Anda di halaman 1dari 42

PENGARUH FOAM ROLLING TERHADAP

OPTIMALISASI PEMANASAN LATIHAN FISIK


KESAMAPTAAN PADA LEMBAGA PELATIHAN
BORNEO SPORT SCIENCE BANJARMASIN

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh:
Dandy Damara Saputra
NPM. 18240025

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN


MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA
BANJARMASIN
2022
PENGARUH FOAM ROLLING TERHADAP
OPTIMALISASI PEMANASAN LATIHAN FISIK
KESAMAPTAAN PADA LEMBAGA PELATIHAN
BORNEO SPORT SCIENCE BANJARMASIN

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Sarjana (S1) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Olahraga

Disusun oleh:
Dandy Damara Saputra
NPM.18240025

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN


MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA
BANJARMASIN
2022

ii
PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Proposal skripsi dengan identitas sebagai berikut,


1. Judul Penelitian : PENGARUH FOAM ROLLING TERHADAP
OPTIMALISASI PEMANASAN LATIHAN
FISIK KESAMAPTAAN PADA LEMBAGA
PELATIHAN BORNEO SPORT SCIENCE
BANJARMASIN
2. Jenis Penelitian : Penelitian Kuantitatif
3. Pelaksana Penelitian
a. Nama : Dandy Damara Saputra
b. NPM : 18240025
c. Fakults : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
d. Jurusan : Pendidikan Olahraga
e. Program Studi : Pendidikan Olahraga
4. Lama Penelitian : 2 Bulan
Telah mendapat persetujuan oleh kedua pembimbing untuk dipertahankan dalam
Seminar Proposal Skripsi.

Banjarmasin, 14 Februari 2022

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ari Tri Fitrianto, M. Pd. Hegen Dadang Prayoga, M. Pd.


NIDN. 1105049201 NIDN. 1103089102

iii
PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

Proposal skripsi dengan identitas sebagai berikut,


1. Judul Penelitian : PENGARUH FOAM ROLLING TERHADAP
OPTIMALISASI PEMANASAN LATIHAN
FISIK KESAMAPTAAN PADA LEMBAGA
PELATIHAN BORNEO SPORT SCIENCE
BANJARMASIN

2. Jenis Penelitian : Penelitian Kuantitatif


3. Pelaksana Penelitian
a. Nama : Dandy Damara Saputra
b. NPM : 18240025
c. Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
d. Jurusan : Pendidikan Olahraga
e. Program Studi : Pendidikan Olahraga
4. Lama Penelitian : 2 Bulan
telah dipertahankan dalam Seminar Proposal Skripsi dan disetujui oleh seluruh
dewan penguji untuk dilanjutkan dalam penelitian.
Banjarmasin, 14 Februari 2022
Ketua Penguji, Penguji I,

Muhammad Habibie, M. Pd. Ari Tri Fitrianto, M. Pd.


NIDN. 1122119101 NIDN. 1105049201

Penguji II, Penguji III,

Hegen Dadang Prayoga, M. Pd. Muhammad Habibie, M. Pd.


NIDN. 1103089102 NIDN.1122119101

iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya,
Proposal Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarja Olahraga dengan judul “Pengaruh Foam Rolling
Terhadap Optimalisasi Pemanasan Latihan Fisik Kesamaptaan Pada Lembaga
Pelatihan Borneo Sport Science Banjarmasin” dapat disusun sesuai dengan
harapan. Proposal Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan
pembimbing dan kerjasama dengan pihak lain, Berkenaan dengan hal tersebut,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Muhammad Yuliansyah, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan yang telah memberikan persetujuan untuk pelaksanaan
Proposal Skripsi ini.
2. Ari Tri Fitrianto, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan
Proposal Skripsi ini.
3. Hegen Dadang Prayoga, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang sudah
memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap Proposal Skripsi
ini.
4. Ibunda dan Keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi dan dukungan
doa.
5. Sahabatku Aulia Khasanah, Andre boy, dan mahasiswa Program Studi
Pendidikan Olahraga, angkatan 2018.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan
perhatiannya selama penyusunan Proposal Skripsi ini.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas
menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan
Proposal Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain
yang membutuhkannya.

v
Banjarmasin, 14 Februari 2022
Penulis,

Dandy Damara Saputra


NPM. 18240025

vi
DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR.....................................................................................................i
SAMPUL DALAM................................................................................................ii
PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI...........................................................iii
PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI.............................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................3
1.3 Pembatasan Masalah.................................................................................4
1.4 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.5 Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.6 Manfaat Penelitian.....................................................................................4
1.6.1 Manfaat Teoritis.................................................................................4
1.6.2 Manfaat Praktis..................................................................................4
1.7 Definisi Operasional..................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR..........................7
2.1 Kajian Pustaka...........................................................................................7
2.1.1 Landasan Teologis.............................................................................7
2.1.2 Landasan Teoritis...............................................................................8
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan..............................................................13
2.3 Kerangka Berpikir...................................................................................14
2.4 Hipotesis Penelitian.................................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................17
3.1 Desain Penelitian.....................................................................................17
3.2 Prosedur Penelitian..................................................................................18
3.3 Populasi dan Sampel...............................................................................18
3.3.1 Populasi............................................................................................18
3.3.2 Sampel..............................................................................................18
3.4 Variabel Penelitian..................................................................................18
3.4.1 Independent Variabel (Variabel Bebas)...........................................18
3.4.2 Dependent Variable (Variabel Terikat)............................................19
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data..............................................19
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data...............................................................19
3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data..........................................................20
3.6 Validasi dan Reliabilitas Instrumen........................................................20
3.6.1 Validitas...........................................................................................20
3.6.2 Realibilitas Instrumen......................................................................21
3.7 Teknik Analisa Data................................................................................21
3.7.1 Analisa Deskriptif............................................................................21
3.7.2 Uji Normalitas..................................................................................22

vii
3.7.3 Uji Hipotesis....................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Olahraga menjadi kegiatan yang digemari oleh masyarakat luas di
seluruh dunia. Olahraga yang meliputi rangkaian kegiatan fisik dapat
membantu untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Masyarakat memiliki
tujuannya masing-masing dalam berolahraga. Salah satu tujuannya adalah
meningkatkan performa fisik untuk kebugaran tubuh, serta dengan melakukan
latihan fisik dapat menunjang tercapainya tujuan tersebut (Foster et al., 2012).
Latihan merupakan kegiatan yang dilakukan secata sistematis,
dilakukan secara berulang-ulang dan jumlah bebannya kian hari kian
bertambah. Pengertian latihan atau Traning menurut Badriah, Dewi Laelatul
(dalam Intan Permatasari, 2019: 8) mengatakan bahwa “Latihan fisik
merupakan suatu kegiatan fisik menurut cara dan aturan tertentu yang di
lakukan secara sistematis dalam waktu relatif lama serta bebannya meningkat
secara progresif”. Sedangkan menurut Harsono (dalam Intan Permatasari,
2019: 8) mengatakan bahwa “Traning adalah proses yang sitematis dari
berlatih/bekerja, yang di lakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian
menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”.
Pemanasan merupakan salah satu bagian dasar dari program permulaan
yang terdiri dari sekelompok aktifitas fisik yang dilakukan pada saat hendak
melakukan latihan. (Kiswanto et al., 2018) pemanasan merupakan suatu
proses yang bertujuan untuk mengadakan perubahan-perubahan psikologis
dalam tubuh dan menyiapkan otot dalam menghadapi aktivitas tubuh yang
lebih berat, prosedur pemanasan dilakukan dengan yang ringan hingga yang
berat yang mencangkup otot-otot yang akan digunakan dalam aktivitas fisik.
Adapun jenis- jenis pemanasan adalah pemanasan statis, merupakan
jenis pemanasan yang biasa diberikan pelatih di kelas. Menurut (Pratama et

1
al., 2019) Pemanasan pasif, mirip dengan pemanasan statis, namun siswa dan
siswa

2
2

satu orang lainnya akan saling menekan untuk meregangkan otot. Pemanasan
dinamis yang melibatkan pengendalian tangan dan kaki dengan perlahan dan
membawanya pada batas jarak pergerakan. Kemudian pemansan balistik,
pemanasan ini mendorong bagian tubuh melebih batas normal pergerakan dan
membuatnya lebih meregang. Pemanasan aktif terisolir yaitu jenis pemanasan
yang biasanya digunakan oleh para atlet, pelatih, terapis pijat, dan profesional
lainnya. Pemanasan Isometrik yaitu pemanasan peregangan otot menahan
peregangan tersebut selama beberapa waktu, bentuk pemanasan isometrik
dapat dilakukan dengan gerak yang bisa menghasilkan lemparan ke dalam.
Pada era kompetisi olahraga yang semakin ketat, perlu dilakukan
upaya optimalisasi prestasi seseorang atau atlet. Beberapa upaya dapat
dilakukan antara lain berupa intervensi gizi, pemutakhiran teknik latihan,
manajemen fase recovery dan optimalisasi strategi. Selain latihan fisik,
terdapat beberapa cara untuk mengoptimalkan kondisi fisik tubuh, salah
satunya adalah dengan Foam rolling. Foam rolling dapat mempercepat
recovery dan dapat meningkatkan performa seseorang atau atlet dan juga foam
rolling dapat digunakan sendiri tanpa adanya bantuan orang lain.
Foam rolling merupakan salah satu terapi manual yang biasanya
diaplikasikan sebelum latihan atau pada tahap pemanasan (warming-up) (JD et
al., 2017). Penggunaan perlakuan foam rolling dapat diaplikasikan pada otot
dengan cara menggulirkannya pada bagian otot yang ditujukan serta beban
tubuh digunakan sebagai tekanan pada otot. Sekilas foam rolling ini seperti
menggunakan teknik myofascial release (MR) yang mengacu pada teknik
manual massage untuk melepaskan ikatan antara fascia dan jaringan kulit,
otot, tulang serta meregangkan fascia dengan tujuan menghilangkan rasa sakit,
meningkatkan rentang gerak dan menyeimbangkan tubuh (Shah & Bhalara,
2012). Perlakuan foam rolling sangat mudah digunakan karena dapat
digunakan pada diri sendiri dan tidak perlu menggunakan bantuan terapis,
selain itu foam roller ini merupakan barang yang mudah disimpan dan dibawa
sehingga menambah nilai kepraktisan dalam penggunaannya.
3

Foam rolling adalah teknik self-myofascial release (SMR) yang


menjadi recovery process dalam menurunkan rasa nyeri akut (Cheatham,
2015). Foam rolling sudah banyak digunakan di industri kebugaran, baik
sebagai peningkatan performa maupun sebagai recovery terdapat tiga densitas
dari foam roller yaitu low, moderate, high, foam roller juga mudah digunakan
bisa dilakukan tanpa bantuan orang lain (Sean Kratchman and Brian Jones,
2018).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di lapangan masih
jarang terlihat di pemanasan orang-orang menggunakan foam rolling, Masih
banyak yang terlihat di lapangan orang-orang hanya melakukan pemanasan
statis dan dinamis. Jadi peneliti sangat tertarik melakukan penelitian apa
pengaruh dari foam rolling terhadap optimalisasi pemanasan latihan fisik
kesamaptaan pada lembaga pelatihan borneo sport science Banjarmasin.
Berdasarkan latar Belakang masalah seperti yang diuraikan diatas
maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Foam
Rolling Terhadap Optimalisasi Pemanasan Latihan Fisik Kesamaptaan
Pada Lembaga Pelatihan Borneo Sport Science Banjarmasin”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Belum diketahuinya pengaruh foam rolling terhadap optimalisasi
pemanasan latihan fisik kesamaptaan pada lembaga pelatihan borneo
sport science Banjarmasin.
2. Peserta Merasakan Nyeri dan tegangan pada otot saat latihan Fisik
3. Belum Adanya Perlakuan Foam Rolling pada Peserta Kesamaptaan.
1.3 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah dalam penelitian ini, maka
penulis akan membatasi masalah pada penelitian ini, yaitu untuk mengetahui
Pengaruh Foam Rolling Terhadap Optimalisasi Pemanasan Latihan Fisik
Kesamaptaan pada Lembaga Pelatihan Borneo Sport Science Banjarmasin.
4

1.4 Rumusan Masalah


Pada penelitian ini rumusan masalah yang diangkat yaitu: “Adakah
Pengaruh Foam Rolling Terhadap Optimalisasi Pemanasan Latihan Fisik
Kesamaptaan Pada Lembaga Pelatihan Borneo Sport Science Banjarmasin?”

1.5 Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengaruh Foam Rolling Terhadap Optimalisasi
Pemanasan Latihan Fisik Kesamaptaan Pada Lembaga Pelatihan Borneo
Sport Science Banjarmasin.

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat diharapkan memberikan informasi ilmiah
terhadap perkembangan ilmu olahraga yang berkaitan dengan Pengaruh
Foam Rolling Terhadap Optimalisasi Pemanasan Latihan Fisik
Kesamaptaan Pada Lembaga Pelatihan Borneo Sport Science Banjarmasin.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai Tambahan wawasan di bidang olahraga dan fisioterafi
olahraga.
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam penggunaan foam
rolling.
3. Dengan adanya hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan pada
penelitian selanjutnya.
5

1.7 Definisi Operasional


1. Foam Rolling
Foam Rolling membantu meningkatkan aliran sirkulasi melalui
area itu mengurangi kerusakan jaringan lunak dan meningkatkan dinamika
gerakan (Griffiths dalam Muchamad Sadhali, 2020: 17) Foam rolling
adalah teknik self-myofascial release (SMR) yang menjadi recovery
process dalam menurunkan rasa nyeri akut (Cheatham, Muchamad
Sadhali, 2020: 17).
2. Optimalisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun (2012)
Optimalisasi adalah berasal dari kata dasar optimal yang berarti terbaik,
tertinggi, paling menguntungkan, menjadikan paling baik, menjadikan
paling tinggi, pengoptimalan proses, cara, perbuatan mengoptimalkan
(menjadikan paling baik, paling tinggi, dan sebagainya) sehingga
optimalisasi adalah suatu tindakan, proses, atau metodologi untuk
membuat sesuatu (sebagai sebuah desain, sistem, atau keputusan) menjadi
lebih/sepenuhnya sempurna, fungsional, atau lebih efektif.
3. Pemanasan
Pemanasan adalah serangkaian kegiatan fisik yang membantu
tubuh untuk lebih siap menjalani olahraga. Dimanapun tempat
olahraganya, baik di tempat fitnes, maupun di tumah, pemanasan wajib
dilakukan sebelum memulai olahraga. Pasalnya, dengan melakukan
pemanasan yang tepat, otot akan menjadi lebih lentur dan kuat, sehingga
dapat melakukan gerakan olahraga atau latihan fisik dengan lebih baik.
4. Latihan Fisik
Menurut Badriah, Dewi Laelatul (dalam Intan Permatasari, 2019:
8) mengatakan bahwa Latihan fisik merupakan suatu kegiatan fisik
menurut cara dan aturan tertentu yang dilakukan secara sistematis dalam
waktu relatif lama serta bebannya meningkat secara progresif.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Landasan Teologis
Secara etimologis, Teologi berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri
dari kata Theos artinya Tuhan atau Dewa dan Logos yang berarti Ilmu
(science, study, discourse) sehingga dapat diartikan bahwa teologi adalah
ilmu tentang tuhan atau ilmu Ketuhanan. Sedangkan secara terminologi,
kata Theologi menurut ialah ilmu yang membahas tentang fakta-fakta dan
gejala-gejala agama dan hubungan- hubungan antara manusia dan Tuhan
(The science which treats of the facts an phenomena of religion, and the
relations between man and God) (Khairuddin, 2017:1).
Islam merupakan satu-satunya agama yang memberikan perhatian
utama terhadap kesehatan manusia. Setiap Muslim wajib secara agama
menjaga kesehatannya dan menyeimbangkan dengan kebutuhan
rohaninya.
Rasulullah SAW bersabda “ sungguh badanmu memiliki hak atas
dirimu” (HR.Muslim). Islam melarang berbagi tindakan yang
membahayakan fisik/badan atas nama pendekatan keagamaan sekalipun
sebagaimana tersebut dalam firman Allah SWT, “ Dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu dari kerusakan” (QS Al- Baqarah: 195) dan “Dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh Allah maha penyayang
kepadamu. (QS. An-Nissa: 29).
Dengan melakukan kegiatan olahraga merupakan salah satu bentuk
menjaga fisik/tubuh agar tetap sehat dan juga bugar. Maka dari itu dengan
melakukan kegiatan olahraga dengan tujuan menjaga kesehatan sebagian
daritugassyariatIslam

7
8

2.1.2 Landasan Teoritis


1. Pengaruh
Menurut Suharno dan Retnoningsih (dalam Rexady, 2019: 29),
Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.
Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau
hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa
yang dipengaruhi.
2. Foam rolling
a. Definisi
Foam rolling exercise merupakan salah satu metode Self
Myofascial Release (SMR) yang paling populer. Alat yang
digunakan disebut foam roller dan memiliki kepadatan, bentuk
serta tekstur yang bervariasi. Foam roller dengan kepadatan yang
tinggi akan memberikan efek massage yang lebih efektif pada
jaringan lunak daripada foam roller dengan kepadatan yang rendah.
Latihan foam rolling merupakan latihan dimana individu
menggunakan masa tubuhnya secara langsung pada foam roller
untuk memberikan tekanan pada jaringan lunak (Stovern dalam
Vasya Mutia Salwa, 2021: 15). Latihan foam rolling sering
digunakan saat pemanasan (warm up) atau recovery setelah
olahraga. Tujuan utama pemberian latihan foam rolling dalam
suatu teknik terapeutik atau sebagai bagian dari latihan adalah
untuk meningkatkan ROM dan mengurangi nyeri otot pasca latihan
(Dȩbski dalam Vasya Mutia Salwa, 2021: 16).
b. Jenis Foam Roller
1) Harder-Density Foam Roller
Harder-density foam roller memiliki kesamaan desain
dengan soft roller dan merupakan variasi baru dari soft roller.
Peningkatan kepadatan menunjukkan bahwa foam roller akan
mempengaruhi lebih banyak lapisan jaringan melalui tekanan
9

yang diberikan. Jenis foam rolling ini tidak disarankan bagi


pemula karena memberikan rasa sakit diawal. Selain itu jenis
foam roller ini akan terlalu kuat jika diberikan dibagian tubuh
tertentu misalnya iliotibial band sehingga individu dapat
memilih roller yang tepat untuk digunakan.
2) Vibration Technology Foam Rollers
Penggunaan teknologi vibration / getaran baru saja
diterapkan pada foam roller. Getaran yang terjadi akan
membantu mempengaruhi otot dan jaringan dengan cara yang
sedikit berbeda. Kecepatan getaran yang dihasilkan akan
menghasilkan efek yang berbeda yaitu frekuensi yang lebih
rendah akan memberikan efek relaksasi sedangkan frekuensi
yang lebih tinggi memberikan efek stimulasi.
3) Deep Tissue Roller
Deep tissue roller memiliki benjolan atau nodul di
permukaannya. Saat melakukan latihan foam rolling tubuh
akan bersentuhan langsung dengan foam roller maka jenis ini
lebih memberikan rasa sakit dibandingkan yang lain karena
tonjolan-tonjolan yang ada di permukaannya. Foam roller jenis
ini dilakukan secara perlahan agar dapat mengidentifikasi
adhesi atau trigger point dan menahan tekanan pada lokasi
tersebut.
4) Basic Compressed Foam Rollers
Basic compressed foam rollers merupakan foam roller
asli dan yang paling pertama dibuat dan diproduksi secara
massal untuk tujuan foam rolling yang sesungguhnya. Foam
roller jenis ini baik digunakan oleh pemula yang sebelumnya
belum pernah melakukan latiah foam rolling dan memiliki
berbagai macam ukuran.
10

c. Fisiologis Foam Rolling


Penurunan fleksibilitas biasanya disebabkan oleh
peningkatan kekakuan jaringan lunak, kapsul sendi, otot serta
fascia yang mengelilinginya. Fascia merupakan jaringan ikat yang
apabila mengalami luka atau inflamasi akan memberikan dampak
penurunan ROM. Latihan foam rolling akan membantu
mereganggkan fascia. Menurut McDonald dan Kyranoudis (dalam
Vasya Mutia Salwa, 2021: 18) fascia yang yang mengalami luka
atau inflamasi akan membentuk ikatan silang dan jaringan parut
yang akan membatasi ROM. Apabila diberikan tekanan thermal
atau mekanis seperti latihan foam rolling maka ikatan akan
terputus dan fascia menjadi lebih lunak serta mengurangi jaringan
parut. Selain itu, dengan latihan foam rolling, akan membuat
adanya pelepasan jembatan silang (cross-bridge) yang
menyebabkan peningkatan panjang otot.
Latihan foam rolling akan meningkatkan fleksibilitas
melalui stimulasi reseptor mekanis sehingga dapat mengubah otot
dan myofascial. Efek peningkatan fleksibilitas yang langsung
didapat melalui latihan foam rolling dikarenakan sifat thixotropic
dari myofascial. Sifat thixotropic merujuk pada kemampuan fascia
untuk berfluktuasi atau naik turun dalam keadaan gel (kental) atau
keadaan fluid (cair). Panas yang dihasilkan oleh gesekan mekanis
antara foam roller dan connective tissue akan meningkatkan suhu
otot dan sirkulasi darah dan komponen myofascial sehingga akan
memungkinkan terjadinya peningkatan ROM (Lim dalam Vasya
Mutia Salwa, 2021: 19).
d. Teknik Latihan
Teknik latihan foam rolling didasarkan pada tekanan yang
diberikan menyebabkan pelepasan ketegangan otot sehinga
meningkatkan fleksibilitas otot dan akhirnya terjadi peningkatan
ROM (Kyranoudis et al. dalam Vasya Mutia Salwa, 2021: 19).
11

Latihan foam rolling dapat dilakukan saat pemanasan dengan


tujuan meningkatkan peforma dan mencegah terjadinya cedera
olahraga (Lin et al. dalam Vasya Mutia Salwa, 2021: 19). Latihan
ini dilakukan secara langsung oleh individu dengan menggunakan
massa tubuhnya pada foam roller untuk memberikan tekanan pada
jaringan lunak (Pearcey et al. dalam Vasya Mutia Salwa, 2021: 19).
e. Indikasi dan Kontraindikasi
1) Indikasi
Indikasi dari penatalaksanaan latihan foam rolling
antara lain adalah memperbaiki mobilitas dan Range Of Motion
(ROM), mengurangi jaringan parut dan adhesi, menurunkan
tonus otot dan memperbaiki kualitas gerakan.
2) Kontraindikasi
Kontraindikasi dari penatalaksanaan latihan foam
rolling antara lain adalah osteoporosis, diabetes, high blood
pressure, varicose veins, pregnancy (Stull dalam Vasya Mutia
Salwa, 2021: 20).
f. Manfaat
Semakin baik fleksibilitas yang ada pada otot maka
semakin baik gerakan yang terjadi pada persendian. Melakukan
latihan foam rolling sebelum latihan atau pertandingan dapat
meningkatkan fleksibilitas dan memungkinkan untuk
meningkatkan lingkup gerak sendi. Latihan foam rolling juga dapat
meningkatkan sirkulasi dalam tubuh dan membantu perpindahan
darah dan cairan ke seluruh jaringan. Salah satu tujuan pemanasan
adalah untuk memperlancar aliran darah serta cairan dalam tubuh.
Hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya cedera selama
latihan maupun pertandingan (Stull dalam Vasya Mutia Salwa,
2021: 20).

g. Prosedur Latihan Foam Rolling


12

Latihan foam rolling dilakukan dengan cara sampel duduk


dengan menempatkan foam roller di bawah paha belakang dan
tangan diletakkan di belakang punggung. Posisi tungkai ekstensi
dan sampel memulai rolling dari tuberositas ischi ke fossa
popliteal. Latihan foam rolling dilakukan selama 30 detik.
(Kyranoudis et al. dalam Vasya Mutia Salwa, 2021: 20).
3. Pemanasan
Pemanasan merupakan salah satu bagian dasar dari program
permulaan yang terdiri dari sekelompok aktivitas fisik yang dilakukan
pada saat hendak melakukan latihan. Hampir semua orang
memasukkan aspek gerak atau aktivitas fisik merupakan kegiatan yang
selalu dilakukan setiap orang, apalagi dalam hal ini berhubungan
dengan dari yang berintensitas rendah dalam setiap latihan sebelum
meningkat pada latihan yang lebih berat. Persiapan ini direncanakan
untuk meningkatkan penampilan fisik, menjaga kesehatan dan atau
meningkatkan kebugaran (fitness). Beberapa persiapan yang dapat
dilakukan dalam aktivitas olahraga diantaranya adalah melakukan
pemanasan. Pemanasan ini umumnya dipakai dalam rangkaian
program pengajaran olahraga atau latihan fisik, pada dasarnya adalah
suatu bentuk mempersatukan aspek fisiologis dan psikologis yang
diarahkan kepada tugas latihan berikutnya. Atau dapat dikatakan
pemanasan sangat berguna untuk mempersiapkan tubuh secara
psikologis dan fisik atau physical performance. (Syafari, 2020).
Pemanasan merupakan suatu aktivitas yang perlu dilakukan
sebelum melakukan aktifitas yang lebih berat. Pemanasan dilakukan
untuk mempersiapkan tubuh agar dapat beraktivitas dengan lebih baik
dengan resiko cedera yang kecil.
Tujuan dari pemanasan ini adalah meningkatkan sirkulasi
peredaran darah, mengembangkan paru-paru dan meningkatkan detak
jantung secara bertahap. Dengan kondisi yang demikian tubuh akan
mulai meningkatkan metabolism dan menjadi lebih hangat. Selain itu,
13

aktivitas pemanasan sangat baik dilakukan sebagai upaya pencegahan


cedera.
a. Jenis – Jenis Pemanasan
1) Pemanasan Statis
Pemanasan statis yaitu pemanasan dengan bentuk
peregangan yang dilakukan mulai dari bagian tubuh atas
menuju kebawah ( dari kepala sampai kaki ) atau sebaliknya.
Pemanasan berbentuk statis ini bertujuan untuk menyiapkan
otot untuk melakukan kerja yang lebih berat agar tidak terjadi
kram atau cedera otot yang lainnya. Pemanasan statis ini harus
dilakukan dengan benar agar otot benar-benar terulur sempurna
dan untuk menghindari cedera yang disebabkan karena
penguluran otot yang tidak sesuai dengan anatomi tubuh yang
semestinya.
2) Pemanasan Dinamis
Pemanasan dinamis yaitu pemanasan yang dilakukan
dengan menggunakan gerakan yang saling berkesinambungan
atau saling berkaitan. Contoh gerakan pemanasan dinamis yaitu
gerakan menengokkan kepala keatas dan kebawah, gerakan
menekuk pendek-pendek panjang-panjang pada tangan atau
gerakang kombinasi ( bongkok jongkok bongkok tegak).
Pemanasan bentuk ini dimaksudkan untuk melemaskan otot-
otot yang kaku.
3) Pemanasan Statis Dinamis
Pemanasan ini yaitu penggabungan antara pemanasan
statis dan pemanasan dinamis. Pemanasan bentuk ini sangat
efektif untuk mencegah terjadinya cedera karena otot tidak
hanya diulur, namun juga akan dilemaskan. Sistematika
pelaksanaan pemanasan ini biasanya dilakukan pemanasan
statis terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pemanasan
dinamis.
14

b. Manfaat Pemanasan
Kebanyakan orang yang melakukan aktivitas fisik secara
teratur, sependapat bahwa ia memiliki alasan bahwa apa yang ia
lakukan menyebabkan badan merasa lebih enak. Sehingga mereka
dapat dikatakan lebih mementingkan kesehatan oleh aktifitas fisik
yang teratur. Maka perlu diketahui, dengan melihat manfaat
pemanasan dari segi fisiologis, psikologis dan pencegahan cedera.
(Muhammad Mariyanto, 2020).
Manfaat pemanasan dari segi fisiologis, psikologi, dan
pencegahan cedera menurut Syafari (2020) yaitu:
1) Menormalkan tekanan darah dan suhu tubuh.
2) Merilekskan otot.
3) Mencegah terjadinya cedera.
4. Latihan Fisik
a. Definisi Latihan Fisik
Latihan fisik adalah aktivitas olahraga yang dilakukan
secara sistematis dalam mempersiapkan olahragawan atau atlet
pada tingkat tertinggi dalam penampilannya dan untuk menjaga
kebugaran dan kesehatan tubuh. Intensitas latihan ditingkatkan
secara progresif serta dilakukan secara sistematis dan berulang-
ulang (repetitive) dalam jangka waktu yang ditentukan sesuai
dengan masing-masing individu dengan tujuan mencapai
peningkatan kemampuan atau prestasi olahraga (Ariani dalam
Muchamad Sadhali, 2020: 11). Sedangkan latihan beban (weight
training) adalah olahraga yang menggunakan beban sebagai sarana
untuk memberikan rangsang gerak pada tubuh, yang bertujuan
untuk melatih otot, meningatkan kekuatan otot, daya tahan otot,
serta hipertrofi otot (Djoko dalam Muchamad Sadhali, 2020: 11).

b. Tujuan Latihan Fisik


15

Tujuan latihan fisik adalah memperbaiki kemampuan


skill atau penampilan (performance) individu sesuai dengan
kebutuhan olahraga yang digeluti, serta bertujuan untuk
meningkatkan kesegaran jasmani danmenjaga kesehatan. Latihan
yang dilakukan berulang-ulang dapat meningkatkan skill,
keterampilan (kemampuan teknik), dan penampilan individu,
sehingga akan muncul penampilan yang maksimal. Selain itu, juga
dapat meningkatkan kekuatan daya tahan otot dan sistem
kardiorespirasi (Ariani dalam Muchamad Sadhali, 2020: 12).
c. Prinsip Latihan
Prinsip latihan sesungguhnya adalah memberikan tekanan
atau stres fisik secara teratur, sistematis, berkesinambungan,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan individu (Ariani dalam
Muchamad Sadhali, 2020: 12). Spesifisitas atau kekhususan adalah
prinsip yang penting dalam latihan fisik, dimana latihan yang
dilakukan harus sesuai atau spesifik terhadap tipe kekuatan yang
diinginkan, sehingga berhubungan dengan hasil yang diinginkan
(Mackenzie dalam Muchamad Sadhali, 2020: 12).
Otot hanya akan menguat jika tekanan yang dilakukan
melebihi intensitas yang biasa dilakukan. Beban yang diberikan
harus meningkat secara bertahap dalam rangka meningkatkan
respon adaptasi dalam latihan dan menaikkan secara bertahap
rangsangan dalam latihan (Mackenzie, 2000). Istirahat diperlukan
dalam rangka memulihkan tubuh dari kelelahan paska latihan dan
memberikan kesempatan bagi tubuh untuk melakukan adaptasi.
Adaptasi yang dimaksud yaitu reaksi yang timbul dari tubuh
setelah pembebanan dari latihan fisik yang diterima sehingga
kemampuannya untuk menerima beban yang diberikan bertambah
(Mackenzie dalam Muchamad Sadhali, 2020: 12).
Efek yang paling terlihat dari latihan beban berat pada
serabut otot adalah efek pembesaran dan penguatan, sehingga otot
16

menjadi hipertrofi. Tingkat adaptasi akan bergantung pada volume,


intensitas, dan frekuensi dari sesi latihan. Dalam penelitian terbaru
dilaporkan bahwa latihan sprint selama 6 minggu dengan volume
rendah, intensitas tinggi menghasilkan perubahan adaptasi bagian
tubuh tertentu dan otot rangka yang hampir sama dengan latihan
ketahanan tradisional dengan volume tinggi dan intensitas rendah
dalam periode intervensi yang sama. Sedangkan penelitian lain
mengatakan bahwa waktu adaptasi dari latihan sprint intensitas
tinggi akan lebih cepat terjadi dibandingkan dengan latihan
ketahanan intensitas rendah, namun setelah waktu yang lama, dua
regimen latihan ini akan menghasilkan adaptasi yang hampir sama
(Mackenzie dalam Muchamad Sadhali, 2020: 13).
d. Energi Latihan
Sumber energi untuk kontraksi otot adalah komponen
fosfat energi tinggi yaitu adenosin trifosfat (ATP). Meskipun ATP
bukan satu-satunya molekul pembawa energi, namun molekul ini
merupakan yang terpenting dan tanpa jumlah ATP yang adekuat,
sebagian besar sel akan mati dengan cepat (Powers dalam
Muchamad Sadhali, 2020: 13).
Sel-sel otot menyimpan ATP dalam jumlah yang terbatas,
namun karena latihan otot membutuhkan ketersediaan ATP secara
konstan untuk memproduksi energi yang dibutuhkan untuk
kontraksi, maka berbagai jalur metabolik harus tersedia di dalam
sel dengan kemampuan untuk dapat memproduksi ATP secara
cepat. Sel-sel otot dapat memproduksi ATP dengan salah satu atau
kombinasi dari ketiga jalur metabolik yang tersedia, yaitu: (1)
pembentukan ATP dari pemecahan phosphocreatine (PC), (2)
pembentukan ATP melalui degradasi dari glukosa atau glikogen
atau bisa disebut sebagai proses glikolisis, dan (3) pembentukan
oksidatif dari ATP (Powers dalam Muchamad Sadhali, 2020: 14).
Pembentukan ATP melalui jalur PC dan glikolisis tidak melibatkan
17

penggunaan oksigen; sehingga kedua jalur ini disebut jalur


anaerobik (tanpa oksigen). Sedangkan pembentukan oksidatif dari
ATP dengan penggunaan oksigen disebut sebagai metabolisme
aerobik (Powers dalam Muchamad Sadhali, 2020: 14)

5. Kesamaptaan
a. Pengertian
Kata Samapta berarti: Keadaan siap siaga, siap sedia dan
waspada. Jadi samapta dalam hal ini adalah kesatuan jiwa yang
menanamkan dan menerapkan sikap disiplin serta membentuk pola
sikap dan tingkah laku yang siap siaga dalam segala situasi yang
dibutuhkan. Sedangkan Kesamaptaan berasal dari kata dasar samapta
yang mendapat awalan ke dan akhiran an.Kata samapta mempunyai
padanan dengan kata ready atau prepared yang memiliki pengertian
dalam keadaan siap atau persiapan secara fisik (Kamus Bahasa
Indonesia). Kesamaptaan adalah kegiatan yang mengarah kepada
pembinaan fisik dan disiplin taruna, dilaksanakan setiap waktu yang
dijadwalkan dan langsung dilatih oleh instruktur yang sudah terlatih
dalam bidang kesamaptaan.
Biasanya kesamaptaan ini sering diujikan untuk mengukur
kekuatan stamina dan ketahanan fisik seseorang. Khusus Taruna, tes
ini sering dilakukan setiap beberapa bulan sekali. Bagi Taruna, tes ini
ikut menentukan prestasi pendidikan perorangan, karena dalam sistem
penilaian pendidikan Taruna selain aspek akademis, dipertimbangkan
juga aspek jasmani dan mental. Nah Tes kesamaptaan Jasmani inilah
yang menjadi sumber penilaian dari Aspek Jasmani. Pada tiap
tingkatan masing-masing aspek mempunyai bobot tersendiri.
Ada 5 item yang diukur dalam tes kesamaptaan Jasmani ini,
yaitu:
1) Lari selama 12 menit
2) Pull Up (pria) dan Chinning (wanita)
18

3) Sit Up
4) Push Up
5) Shuttle Run (Lari membentuk angka 8)
b. Kesamaptaan dan Aspeknya
1) Kemampuan fisik adalah suatu kondisi dan kesanggupan tubuh
dalam memberikan penampilan dan pengaturan sistem gerak dalam
mengatasi dan menyelesaikan pekerjaan fisik.
2) Komponen fisik, terdiri dari :
a) Postur tubuh, menunjukan bentuk dan sikap penampilan tubuh.
b) Kesegaran jasmani atau kesemaptaan jasmani dasar,
menunjukan kekuatan, daya tahan dan kelincahan tubuh dalam
menyelesaikan tugas dan pekerjaan fisik secara umum yang
berat dalam waktu relatif panjang.
c) Ketangkasan jasmani, merupakan keterampilan dan
ketrengginasan dalam melakukan gerakan umum dan khusus
baik yang sulit maupun yang berat dengan cepat dan tepat.
3) Tingkat kesamaptaan, ketiga komponen fisik diatas sangat
diperlukan oleh setiap Taruna, dan keterpaduan ketiga kommponen
itulah yang disebut kesamaptaan dan selanjutnya mempunyai
tingkat sebagai berikut:
a) Gerak dan olah raga, untuk membiasakan gerak alami dalam
tubuh.
b) Kesegaran jasmani, untuk menghadapi tugas dan kewajiban
secara umum.
c) Kesiapan dan kemantapan jasmani, untuk menghadapi segala
bentuk ancaman fisik.
d) Sumber kesamaptaan jasmani, bersumber pada manusia baik
fisik maupun psikis yaitu ada pada semua organ tubuh dan
unsur kejiwaan.
e) Secara fisik dengan sumber utama ada pada otak, otot, jantung,,
paru-paru, darah, tulang dengan susunan kerangka dan
19

persendiannya, sedangkan sumber lainnya pada organ vital


tubuh seperti hati, ginjal, mata dan lainnya.
f) Secara psikis ada pada unsur jiwa seperti intelegensi, emosi dan
kepribadian.
c. Sifat kesamaptaan
Sifat kesamaptaan sama dengan sifat dari organ sebagai
sumbernya dan bila disimpulkan secara umum adalah sebagai berikut :
1) Dapat dilatih untuk ditingkatkan.
2) Meningkat dan menurun dalam periode waktu tertentu, tidak
dengan tiba-tiba (mendadak).
3) Tidak menetap sepanjang masa dan selalu mengikuti
perkembangan usia manusia.
4) Pengembangan dengan cara praktek menggerakan tubuh dalam
aktifitas jasmani.
d. Faktor yang mempengaruhi tingkat kesamaptaan
Tinggi rendahnya, cepat lambatnya, berkembang dan
meningkatnya kesamaptaan jasmani dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik dari dalam maupun dari luar tubuh sebagai berikut :
1) Faktor dalam (Endogen) yang ada pada manusia sendiri adalah :
a) Jenis kelamin
b) Usia
c) Ras / keturunan
d) Keadaan dan sifat biologis
e) Keadaan dan sifat psikologis
f) Keadaan kesehatan
g) Bakat dan minat
2) Faktor luar (Eksogen) antara lain :
a) Makanan
b) Lingkungan alam
c) Lingkungan sosial dan budaya
d) Tugas dan pekerjaan
20

e) Pembina / pelatih
f) Dan lain-lain
e. Manfaat kesamaptaan
Dengan memiliki kesamaptaan jasmani yang baik sangat
berguna dalam kehidupan misalnya :
1) Dengan postur yang baik dapat memberikan penampilan yang
memancarkan adanya kewibawaan lahiriah serta gerak yang
efisien.
2) Dengan kesegaran yang tinggi dapat tahan mengerjakan pekerjaan-
pekerjaan yang berat tanpa mengalami kelelahan yang berarti atau
cidera, sehingga banyak hasil yang dicapai dalam pekerjaannya.
3) Dengan ketangkasan yang tinggi banyak rintangan yang dapat
diatasi sehingga semua dapat berjalan dengan cepat dan tepat untuk
mencapai tugas pokok.
4) Kesamaptaan dapat memberikan dampak positif pada aspek psikis
dan sosial yaitu:
a) Kepercayaan diri yang kuat.
b) Menimbulkan kepuasan dan kenikmatan dalam menjalani usia.
c) Komunikasi sosial yang serasi.
d) Meningkatkan derajat kesehatan.
e) Meningkatkan kesejahteraan dan moril.
f) Meningkatkan kewibawaan.
f. Fungsi Samapta
Samapta memiliki fungsi dalam segala hal baik itu dalam
memberikan pertolongan, bantuan, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan dan bersifat preventif yang menuntut keahlian dan
kemampuan seseorang yang lebih dalam mengerjakan/melakukannya.
21

2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan


Sejauh ini, penelitian mengenai “Pengaruh foam rolling terhadap
Optimalisasi pemanasan” belum pernah diterapkan dan dikembangkan.
Adapun penelitian yang dapat digunakan sebagai sumber rujukan yaitu:
1. Eka Fatma Perdani Putri (2018) mengenai “Perbedaan Pengaruh
Pemberian Foam Roller Massage Dan Contrast Bath Terhadap Penurunan
Efek Delayed Onset Muscle Soreness (Doms) Otot Quadriceps Pada
Peserta Lari”. Hasil penelitian Ada pengaruh pemberian foam roller
massage terhadap penurunan efek delayed onset muscle soreness (doms)
otot quadriceps pada peserta lari.
2. Benidektus Adi Prianto (2016) mengenai “Pengaruh Latihan Foam Roller
Terhadap Penurunan Efek Delayed Onset Muscle Soreness (doms) Otot
Quadriceps Pada Pelari Marathon Di Persatuan Indorunner Surabaya”.
Hasil penelitian berdasarkan dari hasil analisis dan perhitungan uji statistic
disimpulkan bahwa ada pengaruh dari latihan foam roller terhadap
penurunan efek DOMS pada otot quadriceps terhadap pelari marathon
dengan p<0,05.
3. Muchamad Sadhali (2020) mengenai “ Efektivitas Foam Rolling Terhadap
Perubahan Kadar Uric acid (mg/dl) Dan Derajat Nyeri (VAS) Akibat
Delayed Onset Of Muscle Soreness (DOMS) Pasca Latihan Long Distance
Running 10 Km Pada Laki-laki Muda Sehat Terlatih”. Hasil penelitian
foam rolling yang dilakukan sekali belum mampu menurunkan kadar uric
acid secara signifikan. Sedangkan untuk Persentase penurunan derajat
nyeri pasca pemberian perlakuan foam rolling terjadi pada hari kedua (48
jam) dan ketiga (72 jam).
4. Bayu Pangestu (2020) mengenai “Efektivitas Foam Rolling Terhadap
Perubahan Kosentrasi Creatine Kinase (U/L) Dan Derajat Nyeri (VAS)
Akibat Delayed Onset Of Muscle Soreness (DOMS) Pasca Latihan Long
Distance Running (10 KM) Pada Laki-laki Muda Sehat Terlatih”. Hasil
penelitian foam rolling mampu menurunkan Kosentrasi creatine kinase
setelah dilakukan selama 30 menit FR pada yang dilakukan sesaat setelah
22

LDR, 24 jam, dan 48 jam. Sedangkan Persentase penurunan derajat nyeri


pasca pemberian foam rolling terjadi pada hari kedua (48 jam) dan ketiga
(72 jam).

2.3 Kerangka Berpikir


Pemanasan merupakan salah satu bagian dasar dari program permulaan
yang terdiri dari sekelompok aktivitas fisik yang dilakukan pada saat hendak
melakukan latihan. Hampir semua orang memasukkan aspek gerak atau
aktivitas fisik merupakan kegiatan yang selalu dilakukan setiap orang, apalagi
dalam hal ini berhubungan dengan dari yang berintensitas rendah dalam
setiap latihan sebelum meningkat pada latihan yang lebih berat. Persiapan ini
direncanakan untuk meningkatkan penampilan fisik, menjaga kesehatan dan
atau meningkatkan kebugaran (fitness). Beberapa persiapan yang dapat
dilakukan dalam aktivitas olahraga diantaranya adalah melakukan pemanasan.
Pemanasan ini umumnya dipakai dalam rangkaian program pengajaran
olahraga atau latihan fisik, pada dasarnya adalah suatu bentuk mempersatukan
aspek fisiologis dan psikologis yang diarahkan kepada tugas latihan
berikutnya. Atau dapat dikatakan pemanasan sangat berguna untuk
mempersiapkan tubuh secara psikologis dan fisik atau physical performance.
Foam rolling sebagai terapi dapat digunakan sebelum maupun
sesudah latihan. Tujuan penggunaan foam roller sebelum latihan adalah
sebagai warming-up. Tubuh perlu disiapkan secara fisik dan psikis,
peregangan bertujuan untuk menghilangkan ketegangan dan memperluas
rentang gerak tubuh.serta fungsi kognitif pada pengambilan keputusan yang
tepat menjadi faktor yang berkontribusi pada suksesnya performa. Adapun
kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
23

Kurangnya Tidak ada


Pemanasan Fisik Pemberian Foam
Rolling

Kelelahan Ketegangan Mudah Cedera


(Spasme) Cedera

Wawancara

Treatment (Manipulasi Foam


Rolling)

Manipulasi foam rolling dapat memberikan pengaruh terhadap


optimalisasi pemanasan latihan fisik pada atlet gulat remaja u 14
gaya bebas kota Banjarmasin.

2.4 Hipotesis Penelitian


Bedasarkan kajian pustaka di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah: Terdapat Pengaruh Foam Rolling Terhadap Optimalisasi Pemanasan
Latihan Fisik Kesamaptaan Pada Lembaga Pelatihan Borneo Sport Science
Banjarmasin.
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian
yang bertujuan mendapat gambaran atau kenyataan yang sesungguhnya dari
keadaan objek penelitian dengan data-data berupa angka yang diperoleh dari
hasil pengambilan data yaitu tes dan pengukuran (Prayoga,2018:22). Pada
penelitian ini subjek penelitian adalah anggota lembaga pelatihan borneo sport
science Banjarmasin secara umum. Subjek penelitian adalah post-test only
control group, yang berarti bahwa setelah mendapatkan perlakuan, subjek
penelitian diberikan sebuah angket untuk mengetahui pengaruh foam rolling
yang diberikan terhadap optimalisasi pemanasan latihan fisik.

17
18

3.2 Prosedur Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pelatihan Borneo Sport
Science Banjarmasin, Provinsi Kalimantan selatan. Waktu penelitian
dilaksanakan pada tanggal 30 maret- 20 mei 2022.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Peserta lembaga pelatihan
borneo sport science yang terdaftar sebagai anggota lembaga pelatihan
borneo sport science Banjarmasin berjumlah 20 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini ditentukan menggunakan teknik
purposive sampling dengan kriteria inklusi: 1) aktif berlatih 2) usia 17-21
tahun; dan kriteria eksklusi 1) Tidak sedang sakit, 2) Tidak sedang cedera
sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 20 orang.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Independent Variabel (Variabel Bebas)
Foam rolling sebagai terapi dapat digunakan sebelum maupun
sesudah latihan. Tujuan penggunaan foam roller sebelum latihan adalah
sebagai warming-up. Tubuh perlu disiapkan secara fisik dan psikis,
peregangan bertujuan untuk menghilangkan ketegangan dan memperluas
rentang gerak tubuh.serta fungsi kognitif pada pengambilan keputusan
yang tepat menjadi faktor yang berkontribusi pada suksesnya performa.
3.4.2 Dependent Variable (Variabel Terikat)
Optimalisasi pemanasan adalah suatu proses untuk meningkatkan
fisik seseorang yang bertujuan untuk meminimalisir cedera olahraga,
kelelahan, dan ketegangan otot pada bagian tubuh yang biasa digunakan
atlet, sehingga prestasi seseorang dapat meningkat. Pengukuran
optimalisasi pemanasan pada seseorang merupakan pengukuran yang
19

subjektif karena masing-masing orang memiliki perbedaan tingkat


kepuasaan.
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Peneliti meminta izin untuk melakukan pengambilan data penelitian
kepada sampel yang merupakan peserta lembaga pelatihan borneo
sport science yang terdaftar sebagai anggota Lembaga pelatihan
borneo sport Science Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan.
2. Peneliti menentukan sejumlah sampel penelitian dari populasi, dan
diperoleh sejumlah 20 sampel penelitian.
3. Sampel penelitian diberikan pengarahan terkait petunjuk teknis
pengisian inform consent (lembar kesediaan menjadi sampel
penelitian) dan waktu penelitian.
4. Peneliti memberikan perlakuan Foam rolling terhadap sampel
penelitian.
5. Peneliti mengambil data hasil kuesioner kepada sampel sejumlah 20
orang. Data yang diambil berupa nilai setelah sampel melakukan foam
rolling optimalisasi pemanasan latihan fisik.
6. Peneliti mengumpulkan data mentah hasil pengukuran dan kemudian
diolah menggunakan spss.
7. Peneliti akan memberikan perlakuan foam rolling terhadap peserta
lembaga pelatihan borneo sport sciences selama 6 kali pertemuan.
3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
angket. Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket dipilih sebagai alat
pengumpulan data karena peneliti berpedoman bahwa subjek penelitian
adalah orang yang paling tahu tentang diri pribadi, sehingga apa yang
20

dinyatakan bisa dianggap benar dan dapat dipercaya. Untuk angket yang
dinyatakan dalam penelitian ini adalah angket yang bersifat tertutup yang
berarti bahwa angket ini disusun dengan pertanyaan terbatas, tegas,
kongkrit dan lengkap, sehingga sampel hanya diminta mengisi angket
dengan alternatif jawaban berupa skala likert yaitu (1) Sangat Optimal, (2)
Optimal, (3) Kurang Optimal, (4) Tidak Optimal.
3.6 Validasi dan Reliabilitas Instrumen
3.6.1 Validitas
Menurut Arikunto (2006:109 dalam malingga, 2018:40)
menyatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat keandalan atau kesasihan suatu alat ukur. Uji validitas pada
penelitian ini menggunakan rumus uji pearson Product Moment.
Kuisioner atau angket dinyatakan valid apabila nilai r hitung >r table
(0.632). Berikut adalah rumus dari uji Pearson Product Moment:
𝒓𝒙𝒚 = (Σ𝒙𝒚)−(Σ𝒙Σ𝒚)
√[𝒏Σ𝒙𝟐−(Σ𝒙) 𝟐][𝒏Σ𝒚𝟐−(Σ𝒚) 𝟐]
Dimana:
x = skor setiap item pernyataan
y = skor total seluruh item pernyataan
xy = skor pernyataan dikalikan skor total

3.6.2 Realibilitas Instrumen


Menurut Ghiselli (dalam Malingga, 2018:42) mendefinisikan
reliabilitas sebagai suatu pengukur seberapa besar variasi tidak sistematik
dari penjelasan kuantitatif dari karakteristik-karakteristik suatu individu
jika individu yang sama diukur beberapa kali. Sedangkan Isaac dan
Michael (2007:120 dalam Malingga, 2018:42) menyatakan bahwa
Reabilitas sebagai konsistensi antar pengukuranpengukuran secara
berurutan. Pengujian realibilitas dalam penelitian ini menggunakan
rumus Cronbach Alpha, (Usman, 2003:291 dalam Malingga, 2018:42)
sebagai berikut:
21

𝜶= (𝒌−𝟏)(𝟏−Σ𝑺𝒊𝟐𝑺𝒊𝟐)
Dimana:
K = Jumlah item
Σ𝑆𝑖2 = Jumlah varians skor total
𝑆𝑖2 = Varians responden untuk item ke I
Priyatno (2006:172), menyatakan bahwa dalam pengambilan keputusan
untuk uji realibilitas apabila nilai yang diperoleh 0,7 maka realibilitas dapat
diterima dan apabila nilainya diatas 0,8 maka dikatakan realibilitas adalah baik.

3.7 Teknik Analisa Data


Data penelitian yang diperoleh dilanjutkan dengan analisis data dan
kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan statistik parametrik.
3.7.1 Analisa Deskriptif
Analisis data deskriptif adalah cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Adapun tujuan dari deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan atau hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Analisis deskriptif dilakukan untuk menjelaskan data dari satu
variabel. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah 28
frekuensi dan rata-rata dimana distribusi frekuensi merupakan susunan
data menurut kelas-kelas interval tertentu atau kategori tertentu dalam
sebuah daftar (Sanusi, 2016: 116).
3.7.2 Uji Normalitas
Uji normalitas sebenarnya merupakan suatu uji prasyarat dalam
mengadakan suatu pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis. Pengujian dilakukan tergantung pada variabel
yang akan diolah. Pengujian normalitas sebaran data menggunakan
Kolmogorov-Smirnov Test (p>0,05) dan hasilnya data distribusi
normal.
22

3.7.3 Uji Hipotesis


Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata antara
pemanasan fisik dengan kombinasi antara pemanasan fisik dan perlakuan
foam rolling sebelum berlatih. Hasil dikatakan ada perbedaan jika nilai F
hitung lebih besar dari nilai F able, dengan bantuan SPSS. Adapun
hipotesis dalam penelitian ini adalah:“Terdapat pengaruh perlakuan foam
rolling terhadap optimalisasi pemanasan latihan fisik pada peserta
lembaga latihan borneo sports science.
Kriteria pengujian hipotesis menurut Sugiyono (2012) adalah:
 Jika nilai F hitung> F able berarti ada perbedaan bermakna rerata pada
semua kelompok.
 Jika nilai F hitung< F able berarti tidak ada perbedaan bermakna rerata
pada semua kelompok.
23

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Analisa data dilakukan untuk dapat memperoleh kesimpulan dalam


pelaksanaan penelitian. Data yang telah diperoleh selanjutnya diolah agar skor
yang telah diperoleh mempunyai arti. Pengolahan data dalam suatu penelitian
dilakukan untuk menemukan jawaban rumusan masalah yang telah diajukan
sebelumnya.

4.1.1 Deskriftif Statistik

Deskriptif statistik yang digunakan dalam penelitian ini merupakan


interpretasi data yang didapatkan dari pengelompokan nilai/skor manipulasi
masase olahraga terhadap optimalisasi pemanasan dalam skala likert yaitu: (4)
Sangat Optimal, (3) Optimal, (2) Kurang Optimal, (1) Tidak Optimal. Data
deskriptif statistik hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

4.1.2 Deskripsi Foam Rolling Terhadap Optimalisasi Pemanasan Latihan


Fisik

Manipulasi foam rolling merupakan variable bebas yang digunakan


untuk menentukan sejauh mana pengaruhnya terhadap optimalisasi pemanasan
pada anggota lembaga pelatihan borneo sport science banjarmasin. Rerata
skoring/penilaian partisipan dapat dilihat pada Gambar

4.1.3 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variable yang


digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro Walk
yang dianalisa menggunakan program SPSS. Hasil uji normalitas dapat dilihat
pada Tabel
24

4.1.4 Uji Hipotesis

Untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan, maka hipotesis perlu


untuk diuji menggunakan metode paired sampel t-test. Uji paired sampel t-test
dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari treatment foam rolling terhadap
optimalisasi pemanasan latihan fisik. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan SPSS. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini yaitu manipulasi
foam rolling berpengaruh terhadap optimalisasi pemanasan latihan fisik pada
anggota lembaga pelatihan borneo sport science Banjarmasin .

Untuk membuat keputusan apakah hipotesis yang diajukan diterima


atau ditolak, maka didefinisikan sebagai berikut: (1) H0: manipulasi foam rolling
tidak berpengaruh terhadap optimalisasi pemanasan latihan fiisk, (2) H1:
manipulasi foam rolling berpengaruh terhadap optimalisasi pemanasan latihan
fisik. data hasil korelasi antar variabel dapat dilihat pada Tabel

4.2 Pembahasan
25

DAFTAR PUSTAKA

Beimborn, B. (2018). The Effects of Foam Rolling on Hamstring Flexibility


(California State University). Retrieved from
https://search.proquest.com/openview//0914fcd7558891de286d18de00d9c
1ff/1.pdf?pq-origsite=gscholar&cbl=18750&diss-y
Cheatham, S. W. (2015). The Effects of Self-Myofascial Release Using a Foam
Roll
or Roller Massager on Joint Range of Motion, Muscle Recovery, and
Performance: A Systematic Review. International Journal of Sports
Physical Therapy, 10(6), 827–838.
Cheatham, S. W., & Stull, K. R. (2018). Comparison of Three Different Density
Type Foam Rollers on Knee Range of Motion and Pressure Pain
Threshold: a Randomized Controlled Trial. International Journal of Sports
Physical Therapy, 13(3), 474–482. https://doi.org/10.26603/ijspt20180474
Darmawan, Y. (2021). Pengaruh Masase Olahraga Pra-Latihan Terhadap
Optimalisasi Pemanasan pada Atlet Pederasi Panjat Tebing Indonesia
(FPTI) di Kabupaten Tapin (Skripsi Tidak Terpublikasi). Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Kalimantan Muhammad
26

Arsyad Al-Banjari, Banjarmasin. Jurnal Kopasta, 5 (2), (2018) 55-56


Pengaruh Penggunaan Gadged Dalam Kehidupan.
Dȩbski, P., Białas, E., & Gnat, R. (2019). The parameters of foam rolling, self-
myofascial release treatment: A review of the literature. Biomedical
Human Kinetics, 11(1), 36–46. https://doi.org/10.2478/bhk-2019-0005
Jaka, S., Syafrial., dan Sofino. (2018), Pengaruh Latihan Push-up Dan Latihan
Pull-up Terhadap Kemampuan Pukulan Lurus Olahraga Pencak Silat
Pada Siswa Ekstrakulikuler Smp Negeri 1 Kota Bengkulu.
JD, D., J, W., & F, K. (2017). Foam Rolling as a Warm-up Technique for
Anaerobic
Power Activities. International Journal of Sports and Exercise Medicine,
3(5). https://doi.org/10.23937/2469-5718/1510077
Khairuddin, K. (2017). Olahraga Dalam Pandangan Islam. Jurnal Olahraga
Indragiri, 1(1), 1-14.
Kelly, S., & Beardsley, C. (2016). Specific and Cross-Over Effects of Foam
Rolling
on Ankle Dorsiflexion Range of Motion. International Journal of Sports
Physical Therapy, 11(4), 544–551. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27525179%0Ahttp://www.pubmedc
entr al.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC4970845
MacDonald, G. Z., Button, D. C., Drinkwater, E. J., & Behm, D. G. (2014). Foam
Rolling as a Recovery Tool after an Intense Bout of Physical Activity.
Medicine & Science in Sports & Exercise, 46(1), 131–142.
https://doi.org/10.1249/MSS.0b013e3182a123db.
Pangestu, B. (2020). Efektivitas Foam Rolling Terhadap Perubahan Konsentrasi
Creatine Kinase (U/L) Dan Derajat Nyeri (Vas) Akibat Delayed Onset Of
Muscle Soreness (Doms) Pasca Latihan Long Distance Running (10 Km)
Pada Laki-Laki Muda Sehat Terlatih. (Skripsi, Universitas Negeri
Semarang). Diakses dari: http://lib.unnes.ac.id/41156/1/6211416054.pdf
Peinado, A. B., & Muñoz-García, D. (2017). Neurodynamic mobilization and
foam
rolling improved delayed-onset muscle soreness in a healthy adult
population: a randomized controlled clinical trial. PeerJ, 5(10), e3908.
https://doi.org/10.7717/peerj.3908.
Rezki, Rices, J., Merlina, S., Muqimul, H., Dan Fauzan, FM. (2022). Pentingnya
Aktifitas Pemanasan Dan Pendinginan Dalam Berolahraga Pada Guru
Olahraga Dayaun.
Romero-Moraleda, B., La Touche, R., Lerma-Lara, S., Ferrer-Peña, R., Paredes,
V.,
Sadhali, Muchamad. (2020). Efektivitas Foam Rolling terhadap Perubahan Kadar
Uric Acid (mg/dL) dan Derajat Nyeri (VAS) akibat Delayed Onset of
Muscle Soreness (DOMS) pasca Latihan Long Distance Running 10 Km
pada Laki-laki Muda Sehat Terlatih. Skripsi. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
Salwa, Vasya Mutia. 2021. Pengaruh Kombinasi Latihan Fleksibilitas Dan Foam
27

Rolling Terhadap Fleksibilitas Hamstring Pada Pemain Sepak Bola.


Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Sugiyono (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung:Alfabeta.
Uhacham, Aflaharani. 2018. Profil Kondisi Fisik Siswa Peserta Ekstrakurikuler
Gulat Di Sma Negeri 1 Srandakan Bantul Tahun 2017. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
Zuhri, Ahmad. 2017. Kontribusi Latihan Push-Up, Horizontal Swing Dan Squat
Jump Terhadap Peningkatan Hasil Bantingan Pinggang Pada Atlet Gulat
Putri Klub Sumber Juara Medan 2017. Skiripsi. Medan: Universitas
Negeri Medan.

Anda mungkin juga menyukai