Anda di halaman 1dari 11

PANDANGAN KONTIGENSI DALAM SUPERVISI PEMBELAJARAN

Suadi
Dosen STAI Salahuddin Pasuruan

Abstrak
Supervisi bertujuan mengembangkan situasi kegiatan pembelajaran yang lebih baik ditujukan
pada pencapaian tujuan pendidikan sekolah, membimbing pengalaman mengajar guru,
menggunakan alat pembelajaran yang modern, dan membantu guru dalam menilai kemajuan
peserta didik.
Pandangan kontingensi supervisi didasarkan pada pemikiran bahwa setiap guru berbeda sesuai
dengan sudut pandang supervisor. Pemberian motivasi supervisor kepada guru diharapkan dapat
menjadi potensi besar untuk peningkatan komitmen guru dalam bekerja. Pemberian motivasi
dan pembinaan guru dilakukan sesuai dengan kondisi dan perkembangan kemampuan guru yang
disupervisi
A. PENDAHULUAN
modern, dan membantu guru dalam menilai
Perkembangan ilmu pengetahuan
kemajuan peserta didik.2
dan teknologi yang semakin pesat menuntut
Pandangan kontingensi supervisi
lembaga pendidikan untuk lebih dapat
didasarkan pada pemikiran bahwa setiap
menyesuaikan dengan arus perkembangan
guru berbeda. Para ahli mengemukakan
tersebut.1 Personil sekolah yang memadai
beberapa dimensi sebagai tingkatan dalam
kemampuannya menjadi perhatian utama
mengklasifikasi guru, sehingga supervisor
bagi setiap lembaga pendidikan diantaranya
dapat memilih pendekatan dan gaya dalam
guru berkualitas yang sangat dibutuhkan
melaksanakan supervisi. Glickman (1981)
oleh setiap sekolah. Aspek selanjutnya
menekankan pada dua aspek yaitu derajat
perhatian diberikan pada supervisi yang
komitmen dan derajat abstraksi guru. Kolb,
berfungsi sebagai perbaikan dan
dkk dalam Sergiovanni (1991)
peningkatan kualitas pembelajaran serta
mengemukakan beberapa hal yang perlu
pembinaan pembelajaran sehingga terus
diperhatikan supervisor adalah konsep
dilakukan perbaikan pembelajaran
bagaimana dan gaya pembelajaran guru,
(Sahertian, 2000:131). Supervisi bertujuan
variasi strategi mengajarnya, gaya dalam
mengembangkan situasi kegiatan
pemecahan masalah, dan variasi
pembelajaran yang lebih baik ditujukan pada
perkembangan diri guru. Supervisor juga
pencapaian tujuan pendidikan sekolah,
perlu memberikan motivasi kepada guru.
membimbing pengalaman mengajar guru,
Veniard dalam Williams (2006:109)
menggunakan alat pembelajaran yang
mengemukakan motivation is the art of
helping people to focus their minds and

1 Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan


Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung: 2 Soebagio, Manajemen Pengawasan dan
ALFABETA, 2011), hlm. 99. Supervisi Sekolah (Jakarta: PT. Ardadizya, 2011),
hlm. 231.
energies on doing their work as effectively supervisor dijadikan dasar dalam
as possible. Motivasi adalah seni membantu pelaksanaan supervisi, sehingga hasil dari
orang supaya fokus kepada pikiran mereka supervisi sesuai dengan tujuan yaitu
dan energi yang mendorong mereka bekerja peningkatan kualitas pembelajaran yang
secara efektif. dilaksanakan oleh guru dalam kelas.4
Supervisor perlu memperhatikan
teori motivasi, seperti teori motivasi yang B. Fokus Pembahasan
dikemukakan McClellend. Teori kebutuhan Pembahasan ini akan difokuskan pada
McClellend (dalam Robbins, 2003:222-223) “alternatif supervisi dalam pandangan
terfokus pada tiga kebutuhan yaitu prestasi, kontijensi”.
kekuasaan, dan kelompok pertemanan. C. Pembahasan
Kebutuhan berprestasi memandang guru 1. Supervisi dalam
memiliki dorongan untuk unggul, Pandangan Kontijensi
berprestasi berdasarkan standar, dan a. Teori kontijensi
berupaya keras supaya sukses mencapainya. Pendekatan teori kontijensi
Kebutuhan kekuasaan memandang guru mengidentifikasi bentuk-bentuk optimal
memiliki dorongan untuk membuat pengendalian supervisi pembelajaran
membuat orang lain berperilaku dalam suatu dibawah kondisi operasi yang berbeda
cara yang sedemikian rupa (tanpa paksaan) dan mencoba untuk menjelaskan
sehingga mereka tidak akan berperilaku bagaimana prosedur operasi
sebaliknya. Kebutuhan akan kelompok pengendalian supervisi pembelajaran
pertemanan memandang guru memiliki tersebut. Menurut Otley (1980) para
hasrat untuk menjalin hubungan antarpribadi peneliti telah menerapkan pendekatan
yang ramah dan akrab (kolegial). kontijensi guna menganalisis dan
Pemberian motivasi supervisor mendesain sistem kontrol supervisi
kepada guru diharapkan dapat menjadi pembelajaran5.
potensi besar untuk peningkatan komitmen Pendekatan kontijensi menarik
guru dalam bekerja.3 Pemberian motivasi minat para peneliti karena mereka ingin
dan pembinaan guru dilakukan sesuai mengetahui apakah tingkat kendala
dengan kondisi dan perkembangan suatu sistem supervisi pembelajaran
kemampuan guru yang disupervisi. akan selalu berpengaruh sama pada
Pemahaman dimensi/karakteristik guru oleh
4Ibid, hlm. 68.
3 Luk luk Nur Mufidah, Supervisi Pendidikan 5 W. Mantja, Bahan Aja,r Model Pembinaan
(Yogyakarta: TERAS, 2009), hlm 71. Supervisi Pengajaran (Pascasarjana UM: 2000),
hlm. 194.
setiap kondisi atau tidak. Berdasarkan suatu konsep, dan dapat merefleksikan
teori kontijensi maka terdapat faktor konsep tersebut dalam pembelajaran.
situasional lain yang mungkin akan Supervisor dituntut memiliki
saling berinteraksi dalam suatu kondisi strategi dalam upaya peningkatan
tertentu. Dari pandangan kontijensi ini kompleksitas kognitif guru dengan
maka muncul kemungkinan bahwa tujuan agar guru dapat menstimulasi
desentralisasi juga akan menyebabkan lingkungan pembelajaran. Upaya ini
perbedaan kebutuhan informasi dalam dilakukan dengan memberikan
supervisi pembelajaran. kesempatan kepada guru untuk
b. Alternatif Supervisi Dalam mengemukakan tentang
Pandangan Kontijensi pembelajarannya, mengevaluasi
1) Tingkat Kompleksitas Kognitif pembelajaran, merefleksikan
Guru6 pembelajaran, dan melakukan
Klasifikasi kompleksitas guru eksperimen dalam lingkungan
berdasarkan pada tingkatan pembelajaran. Sehingga guru dalam hal
pertumbuhan kognitif guru yang ini lebih banyak bicara, supervisor lebih
ditunjukkan dalam kegiatan banyak mendengar, memberi
pembelajaran. Berdasarkan pengarahan, dan saran.
kompleksitas kognitif, Harvey dalam Guru diharapkan memiliki tanggung
Sergiovanni (1991) mengklasifikasikan jawab dari hasil pembelajarannya.
guru menjadi dua kategori yaitu tingkat Supervisor yang memperhatikan
kompleksitas kognitif rendah dan perbedaan sistem supervisi dengan
kompleksitas kognitif tinggi. Guru yang mengombinasikan pilihan berbagai
termasuk dalam kompleksitas kognitif pendekatan dalam supervisi dapat
rendah memiliki ciri-ciri yaitu pola pikir memberikan nilai lebih. Harvey dalam
guru bersifat konkret, praktis, dan Sergiovanni (1991) mengemukakan
sederhana. Guru yang termasuk dalam dengan pemberian stimulus kepada guru
kompleksitas kognitif tinggi memiliki dalam hal intelektual, tantangan, dan
ciri-ciri yaitu berpikir kompleks, dukungan maka diharapkan tingkat
cenderung dapat menerapkan variasi kompleksitas kognitif guru akan
strategi mengajar, memahami meningkat, sehingga kualitas
keterkaitan, perbedaan, dan persoalan pembelajaran pun juga ikut meningkat.

6 Ibid.
2) Gaya Pembelajaran Guru7 dipelajari dalam latar yang baru. Lebih
Karakteristik situasional yang perlu lanjut Kolb dkk mengidentifikasi empat
dipertimbangkan dalam pandangan perbedaan cara pembelajaran guru yang
kontingensi adalah gaya pembelajaran saling berhubungan dalam tahap satu
dan motivasi guru dalam bekerja. Guru putaran sistem, yaitu 1) concrete
memiliki ciri khas tersendiri dalam experience (pengalaman konkret), 2)
mengajar dan menyelesaikan masalah reflective observation (refleksi dan
pembelajaran. Supervisor dituntut observasi), 3) abstract
memiliki catatan perbedaan sebagai conceptualization (pemahaman
bahan refleksi dan mengakomodasi abstrak), dan 4) active experimentation
peran dan tugas guru. Kolb dkk dalam (percobaan aktif).
Sergiovanni (1991) mengemukakan Pembelajaran tahap concrete
model, konsep pembelajaran, dan experience (CE) siswa harus dilibatkan
pemecahan masalah merupakan sebagai secara penuh, terbuka, dan tanpa bias
suatu proses. Model pembelajaran dari pengalaman baru. Tahap reflective
cenderung meningkatkan pengertian observation (RO) siswa harus mampu
bagaimana peserta didik merefleksikan dan mengobservasi
membangkitkan pengetahuan dari pengalaman dari banyak perspektif.
konsep pengalaman, aturan, dan prinsip Tahap abstract conceptualization (AC)
yang menuntun tindakan mereka dalam siswa harus mampu mendeskripsikan
situasi dan bagaimana mereka konsep secara integratif (teoritik dan
memodifikasi konsep tersebut untuk empirik). Tahap active experimentation
meningkatkan efektivitas dalam (AE) siswa harus mampu menggunakan
pembelajaran. teori untuk membuat keputusan dan
Kolb dkk dalam Sergiovanni (1991) menyelesaikan masalah.
mengemukakan empat tahap yang Guru melaksanakan pembelajaran
ditampilkan dalam pembelajaran yaitu cenderung menerapkan keempat tahap
1) pengalaman konkret, 2) kemampuan tersebut, yang membedakan adalah
dalam mengolah pengalaman dalam tingkat pemahaman dalam tiap tahap.
bentuk mengobservasi dan refleksi, 3) Secara praktis tujuannya adalah lebih
perumusan konsep dan generalisasi, dan menggunakan pemikiran guru sebagai
4) bereksperimen dengan apa yang orientasi melaksanakan pembelajaran
khusus yang terencana secara tertulis.
7 Ibid, hlm. 199.
Pembelajaran merupakan suatu
perbuatan yang kompleks (a highly yang menarik dan unik dapat
complexion process) karena dituntut dipraktikkan oleh guru lain di kelasnya.
adanya kemampuan personal, Tipe guru seperti ini tidak suka dengan
profesional, dan sosial kultural secara pengembangan profesional secara
terpadu dalam proses pembelajaran individual. Pendekatan kolegial
harus tercipta. memungkinkan guru mendapatkan
3) Gaya Pembelajaran Guru dan pengalaman konkret, memiliki
Pilihan Pendekatan Supervisor8 pengalaman abstrak, dan observasi
Gaya pembelajaran guru dapat refleksi.
digunakan pertimbangan dalam Guru pada saat berdiskusi dengan
menentukan pendekatan sehingga guru lainnya diharapkan dapat
pemberian supervisi sesuai dengan menemukan ide baru yang akan
kebutuhan guru. Pemilihan pendekatan diterapkan dalam pembelajaran. Guru
juga dipengaruhi oleh pemahaman dapat mengadopsi metode mengajar
supervisor tentang pemahaman teori, guru lain untuk diterapkan di kelasnya.
interpretasi, dan pengalaman yang Kemungkinan pada awal menerapkan
dimiliki. Seorang supervisor perlu metode baru guru mengalami kesulitan.
melakukan kajian tentang segala hal Dengan demikian guru memiliki
yang dialami guru atau karakteristik tantangan untuk melakukan perubahan
guru itu sendiri. Acheson dan Meredith dan berinovasi dalam pembelajarannya
(1987) mengemukakan bahwa dalam untuk menciptakan situasi belajar yang
supervisi ada tiga prinsip yang harus lebih baik, terus melakukan modifikasi
diketahui supervisor, yaitu interaktif, sesuai dengan materi dan media yang
demokratis, dan terpusat pada guru.9 digunakan dalam pembelajaran. Guru
Supervisi kolegial digunakan pada akan terlatih dalam melaksanakan
guru yang berorientasi pada pencapaian inovasi secara berkelanjutan dan
pengalaman konkret. Guru diberi diharapkan akan meningkatkan kualitas
kesempatan untuk berinteraksi dan pembelajaran.
berdiskusi dengan guru lain membahas Guru yang memiliki observasi
tentang tugasnya. Berbagai pengalaman refleksi tinggi, suka merespons, dan
konkret yang dialami guru dicatat, senang bekerja dengan guru lain
dilakukan interpretasi, dan pengalaman (kolegial). Guru dalam kasus tertentu
8 Ibid, hlm. 200-202. akan bertindak pasif, lebih suka sebagai
9 Soebagio, hlm. 231-232.
observer (pengamat), dan secara aktif
mengambil sesuatu dari pengamatan penelitian mengenai pembelajaran, dan
yang dilakukan. Maka pendekatan yang berdiskusi dalam permasalahan
dilakukan adalah secara individual. pembelajaran. Guru yang berorientasi
Guru yang berkarakter refleksi konseptual-abstrak dalam membuat
cenderung tidak banyak mengalami keputusan berdasarkan pada data. Guru
kemajuan. Sehingga supervisor merencanakan dan menyiapkan
memberikan bantuan dalam instrumen secara sistematis dalam
pengembangan dengan membuat pembelajaran. Kegiatan supervisor
kontrak yang terencana agar guru fokus adalah memberikan motivasi agar guru
dalam pembelajaran. Target dan tujuan perencanaan yang telah dirumuskan
dirumuskan secara spesifik agar dapat dapat dilaksanakan dengan baik dan
mengatasi permasalahan guru dalam hasilnya (fakta) dijadikan pedoman
kelas. Guru dituntut berorientasi pada dalam menyusun perencanaan
aksi (pelaksanaan) pembelajaran dan pembelajaran selanjutnya.
kegiatan supervisor mendorong agar Guru yang berkarakter konseptual-
target dan tujuan yang telah dirumuskan abstrak cenderung memudahkan
dapat tercapai. supervisor karena dalam menyelesaikan
Guru yang termasuk dalam karakter masalah berdiskusi dengan guru lain.
orientasi-aksi cenderung mengkaji Namun terkadang mereka
kegiatan pembelajaran sebagai suatu mempengaruhi kelompok lain dengan
yang bersifat fakta (nyata), kegiatan mengemukakan teori/konsep dalam
pembelajaran tidak berpijak pada teori. menyelesaikan masalah. Guru yang
Mereka terfokus pada fakta pada proses konseptual-abstrak lebih suka
pembelajaran. Sehingga supervisor menggunakan teori dalam
kegiatannya membantu guru secara mengimplementasikan proses
praktis dalam memandang kegiatan pembelajaran. Walaupun demikian guru
pembelajaran, kebermaknaan perlu juga memperhatikan fakta (nyata)
pembelajaran, dan meningkatkan dalam pembelajaran. Sehingga
kinerja guru. supervisor dituntut dapat
Guru yang berorientasi konseptual- menyeimbangkan perbedaan guru yang
abstrak lebih terfokus dalam berorientasi konseptual-abstrak dengan
pembelajaran dan gagasan teori dalam orientasi-aksi.
mengatasi permasalahan. Mereka Pendekatan kolegial kurang sesuai
mengkaji ide secara teori, melakukan jika digunakan pada guru yang tidak
suka berinteraksi dengan guru lain dan dapat memilih berdasarkan teori yang
lebih suka bekerja sendiri. Pilihan dikemukakan oleh Glickman (1981)
pendekatan pada tipe guru seperti ini yang membagi menjadi tiga pendekatan
yang sesuai adalah pendekatan direktif. yaitu direktif, kolaboratif, dan
Supervisor mendorong guru melakukan nondirektif.12 Pendekatan direktif,
eksperimen secara aktif. Guru yang kolaboratif, dan nondirektif
termasuk dalam tipe ini suka bertindak dilaksanakan berdasar kondisi dan
sendiri dalam bekerja. Mereka berani perkembangan kemampuan guru yang
mengambil risiko dalam melaksanakan di supervisi, dengan menekankan pada
hal baru (inovasi) dalam pembelajaran. dua aspek yaitu derajat komitmen dan
Supervisi individual memberi derajat abstraksi guru.
kesempatan kepada guru untuk tumbuh Pendekatan direktif dilaksanakan
dan berkembang sesuai dengan pada guru yang memiliki derajat
kemampuan guru. Mereka hanya abstraksi dan komitmen yang rendah
memerlukan bantuan dalam hal (guru yang drop out). Supervisor
bereksperimen dan merefleksikan banyak mengarahkan guru. Kegiatannya
proses pembelajaran.10 menginformasikan, mengarahkan,
Pendekatan kolegial pada bagi guru menjadi model, menetapkan patokan
yang individual akan menjadi tingkah laku, dan menilai serta
penghalang dalam pengembangan menggunakan insentif sosial dan
profesionalnya. Mereka berpandangan material.
dengan berdiskusi dapat membuat Pendekatan kolaboratif
proses pengembangan profesionalnya dilaksanakan pada guru yang memiliki
terhambat karena harus menunggu guru derajat abstraksi rendah dan derajat
lain jika ada guru yang belum atau tidak komitmen tinggi (guru kerjanya tak
dapat mengimbangi tingkat berfokus) atau guru yang memiliki
pemahamannya terhadap sesuai hal. derajat abstraksi yang tinggi namun
4) Gaya Supervisor11 komitmennya rendah (guru yang
Supervisor dapat memilih alternatif pengamat analitik). Supervisor
dalam memberikan bantuan dan berkolaborasi dengan guru. Kegiatan
pembinaan kepada guru. Supervisor supervisor adalah mempresentasikan

10 Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi persepsinya mengenai sesuatu yang
Pendidikan (Yogyakarya: GAVA MEDIA,
2011), hlm. 102.
11 W. Mantja, hlm. 195 12 Soebagio, hlm. 233.
menjadi sasaran supervisi, menanyakan kedudukan yang sejajar. Perhatian utama
guru mengenai persepsinya terhadap guru pada masalah, kebutuhan, dan
sasaran supervisi, mendengarkan guru, karakteristik siswa, maka guru berupaya
mengajukan alternatif pemecahan meningkatkan kematangan dan kompleksitas
masalah, bernegosiasi dengan guru. kognitif. Pertemuan garis tersebut
Pendekatan nondirektif menggambarkan dimensi pengembangan
dilaksanakan pada guru yang memiliki guru dan rekomendasi gaya supervisor.
derajat abstraksi tinggi dan juga derajat Guru yang masuk dalam bagian titik
komitmen tinggi (guru profesional). pertemuan 1 maka pendekatan yang sesuai
Kegiatan supervisor adalah adalah direktif dan karakter supervisi
mendengarkan, memperhatikan dan bersifat informal dengan menekankan pada
mendiskusikan dengan guru, pertemuan/interaksi langsung yang intensif
membangkitkan kesadaran sendiri, supervisor dengan guru. Pendekatan kolegial
bertanya, dan mengklarifikasi atau individual disesuaikan dengan
pengalaman guru. Sergiovanni (1991) perkembangan dan kondisi guru. Pendekatan
mengemukakan hubungan tingkat kolegial digunakan saat guru mampu bekerja
perhatian guru, tingkat tanggung jawab, sama dengan guru lain. Keterlibatan
kematangan kepribadian, kompleksitas supervisor hanya memastikan bahwa guru
kognitif, dan pilihan pendekatan mendapat petunjuk dan pembinaan yang
supervisor seperti pada Gambar. dibutuhkan. Pendekatan individual
digunakan kepada guru yang memiliki
permasalahan rumit dalam pembelajaran.
Guru yang masuk dalam bagian titik
pertemuan 2 maka pendekatan yang sesuai
adalah kolaboratif. Guru dan supervisor
Gambar 1 Pertemuan Variabel Guru dan menyelesaikan masalah secara bersama,
Gaya Supervisor merencanakan supervisi, dan membuat
13
keputusan secara kooperatif. Sehingga
Berdasarkan Gambar 1 tentang
dalam pengembangan profesional guru lebih
pertemuan faktor guru dan gaya supervisor
bersifat individual. Pendekatan kolegial
disimpulkan perhatian guru, tingkat
digunakan jika guru memerlukan bantuan
tanggung jawab, kematangan, dan
yang sekiranya guru sudah tidak dapat
kompleksitas kognitif guru memiliki
menyelesaikan sendiri.
13 W. Mantja, hlm. 196.
Guru yang profesional merupakan dengan beberapa siklus tertentu.15 Siklus
bagian dalam titik pertemuan 3 sehingga yang ada pada desain supervisi ini
pendekatan yang sesuai adalah nondirektif. melibatkan guru sebagai target utama. Ada
Guru profesional lebih dapat memperhatikan tiga siklus dalam pelaksanaan supervisi
persoalan peserta didik lebih klinis, meliputi pertemuan awal, observasi,
komprehensif.14 Hal tersebut dapat dan pertemuan balikan. Aplikasi ini
mempengaruhi kualitas sekolah dan dilakukan dengan beberapa langkah
mencerminkan bahwa guru memiliki tingkat pendekatan oleh guru untuk pelaksanaan
kompleksitas kognitif yang tinggi. supervisi di lapangan.
Supervisor dan guru berinteraksi secara Permasalahan guru kelihatannya begitu
kolegial. Guru lebih senang bekerja sendiri kompleks dan memang demikian.
sehingga pengembangan profesional Supervisor dituntut dapat mengakomodasi
dilaksanakan dengan individual. Pendekatan perbedaan individu dan lingkungan guru
informal tetap menjadi bagian dalam untuk menentukan strategi yang digunakan.
pelaksanaan supervisi, supervisor Pada akhirnya proses memutuskan untuk
memberikan penghargaan dan motivasi memilih pendekatan supervisi adalah
kepada guru sehingga diharapkan tujuan merupakan bentuk konsep trial dan error.
supervisi tercapai. Suatu model memerlukan perlakuan
Cekungan secara periodik dalam (treatment) dan percobaan (trial) untuk
Gambar 1 menunjukkan bahwa guru memutuskan secara cepat yang bertujuan
memerlukan pertolongan dan pembinaan mendapatkan umpan balik mana yang tepat
lebih intensif karena menghadapi masalah dalam bekerja. Strategi yang telah dipilih
dan tantangan khusus. Permasalahan dapat dipertahankan bila menunjukkan hasil
tersebut diidentifikasi oleh guru dan yang baik, tetapi bila hasilnya tidak atau
supervisor. Supervisor dituntut dapat kurang baik maka perlu dipilihkan strategi
menerapkan pendekatan yang efektif. lain secara berkelanjutan.
Supervisi klinis sifatnya lebih ke arah yang D. Penutup
khusus dan terbatas pada aspek tertentu Supervisi bertujuan
yang dibutuhkan dalam pengajaran guru. mengembangkan situasi kegiatan
Triyono (2009) berpendapat supervisi klinis pembelajaran yang lebih baik ditujukan
adalah bentuk bantuan profesional yang pada pencapaian tujuan pendidikan
diberikan pada guru berdasarkan kebutuhan sekolah, membimbing pengalaman

14 Jerry H. Makawimbang, hlm. 136. 15 Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, hlm. 113.
mengajar guru, menggunakan alat dalam mengolah pengalaman dalam
pembelajaran yang modern, dan bentuk mengobservasi dan refleksi, 3)
membantu guru dalam menilai perumusan konsep dan generalisasi, dan
kemajuan peserta didik. Pandangan 4) bereksperimen dengan apa yang
kontingensi supervisi didasarkan pada dipelajari dalam latar yang baru.
pemikiran bahwa setiap guru berbeda Perbedaan cara pembelajaran guru yang
sesuai dengan sudut pandang saling berhubungan dalam tahap satu
supervisor. putaran sistem, yaitu 1) concrete
Pemberian motivasi supervisor experience (pengalaman konkret), 2)
kepada guru diharapkan dapat menjadi reflective observation (refleksi dan
potensi besar untuk peningkatan observasi), 3) abstract
komitmen guru dalam bekerja. conceptualization (pemahaman
Pemberian motivasi dan pembinaan abstrak), dan 4) active experimentation
guru dilakukan sesuai dengan kondisi (percobaan aktif).
dan perkembangan kemampuan guru Gaya pembelajaran guru dapat
yang disupervisi. Berdasarkan digunakan pertimbangan dalam
kompleksitas kognitif guru menentukan pendekatan sehingga
diklasifikasikan menjadi dua kategori pemberian supervisi sesuai dengan
yaitu tingkat kompleksitas kognitif kebutuhan guru. Pemilihan pendekatan
rendah dan kompleksitas kognitif tinggi. juga dipengaruhi oleh pemahaman
Perhatian guru, tingkat tanggung supervisor tentang pemahaman teori,
jawab, kematangan, dan kompleksitas interpretasi, dan pengalaman yang
kognitif guru memiliki kedudukan yang dimiliki. Seorang supervisor perlu
sejajar. Perhatian utama guru pada melakukan kajian tentang segala hal
masalah, kebutuhan, dan karakteristik yang dialami guru atau karakteristik
siswa, maka guru berupaya guru itu sendiri. Prinsip supervisi yang
meningkatkan kematangan dan harus diketahui supervisor, yaitu
kompleksitas kognitif. Pertemuan garis interaktif, demokratis, dan terpusat pada
tersebut menggambarkan dimensi guru.
pengembangan guru dan rekomendasi
gaya supervisor.
Tahapan yang ditampilkan
dalam pembelajaran yaitu 1)
pengalaman konkret, 2) kemampuan
DAFTAR RUJUKAN
Diat Prasojo, Lantip dan Sudiyono. 2011.
Supervisi Pendidikan. Yogyakarya:
GAVA MEDIA.

Jerry H, Makawimbang. 2011. Supervisi dan


Peningkatan Mutu Pendidikan.
Bandung: ALFABETA.

Mantja, W. 2000. Bahan Ajar, Model


Pembinaan Supervisi Pengajaran.
Malang: Pascasarjana UM

Nur Mufidah, Luk-luk. 2009. Supervisi


Pendidikan. Yogyakarta:
TERAS.

Soebagio. 2011. Manajemen Pengawasan


dan Supervisi Sekolah. Jakarta:
PT. Ardadizya

Anda mungkin juga menyukai