Anda di halaman 1dari 14

HUKUM

AGRARIA

BAB V. MEKANISME PEROLEHAN IZIN (Dr. Rikardo Simarmata,


S.H.)
Mekanisme Perolehan Izin
1. Pemanfaatan atau Pengusahaan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan
2. Pengusahaan Tambang
3. Penggunaan Sumber Daya Air

Pemanfaatan atau Pengusahaan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan


Dasar Hukum Pemanfaatan atau Pengusahaan Hutan
1. UU 41/1999 tentang Kehutanan
2. UU 11/2020 tentang Cipta Kerja
3. PP 6/2007 tentang Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan
4. PP 24/2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan
5. PP 23/2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan Hasil
Perhutanan:
● Kayu (timber)
● Non-kayu (non-timber)

Pemanfaatan atau Pengusahaan Hutan


1. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu → tumbuh secara alamiah (mayoritas memegang izin ini)
2. Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan (Bunaken, Pulau Komodo) → para pengunjung bisa masuk ke
site dengan legal karena perusahaan eco-tourism memegang izin ini
3. Izin usaha pemanfaatan kawasan hutan → pembuatan obat herbal, budidaya madu
4. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu → PP 6/2007: pemungutan kayu (komersil/bisa
dipasarkan), dan bukan kayu (non-komersil)
Contoh kasus di Kalimantan Barat, terjadi orang memasuki wilayah hutan dan mengambil hasilnya tanpa
izin. Setiap tahun pasti ada saja kasus seperti ini dibawa ke pengadilan.

Fungsi Hutan
1. Fungsi Produksi
2. Fungsi Lindung
3. Fungsi Konservasi
Apakah izin pemanfaatan hutan boleh ditaruh di 3 fungsi ini? Boleh, kecuali untuk zona inti dan zona rimba
taman nasional serta cagar alam → karena terdapat flora fauna yang bersifat endemik yang hanya ada di
Indonesia (menjaga keragaman hayati)

Subjek Pemegang Izin


1. Perorangan
2. Koperasi
● Mengapa dibuat secara independen dan tidak temasuk BUMS? Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 →
usaha bersama didasarkan pada asas kekeluargaan
● Apakah koperasi termasuk wujud nyata dari usaha bersama? Ya, namun PT tidak ada
○ Yang membedakan: cata pendistribusian keuntungan yang didapatkan. Koperasi secara
kekeluargaan, relatif merata, PT melalui saham, tergantung besar kontribusinya, tidak merata.
● Koperasi di bidang kehutanan hanya didirikan untuk kehutanan sosial/kemasyarakatan, seperti desa,
hutan rakyat.
3. BUMS/BUMN/BUMD

Atina Putri Indira (Hukum Agraria E)


HUKUM
AGRARIA
Kewenangan Memberikan Izin (Pejabat Penerbit Izin)
1. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu: kementerian KLHK. Dulu 100 hektar boleh pada kewenangan
bupati/walikota. Namun, sekarang hanya kementerian. Perlu rekomendasi (analisis kelayakan, analisis
ketataruangan) krn diasumsikan kepala daerah memiliki kedekatan dgn hutan.
2. Izin usaha pemanfaatan kawasan hutan: semua punya kewenangan untuk menerbitkan izin sesuai
kewenangan masing2 → tergantung area: bukan lintas kabupaten kota, provinsi
3. Izin pemanfaatan jasa lingkungan & hasil hutan kayu dan bukan kayu: dilimpahkan kepada
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya masing-masing → izin untuk usaha komersial, maka izin di
tangan Pempus. Apabila izin untuk skala kecil (koperasi), maka izin di tangan Pemda Mengapa menteri yang
memiliki kewenangan? Adanya perlombaan antara Pemda dan Pempus
terkait pemberian izin, bisa saja berdampak pada munculnya korupsi.

Tata Cara dan Persyaratan Permohonan Izin


Aspek formil:
● Permohonan oleh subjek yang eligible sesuai dengan jenis izin kepada pejabat yang berwenang
● Pejabat yang berwenang memeriksa permohonan untuk kemudian memutuskan apakah menerima atau
menolaknya setelah mempertimbangkan rekomendasi dari bupati/walikota dan gubernur → dilakukan
dengan meminta bawahan atau membentuk tim.
● Pejabat yang berwenang menerbitkan izin apabila permohonan memenuhi persyaratan yang dikenakan →
jika menolak harus dinyatakan secara tertulis
● Pemanfaatan hutan yang kegiatannya dapat mengubah bentang alam dan mempengaruhi lingkungan wajib
memiliki analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
AMDAL: rencana kegiatan untuk mencegah terjadinya dampak negatif → disiapkan tim oleh
Pempus/Pemda. Jika diterima digunakan sebagai persyaratan untuk mengeluarkan izin LH. Izin usaha
(pemanfaatan hasil hutan) bisa dikeluarkan jika sudah mendapat izin LH.

Penggunaan Kawasan Hutan


● Pada prinsipnya, usaha non-kehutanan/di luar kehutanan dilarang untuk berlangsung dalam kawasan
hutan karena dapat mengubah fungsi kawasan
● Pengecualian diberikan kepada usaha/kegiatan yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat
dielakkan, harus memiliki izin pinjam pakai kawasan hutan
● Hanya dapat dilakukan pada hutan produksi dan lindung

Kegiatan Pembangunan di Luar Kehutanan


PP 24/2010 mendaftarkan sejumlah kegiatan yang strategis dan tidak dapat dielakkan
1. Religi → rumah ibadah
2. Pertambangan → minerba, panas bumi
3. Instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi energi baru dan terbarukan
4. Pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio dan stasiun relay televisi
5. Jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api
6. Saran transportasi umum yang tidak dikategorikan sebagai sarana transportasi umum untuk keperluan
pengangkutan hasil produksi
7. Sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan instalasi air, dan saluran air bersih dan/atau
air limbah
8. Fasilitas umum
9. Industri terkait kehutanan
10. Pertahanan dan keamanan
11. Prasarana penunjang keselamatan umum
12. Penampungan sementara korban bencana alam: sebagian korban tsunami Aceh membangun taman
nasional Leuser untuk melangsungkan hidup (kehutanan). Namun karena tidak ada tindakan dari instansi
kehutanan atau pemerintahan, tetap dilanjutkan ditanam tanaman keras (non-kehutanan)

Atina Putri Indira (Hukum Agraria E)


HUKUM
AGRARIA
Dari sisi mekanisme, izin penggunaan kawasan hutan juga harus berdasarkan permohonan. Hanya ditujukan
kepada menteri.
Pembangunan fasilitas umum non-komersial (jalan umum, penampungan sementara korban bencana
→ kewenangan memberikan izin dapat didelegasikan kepada gubernur oleh menteri.

Izin Penggunaan untuk Pertambangan


● Hanya boleh dilakukan dengan pola pertambangan tidak terbuka, dan pertambangan bawah tanah →
bukan mengeruk tanah dan meruntuhkan kayu karena mengganggu ekosistem hutan
● Untuk yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis izin harus diberikan dengan
persetujuan DPR. → DPR harus terlibat dalam persetujuannya, contoh pada kawasan hutan lindung karena
hutan lindung secara natural memiliki fungsi untuk melindungi (banjir. Longsor) atau memenuhi
kebutuhan manusia

Tata Cara
● Pemohon yang eligible yaitu menteri atau pejabat setingkat menteri, gubernur, bupati, walikota, pimpinan
badan usaha, atau ketua yayasan
● Menteri melakukan penilaian atas permohonan yang diajukan
● Menteri menerbitkan persetujuan prinsip penggunaan kawasan apabila pemohon memenuhi
persyaratan administrasi dan teknis
● Menteri menerbitkan izin pinjam pakai akwasan apabila pemohon sudah memenuhi sejumlah
kewajiban yang disebutkan dalam pemberian persetujuan prinsip.

Izin Fungsi Hutan Pemegang Izin Pejabat Penerbit Keterangan


Izin

IUP Hasil ● Hutan produksi ● Perorangan Kementerian Menteri dengan rekomendasi dari gubernur
Hutan Kayu ● Hutan lindung ● Koperasi KLHK setelah mendapatkan pertimbangan dari
● BUMN/D/S bupati/walikota

IUP Jasa ● Hutan produksi ● Perorangan Bupati, walikota, ● Bupati/walikota dgn tembusan kepada
Lingkungan ● Hutan lindung ● Koperasi gubernur, dan gubernur, menteri & kepala KPH
● Hutan ● BUMN/D/S menteri sesuai ● Gubernur dgn tembusan pada menteri dan
konservasi (kec dengan kewenangan kepala KPH
zona inti & masing-masing ● Menteri dgn tembusan ke menteri,
rimba) gubernur, bupati, walikota & kepala KPH

IUP Kawasan ● Hutan produksi ● Perorangan Bupati, walikota, ● Bupati/walikota dgn tembusan kepada
Hutan ● Hutan lindung ● Koperasi gubernur, dan gubernur, menteri & kepala KPH
● Hutan menteri sesuai ● Gubernur dgn tembusan pada menteri dan
konservasi (kec dengan kewenangan kepala KPH
zona inti & masing-masing ● Menteri dgn tembusan ke menteri,
rimba) gubernur, bupati, walikota & kepala KPH

IUP Hasil ● Hutan produksi ● Perorangan Bupati, walikota,


Hutan Kayu ● Hutan lindung ● Koperasi dan gubernur
dan Bukan ● Hutan sesuai dengan
Kayu konservasi (kec kewenangan
zona inti & masing-masing
rimba)

Atina Putri Indira (Hukum Agraria E)


HUKUM
AGRARIA
Pengusahaan Tambang
Dasar Hukum
● UU 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubata
● UU 3/2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung
● PP 23/2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara
● Permen ESDM 34/2017

IUP Eksplorasi dan Operasi Produksi


Persyaratan
Izin Administratif Teknis Lingkungan Finansial
IUP Dokumen tentang ● Daftar riwayat Bukti penempatan
Eksplorasi informasi pemohon: hidup jaminan kesungguhan
● Surat permohonan ● Peta wilayah kerja → berupa uang
● Surat keterangan
domisili
● NPWP
IUP Operasi ● Surat permohonan ● Daftar riwayat ● Pernyataan ● Laporan
Produksi ● Surat keterangan hidup kesanggupan utk keuangan tahun
domisili ● Peta wilayah kerja mematuhi peraturan terakhir
● NPWP ● Laporan studi perUUan di bidang ● Bukti pembayaran
● kelayakan LH iuran tetap 3 tahun
● Rencana ● Dokumen LH sesuai terakhir
reklamasi & dengan peraturan
pascatambang perUUan

Sebelum diberikan izin Pelelangan Wilayah IUP: yg dicari informasi oleh peserta lelang → potensi
tambangnya karena banyak yang belum diketahui.
--- Perusahaan yang menang lelang akan lanjut ke pengajuan IUP eksplorasi → harus memenuhi syarat di
atas

Kegiatan IUP Eksplorasi: penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan → tidak ada bukti deposit/ada
bukti deposit:

● IUP Eksplorasi atau IUP OP diberikan kepada badan usaha (BUMN/D/S), koperasi, dan perusahaan
perorangan (orang, perusahaan firma, perusahaan komanditer) (UU 4/2009 dan PP 23/2010)
● Izin diajukan kepada menteri dan kepada gubernur dengan dilimpahkannya kewenangan oleh menteri
● Format permohonan izin dapat dilihat di permen ESDM 34/2017

Prosedur Permohonan dan Pemberian Izin


1.Memperoleh WIUP dari kegiatan pelelangan WIUP yang diselenggarakan oleh Kementerian ESDM
2.Permohonan mengajukan izin (IUP Eksplorasi, OP, IUPK, IPR) kepada menteri atau gubernur
3.Menteri menerima atau menolak permohonan dengan memeriksa pemenuhan persyaratan administratif,
teknis, lingkungan, finansial
Instrumen hukum untuk memberi izin adalah surat keterangan (SK)

Atina Putri Indira (Hukum Agraria E)


HUKUM
AGRARIA
Muatan IUP Eksplorasi dan OP
IUP Eksplorasi IUP Operasi Produksi
● Profil perusahaan ● Nama perusahaan
● Lokasi dan luas wilayah ● Luas wilayah
● Jenis komoditas yang diusahakan ● Lokasi pertambangan
● Jaminan kesungguhan ● Lokasi pengolahan dan pemurnian
● Modal kerja ● Pengangkutan dan penjualan
● Hak dan kewajiban pemegang IUP ● Modal investasi
● Jangka waktu berlakunya izin ● Jangka waktu berlakunya IUP
● Kewajiban penyelesaian HAT ● Jangka waktu tahap kegiatan
○ orang yg mau nambang, harus nyelesaiin ● Penyelesaian masalah pertanahan
HAT di atas daerah tambangnya dulu (di ● LH termasuk reklamasi dan pascatambang
atas tanah), karena IUP hanya memberi izin ● Hak dan kewajiban pemegang IUP
untuk eksplor eksploit tambang, tidak ● Rencana pengembangan dan
memberi izin untuk tanah pemberdayaan masy di sekitar wilayah
○ Caranya dgn: beli tanah (mengalihkan pertambangan
HM), bagi hasil, pinjam pakai, sewa (tidak ● Perpajakan
mengalihkan HM) ● Keselamatan dan kesehatan kerja
● Kewajiban melaksanakan reklamasi dan ● Rencamna pengembangan dan
pascatambang pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah
● Kewajiban membayar pendapatan negara dan pertambangan
pendapatan daerah, termasuk kewajiban iuran ● Pengembangan tenaga kerja Indonesia
tetap dan produksi
● Kewajiban menyusun dokumen lingkungan
● Kewajiban melaksanakan pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat di sekitar WIUP

Orang yang memantau terkait kegiatan atas perusahaan tambang terhadap pemilik dibeut sebagai inspektorat
tambang → mastiin kewajiban pemegang IUP dikerjakan semua

Izin Pertambangan Rakyat


● Syarat: pemohon atau pemegang → penduduk setempat itu perseorangan dan kelompok (koperasi)
● Prosedur: pemohon menyampaikan surat permohonan kepada Menteri → menteri menolak dan
menerbitkan izin setelah memeriksa pemenuhan persyaratan administratis, teknis, lingkungan, finansial
--- Menteri dapat melimpahkan kewenangan pemberian izin kepada gubernur

Penggunaan Sumber Daya Air


Dasar Hukum Perizinan Sumber Daya Air
● UU 17/2019 tentang Sumber Daya Air
● PP 121/2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air
● Permen PUPR 1/2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air dan Penggunaan
Sumber Daya Air

Jenis Izin
Dalam PP 121/2015 dan PUPR 1/2016, istilah yang digunakan adalah Izin Pengusahaan Sumberdaya Air
dan Izin Penggunaan Sumberdaya Air
1. Izin Penggunaan Sumberdaya Air Bukan Usaha (Penggunaan)
2. Izin Penggunaan Sumberdaya Air Untuk Usaha (Pengusahaan)

Atina Putri Indira (Hukum Agraria E)


HUKUM
AGRARIA
Persyaratan
● Subjek izin
○ pengusahaan: perseorangan, koperasi, BUMN/S
○ penggunaan: instansi pemerintah, badan hukum, badan sosial (paguyuban daerah, alumni),
perseorangan
● Izin diberikan oleh menteri, gubernur, bupati/walikota (desentralistik)
● Izin dikecualikan untuk kegiatan:
○ memenuhi keperluan pokok kehidupan sehari-hari dan/atau untuk hewan peliharaan;
○ irigasi bagi pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada
● Format permohonan izin dapat dilihat pada Permen PUPR 1/2016

Prosedur
● Pemohon mengajukan permohonan tertulis kepada pejabat yg berwenang. Pemohon harus memenuhi
persyaratan administratif, teknis, lingkungan
● Pejabat menanggapi permohonan dengan membentuk tim untuk melakukan verifikasi permohonan izin
● Pejabat mengembalikan, menolak, atau menerima permohonan izin setelah memperhatikan laporan tim
verifikasi dan mendegan pertimbangan teknis dari pengelola sumberdaya air

Muatan Izin Pengusahaan Sumberdaya Air dan Air Tanah


Izin Pengusahaan Sumberdaya Air Izin Pengusahaan Air Tanah
○ Nama, pekerjaan, dan alamat pemegang izin ○ Nama pemohon
○ Tempat atau lokasi penggunaan ○ Lokasi pengambilan air tanah
○ Cara pengambilan ○ Jenis dan kedalaman akuifer yang disadap
○ Spesifikasi teknis bangunan atau sarana yang digunakan ○ Kualitas air tanah
○ Kuota air (kubik) dan/atau dimensi ruang pada sumber ○ Peruntukan penggunaan air tanah
daya air ○ Kedalaman pengeboran/penggalian air tanah
○ Jadwal pengambilan air dan kewajiban untuk melapor ○ Kedalaman pompa
○ Jangka waktu berlakunya izin ○ Debit pemompaan dan lamanya operasional
○ Persyaratan pengubahan dan perpanjangan izin pemompaan
○ Hak dan kewajiban ○ Jangka waktu berlakunya izin
○ Sanksi administratif ○ Hak dan kewajiban

BAB VI. PERKEMBANGAN BENTUK KONTRAK MIGAS (Anggita


Mustika Dewi, S.H., M.Kn)
Konsesi
4 Karakteristik Bisnis Hulu Migas
1. Pendapatan baru diterima bertahun-tahun setelah pengeluaran direalisasikan
2. Memiliki resiko dan ketidakpastian tinggi, serta melibatkan teknologi canggih
3. Memerlukan investasi yang sangat besar
4. Menjanjikan keuntungan yang sangat besar

Dasar Hukum dan Pengertian


● Koninklijke Besluit van 24 Oktober 1850 No.45 yang dikuatkan dengan Indische Mijnwet (IMW)
Staatsblad 1899 No 214 jo 1906 No. 434 pada masa kolonial Belanda hingga awal kemerdekaan
● Perpu 44/1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
● Pengertian: sebuah perjanjian (biasanya dari negara tuan rumah) yang memberikan izin pada
perusahaan minyak asing untuk mencari dan memproduksi minyak di wilayah yang tertulis pada

Atina Putri Indira (Hukum Agraria E)


HUKUM
AGRARIA
perjanjian tersebut. Syarat dan aturan dalam suatu perjanjian tersebut biasanya mencakup batasan waktu
dan ketentuan royalti yang harus dibayarkan kepada pemerintah.
● Pengertian: izin yang dikeluarkan oleh suatu negara kepada perusahaan asing untuk mengembangkan
cadangan migasnya secara eksklusif dalam batas-batas wilayah yang telah ditentukan untuk jangka waktu
yang telah ditentukan dalam perjanjian
● Konsesi kurang cocok untuk diterapkan di Indonesia karena bertentangan dengan Pasal 33 UUD 1945
○ Karena, negara kehilangan hak penguasaan atas sumber daya migas dan tidak dapat memaksimalkan
potensi yang dimiliki karena tidak terlibat secara langsung
● Contoh: BPM, Stanvas, dan Caltex pada zaman HinBel, PT Niam (separuh saham dimiliki oleh
pemerintah Indonesia)

Unsur-Unsur
1. Batas wilayah
2. Jangka waktu
3. Izin yang dikeluarkan dari tuan rumah ke negara asing
4. Kewajiban dari perusahaan asing untuk memberi royalti kepada negara tuan rumah

Implikasi Konsesi
1. Kepemilikan kekayaan migas merupakan bagian yang melekat dengan kepemilikan hak atas tanahnya
2. Keterlibatan negara sangat terbatas
3. Jangka waktu konsesi selama 75 tahun
4. Negara dalam sistem konsesi hanya menerima royalti secara umum

Keuntungan
1. Membantu negara penghasil minyak untuk bisa menemukan minyak untuk pertama kali
2. Perusahaan minyak internasional membayar pajak tinggi dan membawa teknologi ke negara tuan rumah
3. Terkadang, perusahaan minyak internasional membantu negara tuan rumah secara ekonomi melalui
pembayaran tunai
4. Negara tuan rumah mendapat laba tetap tanpa resiko dan hasil produksi perusahaan minyak
5. Merupakan kontrak yang sederhana dan mudah dipahami karena hanya terdapat perusahaan minyak
pemegang konsesi yang memiliki semua hak (termasuk HAT) dan melakukan operasi industri minyak

Kerugian
1. Keputusan pengembangan wilayah kerja, penemuan, eksplorasi, produksi dan penjualan adalah hak
eksklusif
2. Jangka waktu yang sangat lama yaitu 75 tahun
3. Tidak ada hukuman atau sanksi bagi perusahaan minyak dari negara penghasil minyak jika
perusahaan tsb tidak mengembalikan wilayah kerja atau tidak menghasilkan minyak sama sekali
4. Perusahaan minyak sebagai pemilik produksi minyak mentah

Kontrak Karya
Dasar Hukum dan Pengertian
● Perpu 44/1960 tentang Pertambangan Minyak Gas dan Bumi → UU 44 Prp 1960 tentang
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
● Pengertian: perjanjian antara pemerintah dengan perusahaan pertambangan berkaitan dengan segala
kegiatan pertambangan.

Atina Putri Indira (Hukum Agraria E)


HUKUM
AGRARIA
● Contoh:
1. UU 13/1963 tentang Penetapan PP Pengganti UU 4/1962 tentang Perjanjian Karya antara Perusahaan
Negara Pertamina dan Pan American Oil Company menjadi UU
2. UU 14/1963 tentang Pengesahan "Perjanjian Karya" antara PJL Pertamina dengan PT Caltex
Indonesia dan Calasiatic Topco, PJL Pertamina dengan Stanvac Indonesia, PJL Permigan dengan PT
Shell Indonesia

Unsur-Unsur
1. Kontraktual → perjanjian para pihak (sepakat)
2. Harus ada subjeknya, yaitu pemerintah Indonesia dengan kontraktor asing semata-mata atau gabungan
antara pihak asing dengan pihak Indonesia
3. Kegiatan berupa eksplorasi, eksploitasi, pemurnian dan pengolahan, pengangkutan, penjualan
4. Adanya jangka waktu dalam kontrak

Pengaturan dalam Kontrak Karya


● Segala bahan galian migas yang ada di dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan
kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara → sehingga usaha pertambangan migas hanya dapat
dilaksanakan oleh perusahaan negara
● Menteri dapat menunjuk pihak lain sbg kontraktor untuk perusahaan negara apabila diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan yang belum atau tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh perusahaan negara yang
bersangkutan, selaku pemegang kuasa pertambangan.
○ Hal ini karena negara dalam membentuk UU tidak melihat kita memiliki keterbatasan dalam
teknologi, SDM, dan pembiayaan.
● Kuasa pertambangan tidak meliputi hak atas tanah. Apabila di atas hak tanah seseorang ingin dilakukan
kegiatan penambangan, maka bagi pemilik tanah tsb diberikan ganti kerugian
● Perusahaan migas yang bukan perusahaan negara dan telah ada di Indonesia sebelum UU berlaku dapat
diutamakan daripada perusahaan asing lainnya untuk melaksanakan kontrak karya dengan perusahaan
negara
● Hak-hak pertambangan perusahaan migas yang bukan milik negara tetap dapat dijalankan untuk suatu
tenggang waktu yang sesingkat-singkatnya

Perbedaan Kontrak Karya dengan Konsesi


● Dikuasai oleh negara bukan pemegang konsesi, yang melaksanakan penguasaan adalah negara tetapi
membuka kesempatan bagi perusahaan asing.
● Kontrak karya tidak meliputi hak atas tanah

Ketidakpuasan terhadap Kontrak Karya


1. Sekalipun negara tetap menjadi pemilik minyak sebelum dialihkan ke pihak ketiga ketika penjualan,
pengelolaannya masing-masing berada di tangan perusahaan asing. Meskipun demikian, kontrak karya
adalah bentuk paling optimal dengan mempertimbangan keadaan dan kondisi negara yang berlaku saat itu
2. Kontrak karya sama dengan konsesi yang selama ini diterapkan di Indonesia. Keuntungan yang didapatkan
negara melalui bisnis migas sama seperti sebelum diubah menjadi kontrak karya. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kontrak karya adalah konsesi dengan menggunakan jubah baru, padahal konsesi jelas
bertentangan dengan Pasal 33 UUD 1945.

Dengan adanya kondisi ini, perlu dipikirkan lagi skema kontrak migas yang menguntungkan bagi bangsa
Indonesia. Tidak hanya dari pendapatan yang lebih baik, tetapi juga untuk menegakkan kedaulatan migas di
negeri ini.

Atina Putri Indira (Hukum Agraria E)


HUKUM
AGRARIA
Kontrak Bagi Hasil
Sistem Kontrak Karya yang diperkenalkan melalui UU 44 Prp 1960 digantikan dengan sistem Kontrak Bagi
Hasil pada tahun 1964.

Dasar Hukum dan Pengertian


● UU 44 Prp 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
● UU 15/1962 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 Tahun 1962
Tentang Kewajiban Perusahaan Minyak Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri Menjadi Undang-Undang
● Pengertian (Pasal 1 angka 19 UU 22/2001): Kontrak Kerja Sama adalah Kontrak Bagi Hasil atau bentuk
kontrak kerja sama lain dalam kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi yang lebih menguntungkan Negara dan
hasilnya dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
1. Yang menjadi pihak adalah badan pelaksana dan badan usaha tetap
2. Menjelaskan konsep, dan pembagiannya dibagi menjadi dua macam
● Pengertian (Pasal 1 angka 1 PP 35/1994): Kontrak Bagi Hasil adalah bentuk kerjasama antara
PERTAMINA dan Kontraktor untuk melaksanakan usaha Eksplorasi dan Eksploitasi minyak dan gas bumi
berdasarkan prinsip pembagian hasil produksi
● Contoh
1. PSC antara PN Permina dengan IIAPCO pada 16 Agustus 1966
2. PSC antara PN Permina dengan Japex pada 16 Agustus 1966
3. PSC antara PN Permina dengan Reflcan pada 20 Oktober 1966

Unsur-Unsur
1. Perjanjian atau kontrak (kontrak bagi hasil)
2. Subjek (badan pelaksana dan badan usaha)
3. Objek (eksploitasi dan eksplorasi minyak dan gas bumi)
4. Mengatur bagi hasil antara negara dengan perusahaan minyak
5. Kegiatan di bidang minyak dan gas bumi

Pengaturan PSC
● Merupakan bagian dari sistem kontrak yang merupakan kepemilikan SDA yaitu sumber daya minyak dan
gas, dikuasai penuh oleh negara, dan pengusahaannya diselenggarakan oleh pemerintah atau perusahaan
migas nasional negara tersebut.
● Kontrak bagi hasil ini mengadopsi skema bagi hasil yang selama ini diterapkan pada pola pertanian di
Indonesia.
○ Pola yang dimaksud adalah pembagian "paron" (50% penggarap, 50% pemilik lahan). Modal paron
adala pula usaha dimana pemerintah diibaratkan sebagai "pemilik sawah" yang mengamanatkan
pengelolaan sawah miliknya kepada "petani penggarap" yaitu kontraktor migas.
● Timbulnya ini untuk mengatasi permasalahan keterbatasan modal, teknologi, dan SDM yang dihadapi
Pertamina, khususnya dalam menjalankan eksplorasi dan eksploitasi pertambangan migas.
● Secara umum, durasi kontrak itu 30 tahun (20 tahun eksploitasi dan 10 tahun eksplorasi)
● Hal yang harus ditekankan dalam PSC, yaitu berkaitan dengan perhitungan bagi hasil antara pemerintah
dan kontraktor. Dalam hal ini, pembagian hasil usaha dihitung pada pembagian hasil produksi nyata
(production sharing), bukan pada pembagian pendapatan usaha (revenue sharing) dan bukan pula pada
pembagian keuntungan (profit sharing)
● Skema KBH yang tidak mengubah status kepemilikan SD merupakan skema hasil pengejawantahan Pasal
33 UUD 1945 dimana negara melakukan penguasaan penuh terhadap sumber daya migas yang dimiliki
untuk kemudian dikelola bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kontrak bagi hasil juga
memungkinkan negara melalui perusahaan migas yang dimiliki untuk melakukan pengelolaan dan
pengawasan pada kegiatan pengelolaan migas nasional

Atina Putri Indira (Hukum Agraria E)


HUKUM
AGRARIA
PSC Gross Split
● Permen ESDM No. 8 Tahun 2017 Pemerintah memberlakukan skema bagi hasil gross split yang
meniadakan Cost Recovery dalam skema bagi hasilnya.
● Biaya operasional didanai dengan dana talangan sehingga wajar apabila dana tersebut wajib dikembalikan
dalam bentuk Migas bukan uang tunai, pola pengembalian itu yang disebut dengan Cost Recovery. secara
sederhana Cost Recovery merupakan pemulihan uang yang dikeluarkan untuk operasional migas, dan
bukan merupakan keuntungan kontraktor. Kemudian selisih dari yang dipakai untuk mengembalikan biaya
operasi tersebut, merupakan keuntungan bersama yang akan dibagi ke masing-masing pihak.
● Prinsip dalam penentuan Cost Recovery: Prinsip Keberhasilan, Prinsip Zero Balance, Prinsip Ring fence
Policy.

Tujuan:
1. Mendorong usaha eksplorasi dan eksploitasi yang lebih cepat.
2. Mendorong para kontraktor migas dan industri penunjang migas untuk lebih efisien sehingga lebih mampu
menghadapi gejolak harga minyak dari waktu ke waktu
3. Mendorong bisnis proses kontraktor hulu migas (K3S) dan SKK Migas menjadi lebih sederhana dan
akuntabel. Dengan demikian sistem pengadaan (procurement) yang birokratis dan perdebatan yang terjadi
selama ini menjadi berkurang
4. Mendorong K3S untuk mengelola biaya operasi dan investasinya dengan berpijak kepada sistem
keuangan korporasi bukan sistem keuangan negara.

Gross Split → perolehan migas dibagi dua oleh govert & kontraktor. Komponen biaya sepenuhnya menjadi
tanggungan kontraktor/pelaku usaha → tidak diklaim oleh gross production

BAB VII. HAK ATAS TANAH (Prof. Sudjito, S.H., M.Si.)


Hak Atas Tanah
Subjek Hak Atas Tanah
Pasal 4 (1): Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya
macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh
orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum.
● Manusia tidak bisa menjadi subjek hukum karena belum cukup dewasa secara fisik maupun kejiwaan →
penanggung jawab hak (harus diwakili atau ada pengampunya untuk melakukan perbuatan hukum)
● Orang secara sendiri atau bersama (dalam kesepakatan/ikatan, pernikahan), perempuan atau laki-laki
(subjek hukum) → penanggung jawab hak dan kewajiban → yang bisa memiliki HAT, bisa melakukan
perbuatan hukum
● Terdapat usaha bersama dalam hukum agraria. Sertifikatnya bisa satu tapi tertulis subjeknya dan jumlah
orangnya agar batal minimal 2 hektar tetap dapat dipertahankan.

Secara nyata, subjek HAT ada 3, yaitu Tuhan sebagai pencipta dan pemilik semua yang diciptakan, badan-
badan hukum, dan orang.
1. Tuhan → kekuasan mutlak dan tertinggi. kepemilikan sejati (karunia Tuhan) → Pasal 1 (2) UUPA
2. Badan-Badan Hukum
a. Nadzir (Orang atau BH Keagamaan) → mewakafkan HAT → bukan merupakan pemilik, tetapi
hanya pengelola karena yang memiliki adalah wakif setelah diberikan kepadanya → PP 28/1977
b. Raja (Kalifatullah, Kerajaan) → karena dianggap sebagai wakil Tuhan di bumi

Atina Putri Indira (Hukum Agraria E)


HUKUM
AGRARIA
c. Badan Hukum Tradisional (MHA) → masyarakat yang ada di wilayah Nusantara dan hidup secara
bottom-up → berwenang u/ memanfaatkan dan mengatur HAT karena hak ulayat → Pasal 3 UUPA
d. Bangsa → hak bangsa sehingga berdaulat atas tanah air dan ruang angkasa di atasnya dan bersifat
abadi →Pasal 1 UUPA
e. Negara → hak menguasai negara atas BARAK untuk dimanfaatkan untuk rakyat → Pasal 33 ayat (3)
UUPA
f. BH Sosial
g. BH Nasional Modern → seperti bank, PT, CV
h. BH Internasional → hak pakai bagi kedutaan (Pasal 41 UUPA), dan ASEAN sebagai negara-
negara yang tergabung
3. Orang (WNI/WNA) → manusia sebagai makhluk sosial diberi kesetaraan untuk menikmati HAT
a. WNI → menunjukkan KTP
b. WNI yang menjadi WNA karena menikah dengan WNA dan ikut pindah ke negara lain.
c. WNA yang bekerja atau melakukan kerjasama dengan Indonesia → harus memberikan manfaat bagi
Indonesia
d. WNA yang berada di Indonesia, berusaha membangun rumah atau membeli apartemen → diberikan
hak pakai

Objek Hak Atas Tanah


Pasal 4 (2): Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang untuk
mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya,
sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-
batas menurut Undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.
● Tanah pertanian → tunduk pada ketentuan landreform → menata ulang struktur kepemilikan dan
penguasanya agar adil dan merata (hak guna usaha)
● Tanah bangunan → untuk membuat bangunan (hak guna bangunan)

Land Reform untuk Tanah Pertanian


Land reform: tata ulang struktur agar adil dan merata → hanya untuk tanah pertanian

Pasal 7 UUPA:
Untuk tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas tidak
diperkenankan.
● Tuan tanah adalah bangsawan, orang asing (bertindak selaku investor atau pengusaha asing yang
kebanyakan dari Portugal, Spanyol, Belanda, Inggris, dsb). Pasca kemerdekaan, kelebihan batas
maksimum dari yang melampaui batas diberikan ke pemerintah, kemudian diambil dan selanjutnya
dibagikan & diredistribusikan pd rakyat Indonesia yg miskin dan memerlukan tanah.

Pasal 10 UUPA:
(1) Setiap orang dan badan hukum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada azasnya diwajibkan
mengerjakan atau mengusahakannya sendiri secara aktif, dengan mencegah cara-cara pemerasan.
(2) Pelaksanaan dari pada ketentuan dalam ayat (1) pasal ini akan diatur lebih lanjut dengan peraturan
perundangan.
(3) Pengecualian terhadap asas tersebut pada ayat ( 1 ) pasal ini diatur dalam peraturan perundangan.

Atina Putri Indira (Hukum Agraria E)


HUKUM
AGRARIA
Pasal 17 UUPA:
(1) : Dengan mengingat ketentuan dalam pasal 7 maka untuk mencapai tujuan yang dimaksud dalam pasal 2
ayat (3) diatur luas maksimum dan/atau minimum tanah yang boleh dipunyai dengan sesuatu hak tersebut dalam
pasal 16 oleh satu keluarga atau badan hukum.
(2) Penetapan batas maksimum termaksud dalam ayat (1) pasal ini dilakukan dengan peraturan perundangan di
dalam waktu yang singkat.
(3) Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum termaksud dalam ayat (2) pasal ini diambil
oleh Pemerintah dengan ganti kerugian, untuk selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan menurut
ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah.
(4) Tercapainya batas minimum termaksud dalam ayat (1) pasal ini, yang akan ditetapkan dengan peraturan
perundangan, dilaksanakan secara berangsur-angsur.

Setelah ada UUPA, untuk menindaklanjuti landreform ini, khususnya larangan kepemilikan tanah yg melampaui
batas segara keluarkan UU 56 Prp 1960 → menetapkan luas maksimum dan minimum
● Maksimum
○ Pasal 1 (1): Seorang atau orang-orang yang dalam penghidupannya merupakan satu keluarga
bersama-sama hanya diperbolehkan menguasai tanah pertanian, baik milik sendiri atau kepunyaan
orang lain atau dikuasai seluruhnya tidak boleh lebih dari 20 hektar, baik sawah, tanah kering
maupun sawah dan tanah kering.
○ Pasal 2: Hanya 5 hektar bagi tanah yang sangat subur dan penduduknya padat
○ Terdapat pengecualian bagi usaha besar → diberikan HGU, batas 20 hektar tidak berlaku.
● Minimum (Pasal 8): Pemerintah mengadakan usaha-usaha agar supaya setiap petani sekeluarga memiliki
tanah pertanian minimum 2 hektar. → tanah dan pemiliknya harus pada domisili yang berdekatan
(kecamatan yang sama/berbatasan)

Tanah Bangunan
● Tidak mengenal batas maksimum dan minimum → tidak mengenal land reform
● Pasal 7 UUPA → yang disebut tanah bukan untuk pertanian
● Yang diatur adalah jumlah kepemilikannya tidak boleh lebih dari 5 bidang, tanahnya boleh jauh dari
domisilinya

Asas Hukum Agraria Nasional


1. Dasar kenasionalan (Pasal 1 ayat (1)-(3))
● Kesatuan, karunia Tuhan YME, kekayaan nasional, hubungan bersifat abadi, hubungan itu semacam
hak ulayat
2. Tidak dikenal asas domein (Pasal 2 ayat (1)-(4))
● BARAK → dikuasai negara sebagai organisasi kekuasaan. Kekuasaan negara terhadap hak
perseorangan dibatasi oleh isi haknya. Kekuasaan negara dibatasi oleh hak ulayat
3. Pelaksanaan hak ulayat (Pasal 3)
● Sepanjang menurut kenyataan masih ada, sesuai dengan kepentingan nasional dan negara, tidak
bertentangan dengan UU dan peraturan yang lebih tinggi
4. Semua HAT mempunyai fungsi sosial (Pasal 6)
● Subjek HAT wajib memperhatikan kepentingan sosial, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga
untuk masyarakat
5. Asas kebangsaan → tanah, terutama untuk kepentingan WNI (Pasal 1)
6. Tanah untuk petani. Ada batas minimum dan maksimum. Harus dikerjakan sendiri secara aktif. Tanah
sempit diusahakan bersama (Pasal 12 ayat (1))
● Land reform (Pasal 7, 10, dan 17)
7. Planning: peruntukan, penggunaan, persediaan BARAK
● National planning dirinci menjadi regional planning (Pasal 14)
8. Demi kepentingan umum, HAT dan benda yang ada di atasnya dapat dicabut haknya oleh negara
(Pasal 18)

Atina Putri Indira (Hukum Agraria E)


HUKUM
AGRARIA
BAB VIII. BERAKHIRNYA IZIN (Dyah Ayu Widowati, S.H., M. Kn.)
Pengantar
Dasar Hukum
● PP 5/2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko → utama
● PP 96/2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
● UU 3/2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara

Perizinan
● Ada dua bentuk perizinan yaitu eksplorasi dan operasi produksi.
● Jangka waktu perizinan eksplorasi singkat dan beragam → paling lama 8 tahun untuk mineral logam
● Setelah menggunakan perizinan eksplorasi dan mendapat informasi mengenai minerba pada suatu
daerah, perlu ditingkatkan menjadi perizinan operasi produksi.
● Jangka waktu perizinan operasi produksi dibagi berdasarkan jenisnya → paling lama untuk mineral
logam.
○ Jangka waktu bisa diperpanjang terkait kegiatan integrasi dengan fasilitas pengolahan dan
pemurnian (smelter).
○ Co: logam sampai 20 tahun, tapi apabila diintegrasi dengan smelter jadi bisa 30 tahun

Smelter
● Smelter (pengolahan dan pemurnian) hanya bisa memberikan royalti sebesar 5% kepada negara (atau
bahkan 0%) dengan ada insentif pajak
● Pemurnian menghasilkan limbah tailing yang sangat berbahaya → bisa mengubah DNA, merusak organ
tubuh manusia
● Smelter berbentuk seperti sumur dan banyak yang tidak mengembalikan/mereklamasi ke keadaan semula
● Pembangunannya banyak yang dekat pemukiman padahal seharusnya jauh dari pemukiman

Sektor Agraria
Sektor Mineral, Batubara, Minyak, dan Gas (Minerba dan Migas)
● UU 3/2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara
● Berakhirnya Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dikembalikan
kepada menteri → harus memberikan penjelasan tertulis dengan alasan yang jelas (co: kendala pendanaan)
● Jika tidak dikembalikan maka bisa dicabut oleh menteri, dengan alasan:
1. Tidak memenuhi kewajiban dalam IUP, IUPK, dan peraturan perundang-undangan
2. Melakukan tindak pidana yang terkandung dalam UU 3/2020
3. Pailit
4. Habis masa berlakunya (tidak diperpanjang)
● UU Cipta Kerja mengamandemen KKS sektor migas menjadi berakhir sesuai dengan jangka waktunya

Sektor Kehutanan
● PP 5/2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko → belum diklasifikasikan,
hanya berbentuk subsektor
● PP 23/2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan
● Perizinan usaha di sektor kehutanan diklasifikasi menjadi 2
○ Perizinan Berusaha Pengolahan Hasil Hutan
→ berakhir dengan dicabut akibat sanksi administratif

Atina Putri Indira (Hukum Agraria E)


HUKUM
AGRARIA
○ Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan
→ diberikan kepada pelaku usaha untuk memulai dan menjalankan usaha dan/atau kegiatan
pemanfaatan hutan → ia bisa mengambil pemanfaatan hutan spt mengambil kayu di hutan produksi,
melakukan budidaya tanaman.
Bisa hapus jika:
1. Jangka waktunya habis dan tidak diperpanjang
2. Dicabut, bisa karena sanksi yang dikenakan pemegang perizinan perusahaan atau karena
putusan pengadilan
3. Diserahkan kembali kepada menteri dengan alasan tertulis

Sektor Sumber Daya Air


Bisa dihapus jika:
1. Dicabut karena melanggar atau tidak menjalankan kewajiban → co: infrastuktur yang tidak sesuai
2. Peringatan tertulis
3. Jangka waktu habis

Tidak hanya hak dan kewajiban, tetapi juga mengatur mengenai larangan → memindahtangankan ke orang lain
karena hak perorangangan, menguasai sumber air, privatisasi dengan menutup akses kepada masyarakat.

Atina Putri Indira (Hukum Agraria E)

Anda mungkin juga menyukai