Optimasi Proses Penyerapan Hidrogen Pada Permukaan Borophene Yang Didoping Dengan Nitrogen Untuk Aplikasi Penyimpanan Hidrogen 3
Optimasi Proses Penyerapan Hidrogen Pada Permukaan Borophene Yang Didoping Dengan Nitrogen Untuk Aplikasi Penyimpanan Hidrogen 3
BAB 1 PENDAHULUAN
Energi ditinjau dalam bidang fisika bermakna sebagai satuan kapasitas untuk
melakukan kerja maupun usaha. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa
energi dapat berubah bentuk, namun tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan. Pernyatan tersebut telah dibuktikan dengan teori yang
dikemukakan oleh Einstein pada sebuah percobaan yang melibatkan massa
inti atom yang dianggap sebagai penjumlahan semua massa inti atom
tersebut, namun hasil dari percobaan tersebut tidak menampilkan hasil data
yang sama, sehingga diambil kesimpulan bahwa terdapat massa yang diubah
kedalam bentuk energi dalam proses penggabungan maupun pembelahaan
oleh atom tersebut dikenal sebagai penyusutan massa (mass defect). Sehingga
manusia memaknai terjadi pengolahan dan pemanfaatan energi utnuk
keberlangsungan hidup. Pemanfaatan energi, perkembangan manusia, dan
teknologi akan terus terikat satu dan lainnya. Kebutuhan manusia serta
penggunaan teknologi yang terus meningkat tidak diiringi dengan
ketersediaan sumber daya energi yang tersedia (Hudson and Badiru 2008).
Di bumi terdapat 2 sumber energi yang mendominasi terdiri dari sia-sia bara
api hasil pembentukan bumi yang nantinya akan hadir berupa energi panas
bumi (geothermal) dan energi matahari yang umum digunakan oleh manusia
berupa bahan bakar terbarukan (tenaga air, surya, angin, gelombang laut dan
biomassa) maupun baik fosil (batubara, gas dan minyak bumi). Energi Baru
dan Terbarukan adalah energi yang berasal dari proses alam yang diisi ulang
secara terus menerus dan secara berkelanjutan dapat terus diproduksi tanpa
harus menunggu waktu lama layaknya energi berbasis fosil. Artinya , EBT
2
yang dihasilkan dari sumber daya energi yang secara alami tidak akan habis
jumlahnya dan dapat bersifat berkelanjutan apabila dikelola dengan baik.
Oleh karena itu, Energi Baru dan terbarukan dapat disebut juga sebagai energi
yang berkelanjutan (sustainable energy). Berdasarkan data yang dihimpun
oleh IEA (International Energy Agency) menyampaikan Presentase pasokan
sumber energi yang digunakan dalam berbagai bidang di seluruh dunia pada
tahun 2019 diawali dengan penggunaan bahan bakar bio dan limbah sebesar
6,3 %, air sebesar 2,3 % , nuklir sebesar 9,7 %, gas alam sebesar 29,1 %, batu
bara sebesar 14,4 %, hingga penggunaan sumber daya terbanyak minyak
bumi sebesar 35,3%,dan sumber energi lainnya sebesar 2,9 %.(IEA 2022b)
Ketersediaan dan penggunaan teknologi yang meningkat dengan diiringi
dengan penambahan penduduk didunia, membuat pemakaian sumber energi
konvensional tereksploitasi secara cepat. Ketersediaan sumber energi
konvensional yang terbatas dan produksi ulang menjadi bahan bakar seperti
saat ini membutuhkan waktu yang lama, membuat pasokan sumber energi
konvensional hanya dapat bertahan selama beberapa dekade kedepan,
sehinngga nantinya diprediksi akan terjadi krisis sumber daya. Penggunaan
bahan bakar fosil juga mulai menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap
lingkungan, dalam kurung waktu 30 tahun terakhir efek dari proses
pembakaran, efek rumah kaca, hingga pelepasan gas CO2 mengakibatkan
bertambahnya emisi gas CO2 hingga menjadi 31,5 Gt CO2 pada tahun 2020
dibanding pada tahun 1990 peningkatan emisi gas hanya sebesar 20,5 Gt CO2
(IEA 2022a). Selain dampak negatif terhadap lingkungan ketersediaan bahan
bakar fosil yang terus berkurang mengakibatkan tidak stabilnya
perekonomian dan membuat kesejahteraan masyarakat terganggu.(Amir
2014)
Perlu penggunaan sumber energi alternatif untuk mengimbangi pemakaian
sumber energi tidak terbarukan serta ditujukan supaya menanggulangi krisis
energi dimasa yang akan datang. Meningat potensi energi alternatif dan
penggunaan yang ramah lingkungan sangat menjanjikan sebagai cadangan
maupun pengganti energi konvensional. Perpindahan penggunaan sumber
3
dengan cara menurunkan suhu pada hidrogen hingga 253o C hingga mengurangi
perpindahan panas ke lingkungan. Compressed Gas State merupakan
penyimpanan hidrogen dalam bentuk gas ynag tekompresi melalui empat
jenis bejana tekan yang memiliki bentuk silinder. Pada kedua penyimpanan
tersebut hidrogen mengalami banyak kekurangan hingga terdapat
penyimpanan hidrogen paling sesuai dalam bentuk Solid State Storage. Solid
State Storage merupakan penyimpanan hidrogen dalam bentuk padatan
ketika berinteraksi dengan logam transisi dan logam paduan pada suhu tinggi
(Chalk and Miller 2006)
Material brophene menjadi salah satu material pendukung penyimpanan
hidrogen. Borophene adalah sebuah material 2D baru yang terdiri atas satu
lapisan atom boron yang berhasil disintesis pada tahun 2015 dalam substrat
perak dalam keadaan vakum yang sangat tinggi. Borophene memiliki kondisi
yang sangat berbeda dibandingkan dengan material 2D lainnya karena
perbedaan antara kristal borophene dan cacat kekosongan boron bersifat
kabur/tidak jelas dikarenakan energi pembentukan cacat sangat rendah.
Berkaca dari penyimpanan hidrogen yang berhasil dikemukakan dalam
bidang industri maupun penelitian dengan menggunakan material graphene.
Borophene memiliki massa atom boron yang lebih kecil dari massa atom
karbon penyusun graphene, sehingga borophene secara berat lebih ringgan
dari graphene membuat borophene lebih bagus digunakan sebagai material
penyimpanan hidrogen dan memiliki penginderaan(sensing) yang baik
terhadap gas hidrogen.(Liu and Hersam 2019) Bebrapa ilmuwan telah
mengembangkan cara yang efektif untuk meningkatkan efisiensi
penyimpanan hidrogen pada permukaan 2D melalui Melalui proses
peneyerapan hidrogen pada permukaan borophene yang didoping dengan
atom nitrogen. Akibatnya, banyak bahan 2D telah diseleksi secara
komprehensif dengan doping alkali dan adatom logam lainnya dengan
kemampuan yang sangat baik terhadap kapasitas penyimpanan hidrogen.
Sehingga terdapat efek doping nitrogen dan doping pada borophene untuk
penyimpanan hidrogen belum ditangani sampai sekarang. Oleh karena itu,
5
1.5 Manfaat
Berkontribusi pada upaya penemuan material baru untuk penyimpanan
hidrogen berbasis material dengan menggunakan metode komputasi density
functional theory (DFT). Kontribusi tersebut mencakup pemahaman proses
mikroskopik pada interaksi hidrogen molekul dengan permukaan borophene
(adsorpsi dan desorpsi) yang tidak bisa diamati secara langsung dengan
eksperimen.
7
disebut adsorpsi secara fisika. Adsorpsi fisika terjadi apabila terdapat gaya
tarik menarik relatif lebih lemah antara arsibat dengan permukaan adsorben
atau bila terjadi gaya intermolekular (gaya tarik antar molekul-molekul
fluida itu sendiri) lebih besar dari gaya tarik antar molekul (gaya tarik
molekul dengan permukaan). Gaya tersebut dinamakan gaya Van der Waals
sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu bagian permukaan ke bagian lain
dari adsorben. Adsorpsi fisika biasanya terjadi dalam multilayer, pada
temperatur dibawah titik didih adsorbat dan entalpi adsorpsi kecil (20
KJ/mol)(Ayawei, Ebelegi, and Wankasi 2017).
2.1.2 Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia merupakan proses adsorpsi yang mengikutsertakan interaksi
kimia antara adsorbat dengan adsorben. Adsorpsi ini juga melibatkan
pemakaian atau pertukaran elektron antara molekul adsorbat dan permukaan
adsorben menyebabkan reaksi kimia. Ikatan yang terbentuk dari adsorpsi
kimia lebih kuat dari pada adsorpsi fisika. Kriteria lain dari adsorpsi kimia
antara lain terdapat entalpi besar (antara 40-400 KJ/mol), terjadi adsorpsi
monolayer dan proses dilakukan pada temperatur tinggi (Ayawei, Ebelegi,
and Wankasi 2017).
reaksi kimia yang terjadi di dalam fuel cell. Gas hidrogen dan oksigen
merupakan salah satu bahan bakar yang digunakan dalam penerapan fuel cell
sehingga produk buangan dari proses ini berupa uap air dan panas sehingga
ramah lingkungan. Fuel cell merupakan alat yang dapat menghasilkan arus
listrik searah. Dimana melalui proses hidrogen dialirkan pada anoda,
sedangkan oksigen dialirkan ke bagian katoda, oksigen dan elektron hasil dari
pemecahan hidrogen bertemu menghasilkan ion oksigen bermuatan negatif
(O-2). Ion hidrogen positif (proton) dari anoda mengalir menuju katoda. Pada
lapis batas katoda, ion hidrogen positif dan ion oksigen negatif bereaksi
menghasilkan uap air (H2O). Disaat proses suplai bahan bakar (hidrogen) dan
oksigen berlangsung secara berkelanjutan (continue), maka dapat
memproduksi aliran listrik (Chalk and Miller 2006).
Jenis penyimpanan hidrogen di pisah menjadi penyimpanan berbasis fisik
(phisical-based) dan berbasis material (material-based). Penyimanan
hidrogen bebasis material (material-based) menggunakan campuran material
komplek yang di susun untuk mengikat molekul hidrogen. sedangkan
penyimpanan hidrogen berbasis fisik dengan mengubah bentuk molekul
hidrogen dengan berbagai tahapan sehingga dapat digunakan(Valenzuela and
Zapata 2007)
2.4.1 Liquid State
Penyimpanan hidrogen dalam bentuk cair (LH2) dilakukan dengan
menurunkan suhu hidrogen menjadi 253o C dimana suhu tersebut
merupakan titik didih hidrogen pada tekanan kamar. . Bentuk geometris
tangki hidrogen cair yang memungkinkan hidrogen disimpan dengan
volume yang besar bentuk bola di mana bentuk geometris ini dapat
meminimalkan perpindahan panas. Penyimpanan hidrogen dalam bentuk
cair harus tersimpan pada suhu rendah yang menyebabkan biaya pencairan
hidrogen menjadi mahal. Biaya pencairan hidrogen adalah $ 167 / kg untuk
kapasitas 4300 kg. Hidrogen cair dapat digunakan apabila kondisi densitas
energi tinggi diperlukan dan parameter titik didih untuk hidrogen kurang
dibutukan (Rivard et al., 2019).
11
2.5 Borophene
Bentuk dua dimensi (2D) boron, yang secara kolektif dikenal sebagai
borofena (borophene). borophene. adalah logam 2D ringan dengan anisotropi
12
tersebut harus ditekan hingga beberapa ratus atmosfir dan disimpan dalam
suatu vessel bertekanan. Jumlah hidrogen yang diperlukan untuk sel bahan
bakar beberapa fakta menunjukkan bahwa hidrogen digunakan lebih efisien
daripada dibakar lainnya, sehingga lebih sedikit bahan bakar yang dibutuhkan
untuk mencapai hasil yang sama. Meskipun volumetrik kepadatan energi
yang rendah, hidrogen memiliki rasio energi terhadap berat tertinggi
dibandingkan dengan bahan bakar lain. Sayangnya, keuntungan berat ini
biasanya ditutupi oleh beban tinggi tangki penyimpanan hidrogen dan
peralatan yang terkait. Demikian, sebagian besar sistem penyimpanan
hidrogen jauh lebih berat (bulkier) (Rosyid and Oktaufik 2009).
Sehingga penyimpanan hidrogen menggunakan material borophene
sangatlah sesuai karena penggunaan borophene yang memiliki massa yang
ringan dapat membantu dalam mengatasi permasalah berat penyimpanan
hidrogen. Namun, penggunaan borophene muri dalam penyimanan hidrogen
masih kurang efektif dikarenakan hidrogen memiliki energi adsorpsi rendah
untuk mengikat molekul hidrogen sehingga perlu doping untuk meningkatkan
energi adsorpsi. Pada penelitian ini material dorophene diberikan doping
nitrogen. Nitrogen merupakan unsur paling ringan dalam golongan nitrogen
dengan massa atom 14,0067, sehingga nitrogen merupakan unsur yang sesuai
untuk doping dengan borophene. Dari penelitian oleh Bhumi A. Baraiya
(Baraiya et al. 2020) menghasilkan bahwa Energi adsorpsi rata-rata yang
dihitung dari atom N di atas lembaran borophene adalah 6,71 eV, yang secara
signifikan lebih tinggi daripada jumlah energi kohesif N. Sehingga, atom
nitrogen akan terdispresi secara seragam sebagai atom tunggal di atas
lembaran borogen hingga menjadi gugus. Karena lebih tinggi energi adsorpsi,
borophene doping nitrogen lebih stabil dibandingkan dengan atom alkali
sejenisnya.(Baraiya et al. 2020)
𝜕𝜓
̂ 𝜓 = 𝑖ℏ
𝐻
𝜕𝑡
̂ 𝜓 = 𝐸𝜓
𝐻
ℏ2 2
̂𝜓 = −
𝐻 𝛻 + 𝑉̂
2𝑚
15
Dalam persamaan 2.3 terdapat 𝑇𝑒 (r) sebagai oprator energi kinetik elektronik,
𝑇𝑁 (R) merupakan oprator untuk energi kinetik nuklir, 𝑉𝑒𝑁 (r,R) adalah energi
potensial pada elektron-elektron, dan 𝑉𝑁𝑁 (R) potensial pada nuklir-nuklir.
Penerapan Persamaan Schrdinger independen waktu pada sistem material
akan memberikan prediksi prinsip pertama, memungkinkan pemodelan fisik
yang tepat. Namun, pemodelan sistem material yang sebenarnya tidak
mungkin dilakukan karena masalah kompleksitas (Grixti 2018). Sehingga
Density Functional Theory (DFT) dapat diartikan sebagai teori yang dapat
digunakan untuk menghitung struktur elektronik atom, molekul, dan padatan.
DFT dapat digunakan untuk mengamati sistem yang lebih besar dikarenakan
densitas n (r) merupakan fungsi dari tiga koordinat spasial. DFT memiliki
beberapa teori dasar yang digunakan yaitu teorema Hohenberg – Kohn dan
Kohn – Sham. Teorema Hohenberg – Kohn dan Kohn – Sham dapat diperluas
dari formulasi aslinya, sehingga dapat mencakup berbagai macam situasi
fisik. Metode struktur elektronik konvensional memiliki permasalahan yaitu
fungsi gelombang yang dihasilkan cenderung rumit dan komputer dengan
spesifikasi besar dibutuhkan untuk menganalisa sistem dengan jumlah
elektron yang besar. DFT menggunakan densitas suatu benda sebagai variabel
dasar.DFT memiliki beberapa teori dasar yang digunakan yaitu teorema
Hohenberg – Kohn dan Kohn – Sham.(Grixti 2018)
̂ 𝜓(𝑟⃗⃗⃗1 , 𝑠1 , ⃗⃗⃗
𝐻 𝑟𝑁 , 𝑠𝑁 , ⃗⃗⃗⃗
𝑟2 … ⃗⃗⃗⃗ 𝑅1 , ⃗⃗⃗⃗
𝑅2 , … , ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑅𝑚 )
dengan M dan N adalah jumlah inti atom dan elektron, MA, ZA dan RA
adalah massa, muatan, dan posisi inti atom, ZB dan RB adalah muatan dan
posisi elektron. Dua suku utama dari sisi kanan adalah operator energi
kinetik untuk elektron dan inti atom dan 3 suku terakhir adalah interaksi
atom antara elektron dan inti atom, di antara elektron, dan di antara inti
atom. Approximation yang dapat digunakan untuk menyederhanakan
persamaan many body Hamiltonian adalah Born-Oppenheimer
17
c. RAM : 4,00 GB
d. OS : Linux Ubuntu 20.04
3.6.1.2 Program yang digunakan dalam simulasi adalah:
a. Quantum Espresso, untuk melakukan simulasi DFT dan
mendapatkan data koordinat konfigurasi dimer hidrogen pada permukaan
borophene.
b. XCrySDen, untuk membuat dan menvisualisasikan data koordinat
konfigurasi dimer hidrogen pada permukaan borophene.
c. Gnuplot digunakan untuk membuat grafik.
3.6.2 Kerangka Pemecahan Masalah (PR)
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengetahui struktur
borophene dengan doping nitrogen yang paling stabil dari penyerapan
hidrogen dalam kasus molekul hidrogen terabsorpsi pada permukaan
borophene. Prosedur dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram
alir dibawah ini :
a
Kesimpulan
Selesai
22
DAFTAR PUSTAKA
Amir, R Azmi & H. 2014. “Konsep Kebijakan Dan Tantangan Bagi Indonesia.”
Kementrian Keuangan.
https://fiskal.kemenkeu.go.id/kajian/2014/06/26/083338456782406-
ketahanan-energi-konsep-kebijakan-dan-tantangan-bagi-indonesia.
Chalk, Steven G., and James F. Miller. 2006. “Key Challenges and Recent
Progress in Batteries, Fuel Cells, and Hydrogen Storage for Clean Energy
Systems.” Journal of Power Sources 159(1): 73–80.
Grixti, Sean Patrick. 2018. “Borophene and Carbon Nitride Nanosheets for
Energy Storage Applications By.”
Hou, Chuang, Guoan Tai, Zenghui Wu, and Jinqian Hao. 2020. “Borophene:
Current Status, Challenges and Opportunities.” ChemPlusChem 85(9): 2186–
96.
IEA. 2022a. “Data and Statistics CO2 Emissions by Energy Source, World 1990-
26
Käser, Silvan, and Markus Meuwly. 2022. “Transfer Learned Potential Energy
Surfaces: Accurate Anharmonic Vibrational Dynamics and Dissociation
Energies for the Formic Acid Monomer and Dimer.” Physical Chemistry
Chemical Physics 24(9): 5269–81.
Kovač, Ankica, Matej Paranos, and Doria Marciuš. 2021. “Hydrogen in Energy
Transition: A Review.” International Journal of Hydrogen Energy 46(16):
10016–35.
Setyono, Agus Eko, and Berkah Fajar Tamtomo Kiono. 2021. “Dari Energi Fosil
Menuju Energi Terbarukan: Potret Kondisi Minyak Dan Gas Bumi Indonesia
Tahun 2020 – 2050.” Jurnal Energi Baru dan Terbarukan 2(3): 154–62.
Vidali, Gianfranco, G. Ihm, Hye Young Kim, and Milton W. Cole. 1991.
“Potentials of Physical Adsorption.” Surface Science Reports 12(4): 135–81.
Wang, Zhi Qiang et al. 2019. 14 Frontiers of Physics Review of Borophene and Its
27
Potential Applications.