Anda di halaman 1dari 13

KAITAN UPACARA ADAT CUKUR RAMBUT GIMBAL

DI DIENG DENGAN NILAI ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah AIK


1 (Kemanusiaan dan Keimanan)

Dosen Pengampu:
Yunita Furi Aristyasari

Oleh:
Kelompok 4
Rizki Nofriyadi 20220110004
Luki Wirawan 20220110013
Dela Lailia Shafira 20220110031
Multasham Balya Aji Saputera 20220110041

KELAS A
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Yunita Furi Aristyasari
sebagai dosen pengampu mata kuliah AIK 1 (Kemanusiaan dan keimanan)
yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta,24 September 2022

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….2
DAFTAR ISI………………………………………………………………3
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….4
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………...4

BAB II: PEMBAHASAN


2.1 Pengertian upacara adat cukur rambut gimbal…………………………5
2.2 Syaratnya dan caranya sebagai berikut………………………………...7
2.3 Apa kaitan kebudayaan tradisi rambut gimbal tersebut dengan islam
adalah………………………………………………………………………9

BAB III: PENUTUP


3.1 Kesimpulan……………………………………………………………...12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dulunya sebelum islam masuk ke daerah Dieng, orang-orang local di daerah
tersebut masih menganut agama hindu sesuai dengan kerajaan yang ada pada saat di
zaman itu. Ini dibuktikan dengan adanya beberapa candi Hindu di Kawasan wisata
Dieng. Dan upacara adat cukur rambut gimbal sudah ada sejak zaman kerajaan
tersebut. Lalu perlahan islam masuk ke daerah Dieng tersebut, dan mulai
mengakulturasi budaya sejak zaman kerajaan menuju budaya islam yang dibawa oleh
kyai dan para wali.
Tujuan kyai dan para wali adalah mengajarkan dan menyebarkan agama islam
ke daerah Dieng tersebut tetapi tidak menghilangkan kebudayaan asli orang Dieng
tersebut. Dan salah satu kebudayaan yang ada sejak zaman kerajaan hingga saat ini
adalah upacara cukur rambut gimbal atau Ruwatan.

1.2 Rumusan Masalah


-Apa itu upacara adat cukur rambut gimbal?
-Apa syaratnya dan bagaimana caranya?
-Apa kaitan kebudayaan tersebut dengan islam?
1.3 Tujuan
-Menjelaskan tentang adat cukur rambut gimbal.
-Menjelaskan tentang syarat dan caranya.
-Memaparkan konsep kaitan kebudayaan tersebut dengan dengan islam.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian upacara adat cukur rambut gimbal

Kepercayaan masyarakat Desa Dieng Kulon terhadap upacara adat ngruwat


Gimbal sudah ada sejak lama dan pemerolehannya secara turun-temurun. Adanya
kepercayaan tersebut tidak ada seorangpun yang tahu secara pasti. Asal-usul upacara
ini mereka anggap sebagai cerita dari orang-orang dahulu yang disampaikan secara
lisan dan diteruskan secara terus-menerus sampai pada generasi sekarang ini. Mereka
hanya meneruskan tradisi yang sudah dilaksanakan turun-temurun dari leluhurnya
jaman dahulu.
Asal-usul dilaksanakannya upacara adat ngruwat Gimbal berawal dari cerita
jaman nenek moyang Dieng yang sejak dari dulu sudah turun-temurun yang 31
berasal dari titipan samudra kidul yang harus dikembalikan ke sungai yang mengalir
ke samudra kidul. .
Masyarakat Dieng percaya pada tokoh-tokoh tersebut secara turun-temurun
dari orang tua hingga harus menjalankan tradisi dengan tujuan menghilangkan bala
selain itu ruwatan anak Gimbal dilakukan sebagai wujud memohon keselamatan pada
Yang Maha kuasa.

5
Tempat-tempat yang digunakan dalam upacara adat ngruwat Gimbal di Desa
Dieng Kulon yaitu rumah juru kunci diarak menegelilingi komplek wisata dan
berakhir di komplek candi arjuna. Tempat pelaksanaan tersebut menjadi tempat
pelaksanaan yang tetap karena dilaksanakan secara terus-menerus setiap tahunnya.
Kelancaran pelaksanaan upacara adat ngruwat Gimbal di Desa Dieng Kulon
tergantung pada dukungan masyarakat Dieng Kulon sepenuhnya. Kerukunan antar
warga dijadikan modal utama untuk melaksanakan upacara tersebut, sehingga upacara
adat ngruwat Gimbal dapat mempererat tali persaudaraan dan persatuan 32 bagi
masyarakat Dieng Kulon. Pelaksanaan upacara adat ngruwat Gimbal di Desa Dieng
Kulon sebagai salah satu bentuk pelestarian kebudayaan daerah mendapat tanggapan
yang positif dari masyarakat setempat. Kepercayaan warga terhadap upacara tersebut
menyebabkan mereka sangat tekun untuk melaksanakannya secara rutin yaitu setiap
setahun sekali dan dijadikan agenda tahunan desa Dieng Kulon

6
2.2 Syaratnya dan caranya sebagai berikut

Rambut gimbal hanya boleh dipotong bila anak yang bersangkutan sudah
menghendaki atau memintanya dan harus dilakukan melalui ritual pencukuran yang
dipimpin tetua adat setempat. Uniknya, pencukuran ini hanya dapat dilakukan
setelah orang tua memenuhi permintaan "apa pun" yang diajukan oleh sang anak.
Konon jika pemotongan rambut gimbal tidak dilakukan melalui ritual sakral, rambut
gimbal akan kembali tumbuh dan si anak cenderung sakit-sakitan. Pada umumnya
prosesi ruwatan biasanya terbagi pada tiga tahap, yaitu pendahuluan, pementasan
wayang, dan penutupan.38 Namun, ruwatan rambut gimbal memiliki ciri khusus
pada proses berlangsungnya ruwatan. Ruwatan rambut gimbal dimulai dengan
ziarah yang dilakukan para tetua adat ke tempat yang dianggap suci dan mengambil
air. Dari tujuh sumbr mata air yang ada di dataran tinggi Dieng. Kemudian pada hari
pelaksanaan, rangkaian dimali pada pagi hari. Anak-anak rambut gimbal berkumpul
di rumah tetua adat. Selain anak-anak rambut gimbal, di sini juga berkumpul wanita
pengiring yang membawa berbagai makanan untuk diarak keliling kampung,
biasanya diiringi dengan lantunan sholawat, musik rebana, dan musik pengiring
lainnya.

7
Setelah berkeliling kampung, arak-arakan akan menuju Candi Arjuna. Di candi ini,
dilakukan pemotongan rambut gimbal. Sebelumnya memang acara pemotongan
rambut gimbal dilaksanakan di daerah masing-masing. Namun, seiring perkembangan
zaman kemudian semua dilakukan massal di kawasan dataran tinggi Dieng. Acara
ruwatan dipimpin oleh tetua adat. Sebelum dipotong, anakanak berambut gimbal akan
meminta sesuatu yang harus dituruti. Permintaan ini dapat berwujud benda atau yang
lain. Setelah permintaan dituruti anak tersebut langsung dipotong gimbalnya. Yang
berperan pada pemotongan rambut gimbal ini diantaranya para sesepuh adat,
pemerinath Desa, Bupati, dan Gubernur Jawa Tengah. Masyarakat Dieng percaya
bahwa permintaan tersebut bukanlah permintaan si anak, tapi permintaan makhluk
laim yang menjaga si anak berambut gimbal. Rambut gimbal yang sudah dipotong
kemudian akan dilarung di sumber air yang ada di Dieng. Tempat yang biasanya
dijadikan tempat pelarungan adalah Telaga Warna, Telaga Balaikambang, atau Sungai
Serayu. Setelah melalui prosesi ini, rambut gimbal pada anak tersebut tidak akan
tumbuh kembali.

8
2.3 Apa kaitan kebudayaan tradisi rambut gimbal tersebut dengan islam adalah
jika dilihat sejarah proses penyebaran Islam di Indonesia menggunakan
pendekatan budaya. Di kalangan masyarakat Islam Jawa, banyak didapati
berbagai macam upacara adat seperti selametan, tahlilan, manaqiban,
mauludan, rajaban, syawalan, bahkan ritual rambut gimbal yang ada di
dataran tinggi Dieng. Keberadaan tradisi-tradisi tersebut secara tekstual tidak
ada dalam dalil alQur’an maupun Hadiś. Namun tradisi tersebut muncul
karena merupakan hasil ijtihad umat Islam dalam membumikan ajaran-ajaran
al-Qur’an ke dalam masyarakat yang berbudaya. Untuk itu, untuk
memposisikan tradisi

ini adalah dengan melihat substansi dari unsur-unsur yang sama dan tidak
bertentangan. Seperti halnya dalam Ritual rambut gimbal dalam
pelaksanaannya mampu mendatangkan banyak orang dari berbagai kalangan
dan lapisan masyarakat yang bercampur baur dalam satu wadah yaitu upacara
pencukuran rambut gimbal Melihat hal tersebut, secara substansi maka tidak
salah jika memaknai ritual sebagai ajang untuk silaturahmi atau nyambung
sedulur (Jawa). Karena dengan bertemunya antara satu individu dengan
individu lain akan menambah erat tali persaudaraan di antara mereka. Hal ini
dapat disesuaikan dengan al-Qur’an surat an-Nisā ayat

9
1 Artinya:“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lai], dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu Dengan menjalin silaturahmi, seseorang akan merasa sangat
dekat, sehingga dengan tujuan ibadah seseorang akan saling bantu-membantu
dan tolong menolong. Bantu-membantu dan tolongmenolong yang dipraktikan
dalam ritual tersebut adalah terwujudnya hubungan timbal balik antara
penduduk lokal Dieng dan juga para wisatawan yang menghadiri ritual
tersebut. Dimana sebuah simbiosis mutualisme terjadi di sini.

Adapun nilai-nilai agama yang terkandung dalam kegiatan upacara tersebut


meliputi:
1. Nilai akidah
Pelaksanaan tradisi ruwatan menunjukkan nilai akidah yaitu mengesakan
Allah. Rangkaian acara ruwatan secara keseluruhan tidak ada yang
melenceng dari agama Islam. Tujuan utama hanya mengharap doa kepada Allah
SWT. Terliha ketika pelaksanaan acara napak tilas dan pemotongan rambut
gimbal. mengucapkan doa hanya kepada Allah semata. Kegiatan tersebut
menandakan adanya nilai mengesakan Allah karena mereka percaya dan hanya
mengharap doa itu dikabulkan dari Allah bukan dari yang lainnya.
2. Nilai syariah/ibadah
Dalam tradisi ruwatan ini mengajarkan kita untuk senantiasa mengaji
dengan membaca al Quran, yang dikemas melalui acara gendurenan. Di
prosesi tersebut ada pembacaan tahlil yang di dalamnya jelas terdapat
bacaan-bacaan dalam al Quran. Sebelum diadakan ruwatan memang

10
sebelumnya ada acara gendurenan, yang di dalamnya terdapat bacaan ayat
suci al Quran, kemudian pada saat napak tilas juga kita bacakan ayat suci
Al-Qur’an. Jelas dari situ selain kita memohon kepada Allah juga
menajarkan dan melatih kita supaya rajin dalam membaca al
quran/mengaji. Selain dibacakannya ayat Al-Qur’an, dzikir, shalawat, dan
doa pada saat acara tradisi Ruwatan Rambut Gimbal, nilai ibadah yang
ditunjukan pada rangkaian acara tradisi Ruwatan Rambut Gimbal yaitu
pada saat berdoa sebelum makan bersama saat syukuran yang dipimpin
oleh Ustadz. Hal tersebut bertujuan agar anak terbiasa membaca doa
sebelum makan sebagai ungkapan syukur atas nikmat yang diberikan oleh
Allah SWT
3. Nilai akhlak
Sebelum acara ruwatan memang melaksanakan acara syukuran atau di sini
disebut gendurenan. Syukuran menjadi salah satu rangkaian sebelum
pelaksanaan acara tradisi ruwatan. Sebelumnya orang tua yang
mempunyai anak berambut gimbal mengadakan syukuran dengan tujuan
berterimakasih karena telah diberi banyak kenikmatan oleh Allah SWT.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulannya adalah masih terdapat nilai-nilai islam di upacara adat
ini. Justru dengan adanya upacara adat ini membantu islam lebih
mudah masuk dan diterima masyarakat local. Setelah islam sudah bisa
masuk dan diterima di masyarakat local barulah hal-hal yang kurang
dirasa kurang pas dicoba dirubah sesuai syariah islam.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.uny.ac.id/19977/1/Singgih%20Adi%20Nugroho%2007205244027.pdf
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/qaf/article/download/2027/1205
https://eprints.walisongo.ac.id/13644/1/1503016063_Sidik%20Muslihun%20Amin_F
ullSkripsi%20-%20sidik%20amien.pdf https://www.wonosobozone.com/travel/pr-
4673531383/mengenal-ritual-cukurrambut-gembel-dari-dataran-tinggi-dieng

13

Anda mungkin juga menyukai