangkan. Maksud gerakan ini adalah memperbaharui positivisme klasik
Comte, sekaligus memperbaiki kekurangan-kekurangannya
Pandangan yang dikembangkan oleh Lingkaran Wina disebut neopositivisme
(positivisme logis). Pandangan mereka amat bervariasi. Mereka punya minat besar untuk
mencari garis batas atau demarkasi antara pernyataan yang bermakna (meaningful) dan yang
tidak bermakna ( meaningless) berdasarkan kemungkinan untuk diverifikasi.
Karl Popper adalah penentang utama gagasan dasar Lingkaran Wina, ia menentang
pembedaan antara ungkapan meaningful dan meaningless. Ungkapan tersebut tidak dapat
ditentukan berdasarkan asas pembenaran yang dianut positivisme logis. Ciri khas
pengetahuan ilmiah menurut Popper adalah bahwa dapat dibuktikan salah (it can be falsified).
Hukum-hukum ilmiah berlaku bahwa bukannya dapat dibenarkan melainkan dapat
dibuktikan salah. Suatu teori baru akan diterima kalau ternyata sudah dapat meruntuhkan
teori lama yang ada sebelumnya. Sementara itu Thomas Kuhn, beranggapan bahwa kemajuan
ilmiah bersifat revolusioner. Menurutnya ilmu yang sudah matang akan memiliki paradigma
tunggal, misalnya cara pandang terhadap dunia dan contoh-contoh prestasi atau praktek
ilmiah konkret.
Adapun Fayerabend, menekankan kebebasan individu, dan menyingkirkan segala
kungkungan metodologis. Dia menolak menerima superioritas ilmu atas bentuk-bentuk
pengetahuan lainnya, dan menentang anggapan yang memisahkan teori dan observasi.
Kesamaan Kuhn dan Fayerabend terletak pada anggapan bahwa ilmu-ilmu atau teori-teori
tidak bisa saling diukur dengan standar yang sama.
Imre Lakatos, menyatakan bukan teori tunggal yang harus dinilai sebagai ilmiah atau
tidak ilmiah, melainkan rangkaian teori-teori. Dalam program riset, aturan-aturan
metodologis dapat dibedakan menjadi 2: heuristik positif, yaitu merupakan inti pokok
program yang dilindungi dari ancaman falsifikasi dan heuristik negatif, merupakan lapisan
pelindung yang harus menanggung serangan, pengujian, penyesuaian maupun perubahan atau
penggantian, demi mempertahankan inti pokok.

2.1.4. Ontologi (Hakikat Apa yang Dikaji)


Ontologi sebagai salah satu wilayah dalam pembahasan filsafat ilmu pengetahuan mencoba
menganalisis kategori-kategori realitas yang diangkat sebagai acuan dasar dalam membentuk
teori-teori ilmu pengetahuan. Wilayah ini berbeda dari epistimologi ilmu pengetahuan yang
menjelaskan cara dan proses pengetahuan sebagai acuan pembenaran kegiatan ilmiah.
Berbeda juga dengan wilayah etika ilmu pengetahuan yang membahas hubungan ilmu
pengetahuan dan masyarakat, beserta implikasi sosial dan etisnya terhadap kehidupan
bermasyarakat.
Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis. Secara
ontologis, obyek dibahas dari keberadaannya, apakah ia materi atau bukan, guna membentuk

420 Integrity - Jurnal Akuntansi dan Keuangan – Vol. 2 No. 2 – Agustus 2008: 417- 432
konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik). Pada saat ilmu mulai berkembang
pada tahap ontologis ini, manusia berpendapat bahwa terdapat hukum-hukum tertentu yang
terlepas dari kekuasaan mistis, yang menguasai gejala-gejala empiris. Dalam tahap ontologis
ini manusia mulai mengambil jarak dari obyek sekitar, dimana manusia mulai memberikan
batas-batas yang jelas kepada obyek kehidupan, dengan eksistensi manusia sebagai subyek
yang mengamati dan yang menelaah obyek tersebut. Dalam tahap ontologis manusia mulai
menentukan batas-batas eksistensi masalah, yang memungkinkan manusia mengenal wujud
masalah, untuk kemudian mencari pemecahan jawabannya.
Menurut Mudhofir (2001) Terhadap ilmu-ilmu khusus, filsafat ilmu secara kritis
menganalisis konsep-konsep dasar dan memeriksa asumsi-asumsi dari ilmu-ilmu khusus
untuk memperoleh arti dan validitasnya. Filsafat berusaha menjaga agar ilmu tersebut
komprehensif dan konsisten, artinya uraian kefilsafatan tidak menyusun pendapat-pendapat
yang saling kontradiktif. Akuntansi termasuk dalam kategori ilmu-ilmu khusus.
Sementara Baker (1992) mengemukakan nahwa ontologi bergerak dari 2 kutub, yaitu
pengalaman akan kenyataan kongkret dan pra-pengertian ”mengada” yang paling umum.
Dalam refleksi ontologi kedua kutub saling menjelaskan. Jadi refleksi ontologi berbentuk
suatu lingkaran hermenuetis antara pengalaman dan mengada, tanpa mampu mengatakan
mana yang lebih dahulu. Dikatakan oleh Baker bahwa dalam ontologi tidak ada rumus yang
tepat, yang ada hanya mungkin sebagai kesimpulan-kesimpulan uraian.

2.1.5. Perumusan dan Pengembangan Teori Akuntansi


Hendriksen dan Brenda (2001) dikutip dari Andreas Lako (2004) menyatakan bahwa teori
merupakan kumpulan hipotesis, konsep-konsep dan prinsip-prinsip pragmatis yang saling
berkaitan yang membentuk kerangka acuan umum untuk suatu bidang atau obyek
penyelidikan. Berdasarkan definisi tersebut, karakteristik dari suatu teori adalah :
1. Terdiri atas sekumpulan pernyataan atau proposisi yang berhubungan dengan aturan-
aturan atau penalaran logis. Pernyataan harus mencakup hipotesis atau premis yang
dapat diuji kebenarannya dan memuat suatu kesimpulan
2. Pengujian dasar suatu teori adalah kemampuannya untuk menjelaskan dan
memprediksikan peristiwa masa lalu, sekarang dan memferifikasi peristiwa/kondisi
maa yang akan datang
3. Semua teori merupakan hasil dari suatu modifikasi atau pengembangan suatu
informasi dari fakta atau fenomena baru yang sedang dan akan terjadi
4. Kemampuan suatu teori untuk memprediksikan sesuatu yang akan datang/terjadi
dapat mengalami kegagalan. Teori harus dapat mengukur tingkat risiko (Watt dan
Zimmerman 1986)
Berdasarkan karakteristik tersebut, Hendriksen dan Breda (2001) mendefinisikan
teori akuntansi sebagai penalaran logis dalam bentuk suatu kumpulan prinsip-prinsip umum
yang memberikan kerangka acuan umum bagi dievaluasinya praktik akuntansi, dan sebagai
pedoman pengembangan prosedur dan praktik-praktik baru akuntansi. Jadi, tujuan teori
akuntansi adalah memberikan sesuatu yang saling berhubungan yang membentuk kerangka
acuan umu untuk mengevaluasi dan mengembangkan praktik akuntansi yang berterima
umum.

Pentingnya Ontologi dalam Ilmu Akuntansi ....(Herusetya, Christiningrum & Aryati) 421
Teori akuntansi dirumuskan melalui 2 pendekatan yaitu : Deduction approaches,
artinya penalaran logis dari premis-premi umum untuk mengembangkan prediksi, preskripsi
atau penjelasan yang bersifat spesifik (dari umum ke khusus) dan Inductive approaches,
merupakan penalaran dari observasi khusus untuk mengembangkan implikasi umum dari
observasi-observasi tersebut ( dari khusus ke umum)

2.1.6. Evolusi Ilmu Akuntansi


Ilmu akuntansi muncul dan berkembang diawali terlebih dahulu dengan praktik dan
pencatatan akuntansi dalam peradaban hidup manusia tahun 3000 – 4000 SM (Hendriksen
dan Breda 2001). Teori akuntansi itu lahir dari praktik akuntansi, yaitu tujuan dibuatnya
laporan keuangan. Akuntansi lahir melalui Luca Pacioli (1494) yang menghasilkan double
entry bookeeping system, dengan persamaan sebagai berikut :

AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS

Perkembangan akuntansi seperti yang dianalisis oleh Belkaoui dikutip dari Sofyan Syari
Harahap dipengaruhi perkembangan sistem, kultur, dan konstruksi sosial masyarakat.
Merujuk pada perubahan sistem global dunia dari Alvin Tofler, Belkaoui mengklasifikasikan
perkembangan sistem pembukuan menjadi 3, yaitu :

Technology 1st Wave 2nd Wave 3rd Wave


Physical Labor Machinary Semi Conductors
Information Writing Printing Computer
Accounting Single entry Double Entry Triple Entry

2.1.7. Konsep Teoritis Akuntansi


Sebagai suatu teori, akuntansi dibangun atas 4 postulat atau asumsi-asumsi dasar akuntansi.
1. Business entities, yaitu bahwa setiap korporasi merupakan unit (bisnis) akuntansi
yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan perusahaan lain.
2. Going concern, entitas akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan proyek,
komitman, dan aktivitas yang sedang berjalan.
3. Unit of measure, akuntansi adalah pengukuran dan proses mengkomunikasikan
aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan moneter
4. Accounting period, postulat ini muncul sebagai respon terhadap permintaan para
pemakai informasi laporan keuangan tentang posisi keuangan dan kinerja perusahaan
untuk membuat keputusan jangka pendek.

Beberapa kemungkinan teori yang mendukung konsep teoritis akuntansi: The


proprietory theory, The Entity Theory, The Fund theory, The Enterprise theory, Residual
equity theory, Commander theory, The investor theory, Agency Theory serta Positive
Accounting theory.
Dalam perkembangannya ilmu akuntansi mengarah pada ilmu yang multi paradigma,
dimana untuk menjawab sejumlah masalah atau tantangan aktualnya, akuntansi mulai
mengadopsi metode-metoe, pendekatan atau teori dari disiplin ilmu yang lain, seperti ilmu

422 Integrity - Jurnal Akuntansi dan Keuangan – Vol. 2 No. 2 – Agustus 2008: 417- 432
psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, keuangan dan lainnya. Salah satu yang amat
berpengaruh adalah Agency theory (Jensen dan Meckling, 1976) yang berkembang kemudian
melalui Positive Accounting Theory (Scott, 2000)

2.2. Perkembangan Akuntansi Sebagai Ilmu Pengetahuan: Dari Akuntansi


Konvensional Menuju Positive Accounting Theory (PAT)

2.2.1.Definisi Teori Akuntansi


Teori akuntansi merupakan sebuah logical reasoning atau alasan rasional dalam bentuk
seperangkat prinsip- prinsip yang luas yang dapat: a. memberikan kerangka referensi dengan
mana suatu praktik akuntansi dapat dievaluasi dan, b. memberikan pengembangan dari
praktik- praktik dan prosedur- prosedur ( Hendriksen, 1982:1).
Difinisi lainnya memberikan pengertian bahwa, teori akuntansi merupakan
pernyataan sistematik dari aturan dan prinsip- prinsip yang mendasari atau mengatur
seperangkat fenomena, yaitu sebuah kerangka untuk pengorganisasian ide, penjelasan
fenomena dan prediksi atas perilaku dimasa mendatang. Teori akuntansi merupakan ‘sebuah
cabang akuntansi yang terdiri dari pernyataan sistematis dari prinsip- prinsip dan
metodologi yang membedakannya dari praktik… dengan mana teori akuntansi tersebut
memberikan dasar, penjelasan dan mencoba untuk memprediksi’ ( Watts dan Zimmerman,
1986: 7). Teori akuntansi disini lebih banyak dikenal dalam pembahasan berikutnya sebagai
‘Positive Accounting Theory’ (PAT).
Belkaoui (1992) dalam pandangannya terhadap conceptual frameworks dari teori
akuntansi mengikuti pandangan positivisme dan fungsionalis. Dengan mengadopsi
pandangan dari Kerlinger (1964) dalam Ibrahim, S.H., ia mengatakan bahwa teori merupakan
‘ a set of interrelated constructs ( concepts), definitions and proportions that present a
systematic view of phenomena by the purpose of explaining and predicting phenomena’. Bila
disimpulkan, beberapa difinisi diatas memandang akuntansi sebagai ilmu pengetahuan sama
halnya dengan ‘natural sciences’, dimana ‘kebenaran’ merupakan sebuah obyek realitas yang
dapat dijelaskan dan hubungannya dapat diprediksi. Dengan perkataan lain, difinisi- difinisi
tersebut mengalir dari ontologi yang bersifat realisme dan espitomologi yang positifme.
Pandangan yang memandang akuntansi sebagai realita objektif ini secara terus
menerus dipertanyakan dalam berbagai literatur akuntansi alternatif dari aliran ekonomi
politik dan kritis, dan dari school of thought yang radikal. Sebagai contoh, Tinker et al. (
1982), Cooper and Sherer ( 1984), Hooper and Powell ( 1985), Roberts and Scapens ( 1985) ,
Chua ( 1986), Hines ( 1986) dan Arrington ( 1990).
Most (1982:71) membedakan antara ‘accounting theory’ dan ‘theories of
accounting’. Pada istilah yang pertama, Most (1982) mengimplikasikannya dengan kelompok
teori atau sub- teori seperti Efficient Makert Hyphothesis (EMH), generally Accepted
Accounting Principles ( GAAP), teori- teori deduktif dari Chambers dan Sterling, serta
respons situasional dari para praktisi. Teori- teori ini dikatakan umumnya bersifat kuantitatif ,
dan mencoba untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan sehubungan dengan ‘jenis informasi
apakah yang seharusnya laporan keuangan berikan?’. Sedangkan theories of accounting,
sebaliknya memiliki tingkat abstraksi yang lebih tinggi; teori- teori ini mencoba menjawab

Pentingnya Ontologi dalam Ilmu Akuntansi ....(Herusetya, Christiningrum & Aryati) 423
dan menjelaskan peranan dari akuntansi yang dapat dan berperan dalam masyarakat, dalam
perkembangan ekonomi, dalam pengalokasian sumber daya ekonomi dan dalam
menyelesaiakan masalah sosial.

2.2.2. Kebutuhan akan Teori Akuntansi


Salah satu hallmarks dari suatu profesi adalah perlunya sebuah body of knowledge, atau
sebagai rasionalisasi akan keberadaan dari profesi itu sendiri. Fungsi dari teori adalah sebagai
dasar (groundwork) untuk suatu praktik. Teori memberikan dasar dari istilah- istilah dengan
mana para professional merasionalisasikan tindakannya dalam situasi yang kongkrit
(Greenwood, 1957: 6).
Alasan lainnya mengapa teori diperlukan adalah karena profesi itu sendiri
memerlukan aturan dari akuntansi- yang menggantikan bentuk standar yang mengatur dirinya
sendiri. Terlebih lagi dengan timbulnya kasus Enron di Amerika Serikat pada akhir tahun
2001, menambah ketidakpercayaan pemakai laporan keuangan pada perusahaan public dan
akuntan public yang mengaudit laporan keuangan perusahaan public tersebut. Profesi
akuntansi yang sebelum lebih banyak bersifat self- regulatory, dengan timbulnya Undang-
Undang Sarbanes- Oxley (SOX) tahun 2002 maka tidak lagi diberikan kebesaran mengatur
dirinya seperti sebelumnya.
Terakhir, adalah karena kebutuhan akan ‘reservoir of reason’ yang mendasari standar
akuntansi, manakala profesi membutuhkan argumentasi yang mendasari pilihan penggunaan
metode akuntansi tertentu ( accounting choice) terhadap lobi- lobi politik dan bisnis untuk
menolak ( dan memenangkan) standar akuntansi yang baru diluncurkan oleh standard setter (
Watts & Zimmerman, 1978).

2.2.3. Sasaran dan Tujuan Teori Akuntansi


Tujuan dan sasaran teori akuntansi tergantung pada paradigma mana yang digunakan.
Pandangan teori akuntansi positif menyatakan bahwa tujuan dari akuntansi positif adlah
untuk menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi yang ada ( Watts dan Zimmerman,
1978). Pandangan para positivisme ini seperti Watts dan Zimmerman ( 1978), Jensen dan
Meckling ( 1986), dan Depouch ( 1980) dalam Ibrahim, mengkritik sifat dari teori akuntansi
yang ‘kurang mengandung nilai’ dan ‘kurang ilmiah’.
Belkaoui (1992) menyatakan, ‘ the purpose of accounting theory is to provide a basis
for the prediction and explanation of accounting behaviour and events’. Sebagaimana
disebutkan diatas, Belkaoui mengambil posisi positivist seperti Watts dan Zimmerman (1976)
dalam menyatakan tujuan dari teori akuntansi- yaitu untuk menjelaskan dan memprediksi
fenomena. Kemampuan prediksi sebagai suatu criteria untuk mengevaluasi manfaat (
usefulness) data akuntansi telah dinyatakan oleh Beaver et al. ( 1968). Riset akuntansi positif
yang utama ini berhubungan dengan riset harga saham, yang memberikan dasar kemampuan
bagi angka informasi laba untuk mempengaruhi dan memprediksi harga saham.

424 Integrity - Jurnal Akuntansi dan Keuangan – Vol. 2 No. 2 – Agustus 2008: 417- 432
2. 2.4. Perkembangan Akuntansi sebagai Ilmu Pengetahuan
Dengan ditemukannya akuntansi pertama oleh Luca Pacioli, maka akuntansi sebagai disiplin
ilmu dan profesi mulai berkembang pada akhir abad ke 19. Semula akuntansi hanyalah
berurusan dengan ‘masalah intenal’ pencatatan pembukuan ‘debit dan kredit’ yang
berhubungan dengan perusahaan milik pribadi. Pada tahap ini pemilik lebih banyak
merangkap jabatan sebagai manjer. Berkembangnya perusahaan- perusahaan dengan
kewajiban yang terbatas ( limited liability companies) memberi implikasi adanya pemisahan
pemilik dan manajer- sebagai pelaku usaha, maka akuntansi berkembang menjadi
stewardship accounting, yaitu akuntansi yang mengelola dan mempertanggungjawabkan
sumber daya perusahaan.
Dengan adanya perkembanan industri, perusahaan kereta api di Amerika Serikat,
pengenalan aturan- aturan baru terkait dengan perusahaan dan perpajakan, serta persyaratan
audit dan berdirinya lembaga profesi akuntansi, semakin mendorong pentingnya peranan
akuntansi sebagai ilmu pengetahuan dalam masyarakat modern. Perkembangan pasar saham
dan meningkatnya aktivitas korporat menciptakan kondisi diperkenalkannya standardisasi
dan prinsip- prinsip akuntansi yang mengharuskan digunakannya pedoman- pedoman
tersebut dalam pelaporan keuangan perusahaan.
Dalam perkembangan sejarah awal, akuntansi merupakan sebuah alat dalam domain
ekonomi untuk mengatur hubungan masyarakat diantara individu pebisnis dan individual, dan
pemerintah dan manajemen internal pemerintah atas kepemilikan public. Akuntansi dan
ekonomi merupakan bagian dari kehidupan manusia sipil, dan tidak ada seorangpun yang
berpikir untuk memisahkannya dari domain social/politik, rohani dan lingkungan. Akuntansi
berkembang untuk memenuhi perubahan kebutuhan dalam social, namun dalam
perkembanganya menuju spesialisasi menjadi terpisah dari ruang lingkup kegiatan dan
kehidupan manusia. Dengan meningkatnya ukuran usaha dan organisasi kepemerintahan
yang mengkonsumsi sumber daya manusia secara umum, maka system akuntansi
konvensional tidak dapat lagi menjelaskan ini semua. Disinilah akuntansi sebagai ilmu
pengetahuan dipertanyakan, bahkan usaha pemisahan terhadap domain lainnya menjadi tidak
terhindarkan.
Panggilan dan argumentasi telah diajukan sedemikian rupa dengan timbulnya
kelompok teori radikal yang menantang penggunaan mainstream akuntansi dengan
menggunakan perspektif dari Marxists, Critical theorists dan deconstructionist perspectives. (
lihat contoh, Tinker et al. ( 1982), Cooper dan Sherer ( 1984), Hopper dan Powell ( 1985)).
Standards setter di Amerika juga mencari jalan untuk menjelaskan konvergensi yang
nyata dalam teori sebagai tahapan ilmu pengetahuan. Dengan mengikuti cara pandang (
Khun, 1970 dalam Ibrahim, SH), mereka melihat berbagai teori sebagai paradigma yang
mengikuti sebuah siklus dari anomali, keraguan (insecurity), new theories dan dominasi dari
sebuah teori baru. Well ( 1976) bahkan jauh- jauh hari berargumentasi bahwa akuntansi akan
muncul dari tahap krisis dengan munculnya suatu disiplin ilmu yang bersifat matrix.
Akuntansi sebagai suatu disiplin ilmu tidak terlepas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
bidang ilmu lainnya, misalnya bidang ekonomi, keuangan, perilaku, budaya, dan sebagainya.
Mengacu pada argumentasi dari Well (1976), maka dapat disimpulkan bahwa
akuntansi sebagai ilmu pengetahuan telah mengalami perkembangan, dimulai dari akuntansi

Pentingnya Ontologi dalam Ilmu Akuntansi ....(Herusetya, Christiningrum & Aryati) 425
konvensional menjadi akuntansi yang mencoba menerangkan dan memprediksi apa yang
terjadi pada real world. Akuntansi sebagai ilmu pengetahuan tidak lagi menangani internal
matter debit dan kredit, tidak juga bertindak sebagai stewardship accounting, namun juga
berperan di dalam masyarakat modern saat ini untuk menjelaskan dan memprediksi apa yang
terjadi dalam dunia nyata yang sangat kompleks ini.
Salah satu peran akuntansi sebagai ilmu pengetahuan adalah menjelaskan dan
memprediksi apa yang terjadi dalam dunia riil, tidak lepas dari teori ilmu pengetahuan
lainnya yang berkembang saat ini. Dan juga tidak lepas dari konsekuensi ekonomi antar
pihak- pihak yang berhubungan dengan entitas usaha dimana akuntansi tesebut ada. Sebagai
contoh bahwa akuntansi merupakan bidang ilmu yang bersifat matriks dan tidak lepas dari
pengaruh bidang ilmu lainnya adalah teori keagenan ( agency theory). Dalam teori keagenan,
terdapat perbedaan kepentingan antara principal ( sebagai pemilik) dan agent (sebagai
pelaku) yang menjalankan perusahaan. Agent akan berusaha untuk memaksimalkan utilitas
pribadinya dalam menjalankan perusahaan yang dipercayakan oleh principal (pemegang
saham atau pemberi pinjaman), sebaliknya dengan menurunnya nilai perusahaan principal
akan dirugikan. Peran angka- angka akuntansi dan auditing dalam teori kontrak atau
keagenan adalah sebagai dasar kontrak dimana kedua pihak mendasari tindakannya, dan/atau
mengendalikan perilakunya sehingga dengan demikian biaya agency dapat diturunkan
(Jensen dan Meckling, 1978).

2.3. Positive Accounting Theory- Peran Akuntansi Sebagai Ilmu Pengetahuan


2.3.1. Apakah Positive Accounting Theory (PAT) merupakan Ilmu Pengetahuan?
Tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktek akuntansi
(Watts and Zimmerman,1986). Teori akuntansi berguna untuk menjelaskan alasan suatu
praktek tertentu diterapkan perusahaan. Seperti kita ketahui banyak metode akuntansi yang
dapat diterapkan oleh perusahaan, misalnya persediaan dengan FIFO atau LIFO, Depresiasi
dengan metode garis lurus atau saldo menurun. Teori akuntansi bermanfaat untuk
menjelaskan mengapa suatu perusahaan menggunakan metode persediaan FIFO dan bukan
LIFO. Selain berguna untuk menjelaskan, teori akuntansi juga berguna untuk memprediksi
fenomena-fenomena akuntansi tertentu misalnya jenis perusahaan apa yang akan
menggunakan LIFO. Teori akuntansi sangat penting karena banyak pihak yang terkait dengan
laporan akuntansi, seperti manager perusahaan, akuntan publik, bank, investor, pemerintah
dan lain-lain. Semua pihak yang terkait dengan akuntansi berusaha untuk memaksimumkan
utilitasnya. Misalnya manager akan memaksimumkan kekayaan pribadinya berkaitan dengan
bonus yang akan mereka terima.Bonus yang akan diterima oleh manajer tergantung dari
kinerja akuntansinya.
Perkembangan teori akuntansi dimulai tahun 1990an. Di AS pada tahun 1933 dan
1934 dikeluarkan Undang-undang pasar modal yang mengatur disclosure (pengungkapan
informasi) laporan keuangan bagi perusahaan yang go publik dan memperdagangkan
sahamnya di NYSE. Ada dua aliran teori, yaitu normative ( membahas apa yang seharusnya)
dan positive (membahas mengapa sesuatu dilakukan). Positive Accounting Theory (PAT)
dimulai dengan pengujian beberapa asumsi yang mendasari akuntansi normatif selama tahun
1960an. Dua set penelitian empiris dilakukan. Satu set penelitian menguji asosiasi antara
angka laba akuntansi dengan harga saham ( Ball and Brown 1968, Beaver 1968, Foster

426 Integrity - Jurnal Akuntansi dan Keuangan – Vol. 2 No. 2 – Agustus 2008: 417- 432
1977). Hasilnya menunjukkan bahwa angka akuntansi merefleksikan faktor-faktor yang
relevan dengan penilaian saham. Hal ini sesuai dengan W & Z (1986) yang meruntuhkan
klaim bahwa literatur akuntansi normative yang menyatakan bahwa laba akuntansi tidak ada
artinya karena dihitung dengan menggunakan dasar penilaian yang beragam. Penelitian yang
kedua berusaha untuk membedakan antara dua hipotesis kompeting- yaitu no-effects
hypothesis dan mecanistic hyphothesis. Bukti dari penelitian tersebut ternyata masih mixed
dan tidak berhasil membedakan antara hipotesis tandingan.
Beberapa penelitian empiris mengenai accounting choice diperoleh dampak variable
yang berhubungan dengan tiga hipotesis yaitu (1) bonus plan hypothesis, (2) debt-equity
hypothesis, dan (3) political cost hypothesis. Bonus plan hypothesis menyatakan bahwa
perusahaan dengan bonus plan memilih metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba
periode saat ini. Debt-equity hypothesis menyatakan perusahaan dengan debt-equity ratio
yang lebih tinggi memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba mendatang ke
periode sekarang. Argumentasi ini bahwa perusahaan yang debt equity ratio lebih tinggi akan
cenderung melanggar debt covenant.Sedangkan political cost hypothesis menyatakan
perusahaan besar akan memilih metode akuntansi yang income-decreasing dibandingkan
perusahaan kecil. Hasil penelitian empiris biasanya juga konsisten dengan hipotesisnya.
Permulaan dari Positive Accounting Theory (PAT) berusaha untuk mengungkapkan
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manajemen dalam standar akuntansi yang
berpengaruh terhadap corporate lobbying. Ada beberapa pihak yang berkepentingan terhadap
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan yang disajikan oleh akuntan, yaitu: (1)
Investor. Penanam modal berresiko mengharapkan pengembangan atas investasi yang
dilakukan. Mereka membutuhkan investasi untuk analisa keputusan apakah harus membeli
investasi, menahan atau menjualnya, (2) Karyawan. Untuk kepastian jaminan balas jasa,
pensiun dan kesempatan kerja, (3) Pemberi pinjaman/kreditur. Untuk memutuskan pinjaman
yang dilakukan dan kepastian pengembalian pinjaman dan bunga, (4) Pemasok dan kreditur
lainnya. Untuk kepastian pembayaran pinjaman jangka pendek, (5) Pemerintah. Menetapkan
berbagai kebijakan dan perpajakan, (6) Masyarakat. Untuk mengetahui trend perekonomian
dan perkembangan kemakmuran perusahaan, (7) Badan pengawas pasar modal. Untuk
memperoleh keyakinan bahwa mekanisme yang ada dalam pasar modal telah berjalan sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan, (8) Organisasi Profesi. Untuk meyakinkan bahwa standar
akuntansi telah dipatuhi oleh anggota profesi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
terdapat pihak-pihak yang dapat mempengaruhi perkembangan akuntansi sebagai suatu ilmu.
Pihak yang paling powerful akan mewarnai perkembangan ilmu akuntansi disuatu Negara.
Standar akuntansi dihasilkan melalui suatu proses interaksi yang cukup kompleks
yang melibatkan berbagai pihak di dalamnya. Dengan adanya globalisasi, banyak perusahaan
yang melakukan perdagangan internasional, membuka cabang di negara lain, dan melakukan
cross-listing di negara lain, maka mendesak dilakukan adanya harmonisasi standar akuntansi
secara global. IFRS (International Financial Reporting Standard) dan IAS (International
Accounting Standards) yang dditerbitkan oleh IASB telah banyak diadopsi oleh Negara-
negara di dunia. Beberapa penelitian mengungkapkan tentang tingkat pemenuhan dari
perusahaan-perusahaan yang dituntut untuk mengikuti Standar Akuntansi Internasional.

Pentingnya Ontologi dalam Ilmu Akuntansi ....(Herusetya, Christiningrum & Aryati) 427
2.3.2. PAT dan Ilmu Pengetahuan
Popper (1959) memberi satu hal yang terkenal dalam ilmu pengetahuan yaitu falsifikasi.
Falsifikasi, kebalikan dari verifikasi, adalah pengguguran suatu teori lewat fakta. Status
ilmiah suatu teori menurut Popper adalah bisa difalsifikasi. Konsep-konsep Popper kemudian
banyak dikritik oleh Thomas Kuhn. Lakatos (1970) menjelaskan tiga cara untuk falsifikasi
yaitu: dogmatis, naïve, dan sophisticated. Dogmatic falsificationism menyatakan semua teori
bersifat terkaan dan ilmu tidak dapat membuktikan, ilmu dapat menyanggah. Jika pada suatu
saat teori disanggah/ disangkal maka harus ditolah. Ini artinya bahwa ilmu berkembang
karena fakta-fakta yang berulang. Naive falsifivationism sama dengan dogmatic kecuali
beberapa keputusan metodologi perlu diambil dalam naive falsificationism. Peneliti PAT
tidak menganut metodologi falsificationism. W & Z (1986) mengusulkan bahwa anomali
perlu tidak mengarah pada abandonment theory ( teori yang tertinggal ). Suatu teori tidak
dibuang hanya karena terdapat observasi yang inkonsisten. Tidak ada suatu teori yang
memprediksi semua fenomena dengan sukses. Kecocokan data dan teori tidak pernah
sempurna. Apa yang mengarah pada abandonment teori adalah munculnya teori alternative
dengan explanatory power yang lebih besar ( W & Z 1990). Hal ini sesuai dengan Kuhn
(1996) dan sophisticated falsificationism. Kuhn seperti halnya Popper menekankan
pentingnya konteks penemuan historis. Ilmu pengetahuan tidak sekedar pengumpulan fakta-
fakta guna membuktikan satu teori yang stagnan. Selalu ada anomali, kejanggalan yang pada
gilirannya mematahkan teori yang selama ini berjaya. Bedanya, Popper melihat sejarah ilmu
pengetahuan sebagai gerak evolusioner sedang Kuhn memandangnya sebagai patahan-
patahan revolusioner (Adian 2002).
Anomali hubungan antara laba akuntansi dengan harga saham terjadi dalam
penelitian Ball and Brown (1968) yang menyatakan adanya post-earning –announcement
drift. Setiap fakta yang diobservasi menjadi ’light’ dalam interpretative theory ( Lakatos
1970). Jadi, jika beberapa fakta tidak sesuai dengan suatu teori, tidak berarti teori
berdasarkan pengujian fakta tersebut dihilangkan, tetapi mungkin memerlukan penelaahan
teori yang bersifat interpretatif. Baik Lakatos (1970) dan Feyerabend (1993) mengatakan
kejadian ini sebagai sejarah ilmu dan hal ini juga terjadi dalam sejarah PAT. Contohnya, jika
penelitian earnings management dengan accruals yang digunakan sebagai dependen variabel
gagal membuktikan hipotesis earning management, tidak harus menjatuhkan program
keseluruhan. Jika accrual yang digunakan sebagai dependen variabel adalah proxy
discretionary accrual, maka discretionary accrual menjadi ’light’ dalam teori. Peneliti PAT
telah menginvestigasi perbedaan model accrual tanpa anomali yang signifikan.
PAT meneliti : Mengapa manajemen memilih metode akuntansi tertentu dan bukan
yang lain? Mengapa manajemen mengganti metode akuntansi tertentu dengan yang lain? Apa
insentif manajemen jika berhubungan dengan accounting choice? Pertanyaan penelitian ini
banyak diuji sejak paper W & Z (1978) dipublikasikan. Perbedaan PAT jika dibandingkan
dengan 3 filsuf : Popper, Kuhn, dan Lakatos dapat dilihat dari Tabel 1.

428 Integrity - Jurnal Akuntansi dan Keuangan – Vol. 2 No. 2 – Agustus 2008: 417- 432
Tabel 1. Perbandingan Metodologi dari Tiga Pendekatan Ilmu Pengetahuan

Sumber: Kabir, SSRN

Gambar 1. Dua Kemungkinan Hubungan antara Teori yang Baku dan Teori Baru

Sumber: Kabir, SSRN

III. SIMPULAN DAN IMPLIKASI


Perkembangan akuntansi terkini dengan munculnya Teori Akuntansi Positif ( PAT) tidak
lepas dari akuntansi itu sendiri sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Akuntansi yang semula
muncul untuk menjawab masalah internal pencatatan debit dan kredit, berkembang hingga
kini untuk menjawab tantangan untuk memenuhi pihak- pihak yang terkait sebagai pemangku
kepentingan dari aspek konsekuensi ekonomi. Dalam perkembangannya sebagai ilmu
pengetahuan mengalami masa krisis, anomali, dan diuji dari berbagai teori tandingan lainnya
(termasuk dalam uji metodologi penelitiannya) menunjukkan bahwa akuntansi bukan hanya

Pentingnya Ontologi dalam Ilmu Akuntansi ....(Herusetya, Christiningrum & Aryati) 429
untuk memenuhi kebutuhan para praktisi professional, namun akuntansi itu sendiri adalah
sebuah ilmu pengetahuan dan tidak lepas dari filsafat ilmu pengetahuan yang membentuknya.
Dengan mempelajari evolusi dan perkembangan akuntansi sebagai ilmu
pengetahuan- bermuara pada asal usul timbulnya akuntansi oleh Luca Pacioli hingga
munculnya teori akuntansi positif memberi bukti bahwa akuntansi merupakan sebuah obyek
kebenaran dan nyata sama halnya dengan ilmu pengetahuan alam lainnya yang dapat
dibuktikan secara ilmu pengetahuan, mengalami masa krisis, berkembang, ada (eksis) dan
berperan aktif dalam masyarakat moderen saat ini.

REFERENSI

Aparaschivei, F. 2007. The Importance of an Accounting Ontology, Economy Informatics,


hal. 1- 10

Arrington, E. 1990. Intellectual Tyranny and the Public Interest: The Quest for the Grail of
and the Quality of Life. Journal of Public Interest Accounting, Vol 3, pp. 1-16.

Ball. R., 1972. Changes in Accounting Techniques and Stock Price. Journal of Accounting
Research, pp. 1-38.

Beaver, W.H., John W. Kennelly and William M. Voss 1968. Predictive ability as a criterion
for the evaluation of Accounting Data. The Accounting Review, October 1968, pp.
657 -688.

Chua, W.F .1986. Radical Developments in Accounting Theory. The Accounting Review,
Vol LX1, No. 4, October

Cooper, David J. and Michael J. Sherer 1984. The value of Corporate Accounting Reports:
Arguments for a Political Economy of Accounting. Accounting, Organisations and
Society , Vol. 9, No. 3/ 4, pp 207-232

Dopuch, Nicholas.1980, Empirical Vs Non-empirical Contributions to Accounting Theory


Development. University of Alabama: University of Alabama Doctoral Consortium,
dalam Ibrahim, S.H., From Conventional Accounting to Islamic Accounting: Review
of the Development Western Accounting Theory and Its Implication for and
differences in the Development of Islamic Accounting. Working Paper. Diakses
pada http:// www.google.com/search tanggal 8 Oktober 2008

Hendriksen, Eldon S. 1982. Accounting Theory, 4th Edition, Homewood, Illinois: Richard D.
Irwin Inc.

Hines R. 1988. Financial Accounting: In communicating reality, we construct reality.


Accounting, Organisations and Society, Vol 13, No.3, pp. 251-261

430 Integrity - Jurnal Akuntansi dan Keuangan – Vol. 2 No. 2 – Agustus 2008: 417- 432
Hopper, T. and A. Powell. 1985. Making sense of Research into the organisational and social
aspect of Management Accounting: A review of its underlying assumptions. Journal
of Management Studies, September 1985, pp 429 -465.

Harahap, S. S. 2007. Teori Akuntansi, Edisi revisi, PT Raja Grafindo Persada

Ibrahim, S.H.2008. From Conventional Accounting to Islamic Accounting: Review of the


Development Western Accounting Theory and Its Implication for and differences in
the Development of Islamic Accounting, Working Paper. Diakses pada http://
www.google.com tanggal 8 Oktober 2008

Jensen, Michael C. and Meckling, William H., 1976. Theory of the firm: Managerial
Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics,
Vol 3, pp 305-360.

Kerlinger, F.N. 1964, Foundations of Behavioural Research, New York, dalam Ibrahim, S.H.,
From Conventional Accounting to Islamic Accounting: Review of the Development
Western Accounting Theory and Its Implication for and Differences in the
Development of Islamic Accounting, diakses pada http:// www.google.com/search
tanggal 8 Oktober 2008

Kuhn, T.S., 1970, The Structure of Scientific Revolutions,: 2nd Edition, University of
Chicago Press, dalam Ibrahim, S.H., From Conventional Accounting to Islamic
Accounting: Review of the Development Western Accounting Theory and Its
Implication for and Differences in the Development of Islamic Accounting, diakses
pada http:// www.google.com/search tanggal 8 Oktober 2008

Kabir, M.H. Positive Accounting Theory and Science: A Comparison. Working paper,
SSRN- id 1027382, diakses pada tanggal 10 Oktober 2008

Lako, A. 2004. Peran Filsafat Ilmu Sebagai Fondasi Utama Dalam Pengembangan Ilmu
(Teori) Akuntansi. Journal Bisnis dan Akuntansi, Vol 6, No. 2, Agustus 2004, hal.
167 – 188

Lehman, C. 1988. Accounting Ethics: Surviving Survival of the Fittest. Advances in Public
Interest Accounting, Volume 2, p 71-82.

Most, Kenneth S. 1982, Accounting Theory: 2nd Edition, Columbus, Ohio: Grid Publishing
Inc.

Partridge, C. 2002. A new foundation for accounting: Steps towards the develoment of a
reference ontology for accounting, Technical Report 23/02, LADSEB-CNR, Dec
2002.

Pentingnya Ontologi dalam Ilmu Akuntansi ....(Herusetya, Christiningrum & Aryati) 431
Roberts, J and Robert Scapens, 1985. Accounting Systems and Systems of Accountability-
Understanding Accounting Practices in Their Organisational Contexts. Accounting,
Organisations and Society , Vol. 10, No. 4, pp 443-456

Tinker T., B. Merino and M.Neimark. 1982. The Normative Origins of Positive Theory.
Accounting, Organisations and Society, Vol 7, No. 2 pp.167-200

Tuanakotta, T. M. 2007. Setengah Abad Profesi Akuntan, Salemba Empat, Jakarta

Verhaak, C. dan R Haryono Imam. 1995. Filsafat Ilmu Pengetahuan Telaah atas Cara Kerja
Ilmu-Ilmu, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Watts, R.L. and Jerold L. Zimmerman .1978. Towards a Positive Theory of the
Determination of Accounting Standards. The Accounting Review, January 1978, pp.
112-134.

432 Integrity - Jurnal Akuntansi dan Keuangan – Vol. 2 No. 2 – Agustus 2008: 417- 432

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai