Anda di halaman 1dari 27

1

OPTIMASI PROSES PENYERAPAN HIDROGEN PADA PERMUKAAN


BOROPHENE YANG DIDOPING DENGAN NITROGEN UNTUK APLIKASI
PENYIMPANAN HIDROGEN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Energi ditinjau dalam bidang fisika bermakna sebagai satuan kapasitas untuk
melakukan kerja maupun usaha. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa
energi dapat berubah bentuk, namun tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan. Pernyatan tersebut telah dibuktikan dengan teori yang
dikemukakan oleh Einstein pada sebuah percobaan yang melibatkan massa
inti atom yang dianggap sebagai penjumlahan semua massa inti atom
tersebut, namun hasil dari percobaan tersebut tidak menampilkan hasil data
yang sama, sehingga diambil kesimpulan bahwa terdapat massa yang diubah
kedalam bentuk energi dalam proses penggabungan maupun pembelahaan
oleh atom tersebut dikenal sebagai penyusutan massa (mass defect). Sehingga
manusia memaknai terjadi pengolahan dan pemanfaatan energi utnuk
keberlangsungan hidup. Pemanfaatan energi, perkembangan manusia, dan
teknologi akan terus terikat satu dan lainnya. Kebutuhan manusia serta
penggunaan teknologi yang terus meningkat tidak diiringi dengan
ketersediaan sumber daya energi yang tersedia (Hudson and Badiru 2008).
Di bumi terdapat 2 sumber energi yang mendominasi terdiri dari sia-sia bara
api hasil pembentukan bumi yang nantinya akan hadir berupa energi panas
bumi (geothermal) dan energi matahari yang umum digunakan oleh manusia
berupa bahan bakar terbarukan (tenaga air, surya, angin, gelombang laut dan
biomassa) maupun baik fosil (batubara, gas dan minyak bumi). Energi Baru
dan Terbarukan adalah energi yang berasal dari proses alam yang diisi ulang
secara terus menerus dan secara berkelanjutan dapat terus diproduksi tanpa
harus menunggu waktu lama layaknya energi berbasis fosil. Artinya , EBT
2

yang dihasilkan dari sumber daya energi yang secara alami tidak akan habis
jumlahnya dan dapat bersifat berkelanjutan apabila dikelola dengan baik.
Oleh karena itu, Energi Baru dan terbarukan dapat disebut juga sebagai energi
yang berkelanjutan (sustainable energy). Berdasarkan data yang dihimpun
oleh IEA (International Energy Agency) menyampaikan Presentase pasokan
sumber energi yang digunakan dalam berbagai bidang di seluruh dunia pada
tahun 2019 diawali dengan penggunaan bahan bakar bio dan limbah sebesar
6,3 %, air sebesar 2,3 % , nuklir sebesar 9,7 %, gas alam sebesar 29,1 %, batu
bara sebesar 14,4 %, hingga penggunaan sumber daya terbanyak minyak
bumi sebesar 35,3%,dan sumber energi lainnya sebesar 2,9 %.(IEA 2022b)
Ketersediaan dan penggunaan teknologi yang meningkat dengan diiringi
dengan penambahan penduduk didunia, membuat pemakaian sumber energi
konvensional tereksploitasi secara cepat. Ketersediaan sumber energi
konvensional yang terbatas dan produksi ulang menjadi bahan bakar seperti
saat ini membutuhkan waktu yang lama, membuat pasokan sumber energi
konvensional hanya dapat bertahan selama beberapa dekade kedepan,
sehinngga nantinya diprediksi akan terjadi krisis sumber daya. Penggunaan
bahan bakar fosil juga mulai menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap
lingkungan, dalam kurung waktu 30 tahun terakhir efek dari proses
pembakaran, efek rumah kaca, hingga pelepasan gas CO2 mengakibatkan
bertambahnya emisi gas CO2 hingga menjadi 31,5 Gt CO2 pada tahun 2020
dibanding pada tahun 1990 peningkatan emisi gas hanya sebesar 20,5 Gt CO2
(IEA 2022a). Selain dampak negatif terhadap lingkungan ketersediaan bahan
bakar fosil yang terus berkurang mengakibatkan tidak stabilnya
perekonomian dan membuat kesejahteraan masyarakat terganggu.(Amir
2014)
Perlu penggunaan sumber energi alternatif untuk mengimbangi pemakaian
sumber energi tidak terbarukan serta ditujukan supaya menanggulangi krisis
energi dimasa yang akan datang. Meningat potensi energi alternatif dan
penggunaan yang ramah lingkungan sangat menjanjikan sebagai cadangan
maupun pengganti energi konvensional. Perpindahan penggunaan sumber
3

daya konvensional menuju sumber daya alternatif juga harus dipercepat


untuk mengurangi dampak buruk penggunaan sumber daya konvensional.
Melihat kondisi yang akan terjadi, saat ini terus dilakukan penelitian yang
intensif dalam mengoptimalkan energi terbarukan yang sudah ada maupun
mendalami potensi energi terbarukan lainnya. Pemerintah Indonesia telah
melahirkan Blueprint kebijakan energi nasional, Dalam Blueprint cukup jelas
menyebutkan jadwal dan besaran persentase yang harus dicapai adalah pada
tahun 2025. Peran Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia diharapkan
sudah bisa mencapai 23-25%. Kemudian target tersebut naik lagi menjadi
36% pada 2050.(Setyono and Kiono 2021)
Dalam beberapa tahun kebelakang hidrogen menjadi salah satu fokus dan
perhatian peneliti dalam mengembangakan potensi untuk dijadikan salah satu
energi terbarukan yang menjanjikan untuk digunakan pada masa yang akan
datang. Hidrogen menjadi salah satu kandidat energi terbarukan karena
memiliki proses akhir reaksi berupa uap air sehingga lebih bersih dan ramah
lingkungan jika digunakan secara berkelanjutan, selain itu penggunaan
hidrogen yang efisien dan portabel untuk digunakan pada peralatan sehari-
hari. Ketersediaan hidrogen yang melimpah di bumi membuat hidrogen
menjadikan energi yang ekonomis untuk dikembangkan dimana sekarang
untuk ketersediaan hidrogen hampir mencapai 75% dari total massa unsur di
alam semesta, yang dapat diperoleh dari produksi elektrolisis dari bahan air,
yang akan memisahkan molekul air menjadi gas hidrogen dan oksigen.
Penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar tentunya memerlukan proses
hingga dapat digunakan semestinya.(Kovač, Paranos, and Marciuš 2021)
Peneliti terus mengembangkan faktor-faktor yang mendukung penggunaan
bahan bakar hidrogen dari produksi hidrogen, penggunaan hingga
penyimpanan hidrogen yang sesuai dengan kebutuhan teknologi sekarang ini.
Keamanan dan efisiensi menjadi faktor utama dalam menyimpan hidrogen.
peneliti telah membagi penyimpanan hidrogen menjadi 3 berdasakan bentuk
penyimpanannya yaitu Liquid State, Compressed Gas State, dan Solid State
Storage. Liquid State merupakan penyimpanan hidrogen dalam bentuk cair
4

dengan cara menurunkan suhu pada hidrogen hingga 253o C hingga mengurangi
perpindahan panas ke lingkungan. Compressed Gas State merupakan
penyimpanan hidrogen dalam bentuk gas ynag tekompresi melalui empat
jenis bejana tekan yang memiliki bentuk silinder. Pada kedua penyimpanan
tersebut hidrogen mengalami banyak kekurangan hingga terdapat
penyimpanan hidrogen paling sesuai dalam bentuk Solid State Storage. Solid
State Storage merupakan penyimpanan hidrogen dalam bentuk padatan
ketika berinteraksi dengan logam transisi dan logam paduan pada suhu tinggi
(Chalk and Miller 2006)
Material brophene menjadi salah satu material pendukung penyimpanan
hidrogen. Borophene adalah sebuah material 2D baru yang terdiri atas satu
lapisan atom boron yang berhasil disintesis pada tahun 2015 dalam substrat
perak dalam keadaan vakum yang sangat tinggi. Borophene memiliki kondisi
yang sangat berbeda dibandingkan dengan material 2D lainnya karena
perbedaan antara kristal borophene dan cacat kekosongan boron bersifat
kabur/tidak jelas dikarenakan energi pembentukan cacat sangat rendah.
Berkaca dari penyimpanan hidrogen yang berhasil dikemukakan dalam
bidang industri maupun penelitian dengan menggunakan material graphene.
Borophene memiliki massa atom boron yang lebih kecil dari massa atom
karbon penyusun graphene, sehingga borophene secara berat lebih ringgan
dari graphene membuat borophene lebih bagus digunakan sebagai material
penyimpanan hidrogen dan memiliki penginderaan(sensing) yang baik
terhadap gas hidrogen.(Liu and Hersam 2019) Bebrapa ilmuwan telah
mengembangkan cara yang efektif untuk meningkatkan efisiensi
penyimpanan hidrogen pada permukaan 2D melalui Melalui proses
peneyerapan hidrogen pada permukaan borophene yang didoping dengan
atom nitrogen. Akibatnya, banyak bahan 2D telah diseleksi secara
komprehensif dengan doping alkali dan adatom logam lainnya dengan
kemampuan yang sangat baik terhadap kapasitas penyimpanan hidrogen.
Sehingga terdapat efek doping nitrogen dan doping pada borophene untuk
penyimpanan hidrogen belum ditangani sampai sekarang. Oleh karena itu,
5

diperlukan penelitian penyimpanan hidrogen pada material borophene yang


telah didoping dengan atom nitrogen.(Wang et al. 2019)
Penelitian ini terinspirasi dari borophene yang didoping nitrogen
berdasarkan penelitian yang telah dikemukakan lembar borophene murni
tidak dapat digunakan sebagai substrat ideal untuk penyimpanan hidrogen
yang efisien dikarenakan energi adsorpsinya yang relatif rendah. Nitrogen
yang di doping pada lembaran borophene murni lebih besar daripada
kohesifnya sehingga memmungkinkan untuk meningkatkan kemampuan
menyimpan hidrogen. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
lembaran borophene yang didoping-N, adsorpsi maksimum hidrogen
molekul menjadi dua hidrogen molekul dengan 0,6 eV/H2 energi adsorpsi.
Untuk lembaran borophene yang didoping-N, kerapatan gravimetri yang
dihitung adalah 1,51 % berat, yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan
lembaran borophene yang didekorasi dengan nitrogen. Perbedaan dari
penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini berfokus mengamati
pemberian(doping) nitrogen pada Borophene sehingga mendapatkan hasil
paling stabil untuk dijadikan sebagai bahan penyimpan hidrogen.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah
yang diperoleh untuk mendapatkan struktur permukaan borophene yang
stabil berkaitan dengan optimasi proses penyerapan hidrogen pada borophene
dengan doping nitrogen, yaitu:
1.2.1 Bagaimana nilai energi penghalang yang diperlukan pada proses disosiasi
molekul hidrogen menjadi atom hidrogen pada permukaan borophene yang
didoping dengan atom Nitrogen jika dibandingkan dengan nilai penhalang
pada borophene murni?
1.2.2 Bagaimana konfigurasi dimer yang paling stabil dari borophene yang
didoping dengan atom Nitrogen pada proses penyerapan hidrogen di
permukaan borophene?

1.3 Batasan masalah


6

Batasan masalah dari penilitan ini sebagai berikut :


1.3.1 Struktur kristal borophene yang akan diteliti merupakan struktur kristal
borophene yang non-pristine yaitu borophene yang didoping dengan atom
Nitrogen (terbatas 1 atom doping nitrogen).
1.3.2 Simulasi yang ingin dilakukan hanya terbatas pada kasus penyerapan
hidrogen dalam konsentrasi kecil (dua hidrogen atom)

1.4 Tujuan penelitian


1.4.1 Mengetahui pengaruh doping atom Nitrogen pada nilai energi penghalang
yang diperlukan pada proses disosiasi molekul hidrogen dan penyerapan
atom hidrogen pada permukaan borophene.
1.4.2 Mengetahui pengaruh doping atom Nitrogen pada konfigurasi akhir dimer
hidrogen yang terserap pada permukaan borophene.

1.5 Manfaat
Berkontribusi pada upaya penemuan material baru untuk penyimpanan
hidrogen berbasis material dengan menggunakan metode komputasi density
functional theory (DFT). Kontribusi tersebut mencakup pemahaman proses
mikroskopik pada interaksi hidrogen molekul dengan permukaan borophene
(adsorpsi dan desorpsi) yang tidak bisa diamati secara langsung dengan
eksperimen.
7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Adsorpsi
Adsorpsi merupakan fenomena fisik maupun kimia yang terjadi pada molekul-
molekul gas atau cair yang dikontrakkan dan melekat pada permukaan
permukaan zat padat. Selain itu proses adsorpsi erat kaitannya dengan proses
terkonsentrasinya adsorbat pada permukaan adsorben mengakibatkan adanya
penurunan energi bebas diatas permukaan yang disertai dengan berkurangnya
entropi disebabkan molekul yang teradsorpsi menjadi terbatas karena proses
penggabungannya. Adsorbat merupakan zat yang diserap, sedangkan adsorben
merupakan zat padat dimana permukaannya memiliki pori-pori yang kecil
menyebabkan zat padat tersebut dapat menyerap adsorbat sehingga dapat
terjadi proses adsorpsi, material tersebut antara lain charcoal, silica gel, zeolite
dan porous . Proses adsorpsi dapat terjadi pada saat adsorben dikontakkan pada
molekul-molekul sehingga terdapat gaya kohesif termasuk gaya hidrostatik dan
gaya ikatan hidrogen yang bekerja. Gaya-gaya yang tidak seimbang pada batas
fasa menyebabkan perubahan konsentrasi molekul pada permukaan
adsorben.(Vidali et al. 1991)
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi laju proses adsorpsi dan
kapasitas adsorbat yang dapat diserap oleh adsorben adalah karakteristik
adsorben, temperatur proses adsorpsi, waktu kontak, kelarutan adsorbat, pH,
dan ukuran pori adsorben. Mekanisme adsorpsi terjadi dari perbedaan gaya-
gaya yang tidak seimbang. Sehingga terjadi transfer molekul- molekul menuju
lapisan adsorben, terjadi difusi zat terlarut melalui lapisan film (lapisan tipis
pada pada permukaan) disebut proses film diffusion process, selanjutnya difusi
pada kapiler atau pori (pore diffusion process), dan adsorbat telah terlarut dan
menempel pada permukaan adsorben karena adanya reaksi kimia dan fisika.
(Da̧browski 2001)
2.1.1 Adsorpsi Fisika
Jika fenomena adsorpsi yang terjadi disebabkan oleh interaksi gaya
hidrostatik dan gaya Van der Waals terhadap adsorbat dan adsorben,
sehingga molekul yang terbentuk dari proses tanpa adanya ikatan kimia
8

disebut adsorpsi secara fisika. Adsorpsi fisika terjadi apabila terdapat gaya
tarik menarik relatif lebih lemah antara arsibat dengan permukaan adsorben
atau bila terjadi gaya intermolekular (gaya tarik antar molekul-molekul
fluida itu sendiri) lebih besar dari gaya tarik antar molekul (gaya tarik
molekul dengan permukaan). Gaya tersebut dinamakan gaya Van der Waals
sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu bagian permukaan ke bagian lain
dari adsorben. Adsorpsi fisika biasanya terjadi dalam multilayer, pada
temperatur dibawah titik didih adsorbat dan entalpi adsorpsi kecil (20
KJ/mol)(Ayawei, Ebelegi, and Wankasi 2017).
2.1.2 Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia merupakan proses adsorpsi yang mengikutsertakan interaksi
kimia antara adsorbat dengan adsorben. Adsorpsi ini juga melibatkan
pemakaian atau pertukaran elektron antara molekul adsorbat dan permukaan
adsorben menyebabkan reaksi kimia. Ikatan yang terbentuk dari adsorpsi
kimia lebih kuat dari pada adsorpsi fisika. Kriteria lain dari adsorpsi kimia
antara lain terdapat entalpi besar (antara 40-400 KJ/mol), terjadi adsorpsi
monolayer dan proses dilakukan pada temperatur tinggi (Ayawei, Ebelegi,
and Wankasi 2017).

2.2 Potential Energy Surface (PES) (PR)


Potential Energy Surface (PES) merupakan Hubungan antara energi molekul
dan geometri molekul. Energi molekul dapat diartikan sebagai fungsi dari
posisi inti atom dan elektron akan menyesuaikan posisinya kembali secara
bersamaan dengan inti yang bergerak. Energi suatu sistem bergantung pada
posisi atom (energi potensial) dikarenakan posisi molekul akan tetap diam
pada saat geometri sistem baru terbentuk. energi potensial sistem dapat
ditingkatkan dengan Atom yang mengalami distorsi akan menyebabkan
ikatan tersebut menjadi lebih regang. PES dapat digunakan untuk
menemukan nilai energi penghalang untuk setiap adsorpsi dan desorpsi
molekul hidrogen. Nilai PES minimum merupakan nilai terbaik dikarenakan
molekul ingin berada pada energi potensial terendah. Nilai PES minimum
9

dapat ditentukan dengan menentukan kelengkungan yang semuanya positif


pada grafik antara minimum energy path dan koordinat reaksi. Pada metode
ini menggunakan Pendekatan dapat menyederhanakan persamaan
Schrodinger dengan memfokuskan pada energi elektron dan mengabaikan
kontribusi energi inti (Käser and Meuwly 2022)

2.3 Hidrogen sebagai Sumber Energi yang Bersih


Semakin menipisnya cadangan energi dan kepedulian manusia untuk tetap
melestarikan lingkungan membuat pengolahan sumber energi ikut
berkembang dan beralih dari energi fosil ke arah energi yang lebih ramah
lingkungan. Dari sekian besar sumber energi terbarukan yang memenuhi
standar energi masa depan, hidrogen menjadi salah satu energi yang
dipertimbangkan dengan keunggulan yang dimiliki hidrogen sebagai sumber
energi yang bersih dan ramah lingkungan. Di alam, unsur hidrogen mudah
ditemukan pada senyawa air (H2O) dan senyawa organik lainnya. Bahan
energi dari hidrogen yang tidak menghasilkan gas emisi dan hanya berupa
uap air membuat hidrogen membuat efek rumah kaca maupun polutan di
sekitarnya. Sifat hidrogen sebagai energy carrier (pembawa energi) seperti
energi listrik berbeda dengan energi fosil sebagai energy source (sumber
energi) sehingga hidrogen harus diproduksi terlebih dahulu. Proses produksi
hidrogen umumnya menggunakan metode elektrolisis dengan suhu tinggi
atau High Temperature Electrolysis (HTE) mampu menghasilkan hidrogen
dengan kapasitas yang besar dengan efisiensi rata-rata 45-55% dan hasil
produksi tidak menghasilkan gas rumah kaca (Peraldo Bicelli 1986)

2.4 Penyimpanan Hidrogen


Sel bahan bakar (fuel cell) merupakan perangkat konversi energi yang dapat
mengubah gas dan oksigen menjadi listrik secara langsung melalui reaksi
elektrokimia. Fuel cell memiliki fungsi yang hampir sama dengan baterai,
namun pada fuel cell tidak bersifat menyimpan energi melainkan dapat diisi
reaktannya secara terus menerus sehingga selalu menghasilkan energi dari
10

reaksi kimia yang terjadi di dalam fuel cell. Gas hidrogen dan oksigen
merupakan salah satu bahan bakar yang digunakan dalam penerapan fuel cell
sehingga produk buangan dari proses ini berupa uap air dan panas sehingga
ramah lingkungan. Fuel cell merupakan alat yang dapat menghasilkan arus
listrik searah. Dimana melalui proses hidrogen dialirkan pada anoda,
sedangkan oksigen dialirkan ke bagian katoda, oksigen dan elektron hasil dari
pemecahan hidrogen bertemu menghasilkan ion oksigen bermuatan negatif
(O-2). Ion hidrogen positif (proton) dari anoda mengalir menuju katoda. Pada
lapis batas katoda, ion hidrogen positif dan ion oksigen negatif bereaksi
menghasilkan uap air (H2O). Disaat proses suplai bahan bakar (hidrogen) dan
oksigen berlangsung secara berkelanjutan (continue), maka dapat
memproduksi aliran listrik (Chalk and Miller 2006).
Jenis penyimpanan hidrogen di pisah menjadi penyimpanan berbasis fisik
(phisical-based) dan berbasis material (material-based). Penyimanan
hidrogen bebasis material (material-based) menggunakan campuran material
komplek yang di susun untuk mengikat molekul hidrogen. sedangkan
penyimpanan hidrogen berbasis fisik dengan mengubah bentuk molekul
hidrogen dengan berbagai tahapan sehingga dapat digunakan(Valenzuela and
Zapata 2007)
2.4.1 Liquid State
Penyimpanan hidrogen dalam bentuk cair (LH2) dilakukan dengan
menurunkan suhu hidrogen menjadi 253o C dimana suhu tersebut
merupakan titik didih hidrogen pada tekanan kamar. . Bentuk geometris
tangki hidrogen cair yang memungkinkan hidrogen disimpan dengan
volume yang besar bentuk bola di mana bentuk geometris ini dapat
meminimalkan perpindahan panas. Penyimpanan hidrogen dalam bentuk
cair harus tersimpan pada suhu rendah yang menyebabkan biaya pencairan
hidrogen menjadi mahal. Biaya pencairan hidrogen adalah $ 167 / kg untuk
kapasitas 4300 kg. Hidrogen cair dapat digunakan apabila kondisi densitas
energi tinggi diperlukan dan parameter titik didih untuk hidrogen kurang
dibutukan (Rivard et al., 2019).
11

2.4.2 Compressed Gas State


Hidrogen dapat disimpan dalam bentuk gas terkompresi melalui empat jenis
bejana tekan. Bejana tekan memiliki bentuk silinder, polimorf dan toroid.
Hidrogen dapat dimampatkan dengan energi dalam jumlah tertentu dan
dibutuhkan minimal 4,1 wt% untuk memampatkan hidrogen dari 20 bar
menjadi 700 bar. Hidrogen akan melepaskan panas saat dimampatkan, oleh
karena itu tangki harus didinginkan terlebih dahulu untuk menghindari
panas yang berlebihan. Proses kompresi hidrogen menghasilkan tekanan
yang sangat tinggi, sehingga membutuhkan tangki yang sangat kuat (Rosyid
and Oktaufik 2009).
2.4.3 Solid State Storage
Sistem penyimpanan hidrida logam didasarkan pada prinsip bahwa
beberapa logam mudah menyerap gas hidrogen dalam kondisi tekanan
tinggi dan suhu moderat untuk membentuk hidrida logam. Hidrida logam
ini melepaskan gas hidrogen ketika dipanaskan pada tekanan rendah dan
suhu relatif tinggi. Pada intinya, logam menyerap dan melepaskan hidrogen
seperti spons. Keuntungan dari sistem penyimpanan hidrida logam berkisar
pada fakta bahwa hidrogen menjadi bagian dari struktur kimia logam itu
sendiri dan karenanya tidak memerlukan tekanan tinggi atau temperatur
kriogenik untuk operasi. Kapasitas penyimpanan hidrogen yang cukup
sedikit menyebabkan penelitian mengenai hidrida logam yang dapat
menyimpan lebih dari 5% wt% hidrogen dan dapat digunakan secara
reversibel diperlukan. Dengan demikian,penyimpan tipe ini paling aman
dari semua metode untuk menyimpan hidrogen. Kekurangan dari
penyimpanan hidrida logam adalah berat, sehingga diperlukan penelitian
lebih lanjut terhadap material yang sesuai untuk penyimapanan hidrogen
(Rosyid and Oktaufik 2009).

2.5 Borophene
Bentuk dua dimensi (2D) boron, yang secara kolektif dikenal sebagai
borofena (borophene). borophene. adalah logam 2D ringan dengan anisotropi
12

dalam bidang tinggi yang menghasilkan fenomena elektron plasmonik dan


berkorelasi yang unik (4,5). Variasi struktural dalam borophene terjadi
karena kemampuannya untuk membentuk ikatan kovalen dan berbagai ikatan
multicenter. Ikatan multicenter menyebabkan beberapa atom berbagi
sejumlah elektron untuk mengkompensasi defisiensi elektron boron dan
memungkinkan adanya variasi struktural dalam borophene. Sehingga
Borophene memiliki kondisi yang sangat berbeda dibandingkan dengan
material 2D lainnya karena perbedaan antara kristal borophene dan cacat
kekosongan boron bersifat kabur/tidak jelas dikarenakan energi pembentukan
cacat sangat rendah. Struktur unik tersebut menyebabkan borophene
memiliki beberapa sifat tertentu seperti konduktivitas termal tinggi, struktur
anisotropik tertentu, densitas rendah, superkonduktivitas, hardness, dan titik
leleh tinggi. Bentuk struktur murni borophene cenderung tidak stabil dan
energi totalnya lebih tinggi daripada bulk boron (Hou et al. 2020).
Sebagai bahan 2 dimensi ringan, borophene merupakan salah satu material
menjanjikan untuk penyimpanan hidrogen serta bisa menghasilkan kapasitas
penyimpanan yang besar. Energi adsorpsi pada satu lembar borophene dari
satu molekul hidrogen(H2) hanya 0,047 eV. Intraksi dengan satu molekul
hidrogen dari brophene menunjukan kesamaan dengan intraksi oleh graphene
sebesar 0,025 eV. Sehingga borophene dan graphene memiliki energi
adsorpsi terlalu kecil untuk penyimpanan hidrogen. doping dengan atom
logam merupakan cara paling efektif dengan pendekatan yang sesuai untuk
memperkuta interaksi dengan molekul hidrogen.(Vidali et al. 1991)

2.6 Borophene doping Nitrogen


Hidrogen memiliki kerapatan (density) gas terendah dan terendah kedua titik
didih (boiling point) dari semua zat yang dikenal, menjadikannya sebuah
tantangan untuk menyimpan baik dalam bentuk gas maupun cair. Dalam
bentuk gas, hidrogen memerlukan volume penyimpanan yang sangat besar
dan tekanan. Satu gram gas hidrogen menempati 11 liter ruangan pada
tekanan atmosfir, sehingga untuk menyimpan dalam jumlah besar, gas
13

tersebut harus ditekan hingga beberapa ratus atmosfir dan disimpan dalam
suatu vessel bertekanan. Jumlah hidrogen yang diperlukan untuk sel bahan
bakar beberapa fakta menunjukkan bahwa hidrogen digunakan lebih efisien
daripada dibakar lainnya, sehingga lebih sedikit bahan bakar yang dibutuhkan
untuk mencapai hasil yang sama. Meskipun volumetrik kepadatan energi
yang rendah, hidrogen memiliki rasio energi terhadap berat tertinggi
dibandingkan dengan bahan bakar lain. Sayangnya, keuntungan berat ini
biasanya ditutupi oleh beban tinggi tangki penyimpanan hidrogen dan
peralatan yang terkait. Demikian, sebagian besar sistem penyimpanan
hidrogen jauh lebih berat (bulkier) (Rosyid and Oktaufik 2009).
Sehingga penyimpanan hidrogen menggunakan material borophene
sangatlah sesuai karena penggunaan borophene yang memiliki massa yang
ringan dapat membantu dalam mengatasi permasalah berat penyimpanan
hidrogen. Namun, penggunaan borophene muri dalam penyimanan hidrogen
masih kurang efektif dikarenakan hidrogen memiliki energi adsorpsi rendah
untuk mengikat molekul hidrogen sehingga perlu doping untuk meningkatkan
energi adsorpsi. Pada penelitian ini material dorophene diberikan doping
nitrogen. Nitrogen merupakan unsur paling ringan dalam golongan nitrogen
dengan massa atom 14,0067, sehingga nitrogen merupakan unsur yang sesuai
untuk doping dengan borophene. Dari penelitian oleh Bhumi A. Baraiya
(Baraiya et al. 2020) menghasilkan bahwa Energi adsorpsi rata-rata yang
dihitung dari atom N di atas lembaran borophene adalah 6,71 eV, yang secara
signifikan lebih tinggi daripada jumlah energi kohesif N. Sehingga, atom
nitrogen akan terdispresi secara seragam sebagai atom tunggal di atas
lembaran borogen hingga menjadi gugus. Karena lebih tinggi energi adsorpsi,
borophene doping nitrogen lebih stabil dibandingkan dengan atom alkali
sejenisnya.(Baraiya et al. 2020)

2.7 Density Functional Theory


Perkembangan mekanika kuantum menghasilkan deskripsi lengkap fisika
skala atom, dan pada gilirannya memperluas pengetahuan ke dalam mekanika
14

alam semesta dan kemampuan untuk memodelkannya. Density Functional


Theory (DFT) adalah metode digunakan untuk mencari nilai kuantitatif
mengenai sifat suatu material dengan menggunakan hukum mekanika
kuantum. Metode struktur elektronik konvensional dilakukan dengan
menemukan solusi dari persamaan Schrodinger. Persamaan Schrӧdingers
yang menjelaskan sifat-sifat partikel kuantum (yaitu elektron) melalui
perlakuannya sebagai gelombang. Persamaan Schrdinger awalnya
dirumuskan sebagai deskripsi tentang bagaimana sistem kuantum berevolusi
terhadap waktu dalam persamaan Schrdinger bergantung waktu (pada
persamaan 2.1) dan diperluas untuk menggambarkan keadaan stasioner
melalui persamaan Schrdinger independen waktu yang lebih sederhana (pada
persamaan 2.2)

𝜕𝜓
̂ 𝜓 = 𝑖ℏ
𝐻
𝜕𝑡

̂ 𝜓 = 𝐸𝜓
𝐻

Persamaan Schrdinger independen waktu deskripsi snap shot energi sistem


kuantum dan fungsi melalui penerapan operator Hamilton 𝐻 pada fungsi
gelombang sistem (vektor eigen) 𝜓 untuk menghasilkan energi 𝐸 nilai eigen.
Operator Hamilton terdiri dari penjumlahan oprator energi potensial dan
energi kinetik untuk menggambarkan total sistem (pada persamaan 2.3)
Ketika Persamaan Schrdinger independen waktu diterapkan pada sistem
multipartikel, seperti atom dan molekul, Hamiltonian menjadi persamaan
(2.4), di mana energi kinetik dan potensial setiap partikel diperhitungkan.

ℏ2 2
̂𝜓 = −
𝐻 𝛻 + 𝑉̂
2𝑚
15

Dalam persamaan 2.3 terdapat 𝑇𝑒 (r) sebagai oprator energi kinetik elektronik,
𝑇𝑁 (R) merupakan oprator untuk energi kinetik nuklir, 𝑉𝑒𝑁 (r,R) adalah energi
potensial pada elektron-elektron, dan 𝑉𝑁𝑁 (R) potensial pada nuklir-nuklir.
Penerapan Persamaan Schrdinger independen waktu pada sistem material
akan memberikan prediksi prinsip pertama, memungkinkan pemodelan fisik
yang tepat. Namun, pemodelan sistem material yang sebenarnya tidak
mungkin dilakukan karena masalah kompleksitas (Grixti 2018). Sehingga
Density Functional Theory (DFT) dapat diartikan sebagai teori yang dapat
digunakan untuk menghitung struktur elektronik atom, molekul, dan padatan.
DFT dapat digunakan untuk mengamati sistem yang lebih besar dikarenakan
densitas n (r) merupakan fungsi dari tiga koordinat spasial. DFT memiliki
beberapa teori dasar yang digunakan yaitu teorema Hohenberg – Kohn dan
Kohn – Sham. Teorema Hohenberg – Kohn dan Kohn – Sham dapat diperluas
dari formulasi aslinya, sehingga dapat mencakup berbagai macam situasi
fisik. Metode struktur elektronik konvensional memiliki permasalahan yaitu
fungsi gelombang yang dihasilkan cenderung rumit dan komputer dengan
spesifikasi besar dibutuhkan untuk menganalisa sistem dengan jumlah
elektron yang besar. DFT menggunakan densitas suatu benda sebagai variabel
dasar.DFT memiliki beberapa teori dasar yang digunakan yaitu teorema
Hohenberg – Kohn dan Kohn – Sham.(Grixti 2018)

2.7.1 Many Body Hamiltonian ( hamiltonian banyak elektron)


Sistem many body (benda banyak) kuantum merupakan suatu sistem yang
kompleks di mana memiliki banyak partikel yang harus ditinjau, sehingga
memiliki banyak derajat kebebasan ketika berinteraksi satu sama lain
maupun dengan lingkungan/sistem yang lebih kompleks. Perkiraan
merupakan solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
ini. Persamaan Schrodinger bergantung waktu untuk sistem kuantum non
relativistik merupakan dasar dalam memahami sistem benda banyak yang
dituliskan dengan persamaan
16

̂ 𝜓(𝑟⃗⃗⃗1 , 𝑠1 , ⃗⃗⃗
𝐻 𝑟𝑁 , 𝑠𝑁 , ⃗⃗⃗⃗
𝑟2 … ⃗⃗⃗⃗ 𝑅1 , ⃗⃗⃗⃗
𝑅2 , … , ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑅𝑚 )

= 𝐸𝜓(𝑟⃗⃗⃗1 , 𝑠1 , ⃗⃗⃗ 𝑟𝑁 , 𝑠𝑁 , ⃗⃗⃗⃗


𝑟2 … ⃗⃗⃗⃗ 𝑅1 , ⃗⃗⃗⃗
𝑅2 , … , ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑅𝑚 )
Many Body Hamiltonian ( hamiltonian banyak elektron) digunakan untuk
menggambarkan interaksi banyak elektron yang terdapat pada suatu
material. Inti dari hamilton ini adalah memecahkan persamaan schrodinger
banyak elektron dengen mencari fungsi gelombangnya. Hamiltonian
tersebut dipresentasikan dengan persemaan diatas (2.1) ruas kiri
merupakan fungsi gelombang terhadap fungsi koordinat atom dan ruas
kanan energi terhadap fungsi koordinat.(Grixti 2018)
Many body Hamiltonian dapat digunakan untuk menganalisa sifat atom,
molekul, dan padatan melalui sistem kuantum atom (fungsi eigen). Inti
atom dan elektron berkontribusi dalam total energi tersebut dan saling
berinteraksi. Interaksi antara inti dan inti atom dapat diamati dengan gaya
Coulomb. Interaksi antara inti atom dan elektron dapat diamati melalui
pseudopotentials dengan menganggap elektron sebagi suatu sistem
mekanika kuantum dan bergerak seperti potensial single-body pada
elektron.(Grixti 2018)
Persamaan many body Hamiltonian untuk sistem yang memiliki suku
elektron dan inti atom yang berinteraksi melalui interaksi Coulomb adalah:
𝑁 𝑀 𝑁 𝑁 𝑁 𝑁
1 1 1 2 𝑍𝐴 1
̂ = − ∑ ∇2𝑖 − ∑
𝐻 ∇𝐴 − ∑ ∑ +∑∑
2 2 𝑀𝐴 𝑟𝑖𝐴 𝑟𝑖𝑗
𝑖=1 𝐴=1 𝑖=1 𝐴=1 𝑖=1 𝑗>𝑖
𝑁 𝑁
𝑍𝐴 𝑍𝐵
+∑∑
𝑅𝐴𝐵
𝐴=1 𝐵>1

dengan M dan N adalah jumlah inti atom dan elektron, MA, ZA dan RA
adalah massa, muatan, dan posisi inti atom, ZB dan RB adalah muatan dan
posisi elektron. Dua suku utama dari sisi kanan adalah operator energi
kinetik untuk elektron dan inti atom dan 3 suku terakhir adalah interaksi
atom antara elektron dan inti atom, di antara elektron, dan di antara inti
atom. Approximation yang dapat digunakan untuk menyederhanakan
persamaan many body Hamiltonian adalah Born-Oppenheimer
17

approximation. Approximation ini menggambarkan inti yang berada


dalam posisi tetap dan total energi dari sistem merupakan fungsi dari
susunan partikel inti atom. Persamaan Hamiltonian melalui Born-
Oppenheimer approximation dapat dituliskan dengan :
𝑁 𝑁 𝑁 𝑁 𝑁
1 𝑍𝐴 1
̂𝑒𝑙𝑒𝑐
𝐻 = − ∑ ∇2𝑖 − ∑ ∑ + ∑ ∑ = 𝑇̂𝑒 + 𝑉̂𝑁𝑒 + 𝑉̂𝑒𝑒
2 𝑟𝑖𝐴 𝑟𝑖𝑗
𝑖=1 𝑖=1 𝐴=1 𝑖=1 𝑗>𝑖

2.8 Quantum Espresso


Quantum Espresso (QE) adalah salah satu alat hitung struktur elektronik
dalam suatu sistem/ model material. QE merupakan aplikasi dengan lisensi
open source yang banyak dipakai untuk menghitung struktur elektronik dan
model material dengan menerapkan metode Density Functional Theory
(DFT), pseudopotensial dan gelombang bidang. Aplikasi Quantum Espreso
ini deikembangkan oleh kerjasama antara beberapa institusi yang bergabung
dalam Quantum Espresso foundation yang berpusat di Italia oleh ICTP.
Kelebihan yang dimiliki oleh aplikasi Quantum Espresso (QE) ini penerapan
basis DFT yang tidak secara langsung digunakan untuk memecahkan
mekanika kuantum sehingga kalkulasi menjadi lebih efisien, memungkinkan
sebuah sistem besar dapat diwakilkan dengan sebuah sistem yang lebih kecil
dengan memanfaatkan sifat periodik gelombang bidang sehingga kalkulasi
berlangsung lebih cepat, dan terdapat basis pseudopotential yang
menyertakan perhitungan energi potensial pada kulit atom sehingga membuat
perhitungan terkalkulasi lebih cepat (ESPRESSO 2022).

2.9 XCrySDen (PR)


X Crystalline Structures and Densities (XcrySDen) merupakan aplikasi open
source yang dikembangkan pada platform UNIX / X-Window serta dapat
dijalankan pada sebagian besar perangkat keras dan perangkat lunak.
XcrySDen dapat diartikan sebagai aplikasi untuk visualisasi struktur dari
molekul dan kristal. XcrySDen juga memiliki fungsi sebagai program analisis
18

dan visualisasi solid-state, dimana visualisasi sifat fisik digunakan.dalam


bentuk 3D dan 2D. Dalam program XcrySDen memungkinkan pengguna bisa
memanipulasi struktur kristal yang akan diteliti dan diputar secara interaktif.
Dalam XcrySDen menggunakan libraries yang sudah berlisensi publik secara
umum (XCrySDen 2022).
19

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian dilakukan melalui simulasi komputasi dengan metode DFT dengan
3 tahap simulasi berupa optimasi struktur, penentuan nilai energi penghalang,
dan visualisasi proses disosiasi molekul borophene dan doping Nitrogen yang
stabil dalam proses penyerapan hidrogen. kegiatan penelitian ini difokuskan
untuk mengidentifikasi masalah serta menentukan variabel penelitian yang
sesuai dengan studi literatur yang telah dilakukan sehingga menghasilkan
data yang akan dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan mengenai
permasalahan yang telah ditentukan.
Tahap simulasi dalam proses penelitian ini dilakukan optimasi struktur yaitu,
untuk menentukan konfigurasi borophene dengan doping nitrogen yang stabil
dalam proses penyerapan hidrogen dan dilakukan untuk mencari total energi
dan gaya pada masing-masing konfigurasi dimer hidrogen (minimalisasi
energi). simulasi tahap ini dilakukan dengan menyiapkan input file
(spesifikasi dan kontrol sistem) dan konfigurasi struktur borophene dengan
doping Nitrogen untuk dimer. simulasi selanjutnya Tahap penentuan nilai
energi penghalang melalui simulasi minimum energy reaction pathway dan
dilakukan pembuatan grafik PES. Dan tahap visualisasi dilakukan
menggunakan program XCrySDen untuk memvisualisasikan proses disosiasi
dari molekul hidrogen pada permukaan borophene dengan doping Nitrogen
sehingga bisa membantu penjelasan proses disosiasi molekul hidrogen.
3.2 Waktu dan tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan penelitian ini pada:
Jember, 01 April 2022
3.3 Ruang lingkup kegiatan
Penelitian ini terbatas pada ruang lingkup penelitian terkait 1.3.1.
Struktur kristal borophene yang akan diteliti merupakan struktur kristal
borophene yang non-pristine yaitu borophene yang didoping dengan atom
Nitrogen (terbatas 1 atom doping nitrogen) dan 1.3.2. Simulasi yang ingin
20

dilakukan hanya terbatas pada kasus penyerapan hidrogen dalam konsentrasi


kecil (dua hidrogen atom).
3.4 Jenis dan Sumber Data
data yang dihasilkan dari penelitian ini merupakan data kuantitatif yang
dinyatakan dalam bentuk angka dan data visual yang dinyatakan dalam
bentuk grafik. Data yang dihasilkan akan memuat data total energi dan data
gaya konfigurasi diner pada permukaan borophene dengan doping Nitrogen
serta nilai PES. selain itu, data visual diperoleh dari grafik dan gambar
struktur borophene dengan doping nitrogen. Sedangkan data yang digunakan
dalam sumber proses penelitian ini diperoleh dari beberapa referensi berupa
massa atom, jumlah atom, konstanta lattice, konfigurasi dimer dan monomer
hidrogen, pseudopotensial dan lain-lain
3.5 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel yang diambil dari penelitian ini adalah:
3.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konfigurasi atomic posision ,(
orto meta para) hidrogen pada permukaan borophene dengan doping
Nitrogen.
3.5.2 Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah jumlah atom boron, nitrogen
dan hidrogen , jumlah integrasi step, serta batas konvergensi total energi dan
gaya.
3.5.3 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah energi penghalang dan total
energi binner
3.6 Metode pengumpulan data
3.6.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.6.1.1 Perangkat komputer lokal dengan spesifikasi :
a. Prosessor : Intel Core i3 5005u@2,00 GHz
b. Sistem : 64 bit
21

c. RAM : 4,00 GB
d. OS : Linux Ubuntu 20.04
3.6.1.2 Program yang digunakan dalam simulasi adalah:
a. Quantum Espresso, untuk melakukan simulasi DFT dan
mendapatkan data koordinat konfigurasi dimer hidrogen pada permukaan
borophene.
b. XCrySDen, untuk membuat dan menvisualisasikan data koordinat
konfigurasi dimer hidrogen pada permukaan borophene.
c. Gnuplot digunakan untuk membuat grafik.
3.6.2 Kerangka Pemecahan Masalah (PR)
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengetahui struktur
borophene dengan doping nitrogen yang paling stabil dari penyerapan
hidrogen dalam kasus molekul hidrogen terabsorpsi pada permukaan
borophene. Prosedur dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram
alir dibawah ini :
a

Perbandingan total energi dan gaya sistem

Konfigurasi borophene dengan doping


Nitrogen paling stabil

Skema Ortho, Meta, dan Para

Simulasi minimum energy reaction pathway

Perhitungan Potential Energy Surface (PES)

Visualisasi proses disosiasi molekul


hidrogen

Kesimpulan

Selesai
22

Penelitian ini dimulai dengan menggunakan komputer lokal yang telah


terinstal software Quantum Espresso, XcrySDen, dan Gnuplot. Penelitian
dilanjutkan dengan melakukan tahap optimasi struktur menggunakan
program software XcrySDen dengan pembuatan macam-macam konfigurasi
monomer dari unsur hidrogen antara lain bimer hidrogen (ortho, para, dan
meta) serta hollow site, top site dan bride untuk penyerapan pada permukaan
borophene. Tahapan berikutnya melakukan simulasi DFT yang akan
menghasilkan data berupa total energi , total gaya, dan koordinat atom dengan
dimer hidrogen pada komputer. Konfigurasi bimer paling stabil dari
borophene dengan doping nitrogen dalam proses penyerapan hidrogen pada
permukaan dapat diketahui dengan menentukan total energi maupun total
gaya yang paling rendah.
Pada tahap selanjutnya melakukan simulasi minimum energy reaction
pathway dengan data koordinat atom konfigurasi dimer hidrogen dari hasil
simulasi tahap sebelumnya menggunakan 3 skema ortho, meta, dan para.
Hasil dari simulasi ini berupa data energi dan koordinat reaksi. Data tersebut
divisualisasikan dalam bentuk grafik melalui aplikasi Gnuplot dengan grafik
antara koordinat reaksi dan energi. Selanjutnya merupakan proses akhir
dengan visualisasi.
3.7 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian memuat rincian mengenai tahapan dalam menjalankan
penelitian ini yaitu:
3.7.1 Akses komputer
3.7.2 Tahap Optimasi Struktur
Proses optimasi strukur permukaan borophene pada proses penyerapan
dilakukan dengan:
1. Struktur kristal borophene dengan dimer hidrogen berbeda (ortho, meta, dan
para) untuk penyerapan hidrogen pada permukaan borophene yang telah
didoping nitrogen dibuat melalui program XCrySDen.
2. File input simulasi yang berisi spesifikasi sistem dan kontrol simulasi untuk
program Quantum Espresso dibuat.
23

3. Simulasi dijalankan dengan berbagai konfigurasi serta dimer hidrogen pada


permukaan borophene yaitu ortho, meta, dan para (setelah proses adsorpsi)
dan konfigurasi dimer hidrogen sebelum proses adsorpsi melalui program
Quantum Espresso dengan fasilitas pw.x.
4. Simulasi DFT dilakukan menggunakan komputer
5. Perhitungan total energi dan gaya sistem diperoleh dari hasil simulasi dan
dilakukan untuk masing-masing konfigurasi dimer hidrogen pada
permukaan borophene yang telah didoping nitrogen (ortho, meta, dan para).
6. Grafik antara total energi dan gaya dengan step integrasi dibuat
menggunakan program Gnuplot.
7. Total energi dan gaya sistem yang diperoleh dibandingkan antar konfigurasi
dimer hidrogen pada permukaan borophene dan konfigurasi dimer hidrogen
pada permukaan borophene yang telah didoping nitrogen dengan nilai total
energi dan gaya sistem terkecil merupakan konfigurasi strukur borophene
paling stabil untuk penyerapan hidrogen.

3.7.3 Penentuan Potential Energy Surface (PES)


Proses penentuan Potential Energy Surface (PES) adalah :
1. Konfigurasi dimer hidrogen pada permukaan borophene yang telah
didoping nitrogen untuk penyerapan hidrogen yang paling stabil ditentukan
terlebih dahulu.
2. File input simulasi minimum energy reaction pathway untuk program
Quantum Espresso yang berisi kontrol simulasi dan spesifikasi sistem
dibuat dengan menggabungkan data koordinat atom akhir hasil simulasi
sebelumnya (simulasi menggunakan fasilitas pw.x) antara koordinat hasil
simulasi menggunakan konfigurasi dimer hidrogen sebelum proses adsorpsi
pada permukaan borophene yang telah didoping nitrogen (initital state)
sebagai first position coordinate dan konfigurasi dimer hidrogen pada
permukaan borophene yang telah didoping nitrogen setelah proses adsorpsi
(final state) yaitu dibentuk 3 skema konfigurasi yaitu skema ortho, meta dan
para sebagai lastn position coordinate sehingga dapat.
24

3. Simulasi minimum energy reaction pathway dijalankan menggunakan


fasilitas neb.x dengan aplikasi .program Quantum Espresso.
4. Simulasi DFT dilakukan menggunakan komputer
5. Grafik minimum energy reaction pathway antara energi dan koordinat
reaksi dibuat menggunakan data hasil simulasi.
6. Global maximum pada grafik tersebut merupakan nilai PES.
3.7.4 Tahap Visualisasi
Proses visualisasi dilakukan untuk mengetahui proses disosiasi molekul
hidrogen menjadi atom hidrogen pada proses adsorpsi hidrogen pada
permukaan borophene yang telah didoping nitrogen. Proses ini dilakukan
dengan menggunakan data koordinat hasil simulasi minimum energy
reaction pathway yang diproses dalam program XCrySDen. Proses
disosiasi hidrogen akan menjelaskan bagaimana proses
penyerapan/adsorpsi hidrogen yang terjadi pada permukaan borophene
yang telah didoping nitrogen secara mikroskopik. Tahap ini akan
menghasilkan gambar struktur borophene sehingga bentuk permukaan
borophene yang telah didoping nitrogen pada proses adsorpsi dapat teramati
dengan jelas.
3.8 Analisis Data
Optimasi struktur borophene dilakukan untuk memperoleh konfigurasi
struktur borophene yang telah didoping nitrogen yang paling stabil. Optimasi
struktur borophene yang telah didoping nitrogen dilakukan untuk
meminimasisasi energi struktur borophene dengan mengamati berberapa
konfigurasi dimer hidrogen pada permukaan borophene yang telah didoping
nitrogen. Konfigurasi dimer hidrogen yang digunakan yaitu ortho, meta, dan
para.
25

DAFTAR PUSTAKA

Amir, R Azmi & H. 2014. “Konsep Kebijakan Dan Tantangan Bagi Indonesia.”
Kementrian Keuangan.
https://fiskal.kemenkeu.go.id/kajian/2014/06/26/083338456782406-
ketahanan-energi-konsep-kebijakan-dan-tantangan-bagi-indonesia.

Ayawei, Nimibofa, Augustus Newton Ebelegi, and Donbebe Wankasi. 2017.


“Modelling and Interpretation of Adsorption Isotherms.” Journal of
Chemistry 2017.

Baraiya, Bhumi A. et al. 2020. “Nitrogen-Decorated Borophene: An Empowering


Contestant for Hydrogen Storage.” Applied Surface Science 527(February):
146852. https://doi.org/10.1016/j.apsusc.2020.146852.

Chalk, Steven G., and James F. Miller. 2006. “Key Challenges and Recent
Progress in Batteries, Fuel Cells, and Hydrogen Storage for Clean Energy
Systems.” Journal of Power Sources 159(1): 73–80.

Da̧browski, A. 2001. “Adsorption — from Theory to Practice.” Advances in


Colloid and Interface Science 93(1–3): 135–224.

ESPRESSO, Quantum. 2022. “Quantum ESPRESSO.” Quantum ESPRESSO.


https://www.quantum-espresso.org/ (March 19, 2022).

Grixti, Sean Patrick. 2018. “Borophene and Carbon Nitride Nanosheets for
Energy Storage Applications By.”

Hou, Chuang, Guoan Tai, Zenghui Wu, and Jinqian Hao. 2020. “Borophene:
Current Status, Challenges and Opportunities.” ChemPlusChem 85(9): 2186–
96.

Hudson, C. Randy, and Adedeji B. Badiru. 2008. “Energy Systems.” Operations


Research Applications: 5-1-5–30.

IEA. 2022a. “Data and Statistics CO2 Emissions by Energy Source, World 1990-
26

2019.” https://www.iea.org/. https://www.iea.org/data-and-statistics/data-


browser/?country=WORLD&fuel=CO2 emissions&indicator=CO2BySource
(April 5, 2022).

———. 2022b. “IEA (International Energy Agency).” 2022. https://www.iea.org/


(April 4, 2022).

Käser, Silvan, and Markus Meuwly. 2022. “Transfer Learned Potential Energy
Surfaces: Accurate Anharmonic Vibrational Dynamics and Dissociation
Energies for the Formic Acid Monomer and Dimer.” Physical Chemistry
Chemical Physics 24(9): 5269–81.

Kovač, Ankica, Matej Paranos, and Doria Marciuš. 2021. “Hydrogen in Energy
Transition: A Review.” International Journal of Hydrogen Energy 46(16):
10016–35.

Liu, Xiaolong, and Mark C Hersam. 2019. “Borophene-Graphene


Heterostructures.”

Peraldo Bicelli, L. 1986. “Hydrogen: A Clean Energy Source.” International


Journal of Hydrogen Energy 11(9): 555–62.

Rosyid, Oo Abdul, and M A M Oktaufik. 2009. “Infrastruktur Hidrogen Untuk


Aplikasi Fuel Cell Dalam Era Ekonomi Hidrogen.” Ilmu Teknik Energi 1(9):
1–14.

Setyono, Agus Eko, and Berkah Fajar Tamtomo Kiono. 2021. “Dari Energi Fosil
Menuju Energi Terbarukan: Potret Kondisi Minyak Dan Gas Bumi Indonesia
Tahun 2020 – 2050.” Jurnal Energi Baru dan Terbarukan 2(3): 154–62.

Valenzuela, Miguel A., and Beatriz Zapata. 2007. “Hydrogen Production.”


Hydroprocessing of Heavy Oils and Residua: 313–38.

Vidali, Gianfranco, G. Ihm, Hye Young Kim, and Milton W. Cole. 1991.
“Potentials of Physical Adsorption.” Surface Science Reports 12(4): 135–81.

Wang, Zhi Qiang et al. 2019. 14 Frontiers of Physics Review of Borophene and Its
27

Potential Applications.

XCrySDen. 2022. “XCrySDen (X-Window) CRYstalline Structures and


DENsities.” http://www.xcrysden.org/ (April 4, 2022).

Anda mungkin juga menyukai