Anda di halaman 1dari 64

Abu 

 Muhammad ‘Aashim Al Maqdisiy 

SIKAP EKSTRIM DALAM 
MENGKAFIRKAN ORANG 


Syarat­Syarat, Penghalang­Penghalang Dan 
Sebab­Sebab Takfiir 

Penerjemah: 
Abu Musa Ath Thoyyaar 

2
Dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan:
PEMBAHASAN KEDUA: 
“Bahwasanya perkataan yang dinyatakan kafir oleh Al
SYARAT­SYARAT, MAWAANI’  Qur’an, Sunnah dan ijma’, disebut sebagai perkataan kafir
(PENGHALANG­PENGHALANG) DAN  secara mutlak, sebagai mana hal itu diterangkan oleh dalil­
SEBAB­SEBAB TAKFIIR dalil syar’iy. Karena sesungguhnya iman itu merupakan
hukum yang diterima dari Alloh dan RosulNya, dan bukan
hukum yang ditentukan oleh manusia berdasarkan
Demikianlah, dan ketahuilah ­­­ semoga Alloh persangkaan dan hawa nafsu mereka. Dan tidak setiap orang
merahmati kita semua ­­­ bahwasanya hukum syar’iy yang yang mengucapkan perkataan tersebut wajib divonis kafir
sangat fatal ini (yaitu hukum mengkafirkan orang) … sampai pada diri orang tersebut terpenuhi syarat­syarat
mempunyai syarat­syarat, mawaani’ (penghalang­ takfiir dan tidak terdapat mawaani’nya …” Dari Majmuu’
penghalang) dan sebab­sebab yang harus engkau jaga, Fataawaa (XXXV/101)
engkau perhatikan dan engkau pahami. Karena sekelompok
Dan ia (Ibnu Taimiyyah) rh menyebutkan (XII/266)
orang telah lalai di dalam mempelajari, memahami dan
dua prinsip yang agung dalam masalah takfiir (mengkafirkan
menggunakannya, sehingga mereka menghunjamkan
orang):
pedang­pedang dan tombak­tombak takfiir kepada umat
Muhammad SAW … dan mereka tidak membedakan antara Pertama: Sesungguhnya ilmu, iman dan petunjuk itu
yang baik, yang jahat dan yang kafir .. terdapat di dalam ajaran yang dibawa oleh Rosul SAW, dan
bahwasanya menyelisihi itu semua adalah merupakan
Padahal sudah menjadi sesuatu yang maklum dan
kekafiran secara mutlaq, sehingga menafikan sifat­sifat Alloh
sudah menjadi sebuah ketetapan di kalangan para ulama’:
adalah kekafiran, dan tidak mempercayai (mendustakan)
“Bahwasanya nash­nash wa’iid (ancaman) yang terdapat di
bahwasanya Alloh dapat dilihat kelak di akherat, atau
dalam Al Qur’an dan Sunnah, juga pernyataan para ulama’
bahwasanya Alloh berada di atas ‘Arsy, atau bahwasanya Al
yang menyatakan kafir, fasiq dan lain­lain yang semacam
Qur’an itu kalam (firman) Nya, atau bahwasanya Alloh telah
itu, tidak selalu menimbulkan konsekuensi tertentu pada
berbicara dengan musa atau bahwasanya Alloh telah
setiap orang kecuali apabila telah terpenuhi syarat­syaratnya
menjadikan Ibrohim sebagai kholiil (kekasih); adalah
dan tidak terdapat mawaani’ (hal­hal yang menghalanginya),
kekafiran …
hal itu tidak ada bedanya antara yang ushuul (masalah­
masalah prinsip) maupun yang furuu’ (masalah­masalah Dan prinsip yang kedua adalah: Sesungguhnya takfiir
cabang) ...”1 (pengkafiran) yang bersifat umum ­­­ sebagaimana ancaman
yang bersifat umum ­­­ harus dikatakan secara mutlaq dan
umum, adapun menjatuhkannya kepada mu’ayyan (orang
1 ­ Dari Majmuu’ Fataawaa Ibnu Taimiyyah X/215  tertentu) bahwasanya ia itu kafir, atau memberikan
3  4
kesaksian bahwa ia masuk naar (neraka) maka yang tidak mengkafirkan kebanyakan orang yang mengucapkan
semacam ini tergantung dalil tertentu, karena sesungguhnya kata­kata tersebut …”
menjatuhkan vonis (hukum) itu tergantung pada Kemudian ia (Ibnu Taimiyyah) rh menceritakan
terpenuhinya syarat­syarat dan tersingkirkannya mawaani’
Imam Ahmad yang menghadapi orang­orang Jahmiyyah
(penghalang­penghalang) nya …” secara langsung, yang mana mereka telah menyesatkan
Sebagaimana yang ia (Ibnu Taimiyyah) rh sebutkan manusia dengan kholqul qur­aan (paham yang berpendapat
mengenai perselisihan muta­akhiriin (para ulama’ bahwa Al Qur’an itu makhluq), ia (Ibnu Taimiyyah)
belakangan) mengenai kafirnya orang­orang Jahmiyyah dan menceritakan siksaan yang mereka lakukan terhadap Imam
orang­orang semacam mereka, apakah kekafiran mereka itu Ahmad dan lainnya … kemudian ia (Ibnu Taimiyyah)
menyebabkan keluar dari millah (Islam) atau tidak, dan menjelaskan do’a dan istighfaar (permintaan ampun) Imam
apakah mereka itu kekal di dalam naar (neraka) atau tidak … Ahmad untuk Kholifah dan orang yang memukuli dan
kemudian ia (Ibnu Taimiyyah) mengatakan: “Sesungguhnya memenjarakannya … ia (Ibnu Taimiyyah) mengatakan:
mereka terjebak di dalam memahami perkataan para imam “Seandainya mereka itu orang­orang murtad dari Islam
yang bersifat umum sebagamana para ulama’ generasi tentu tidak diperbolehkan memintakan ampun untuk
pertama terjebak di dalam memahami nash­nash syar’iy mereka, karena sesungguhnya memintakan ampun untuk
yang bersifat umum. Setiap kali mereka melihat para imam orang­orang kafir itu tidak boleh …” sampai ia (Ibnu
tersebut mengatakan: (Barang siapa mengatakan begini Taimiyyah) mengatakan:
maka ia kafir) orang yang mendengarnya mempunyai “… perkataan­perkataan dan perbuatan­perbuatan ini
keyakinan bahwa perkataan ini mencakup setiap orang yang menurutnya (Imam Ahmad) dan menurut imam­imam yang
mengucapkannya, dan mereka tidak memperhatikan lainnya jelas­jelas menunjukkan bahwasanya mereka tidak
bahwasanya takfiir (mengkafirkan orang) itu ada syarat­ mengkafirkan orang­orang Jahmiyyah secara mu’ayyaniin
syarat dan mawaani’ (penghalang­penghalang) nya yang
(perindividunya) yang mengatakan bahwasanya Al Qur’an
terkadang tidak terpennuhi pada diri seseorang, dan itu adalah makhluq dan bahwasanya Alloh itu di akherat
bahwasanya takfiirul mutlaq (pengkafiran yang bersifat
kelak tidak dapat dilihat. Namun ada riwayat dari Imam
umum / memvonis kafir terhadap sebuah perkataan atau Ahmad yang menunjukkan bahwasanya ia (Imam Ahmad)
perbuatan) itu tidak mesti mengakibatkan takfiirul mu’ayyan mengkafirkan segolongan orang tertentu (mu’ayyaniin)
(mengkafirkan orang / pelakunya) kecuali jika terpenuhi lantaran perbuatan tersebut. Atau memang dalam masalah
syarat­syaratnya dan tidak terdapat mawaani’ (hal­hal yang
ini ada dua riwayat darinya, namun hal ini perlu dikaji
menjadi penghalang) nya. Yang dapat menjelaskan hal ini ulang.
adalah bahwasanya Imam Ahmad dan seluruh para imam
yang mengucapkan perkataan yang bersifat umum tersebut,  Atau dari riwayat tersebut dipahami bahwa
permasalahan ini harus dipahamami secara terperinci, yang
5 6
dengan demikian orang yang dikafirkan itu adalah orang PERTAMA: SYARAT­SYARAT TAKFIIR
yang telah terbukti bahwa pada dirinya telah memenuhi (MENJATUHKAN VONIS KAFIR)
syarat­syarat takfiir (vonis kafir) dan tidak terdapat mawaani’
(hal­hal yang menghalanginya)2, namun demikian ia (Imam
Ahmad) berpendapat untuk mengkafirkannya secara Menurut syar’iy yang disebut dengan asy syarthu
umum.” Majmuu’ Fataawaa (XII/261­262). (syarat) itu adalah: Sesuatu yang keberadaannya belum tentu
mengakibatkan ada atau tidaknya sebuah hukum, akan
Kemudian ia (Ibnu Taimiyyah) melanjutkan dengan tetapi ketidakberadaannya mengakibatkan tidak adanya
memaparkan dalil­dalil yang menunjukkan beberapa hukum.
mawaani’ut takfiir (hal­hal yang menjadi penghalang vonis
kafir)… Atau dengan kata lain dalam pembahasan kita ini
adalah: Sesuatu yang mana takfiir (jatuhnya vonis kafir) itu
Selain itu Syaari’ (Sang Pembuat syariat) mengaitkan tergantung dengan keberadaan sesuatu tersebut, maka
muncul atau tidaknya hukum­hukum syar’iy ­­­ yang di keberadaannya tidak mesti mengakibatkan jatuhnya hukum
antaranya adalah takfiir (mengkafirkan orang) ­­­ itu dengan (vonis kafir) akan tetapi ketidak beradaannya
sesab­sebabnya yang dhoohir (jelas) dan mundlobith (dapat mengakibatkan tidak adanya takfiir (vonis kafir) atau
dijadikan patokan) .. karena menurut syar’iy hukum itu ada mengakibatkan batalnya vonis tersebut.
atau tidaknya selalu tergantung ada atau tidaknya ‘illah atau
sebabnya, dan ia (hukum tersebut) tidak akan ada kecuali Contohnya adalah ikhtiyaar (bebas memilih / tidak
jika ‘illah nya juga ada .. dalam keadaan dipaksa), ia merupakan salah satu syarat dari
syarat­syarat takfiir (dan ia adalah kebalikan dari maani’
Dan supaya engkau memahami diin (agama) mu [penghalang] yang berupa ikrooh [dipaksa]), sehingga jika
dengan jelas maka di sini akan saya paparkan syarat­syarat, ikhtiyaar ini tidak terwujud maka takfiirpun tidak terwujud,
mawaani’ (penghalang­penghalkang) dan sebab­sebab takfiir dan keberadaan ikhtiyaar ini tidak mesti mengakibatkan
(dijatuhkannya vonis kafir) secara global. Dan akan seseorang terjerumus kedalam kekafiran atau memilih
dijelaskan kembali secara terperinci disertai dengan contoh­ kekafiran.
contohnya dalam pembahasan Kesalahan­Kesalahan Di
Dalam Memvonis Kafir, karena pembahasan tersebut Dan Syarat­Syarat Takfiir Itu Terbagi Menjadi Tiga
merupakan aplikasi dan perincian masalah ini. Macam:
Pertama: Syarat­syarat pada pelaku, yaitu hendaknya
2 ­ Atau dibedakan atara seorang da’i (juru dakwah) dengan yang ia:
lainnya, sebagaimana yang diriwayatkan darinya (Imam Ahmad)
mengenai masalah ini yang akan kami sebutkan nanti. Dan ini masuk 1­ mukallaf (baligh dan berakal)
kedalam kemungkinan yang kedua karena seorang da’i (juru dakwah)
itu mempunyai indikasi kuat ia adalah orang yang berilmu.  2­ sengaja dalam melakukannya.

7 8
3­ Mukhtaar, dengan kemauannya sendiri. ­ Iqroor atau pengakuan. 
Dan bagian ini akan akan dibahas ketika membahas ­ Atau dengan bukti yang berupa: kesaksian dua
hal­hal yang menjadi kebalikannya yaitu Al Mawaani’, orang yang ‘aadil (mempunyai sifat ‘adaalah / dapat
karena mawaani’ itu adalah kebalikan dari Syuruuth, sebagai dipercaya).
mana yang akan dijelaskan nanti.
Dan hal ini juga akan dijelaskan di dalam pembahasan
Kedua: Syarat­syarat pada perbuatan (yang menjadi Kesalahan­Kesalahan Di Dalam Memvonis Kafir.
sebab atau ‘illah jatuhnya vonis kafir).
Intinya adalah hendaknya perbuatan tersebut
merupakan mukaffir (penyebab kekafiran) dengan tanpa
syubhat (samar), yaitu:
1­ Hendaknya perbuatan yang dilakukan oleh
mukallaf tersebut shoriihud dalaalah ‘alal kufri (jelas­jelas
menunjukkan kekafiran).
2­ Hendaknya dalil syar’iy yang menyatakan
kafir terhadap perbuatan atau perkataan tersebut shoriihud
dalaalah ‘alat takfiir (jelas­jelas mengkafirkan pelakunya).
Dan dua syarat dalam bagian ini akan dijelaskan
beserta contoh­contohnya pada pembahasan Kesalahan­
Kesalahan Di Dalam Memvonis Kafir, ketika membahas
mengenai at takfiir bil muhtamalaat (memvonis kafir
berdasarkan hal­hal yang mengandung berbagai
kemungkinan).
Bagian ketiga: Syarat­syarat pada pembuktian
perbuatan seorang mukallaf, dan hal ini harus dilakukan
dengan cara yang sesuai dengan syar’iy dan secara benar,
tidak berdasarkan sangkaan, perkiraan atau berdasarkan hal­
hal yang masih mengandung kemungkinan atau yang
meragukan…
Dan hal itu dilakukan dengan: 
9 10 
KEDUA: AL MAWAANI’ (PENGHALANG­ sesuatu yang tidak adanya itu merupakan syarat maka
PENGHALANG VONIS KAFIR)  keberadaannya adalah maani’.3 
­ Maka tidak adanya (tidak terpenuhinya)
sebuah syarat merupakan salah satu dari mawaani’ul hukmi
­ Maani’ adalah sebuah sifat (keadaan) yang (hal­hal yang mengjadi penghalang sebuah hukum / vonis),
dhoohir (jelas) dan mundlobith (dapat dijadikan patokan) yang dan tidak adanya sebuah maani’ merupakan salah satu syarat
mana keberadaanya mengakibatkan tidak adanya sebuah takfiir. Ini menurut jumhuur (mayoritas) ulama’.4 
hukum dan tidak adanya sifat tersebut tidak mesti
mengakibatkan adanya hukum.  ­ Oleh karena itu al mawaani’ juga terbagi
menjadi tiga bagian sebagaimana syuruuth, yang mana
­ Misalnya adalah Ikrooh (dipaksa), ia mawaani’ tersebut benar­benar merupakan kebalikan dari
merupakan salah satu dari mawaani’ut takfiir (penghalang­ syuruuth:
penghalang vonis kafir), maka keberadaanya ­­­ artinya jika
seseorang dipaksa untuk melakukan kekafiran ­­­
mengakibatkan tidak adanya vonis kafir atau batalnya vonis Bagian Pertama: Mawaani’ Pada Perbuatan:
kafir, dan tidak adanya ikrooh tidak mesti mengakibatkan
Yaitu segala sesuatu yang menghalangi seseorang
adanya vonis kafir, atau tidak terjadinya kekafiran .. artinya
untuk bisa dimintai pertanggung jawaban atas perkataan
ihktiyaar (kebebasan / tidak dipaksa) dan tidak terkena
dan perbuatannya, dan inilah yang disebut dengan Al
ikroohnya seorang mukallaf tidak mesti mengakibatkan
‘Awaaridl Al Ahliyyah, dan ini ada dua macam:
seseorang melakukan atau tidak melakukan kekafiran, akan
tetapi bisa jadi ia melakukan dan bisa jadi tidak. A. ‘Awaaridl (penghalang­penghalang) yang
dinamakan dengan samaawiyyah, dinamakan begitu karena
Dengan kata lain, maani’ (penghalang) adalah: Al
seseoarang tidak mempunyai peran dalam mewujudkannya.
Washful Wujuudiy (sebuah keadaan) yang dhoohir (jelas) dan
Seperti; shighor (masih kecil / belum baligh), gila, ‘it­h
mundlobith (dapat dijadikan patokan) yang menghalangi
(dungu) dan lupa. Semua ‘awaaridl ini menggugurkan
ditetapkannya hukum (dijatuhkannya vonis). 
seseorang dari dosa dan hukuman lantaran gugurnya
­ Dan Al Mawaani’ adalah kebalikan dari Asy khithoobut takliif (beban syariat) darinya.
Syuruuth, dengan demikian bagi kita cukup menyebutkan
mawaani’nya saja atau syuruuthnya saja, karena segala  3­ Dalam masalah ini lihat Irsyaadul Fuhuul, karangan Asy Syaukaaniy,
hal. 25 dan Al Waadlih, karangan Muhammad Sulaimaan Al Asyqor,
hal. 31.
4 ­ Dan sebagian dari mereka tidak sependapat dengan hal ini, di

antaranya adalah Al Quroofiy, dan dalam masalah ini Ibnul Qoyyim


membantah pendapatnya, lihat Badaa­i’ul Fawaa­id (IV/12)

11 12
Akan tetapi ia hanya dihukum pada perkara­perkara Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf
yang berkaitan dengan hak­hak orang lain, seperti denda padanya, tetapi (yang ada dosanya) adalah apa yang disengaja oleh
terhadap barang­barang yang dirusak, diyaat dan lain­lain, hatimu. (Al Ahzaab: 5)
karena ini merupakan khithoobul wadl’i (ketentuan yang Dalilnya juga adalah hadits tentang seseorang yang
menjadi sebab munculnya hukum). Semua ‘awaaridl atau kehilangan kendaraannya di daerah yang tidak
mawaani’ ini adalah berkebalikan dengan syuruuth (syarat­ berpenghuni, lalu tatkala ia mendapatkannya ia
syarat) sebagai berikut: mengatakan: 
Syarat yang berupa baligh berkebalikan dengan
penghalang yang berupa shighor. ‫ﺭﺑﻚ‬ ‫ﻭﺃﻧﺎ‬ ‫ﻋﺒﺪﻱ‬ ‫ﺃﻧﺖ‬ ‫ﺍﻟﻠﻬﻢ‬
Syarat yang berupa berakal kebalikan dengan gila dan Ya Alloh Engkau adalah hambaku dan Aku adalah RobbMu. 
‘it­h (dungu). ‫ﺍﻟﻔﺮﺡ‬ ‫ﺷﺪﺓ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺃﺧﻄﺄ‬
Dan syarat yang berupa sengaja berkebalikan dengan Ia khilaf lantaran sangat gembira.
lupa.
Sebagaimana sabda Rosululloh SAW.5
B. ‘Awaaridl Muktasabah: yaitu penghalang­
penghalang yang mana manusia mempunyai peran dalam Dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Dan
mewujudkannya: tidak seorangpun berhak untuk mengkafirkan seseorang
dari kaum muslimin ­­­ meskipun ia berbuat salah dan keliru
1­ Al khotho’ (khilaf / tidak sengaja): yang
­­­ sampai disampaikan hujjah dan diberikan penjelasan
mengakibatkan khilaf dalam berbicara (maksudnya adalah:
kepada orang tersebut. Dan orang yang telah ditetapkan
tidak ada kesengajaan) sehingga ia mengucapkan sebuah
sebagai orang Islam berdasarkan sesuatu yang meyakinkan,
kata­kata kafir sedangkan dia tidak bermaksud dan tidak
menginginkan untuk mengucapkan atau melakukan
perkataan atau perbuatan mukaffir (yang menyebabkan kafir) 5 ­ Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, dan sebagian ulama’
tersebut, akan tetapi yang ia maksudkan adalah perkataan menambahkan ke dalam maani’ yang berupa intifaa­ul qoshdi (tidak
atau perbauatan yang lain. sengaja) lantaran khilaf karena sangat senang, juga khilaf lantaran sangat
marah (kalap) ketika seseorang tidak berfikir terhadap apa yang ia
Maani’ atau ‘aaridl ini membatalkan dan berkebalikan katakan .. Lihat A’laamul Muwaqqi’iin (IV/50): “Seandainya keluar
dengan syarat yang berupa sengaja. darinya kata­kata kafir ketika dalam keadaan sangat marah maka ia tidak
kafir …” dan dalam masalah ini terjadi perselisihan, dan ‘alaa kulli haal
Dan dalilnya adalah firman Alloh SWT:  (bagaimanapun) yang jelas harus dibedakan antara orang yang terbiasa
dengan mengucapkan berbagai kekafiran ketika dalam keadaan marah
ْ‫ﻗُﻠُﻮﺑُﻜُﻢ‬ ْ‫ﻣﱠﺎﺗَﻌَ ﱠﻤﺪَﺕ‬ ‫ﻭَﻟَﻜِﻦ‬ ِ‫ ِﺑﻪ‬ ‫ﻄ ْﺄﺗُﻢ‬
َ ْ‫ﺃَﺧ‬ ‫ﻓِﻴﻤَﺂ‬ ٌ‫ﺟﻨَﺎﺡ‬
ُ  ْ‫ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢ‬ َ‫ﻭَﻟَﻴْﺲ‬  dan lapang, dan antara orang yang dasarnya adalah orang baik dan
bertaqwa.

13 14
ia tidak dikeluarkan darinya dengan berdasarkan sesuatu Dan dengan begitu ia tidak dianggap telah murtad
yang meragukan, bahkan ia tidak keluar darinya kecuali karena ia tidak bermaksud untuk mengatakannya, dan ia
setelah disampaikan hujjah kepadanya dan dihilangkan mengeluarkan kata­kata dari lisan dengan tanpa
syubhat darinya.” Majmuu’ Fataawaa (XII/250). menginginkan arti yang terkandung di dalamnya.
Dan Ibnul Qoyyim telah membahas permasalahan ini Maka janganlah engkau meremehkan maksud, niat
di dalam A’laamul Muwaqqi’iin (III/65­66) dan ia dan ‘urf (kebiasaan) orang yang berbicara, sehingga
menetapkan bahwasanya intifaa­ul qoshdi (ketidak sengajaan) engkau akan melakukan kedholiman terhadapnya dan
itu merupakan salah satu dari mawaani’ut takfiir yang syah. terhadap syariat, dan engkau mengaku berpegang dengan
Dan ia berdalil dengan perkataan Hamzah ra kepada Nabi syariat padahal syariat berlepas diri darimu.” Hal. 66
SAW:  Dan di dalam buku tersebut (III/117) ia juga
mengatakan: “Dan Syaari’ (Sang Pembuat Syariat) tidak
‫ﻷﺑﻲ‬ ‫ﺃﻋﺒﺪ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﺃﻧﺘﻢ‬ ‫ﻫﻞ‬ manjadikan hukum itu ditimbulkan oleh sekedar apa yang
Bukankah kalian, kecuali aku menyembah bapakku.6 terdapat di dalam hati tanpa ada perkataan atau perbuatan
Ia (Ibnul Qoyyim) mengatakan: “Dan ia (Hamzah) dalam
meskipun perselisihan di dalam permasalahan ini sudah masyhur.”
keadaan mabuk karena minum khomer, lalu Nabi SAW pun (X/39)
tidak mengkafirkannya. Begitu pula seorang sahabat yang Dan lihat A’laamul Muwaqqi’iin (V/49), dan orang yang berpendapat
membaca:  seperti itu berdalil dengan hadits Hamzah di atas, dan juga dengan
firman Alloh SWT: 
‫ﺗﻌﺒﺪﻭﻥ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﻧﻌﺒﺪ‬ ‫ﻧﺤﻦ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺗﻌﺒﺪﻭﻥ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﺃﻋﺒﺪ‬ ‫ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻭﻥ‬ ‫ﺃﻳﻬﺎ‬ ‫ﻳﺎ‬ ‫ﻗﻞ‬  َ‫ﻣَﺎ َﺗﻘُﻮﻟُﻮﻥ‬ ‫ﺗَ ْﻌﻠَﻤُﻮﺍ‬ ‫ﺣﺘﱠﻰ‬
َ
… sampai kalian mengetahui apa yang kalian katakan …(An Nisaa’: 43)
Katakanlah: “Wahai orang­orang kafir, aku menyebah apa yang Dari sini dapat dipahami bahwasanya orang yang mabuk berat tidak
kalian sembah dan kami menyembah apa yang kalian sembah. mempunyai maksud apa­apa dari perkataan dan perbuatannya … dan
Dan hal itu terjadi sebelum diharamkannya khomer. 7 sebagian mereka ada yang memperinci permasalahan ini, antara hal­hal
yang merupakan khithoobut takliif dan antara hal­hal yang merupakan
khithoobul wadl’i. Dan engkau lihat sendiri bahwasanya dalil­dalil yang
6 ­ Lihat Shohiih Al Bukhooriy, Kitaabul Maghooziy dan yang lainnya. digunakan oleh orang­orang yang berpendapat bahwa ini merupakan
7 ­ Oleh karena itu para ulama’ berselisih pendapat mengenai orang yang maani’ semuanya turun sebelum diharamkannya khomer, oleh karena itu
mengucapkan kata­kata kafir ketika mabuk, di antara mereka ada yang Al Qoodliy ‘Iyaadl dalam bukunya Asy Syifaa lebih meroojihkan bahwa
berpendapat bahwasanya orang yang sedang mabuk berat sehingga ia hal ini tidak dianggap sebagai maani’ (II/232), dan ia menukil perkataan
tidak mengetahui apa yang ia katakan, orang semacam ini perkataannya beberapa ulama’ yang berpandapat untuk membunuh orang yang
tidak dianggap sebagai sebuah kemurtadan atau keislaman. Syaikhul mencela Rosululloh SAW ketika dalam keadaan mabuk, ia harus cerai,
Islam mengatakan: “Ia tidak divonis kafir menurut salah satu yang membebaskan budak, diqoshosh dan dijatuhi hukuman hadd … (II/231­
paling benar dari dua pendapat, sebagaimana juga tidak terjadi 232). Lihat juga Al Mughniy karangan Ibnu Qudaamah, Kitaabu
perceraian menurut salah satu yang paling benar dari dua pendapat,  Manirtadda Wa Huwa Sukroon (Orang yang murtad ketika mabuk).

15 16
yang menunjukkan (apa yang terdapat di dalam hati ‫ﻣِﻨْﻬُﻦﱠ‬ ُ‫ﺗَﺸَﺂء‬ ‫ﻣَﻦ‬ ‫ﺗُﺮْﺟِﻲ‬
tersebut), atau sekedar perkataan padahal diketahui bahwa
orang yang mengucapkannya tersebut tidak bermaksud dan Kamu boleh menangguhkan (menggauli) siapa yang kamu
tidak mengetahui arti yang terkandung di dalam perkataan kehendaki di antara mereka (isteri­isterimu). (Al Ahzaab: 51)
tersebut. Akan tetapi IA memaafkan umat ini terhadap apa­ ‘Aa­isyah berkata: “Wahai Rosululloh, aku tidak melihat
apa yang terbetik di dalam hati mereka selama mereka tidak Robbmu kecuali IA selalu ingin segera memenuhi hawa
melakukan atau mengucapkannya. Dan IA juga memaafkan nafsumu.”
mereka terhadap apa­apa yang mereka katakan karena khilaf
Al Haafidh Ibnu Hajar mengatakan di dalam Fat­hul
atau lupa atau dipaksa atau tidak ia mengerti apa yang ia
Baariy: “Masudnya adalah memenuhi apa yang engkau
katakan, apabila mereka tidak bermaksud atau berkehendak
ridloi (senangi). Al Qurthubiy berkata: Perkataan ini terucap
kepada arti yang terkandung di dalam perkataan yang
lantaran kegenitan dan cemburu. Dan ini sama dengan
mereka ucapkan. Maka jika berkumpul kehendak dan bukti
perkataannya (‘Aa­isyah) yang berbunyi: 
(hal yang menunjukkan kehendak tersebut) yang berupa
perkataan atau perbuatan, maka mencullah hukum, ini ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺃﺣﻤﺪﺇﻻ‬ ‫ﻭﻻ‬ ‫ﺃﺣﻤﺪﻛﻤﺎ‬ ‫ﻻ‬
adalah qoo’idah syar’iyyah (kaidah syar’iy) dan ini
merupakan konsekuensi dari keadilan, kebijaksanaan dan Aku tidak memuji kalian berdua dan aku tidak memuji kecuali
kasih sayang Alloh.” hanya kepada Alloh.

· Tambahan: Bisa juga kita berdalil untuk maani’ Sebab mengatakan hawa nafsu terhadap Nabi SAW tidak
yang berupa intifaa­ul qoshdi (ketidak sengajaan) dengan dalil dipahami sebagai mana dhohirnya, karena beliau tidak
yang shohih yang menyebutkan diberikannya ampunan berbicara berdasarkan hawa nafsu dan juga tidak berbuat
terhadap perkataan­perkataan yang ditujukan kepada Nabi berdasarkan hawa nafsu. Seandainya ia (‘Aa­isyah)
SAW yang diucapkan oleh beberapa istrinya karena mengatakan: memenuhi apa yang engkau ridloi, tentu hal ini
didorong rasa kecemburuan, yang mana perkataan­ lebih tepat, akan tetapi rasa cemburu itu dapat
perkataan tersebut pada dasarnya tidak boleh diucapkan menggugurkan dosa dari mengucapkan kata­kata seperti
terhadap Nabi SAW. itu.”

Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al Dan yang mirip dengan hal ini juga adalah hadits
Bukhooriy dalam Kitaabun Nikaah, Bab: Apakah seorang yang terdapat di dalam Kitaabul Hibati Wa Fadl­lihaa,
Wanita Boleh Meng­hibahkan Dirinya Kepada Seseorang. Di Baabu Man Ahdaa Ilaa Shoohibihi Wa Taharroo Ba’dlo
sana disebutkan bahwasanya ketika turun ayat yang Nisaa­ihi Duuna Ba’dlin (Orang yang memberi hadiah
berbunyi:  kepada sahabatnya dan berhati­hati terhadap sebagian

17 18 
istrinya). Di sana disebutkan hadits yang menyebutkan Dinukil dari Al Ijaabah Li Iiroodi Mas Tadrokat­hu ‘Aa­
bahwa Zainab binti Jah­sy mengatakan kepada Nabi SAW :  isyah ‘Alash Shohaabah, hal. 61

‫ﻗﺤﺎﻓﺔ‬ ‫ﺃﺑﻲ‬ ‫ﺑﻨﺖ‬ ‫ﻓﻲ‬ ‫ﺍﻟﻌﺪﻝ‬ ٬‫ﺍﷲ‬ ‫ﻳﻨﺸﺪﻧﻚ‬ ‫ﻧﺴﺎءﻙ‬ ‫ﺇﻥ‬... Dan termasuk dalam maani’ ini (intifaa­ul qoshdi


[ketidak sengajaan]) adalah mengucapkan kata­kata kafir
Sesungguhnya istri­istrimu menuntut kepadamu dengan atas sebagai bentuk cerita dari orang lain. 
nama Alloh supaya engkau berlaku adil terhadap (‘Aa­isyah)
binti Abiy Qohaafah… ­ Seperti orang yang membaca perkataan orang­
orang kafir yang Alloh ceritakan di dalam Al Qur’an karena
Sesungguhnya perkataan ini bukanlah termasuk celaan dan Alloh memerintahkan kita untuk membacanya, maka jelas
cacian sebagaimana yang mendorong Dzul Huwaishiroh orang yang membacanya tidak kafir bahkan justru mendapat
untuk mengatakan kepada Nabi SAW: “Berbuatlah adil!”, pahala. 
akan tetapi yang mendorongnya di sini adalah cemburu
yang telah dijadikan sebagai tabiat wanita … dan pelit ­ Dan Seperti saksi yang menceritakan kepada
terhadap bagiannya (gilirannya). qodli (hakim) mengenai kata­kata kafir yang ia dengar. 

Al Haafidh mengatakan: “Ia (Zainab) menuntut ­ Dan seperti menyampaikan perkataan orang­
keadilan padahal ia tahu bahwa Rosululloh SAW adalah orang kafir dalam rangka untuk menjelaskan kerusakan
manusia yang paling adil, akan tetapi hal ini ia lakukan yang terkandung di dalamnya dan untuk membantahnya.
karena terbuai dengan perasaan cemburu, dan Nabi SAW Semua itu diperbolehkan atau diwajibkan sehingga
tidak menghukumnya lantara perkataan yang ia ucapkan orang yang mengucapkannya tidak kafir. Atas dasar itu
tersebut.” maka dikatakan: Orang yang menceritakan kekafiran itu
Dan Al Qoodliy menyebutkan di dalam Al Ikmaal tidaklah kafir. Lain halnya dengan orang yang
dari Maalik dan yang lainnya, bahwasanya apabila seorang menceritakannya dalam rangka untuk menyebarluaskannya
wanita itu menuduh suaminya telah berbuat faakhisyah (zina) karena ia memandangnya baik dan mendukungnya, orang
lantaran cemburu maka wanita tersebut tidak wajib dijatuhi yang semacam ini tidak diragukan lagi atas kekafirannya
hukuman hadd, dan ia berhujjah dengan sabda Rosululloh kafir.
SAW yang berbunyi:  Dalam mengomentari hadits yang diriwayatkan oleh
Muslim mengenai seseorang yang kehilangan ontanya yang
‫ﺃﺳﻔﻠﻪ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺍﻟﻮﺍﺩﻱ‬ ‫ﺃﻋﻠﻰ‬ ‫ﺍﻟﻐﻴﺮﺍء‬ ‫ﺗﺪﺭﻱ‬ ‫ﻭﻣﺎ‬ mana makanan dan minumannya ada pada onta tersebut
Dan wanita yang cemburu itu tidak mengerti mana lembah yang dan ia terancam akan binasa, lalu Alloh mengembalikannya
paling atas dan mana lembah yang paling bawah.  kepadanya, Al Qoodliy ‘Iyaadl mengatakan: “Ia memegang
tali kekangnya, kemudian lantaran sangat gembiranya ia

19 20
mengatakan: Ya Alloh, Engkau hambaku dan aku adalah maqoolah al uwal ­­­ yaitu Murji­ah dan Jahmiyyah ­­­ dan
Robbmu. Ia salah ucap lantaran sangat gembiranya.” jika mereka mengatakan: Ini menunjukkan bahwasanya
Kemudian Al Qoodliy mengatakan: “Hal ini menunjukkan menyatakan kekafiran itu bukanlah termasuk kekafiran.
bahwasanya ketergelinciran seseorang seperti ini ketika Maka kami jawab ­­­ wabillaahit taufiiq ­­­ ; Kami telah
dalam keadaan panik dan goncang tidaklah dihukum. Dan katakan bahwasanya yang berhak mentukan nama itu
begitu pula ketika ia sedang menceritakan dalam kajian bukanlah kita, akan tetapi Alloh SWT. Maka ketika Alloh
ilmiyah, atau untuk kepentingan syar’iy dan bukan dengan SWT memerintahkan kita untuk membaca Al Qur’an yang
main­main, mengobrol dan hal­hal yang tidak ada mana di dalam Al Qur’an Alloh menceritakan perkataan
manfaatnya. Yang menunjukkan hal ini adalah Nabi SAW orang­orang kafir, dan Alloh SWT memberitahukan kepada
yang bercerita mengenai masalah ini, seandainya ini sebuah kita bahwasanya IA tidak ridlo terhadap kekafiran
kemungkaran tentu beliau tidak menceritakannya, walloohu hambanya, dengan demikian orang yang membaca Al
a’lam.”8 Qur’an tersebut keluar dari kekafiran kepada keridloan
Dan qoroo­inul haal (kondisi ketika berbicara) Alloh SWT dan kepada keimanan, karena ia membaca apa
mempunyai peran untuk membedakan antara berbagai yang Alloh SWT nyatakan tersebut.
keadaan tersebut. (Dan ketika Alloh SWT memerintahkan)9 untuk
Al Qoodliy ‘Iyaadl mengatakan: “Seperti seseorang bersaksi secara benar dalam firmanNya: 
yang menceritakan dan menyampaikan dari orang lain. ‫ﻳﻌﻠﻤﻮﻥ‬ ‫ﻭﻫﻢ‬ ‫ﺑﺎﻟﺤﻖ‬ ‫ﺷﻬﺪ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺇﻻ‬
Dalam keadaan seperti ini perlu dilihat bagaimana gaya ia
dalam menceritakan kata­kata kafir tersebut, dan hukumnya … kecuali orang yang bersaksi secara benar dan mereka
berbeda­beda sesuai perbedaan keadaannya, dalam empat mengetahuinya ..
macam hukum: wajib, sunnah, makruh dan haram.” Asy .. maka keluarlah dari kekafiran orang yang bersaksi tersebut
Syifaa (II/997­1003) yang sebelumnya ia menceritakan kekafiran orang­orang
Dan Ibnu Hazm berkata: Ucapan lisan yang tidak kafir, kepada keridloan Alloh SWT dan keimanan …”
disertai dengan keyakinan hati tidak ada hukumnya di sisi Dinukil dari Al Fishol (III/249­250)
Alloh SWT, karena di antara kita ada yang mengucapkan ­ Dan termasuk dalam hal ini juga adalah seseorang
kata­kata kafir tersebut karena bercerita atau karena yang mengucapkan perkataan yang ia tidak ketahui artinya,
membaca Al Qur’an. Orang tersebut tidak dikatakan kafir orang semacam ini tidak dikenai hukum sampai ia mengerti
sampai terbukti bahwa ia meyakininya.” Kemudian ia
mengakatan: “Jika hal ini dijadikan hujjah oleh ash­haabul 9 ­ Yang berada di dalam kurung ini merupakan tambahan yang tidak
terdapat di dalam cetakan Daarul Jail, akan tetapi struktur kalimat
8 ­ Dinukil dari Fat­hul Baariy, Kitaabud Da’awaat, Baabut Taubah.  menuntut adanya tambahan ini.

21 22
apa yang ia ucapkan tersebut dan ia memang bermaksud haamil10 terhadap arti kedua kata tersebut, atau
untuk mengucapkannya, dan setelah disampaikan hujjah mengucapkan kata­kata yang mengandung konsekuensi
kepadanya .. khulu’ atau yang lainnya, atau rujuu’ atau nikah atau
Di dalam Qowaa’idul Ahkaam Fii Mashoolihil membebaskan budak sedangkan dia tidak mengetahui
Anaam, Fashlun Fii Man Athlaqo Lafdhon Laa Ya’rifu artinya meskipun ia orang Arab maka sesungguhnya orang
Ma’naahu Lam Yu­aakhidz Bi Muqtadloohu (Pembahasan seperti ini tidak mendapatkan konsekuensi hukum apapun
mengenai orang yang mengucapkan kata­kata yang tidak ia dari perkataanya tersebut. Karena dia tidak menyadari
ketahui artinya tidak dihukum dengan hukuman dari terhadap kandungan dari perkatan tersebut sampai ia
perkataan tersebut), Al ‘Izz bin ‘Abdis Salaam rh bermaksud untuk mengucapkan kata­kata yang
mengatakan: “Jika ada orang a’jamiy (bukan orang Arab) menunjukkan hal itu.” (II/102)
mengucapkan kata­kata yang bermuatan kekafiran atau Dan juga silahkan lihat A’laamul Muwaqqi’iin,
keimanan atau talak atau memerdekakan budak atau karangan Ibnul Qoyyim, (III/75) Lau Nathoqo Bi Kalimatil
menjual atau membeli atau berdamai atau berlepas diri, ia Kufri Man Laa Ya’lamu Ma’naahaa Lam Yakfur
tidak mendapatkan konsekuensi apapun dari apa yang ia (Seandainya kata­kata kafir itu diucapkan oleh orang yang
katakan tersebut, karena perkataan tersebut tidak ia akui dan tidak memahami artinya, maka ia tidak kafir).
tidak pula ia maksudkan. Begitu pula dengan orang Arab Ketika membahas mengenai orang yang
yang mengucapkan kata­kata semacam itu dengan mengucapkan kata­kata talak (perceraian) dan pentingnya
menggunakan bahasa a’jamiy yang tidak ia ketahui artinya, memahami adanya kesengajaan dalam mengucapkannya
ia tidak mendapatkan konsekuensi hukum apapun dari untuk memberlakukan terjadinya talak (perceraian), ia
perkataan tersebut, karena ia tidak bermaksud untuk (Ibnul Qoyyim) mengatakan: “.. dan bahwasanya kata­kata
mengucapkan perkataan tersebut karena keinginan itu tidak tersebut tidak menimbulkan konsekuensi­konsekuensinya
ditujukan kecuali kepada sesuatu yang diketahui atau sampai orang yang mengucapkannya sengaja (bermaksud)
diperkirakan. Namun jika orang Arab tersebut bermaksud untuk mengucapkannya dan menginginkan konsekuensi­
untuk mengucapkan kata­kata tersebut sedangkan dia konsekuensinya, sebagaimana orang tersebut juga harus
mengetahui artinya maka konsekuensi hukumnya berlaku bermaksud dan berkeinginan untuk mengucapkan kata­kata
baginya. Namun jika ia tidak mengetahui artinya, seperti tersebut. Dengan demikian harus terpenuhi dua keinginan:
orang Arab yang mengatakan kepada istrinya: Kamu saya
talak (cerai) berdasarkan Sunnah atau bid’ah, sedangkan dia 

10­ Dalam buku cetakan Daarul Ma’rifah ditulis seperti ini, namun
mungkin yang benar di sini adalah: sedangkan dia jaahil (tidak
mengetahui), walloohu a’lam.

23 24
­ Keinginan orang yang mengucapkan tersebut mengerti artinya maka orang tersebut tidak kafir. Dan di
untuk mengucapkan kata­kata tersebut berdasarkan ikhtiyaar dalam Mushonnif nya Wakii’ disebutkan bahwasanya
(bebas / tidak terpaksa).11  ‘Umar bin Al Khoth­thoob memutuskan perkara seorang
­ Keinginan terhadap konsekuensi dan akibat perempuan yang mengatakan kepada suaminya: Berilah aku
dari perkataan tersebut.12 nama! Lalu suaminya tersebut menamainya Ath Thoyyibah.
Namun perempuan tersebut mengatakan: Aku tidak mau.
Bahkan iroodatul ma’naa (keinginan terhadap makna Maka suaminya bertanya: Lalu kamu menginginginkan aku
yang terkandung dalam lafadh) itu lebih ditekankan dari memberi nama apa kepadamu? Perempuan itu menjawab:
pada iroodatul lafdhi (keinginan untuk mengucapkan lafadh), Namakan aku dengan nama Kholiyyah Thooliq (artinya:
karena sesungguhnya iroodatul ma’naa lah yang menjadi orang yang dibiarkan dan dicerai). Maka suaminya tersebut
tujuan sedangkan lafadh hanyalah merupakan sarana, dan mengatakan: Kamu Kholiyyah Thooliq. Maka perempuan
inilah pendapat a­immatul a’laam (para imam yang terkenal) itupun datang kepada ‘Umar bin Al Khoth­thoob dan
di kalalangan ulama’ Islam.” Sampai ia mengatakan: “…dan mengatakan: Sesungguhnya suamiku telah menceraikanku.
para sahabat Ahmad mengatakan: Seandainya orang a’jamiy Lalu datanglang suaminya dan menceritakan kisahnya
(selain orang Arab) mengatakan kepada istrinya: kamu saya kepada ‘Umar. Maka ‘Umar pun memukul kepala wanita
talak, sedangkan dia tidak memahami arti kata­kata ini maka tersebut. Dan ‘Umar mengatakan kepada suaminya:
perempuan tersebut tidak tertalak, karena ia tidak bertujuan Peganglah tangannya dan pukullah kepalanya.
untuk mentalaknya sehingga talak tidak terjadi sebagaimana
jika yang mengatakan kata­kata tersebut adalah orang yang Dan inilah fikih yang masuk ke dalam hati dengan
mukroh. Mereka mengatakan: Seandainya orang tersebut tanpa minta ijin, meskipun ia mengatakan dengan jelas
bermaksud terhadap apa yang menjadi konsekuensi bahwa ia menceraikannya. Dan di depan telah diterangkan
perkataan tersebut menurut orang­orang Arab13 maka bahwasanya orang yang mengatakan setelah ia
talakpun juga tidak terjadi karena keinginannya terhadap mendapatkan onta tunggangannya: Ya Alloh Engkau adalah
sesuatu yang tidak ia ketahui adalah tidak syah. Begitu pula hambaku dan aku adalah RobbMu, ia salah ucap lantaran
jika kata­kata kafir itu diucapkan oleh orang yang tidak sangat gembiranya. Ia tidak kafir meskipun ia jelas­jelas
melakukan sebuah kekafiran lantaran ia tidak
11 ­ Maksudnya adalah iroodatul lafdhi (berkeinginan intuk mengucapkan menghendakinya.” (III/76) lihat juga (IV/229)
(memilih) perkataan tersebut), dan ini adalah ikhtiyaar yang merupakan
kebalikan dari maani’ yang berupa ikrooh.
12 ­ Maksudnya adalah iroodatul ma’naa (keinginan terhadap arti yang
Hal Yang Perlu Diperhatikan:
terkandung di dalam kata­kata tersebut).
13 ­ Maksudnya ia berniat untuk melakukan apa yang dimaksudkan oleh Dari sini engkau dapat memahami bahwasanya yang
orang­orang Arab dalam mengucapkan kata­kata ini, sedangkan dia kami maksud dengan intifaa­ul qoshdi (tidak sengaja) yang
tidak mengerti apa yang mereka maksudkan dengan kata­kata ini. 

25  26
merupakan maani’ itu tidaklah sama dengan apa yang mereka mengingkari bahwa mereka bermaksud untuk kafir
dijadikan oleh para penganut paham Murji­ah jaman …
sekarang sebagai syarat dengan tujuan untuk melemahkan Dan begitu pula mayoritas orang­orang kafir yang
dalam memvonis kafir, yang mereka gunakan untuk menyangka bahwasanya mereka itu telah berbuat baik ..
membela para thoghut, orang­orang zindiq dan murtad, karena sesungguhnya kebanyakan thoghut dan para
yaitu apa yang mereka katakan bahwasanya seseorang itu pendukungnya pada hari ini, apabila kita sebutkan kekafiran
tidak akan kafir sampai ia mengucapkan atau melakukan mereka kepada mereka, mereka menyangkalnya dan mereka
suatu mukaffir (hal yang mengakibatkan kafir) ­­­ secara
menolak mengakui kekafiran mereka, atau bahwasanya
sengaja ­­­ sampai ia berniat atau bertujuan untuk keluar dari mereka berkeinginan atau bermaksud untuk keluar dari
Islam dan menjadi kafir. Islam, bahkan mereka akan segera untuk menunjukkan
Akan tetapi yang kami maksud dengan intifaa­ul bahwasanya mereka adalah orang­orang Islam dan mereka
qoshdi (tidak sengaja) sebagai syarat takfiir (mengkafirkan berdalih bahwasannya mereka melaksanakan sholat dan
orang) adalah al khotho’ (khilaf / tidak sengaja untuk mengucapkan syahadat laa ilaaha illallooh …
mengucapkan atau melakukan) yang merupakan kebalikan Dan begitu pula orang­orang kafir Quroisy, mereka
dari al ‘amdu (sengaja), atau tidak bermaksud untuk berbuat
sama sekali tidak mengakui kekafiran mereka, atau
atau mengucapkan sesuatu yang mukaffir tersebut, akan
bahwasanya mereka bermaksud untuk kafir dengan cara
tetapi yang ia inginkan adalah sesuatu yang lain … seperti menyembah berhala, bahkan justru mereka mengatakan: 
bercerita atau mengingatkan orang agar mewaspadainya,
atau mengucapkannya sedangkan dia tidak memahami ‫ﺯﻟﻔﻰ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺇﻟﻰ‬ ‫ﻟﻴﻘﺮﺑﻮﻧﺎ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﻧﻌﺒﺪﻫﻢ‬ ‫ﻣﺎ‬
kandungannya atau hal­hal lain yang telah disebutkan di
Kami tidak menyembah mereka kecuali hanya supaya mereka
atas ..
mendekatkan kami kepada Alloh dengan sedekat­dekatnya…
Adapun keinginan intuk keluar dari Islam dan untuk
Dan sebaliknya, mereka menuduh kafir kepada Nabi SAW
kafir dengan malakukan atau mengucapkan kekafiran
dan orang­orang yang menganut diin (agama) beliau dengan
tersebut, maka sedikit sekali orang yang menginginkannya
cara menyebut mereka sebagai shoobi’iy, dan seperti inilah
atau menyatakannya atau menghendakinya. Meskipun
mayoritas orang­orang kafir kecuali orang yang dikehendaki
orang­orang Yahudi dan Nasrani sekalipun, jika mereka
Alloh … 
ditanya; apakah mereka bermaksud dan berkeinginan untuk
kafir dengan mengatakan; Sesungguhnya Al Masiih atau Al ­ Sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikhul
‘Uzair itu anak Alloh, atau kekafiran­kekafiran lain yang Islam Ibnu Taimiyyah di dalam Ash Shoorimul Masluul
mereka lakukan? Pasti mereka menyangkalnya dan pasti  hal. 177­178: “Dan intinya, barangsiapa melakukan atau
mengucapkan suatu kekafiran maka ia kafir, meskipun ia

27 28
tidak bermaksud untuk menjadi kafir, karena tidak ada itu orang­orang yang kufur terhadap ayat­ayat Robb mereka dan
seorangpun yang bermaksud untuk menjadi kafir kecuali (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka terhapuslah
orang yang dikehendaki Alloh.” amalan­amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu
perhitungan untuk (amalan) mereka pada hari kiamat. (Al Kahfi:
Dan di dalam buku tersebut (hal. 370) ia juga
103­105) 
mengatakan: “Dan yang kami maksudkan di sini adalah
bahwasanya sebagaimana murtad itu bisa terjadi hanya ­ Ibnu Jariir Ath Thobariy di dalam tafsirnya
lantaran mencaci (Rosul), maka begitu pula murtad itu mengatakan: “Dan ini adalah di antara dalil yang paling jelas
terjadi meskipun tidak ada maksud untuk berganti agama yang menunjukkan atas salahnya orang yang berpendapat
dan tidak berkeinginan untuk mendustakan risaalah bahwasanya tidak ada seorangpun yang kafir kepada Alloh
(ajaran Rosul). Sebagaimana kekafiran iblis itu terjadi kecuali orang yang bermaksud untuk kafir setelah ia
tanpa ada keinginan untuk mendustakan robuubiyyah memahami wahdaaniyyah (keesaan) Nya ..”
(ketuhanan Alloh), meskipun ketidakkeinginannya untuk
Sampai ia mengatakan: “Seandainya benar pendapat
itu tidak ada gunanya baginya, sebagaimana tidak berguna
orang­orang yang mengatakan bahwasanya tidak ada
ketidak inginan orang yang mengucapkan kekafiran.”
seorangpun yang kafir kepada Alloh kecuali atas
Dan Alloh SWT telah memberitahukan bahwasanya pengetahuannya, tentu orang­orang yang diceritakan oleh
kebanyakan orang­orang kafir itu menyangka bahwasanya Alloh bahwasanya menurut pengetahuan mereka, diri
diri mereka itu berbuat baik, bahkan mereka menyangka mereka itu berbuat baik, tentu mereka mendapatkan pahala
bahwasanya jalan mereka itu lebih benar dari pada jalan atas apa yang mereka lakukan tersebut. Akan tetapi ternyata
orang­orang yang beriman. tidak sebagaimana yang mereka katakan, Alloh mengatakan
Di antaranya adalah yang diterangkan Alloh dalam bahwasanya mereka itu adalah orang­orang yang kafir
firmaNya:  kepada Alloh SWT dan bahwasanya amalan mereka
terhapus.” Hal. 44­45 (cet. Daarul Fikri)
‫ﻓﻲ‬ ‫ﺳﻌﻴﻬﻢ‬ ‫ﺿﻞ‬ ‫ﺍﻟﺬﻳﻦ‬  ‫ﺃﻋﻤﺎﻻ‬ ‫ﺑﺎﻷﺧﺴﺮﻳﻦ‬ ‫ﻧﻨﺒﺌﻜﻢ‬ ‫ﻫﻞ‬ ‫ﻗﻞ‬  Dan ia (Ath Thobariy) rh di dalam Tahdziibul
‫ﺍﻟﺬﻳﻦ‬ ‫ﺃﻭﻟﺌﻚ‬  ‫ﺻﻨﻌﺎ‬ ‫ﻳﺤﺴﻨﻮﻥ‬ ‫ﺃﻧﻬﻢ‬ ‫ﻳﺤﺴﺒﻮﻥ‬ ‫ﻭﻫﻢ‬ ‫ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‬ ‫ﺍﻟﺤﻴﺎﺓ‬  Aatsaar setelah memaparkan beberapa hadits mengenai
‫ﻳﻮﻡ‬ ‫ﻟﻬﻢ‬ ‫ﻓﻼﻧﻘﻴﻢ‬ ‫ﺃﻋﻤﺎﻟﻬﻢ‬ ‫ﻓﺤﺒﻄﺖ‬ ‫ﻭﻟﻘﺂﺋﻪ‬ ‫ﺭﺑﻬﻢ‬ ‫ﺑﺌﺎﻳﺎﺕ‬ ‫ﻛﻔﺮﻭﺍ‬  Khowaarij, mengatakan: “Hadits tersebut mengandung
bantahan terhadap pendapat orang yang mengatakan
‫ﻭﺯﻧﺎ‬ ‫ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ‬ bahwasanya tidak ada seorangpun dari ahlul qiblah (muslim)
Katakanlah: ”Maukah Kami beritahukan kepada kalian tentang yang keluar dari Islam setelah ia berhak mendapatkan status
orang­orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu orang­orang Islam kecuali jika ia bermaksud untuk keluar darinya atas
yang telah sia­sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang sepengetahuan dirinya.” Dinukil dari Fat­hul Baariy,
mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik­baiknya. Mereka 
29 30
Kitaabu Istitaabatul Murtaddiin, Baabu Man Taroka yang berupa al ‘amdu (sengaja) dan dengan demikian
Qitaalal Khowaarij …  kesalahan di dalam melakukan takwil menjadi sebuah maani’
(penghalang) dari takfiir. Namun apabila telah disampaikan
­ Dan di dalam bab yang sama Ibnu Hajar
mengatakan: “Dan hadits tersebut menjelaskan bahwasanya hujjah kepadanya dan dijelaskan kesalahannya, lalu ia tetap
di antara kaum muslimin itu ada orang yang keluar dari melakukan perbuatan tersebut maka kafirlah ia ketika itu.
Islam tanpa ia bermaksud untuk keluar darinya, dan tanpa ia Dalil yang menunjukkan hal ini adalah ijma’ para
memilih diin (agama) selain Islam.” sahabat yang menganggap hal ini termasuk al khotho’ (khilaf
Dan akan ada tambahan penjelasan mengenai / ketidak sengajaan) yang mana pelakunya diampuni oleh
permasalahan ini pada pembahasan Kesalahan­Kesalahan Alloh SWT berdasarkan dalil­dalil di atas. Yaitu pada
peristiwa yang dialami oleh Qudaamah bin Madh’uun
Di Dalam Memvonis Kafir. 
ketika ia minum khomer bersama beberapa orang karena
­ Dan kesimpulan di dalam pembahasan ini berdalil dengan firman Alloh SWT: 
adalah; sesungguhnya al ‘amdu (sengaja) dan al qosdu
(bermaksud) yang dianggap sebagai syarat takfiir (memvonis ‫ﻃَﻌِﻤُﻮﺍ‬ ‫ﻓِﻴﻤَﺎ‬ ُُ‫ﺟﻨَﺎﺡ‬
ُ  ِ‫ﺍﻟﺼﱠﺎﻟِﺤَﺎﺕ‬ ‫ﻭَﻋَﻤِﻠُﻮﺍ‬ ‫ءَﺍ َﻣﻨُﻮﺍ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ ‫ﻋَﻠَﻰ‬ َ‫ﻟَﻴْﺲ‬ 
kafir) dan ketidakberadaannya dianggap sebagai sebuah َ‫ﺍﻟْﻤُﺤْﺴِﻨِﻴﻦ‬ ‫ﻳُﺤِﺐﱡ‬ ُ‫ﻭﱠﺃَﺣْﺴَﻨُﻮﺍ ﻭَﺍﷲ‬ ‫ﺍﺗﱠﻘَﻮْﺍ‬ ‫ﺛُﻢﱠ‬ ‫ﻭَءَﺍ َﻣﻨُﻮﺍ‬ ‫ﻣَﺎﺍﺗﱠﻘُﻮْﺍ‬ ‫ِﺇﺫَﺍ‬ 
maani’ (penghalang) takfiir (memvonis kafir) adalah
kesengajaan untuk melakukan perbuatan mukaffir dan bukan Tidak ada dosa bagi orang­orang yang beriman dan mengerjakan
kesengajaan untuk menjadi kafir. amal sholih karena memakan makanan yang telah mereka makan,
apabila mereka bertaqwa serta beriman, dan mengerjakan amalan­
amalan sholih, kemudian mereka (tetap juga ) bertaqwa dan
2­ Tak’wiil berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang­orang yang berbuat
baik. (Al Maa­idah: 93)
Yang dimaksud disini adalah meletakkan sebuah dalil
syar’iy tidak pada tempatnya berdasarkan ijtihad, atau Sebagaimana yang diriwayatkan oleh ‘Abdur Rozzaaq di
lantaran ada syubhat yang muncul dari ketidak fahaman dalam Mushonnif nya … dan ‘Utsmaan ini telah dijadikan
terhadap dalaalatun nash (maksud dari nash), atau ‘Umar untuk sebagai penguasa di daerah Bahroin. Maka
memahaminya dengan pemahaman yang salah namun ia tatkala Abu Huroiroh dan yang lainnya, juga istri
kira benar, atau mengira sebuah dalil padahal ia bukan dalil, Qudaamah sendiri memberikan kesaksian bahwasanya ia
seperti berdalil dengan hadits dlo’iif (lemah) yang ia kira minum khomer, ‘Umarpun memanggil dan memecatnya.
hadits shohiih sehingga seseorang mukallaf melakukan sebuah Dan tatkala akan dijatuhi hukuman hadd ia berdalil dengan
kekafiran yang menurutnya bukan sebuah kekafiran, ayat di atas. Maka ‘Umar mengatakan: “Engkau salah takwil 
sehingga dengan demikian tidak terpenuhi syarat takfiir 
‫ﺍﻟﺤﻔﺮﺓ‬ ‫ﺍﺳﺘﻚ‬ ‫ﺃﺧﻄﺄﺕ‬
31 32
Kamu salah, mintalah untuk digalikan lobang.! Dan ia (Ibnu Taimiyyah) juga mengatakan: “Maka
Ibnu Taimiyyah mengatakan di dalam Ash Shoorimul orang yang melakukan takwil dan orang yang jaahil (bodoh
Masluul: “Sehingga ‘Umar dan ahlusy syuro (anggota majlis / tidak mengerti) yang kebodohannya dapat ditolerir,
syuro) berpendapat untuk melakukan istitaabah 14 kepadanya hukumnya adalah tidak sama dengan orang yang
dan kepada kawan­kawannya, jika mereka mengakui atas membangkang dan jahat, akan tetapi masing­masing telah
haramnya khomer maka mereka dicambuk dan jika mereka Alloh beri ketetapan.” Majmuu’ Fataawaa (III/180)
tidak mengakuinya maka mereka telah kafir.” Hal. 530 … Maka menurut madzhab salaf adalah tidak
kemudian ‘Umar menjelaskan kesalahannya dan mengkafirkan ahlul qiblah (orang Islam) yang melakukan
mengatakan kepadanya: “Seandainya engkau bertaqwa takwil …
tentu engkau menjauhi apa yang diharamkan Alloh Adapun ahlul qiblah itu selain mencakup seorang
kedapamu dan tentu engkau tidak akan minum khomer …”
muslim sunniy (orang Islam yang menganut sunnah) juga
Maka iapun sadar sehingga ia tidak kafir, akan tetapi mencakup orang faasiq milliy (orang fasik yang kefasikannya
ia cukup dijatuhi hukuman haddul khom­ri, dan dalam hal ini tidak mengeluarkannya dari Islam), ahlul ahwaa’ (para
tidak ada seorang sahabatpun yang menyelisihinya. pengikut hawa nafsu) dan ahlut takwiil (orang yang
Oleh karena itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah melakukan takwil) …
mengatakan: “Adapun orang yang belum tersampaikan Adapun orang­orang Khowaarij dan Mu’tazilah,
hujjah kepadanya, seperti orang yang baru masuk Islam, serta orang­orang yang berjalan di atas jalan mereka, seperti
atau orang yang tinggal di pedalaman yang terpencil dan orang­orang Zaidiyyah, dan sebagian orang­orang
syariat­syariat Islam belum sampai ke daerahnya, atau orang Mutakallimiin, seperti Asy Syahrostaaniy di dalam
yang semacam itu, sebagaimana yang terjadi dengan orang bukunya yang berjudul Al Milal Wan Nihal, mereka semua
yang dilakukan istitaabah oleh ‘Umar dan juga orang­orang tidak memasukkan orang­orang yang salah dalam
yang semacam dengan itu, maka sesungguhnya mereka itu melakukan takwil ke dalam ahlul qiblah.
dilakukan istitaabah dan disampaihan hujjah kepada mereka,
Dan di depan telah disebutkan perkataan para ulama’
jika mereka tetap bersikukuh maka ketika itu juga mereka
muhaqqiqiin yang dinukil oleh Al Qoodliy ‘Iyaadl di dalam
kafir, dan sebelum itu mereka tidak divonis kafir
buku Asy Syifaa, Fash­lu Tahqiiqil Qouli Fii Ikfaaril Muta­
sebagaimana para sabahat juga tidak memvonis kafir kepada
awwiliin (II/277) yang berbunyi: “Sesungguhnya kita harus
Qudaamah bin Madh’uun dan kawan­kawannya ketika
berhati­hati di dalam mengkafirkan ahlut takwiil (orang yang
mereka salah di dalam mentakwilkan ayat.” Majmuu’
salah dalam mentakwilkan), karena sesungguhnya
Fataawaa (VII/609­610) 
menghalalkan darah orang yang melaksanakan sholat dan
bertauhid itu adalah bahaya …” dan dibelakang nanti akan
14 
­ Nanti akan diterangkan arti dari istitaabah. (pentj.) 

33 34
saya sebutkan perkataan orang­orang yang tidak untuk menentang syariat. Oleh karena itu Al Qoodliy
mengkafirkan orang yang mengatakan tentang Alloh yang ‘Iyaadl dai di dalam Asy Syifaa menukil perkataan para
tidak layak bagiNya bukan sebagai bentuk cacian dan ulama’ yang berbunyi: “Pengakuan takwil pada lafadh yang
kemurtadan akan tetapi karena takwilan, atau menafikan sudah jelas, tidak diterima.” (II/217)
sifat Alloh dengan alasan mensucikan Alloh, dan yang Dan hal ini dinyatakan oleh Ibnu Taimiyyah di dalam
semacam itu, yang ia (Al Qoodliy ‘Iyaadl) sebutkan di Ash Shoorimul Masluul (hal. 527)
dalam Asy Syifaa..
Oleh karena itu bagi orang yang telah diketahui
Dan Ibnul Waziir mengatakan: “Firman Alloh SWT kezindikannya dan diketahui telah mempermainkan dalil­
mengenai ayat ini yang berbunyi:  dalil syar’iy, atau melakukan hal­hal yang jelas­jelas
‫ﺻﺪﺭﺍ‬ ‫ﺑﺎﻟﻜﻔﺮ‬ ‫ﺷﺮﺡ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻭﻟﻜﻦ‬ menyebabkan kekafiran dan tidak ada peluang untuk
ditakwilkan, maka kami tidak menerima pengakuannya
Akan tetapi barang siapa yang lapang dada terhadap kekafiran. bahwasanya ia melakukan takwil. Karena tidak ada ijtihad
Ini menguatkan bahwasanya muta­awwiliin (orang­orang dan takwil dalam melakukan kekafiran yang jelas .. karena
salah takwil) itu tidak kafir, karena dada mereka tidak sesungguhnya semua orang kafir itu pasti menggunakan
lapang terhadap kekafiran baik berdasarkan keyakinan atau takwilan­takwilan yang rusak untuk mendukung
perkiraan, atau kemungkinan.” Iitsaarul Haqqi ‘Alal Kholqi kekafirannya..
(hal. 437) Oleh karena itu Ibnu Hazm mengatakan: “Dan
Adapun dalih yang digunakan oleh orang­orang barang siapa telah mendengar perintah dari Nabi SAW
Zindiiq dan orang­orang Mulhid (atheis) atas kekafiran melalui jalan yang benar, sedangkan dia adalah seorang
mereka yang nyata, yang berupa pemutar balikan, muslim lalu ia malakukan takwil terhadap perintah tersebut
pengkaburan dan mempermainkan terhadap diin, maka dengan takwilan yang tidak sesuai dengannya, atau
meskipun sebagian orang bodoh menyebut hal yang mungkin ia mendengarnya dengan lafadh yang lain, lalu
semacam ini sebagai takwil … namun dalih semacam ini belum tersampaikan hujjah kepadanya terhadap
tertolak, tidak bisa ditolerir dan tidak bisa diterima, hal itu kesalahannya di dalam meninggalkan apa yang ia
karena kekafiran mereka sudah sangat jelas dan nyata .. dan tinggalkan (berupa kebenaran) dan di dalam melakukan apa
yang dijadikan pedoman itu adalah hakekat dan yang ia lakukan (berupa kesalahan) sehingga ia tetap
pengertiannya, bukan nama dan kata­katanya yang mendapat pahala dan mendapat ampunan, karena ia
dipermainkan oleh banyak orang dari kalangan ahlul ahwaa’ bermaksud untuk melakukan yang benar dan karena ia tidak
(para pengikut hawa nafsu) ... karena berapa banyak mengetahui kebenaran tersebut. Namun apabila telah
kebatilan yang dihiasi oleh para penganutnya dengan tujuan  disampaikan hujjah kepadanya kemudian ia tetap

35 36
membangkang, maka tidak diterima tawilan setelah SAW, lebih berhak untuk mendapatkan ampunan dari pada
disampaikan hujjah.” Ad Durroh (hal. 414) orang yang semacam ini.” (III/148)
Dan ia mengatakan: “Adapun jika orang tersebut Dan Al Qoodliy ‘Iyaadl di dalam Asy Syifaa (II/272
bukan orang Islam, seperti orang Nasrani atau Yahudi atau dan seterusnya) menyebutkan perselisihan salaf dalam
Majusi, atau penganut agama­agama lain, atau orang Al mengkafirkan orang yang mengatakan sesuatu kepada Alloh
Baathiniyyah yang berpendapat ada manusia yang yang tidak layak bagiNya yang bukan dalam bentuk cacian
mempunyai sifat ketuhanan atau ada orang yang menjadi dan kemurtadan, akan tetapi berdasarkan takwil dan ijtihad
Nabi setelah Rosululloh SAW, maka orang­orang semacam serta kekhilafan yang menjerumuskan kepada hawa nafsu
ini takwilannya sama sekali tidak bisa diterima, akan tetapi dan bid’ah.”
mereka itu adalah orang­orang yang kafir dan musyrik,
Dan yang benar adalah pendapat ulama’ yang
bagaimanapun keadaannya.” Ad Durroh Fii Maa Yajibu memperinci dalam masalah ini yang membedakan antara
I’tiqooduhu (hal. 441) takwilan yang masih dibenarkan dalam bahasa Arab, seperti
Maka harus diperhatikan bahwasanya Qudaamah mantakwilkan tangan Alloh SWT dengan kenikmatan dan
yang takwilannya dimaafkan itu karena dasarnya ia adalah kekuatan. Takwilan yang semacam ini tidak menyebabkan
orang Islam dan orang yang baik. Dia adalah seorang kekafiran, meskipun hal ini bertentangan dengan kebenaran
sahabat yang mengikuti perang Badar, dan dia merupakan yang dianut oleh salaf. Karena di dalam bahasa Arab
khool (paman dari jalur ibu) nya ‘Abdulloh bin ‘Umar dan kekuatan dan kenikmatan dapat diungkapkan dengan kata
Hafshoh yang merupakan Ummul Mukminiin, dan di tangan. Oleh karena itu orang yang melakukan takwil dalam
bawahnya adalah Shofiyyah binti Al Khoth­thoob yang masalah ini dimaafkan meskipun ia salah dan menyeleweng
merupakan saudara perempuan ‘Umar. Ibnu ‘Abdil Barr dari nash syar’iy yang dhohir. Dan takwil yang tidak bisa
meriwayatkan di dalam Al Istii’aab (III/341) melalui dibenarkan, seperti orang yang mentakwilkan firman Alloh
sanadnya dari Ayyuub bin Abiy Tamiimah, ia mengatakan: SWT yang berbunyi: 
“Tidak ada ahlul badri (sahabat yang ikut perang badar) yang
dijatuhi hukuman haddul khom­ri kecuali Qudaamah bin ‫ﻣﺒﺴﻮﻃﺘﺎﻥ‬ ‫ﻳﺪﺍﻩ‬ ‫ﺑﻞ‬
Madh’uun.” … bahkan kedua tangannya terbelenggu …
Oleh karena itu Ibnu Taimiyyah setelah menceritakan Bahwa kedua tangan tersebut adalah Al Hasan dan Al
kisah orang yang berwasiat kepada anaknya ketika hendak Husain, atau langit dan bumi, takwilan semacam ini
meninggal dunia agar membakar jasadnya, Ibnu Taimiyyah mengakibatkan kekafiran karena di dalam bahasa Arab tidak
mrengatakan: “Dan orang yang lakukan takwil dari dibenarkan menggunakan kata tangan untuk hal­hal yang
kalangan orang­orang yang layak untuk melakukan ijtihad semacam ini.
yang mempunyai keinginan kuat untuk mengikuti Rosul 
37 38
Dan tidak ada nash syar’iy yang menuntut untuk dalih takwil yang memperbolehkan untuk menyekutukan
membawa arti yang sebenarnya menurut bahasa, kepada arti Alloh SWT dan membuat andaad (tandingan­tandingan)
yang sebenarnya menurut syar’iy dan khusus .. maka bagiNya merupakan kebatilan yang paling besar; yang mana
dengan demikian ini termasuk mempermaikan diin Alloh seluruh para Rosul diutus untuk menentang dan
dan penyelewengan di dalam asmaa’ (nama­nama) Alloh mengingkarinya ..
SWT, yang mana orang yang mentakwilkannya sama sekali Dan para ulama’ telah menyatakan bahwasanya
tidak akan dimaafkan. memalingkan lafadh dari arti dhohir (asal) nya tanpa
Perhatikanlah perbedaan ini karena sesungguhnya ini berdasarkan dalil syar’iy, sama sekali bukanlah termasuk
penting .. takwil yang bisa ditolerir. Karena dengan itulah orang­orang
muta­akh­khiriin memperlakukan semaunya terhadap nash.
Berdasarkan ini maka takwil yang hanya berdasarkan
pemikiran dan hawa nafsu, dan tidak ada landasan dalil Mereka mengatakan; Kami mentakwilkan, sehingga mereka
menamakan tahriif (penyelewengan) itu dengan takwil,
syar’iynya, dan juga tidak bisa dibenarkan menurut bahasa
Arab, maka hal ini sama sekali bukan termasuk ijtihad, akan untuk menghiasi dan memperindahnya supaya pendapat
tetapi ini adalah termasuk takwil yang tertolak yang mana mereka diterima15 … dan Alloh SWT telah mencela orang
pelakunya tidak dimaafkan, karena ini adalah yang menghiasi dan memperindah kebatilan untuk
mempermainkan nash, dan penyelewengan terhadap diin mengkaburkan manusia, Alloh SWT berfirman: 
(agama) yang ia sebut dengan takwil. Dan Ibnul Waziir ‫ﻳﻮﺣﻲ‬ ‫ﺍﻟﺠﻦ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺍﻹﻧﺲ‬ ‫ﺷﻴﺎﻃﻴﻦ‬ ‫ﻋﺪﻭﺍ‬ ‫ﻧﺒﻲ‬ ‫ﻟﻜﻞ‬ ‫ﺟﻌﻠﻨﺎ‬ ‫ﻭﻛﺬﻟﻚ‬ 
mengatakan: “Tidak diperselisihkan atas kafirnya orang
yang juhuud (mengingkari) sesuatu yang sudah maklum ‫ﻏﺮﻭﺭﺍ‬ ‫ﺍﻟﻘﻮﻝ‬ ‫ﺯﺧﺮﻑ‬ ‫ﺑﻌﺾ‬ ‫ﺇﻟﻰ‬ ‫ﺑﻌﻀﻬﻢ‬
secara jelas bagi semua orang tersebut, dan menutupinya Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap­tiap Nabi itu musuh yang
dengan nama takwil yang tidak mungkin untuk ditakwilkan, berupa syetan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian
seperti takwilan yang dilakukan oleh orang­orang Mulhid mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan­
(atheis) terhadap seluruh al asmaa’ al husnaa, bahkan seluruh perkataan yang indah­indah untuk menipu (manusia). (Al
isi Al Qur’an, seluruh isi syariat dan tempat kembali di An’aam: 112)
akherat seperti kebangkitan dari kubur, qiyamat, jannah
Dan ‘alaa kulli haal (bagaimanapun keadaannya), yang
(syurga) dan naar (neraka).” (Iitsaarul Haqqi ‘Alal Kholqi
jelas sesungguhnya kesalahan di dalam melakukan takwil
(hal. 415) itu merupakan salah satu maani’ takfiir (penghalang vonis
Dan tentu saja termasuk dalam hal itu juga adalah
(takwilan dalam masalah) tauhid, yang mencakup 15­ Lihat Syarhul ‘Aqiidah Ath Thohaawiyyah, karangan Ibnu Abil ‘Izz
memurnikan ibadah hanya kepada Alloh semata dalam Al Hanafiy, ketika membicarakan mengenai masalah orang­orang
semua bentuk ibadah. Maka menentang prinsip ini dengan  beriman melihat Robb mereka pada hari qiyamat.

39 40
kafir) yang dapat gugur dengan dilakukannya iqoomatul Dan Alloh SWT berfirman: 
hujjah (penyampaian hujjah) kepada orang yang melakukan
takwil tersebut. ‫ﺑﻠﻎ‬ ‫ﻭﻣﻦ‬ ‫ﺑﻪ‬ ‫ﻷﻧﺬﺭﻛﻢ‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬ ‫ﻫﺬﺍ‬ ‫ﺇﻟﻲ‬ ‫ﻭﺃﻭﺣﻲ‬
Dan Al Qur’an ini telah diwahyukan kepadaku supaya aku
memberi peringatan dengannya kepada kalian dan kepada orang
3. Maani’ yang berupa al jahlu (bodoh / tidak yang mendengarnya.
mengerti)
Maka barangsiapa telah mendengar Al Qur’an, dan
Al Jahlu ini menjadi penghalang hanya jika sampai peringatan kepada dirinya, lalu ia berpaling dari
kebodohannya itu merupakan kebodohan yang tidak tauhid, dan menceburkan diri ke dalam lumpur kesyirikan,
mungkin bagi seorang mukallaf untuk menghidarinya atau maka orang semacam ini kebodohannya tidak diampuni
menghilangkannya .. karena dia sendirilah yang mewujudkan kebodohannya
Adapun jika kebodohan (ketidak tahuan) tersebut dengan cara berpaling dari peringatan tersebut .. dan para
merupakan kebodohan (ketidak tahuan) yang ulama’ bersepakat untuk tidak menerima udzur orang yang
memungkinkan untuk dihilangkan, lalu ia melalaikan, berpaling dari ilmu jika ia memungkinkan untuk berilmu
berpaling dan tidak berbuat sesuatu (untuk menghilangkan (mengetahui). Akan tetapi yang diperselisihkan adalah
kebodohannya tersebut) maka dengan demikian kebodohan mengenai menerima udzur orang yang tidak
tersebut merupakan sesuatu yang ia wujudkan sendiri dan ia mamungkinkan untuk mengetahui, dan ini adalah
tidak diampuni dengan kebodohannya tersebut. Dan secara perselisihan yang tidak ada manfaatnya bagi kita sekarang,
hukum ia dianggap sebagai orang yang telah mengetahui karena diin Alloh telah sampai ke seluruh penjuru dunia,
meskipun pada hakekatnya ia bukan orang yang mengetahui dan kitabulloh (Al Qur’an) dan bahkan sunnah Rosul SAW
.. karena beginilah keadaan orang yang berpaling dari diin yang menjadi penjelas bagi Al Qur’an telah terjaga, dan
Alloh, yaitu orang yang telah mendengar kitabulloh yang diperkirakan setiap orang bisa untuk mempelajarinya. Maka
mana pada kitab tersebut terletak nadzaaroh (peringatan), dalam keadaan seperti ini tidak akan tersisa lagi orang yang
lalu ia menolak untuk mempelajari atau memperhatikannya, bodoh (tidak mengetahui) kecuali orang yang kebodohannya
mengenai hal­hal yang menjadi tujuan­tujuan terpenting dari disebabkan karena berpaling. Khususnya pada permasalah­
diciptakannya dirinya … Alloh SWT berfirman:  permasalahan diin Islam yang terkenal, tersebar dan tersiar
tidak sekedar di kalangan kaum muslimin saja, akan tetapi
‫ﻣﻦ‬ ‫ﻓﺮﺕ‬ ‫ﻣﺴﺘﻨﻔﺮﺓ‬ ‫ﺣﻤﺮ‬ ‫ﻛﺄﻧﻬﻢ‬ ‫ﻣﻌﺮﺿﻴﻦ‬ ‫ﺍﻟﺘﺬﻛﺮﺓ‬ ‫ﻋﻦ‬ ‫ﻟﻬﻢ‬ ‫ﻓﻤﺎ‬  juga di kalangan orang­orang Yahudi, Nasrani dan yang
‫ﻗﺴﻮﺭﺓ‬ lainnya; seperti masalah tauhid yang merupakan prinsip
dasar dan poros diin Islam.
Lalu kenapa mereka berpaling dari peringatan? Seolah­olah mereka
seperti keledai­keledai yang berlarian, lari dari singa. 

41 42
Oleh karena itu para ulama’ menyatakan di dalam mencintai kehidupan dan keindahan dunia ... oleh karena itu
qowaa’id syar’iyyah (kaidah­kaidah syar’iy) sebagaimana yang engkau lihat mereka adalah orang yang paling paham
dikatakan oleh Al Quroofiy (684 H.): “Sesungguhnya setiap dengan permasalahan dunia dan kulitnya baik masalah yang
kebodohan yang memungkinkan bagi seorang mukallaf kecil maupun masalah yang besar, pada saat mereka tidak
untuk menghidarinya, maka tidak diterima hujjah (alasan) mengangkat kepala (tidak mempunyai kepedulian) untuk
nya jika dia tidak mengetahuinya.” Lihat Al Furuuq mempelajari kewajiban yang paling utama dan yang paling
(IV/264) dan juga (II/149­151) penting yang Alloh wajibkan kepada anak Adam untuk
Dan Ibnul Lihaam mengatakan: “Orang yang tidak mempelajarinya. Selain itu sarana­sarana ilmu mencukupi,
mengetahui suatu hukum hanya akan diterima udzurnya sedangkan Al Qur’an dan Sunnah di hadapan mereka ­­­
jika ia tidak melalaikan atau meremehkan di dalam sebagaimana yang telah kami katakan di atas ­­­, dengan
mempelajari hukum tersebut, adapun jika ia melalaikan dan demikian mereka itu adalah termasuk orang­orang yang
meremehkan dalam mempelajarinya maka dipastikan tidak Alloh SWT katakan: 
ada udzur baginya.” Al Qowaa’id Wal Fawaa­id Al ‫ﻏﺎﻓﻠﻮﻥ‬ ‫ﻫﻢ‬ ‫ﺍﻵﺧﺮﺓ‬ ‫ﻋﻦ‬ ‫ﻭﻫﻢ‬ ‫ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‬ ‫ﺍﻟﺤﻴﺎﺓ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻇﺎﻫﺮﺍ‬ ‫ﻳﻌﻠﻤﻮﻥ‬
Ushuuliyyah (hal. 58)
Mereka memahami yang nampak dari kehidupan dunia sedangkan
Demikianlah, dan ketahuilah bahwasanya maani’ yang mereka lalai dari akherat. 
berupa al jahlu (kebodohan / ketidak tahuan) itu
pembahasannya secara terperinci panjang, dan orang­orang ­ Akan tetapi yang diberi udzur (ampunan) dan
pada masa sekarang ini banyak yang membuat tulisan di dianggap sebagai maani’ takfiir adalah orang yang memiliki
dalam masalah ini yang berada antara ifrooth (berlebih­ dasar tauhid akan tetapi ia tidak memahami beberapa
lebihan) dan tafriith (meremehkan), dan ada juga orang­ permasalahan yang mungkin rumit atau samar, atau yang
orang yang menolaknya secara tolal, sehingga mereka memerlukan penjelasan dan keterangan. Dan yang termsuk
mengkafirkan orang yang tidak dikafirkan oleh Alloh dan dalam hal itu adalah permasalahan asmaa’ wash shifaat
RosulNya SAW … (nama­nama dan sifat­sifat) Alloh. Dan ada dalil­dalil syar’iy
yang menunjukkan bahwasanya orang yang bertauhid yang
Dan sebagian yang lainnya memperlonggar sehingga salah dalam permsalahan ini mendapatkan udzur
mereka melanggar ketentuan­ketentuan Alloh dalam (ampunan), dan ia tidak boleh dikafirkan kecuali setelah
masalah ini, sampai mereka memberikan udzur (ampunan) dilakukan iqoomatul hujjah (penyampaian hujjah) dan diberi
kepada orang­orang murtad yang membangkang dan orang­ penjelasan dan keterangan … 
orang kafir yang berpaling dari diin Alloh, yang mana
kebodohan (ketidak tahuan) mereka terhadap diin Alloh itu ­ Sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah
muncul lantaran perbuatan mereka sendiri dan lantaran hadits tentang orang yang berbuat melampaui batas
mereka berpaling darinya, serta lantaran mereka lebih  terhadap dirinya sendiri dan dia tidak pernah berbuat baik

43 44
sedikitpun kecuali tauhid16, ketika meninggal dunia orang bisa jadi dia adalah seorang mujtahid yang keliru yang akan
tersebut berpesan kepada anaknya agar membakar dirinya Alloh ampuni kesalahannya, dan bisa jadi belum sampai
dan menghamburkan abunya, dan ia mengatakan: Jika Alloh ilmunya kepadanya yang mana dengan ilmu tersebut
menguasaiku pasti Alloh akan menyiksaku dengan siksaan tersampaikan hujjah kapadanya.” Al Fataawaa (III/116) 
yang tidak dapat dilakukan oleh seorangpun di dunia ini. ­ Dan termasuk di dalam masalah ini juga
Hadits ini menunjukkan kebodohan (keyidak tahuan) adalah menjadikan al jahlu (kebodohan / ketidaktahuan)
orang tersebut tentang besarnya kekuasaan Alloh dan sebagai maani’ (penghalang kekafiran) terhadap orang yang
bahwasanya Alloh SWT mampu untuk membangkitkannya baru masuk Islam atau orang yang hidup di pedalaman yang
meskipun ia telah dibakar dan bagian­bagian tubuhnya telah terpencil sehingga tidak memungkinkan rincian syariat
bercerai­berai. Namun demikian Alloh mengampuninya Islam itu sampai ke daerah tersebut, dan orang­orang yang
karena tauhid dan rasa takutnya kepada Alloh. Hal ini semacam itu .. maka orang yang semacam ini kesalahannya
menunjukkan bahwasanya al khotho’ (ketidak sengajaan / pada permasalahan yang tidak dia ketahui dimaafkan
kekhilafan) dan kebodohan (ketidaktahuan) yang semacam selama ia termasuk orang­orang yang bertauhid dan
ini pelakunya diampuni jika ia termasuk orang­orang yang menjauhi syirik akbar dan tandiid (menyekutukan Alloh). 
bertauhid.. ­ Dan pada permulaan pembahasan ini telah
Oleh karena itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah kami sampaikan bahwasanya Syaikhul Islam di dalam Al
menyatakan di dalam dialognya tentang Al ‘Aqiidah Al Fataawaa (XXV/101) membedakan antara takfiirul muthlaq
Waasithiyyah yang sebagian besarnya adalah mengenai al dan takfiirul mu’ayyan. Dan bahwasanya untuk melakukan
asmaa’ wash shifaat (nama­nama dan sifat­sifat Alloh), yaitu takfiirul mu’ayyan haruslah dilakukan tabayyun (klarifikasi)
ketika ada beberapa orang yang menyanggah perkataannya terhadap syarat­syarat dan mawaani’ (pengahlang­
yang berbunyi “Ini adalah keyakinan Al Firqoh An penghalang) nya … Kemudia setelah itu ia memberikan
Naajiyah ..” Ibnu Taimiyyah rh mengatakan: “Dan tidak beberapa contoh, ia mengatakan: “Seperti orang yang
semua orang yang menyelisihi sesuatu dari keyakinan ini mengatakan: Sesungguhnya khomer dan riba itu halal,
pasti binasa, karena sesungguhnya orang menyelisihinya lantaran ia baru saja masuk Islam, atau lantaran ia hidup di
pedalaman yang terpencil, atau ia telah mendengar sebuah
perkataan yang ia ingkari dan tidak ia yakini bahwa
16­ Hadits ini akan kami sebutkan nanti beserta perkataan para ulama’
berkenaan dengan hadits tersebut di dalam pembahasan Kesalahan­
perkataan tersebut dari Al Qur’an atau dari hadits Rosul
Kesalahan Di Dalam Memvonis Kafir. Sedangkan tambahan yang SAW sebagaimana sebagian salaf juga mengingkari beberapa
berbunyi “ .. kecuali tauhid ..” dapat dimengerti dengan sangat jelas, hal sampai ia yakin bahwa Nabi SAW mengatakan hal
namun demikian Imam Ahmad meriwayatkannya di dalam Musnad nya tersebut. Sebagai mana juga para sahabat meragukan
dengan sanad yang shohiih secara marfuu’ dari Abu Huroiroh dan secara beberapa permasalahan seperti bahwasannya Alloh dapat
mauquuf dari Ibnu Mas’uud. 

45 46
dilihat kelak di akherat dan hal­hal lainnya sampai mereka Thoolib dan sahabat­sahabatnya ra berada di daerah
menanyakan permasalahan tersebut kepada Rosululloh Habasyah (Ethiopia) sedangkan Rosululloh SAW berada di
SAW. Dan juga seperti orang yang mengatakan: Jika aku Madinah sedangkan Al Qur’an terus turun dan syariat terus
mati maka hancurkanlah aku dan hamburkanlah aku ke laut bertambah, sehingga semua itu sama sekali tidak sampai
supaya aku menghilang dari Alloh, dan hal­hal semacam itu. kepada Ja’far dan para sahabatnya karena semua jalan dari
Sesungguhnya orang­orang semacam ini tidaklah kafir Madinah ke Habasyah terputus. Mereka dalam keadaan
sampai disampaikan hujjah berupa risalah (ajaran Alloh) seperti itu selama enam tahun namun hal itu tidak
kepadanya. Sebagaimana firman Alloh SWT:  membahayakan diin mereka sedikitpun jika mereka
malakukan perbuatan haram dan meninggalkan kewajiban.”
‫ﺍﻟﺮﺳﻞ‬ ‫ﺑﻌﺪ‬ ‫ﺣﺠﺔ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﻟﻠﻨﺎﺱ‬ ‫ﻳﻜﻮﻥ‬ ‫ﻟﺌﻼ‬
Dan Ibnu Qudaamah berkata di dalam Al Mughniy,
Supaya manusia tidak memiliki alasan lagi setelah (diutusnya) Kitaabul Murtad, Mas­alah Wa Man Tarokash Sholaah:
para Rosul. “Tidak ada perselisihan di kalangan para ulama’ atas
Dan juga Alloh telah memaafkan kesalahan umat ini yang kafirnya orang yang meninggalkannya (sholat) lantaran
disebabkan karena al khotho’ (khilaf / tidak sengaja) dan juhuud (mengingkari) kewajibannya, jika ia termasuk orang
lupa.” yang memahami permasalah seperti itu. Namun jika ia
termasuk orang yang tidak memahami kewajiban,
Ibnu Hazm berkata: “Tidak diperselisihkan lagi
sebagaimana orang yang baru masuk Islam dan orang yang
bahwasanya jika ada seseorang masuk Islam ­­­ dan ia belum
hidup bukan di Daarul Islaam (negara Islam) atau di daerah
mengetahui syariat­syariat Islam ­­­ lalu ia meyakini
pedalaman yang terpencil dari kota dan dari para ulama’,
bahwasanya khomer itu halal dan bahwasanya manusia itu
maka orang semacam ini tidak divonis kafir namun ia diberi
tidak mempunyai kewajiban sholat, sedangkan dia belum
pemahaman mengenai masalah tersebut dan disampaikan
mendengar hukum Alloh SWT mengenai masalah tersebut
dalil­dalil yang menunjukkan atas wajibnya, dan jika
maka tidak diperselisihkan lagi bahwa orang tersebut tidak
mengingkarinya setelah itu maka ia kafir. Adapun jika orang
kafir, sampai disampaikan hujjah kepada orang tersebut
yang mengingkari tersebut hidup di kota di tengah­tengah
kemudian ia tetap bersikukuh dengan pendiriannya, maka
para ulama’ maka ia kafir dengan sekedar mengingkari
ketika itu ia kafir berdasarkan ijma’ (kesepakatan) umat.” Al
kewajiban tersebut. Dan begitu pulalah hukumnya pada
Muhallaa (XIII)
seluruh rukun­rukun dan dasar­dasar Islam…”
Dan di dalam Al Fishol (IV/105) ia mengatakan: “Dan
Dan dalam masalah ini para ulama’ juga berdalil
barang siapa yang belum sampai kepadanya sebuah
dengan hadits yang diriwayatkan dari Abu Waaqid Al
permasalahan dari kewajiban­kewajiban diin (Islam) maka ia
Laitsiy yang terdapat di dalam Sunan At Tirmidziy, ia
dimaafkan dan ia tidak dicela. Dahulu Ja’far bin Abiy 
mengatakan: “Kami keluar bersama Rosululloh SAW ke

47 48
Hunain sedangkan ketika itu kami baru saja meninggalkan hadits ini untuk membela para thoghut dan para pendukung
kekafiran (baru masuk Islam). Dan ketika itu orang­orang mereka, karena sesungguhnya Nabi SAW marah dan
musyrik mempunyai pohon sidroh (bidara, kelor) yang mana mengingkari terhadap permintaan para sahabat tersebut
mereka berdiam diri di sisinya, dan mereka akan tetapi beliau memaafkan mereka dan tidak
menggantungkan senjata­senjata mereka, yang mereka sebut mengkafirkan mereka … padahal di sisi yang lain beliau
dengan dzaatu anwaath, lalu kami katakan kepada Nabi SAW: tidak memaafkan perbuatan syirik yang dilakukan oleh
“Wahai Rosululloh, buatkanlah dzaatu anwaath untuk kami orang­orang musyrik ..
sebagaimana mereka mempunyai dzaatu anwaath!” Maka
Di sini para sahabat memohon kepada Nabi SAW
Beliau bersabda:  lantaran kebodohan mereka, karena mereka baru saja
‫ﺑﻨﻮ‬ ‫ﻗﺎﻟﺖ‬ ‫ﻛﻤﺎ‬ ‫ﺑﻴﺪﻩ‬ ‫ﻧﻔﺴﻲ‬ ‫ﺍﻟﺬﻱ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻗﻠﺘﻢ‬ ٬‫ﺍﻟﺴﻨﻦ‬ ‫ﺇﻧﻬﺎ‬ ‫ﺃﻛﺒﺮ‬ ‫ﺍﷲ‬  meninggalkan kekafiran, sebab mereka mengira bahwasanya
Rosul SAW akan membuatkan bagi mereka sebuah pohon
‫ﻗﻮﻡ‬ ‫ﺇﻧﻜﻢ‬ ‫ﻗﺎﻝ‬ ٬‫ﺁﻟﻬﺔ‬ ‫ﻟﻬﻢ‬ ‫ﻛﻤﺎ‬ ‫ﺇﻟﻬﺎ‬ ‫ﻟﻨﺎ‬ ‫ﺍﺟﻌﻞ‬ ٬‫ﻟﻤﻮﺳﻰ‬ ‫ﺇﺳﺮﺍﺋﻴﻞ‬  untuk berdiam diri di sisinya sebagai sarana untuk
‫ﻗﺒﻠﻜﻢ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺳﻨﻦ‬ ‫ﻟﺘﺮﻛﺒﻦ‬ ‫ﺗﺠﻬﻠﻮﻥ‬ beribadah kepada Alloh … dan mereka belum melakukan
kesyirikan, dan tidak pula melakukan sebuah perbuatan
Allaahu Akbar, sungguh ini adalah kebiasaan, demi Dzat yang
yang menjurus kepada kesyirikan. Oleh karena itu kita wajib
jiwaku ada di TanganNya kalian telah mengatakan sebagaimana
memahami dalil itu sesuai dengan batasan­batasannya dan
yang dikatakan oleh Bani Isroil kepada Musa: Buatkanlah ilaah
petunjuk yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwasanya
(sesembahan) untuk kami sebagaimana mereka mempunyai ilaah­
ilaah (sesembahan­sesembahan). Ia (Musa) berkata: Sesungguhnya orang bodoh itu diterima udzurnya (dimaafkan) selama ia
kalian adalah orang­orang yang bodoh. Kalian benar­benar belum melakukan syirik akbar atau kekafiran yang jelas dan
mengikuti langkah orang­orang sebelum kalian. nyata.

Maka para ulama’ yang menshohiihkan hadits ini Hal itu disebabkan karena dalil­salil syar’iy
menjadikannya sebagai dalil yang menunjukkan menunjukkan bahwasanya menggugurkan dasar tauhid,
[bahwasanya siapa saja yang hendak melakukan kesyirikan dengan kekafiran yang nyata, atau dengan kesyirikan yang
lantaran bodoh (tidak tahu) lalu setelah dilarang ia tidak jadi terang, yang jelas­jelas ditolak di dalam diin kaum muslimin
melakukannya maka ia tidak kafir] 17 dan hadits tersebut (Islam), yang tidak samar lagi bagi anak­anak Islam, sampai
tidak menunjukkan atas udzur (dimaafkannya) bagi orang­ orang­orang Yahudi dan Nasrani pun mengetahui
orang musyrik yang melakukan syirik akbar, sebagaimana bahwasanya Muhammad SAW diutus untuk menolak dan
orang­orang Murji­ah zaman sekarang berdalil dengan menghancurkannya, permasalahan semacam ini orang yang
tidak mengetahuinya tidaklah diberi udzur (dimaafkan).
Terutama setelah Alloh menyempurnakan karunianya
17­ Dinukil dari Taisiirul ‘Aziizil Hamiid Syarhu Kitaabit Tauhiid, hal. kepada umat ini dengan menjaga kitabNya yang menjadi
185 

49 50
kunci tersampaikannya peringatan. Maka barang siapa telah Supaya kamu memberi peringatan orang­orang yang belum
sampai peringatan kepadanya lalu ia menggugurkan dasar didatangi oleh seorang pemberi peringatanpun sebelum kamu
tauhidnya dengan melakukan kekafiran atau kesyirikan supaya mereka mendapat petunjuk.
yang jelas dan nyata maka ia kafir bahkan ia akan disiksa di Di sini mereka yang melakukan syirik akbar tersebut tidak
akherat kelak, dan tidak diterima alasan kebodohannya diberi udzur (maaf) padahal tidak ada seorang pemberi
ketika dalam keadaan seperti itu, khusus jahlu i’roodl peringatan yang khusus yang datang kepada mereka .. hal
(kebodohan lantaran tidak mau mempelajari) bukan itu bukan lain karena syirik akbar yang sudah jelas itu telah
kebodohan orang yang memang tidak memungkinkan untuk Alloh ingatkan melalui hujjah­hujjah yang jelas dan terang,
mengetahuinya. Dan secara jelas hal ini ditunjukkan oleh dan Alloh mengutus seluruh RosulNya sebagai pemberi
sabda Nabi SAW kepada seseorang yang bertanya tentang peringatan terhadap kesyirikan tersebut, dan menurunkan
bapaknya:  semua kitabNya dengan tujuan untuk nmenghancurkannya
‫ﺍﻟﻨﺎﺭ‬ ‫ﻓﻲ‬ ‫ﻭﺃﺑﺎﻙ‬ ‫ﺃﺑﻲ‬ ‫ﺇﻥ‬ dan mengingatkan manusia darinya .. kemudia Alloh
mejadikan sebagai penutupnya adalah sebuah kitab yang
Sesungguhnya bapakku dan bapakmu berada di naar (neraka).18 tidak dapat dicuci oleh air, yang mana IA sendiri yang akan
Padahal bapak­bapak mereka tersebut adalah termasuk menjaganya dan menjadikannya sebagai kunci dari
orang­orang yang Alloh SWT sebutkan di dalam firmanNya:  peringatan. Maka lebih layak lagi untuk tidak diberi udzur
bagi orang­orang yang hidup setelah itu.
‫ﻏﺎﻓﻠﻮﻥ‬ ‫ﻓﻬﻢ‬ ‫ﺁﺑﺎﺅﻫﻢ‬ ‫ﺃﻧﺬﺭ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﻗﻮﻣﺎ‬ ‫ﻟﺘﻨﺬﺭ‬ Al Qoodliy ‘Iyaadl di dalam Asy Syifaa (II/23)
Supaya kamu memberi peringatan kepada orang­orang yang mana mengatakan ketika membahas tentang orang yang menghina
bapak­bapak mereka belum diberi peringatan sedangkan mereka Nabi SAW yang merupakan kekafiran nyata yang mana
lalai.  kebodohan pelakunya tidak diberi udzur.

‫ﻳﻬﺘﺪﻭﻥ‬ ‫ﻟﻌﻠﻬﻢ‬ ‫ﻗﺒﻠﻚ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻧﺬﻳﺮ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺃﺗﺎﻫﻢ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﻗﻮﻣﺎ‬ ‫ﻟﺘﻨﺬﺭ‬ Ia mengatakan: “…atau dengan kebodohannya ia


mengatakan atau mengucapkan kata­kata jelek dan suatu
18­ Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim secara marfuu’ dari Anas, dan celaan jika ditinjau dari perkataan itu sendiri, meskipun
hadita yang senada dengan ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (IV/XI) secara dhohir keadaan orang tersebut tidak bermaksud
yang bebunyi:  untuk mencelanya dan tidak pula bertujuan untuk
‫ﺍﻟﻨﺎﺭ‬ ‫ﻓﻲ‬ ‫ﻭﺃﻣﻚ‬ ‫ﺃﻣﻲ‬ ‫ﺇﻥ‬ mencacinya, baik lantaran kebodohan dia yang
Sesungguhnya ibuku dan ibumu berada di naar (neraka). mendorongnya untuk mengucapkan kata­kata tersebut atau
Dan di dalam Shohiih Muslim disebutkan: 
karena sedang risau atau karena suatu hal yang
‫ﻟﻲ‬ ‫ﻳﺄﺫﻥ‬ ‫ﻓﻠﻢ‬ ‫ﻷﻣﻲ‬ ‫ﺃﺳﺘﻐﻔﺮ‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫ﺭﺑﻲ‬ ‫ﺍﺳﺘﺄﺫﻧﺖ‬ menjadikannya terpaksa mabuk, atau karena kurangnya
Aku meminta ijin kepada Robbku agar aku boleh memintakan ampun untuk
ibuku namun IA tidak mengijinkanku…  memperhatikan dan menjaga lidahnya, dan berceloteh serta

51 52
berseloroh dalam berbicara, hukuman bagi orang semacam ­ Hendaknya mukrih (orang yang memaksa)
ini adalah sama dengan hukuman yang pertama yaitu mampu untuk melakukan apa yang ia ancamkan, sedangkan
dibunuh tanpa diragukan lagi, karena tidak ada udzur mukroh (orang yang dipaksa) tidak dapat menghindarkan
(ampunan) bagi seorangpun yang melakukan kekafiran diri darinya meskipun dengan melarikan diri. 
lantaran kebodohan.” ­ Hendaknya mukroh (orang yang dipaksa)
Maksudnya adalah kekafiran nyata yang berupa mempunyai perkiraan kuat bahwa seandainya ia menolak,
menghina Nabi SAW, namun selain itu, di muka telah saya mukrih (orang yang memaksa) tersebut akan melakukan apa
sampaikan perkataan Al Qoodliy sendiri yang menyatakan yang ia ancamkan. 
wajibnya berhati­hati di dalam mengkafirkan orang­orang ­ Tidak ada yang menunjukkan bahwa mukroh
yang melakukan takwil dari kalangan orang­orang yang
(orang yang dipaksa) melampaui batas, yaitu dengan cara
melakukan sholat dan bertauhid. melakukan atau mengucapkan sesuatu yang melebihi apa
yang memungkinkan untuk menghindarkan dirinya dari
4­ Maani’ (penghalang) yang berupa Ikrooh siksaan tersebut. 
(dipaksa). ­ Dan mereka (para ulama’) mensyaratkan
Ini kebalikan dari syarat yang mana seoarang mukallaf hendaknya ancaman yang digunakan untuk memaksanya
itu harus mukhtaar (bebas memilih) terhadap apa yang ia mengucapkan kata­kata kafir itu adalah sesuatu yang tidak
lakukan. sanggup ia tanggung. Dan mereka (para ulama’) memberi
contoh dengan siksaan yang sangat keras, memotong
Dan dalilnya adalah firman Alloh SWT yang anggota tubuh, membakar dengan api, membunuh dan hal­
berbunyi:  hal yang semacam itu .. hal itu karena peristiwa yang
menjadi penyebab turunnya ayat yang memberikan udzur
‫ﺌﻦ‬ ‫ﻣﻄﻤ‬ ‫ﻭﻗﻠﺒﻪ‬ ‫ﺃﻛﺮﻩ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﺇﻳﻤﺎﻧﻪ‬ ‫ﺑﻌﺪ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺑﺎﷲ‬ ‫ﻛﻔﺮ‬ ‫ﻣﻦ‬  (maaf) kepada mukroh (orang yang dipaksa) yaitu peristiwa
‫ﺑﺎﻹﻳﻤﺎﻥ‬ yang dialami oleh ‘Ammaar, ia tidak mengucapkan kata­kata
Barang siapa yang kafir kepada Alloh setelah ia beriman kecuali (kafir) yang ia ucapkan tersebut kecuali setelah kedua orang
orang yang dipaksa sedangkan hatinya tetap beriman. tuanya dibunuh, tulang rusuknya patah dan ia disiksa
dengan siksaan yang sangat keras dalam rangka taat kepada
Dan para ulama’ telah menyebutkan beberapa syarat Alloh. 
terwujudnya maani’ (penghalang) yang berupa ikrooh
(dipaksa), di antaranya adalah 19: ­ Dan mereka (para ulama’) mensyaratkan
kepada mukroh (orang yang dipaksa) harus menunjukkan
Islamnya jika paksaan tersebut telah hilang. Jika ia
19 ­ Lihat Fat­hul Baariy (Kitaabul Ikrooh). 

53 54 
menampakkan keislamannya maka ia tetap Islam dan jika ia · Dan termasuk yang penting untuk
menampakkan kekafiran maka ia divonis kafir semenjak ia diperhatikan di sini adalah bahwasanya ikrooh yang
mengucapkan kata­kata kafir tersebut.20 dibicarakan oleh para ulama’ adalah ikrooh untuk
· Namun demikian harus diperhatikan mengucapkan kata­kata kafir atau melakukan perbuatan
bahwasanya para ulama’ telah menyatakan barangsiapa kafir, kemudian setelah itu kembali menunjukkan Islam
terbukti bahwa ia mengucapkan kata­kata kafir sedangkan ia sebagaimana yang telah dijelaskan di muka .. adapun jika
terjadi ikrooh untuk tetap dan terus­menerus dalam kekafiran
ditawan dan diikat oleh musuh dan dia dalam keadaan
takut, ia tidak divonis murtad21 karena diperkirakan ia .. ini tidak mereka (para ulama’) terima dan tidak mereka
dalam keadaan mukroh (dipaksa) selama ia berada di bawah perbolehkan, dan mereka membedakan antara ikrooh
semacam ini (ikrooh untuk tetap dan terus­menerus dalam
kekuasaan mereka dan dalam keadaan ditawan dan diikat,
kekafiran) dengan ikrooh yang mereka berikan udzur (maaf)
serta mereka mampu untuk melakukan apa yang mereka
di dalam pembahasan­pembahasan ikrooh ..
inginkan terhadap orang tersebut.22
Namun jika ada yang menyaksikan bahwa ketika ia · Al Atsrom meriwayatkan dari Abu ‘Abdillah ­
mengucapkan kata­kata tersebut ia dalam keadaan aman ­­ yaitu Imam Ahmad ­­­ bahwasanya ia ditanya mengenai
maka ia divonis murtad.23 orang yang ditawan musuh, lalu ia disuruh dan dipaksa
untuk melakukan kekafiran, apakah dia boleh murtad
(dengan melakukan perbuatan kafir tersebut) ? Maka ia
20 ­ Dan lihat Al Mughniy, Kitaabul Murtad (Pasal; dan barang siapa
yang dipaksa melakukan kekafiran …) karangan Ibnu Qudaamah. (Imam Ahmad) sangat tidak menyukainya dan mengatakan:
21 ­ Lihat Al Mughniy, Kitaabul Murtad, (Pasal; dan barang siapa yang “Menurutku ini tidak sama dengan para sahabat Nabi yang
dipaksa melakukan kekafiran …) menjadi penyebab turunnya ayat (mengenai ikrooh). Dahulu
22 ­ Lihat Sabiilun Najaat Wal Fikaak karangan Syaikh Hamad bin
mereka hanya disuruh untuk mengucapkan kata­kata kafir
‘Atiiq hal. 62: “Keadaan kedua: Ia secara dhohir mengikuti mereka
kemudian mereka dibiarkan mau berbuat apa saja yang
namun dalam hati ia menyelisihi mereka, dan dalam hal ini ada dua
keadaan: Pertama ia melakukan hal itu karena ia berada di bawah mereka kehendaki. Sedangkan mereka (pada kasus yang
kekuasaan mereka dan mereka memukulinya, mengikatnya dan ditanyakan ini) menyuruh untuk tetap dan terus berada di
mengancam akan membunuhnya. Maka dalam keadaan semacam ini ia dalam kekafiran dan meninggalkan diin mereka.24 Hal itu
boleh mengikuti mereka secara dhohir sedangkan hatinya tetap beriman, karena orang yang dipaksa untuk mengucapkan kata­kata
sebagai mana yang terjadi dengan ‘Ammaar. Alloh SWT berfirman: 
kafir lalu ia dibebaskan, yang seperti ini tidak berbahaya
‫ﺑﺎﻹﻳﻤﺎﻥ‬ ‫ﻣﻄﻤﺌﻦ‬ ‫ﻭﻗﻠﺒﻪ‬ ‫ﺃﻛﺮﻩ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺇﻻ‬ bagi orang (yang mengucapkan kata­kata kafir) tersebut.
…kecuali orang yang dipaksa sedangkan hatinya tetap beriman.
Dan perkataannya mengenai kondisi yang kedua akan kami sebutkan
Sedangkan orang yang tinggal di tengah­tengah mereka
sebentar lagi ..
24­ Sepertinya perkataan Imam Ahmad sampai di sini, sedangkan yang
23 ­ Lihat Al Mughniy di tempat yang sama dengan yang di atas.  selanjutnya adalah penjelasan dari penulis Al Mughniy, walloohu a’lam.

55 56
tersebut akan terus mengikuti kekafiran yang mereka anut, Bagian Ketiga: Mawaani’ Pada Penetapan
menghalalkan hal­hal yang diharamkan, meninggalkan (Pembuktian).
kewajiban­kewajiban dan melakukan larangan­larangan Dan ini adalah mawaani’ yang terdapat di dalam
serta kemungkaran­kemungkaran. Dan jika orang tersebut proses pengadilan. Dan masalah ini lebih ditekankan serta
seorang perempuan maka mereka akan menikahinya, lalu dipertegas lagi ketika hendak dilaksanakan konsekuensi­
mereka akan mempunyai anak­anak yang kafir darinya, dan konsekuensinya seperti membunuh dan merampas harta
begitu pula jika laki­laki. Dan secara dhohir mereka akhirnya (orang yang melakukan kekafiran tersebut) serta
akan menjadi kafir yang hakiki dan keluar dari diin (agama) melaksanakan konsekuensi­konsekuensi yang lainnya.
yang haniif (lurus).” Dari Al Mughniy, Kitaabul Murtad,
Pasal: Dan orang yang dipaksa mengucapkan kata­kata kafir ­ Hal itu bisa terjadi karena perbuatan kafir yang
maka sebaiknya ia bersabar untuk tidak mengucapkannya… dilakukan atau perkataan kafir yang diucapkan (oleh orang
yang hendak divonis kafir tersebut) tidak bisa ditetapkan
(dibuktikan) melalui proses penetapan (pembuktian) yang
Bagian Kedua (Dari Mawaani’ut takfiir [Hal­Hal Yang syar’iy, yaitu berupa pengakuan (pelaku) atau kesaksian dua
Menjadi Penghalang Vonis Kafir]): Mawaani’ Pada orang yang ‘aadil (bisa dipercaya). Hal itu bisa jadi karena
Perbuatan (Yaitu Perbuatan Yang Menjadi Penyebab mungkin nishoob (jumlah) saksinya kurang yang mana
Kakafiran): jumhuur (mayoritas ulama’) menyatakan bahwa nishoobnya
1­ Seperti perkataan yang diucapkan atau adalah dua orang saksi yang ‘aadil (bisa dipercaya) ­­­
perbuatan yang dilakukan tidak menunjukkan kekafiran sebagaimana yang akan dibahsas nanti ­­­ . Dengan
secara jelas. demikian jika yang memberikan kesaksian adalah satu orang
maka pelakunya tidak bisa dijatuhi sangsi berdasarkan
2­ Atau dalil syar’iy yang dijadikan dalil untuk kesaksian tersebut, sebagaimana Nabi SAW juga tidak
mengkafirkan tidak qoth’iyyud dalaalah (jelas menjatuhkan sangsi kepada ‘Abdulloh bin Ubaiy
menunjukkan) bahwa perkataan atau perbuatan tersebut berdasarkan kesaksian Zaid bin Al Arqom sendirian, ketika
adalah mukaffir (menyebabkan kafir). ia memberi kesaksian bahwasanya ‘Abdulloh bin Ubay
Dan masalah ini insya Alloh akan dibahas di dalam mengatakan:
pembahasan Kesalahan­Kesalahan Di Dalam Memvonis
Kafir … pada kesalahan yang keenam dan ketujuh. 

57 58
‫ﺍﻷﺫﻝ‬ ‫ﻣﻨﻬﺎ‬ ‫ﺍﻷﻋﺰ‬ ‫ﻟﻴﺨﺮﺟﻦ‬ ‫ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ‬ ‫ﺇﻟﻰ‬ ‫ﺭﺟﻌﻨﺎ‬ ‫ﻟﺌﻦ‬ beralasan dengan beberapa dalil, di antaranya adalah firman
Alloh SWT yang berbunyi: 
Jika kita kembali ke Madinah tentu orang­orang yang mulian akan
mengusir orang­orang yang hina dari sana.25 ْ‫ﻣﱢﻨﻜُﻢ‬ ٍ‫ﻋﺪْﻝ‬
َ  ْ‫ﺫَﻭَﻱ‬ ‫ﻭَﺃَﺷْ ِﻬﺪُﻭﺍ‬
­ Atau hal itu bisa terjadi karena salah satu dari Dan datangkanlah dua orang saksi yang ‘aadil (dapat dipercaya) di
kedua saksi tidak bisa diterima kesaksiannya dalam antara kalian. (Al Baqoroh: 282)27
permasalah seperti ini, mungkin karena ia orang kafir atau Dan juga hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu
orang gila atau anak kecil atau karena yang lain, atau karena Dawud, Al Baihaqiy dan yang lainnya dari ‘Amr bin
ia adalah musuh orang yang ia berikan kesaksian Syu’aib, ia dari bapaknya, bapaknya dari kakeknya,
(terdakwa), atau karena ‘adaalah (kepercayaan) nya cacat
bahwasanya Nabi SAW bersabda:
sedangkan terdakwa memungkari tuduhan tersebut, atau
membantahnya dan menolaknya dengan sumpah. Dan
masalah ini akan dibahas di dalam pembahasan Kesalahan­
Kesalahan Dalam Memvonis Kafir. Dan para ulama’
menetapkan syarat­syarat diterimanya kesaksian saksi permasalahan­permasalahan yang menjadi kebutuhan manusia yang
dengan empat syarat, yaitu: Islam, baligh, berakal dan al dipelihara oleh syariat. Dan yang mirip dengan kasus ini adalah apa
‘adaalah (bisa dipercaya kesaksiannya).26 Dan mereka yang diperbolehkan oleh para ulama’ berupa kesaksian anak­anak kecil
terhadap anak­anak yang sebaya dengan mereka pada kasus luka­luka
yang terjadi di kalangan mereka yang tidak dilihat oleh orang selain
25 ­ Hadits ini asalnya terdapat di dalam Shohiih Al Bukhooriy dan
mereka, dan juga kesaksian wanita seorang diri terhadap wanita yang
Shohiih Muslim.
26 ­ Sebagai contoh lihat Al Mughniy, Kitaabul Qodloo’, Masalah: Dan
lain pada kasus­kasus yang tidak dilihat oleh orang selain mereka.
Dalam masalah ini, yaitu masalah kesaksian dan pelajaran­pelajaran
apabila orang yang memberikan kesaksian kepadanya adalah orang yang
yang berkaitan dengannya silahkan lihat A’laamul Muwaqqi’iin (I/91)
tidak ia kenal … Dan maksudnya di sini adalah kesaksiaan yang
dan seterusnya.
berkaitan dengan kemurtadan dan kekafiran, adapun pada masalah­ 27 ­ Di dalam buku aslinya (Ar Risaalah Ats Tsalaatsiiniyyah) ayat ini
masalah fikih yang lain maka kita telah pahami bersama bahwasanya di
ditulis terdapat di dalam surat Al Baqoroh: 282, padahal ayat yang
sana ada perinciannya. Seperti pada kasus perzinaan, kesaksian tidak
berbunyi seperti di atas terdapat di dalam surat Ath Tholaq: 2,
bisa diterima jika kurang dari empat orang saksi, dan pada kasus hutang­
sedangkan yang terdapat di dalam surat Al Baqoroh: 282 berbunyi: 
piutang dan roj’ah (rujuk / kembali lagi setelah cerai) adalah dua orang
saksi yang ‘aadil (bisa dipercaya). Dan disebutkan di dalam hadits shohih ‫ﻣِﻤﱠﻦ‬ ِ‫ﻭَﺍﻣْ َﺮﺃَﺗَﺎﻥ‬ ُُ‫ﻓَﺮَﺟُﻞ‬ ِ‫ﺟَﻠﻴْﻦ‬
ُ َ‫ﺭ‬ ‫ﻳَﻜُﻮﻧَﺎ‬ ْ‫ﻟَﻢ‬ ْ‫ َﻓﺈِﻥ‬ ْ‫ﺭﱢﺟَﺎﻟِﻜُﻢ‬ ‫ﻣِﻦ‬ ِ‫ﺷَﻬِﻴ َﺪﻳْﻦ‬ ‫ﺳﺘَﺸْﻬِﺪُﻭﺍ‬
ْ ‫ﻭَﺍ‬ 
bahwasanya Nabi SAW membayar ganti rugi pada kasus hak ِ‫ﺍﻟﺸﱡﻬَﺪَﺍء‬ َ‫ﻣِﻦ‬ َ‫ﺿﻮْﻥ‬ َ ‫ﺗَ ْﺮ‬
kepemilikan dan harta berdasarkan satu orang saksi ditambah dengan Dan datangkanlah dua orang saksi dari laki­laki kalian, jika tidak mendapatkan
sumpah jika tidak didapatkan dua orang saksi. Dan pada kasus wasiat dua orang laki­laki maka satu orang laki­laki dan dua orang perempuan yang
dalam safar (bepergian) kesaksian dua orang kafir diterima jika tidak kalian setujui untuk menjadi saksi.
didapatkan dua orang muslim yang ‘aadil (bisa dipercaya) sebagaimana Kemungkinan salah tulis teks ayat atau salah tulis surat dan nomer
yang disebutkan di dalam surat Al Maa­idah, dan ini adalah termasuk  ayatnya (pentj.)

59  60
‫ﺃﺧﻴﻪ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﻏﻤﺮ‬ ‫ﺫﻱ‬ ‫ﻭﻻ‬ ‫ﺧﺎﺋﻨﺔ‬ ‫ﺧﺎﺋﻦ ﻭﻻ‬ ‫ﺷﻬﺎﺩﺓ‬ ‫ﺗﺠﻮﺯ‬ ‫ﻻ‬  Akan tetapi di dalam masalah ini ada perinciannya
yang harus diperhatikan, yang mana para ulama’
Tidak diterima kesaksian seorang laki­laki dan perempuan menggunakannya (al istifaadloh) dalam beberapa
pengkhianat dan tidak pula orang yang zdu ghimrin (orang yang permasalahan dan tidak menggunakannya dalam
memendam kedengkian dan permusuhan) terhadap saudaranya. permasalahan yang lain. Lihal Al Mughniy, Kitaabusy
Di dalam At Talkhiish (IV/198) Al Haafidh mengatakan: Syahaadaat, Masalah: Dan apa­apa yang beritanya telah
“Dan sanad hadits ini qowiy (kuat), sedangkan dzuu ghimrin tersebar …, dan lihat Fataawaa Syaikhul Islam (XXXV/241­
artinya adalah orang yang memendam kedengkian dan 242) yang akan kami sebutkan nanti, dan lihat juga pada
permusuhan. (XV/179).
Oleh karena itu menurut madzhab Asy Syaafi’iy,
Maalik, Ahmad dan Jumhuur (mayoritas ulama’) orang yang
saling bermusuhan itu kesaksian salah satu terhadap yang
lainnya tidak dapat diterima. Dan Abu Haniifah tidak Beberapa Hal Yang Harus Diperhatikan Seputar
Mawaani’ut Takfiir
sependapat dengan mereka, hal itu dikatakan oleh Asy
Syaukaaniy di dalam Nailul Authoor, kemudian ia
mengatahan: “Dan yang benar adalah orang yang saling A. Tabayyun (klarifikasi) terhadap mawaani’ut
bermusuhan itu kesaksian salah satunya terhadap yang takfiir hanya wajib dilakukan terhadap maqduur ‘alaih (orang
lainnya tidak dapat diterima karena adanya dalil yang yang berada dibawah kekuasaan Islam), dan tidak wajib
menunjukkan hal itu. Sedangkan dalil tidak dapat dibantah dilakukan terhadap mumtani’ (orang yang mempertahankan
dengan pendapat. Sedangkan orang yang berpendapat diri dari kekuasaan Islam) atau muhaarib (orang yang
bahwa kesaksiannya diterima itu tidak mempunyai landasan memerangi Islam).
dalil yang bisa diterima.” Kitaabul Aqdliyati Wal Ahkaam,
Baabu Man Laa Yajuuzul Hukmu Bi Syahaadatihim. ­ Imtinaa’ (mumtani’) itu mempunyai dua
pengertian:
Dan di dalam proses pembuktian, selain dengan
pengakuan serta kesaksian dua orang saksi yang ‘aadil Pertama: Imtinaa’ ‘anil ‘amal bisy syarii’ah (menolak
(dapat dipercaya) para ulama’ menambahkan lagi dengan al untuk melaksanakan syariat Islam) baik sebagian maupun
istifaadloh (berita yang telah tersebar), yaitu tersebarnya dan secara keseluruhan.
beredarnya sebuah permasalahan di kalangan manusia Kedua: Imtinaa’ ‘anil qurdoh (mempertahankan diri
sehingga terkadang hal itu lebih kuat dari pada kesaksian dari kekuasaan), maksudnya adalah kekuasaan kaum
dari dua orang saksi yang ‘aadil (dapat dipercaya).  muslimin untuk menahan, menyidang dan mengadilinya
berdasarkan syariat Alloh.

61  62
Dan kedua macam imtinaa’ ini tidak ada saling dilakukan sebelum memvonis murtad. Dan inilah yang ingin
keterkaitan, bisa jadi orang yang mumtani’ ‘anil ‘amal bisy kami ingatkan di sini.
syarii’ah itu berada di bawah kekuasaan Islam di daarul
Karena orang yang menolak melaksanakan syariat
Islam (negara Islam), seperti orang yang tidak mau Islam dan menolak untuk menerima hukum Alloh, dan
membayar zakat sedangkan dia adalah seseorang yang orang yang memerangi kaum muslimin yang tidak berada di
berada di bawah kekuasaan daarul Islam (negara Islam). bawah kekuasaan dan hukum kaum muslimin, sama saja
Dan terkadang keduanya terkumpul pada diri apakah orang tersebut mempertahankan diri dengan cara
seseorang, seperti orang yang menolak melaksanakan syariat berlindung dengan daarul kufri (negara kafir) atau dengan
Islam sedangkan dia berada di daarul kufri (negara kafir) undang­undangnya atau dengan tentara­tentara dan
atau dia mempunyai kekuatan, kelompok, undang­undang, pengadilan­pengadilannya, orang yang semacam ini telah
kekuasaan dan negara sendiri sehingga kaum muslimin terkumpul pada dirinya dua macam imtinaa’ sehingga tidak
tidak dapat menjatuhkan hukuman dan hadd Alloh SWT wajib untuk dilakukan padanya tabayyun (klarifikasi)
terhadap orang tersebut… mengenai syarat­syarat dan mawaani’ (penghalang­
Dan orang yang mumtani’ ‘anil qudroh penghalang vonis kafir) yang sebenarnya harus dilakukan
(mempertahankan diri dari kekuasaan Islam) terkadang sebelum divonis kafir dan diperangi .. karena dia tidak
memerangi Islam dengan tangannya dan terkadang menyerahkan dirinya kepada kaum muslimin, dan tidak
memerangi Islam hanya dengan lisannya saja. Lihat Ash pula menerima syariat dan hukum mereka sehingga (tidak
Shoorimul Masluul halaman 388. diperlukan lagi untuk) dikaji perkaranya .. Maka terhadap
orang­orang semacam ini tidak bisa dikatakan bahwasanya
Dan para ulama’ menyatakan bahwasanya orang yang mereka adalah orang­orang yang belum disampaikan hujjah
mumtani’ ‘anil qudroh (mempertahankan diri dari kekuasaan kepada mereka, sebagaimana yang dibualkan oleh orang
Islam) tidak wajib dilakukan istitaabah, terlebih lagi orang yang mengoceh dengan sesuatu yang tidak ia pahami.
yang muhaarib (memerangi Islam) yang menyerang dan Khususnya apabila mereka adalah orang­orang yang
menjajah wilayah kaum muslimin serta memegang memusuhi dan memerangi kita atas dasar diin (agama). Dan
kekuasaan di sana. mereka telah menguasai negeri­negeri Islam, dan dengan
· Dan istitaabah juga mempunyai dua pengertian: kekuatan yang mereka miliki mereka menolak untuk
melaksanakan syariat Islam, dan mereka menegakkan serta
Pertama: Menyuruh taubat kepada orang yang telah memaksakan syariat kafir dan thoghut ..
divonis murtad.
Muhammad bin Al Hasan Asy Syaibaaniy
Kedua: Tabayyun (klarifikasi) terhadap syarat­syarat mengatakan: “Jika sekelompok musuh yang mendengar
dan mawaani’ (penghalang­penghalang vonis kafir) yang  Islam atau dakwah Islam mendatangi kaum muslimin di

63 64
negeri mereka, maka (kaum muslimin) diperbolehkan memerangi ­­­ yang mana ia harus dibunuh tanpa harus
memerangi mereka dengan tanpa mendahwahi terlebih dilakukan istitaabah, dan antara orang murtad riddah
dahulu dalam rangka untuk membela diri, sehingga kaum mujarrodah (hanya sekedar murtad) dan orang yang
musliminpun membunuh mereka, menawan mereka dan semacam ini harus dibunuh kecuali jika ia bertaubat.28
merampas harta mereka …” Dinukil dari As Sairul Kabiir, Dan di dalam Ash Shoorimul Masluul halaman 322
sedangkan yang berada di dalam kurung adalah tambahan ia (Ibnu Taimiyyah) mengatakan: “Dan jika orang murtad
Asy Syarkhosiy di dalam Syarahnya. Kemudian ia itu mumtani’ (mempertahankan diri) dengan cara bergabung
mengatakan: “Karena seandainya seorang muslim dengan daarul harbi (negara musuh) atau memang orang­
mengunuskan pedangnya kepada orang muslim lainnya, orang murtad tersebut mempunyai kekuatan yang mereka
maka orang yang dihunusi pedang tersebut diperbolehkan gunakan untuk melawan hukum Islam, maka tanpa
untuk membunuh orang yang menghunuskan pedang diragukan lagi bahwa orang semacam ini dibunuh tanpa
tersebut dalam rangka untuk membela diri. Maka terlebih dilakukan istitaabah terlebih dahulu.”
lagi dalam kasus ini. Artinya, jika mereka menyibukkan diri
untuk mendakwahkan Islam bisa jadi yang ditawan dan Dan di dalam buku tersebut pada halaman 325­326 ia
dibunuh adalah keluarga, harta dan jiwa kaum muslimin, juga mengatakan: “Bahwasanya orang yang mumtani’
sehingga dakwah tidak wajib dilakukan.” (mempertahankan diri dari kekuasaan Islam) itu tidak
dilakukan istitaabah terhadap dirinya, dan sesungguhnya
Dan Ibnul Qoyyim mengatakan: “… dan di antaranya istitaabah itu hanyalah dilakukan terhadap orang yang
adalah bahwasanya kaum muslimin mendakwahi orang­ maqduur ‘alaih (berada di bawah kekuasaan Islam).
orang kafir ­­­ sebelum memerangi mereka ­­­ untuk masuk
Islam. Hal ini wajib dilakukan jika dakwah belum sampai
kepada mereka, dan hukumnya sunnah jika dakwah telah B. Alasan­alasan yang dijadikan dalih oleh orang­
sampai kepada mereka. Hal ini dilakukan jika yang orang murtad dan yang lainnya padahal alasan­alasan
menyerang adalah kaum muslimin, adapun jika yang tersebut bukanlah termasuk mawaani’ut takfiir (hal­hal yang
menyerang negeri kaum muslimin adalah orang­orang menjadi penghalang vonis kafir):29
kafir maka kaum muslimin diperbolehkan untuk
memerangi mereka dengan tanpa mendakwahi mereka 28­ Sebagai contoh silahkan lihat Al Fataawaa (XX/59).
terlebih dahulu, karena mereka (kaum muslimin) membela 29­ Dan dalam permasalahan semacam ini silahkan lihat pula buku kami
diri dan keluarga mereka.” Ahkaamu Ahlidz Dzimmah yang berjudul Imtaa’un Nadhri Fii Kasyfi Syubuhaati Murji­atil ‘Ashri,
(I/5). Dan Syaikhul Islam di berbagai tempat dalam buku­ Millah Ibrohim (buku ini juga sudah diterjemahkan – pentj.) dan Kasyfu
Syubuhaatil Mujaadiliin ‘An ‘Asaakirisy Syirki Wa Anshooril
bukunya juga membedakan antara orang murtad riddah Qowaaniin, juga silahkan lihat buku Al Jaami’ Fii Tholabil ‘Ilmisy
mugholladhoh ­­­ yaitu orang yang selain murtad ia juga Syariif (mengenai permasalahan ini (kaidah­kaidah dalam memvonis
mempertahankan diri atau memusuhi atau membunuh atau  kafir) di dalam buku tersebut juga sudah diterjemahkan ­ pentj.)

65 66
Setelah engkan mengetahui syarat­syarat dan menurunkan keterangan mengenai hal tersebut. Dan barang
mawaani’ut takfiir (hal­hal yang mengjadi penghalang vonis siapa melakukannya maka ia termasuk dalam keumuman
kafir), kini tinggallah engkau untuk memperhatikan sebuah firman Alloh SWT yang berbunyi: 
kaidah syar’iy yang penting di dalam masalah ini, yaitu
bahwasanya: Suatu maani’ (penghalang) dan syarat, dan ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺑﻪ‬ ‫ﻳﺄﺫﻥ‬ ‫ﻣﺎﻟﻢ‬ ‫ﺍﻟﺪﻳﻦ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻟﻬﻢ‬ ‫ﺷﺮﻋﻮﺍ‬ ‫ﺷﺮﻛﺎء‬ ‫ﻟﻬﻢ‬ ‫ﺃﻡ‬
begitu pula suatu penyebab, haruslah ditetapkan Apakah mereka memiliki sekutu­sekutu yang menetapkan syariat
berdasarkan dalil syar’iy30, karena mawaani’, syarat dan diin yang tidak diijinkan oleh Alloh.
sebab itu merupakan hukum syar’iy al wadl’iy yang
Dan juga firman Alloh SWT yang berbunyi: 
ditetapkan oleh ditetapkan syariat berdasarkan nash ..
Dan selama tidak ditetapkan oleh syari’at maka ia ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺩﻭﻥ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺃﺭﺑﺎﺑﺎ‬ ‫ﻭﺭﻫﺒﺎﻧﻬﻢ‬ ‫ﺃﺣﺒﺎﺭﻫﻢ‬ ‫ﺍﺗﺨﺬﻭﺍ‬
tidak dianggap. Oleh karena itu barang siapa yang Mereka menjadikan pendeta­pendeta dan rahib­rahib mereka
menyatakan sesuatu sebagai sebab atau sebagai syarat atau sebagai robb­robb (tuhan­tuhan) selain Alloh.
sebagai maani’ (penghalang) bagi sesuatu, maka ia harus
menetapkannya berdasarkan dalil, jika tidak maka .. maka waspadalah terhadap perbuatan tersebut..
pernyataannya tersebut adalah mengada­adakan sesuatu Sampai­sampai, “kebanyakan ushuliyyuun (para ahli
dengan atas nama Alloh yang tanpa berdasarkan ilmu. Maka usul fikih) melarang kiyas dalam menetapkan syarat, sebab
kita tidak boleh menjadikan sesuatu sebagai sebab atau dan penghalang”31 . Namun demikian banyak orang­orang
syarat atau penghalang vonis kafir yang mana Alloh tidak nyeleneh pada jaman sekarang yang berbicara mengenai
udzur­udzur dan mawaani’ut takfiir (penghalang­penghalang
karangan Syaikh ‘Abdul Qoodir bin ‘Abdul ‘Aziiz hafidhohullooh, dan di vonis kafir), sehingga mereka memberikan udzur (maaf)
sini saya harus ingatkan bahwasanya saya telah mengambil manfaat dari untuk orang­orang kafir dan orang­orang murtad dengan
buku tersebut dan saya telah meringkas beberapa pembahasan pada juz udzur­udzur dan mawaani’ (penghalang­penghalang vonis
II dengan sedikit perubahan. Alloh SWT telah memberikan kemudahan kafir) yang bid’ah (diada­adakan) ­­­ yang belum pernah
untuk memasukkan buku tersebut ke dalam penjara melalui beberapa
ikhwan yang mulia, mereka meminta kepadaku untuk memberikan
terlintas di benak orang­orang murtad itu sendiri ­­­ yang
masukan kepada mereka mengenai buku tersebut. Maka sayapun sebagiannya tidak berdasarkan dalil dan sebagian yang lain
menulis beberapa hal yang perlu diperhatikan dan catatan tersebut saya telah Alloh bantah di dalam kitabNya atau melalui lidah
beri nama An Nukatul Lawaami’ Fii Malhuudhootil Jaami’, dan hal ini NabiNya SAW.
saya sampaikan di sini sebagai upaya untuk memberikan keutamaan
kepada orang yang berhak, sebagai mana yang dikatakan oleh Di antaranya adalah:
pengarang buku tersebut pada halaman 808 yang ia nukil dari Ibnu
‘Abdil Barr, dan ia katakan bahwasanya ini “merupakan berkah ilmu”. 31 ­ Mudzkkirotu Ushuulil Fiqhi, karangan Asy Syinqiithiy, hal. 282,
30 ­ Lihat Al Waadlih Fii Ushuulil Fiqhi, karangan Muhammad dan silahkan lihat Irsyaadul Fuhuul, Pasal kelima tentang hal­hal yang
Sulaimaan Al Asyqor, hal. 32.  tidak dibolehkan kiyas.

67 68
1­ Takut terhadap ancaman yang diancamkan َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ ِ‫ﻫَﺎﺅُﻵَء‬ َ‫ﺃ‬ ‫ءَﺍﻣَﻨُﻮﺍ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ ُ‫ َﻭﻳَﻘُﻮﻝ‬ { 52 } َ‫ﻧَﺎﺩِﻣِﻴﻦ‬ ْ‫ﺃَﻧﻔُﺴِﻬِﻢ‬ 
kepada sebagian mereka berupa akan potong gajinya atau
dipecat dari pekerjaannya atau dirampas beberapa harta ْ‫ﺃَﻋْﻤَﺎﻟُﻬُﻢ‬ ْ‫ﺣﺒِﻄَﺖ‬َ  ْ‫ﻟَﻤَﻌَﻜُﻢ‬ ْ‫ِﺇﻧﱠﻬُﻢ‬ ْ‫َﺃﻳْﻤَﺎﻧِﻬِﻢ‬ َ‫ﺟَ ْﻬﺪ‬ ِ‫ﺑِﺎﷲ‬ ‫َﺃﻗْﺴَﻤُﻮﺍ‬ 
dunia yang dia miliki atau dihalangi dari mendapatkan ْ‫ﻣِﻨﻜُﻢ‬ ‫ﻳَﺮْ َﺗﺪﱠ‬ ‫ﻣَﻦ‬ ‫ءَﺍ َﻣﻨُﻮﺍ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ ‫ﻳَﺎَﺃﻳﱡﻬَﺎ‬ { 53 } َ‫ﺧَﺎﺳِﺮِﻳﻦ‬ ‫ﺻﺒَﺤُﻮﺍ‬ ْ َ‫ َﻓﺄ‬ 
beberapa kulitnya. Hal semacam ini tidaklah termasuk
mawaani’ut takfiir (penghalang­penghalang vonis kafir), dan
ِ‫ﺩِﻳﻨِﻪ‬ ْ‫ﻋَﻦ‬
bukan pula merupakan udzur untuk kafir terhadap robbul Wahai orang­orang beriman janganlah kalian menjadikan orang­
‘aalamiin, berwalaa’ kepada orang­orang musyrik, membantu orang Yahudi dan Nasrani sebagai wali (teman dekat atau
mereka dalam memusuhi orang­orang Islam dan pemimpin). Sebagian mereka adalah wali(teman dekat atau
mendukung undang­undang orang­orang musyrik, akan pemimpin) bagi sebagian yang lain, dan barang siapa di antara
tetapi ini adalah merupakan tipu daya dan upaya syetan kalian berwalaa’ kepada mereka maka sesungguhnya ia termasuk
untuk menjerumuskan para pengikutnya ke dalam golongan mereka. Sesungguhnya Alloh tidak akan memberi
kesesatan, dan mendorong mereka untuk melakukan petunjuk kepada orang­orang dholim. Maka kamu lihat orang­
kekafiran. Karena ancaman semacam ini sama sekali tidak orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, mereka bergegas­
termasuk ikrooh. gegas untuk (berwalaa’) kepada mereka (orang­rang Yahudi dan
Nasrani tersebut, mereka mengatakan: Kami takut terkena
Dan Alloh SWT telah berfirman:  bencana. Maka semoga Alloh mendatangkan kemenangan atau
keputusan dari sisiNya sehingga mereka menjadi orang­orang
‫ﻓﺘﻨﺔ‬ ‫ﺟﻌﻞ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻓﻲ‬ ‫ﺃﻭﺫﻱ‬ ‫ﻓﺈﺫﺍ‬ ‫ﺑﺎﷲ‬ ‫ﺁﻣﻨﺎ‬ ‫ﻳﻘﻮﻝ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ ‫ﻭﻣﻦ‬  yang memendam penyesalan terhadap diri mereka sendiri. Dan
‫ﺍﷲ‬ ‫ﻛﻌﺬﺍﺏ‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ orang­orang beriman mengatakan: Apakah mereka itu adalah
orang­orang yang bersumpah dengan sungguh­sungguh atas nama
Dan di antara manusia ada yang mengatakan; Kami beriman
Alloh; Ssesungguhnya mereka adalah bersama kalian. Amalan
kepada Alloh, namun apabila ia mendapatkan ujian di jalan Alloh
mereka terhapus sehingga mereka menjadi orang­orang yang
ia menganggap gangguan manusia itu seperti siksaan Alloh.
merugi. Wahai orang­orang beriman, barang siapa di antara kalian
Dan Alloh SWT berfirman:  murtad dari diin (agama) nya … (Al Maa­idah)

‫ﺃَﻭْﻟِﻴَﺂ َء‬ ‫ﻭَﺍﻟﻨﱠﺼَﺎﺭَﻯ‬ َ‫ﺍ ْﻟﻴَﻬُﻮﺩ‬ ‫ﺨﺬُﻭﺍ‬ ِ ‫ َﺗﺘﱠ‬ َ‫ﻻ‬ ‫ءَﺍ َﻣﻨُﻮﺍ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ ‫ﻳَﺎﺃَﻳﱡﻬَﺎ‬  Ayat ini menjelaskan murtadnya orang yang hanya
karena rasa takutnya ia berwalaa’ kepada orang­orang kafir,
َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺇِﻥﱠ‬ ْ‫ﻬُﻢ‬ ْ‫ﻣِﻨ‬ ُ‫ َﻓﺈِﱠﻧﻪ‬ ْ‫ﻣﱢﻨﻜُﻢ‬ ‫ َﻳﺘَﻮَﻟﱠﻬُﻢ‬ ‫ﻭَﻣَﻦ‬ ٍ‫ﺑَﻌْﺾ‬ ُ‫ﺃَﻭِْﻟﻴَﺂء‬ ْ‫ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢ‬  dan ayat ini juga dengan tegas menyatakan bahwa amal
ُ‫ﻣﱠﺮَﺽ‬ ‫ﻗُﻠُﻮﺑِﻬِﻢ‬ ‫ﻓِﻲ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ ‫ َﻓﺘَﺮَﻯ‬ { 51 } َ‫ﺍﻟﻈﱠﺎﻟِﻤِﻴﻦ‬ َ‫ﺍﻟْﻘَﻮْﻡ‬ ‫ﻻﻳَ ْﻬﺪِﻱ‬ َ  mereka terhapus, dan ini (hapusnya amal itu) tidak terjadi
ُ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻓَﻌَﺴَﻰ‬ ُُ‫ﺩَﺁﺋِ َﺮﺓ‬ ‫ﺗُﺼِﻴ َﺒﻨَﺎ‬ ‫ﺃَﻥ‬ ‫ﻧَﺨْﺸَﻰ‬ َ‫ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥ‬ ْ‫ﻓِﻴﻬِﻢ‬ َ‫ﻳُﺴَﺎﺭِﻋُﻮﻥ‬  kecuali lantaran kekafiran ..

‫ﻓِﻲ‬ ‫ﺮﱡﻭﺍ‬ َ‫ﻣَﺂﺃَﺳ‬ ‫ﻋَﻠَﻰ‬ ‫ﺼﺒِﺤُﻮﺍ‬ ْ ُ‫ َﻓﻴ‬ ِ‫ﻋِﻨ ِﺪﻩ‬ ْ‫ﻣﱢﻦ‬ ٍ‫ﺃَﻣْﺮ‬ ْ‫ﺃَﻭ‬ ِ‫ﺑِﺎﻟْ َﻔﺘْﺢ‬ َ‫ َﻳﺄْ ِﺗﻲ‬ ‫ﺃَﻥ‬  Di sini Alloh tidak memberikan udzur kepada orang
yang melakukan perbuatan kafir (seperti berwalaa’ kepada
69 70 
orang­orang musyrik dan kepada undang­undang mereka) Dan dia termasuk orang­orang yang Alloh SWT
dengan alasan takut, dan Alloh tidak menganggap hal ini maksudkan di dalam firmanNya yang berbunyi: 
sebagai bagian dari mawaani’ut takfiir (hal­hal yang menjadi
penghalang vonis kafir), dan juga tidak menganggapnya ‫ﻻ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺇﻥ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺍﻵﺧﺮﺓ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‬ ‫ﺍﻟﺤﻴﺎﺓ‬ ‫ﺍﺳﺘﺤﺒﻮﺍ‬ ‫ﺑﺄﻧﻬﻢ‬ ‫ﺫﻟﻚ‬ 
sebagai ikrooh sebagaimana yang disangka oleh banyak dari ‫ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻳﻦ‬ ‫ﺍﻟﻘﻮﻡ‬ ‫ﻳﻬﺪﻱ‬
kalangan orang­orang bodoh ..
Hal itu di sebabkan karena mereka lebih mencintai kehidupan
Syaikh Hamad bin ‘Atiiq di dalam buku Sabiilun dunia dari pada akherat. Dan sesungguhnya Alloh tidak akan
Najaat Wal Fikaak Min Muwaalaatil Murtaddiin Wa Ahlil memberi petunjuk kepada orang­orang kafir.
Isyrook halaman 62 ketika menjelaskan macam­macam
Di sini Alloh tidak mengatakan bahwa yang
keadaan manusia yang menunjukkan sikap mengikuti
menyebabkan mereka melakukan kekafiran itu kebodohan,
orang­orang kafir, ia menyebutkan bahwa di antara mereka
32 ada yang mengikuti orang­orang kafir secara dhohir
atau benci terhadap kebenaran, atau cinta kepada kebatilan,
akan tetapi adalah karena mereka memiliki hal­hal yang
sedangkan dia mengaku bahwa hatinya ia menentang
bersifat duniawi yang lebih mereka utamakan dari pada diin
mereka namun ia tidak berada di bawah kekuasaan mereka.
(Islam) …”
Ia (Syaikh Hamad bin ‘Atiiq) mengatakan: “Yang
mendorongnya untuk berbuat demukian itu hanyalah Selanjutnya ia (Syaikh Hamad bin ‘Atiiq)
karena tamak terhadap kepemimpinan, atau terhadap harta mengatakan: “Dan inilah yang dimaksudkan di dalam
atau karena cinta terhadap tempat tinggal atau terhadap perkataan Syaikhul Islam Muhammad bin ‘Abdul
keluarga atau karena takut akan terjadi apa­apa terhadap Wahhaab rh.
hatanya, maka sesungguhnya dalam keadaan seperti ini ia Dan adapun apa yang diyakini sebagai udzur oleh
murtad dan tidak ada gunanya kebenciannya yang ada banyak orang tersebut sebenarnya hanyalah tipu daya dan
dalam hatinya.33 bujukan syetan. Oleh sebab itu di antara mereka jika ditakut­
takuti oleh para wali (pengikut) syetan dengan ancaman
32 ­ Inilah keadaan kedua dari orang­orang yang menunjukkan sikap yang tidak sungguh­sungguh, ia menyangka boleh untuk
mengikuti orang­orang kafir yang disebutkan sebelumnya. Dan menunjukkan sikap menuruti dan mentaati orang­orang
penjelasannya mengenai keadaan yang pertama telah disebutkan pada musyrik.”
catatan kaki di dalam pembahasan maani’ (penghalang) yang berupa
ikrooh (dipaksa), yaitu orang yang berada di bawah kekuasaan mereka
sedangkan mereka memukuli dan mengikatnya serta mengancam akan
membunuhnya.
33 ­ Karena ia mengikuti mereka dalam melakukan perbuatan kafir tanpa kata kafir dengan ikrooh yang hakiki, atau bagi orang yang mustadl’af
ada ikrooh yang hakiki. Dan sesungguhnya kebencian hati itu hanya akan (lemah dan tertindas) yang menyembunyikan imannya selama ia tidak
berguna bagi orang yang mukroh (dipaksa) untuk mengucapkan kata­  melakukan hal­hal yang membatalkan imannya tersebut.

71 72
Kemudian ia (Syaikh Hamad bin ‘Atiiq) Hal ini didukung dan dijelaskan dalam firman Alloh
menyebutkan perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah SWT yang berbunyi: 
mengenai bentuk ikrooh (paksaan) untuk mengucapkan kata­
kata kafir. Yaitu bahwasanya ikrooh itu tidak bisa diterima ‫ﻗَﺎﻟُﻮﺍ‬ ْ‫ﻛُﻨﺘُﻢ‬ َ‫ﻓِﻴﻢ‬ ‫ﻗَﺎﻟُﻮﺍ‬ ْ‫ﺃَﻧﻔُﺴِﻬِﻢ‬ ‫ﻇَﺎﻟِﻤِﻲ‬ ُ‫ﻼﺋِ َﻜﺔ‬
َ ‫ﺍﻟْ َﻤ‬ ُ‫ﺗَ َﻮﻓﱠﺎﻫُﻢ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ ‫ﺇِﻥﱠ‬ 
(tidak dianggap sebagai maani’) kecuali jika dalam bentuk ً‫ﻌَﺔ‬  ِ‫ﻭَﺍﺳ‬ ِ‫ﺍﷲ‬ ُ‫ﺃَﺭْﺽ‬ ْ‫ﺗَﻜُﻦ‬ ْ‫ﺃَﻟَﻢ‬ ‫ﻗَﺎﻟُﻮﺍ‬ ِ‫ﺍْﻷَﺭْﺽ‬ ‫ﻓِﻲ‬ َ‫ﻣُﺴْﺘَﻀْﻌَﻔِﻴﻦ‬ ‫ﻛُﻨﱠﺎ‬ 
pukulan, siksaan dan pembunuhan, bukan sekedar dalam
bentuk ucapan atau ancaman akan memisahkan antara
‫ﻣَﺼِﻴﺮًﺍ‬ ْ‫ﻭَﺳَﺂءَﺕ‬ ُ‫ﺟَ َﻬﻨﱠﻢ‬ ْ‫ َﻣﺄْﻭَﺍﻫُﻢ‬ َ‫ َﻓﺄُﻭْﻟَ ِﺌﻚ‬ ‫ﻓِﻴﻬَﺎ‬ ‫ َﻓﺘُﻬَﺎﺟِﺮُﻭﺍ‬ 
dirinya dengan istrinya atau hartanya atau keluarganya … Sesungguhnya orang­orang yang dimatikan malaikat dalam
keadaan mendholimi dirinya sendiri, (kepada mereka) malaikat
Dan As Suyuuthiy di dalam kata pengantar buku
bertanya:"Dalam golongan mana kalian ini". Mereka
Taariikhul Khulafaa’ menukil perkataan Al Qoodliy ‘Iyaadl
menjawab:"Kami adalah orang­orang yang tertindas di muka
yang berbunyi: “Abu Muhammad Al Qoirwaaniy Al bumi". Para malaikat berkata:"Bukankah bumi Alloh itu luas,
Kaizaaniy yang merupakan salah seorang ulama’ dari sehingga kamu dapat berhijroh dibumi tersebut". Mereka itu
madzhab Maalikiy, ditanya mengenai orang yang dipaksa tempatnya adalah Jahannam, dan Jahannam itu adalah seburuk­
oleh Bani ‘Ubaid (yang merupakan penguasa) Mesir untuk buruknya tempat kembali. (An Nisaa’: 97)
masuk dakwah mereka atau (kalau tidak mau) ia akan
dibunuh? Sesungguhnya ayat ini turun mengenai orang­orang
yang telah masuk Islam akan tetapi mereka melalaikan
Ia (Abu Muhammad) menjawab: “(Hendaknya) ia hijroh. Sehingga mereka tetap tinggal di Mekah di tengah­
memilih dibunuh, dan dalam masalah ini tidak ada tengah orang­orang murtad karena enggan untuk
seorangpun yang diterima udzurnya. Dahulu ia masuk ke meninggalkan tempat tinggal, istri, harta dan kampung
sana sebelum mengetahui tentang mereka, adapun setelah halaman. Maka tatkala terjadi perang Badar mereka dipaksa
mengetahuinya maka wajib hukumnya untuk melarikan diri oleh orang­orang musyrik untuk bergabung dalam barisan
sehingga setelah ia tinggal di sana tidak diterima udzurnya mereka. Sehingga apabila kaum muslimin melepaskan anak
jika ia beralasan dengan takut. Karena tidak boleh panah mengenai sebagian di antara mereka. Maka mereka
hukumnya tinggal di suatu daerah yang mana penduduknya mengatakan: “Wah kita telah membunuh saudara­saudara
disuruh untuk meninggalkan syariat. Dan sesungguhnya di kita.” Maka Alloh pun menurunkan ayat yang terdapat di
antara fuqohaa’ (ulama’) yang tetap tinggal di sana mereka dalam surat An Nisaa’ ini. Dalam ayat tersebut Alloh tidak
mempunyai tujuan untuk menentang mereka (Bani Ubaid), menerima udzur mereka yang beralasan mereka tertindas
supaya hukum kaum muslimin tetap berjalan, sehingga dan dipaksa orang­orang musyrik untuk bergabung di
mereka (Bani ‘Ubaid) pun memusuhi mereka lantaran diin dalam barisan mereka. Karena sebelumnya mereka
mereka.” (halaman 13).  melalaikan kewajiban hijroh dan kewajiban untuk keluar
dari komunitas mereka ketika mereka masih mempunyai

73 74
kesempatan dan kemampuan. Akan tetapi yang diterima mereka tidak bisa lepas dari para pennguasa mereka. Karena
udzurnya ­­­ sebagaimana yang disebutkan pada ayat istidl’aaf (lemah dan tertindas) itu jika memang benar­benar
selanjutnya ­­­ adalah orang­orang yang benar­benar mereka alami, sesungguhnya hal itu tidak bisa mereka
mustadl’af (lemah dan tertindas) yang tidak mampu untuk jadikan alasan yang membenarkan mereka untuk
hijroh, baik karena mereka ditahan, diikat dan benar­benar mendukung kesyirikan dan kekafiran atau mendukung para
ditindas, atau karena mereka tidak bisa dan tidak penganutnya dalam memusuhi kaum muslimin, karena
mengetahui jalan hijroh seperti perempuan, anak­anak dan tidak ada seorangpun yang memaksa mereka untuk
yang lainnya .. melakukan hal tersebut, dan tidak ada pula yang memaksa
Semua ini menunjukkan bahwasanya orang yang mereka untuk menjadi pegawai mereka yang fungsinya
turut memperbanyak jumlah orang­orang kafir dan musyrik, sama dengan perbuatan tersebut (yaitu mendukung
dan menunjukkan sikap setuju dengan mereka serta kesyirikan dan membantu penganutnya dalam memusuhi
membantu mereka di dalam memusuhi kaum muslimin, ia kaum muslimin) … bahkan mereka berusaha mati­matian
tidak diberi udzur dengan sekedar beralasan takut terhadap agar dapat menjadi pegawai mereka … dan mereka berusa
hartanya, lebih senang untuk tetap tinggal diam dan lebih untuk mencari dukungan dan sarana supaya dapat menjadi
senang dengan tempat tinggalnya dan kesenangan serta pegawai mereka ..
kulit dunia lainnya.. Dan yang lebih mengherankan lagi adalah apa yang
Lalu bagimana halnya dengan orang yang saya dengar sendiri dari beberapa orang yang dibutakan
menunjukkan sikap membantu kesyirikan dengan jiwanya, matanya oleh Alloh dari cahaya wahyu, mereka mencari­
serta menjaga dan melindungi undang­undang kafir, dan carikan alasan untuk para penguasa yang tidak
dengan suka rela ia ikut membela undang­undang tersebut melaksanakan syariat Alloh dan yang membuat undang­
dan membantu para penganutnya dalam memusuhi orang undang kafir yang dijadikah landasan hukum dan yang
para penganut tauhid..?? lalu ia beralasan dengan alasan­ mereka pertahankan, yaitu dengan alasan bahwasanya para
alasan semacam itu… penguasa tersebut tertindas oleh Amerika dan oleh karena
itu mereka tidak dapat memberlakukan syariat Islam ..!! Lalu
Tidak diragukan lagi bahwasanya orang­orang saya bertanya kepada mereka: Lalu siapakah yang memaksa
semacam ini lebih berhak untuk tidak mendapatkan udzur mereka untuk tetap memegang kekuasaan dan
dari pada orang­orang di atas. mempertahankan kursinya erat­erat dengan menggunakan
2­ Oleh karena itu, juga termasuk bukan dari gigi geraham, tangan dan kaki. Bagaimana sedangkan
mawaani’ut takfiir bagi orang­orang murtad dan para kebanyakan mereka mendapatkan kursi tersebut dengan
pemdukung mereka yang beralasan bahwa mereka dalam tank­tank dan dengan segala sarana pembunuhan,
keadaan mustadl’afiin (lemah dan tertindas) dan bahwasanya  pengkhianatan dan penghinaan yang mereka miliki. Di

75 76
antara mereka ada yang membunuh orang tuanya, ada yang Di sini Alloh tidak menerima udzur orang­orang yang
mengusirnya, dan di antara mereka ada yang menghancur­ mengikuti kekafiran dan kesyirikan dengan alasan istidl’aaf
leburkan pedesaan dan perkotaan dalam rangka (lemah dan tertindas) sebagaimana yang diterangkan
mendapatkan kursi tersebut .. kemudian orang­orang buta dengan jelas di dalam banyak ayat …
itu mengatakan: Bahwa sesungguhnya mereka itu tertindas Di antaranya adalah firman Alloh SWT yang
oleh Amerika .. akan tetapi hendaknya mereka menyebut berbunyi: 
sesuatu itu dengan sebutannya yang sesuai, yaitu hendaknya
mereka mengatakan; Mereka (para penguasa) itu adalah ‫ﺇِﻧﱠﺎ‬ ‫ﺍﺳْﺘَﻜْﺒَﺮُﻭﺍ‬ َ‫ﻟِﱠﻠﺬِﻳﻦ‬ ‫ﺍﻟﻀﱡﻌَﻔَﺎﺅُﺍ‬ ُ‫ َﻓﻴَﻘُﻮﻝ‬ ِ‫ﺍﻟﻨﱠﺎﺭ‬ ‫ﻓِﻲ‬ َ‫ﻳَﺘَﺤَﺂﺟﱡﻮﻥ‬ ْ‫ﻭَِﺇﺫ‬ 
antek­antek, saudara­saudara dan orang­orang kesayangan
Amerika..
َ‫ﻗَﺎﻝ‬ { 47 } ِ‫ﺍﻟﻨﱠﺎﺭ‬ َ‫ﻣﱢﻦ‬ ‫ﻧَﺼِﻴﺒًﺎ‬ ‫ﻋﻨﱠﺎ‬ َ  َ‫ﻣﱡ ْﻐﻨُﻮﻥ‬ ‫ﺃَﻧﺘُﻢ‬ ْ‫ﻓَﻬَﻞ‬ ‫ َﺗﺒَﻌًﺎ‬ ْ‫ﻟَﻜُﻢ‬ ‫ﻛُﻨﱠﺎ‬ 
Dan yang jelas, bagaimanapun istidl’aaf
{48 } ِ‫ﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩ‬ َ‫ﺑَﻴْﻦ‬ َ‫ﺣَﻜَﻢ‬ ْ‫ َﻗﺪ‬ َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺇِﻥﱠ‬ ‫ﻓِﻴﻬَﺂ‬ ‫ﻛُﻞﱞ‬ ‫ِﺇﻧﱠﺎ‬ ‫ﺳﺘَ ْﻜﺒَﺮُﻭﺍ‬ْ ‫ﺍ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ 
(ketertindasan) itu tidak dapat dijadikan alasan untuk Dan ketika mereka saling berbantah di dalam naar (neraka), maka
mengucapkan atau malakukan kekafiran .. akan tetapi hal itu orang­orang yang lemah mengatakan kepada orang­orang yang
hanya dapat memberikan rukhshoh (dispensasi) untuk kuat: Sesungguhnya dahulu kami mengikuti kalian lalu apakah
melakukan mudaarooh (berbasa­basi) dan taqiyyah (waspada) kalian dapat meringankan bagian kami dalam neraka. Orang­orang
dengan orang­orang kafir.34 Yaitu tidak mengingkari mereka yang kuat mengatakan: Sesungguhnya kita semua berada di
dengan tangan dan lisan namun tetap membenci dan dalamnya. Alloh telah memutuskan perkara di antara para
mengingkari kebatilan mereka dalam hati, dan tidak hambaNya. (Ghoofir)
menunjukkan permusuhan kepada mereka namun tetap ada Dan firman Alloh SWT yang berbunyi: 
dasar permusuhan di dalam hati dengan tanpa mengikuti
atau ridlo terhadap kekafiran mereka. Sebagi mana yang ‫ﺑَﻌْﻀُﻬُ ْﻢ‬ ُ‫ﻳَﺮْﺟِﻊ‬ ْ‫ َﺭﺑﱢﻬِﻢ‬ َ‫ﻋِﻨﺪ‬ َ‫ﻣَ ْﻮﻗُﻮﻓُﻮﻥ‬ َ‫ﺍﻟﻈﱠﺎﻟِﻤُﻮﻥ‬ ِ‫ِﺇﺫ‬ ‫ﺗَﺮَﻯ‬ ْ‫ﻭَﻟَﻮ‬ 
disebutkan dalam hadits:  ‫ﻟَﻮْﻵ‬ ‫ﺳﺘَﻜْﺒَﺮُﻭﺍ‬ ْ ‫ﺍ‬ َ‫ﻟِﱠﻠﺬِﻳﻦ‬ ‫ﺳﺘُﻀْﻌِﻔُﻮﺍ‬ ْ ‫ﺍ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ ُ‫ﻳَﻘُﻮﻝ‬ َ‫ﺍﻟْﻘَﻮْﻝ‬ ٍ‫ﺑَﻌْﺾ‬ ‫ﺇِﻟَﻰ‬ 
‫ﻭﺗﺎﺑﻊ‬ ‫ﺭﺿﻲ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺇﻻ‬ َ‫ﻟِﱠﻠﺬِﻳﻦ‬ ‫ﺳﺘَﻜْﺒَﺮُﻭﺍ‬
ْ ‫ﺍ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ َ‫ﻗَﺎﻝ‬ { 31 } َ‫ﻣُﺆْﻣِﻨِﻴﻦ‬ ‫ﻟَﻜُﻨﱠﺎ‬ ْ‫ﺃَﻧﺘُﻢ‬ 
…akan tetapi (yang mendapat dosa dan hukuman adalah) orang ‫ﻛُﻨﺘُﻢ‬ ْ‫ﺑَﻞ‬ ‫ﺟَﺂءَﻛُﻢ‬ ْ‫ِﺇﺫ‬ َ‫ﺑَ ْﻌﺪ‬ ‫ﺍﻟْ ُﻬﺪَﻯ‬ ِ‫ﻋَﻦ‬ ْ‫ﺻ َﺪ ْﺩﻧَﺎﻛُﻢ‬ َ  ُ‫ﺃَﻧَﺤْﻦ‬ ‫ﺍﺳْﺘُﻀْﻌِﻔُﻮﺍ‬ 
yang ridlo dan mengikuti…
ْ‫ﺑَﻞ‬ ‫ﺍﺳْﺘَﻜْﺒَﺮُﻭﺍ‬ َ‫ﻟِﱠﻠﺬِﻳﻦ‬ ‫ﺳﺘُﻀْﻌِﻔُﻮﺍ‬ ْ ‫ﺍ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ َ‫ َﻭﻗَﺎﻝ‬ { 32 } َ‫ﻣﱡﺠْﺮِﻣِﻴﻦ‬ 
‫ﺃَﻧﺪَﺍﺩًﺍ‬ ُ‫ﻟَﻪ‬ َ‫ َﻭﻧَﺠْﻌَﻞ‬ ِ‫ﺑِﺎﷲ‬ َ‫ﻧﱠﻜْﻔُﺮ‬ ‫ﺃَﻥ‬ ‫ َﺗﺄْﻣُﺮُﻭ َﻧﻨَﺂ‬ ْ‫ِﺇﺫ‬ ِ‫ﻭَﺍﻟﻨﱠﻬَﺎﺭ‬ ِ‫ﺍﻟﱠﻴْﻞ‬ ُ‫ﻣَﻜْﺮ‬ 
34 ­ Mudaarooh artinya mengingkari kemungkaran dengan cara yang ِ‫ﺃَﻋْﻨَﺎﻕ‬ ‫ﻓِﻲ‬ َ‫ﻏﻼَﻝ‬ ْ َ‫ﺍْﻷ‬ ‫ﻭَﺟَﻌَ ْﻠﻨَﺎ‬ َ‫ﺍﻟْ َﻌﺬَﺍﺏ‬ ‫ﺭَﺃَﻭُﺍ‬ ‫ﻟَﻤﱠﺎ‬ َ‫ﺍﻟﱠﻨﺪَﺍ َﻣﺔ‬ ‫ﻭﺍ‬ ‫ﻭَﺃَﺳَﺮﱡ‬ 
lembut, sedangkan taqiyyah artinya mewaspadai orang­orang kafir
dengan cara tidak menampakkan permusuhan. Masalah ini akan dibahas {33 } َ‫ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥ‬ ‫ﻣَﺎﻛَﺎﻧُﻮﺍ‬ ‫ﺇِﻻﱠ‬ َ‫ﻳُﺠْﺰَﻭْﻥ‬ ْ‫ﻫَﻞ‬ ‫ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ 
pada pembahasan kesalahan­kesalahan dalam mengkafirkan. – pentj. 

77 78
Dan seandainya kamu melihat ketika orang­orang dholim ini, akan tetapi orang yang lemah dan tertindas itu hanya
dihadapkan kepada Robb mereka, sebagain mereka berbantah diperbolehkan melakukan beberapa hal yang haram, atau
dengan sebagian yang lain. Orang­orang yang lemah mengatakan meninggalkan beberapa kewajiban, seperti tidak berhijroh ke
kepada orang­orang yang kuat: Kalau bukan karena kalian tentu wilayah kaum muslimin dan tidak memberi bantuan kepada
kami dahulu beriman. Orang­orang yang kuat mengatakan kepada mereka dan hal­hal lain yang tidak dapat ia lakukan lantaran
orang­orang yang lemah: Apakah kami menghalangi kalian dari kelemahannya, selama ia tidak melakukan perbuatan yang
kebenaran setelah kebenaran itu datang kepada kalian, akan tetapi jelas­jelas mukaffir (mengakibatkan kafir) dengan suka rela,
kalian dahulu memang orang­orang yang jahat. Dan orang­orang karena istidl’aaf (lemah dan tertindas) itu tidak sama dengan
yang lemah mengatakan kepada orang­orang yang kuat: Akan ikrooh (dipaksa) yang mana bentuk­bentuknya telah
tetapi kalian membuat makar kepada kami siang dan malam ketika diterangkan di depan dan yang mana ia dapat
kalian menyuruh kami untuk kafir kepada Alloh dan untuk manghindarkan vonis kafir dari orang melakukan
membuat tandingan bagiNya. Dan mereka memendam penyesalan perbuatan­perbuatan dhohir yang menyebabkab kafir,
ketika mereka melihat siksa, dan Kami belenggu pada leher orang­ sedangkan hatinya tetap beriman …
orang kafir. Bukankah mereka tidak mendapatkan balasan kecuali
sesuai dengan apa yang mereka perbuat. (Saba’) Oleh karen itu Alloh menyebut orang­orang beriman
yang lemah dan tertindas bahwasanya mereka itu adalah
Dan juga ayat­ayat lain yang senada dengan ayat­ayat
orang­orang yang berusaha dengan sungguh­sungguh dan
tersebut..
berdo’a kepada Alloh dengan tulus supaya Alloh
Coba perhatikan perdebatan yang terjadi di antara mengeluarkan mereka dari komunitas orang­orang kafir,
mereka dan penyesalan mereka ketika melihat siksa, setelah dan mereka tidak tenang dengan kondisi lemah dan
tidak ada kesempatan lagi bagi mereka.. tertindas tersebut, atau menjadikannya sebagai dalih dan
Juga perkataan mereka kepada pemimpin mereka alasan untuk menjual diin (agama) nya dengan dunia.
yang memimpin mereka kepada kebinasaan:  Sebagaimana orang­orang sesat pada hari ini yang
menjadikannya sebagai udzur .. Alloh SWT berfirman: 
ُ‫َﻟﻪ‬ َ‫ﻭَﻧَﺠْﻌَﻞ‬ ِ‫ﺑِﺎﷲ‬ َ‫ﻧﱠﻜْﻔُﺮ‬ ‫ﺃَﻥ‬ ‫ َﺗﺄْﻣُﺮُﻭ َﻧﻨَﺂ‬ ْ‫ِﺇﺫ‬ ِ‫ﻭَﺍﻟﻨﱠﻬَﺎﺭ‬ ِ‫ﺍﻟﱠﻴْﻞ‬ ُ‫ﻣَﻜْﺮ‬ ْ‫ﺑَﻞ‬ 
‫ﺃَﻧﺪَﺍﺩًﺍ‬ َ ‫ﻳَﻘُﻮﻟُﻮ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ ِ‫ﻭَﺍﻟْﻮِ ْﻟﺪَﺍﻥ‬ ِ‫ﻭَﺍﻟﻨﱢﺴَﺂء‬ ِ‫ﺍﻟﺮﱢﺟَﺎﻝ‬ َ‫ﻣِﻦ‬ َ‫ﻭَﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻀْﻌَﻔِﻴﻦ‬ 
‫ﻥ‬
Akan tetapi kalian membuat makar terhadap kami siang dan َ‫ﱠﻟﺪُﻧﻚ‬ ‫ﻣِﻦ‬ ‫ﻟﱠﻨَﺎ‬ ‫ﻭَﺍﺟْﻌَﻞ‬ ‫ﺃَﻫْﻠُﻬَﺎ‬ ِ‫ﺍﻟﻈﱠﺎﻟِﻢ‬ ِ‫ﺍﻟْﻘَ ْﺮ َﻳﺔ‬ ِ‫ َﻫ ِﺬﻩ‬ ْ‫ﻣِﻦ‬ ‫ﺭَﺑﱠﻨَﺂﺃَﺧْﺮِﺟْﻨَﺎ‬ 
malam ketika kalian menyuruh kami untuk kafir kepada Alloh dan ‫ﻧَﺼِﻴًﺮﺍ‬ َ‫ﱠﻟﺪُﻧﻚ‬ ‫ﻣِﻦ‬ ‫ﱠﻟﻨَﺎ‬ ‫ﻭَﺍﺟْﻌَﻞ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭَِﻟﻴ‬
membuat tandingan bagiNya..
…dan orang­orang yang lemah baik laki­laki, wanita­wanita
Maka istidl’aaf (lemah dan tertindas) tidak bisa maupun anak­anak yang mereka berdo'a:"Ya Robb kami,
dijadikan udzur (alasan) untuk melakukan hal­hal seperti  keluarkanlah kami dari negeri ini yang dholim penduduknya dan

79 80
berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami Dan demikianlah keadaan kebanyakan orang­orang
penolong dari sisi Engkau". (An Nisaa’: 75) kafir di setiap masa. Di antranya adalah Fir’aun, ia sebagai
3­ Keyakinan orang­orang murtad dan para thoghut Mesir mengatakan kepada kaumnya: 
pendukung mereka serta orang­orang kafir lainnya ‫ﺍﻟﺮﺷﺎﺩ‬ ‫ﺳﺒﻴﻞ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﺃﻫﺪﻳﻜﻢ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺃﺭﻯ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﺃﺭﻳﻜﻢ‬ ‫ﻣﺎ‬
bahwasanya bahwa diri mereka itu beriman atau
bahwasanya diri mereka itu di atas kebenaran juga bukan Dan tidaklah aku memperlihatkan kepada kalian kecuali apa yang
termasuk mawaani’ut takfiir pada kekafiran yang mereka aku pandang (benar) dan aku tidak menunjukkan kepada kelian
lakukan.. kecuali kepada jalan yang benar.

Karena sesungguhnya Alloh SWT telah banyak Dan Alloh SWT tentang yang lainnya: 
menerangkan bahwa memang begitulah keyakinan mereka
namun Alloh tidak menjadikannya sebagai maani’
َ‫ﻣُﺼْﻠِﺤُﻮﻥ‬ ُ‫ﻧَﺤْﻦ‬ ‫ِﺇﻧﱠﻤَﺎ‬ ‫ﻗَﺎﻟُﻮﺍ‬ ِ‫ﺍْﻷَﺭْﺽ‬ ‫ﻓِﻲ‬ ‫ﺴﺪُﻭﺍ‬
ِ ‫ﺗُﻔ‬ َ‫ﻻ‬ ْ‫ﻟَﻬُﻢ‬ َ‫ﻗِﻴﻞ‬ ‫ﻭَِﺇﺫَﺍ‬ 
(penghalang) untuk mengkafirkan mereka .. Dan jika dikatakan kepada mereka: Janganlah kalian membuat
kerusakan di bumi. mereka menjawab sesungguhnya kami
Alloh SWT berfirman: 
hanyalah membuat perbaikan.(Al Baqoroh: 11)
‫ﺿﻞ‬ ‫ﺍﻟﺬﻳﻦ‬ { 103 } ‫ﺃﻋﻤﺎﻻ‬ ‫ﺑﺎﻷﺧﺴﺮﻳﻦ‬ ‫ﻧﻨﺒﺌﻜﻢ‬ ‫ﻫﻞ‬ ‫ﻗﻞ‬  Dan demikianlah kondisi orang­orang kafir di setiap
‫ﺻﻨﻌﺎ‬ ‫ﻳﺤﺴﻨﻮﻥ‬ ‫ﺃﻧﻬﻢ‬ ‫ﻳﺤﺴﺒﻮﻥ‬ ‫ﻭﻫﻢ‬ ‫ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‬ ‫ﺓ‬ ‫ﺍﻟﺤﻴﺎ‬ ‫ﻓﻲ‬ ‫ﺳﻌﻴﻬﻢ‬  masa, sampai orang­orang Yahudi dan Nasrani sekalipun
mereka mempunyai keyakinan bahwasanya mereka adalah
{104 }  orang­orang yang mendapat petunjuk dan bahwasanya
Katakanlah: Maukah kalian aku tunjukkan orang­orang yang mereka adalah orang­orang beriman dan para penghuni
paling rugi perbuatannya, yaitu orang­orang yang usaha mereka jannah (syurga) yang mendapatkan keberuntungan.
sia­sia sedangkan mereka menyangka bahwasanya mereka berbuat Sebagaimana firman Alloh SWT: 
baik. (Al Kahfi: 104)
Dan Alloh SWT berdirman: 
ُ‫ﻭَﺃَﺣِﺒﱠﺎﺅُﻩ‬ ِ‫ﺍﷲ‬ ‫َﺃ ْﺑﻨَﺎﺅُﺍ‬ ُ‫ﻧَﺤْﻦ‬ ‫ﻭَﺍﻟﻨﱠﺼَﺎﺭَﻯ‬ ُ‫ﺍ ْﻟﻴَﻬُﻮﺩ‬ ِ‫ َﻭﻗَﺎﻟَﺖ‬ 
Dan orang­orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: Kami adalah
‫ﺃَﻧﱠﻬُﻢ‬ َ‫ َﻭﻳَﺤْﺴَﺒُﻮﻥ‬ ِ‫ﺍﷲ‬ ِ‫ﺩُﻭﻥ‬ ْ‫ﻣِﻦ‬ َ‫ﺃَﻭِْﻟﻴَﺂء‬ َ‫ﺸﻴَﺎﻃِﻴﻦ‬
‫ﺍﻟ ﱠ‬ ‫ﺨﺬُﻭﺍ‬
َ ‫ﺍﺗﱠ‬ ُ‫ﺇِﻧﱠﻬُﻢ‬  anak­anak dan kekasih­kekasih Alloh..
َ‫ﻣﱡﻬْ َﺘﺪُﻭﻥ‬ Dan Alloh SWT berfirman: 
Sesungguhnya mereka menjadikan syetan itu sebagai wali­wali
(teman dekat atau pemimpin) mereka selain Alloh dan mereka
‫ﻧَﺼَﺎﺭَﻯ‬ ْ‫ﺃَﻭ‬ ‫ﻫُﻮﺩًﺍ‬ َ‫ﻛَﺎﻥ‬ ‫ﻣَﻦ‬ ‫ﺇِﻻﱠ‬ َ‫ﺠﱠﻨﺔ‬
َ ْ‫ﺍﻟ‬ َ‫ َﻳﺪْﺧُﻞ‬ ‫ﻟَﻦ‬ ‫ َﻭﻗَﺎﻟُﻮﺍ‬ 
menyangka bahwasanya mereka itu mendapat petunjuk. (Al Dan mereka mengatakan: Sekali­kali tidak akan masuk jannah
A’roof: 30)  (syurga) kecuali orang Yahudi atau nasrani.

81 82
Dan demikianlah keadaan seluruh orang kafir.. kafir atau yang membatalkan Islam juga bukan termasuk
mawaani’ut takfiir..35
Dan kita ketahui bersama bahwasanya hal itu tidak
berguna bagi mereka dan juga tidak menjadi maani’ Hal ini tidak bisa menghalangi vonis kafir orang
(penghalang) untuk mengkafirkan mereka di dunia.. tersebut karena ia divonis kafir itu bukan karena mereka
tidak mau melaksanakan bagian dari syariat Islam tersebut
Yang jelas bagaimanapun juga, membatasi vonis kafir
hanya berdasarkan keyakinan saja adalah merupakan … akan tetapi ia kafir karena melakukan penyebab kekafiran
madzhab Ghulaatul Murji­ah (Murji­ah ekstrim) yang yang lain ..
berpendapat bahwasanya iman adalah keyakinan hati saja Dan Alloh mengatakan di dalam kitabNya
sehingga menurut madzhab mereka kekafiran itu tidak bahwasanya orang­orang musyrik itu malakukan beberapa
terjadi kecuali disebabkan keyakinan … silahkan lihat amalan, dan juga bahwasanya sebagian mereka mempunyai
perincian masalah ini di dalam buku kami yang berjudul beberapa cabang imam yang tidak dapat menghapuskan
Imtaa’un Nadhri Fii Kasyfi Syubuhaati Murji­atil ‘Ashri. syirik yang ada pada diri mereka. Sebagaimana disebutkan
Selain itu, keyakinan adalah perkara yang di dalam firman Alloh SWT: 
tersembunyi di dalam hati dan tidak nampak .. sehingga ia ‫ﻣﺸﺮﻛﻮﻥ‬ ‫ﻭﻫﻢ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﺑﺎﷲ‬ ‫ﺃﻛﺜﺮﻫﻢ‬ ‫ﻳﺆﻣﻦ‬ ‫ﻭﻣﺎ‬
tidak bisa dijadikan patokan .. oleh karena itu Syaari’ (Sang
pembuat syariat) tidak menjadikannya sebagai bagian dari Dan kebanyakan mereka tidaklah beriman kepada Alloh kecuali
mawaani’ut takfiir di dalam hukum yang berlaku di dunia. mereka itu berbuat syirik.
Telah diterangkan di muka di dalam definisi maani’, yaitu Dan di tempat lain Alloh menerangkan bahwasanya
bahwasanya maani’ itu adalah [sesuatu yang nyata­nyata ada syirik itu menggugurkan semua amalan. Alloh berfirman: 
dan bisa dijadikan patokan yang menghalangi penetapan
hukum]. Jika tidak demikian maka bukan bagian dari ‫ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻌﻤﻠﻮﻥ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﻋﻨﻬﻢ‬ ‫ﻟﺤﺒﻂ‬ ‫ﺃﺷﺮﻛﻮﺍ‬ ‫ﻭﻟﻮ‬ 
mawaani’ut takfiir dan kita tidak mempunyai hak sedikitpun Dan seandainya mereka melakukan kesyirikan pasti gugurlah apa
untuk menjadikannya sebagai mwaani’ut takfiir di dalam yang mereka telah lakukan.
hukum yang berlaku di dunia.
4­ Beberapa syariat Islam seperti sholat, mengucapkan 35 ­ Lalu bagaimana dengan hal­hal yang lebih rendah dari pada itu
syahadat dan yang lainnya, yang dilaksanakan oleh orang seperti lebel Islam dan perkara­perkara yang remeh, yang dianggap oleh
sebagian orang sebagai mawaani’ut takfiir bagi para thoghut yang
yang kafir karena melakukan hal­hal yang menyebabkan  memerangi Islam; seperti memberikan nama beberapa jalan raya atau
sekolahan atau peperangan dengan nama­nama sahabat atau nama­nama
Islam lainnya. Dan ini dianggap oleh Syaikh Al Albaaniy sebagai
sebuah maani’ dari mawaani’ut takfiir bagi thoghut Irak, ketika ia ditanya
mengenai thoghut tersebut di dalam sebuah kaset rekaman suara.

83 84
Dan relah kita ketahui bersama bahwa seseorang itu penyebab kekafiran tersebut. Dan ikrar dua kalimat syahadat
masuk Islam dengan mengikrarkan dua kalimat syahadat, mereka, sholat mereka, jihad mereka dan cabang iman
lalu Islamnya itu tidak berlanjut dan jaminan keamanan lainnya yang ada pada mereka tidak dapat menghindarkan
baginya tidak kekal kecuali ia senantiasa menjaga sejumlah mereka dari vonis kafir ..
cabang iman yang menjadi ashlul iimaan (dasar­dasar iman)
Berdasarkan ini maka seandainya orang murtad yang
… namun semuanya itu dapat gugur hanya disebabkan kafir lantaran mendukung kesyirikan dan orang­orang
salah satu dari penyebab kekafiran. musyrik itu ketika diperangi mengucapkan dua kalimat
Dan di antara dalil yang jelas yang menunjukkan syahadat, maka ucapannya tersebut tidak dapat melindungi
bahwasanya hal ini bukanlah termasuk udzur (alasan) yang darahnya (nyawanya) dan tidak dapat menghalangi dirinya
dapat diterima di sisi Alloh dan juga bukan termasuk untuk diperangi, karena ia kafir dan diperangi bukan
mawaani’ut takfiir .. adalah firman Alloh SWT yang berbunyi:  disebabkan karena ia menolak untuk mengucapkan dua
kalimat syahadat sehingga hukumnya sama dengan orang
ِ‫ﻭَءَﺍﻳَﺎ ِﺗﻪ‬ ِ‫َﺃﺑِﺎﷲ‬ ْ‫ﻗُﻞ‬ ُ‫ َﻭﻧَﻠْﻌَﺐ‬ ُ‫ﻧَﺨُﻮﺽ‬ ‫ ُﻛﻨّﺎ‬ ‫ِﺇﻧﱠﻤَﺎ‬ ‫ﻟَﻴَﻘُﻮﻟُﻦﱠ‬ ْ‫ﺳﺄَﻟْﺘَﻬُﻢ‬
َ  ‫ﻭَﻟَﺌِﻦ‬  yang dibunuh oleh Usaamah bin Zaid ketika orang yang ia
َ‫ﺑَ ْﻌﺪ‬ ‫ﻛَﻔَﺮْﺗُﻢ‬ ْ‫ َﻗﺪ‬ ‫ﻻﺗَ ْﻌ َﺘﺬِﺭُﻭﺍ‬
َ  { 65 } َ‫ﺗَﺴْﺘَﻬْﺰِءُﻭﻥ‬ ْ‫ﻛُﻨﺘُﻢ‬ ِ‫ﻭَﺭَﺳُﻮِﻟﻪ‬  bunuh tersebut mengucapkan syahadat .. justru orang kafir
yang tengah kita bicarakan ini mengucapkan dan
‫ﺎﻧُﻮﺍ‬ َ‫ﻛ‬ ْ‫ ِﺑﺄَﻧﱠﻬُﻢ‬ ً‫ﻃَﺎﺋِﻔَﺔ‬ ْ‫ﻧُﻌَﺬﱢﺏ‬ ْ‫ﻣﱢﻨﻜُﻢ‬ ٍ‫ﻃَﺎﺋِ َﻔﺔ‬ ‫ﻋَﻦ‬ ُ‫ﻧﱠ ْﻌﻒ‬ ‫ﺇِﻥ‬ ْ‫ﺇِﻳﻤَﺎﻧِﻜُﻢ‬  mengikrarkannya siang dan malam, dan terkadang ia
{66 } َ‫ﻣُﺠْﺮِﻣِﻴﻦ‬  termasuk orang­orang yang mengerjakan sholat. Karena
bukan ini yang menyebabkan ia kafir dan diperangi. Akan
Dan jika kamu bertanya kepada mereka tentu mereka menjawab:
tetapi yang menyebabkan ia kafir dan diperangi adalah
Sesungguhnya kami hanya bersendau­gurau dan bermain­main
karena ia berwalaa’ dan mendukung undang­undang buatan
saja. Katakanlah: Apakah dengan Alloh, ayat­ayatNya dan
manusia dan juga berwalaa’ dan mendukung para penganut
RosulNya kalian mempermainkan. Janganlah kalian beralasan,
kalian telah kafir setelah kalian beriman. (At Taubah: 65­66) undang­undang tersebut dalam memusuhi orang­orang
yang bertauhid. Maka ia tidak menjadi orang Islam sampai
Sesungguhnya ayat ini turun mengenai orang­orang ia meninggalkan dan berlepas diri serta bertaubat dari hal
yang telah melaksanakan sholat dan mengikrarkan dua yang menyebabkan ia kafir ini. Karena dengan begitulah ia
kalimat syahadat, yang tengah keluar ikut berperang dapat kembali kepada Islam sebab dari pintu inilah ia keluar
bersama Nabi SAW dalam salah satu peperangan yang dari Islam, maka ia harus kembali melalui pintu ini selama ia
paling terkenal dan paling berat, yang dilakukan oleh kaum masih mengakui seluruh ajaran Islam yang lainnya..
muslimin .. kemudian tatkala mengucapkan perkataan yang
menyebabkab kafir, yaitu mengolok­olok Nabi dan para Dan ini adalah permasalahan yang sudah jelas dan
terkenal di dalam siiroh (sejarah) para sahabat di dalam
sahabat beliau yang ahli Al Qur’an Alloh mengkafirkan
mereka lantaran mereka melakukan hal yang merupakan  menghadapi orang­orang murtad yang terjadi setelah Nabi

85 86
SAW wafat. Sesungguh mereka yang murtad ketika itu zakat …” Hal ini menunjukkan bahwasanya di antara orang­
bermacam­macam (sebagian mereka murtad dari Islam orang yang diperangi oleh Abu Bakar ra dalam perang
secara keseluruhan dan sebagian lagi murtad dari sebagian melawan orang­orang murtad tersebut, di antara mereka ada
ajaran Islam. Mereka mengatakan: Kami tidak mau yang masih sholat dan mengucapkan dua kalimat syahadat ..
melaksanakan sholat dan membayar zakat. Sebagian lagi akan tetapi mereka murtad dari sisi yang lain sehingga ia
tidak mau memurnikan diin (ajaran Islam) yang dibawa oleh diperangi …
Muhammad SAW, mereka selain beriman kepada 5­ Terkecohnya orang yang melakukan sesuatu yang
Muhammad juga beriman kepada nabi­nabi palsu seperti jelas­jelas menjadi penyebab kekafiran dengan tipu daya
Musailamah Al Kadz­dzaab, Thulaihah Al Asadiy dan para ulama’ dan pemerintah atau yang lainnya juga bukan
yang lain­lain). Maka merekapun diperangi oleh Ash termasuk mawaani’ut takfiir ..
Siddiiq (Abu Bakar) ra dan ia memperlakukan mereka
sebagai mana memperlakukan orang­orang murtad. Mereka Di depan telah kemi jelaskan kepada anda
yang masih mengerjakan sholat dan mengikrarkan dua bahwasanya kebodohan (ketidak tahuan) yang dianggap
kalimat syahadat, yang murtad karena tidak mau membayar sebagai maani’ adalah pada permasalahan­permasalah yang
zakat, mereka diperangi sampai sampai mereka mau rumit yang membutuhkan penjelasan. Dalam masalah ini
membayar zakat .. dan orang yang murtadnya lantaran sebelum dijatuhkan vonis kafir harus disampaikan hujjah ..
beriman kepada Musailamah ia diperangi sampai ia baroo’ dan mengenai masalah ini akan ada penjelasan tambahan di
(berlepas diri) terhadapnya dan kufur terhadap kenabiannya dalam pembahasan Kesalahan­Kesalahan Dalam
.. dan begitu seterusnya .. Memvonis Kafir ..
Dan tatkala Al Faaruuq (‘Umar bin Al Khoth­thoob) Akan tetapi hal ini (penyampaian hujjah) tidak wajib
tidak memahami hal itu ia mengatakan: “Bagaimana kamu dilakukan dalam perkara yang lebih jelas dari pada mata
memerangi orang yang mana Nabi SAW telah bersabda hari di siang bolong. Seperti menghancurkan dasar tauhid
tentang mereka:  atau melakukan hal­hal yang menggugurkannya seperti
kekafiran yang nyata dan kesyirikan yang jelas yang tidak
‫ﺃﻥ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﺇﻟﻪ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫ﻳﺸﻬﺪﻭﺍ‬ ‫ﺣﺘﻰ‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ ‫ﺃﻗﺎﺗﻞ‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫ﺃﻣﺮﺕ‬  samar lagi bagi anak­anak Islam. Bahkan orang­orang
‫ﺍﷲ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫ﻣﺤﻤﺪﺍ‬ Yahudi dan Nasrani pun mengetahui bahwa hal tersebut
adalah bertentangan dengan ajaran yang dibawa oleh
Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka Muhammad SAW …
bersaksi bahwasanya tidak ada ilaah kecuali Alloh dan bahwsanya
Muhammad itu utusan Alloh .. Al Hadiits. Dan akan kami sebutkan nanti hadits ‘Adiy bin
Haatim yang menerangkan tidak diterimanya udzur (alasan)
Abu Bakar menjawab: “Demi Alloh aku pasti akan orang­orang Yahudi dan Nasrani yang beralasan bahwa
memerangi setiap orang yang memisahkan antara sholat dan 
87 88
mereka disesatkan oleh para pendeta mereka dalam ‫ﻣﺎﻳﻘﻮﻝ‬ ‫ﺃﻗﻮﻝ‬ ‫ﻛﻨﺖ‬ ٬‫ﺃﺩﺭﻱ‬ ‫ﻻ‬ : ‫ﻓﻴﻘﻮﻝ‬ ‫ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻖ‬ ‫ﺃﻭ‬ ‫ﺍﻟﻜﺎﻓﺮ‬ ‫ﻭﺃﻣﺎ‬ 
menyerahkan hak menetapkan syariat ­­­ yang mana hal ini
merupakan salah satu bentuk ibadah ­­­ kepada selain Alloh ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺑﻤﻄﺮﻗﺔ‬ ‫ﻳﻀﺮﺏ‬ ‫ﺛﻢ‬ ٬‫ﺗﻠﻴﺖ‬ ‫ﻭﻻ‬ ‫ﻻﺩﺭﻳﺖ‬ : ‫ﻓﻴﻘﺎﻝ‬ ٬‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ 
SWT .. padahal mereka tidak mengetahui bahwasanya taat ‫ﺃﺫﻧﻴﻪ‬ ‫ﺑﻴﻦ‬ ‫ﺿﺮﺑﺔ‬ ‫ﺣﺪﻳﺪ‬
dalam masalah ini adalah merupakan ibadah sebagaimana
Adapun orang kafir atau munafiq ia mengatakan: Saya tidak tahu,
hal ini dinyatakan secara jelas oleh ‘Adiy. Dan kebanyakan
dahulu aku mengatakan apa yang dikatakan oleh manusia. Maka
kafirnya orang­orang Yahudi itu adalah kekafiran yang
dikatakan kepadanya: Kamu tidak mengetehaui dan tidak
disebabkan karena taqlid, oleh karena itu Alloh SWT
mengikuti. Kemudian ia dipukul antara kedua telinganya dengan
berfirman tentang mereka:  palu yang terbuat dari besi .. (Al Hadits)
ِ‫ﺍﷲ‬ ِ‫ﺩُﻭْﻥ‬ ْ‫ﻣِﻦ‬ ‫ﺃَ ْﺭﺑَﺎﺑًﺎ‬ ْ‫ﻭَﺭُ ْﻫﺒَﺎﻧَﻬُﻢ‬ ْ‫ﺣﺒَﺎﺭَﻫُﻢ‬
ْ َ‫ﺃ‬ ‫ﺨﺬُﻭْﺍ‬
َ ‫ِﺍﺗﱠ‬ Demikianlah, dan di dalam kitabNya Alloh telah
Mereka menjadikan pendeta­pendeta dan rahib­rahib mereka menerangkan bahwasanya orang­orang yang lemah dan
sebagai robb­robb (tuhan­tuhan) selain Alloh … orang­orang yang taqlid pada hari qiyamat akan berlepas
diri dari para pemimpin mereka yang menyebabkan mereka
Demikian pula mayoritas kekafiran orang­orang kafir tersesat, dan Alloh menerangkan bahwasanya hal itu
… Alloh SWT berfirman:  bukanlah udzur yang dapat menyelamatkan mereka dan
bukan pula termasuk mawaani’ut takfiir ..
‫ﻗَﺎﻟُﻮﺍ‬ ِ‫ﺍﻟﺮﱠﺳُﻮﻝ‬ ‫ﻭَﺇِﻟَﻰ‬ ُ‫ﺍﷲ‬ َ‫ﻣَﺂﺃَﻧﺰَﻝ‬ ‫ﺇِﻟَﻰ‬ ‫ﺗَﻌَﺎﻟَﻮْﺍ‬ ْ‫ﻟَﻬُﻢ‬ َ‫ﻗِﻴﻞ‬ ‫ﺇِﺫَﺍ‬ َ‫ﻭ‬ 
Di antaranya adalah firman Alloh SWT: 
َ‫ﻻَﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥ‬ ْ‫ءَﺍﺑَﺂﺅُﻫُﻢ‬ َ‫ﻛَﺎﻥ‬ ْ‫ﺃَﻭَﻟَﻮ‬ ‫ءَﺍﺑَﺂ َءﻧَﺎ‬ ِ‫ﻋََﻠ ْﻴﻪ‬ ‫ﺟ ْﺪﻧَﺎ‬
َ َ‫ﻭ‬ ‫ﻣَﺎ‬ ‫ﺣَﺴْﺒُﻨَﺎ‬ 
َ‫ﻭَﻻَﻳَﻬْ َﺘﺪُﻭﻥ‬ ‫ﺷ ْﻴﺌًﺎ‬َ ْ‫ﻟَﻜُﻢ‬ ‫ﻛُﻨﱠﺎ‬ ‫ﺇِﻧﱠﺎ‬ ‫ﺳﺘَﻜْﺒَﺮُﻭﺍ‬
ْ ‫ﺍ‬ َ‫ﻟِﱠﻠﺬِﻳﻦ‬ ‫ﺍﻟﻀﱡﻌَﻔَﺎﺅُﺍ‬ َ‫ﻓَﻘَﺎﻝ‬ ‫ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ‬ ِ‫ﻟِﱠﻠﻪ‬ ‫ﻭَﺑَﺮَﺯُﻭﺍ‬ 
Dan apabila dikatakan kepada mereka: Kemarilah kalian kepada apa ْ‫ﻟَﻮ‬ ‫ﻗَﺎﻟُﻮﺍ‬ ٍ‫ﺷﻰْء‬ َ  ‫ﻣِﻦ‬ ِ‫ﺍﷲ‬ ِ‫ﻋﺬَﺍﺏ‬ َ  ْ‫ﻣِﻦ‬ ‫ﻋﻨﱠﺎ‬
َ  َ‫ﻣﱡ ْﻐﻨُﻮﻥ‬ ‫ﺃَﻧﺘُﻢ‬ ْ‫ﻓَﻬَﻞ‬ ‫ﺗَﺒَﻌًﺎ‬ 
yang diturunkan oleh Alloh dan kepada Rosul, mereka mejawab: ‫ﻣِﻦ‬ ‫ﻣَﺎﻟَﻨَﺎ‬ ‫ﺻﺒَﺮْﻧَﺎ‬
َ  ْ‫ﺃَﻡ‬ ‫ﻋﻨَﺂ‬
ْ ِ‫ﺃَﺟَﺰ‬ ‫ﻋَﻠَﻴْﻨَﺂ‬ ٌ‫ﺳَﻮَﺁء‬ ْ‫ﻟَ َﻬ َﺪ ْﻳﻨَﺎﻛُﻢ‬ ُ‫ﺍﷲ‬ ‫ َﻫﺪَﺍﻧَﺎ‬ 
Bagi kami cukup apa yang kami dapatkan dianut oleh bapak­bapak
kami, meskipun bapak­bapak mereka tidak mengetahui apa­apa dan ٍ‫ﻣﱠﺤِﻴﺺ‬
juga tidak mendapatkan petunjuk. (Al Maa­idah: 104) Dan mereka semua berkumpul menuju Alloh, maka orang­orang
Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al yang lemah mengatakan kepada para pembesar mereka:
Bukhooriy di dalam buku Sohiih nya disebutkan Sesungguhnya dahulu kami mengikuti kalian, maka apakah kalian
bahwasanya Nabi SAW bersabda mengenai siksa kubur:  dapat meringankan kami dari siksa Alloh. Mereka mengatakan:
Seandainya Alloh memberi petunjuk kepada kami tentu kami akan
memberi petunjukan kepada kalian. Sama saja bagi kita apakah kita

89 90 
menggerutu atau kita sabar, tidak ada jalan keluar bagi kita. Ia (Ibnul Qoyyim) mengatakan: “Dan umat telah
(Ibrohim: 21) bersepakat bahwasanya tingkatan ini adalah tingkatan
Dan Alloh SWT berfirman:  orang­orang kafir meskipun mereka itu orang­orang bodoh
yang taqlid kepada para pemimpin dan imam mereka,
‫ﻓِﻴﻬَﺂ‬ َ‫ﺧَﺎِﻟﺪِﻳﻦ‬ { 64 } ‫ﺳَﻌِﻴﺮًﺍ‬ ْ‫ﻟَﻬُﻢ‬ ‫ﻋﺪﱠ‬ َ َ‫ﻭَﺃ‬ َ‫ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦ‬ َ‫ﻟَﻌَﻦ‬ َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺇِﻥﱠ‬  kecuali menurut sebuah pendapat yang diriwayatkan dari
beberapa penganut bid’ah yang tidak menyatakan
‫ﻓِﻲ‬ ْ‫ﻭُﺟُﻮﻫُﻬُﻢ‬ ُ‫ﺗُﻘَﻠﱠﺐ‬ َ‫ﻳَﻮْﻡ‬ { 65 } ‫ﻭَﻻَﻧَﺼِﻴﺮًﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭَِﻟﻴ‬ َ‫ﺠﺪُﻭﻥ‬ ِ َ‫ﻻﻳ‬َ  ‫َﺃ َﺑﺪًﺍ‬  bahwasanya mereka itu akan masuk naar (neraka), dan
‫ َﻭﻗَﺎﻟُﻮﺍ‬ { 66 } َ‫ﺍﻟﺮﱠﺳُﻮﻻ‬ ‫ﻭَﺃَﻃَﻌْﻨَﺎ‬ َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺃَﻃَ ْﻌﻨَﺎ‬ ‫ﻳَﺎَﻟ ْﻴ َﺘﻨَﺂ‬ َ‫ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥ‬ ِ‫ﺍﻟﻨﱠﺎﺭ‬  menganggap mereka itu sama dengan orang yang belum
‫ﺭَﺑﱠﻨَﺂ‬ { 67 } َ‫ﺍﻟﺴﱠﺒِﻴﻼ‬ ‫ َﻓﺄَﺿَﻠﱡﻮﻧَﺎ‬ ‫ﻭَ ُﻛﺒَﺮَﺁ َءﻧَﺎ‬ ‫ﺳَﺎ َﺩ َﺗﻨَﺎ‬ ‫ﺃَﻃَ ْﻌﻨَﺎ‬ ‫ِﺇﻧﱠﺂ‬ ‫ﺑﱠﻨَﺂ‬ َ‫ﺭ‬  sampai kepadanya dakwah. Dan tidak seorangpun dari
kalang sahabat atau tabi’in atau orang­orang setelah mereka
{68 } ‫ﻛَﺒِﻴﺮًﺍ‬ ‫ﻟَﻌْﻨًﺎ‬ ْ‫ﻭَﺍﻟْ َﻌﻨْﻬُﻢ‬ ِ‫ﺍﻟْ َﻌﺬَﺍﺏ‬ َ‫ﻣِﻦ‬ ِ‫ﺿِﻌْ َﻔﻴْﻦ‬ ْ‫ءَﺍﺗِﻬِﻢ‬  yang berpendapat seperti ini. Akan tetapi pendapat ini
Sesungguhnya Alloh melaknat dan menyiapkan api yang menyala­ hanya dikenal di kelangan beberapa ahlul kalaam yang
nyala bagi orang­orang kafir. Mereka kekal di dalamnya selama­ membuat ajaran bid’ah di dalam Islam. Dan di dalam hadits
lamanya, mereka tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong. shohih Nabi SAW bersabda: 
Yaitu pada hari di mana wajah­wajah mereka dibolak­balikkan di
dalam naar (neraka), mereka mengatakan: Duhai seandainya ‫ﻣﺴﻠﻤﺔ‬ ‫ﻧﻔﺲ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﻳﺪﺧﻠﻬﺎ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﺍﻟﺠﻨﺔ‬ ‫ﺇﻥ‬
dahulu kami taat kepada Alloh dan taat kepada Rosul. Dan mereka Sesungguhnya jannah (syurga) itu tidak dimasuki kecuali oleh
mengatakan: Wahai Robb kami, sesungguhnya dahulu kami jiwa yang Islam.36
mentaati pemimpin dan pembesar kami lalu mereka menyesatkan
kami. Wahai Robb kami, lipat­gandakanlah siksa untuk mereka dan Sedangkan orang yang taqlid ini bukan orang Islam, padahal
laknatlah mereka dengan laknat yang besar. (Al Ahzaab: 64­68) dia adalah orang yang berakal dan mukallaf, sedangkan
orang yang berakal dan mukallaf itu tidak akan keluar dari
Dan ayat­ayat yang senada dengan ini banyak … kategori Islam atau kafir …” sampai ia (Ibnul Qoyyim)
Demikianlah, dan Ibnul Qoyyim menyebutkan di mengatakan:
dalam bukunya yang berjudul Thoriiqul Hijrotain ketika “Dan Islam itu adalah mentauhidkan Alloh dan
menerangkan tingkatan­tingkatan orang­orang mukallaf, beribadah hanya kepadaNya serta tidak menyekutukannya
tingkatan yang ke tujuh belas, yaitu mereka itu adalah: dengan sesuatu apapun, dan beriman kepada Alloh dan
“Tingkatan orang­orang yang taqlid, dan orang­orang kafir kepada RosulNya, dan mengikuti ajaran yang dibawanya.
yang bodoh serta para pengikut dan keledai mereka yang Maka barang siapa tidak melaksanakan ini semua ia
mengikuti mereka, yang mengatakan: Sesungguhnya kami bukanlah orang Islam, jika ia bukan orang kafir lantaran
dapatkan bapak­bapak kami menganut suatu ajaran dan
sesungguhnya kami hanyalah mengikuti mereka…” 
36 ­ Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitaabul Iimaan, hadits no. 178

91 92
membangkang maka ia adalah orang yang kafir lantaran ْ َ‫ﻭَﺗَﻘَﻄﱠﻌ‬ َ‫ﺍﻟْ َﻌﺬَﺍﺏ‬ ‫ﻭَﺭَﺃَﻭُﺍ‬ ‫ﺍﱠﺗﺒَﻌُﻮﺍ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ َ‫ﻣِﻦ‬ ‫ﺍﱡﺗﺒِﻌُﻮﺍ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ َ‫ﺗَﺒَﺮﱠﺃ‬ ْ‫ﺇﺫ‬  ِ 
‫ﺖ‬
bodoh.
َ‫ﻓَﻨَﺘَﺒَﺮﱠﺃ‬ ً‫ﻛَ ﱠﺮﺓ‬ ‫َﻟﻨَﺎ‬ ‫ﺃَﻥﱠ‬ ْ‫ﻟَﻮ‬ ‫ﺍﱠﺗﺒَﻌُﻮﺍ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ َ‫ َﻭﻗَﺎﻝ‬ { 166 } ُ‫ﺍْﻷَﺳْﺒَﺎﺏ‬ ُ‫ﺑِﻬِﻢ‬ 
Maka intinya mereka yang berada dalam tingkatan ini
adalah orang­orang yang kafir lantaran bodoh dan bukan ْ‫ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢ‬ ٍ‫ﺣَﺴَﺮَﺍﺕ‬ ْ‫ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻬُﻢ‬ ُ‫ﺍﷲ‬ ُ‫ﻳُﺮِﻳﻬِﻢ‬ َ‫ﻛَﺬَِﻟﻚ‬ ‫ ِﻣﻨﱠﺎ‬ ‫ﺗَﺒَﺮﱠءُﻭﺍ‬ ‫ﻛَﻤَﺎ‬ ْ‫ﻣِﻨْﻬُﻢ‬ 
kafir lantaran membangkang, dan tidak membangkangnya {167 } ِ‫ﺍﻟﻨﱠﺎﺭ‬ َ‫ﻣِﻦ‬ َ‫ﺑِﺨَﺎﺭِﺟِﻴﻦ‬ ْ‫ﻭَﻣَﺎﻫُﻢ‬ 
mereka ini tidak dapat menyelamatkan mereka dari status
Ingatlah ketika orang­orang yang diikuti berlepas diri dari orang­
kafir…”
orang yang mengikuti, dan tatkala mereka melihat siksa, dan
Kemudian ia menyitir ayat yang menerangkan tatkala hubungan mereka terputus. Dan orang­orang yang
siksaan bagi orang­orang taqlid yang mengikuti kekafiran mengikuti mengatakan: Seandainya kami mempunyai kesempatan
orang lain … dan yang menerangkan bahwasanya orang tentu kami akan berlepas diri dari mereka sebagaimana mereka
yang mengikuti dan orang yang diikuti itu semuanya masuk berlepas diri dari kami. (Al Baqoroh: 166­167)
naar (neraka) .. seperti firman Alloh SWT yang berbunyi:  …” Sampai di sini perkataan Ibnul Qoyyim.
‫ﺇِﻧﱠﺎ‬ ‫ﺍﺳْﺘَﻜْﺒَﺮُﻭﺍ‬ َ‫ﻟِﱠﻠﺬِﻳﻦ‬ ‫ﺍﻟﻀﱡﻌَﻔَﺎﺅُﺍ‬ ُ‫ َﻓﻴَﻘُﻮﻝ‬ ِ‫ﺍﻟﻨﱠﺎﺭ‬ ‫ﻓِﻲ‬ َ‫ﻳَﺘَﺤَﺂﺟﱡﻮﻥ‬ ْ‫ﻭَِﺇﺫ‬  6­ Starus orang yang murtad itu sebagai seorang
َ‫ﻗَﺎﻝ‬ { 47 } ِ‫ﺍﻟﻨﱠﺎﺭ‬ َ‫ﻣﱢﻦ‬ ‫ﻧَﺼِﻴﺒًﺎ‬ ‫ﻋﻨﱠﺎ‬ َ  َ‫ﻣﱡ ْﻐﻨُﻮﻥ‬ ‫ﺃَﻧﺘُﻢ‬ ْ‫ﻬَﻞ‬ َ‫ﻓ‬ ‫ﺗَﺒَﻌًﺎ‬ ْ‫ﻟَﻜُﻢ‬ ‫ ُﻛﻨﱠﺎ‬  ulama’ atau orang yang berjenggot atau sebagai anggota
sebuah jamaah Islam tertentu, atau ia bergelar doktor dalam
{48 } ِ‫ﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩ‬ َ‫ﺑَﻴْﻦ‬ َ‫ﺣَﻜَﻢ‬ ْ‫ َﻗﺪ‬ َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺇِﻥﱠ‬ ‫ﻓِﻴﻬَﺂ‬ ‫ﻛُﻞﱞ‬ ‫ِﺇﻧﱠﺎ‬ ‫ﺳﺘَ ْﻜﺒَﺮُﻭﺍ‬ ْ ‫ﺍ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬  bidang syari’ah atau hal­hal lainnya yang mengecoh
Dan ingatlah ketika mereka berbantah­bantah di dalam naar sebagian orang, juga bukan termasuk mawaanii’ut takfiir ..
(neraka), orang­orang yang lemah mengatakan kepada orang­orang Karena Alloh SWT telah berfirman tentang orang
yang kuat: Sesungguhnya kami dahulu mengikuti kalian, maka yang paling alim pada masanya (termasuk ulama’ besar): 
apakah kalian dapat menyelamatkan kami dari siksa naar (neraka)
kami? Orang­orang yang kuat mengatakan: Sesungguhnya kita ُ‫ َﻓﺄَﺗْﺒَ َﻌﻪ‬ ‫ﻣِﻨْﻬَﺎ‬  َ‫ﻓَﺎﻧْﺴَﻠَﺦ‬ ‫ءَﺍﻳَﺎﺗِﻨَﺎ‬ ُ‫ءَﺍ َﺗ ْﻴﻨَﺎﻩ‬ ْ‫ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬ َ‫ َﻧ َﺒﺄ‬ ْ‫ﻋََﻠﻴْﻬِﻢ‬ ُ‫ﻭَﺍﺗْﻞ‬ 
semua masuk ke dalamnya, sesungguhnya Alloh telah
memutuskan perkara di antara hamba­hambaNya. (Ghoofir: 47­48)
َ‫ﺍﻟْﻐَﺎﻭِﻳْﻦ‬ َ‫ﻣِﻦ‬ َ‫ﻓَﻜَﺎﻥ‬ ُ‫ﺸﻴْﻄَﺎﻥ‬ ‫ﺍﻟ ﱠ‬
Dan bacakanlah kepada mereka kisah orang yang telah Kami
Kemudian ia (Ibnul Qoyyim) mengatakan: “Ini
berikan ayat­ayat Kami kepadanyalalu ia berpaling darinya maka ia
merupakan pembetitahuan dan peringatan dari Alloh
diikuti oleh syetan sehingga ia termasuk orang­orang yang
bahwasanya orang­orang yang mengikuti dan orang­orang
tersesat. (Al A’roof: 175)
yang diikuti itu sama­sama mendapatkan siksa, dan taqlid
mereka itu tidak dapat bermanfaat sedikitpun bagi mereka. Dan Alloh SWT berfirman mengenai hamba­hambanya yang
Dan setelah itu Alloh menegaskan dalam firmanNya:  paling mulia yaitu para Nabi SAW:

93 94 
‫ﺍﻟﺬﻳﻦ‬ ‫ﺃﻭﻟﺌﻚ‬ ‫ﻳﻌﻤﻠﻮﻥ‬ ‫ﻛﺎﻧﻮﺍ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﻋﻨﻬﻢ‬ ‫ﻟﺤﺒﻂ‬ ‫ﺃﺷﺮﻛﻮﺍ‬ ‫ﻭﻟﻮ‬  lantaran ketergelinciran yang terkadang dialami oleh
sebagian ulama’ atau penuntut ilmu, oleh karena itu tidak
‫ﺍﻟﻨﺒﻮﺓ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺍﻟﺤﻜﻢ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ‬ ‫ﺁﺗﻴﻨﺎﻫﻢ‬ selayaknya kita beradab tidak baik kepada mereka hanya
Dan seandainya mereka berbuat syirik tentu akan hapus seluruh karena masalah ini, atau memperpanjang permasalahan ini
apa yang mereka amalkan. Mereka adalah orang­orang yang telah terhadap mereka, atau merasa enggan menerima ilmu
Kami berikan kitab, hukum dan kenabian .. (Al An’aam) mereka atau menjauhkan para pemuda dari buku­buku
mereka .. terutama jika mereka itu termasuk orang­orang
Dan yang menunjukkan hal ini juga adalah kisah
yang membela dan memperjuangkan diin yang bersikap
‘Abdulloh bin Sa’ad bin Abiy Saroh yang merupakan salah
baroo’ terhadap para thoghut dan orang­orang murtad.. 
seorang penulis wahyu, dahulu ia merupakan juru tulis Nabi
SAW kemudian ia murtad, maka Rosululloh SAW pun ­ Di dalam Shohiih Al Bukhooriy, Kitaabu
memerintahkan untuk membunuhnya meskipun ia Manaaqibil Anshoor, Bab: Sabda Nabi SAW yang berbunyi: 
didapatkan dalam keadaan bergelayut dengan tirai ka’bah ..
kemudian ia bertaubat dan kembali kepada Islam ketika fat­ ‫ﻣﺴﻴﺌﻬﻢ‬ ‫ﻋﻦ‬ ‫ﺗﺠﺎﻭﺯﻭﺍ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻣﺤﺴﻨﻬﻢ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺍﻗﺒﻠﻮﺍ‬
hu makkah (penaklukan kota Mekah). Ia dibawa kehadapan Terimalah mereka yang baik dan maafkanlah mereka yang tidak
kepada Nabi SAW oleh ‘Utsmaan bin ‘Affaan ­­­ dan dia baik
adalah saudara sepersusuannya ­­­ lalu ia membaiatnya …
Di sana Al Bukhooriy menyebutkan beberapa hadits yang di
dan kisahnya ini dengan berbagai macam periwayatannya
antaranya adalah hadits dari Anas yang berkenaan dengan
telah dipaparkan dan diterangkan oleh Syaikhul Islam di
wasiat Rosululloh SAW mengenai orang­orang Anshoor, di
dalam buku Ash Shoorimul Masluul, dan yang menjadi
dalam hadits tersebut Rosullulloh SAW bersabda: 
petunjuk di sini adalah bahwasanya status dia sebagai
penulis wahyu bagi Nabi SAW tidak menjadi penghalang ‫ﺑﺎﻷﻧﺼﺎﺭ‬ ‫ﺃﻭﺻﻴﻜﻢ‬
baginya untuk kafir dan murtad … tatkala ia melakukan
Saya wasiatkan kalian dengan orang­orang Anshoor…
sesuatu yang menjadi penyebabnya ..
Sampai sabda beliau yang berbunyi: 
· Akan tetapi dalam hal ini dibedakan antara
kekafiran yang nyata­nyata mengakibatkan keluar dari ‫ﻣﺴﻴﺌﻬﻢ‬ ‫ﻋﻦ‬ ‫ﺗﺠﺎﻭﺯﻭﺍ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻣﺤﺴﻨﻬﻢ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻓﺎﻗﺒﻠﻮﺍ‬
Islam, yang mana dalam hal ini adalah sebagai mana yang
telah kami terangkan di atas … Terimalah mereka yang baik dan maafkanlah mereka yang tidak
baik 
Dan antara kekafiran yang dilakukan lantaran salah
dalam berijtihad, yang mana pelakunya akan mendapatkan ­ Karena para pembela diin (Islam) ini adalah
pahala karena ia berijtihad, atau kekafiran yang dilakukan  orang­orang yang termasuk di dalam Thoo­ifah (kelompok)
yang tegak melaksanakan diin Alloh. Mereka menghabiskan

95  96
umur mereka dan mengorbankan jiwa mereka dalam rangka Dan sesungguhnya kebanyakan manusia itu kufur (mengingkari)
memperjuangkan diin (agama) dan tauhid Alloh, mereka terhadap perjumpaan dengan Robb (tuhan) mereka.
mendapatkan bagian dari wasiat Nabi tersebut di setiap Dan di dalam hadits yang diriwayatkan secara marfuu’
masa .. oleh Abu Dawud dan Ibnu Maajah dari Tsaubaan : 
Maka jagalah wasiat Nabi SAW tersebut mengenai
mereka, dan waspadalah terhadap cercaan orang­orang ٬‫ﺑﺎﻟﻤﺸﺮﻛﻴﻦ‬ ‫ﺃﻣﺘﻲ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻗﺒﺎﺋﻞ‬ ‫ﺗﻠﺤﻖ‬ ‫ﺣﺘﻰ‬ ‫ﺍﻟﺴﺎﻋﺔ‬ ‫ﺗﻘﻮﻡ‬ ‫ﻻ‬ 
bodoh dan celaan orang­orang rendah kepada mereka, ‫ﺍﻷﻭﺛﺎﻥ‬ ‫ﺃﻣﺘﻲ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻗﺒﺎﺋﻞ‬ ‫ﺗﻌﺒﺪ‬ ‫ﻭﺣﺘﻰ‬
karena hal itu akan membikin senang musuh­musuh Alloh,
Hari qiyamat tidak akan terjadi sampai kabilah­kabilah dari
dan juga musuh­musuh dakwah yang penuh berkah ini ..
umatku bergabung dengan orang­orang musyrik, dan sampai
dan tidak ada seorang pun yang berakal dan faqiih akan
kabilah­kabilah dari umatku beribadah kepada berhala.
malakukan seperti itu ..
Dan Al Haakim meriwayatkan dan men shohiih kan sebuah
7­ Dan banyaknya orang yang akan ia kafirkan juga
hadits dari Abu Huroiroh, ia mengatakan: Rosululloh SAW
bukan termasuk mawaani’ut takfiir … karena diin Alloh itu
membaca ayat yang berbunyi: 
tidak akan pilih kasih kepada siapapun. Dan Alloh SWT
telah berfirman:  ‫َﺃﻓْﻮَﺍﺟًﺎ‬ ِ‫ﺩِﻳﻦِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬ ِ‫ﻓﻲ‬ َ‫ َﻳﺪْﺧُﻠُﻮﻥ‬ َ‫ﺍﻟﻨﱠﺎﺱ‬ َ‫ﻭَﺭََﺃﻳْﺖ‬ 
‫ﻓﺈﻥ‬ ‫ﺟﻤﻴﻌﺎ‬ ‫ﺍﻷﺭﺽ‬ ‫ﻓﻲ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺃﻧﺘﻢ‬ ‫ﺗﻜﻔﺮﻭﺍ‬ ‫ﺇﻥ‬ ‫ﻣﻮﺳﻰ‬ ‫ﻗﺎﻝ‬ ‫ﻭ‬  Dan engkau lihat manusia masuk diin Alloh secara berbondong­
bondong.
‫ﺣﻤﻴﺪ‬ ‫ﻟﻐﻨﻲ‬ ‫ﺍﷲ‬
Beliau bersabda: 
Dan jika kalian serta seluruh orang di muka bumi kafir maka
sesungguhnya Alloh itu Maha Kaya lagi Maha Terpuji. ‫ﺃﻓﻮﺍﺟﺎ‬ ‫ﻓﻴﻪ‬ ‫ﺩﺧﻠﻮﺍ‬ ‫ﻛﻤﺎ‬ ‫ﺃﻓﻮﺍﺟﺎ‬ ‫ﻣﻨﻪ‬ ‫ﻟﻴﺨﺮﺟﻦ‬
Dan Alloh SWT berfirman:  Pasti mereka akan keluar darinya secara berbondong­bondong
sebagaimana mereka masuk secara berbondong­bondong.
‫ﺑﻤﺆﻣﻨﻴﻦ‬ ‫ﺣﺮﺻﺖ‬ ‫ﻭﻟﻮ‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ ‫ﺃﻛﺜﺮ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﻭ‬
Dan hahits ini juga diriwayatkan dari Abu Huroiroh secara
Dan kebanyakan manusia itu tidaklah beriman meskipun kamu
mauquuf. Dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
menginginkan mereka beriman.
menyebutkan di dalam Minhaajus Sunnah (VII/217)
Dan Alloh SWT berfirman:  bahwsanya pengikut Musailamah Al Kadz­dzaab itu
berjumlah sekitar seratus ribu atau lebih.
‫ﻟﻜﺎﻓﺮﻭﻥ‬ ‫ﺭﺑﻬﻢ‬ ‫ﺑﻠﻘﺎء‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻛﺜﻴﺮﺍ‬ ‫ﻭﺇﻥ‬ 
8­ Dan mengucapkan kata­kata kafir dengan main­
main dan sendau­gurau juga bukan termasuk mawaani’ut

97 98
takfiir berdasarkan kesepakatan para ulama’. Dan dalilnya ­ Dan Ibnul Jauziy (597 H) mengatakan: “Serius
adalah firman Alloh:  dan main­main dalam menunjukkan kata­kata kafir itu
sama.” (Zaadul Masiir III/465) 
ِ‫ﻭَءَﺍﻳَﺎ ِﺗﻪ‬ ِ‫َﺃﺑِﺎﷲ‬ ْ‫ﻗُﻞ‬ ُ‫ َﻭﻧَﻠْﻌَﺐ‬ ُ‫ﻧَﺨُﻮﺽ‬ ‫ ُﻛﻨّﺎ‬ ‫ِﺇﻧﱠﻤَﺎ‬ ‫ﻟَﻴَﻘُﻮﻟُﻦﱠ‬ ْ‫ﺳﺄَﻟْﺘَﻬُﻢ‬
َ  ‫ﻭَﻟَﺌِﻦ‬ 
­ Dan Imam An Nawawiy (676 H) mengatakan:
َ‫ﺑَ ْﻌﺪ‬ ‫ﻛَﻔَﺮْﺗُﻢ‬ ْ‫ َﻗﺪ‬ ‫ﻻﺗَ ْﻌ َﺘﺬِﺭُﻭﺍ‬
َ  { 65 } َ‫ﺗَﺴْﺘَﻬْﺰِءُﻭﻥ‬ ْ‫ﻛُﻨﺘُﻢ‬ ِ‫ﻭَﺭَﺳُﻮِﻟﻪ‬  “Dan perbuatan­perbuatan yang mengakibatkan kafir itu
ْ‫ﺇِﻳﻤَﺎﻧِﻜُﻢ‬ adalah perbuatan­perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
atau main­main dengan diin (agama) secara jelas.” Roudlotut
Dan jika kamu tanya mereka, pasti mereka mengatakan: Thoolibiin (X64) 
Sesungguhnya kami hanya bermain­main dan bersendau gurau.
Katakanlah: Apakah dengan Alloh, ayat­ayatNya dan RosulNya ­ Dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
kalian mengolok­olok. Janganlah kalian beralasan, kalian telah kafir mengatakan di dalam Ash Shoorimul Masluul ketika
setelah kalian beriman. (At Taubah: 65­66) membahas firman Alloh SWT: 
Di sini Alloh tidak menerima alasan mereka seperti ini, ْ‫ﺇِﻳﻤَﺎﻧِﻜُﻢ‬ َ‫ﺑَ ْﻌﺪ‬ ‫ﻛَﻔَ ْﺮﺗُﻢ‬ ْ‫ َﻗﺪ‬ ‫ﻻﺗَ ْﻌ َﺘﺬِﺭُﻭﺍ‬
َ
padahal mereka itu keluar untuk ikut perang al ‘usroh
(perang yang sulit yaitu perang tabuk) bersama Nabi SAW, Janganlah kalian beralasan, kalian telah kafir setelah kalian
dan mereka mengucapkan kata­kata tersebut dalam bentuk beriman.
sendau­gurau dan main­main serta mengisi kekosongan Ia mengatakan: “Alloh SWT tidak mengatakan: Kalian
dalam perjalanan.  berdusta ketika kalian mengatakan: 

‫ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ‬ ‫ﺑﻪ‬ ‫ﻧﻘﻄﻊ‬ ‫ﺍﻟﺮﻛﺐ‬ ‫ﺣﺪﻳﺚ‬ ُ‫ﻭَﻧَﻠْﻌَﺐ‬ ُ‫ﻧَﺨُﻮﺽ‬ ‫ ُﻛﻨّﺎ‬ ‫ِﺇﻧﱠﻤَﺎ‬


Obrolan para peserta rombongan untuk menempuh perjalanan. Sesungguhnya kami hanya bersendau­gurau dan main­main saja.
Sebagaimana yang disebutkan di dalam asbaabun nuzuul Dan Alloh tidak mendustakan udzur mereka itu sebagai
(sebab turunnya) ayat tersebut…  mana Alloh mendustakan semua alasan lainnya yang
­ Abu Bakar Ibnul ‘Arobiy (543 H) mengatakan: mereka ajukan yang dapat menghindarkan mereka dari
“Bermain­main dengan kekafiran adalah kekafiran, hal ini kekafiran jika mereka jujur, bahkan Alloh menerangkan
tidak diperselisihkan oleh umat. Karena sesungguhnya at bahwasanya mereka telah kafir setelah mereka beriman
tahqiiq (penelitian) itu adalah saudara ilmu dan kebenaran, lantaran main­main dan sendau­gurau ini.” (hal. 517)
sedangkan main­main adalah saudara kebodohan dan Maksudnya adalah bahwasanya Alloh mengkafirkan
kebatilan.” Ahkaamul Qur­aan (II/964) dan lihat Al mereka meskipun mereka beralasan dengan alasan yang
Qurthubiy (VIII/197)  mereka sampaikan, dan Alloh tidak mengingkari adanya
alasan tersebut, akan tetapi Alloh mengingkari untuk
99 100 
menjadikan hal itu sebagai udzur (alasan), maka hal ini yang berkaitan dengan akad (transaksi). Karena ia
menunjukkan bahwasanya udzur semacam ini bukanlah mengucapkan kata­kata tersebut dan menginginkannya, dan
termasuk mawaani’ut takfiir.  tidak ada ikrooh (paksaan) atau kekhilafan atau kelupaan
­ Dan di dalam A’laamul Muwaqqi’iin, setelah atau kebodohan yang menghindarkan dirinya dari maksud
memberikan pengantar dalam pembahasan tentang kata­kata tersebut. Dan main­main itu tidak dijadikan
disyaratkannya niat di dalam menentukan hukum, Ibnul sebagia udzur oleh Alloh dan RosulNya yang dapat
Qoyyim mengatakan setelah menyebutkan sebuah hadits menyelamatkan pelakunya, bahkan justru pelakunya berhak
yang menceritakan tentang orang yang telah mendapatkan mendapatkan hukuman. Tidakkah engkau melihat
binatang tunggangnnya kembali setelah ia menghilang bahwasanya Alloh SWT menerima udzur (alasan) orang
yang mukroh (dipaksa) untuk mengucapkan kata­kata kafir
darinya: 
jika hatinya tetap beriman sedangkan orang yang bermain­
‫ﺭﺑﻚ‬ ‫ﺃﻧﺎ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻋﺒﺪﻱ‬ ‫ﺃﻧﺖ‬ ‫ﺍﻟﻠﻬﻢ‬ main tidak diterima alasannya oleh Alloh, bahkan Alloh
berfirman: 
Yaa Alloh, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Robbmu.
Ia khilaf lantaran sangat senangnya. ِ‫ﻭَءَﺍﻳَﺎ ِﺗﻪ‬ ِ‫َﺃﺑِﺎﷲ‬ ْ‫ﻗُﻞ‬ ُ‫ َﻭﻧَﻠْﻌَﺐ‬ ُ‫ﻧَﺨُﻮﺽ‬ ‫ ُﻛﻨّﺎ‬ ‫ِﺇﻧﱠﻤَﺎ‬ ‫ﻟَﻴَﻘُﻮﻟُﻦﱠ‬ ْ‫ﺳﺄَﻟْﺘَﻬُﻢ‬
َ  ‫ﻭَﻟَﺌِﻦ‬ 
“Ia tidak kafir lantara perkataannya tersebut, meskipun ia َ‫ﺑَ ْﻌﺪ‬ ‫ﻛَﻔَﺮْﺗُﻢ‬ ْ‫ َﻗﺪ‬ ‫ﻻﺗَ ْﻌ َﺘﺬِﺭُﻭﺍ‬
َ  { 65 } َ‫ﺗَﺴْﺘَﻬْﺰِءُﻭﻥ‬ ْ‫ﻛُﻨﺘُﻢ‬ ِ‫ﻭَﺭَﺳُﻮِﻟﻪ‬ 
melakukan sesuatu yang jelas­jelas kekafiran, karena ia tidak ْ‫ﺇِﻳﻤَﺎﻧِﻜُﻢ‬
menghendaki untuk melakukannya. Dan orang yang mukroh
(dipaksa) untuk mengucapkan kata­kata kafir ia tidak kafir Dan jika engkau tanya mereka, pasti mereka menjawab:
karena ia tidak ingin melakukannya. Lain halnya dengan Sesungguhnya kami hanya bersendau­gurau dan bermain­main
saja. Katakanlah: Apakah terhadap Alloh, ayatNya dan rosulNya
orang yang sendau­gurau dan bermain­main, sesungguhnya
kalian mengolok­olok. Janganlah kalian beralasan, kalian telah kafir
orang semacam ini perbuatannya mengakibatkan talak
setelah kalian beriman. (At Taubah: 65­66)
(cerai) dan kekafiran, meskipun ia melakukannya dengan
bermain­main, karena ia mempunyai kemauan untuk ...” Sampai di sini perkataan Ibnul Qoyyim (III/76). 
mengucapkan kata­katanya. Dan sikap main­main dia tidak ­ Dan Ibnu Nujaim Al Hanafiy (1005 H)
bisa dijadikan udzur (alasan), tidak sebagaimana orang yang mengatakan: “Sesungguhnya orang yang mengucapkan
mukroh (dipaksa), mukhthi’ (khilaf) dan orang yang lupa, kata­kata kafir dengan main­main atau sendau­gurau, maka
sesungguhnya orang semacam ini diperintahkan atau ia kafir menurut seluruh (ulama’), dan apa yang ia yakini
diijinkan untuk mengucapkan kata­katanya, sedangkan tidak dipertimbangkan lagi.” (Al Bahrur Rooyiq Syarhu
orang yang bermain­main ia tidak diijinkan untuk bermain­ Kanzid Daqoo­iq V/134)
main dalam mengucapkan kata­kata kafir dan kata­kata 

101 102
9­ Dan ketidak mampuan untuk melaksanakan terpercaya dan mari kita percaya dia untuk mengurusi harta
konsesuensi­konsekuensi kekafiran pada orang­orang yang manusia.!! 
dikafirkan juga bukan termasuk mawaani’ut takfiir .. seperti
­ Dan selama kita tidak mampu untuk mencegah
melaksanakan hukuman haddur riddah (hukuman bagi orang
hal­hal yang jelas­jelas mungkar, maka kita tidak boleh
yang murtad) atau mengganti penguasa yang murtad dan menjelaskan atau mengingatkannya atau menyebutnya
kafir, dan lain­lain .. ini adalah syubhat­syubhat yang sebagai kemungkaran, padahal sesuatu itu kalau bukan
digembar­gemborkan oleh para penganut paham Murji­ah kemungkaran pasti kebaikan … dan demikianlah …
jaman sekarang .. dan di depan telah disinggung perkataan
beberapa syaikh mereka dalam masalah ini, pada Dan kebatilan semacam ini serta konsekuensi­
pembahasan pertama .. dan orang­orang bodoh di kalangan konsekuensinya akan membuka pintu­pintu kerusakan dan
mereka hanya taqlid dan mengekor kepada mereka dalam penyelewengan, dan memberikan pembenaran kepada
masalah ini, dan ini adalah termasuk akal­akalan dan manusia untuk melakukan dan meremahkannya ..
pembelaan mereka secara batil, karena seandainya mereka Dan yang benar dalam masalah ini adalah apa yang
konsekuen dengan pendapat ini tentu mereka akan diperintahkan Alloh SWT kepada kita di dalam kitabNya
meninggalkan seluruh hukum syar’iy ..  yang muhkam, dalam firmanNya yang berbunyi: 
­ Karena konsekuensinya mereka tidak akan
menganggap orang yang terbukti berzina berdasarkan
‫ﻣﺎﺍﺳﺘﻄﻌﺘﻢ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻓﺎﺗﻘﻮﺍ‬
pengakuan atau pembuktian atau yang lain sebagai orang Maka bertaqwalah kalian kepada Alloh sesuai dengan kemampuan
yang berzina selama kita tidak mampu melaksanakan kalian..
hukuman hadduz zinaa (hukuman bagi orang yang berzina) Dan Alloh SWT berfirman mengenai perkataan Syu’aib: 
dan silahkan mencari status yang lainnya untuknya.!! 
­ Dan selama kita tidak bisa melaksanakan ‫ﺍﺳﺘﻄﻌﺖ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﺍﻹﺻﻼﺡ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﺃﺭﻳﺪ‬ ‫ﺇﻥ‬
hukuman haddul qootil (hukuman bagi orang yang Aku hanyalah menghendaki perbaikan semampuku…
membunuh) maka kita tidak boleh menyebut orang yang
Atas dasar ini para fuqohaa’ membuat sebuah kaidah fikih: 
membunuh sebagai pembunuh, dengan begitu maka ia tidak
wajib membayar diyat atau kafaroh atau taubat..!!  ‫ﺑﺎﻟﻤﻌﺴﻮﺭ‬ ‫ﻳﺴﻘﻂ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﺍﻟﻤﻴﺴﻮﺭ‬
­ Dan selama kita tidak mampu melaksanakan Sesungguhnya sesuatu yang sulit itu tidak dapat menggugurkan
hukum potong tangan terhadap pencuri maka kita tidak sesuatu yang mudah.
boleh menyebut orang yang mencuri itu sebagai pencuri,
karena apa manfaatnya ­­­ sebagaimana yang mereka Maka jika pada suatu waktu kaum muslimin tidak
katakan ­­­ ?! Maka mari kita sebut dia sebagai orang yang  mampu untuk memberontak dan mengganti penguasa yang

103 104
kafir, hal ini bukan berarti mereka harus membiarkan tidak dan yang akan menentukan arah dan karakternnya, antara
mengkafirkannya, akan tetapi ini adalah merupakan sebuah orang yang bertauhid yang kufur terhadap thoghut dan
hukum syar’iy yang mana mereka mampu untuk yang memusuhinya, atau dalam paling minim adalah
melakukannya sehingga mereka harus bertaqwa kepada menjauhinya …
Alloh dalam hukum tersebut (dengan cara melaksanakan Dengan orang yang berbaiat dan mendukungnya,
hukum tersebut yaitu memberontak) semampu mereka .. atau membela kebatilannya dan menganggap enteng
dan begitu pula pada kewajiban­kewajiban lain yang kekafirannya .. dan bukti yang paling nyata dalam masalah
merupakan konsekuesi dari mengkafirkan para penguasa ini adalah sikap yang kita pilih dan sikap yang dipilih oleh
yang dapat mereka lakukan, seperti menjauhkan diri dari musuh­musuh dakwah ini .. maka hendaknya orang yang
mendukung mereka, berwalaa’ kepada mereka dan
bersikap adil merenungkan sikap, dakwah dan manhaj
berhukum kepada hukum­hukum kafir mereka, dan tidak orang­orang yang bertauhid pada realita kita hari ini ..
menyerahkan urusan diin (agama) mereka kepada para
penguasa tersebut, dan tidak membuka peluang kepada Kemudian hendaknya ia melihat sikap orang­orang
mereka untuk berkuasa, sedapat mungkin yang mereka yang menyeleweng yang tidur di pangkuan para thoghut,
mampu, dan tidak berbaiat kepada mereka atau berperang menetek dari air susu mereka, yang menggunakan lidah dan
di bawah benderanya, atau membantu kebatilan mereka atau pena mereka untuk menyerang orang­orang yang
membantu mereka dalam memusuhi orang Islam .. dan lain­ memberontak dan membelot para thoghut tersebut, dengan
lain yang mampu untuk mereka lakukan. Juga mengetahui lidah dan tombaknya ..
kafirnya penguasa akan mendorong untuk berjuang secara 10­ Dan buruknya pendidikan yang diterima oleh
sungguh­sungguh dan i'daad yang memungkinkan suatu orang yang terjerumus dalam kekafiran juga bukan
hari kelak mereka akan dapat menggantinya .. termasuk mawaani’ut takfiir sebagaimana yang dikira oleh
Lain halnya jika ia berpandangan bahwa penguasanya beberapa orang yang menjadi panutan sebagai bagian dari
adalah seorang muslim, maka ia tidak akan mawaani’ut takfiir bagi orang yang mencela Alloh atau diin
menghiraukannya, dan dia tidak akan pernah berfikir untuk (Islam) atau Rosul, karena sesungguhnya mayoritas orang­
melakukan i'daad dengan sungguh­sungguh untuk orang kafir dan musyrik mereka itu tumbuh di dalam
menggantinya, sebagaimana yang terjadi pada orang­orang kesyirikan lantaran buruknya pendidikan dan pembinaan,
Murji­ah pada jaman sekarang ini .. sebagaimana yang diberitahukan oleh orang yang jujur dan
terpercaya (Nabi) SAW dalam sabdanya: 
Maka perbedaan status hukum seoarang penguasa
menurut masing­masing kelompok, merupakan furqoon ‫ﺃﻭ‬ ‫ﻳﻤﺠﺴﺎﻧﻪ‬ ‫ﺃﻭ‬ ‫ﻳﻬﻮﺩﺍﻧﻪ‬ ‫ﻓﺄﺑﻮﺍﻩ‬ ‫ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﺍﻟﻤﻮﻟﻮﺩ‬ ‫ﻳﻮﻟﺪ‬ 
(pembeda) dan tolok ukur yang dijadikan sebagai
pertimbangan dalam berbuat oleh masing­masing kelompok, 
‫ﻳﺸﺮﻛﺎﻧﻪ‬

105 106
Setiap orang anak itu dilahirkan di atas fitroh, lalu kedua orang Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang­
tuanya menjadikannya Yahudi atau Majusi atau musyrik. orang sebelun kamu bahwasanya jika engkau berbuat syirik pasti
akan gugur amalanmu dan pasti engkau benar­benar termasuk
Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dan yang lainnya.
orang­orang yang rugi.
Maka hal ini tidak dapat menghalangi untuk
Dan segala kemaslahatan semu yang dianggap ada di dalam
mengkafirkan mereka.
kesyirikan atau kekafiran maka itu adalah kemaslahatan
11­ Dan alasan istihsaan atau istish­laah atau yang batil yang tertolak secara syar’iy, dan Syaari’ (Sang pembuat
mereka sebut sebagai kemaslahatan dakwah juga bukan syariat) tidak menganggapnya sebagai kemaslahatan ..
termasuk mawaani’ut takfiir bagi orang yang melakukan
Memang di dalam kesyirikan itu terkadang terdapat
sesuatu yang jelas­jelas menyebabkan kafir..!! Karena tidak
kemaslahatan yang bersifst duniawi dan yang sesuai dengan
ada kemaslahatan di dalam kesyirikan atau kekafiran,
hawa nafsu bagi sebagian orang, yang mana mereka berdalih
karena ia adalah dosa yang paling besar yang ada di dalam
dengan kemaslahatan diin padahal diin itu baroo’ (berlepas
jagat raya ini. Oleh karena itu Alloh SWT berfirman: 
diri dari kemaslahatan tersebut …
‫ﻳﺸﺎء‬ ‫ﻟﻤﻦ‬ ‫ﺫﻟﻚ‬ ‫ﻣﺎﺩﻭﻥ‬ ‫ﻭﻳﻐﻔﺮ‬ ‫ﺑﻪ‬ ‫ﻳﺸﺮﻙ‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫ﻳﻐﻔﺮ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺇﻥ‬ Dan sebagai mana yang kita ketahui bersama
Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni jika Ia disekutukan bahwasanya Alloh mengutus seluruh RosulNya dalam
dan Ia mengampun selain itu bagi siapa saja yang Ia kehendaki. rangka untuk menentang kebatilan dan menghancurkan
kesyirikan .. dan kemudian memurnikan ibadah hanya
Dan di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al untuk Alloh semata .. dan Alloh SWT itu Thoyyib (baik) dan
Bukhooriy dan Muslim, Nabi SAW ditanya; Dosa apakah tidak menerima kecuali yang baik­baik .. dan segala tujuan
yang paling besar? Maka beliau menjawab:  syar’iy yang suci tidak boleh diraih kecuali dengan
‫ﺧﻠﻘﻚ‬ ‫ﻭﻫﻮ‬ ‫ﻧﺪﺍ‬ ‫ﷲ‬ ‫ﺗﺠﻌﻞ‬ ‫ﺃﻥ‬ menggunakan sarana­saran yang syar’iy, suci dan benar. Hal
ini sama persis dengan najis, ia tidak bisa disucikan dengan
Engkau jadikah sekutu bagi Alloh padahal Ia telah menciptakanmu. sesuatu yang najis pula, dan sebagaimana air seni itu tidak
Maka kesyirikan atau kekafiran adalah kerusakan dapat disucikan dengan air seni … karena kita bukanlah
yang paling besar di muka bumi ini secara mutlak. Oleh penganut paham Macchiavelli37 yang menghalalkan segala
karena itu ia menggugurkan seluruh amalan sebagai mana
disebutkan dalam firman Alloh SWT:  37 ­ Paham ini diciptakan oleh Niccola Macchiavelli, penulis buku Al
Amiir (Raja) yang merupakan kesimpulan dari pengalaman­
‫ﻟﻴﺤﺒﻄﻦ‬ ‫ﺃﺷﺮﻛﺖ‬ ‫ﻟﺌﻦ‬ ‫ﻗﺒﻠﻚ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺍﻟﺬﻳﻦ‬ ‫ﺇﻟﻰ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺇﻟﻴﻚ‬ ‫ﺃﻭﺣﻲ‬ ‫ﻟﻘﺪ‬ ‫ﻭ‬  pengalamannya selama bersama para raja, dan di dalam buku tersebut ia
menulis nasehat­nasehatnya kepada para raja untuk melanggengkan
‫ﺍﻟﺨﺎﺳﺮﻳﻦ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻭﻟﺘﻜﻮﻧﻦ‬ ‫ﻋﻤﻠﻚ‬  singgasana mereka, dan yang paling terkenal adalah yang berbunyi:
Tujuan itu dapat menghalalkan segala cara.

107 108
cara untuk mencapai tujuan .. sehingga kita memilih sarana­ (kompromi) dan mendekatkan diri kepada para penguasa
sarana semau kita. Akan tetapi Alloh telah menutup semua pada zaman khilaafah dan futuuhaat (penaklukan­penaklukan
jalan dan tidak menyisakan untuk kita kecuali hanya satu negeri­negeri kafir) …
jalan saja, yaitu jalan syar’iy yang Alloh turunkan melalui Sebagaimana yang dikatakan Sufyaan rh kepada
Nabi SAW, dan ini merupakan kandungan yang paling orang­orang yang meminta nasehat kepadanya: “Jangan
penting dari syahadat yang berbunyi Muhammad sekali­kali engkau mendekati para penguasa, atau bergaul
Rosululloh. Dan Alloh telah menerangan bahwasanya usaha dengan mereka dalam suatu urusanpun, dan jangan sekali­
yang dilakukan oleh orang­orang yang menganggap kali engkau beralasan: untuk membela orang yang
kekafiran itu sebagai kemaslahatan adalah sia­sia, dan tedholimi, atau mengembalikan hak orang yang diambil
bahwasanya orang yang menganggap baik kekafiran secara dholim, karena seungguhnya hal itu adalah khodii’atu
tersebut adalah orang­orang yang merugi. Alloh SWT ibliis (tipu daya Iblis) yang dijadikan oleh qorroo’ (para ahli
berfirman:  Al Qur’an) sebagai tangga (untuk mendekatkan diri kepada
‫ﺿﻞ‬ ‫ﺍﻟﺬﻳﻦ‬ { 103 } ‫ﺃﻋﻤﺎﻻ‬ ‫ﺑﺎﻷﺧﺴﺮﻳﻦ‬ ‫ﻧﻨﺒﺌﻜﻢ‬ ‫ﻫﻞ‬ ‫ﻗﻞ‬  para penguasa) …”38

‫ﺻﻨﻌﺎ‬ ‫ﻳﺤﺴﻨﻮﻥ‬ ‫ﺃﻧﻬﻢ‬ ‫ﻳﺤﺴﺒﻮﻥ‬ ‫ﻭﻫﻢ‬ ‫ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‬ ‫ﺍﻟﺤﻴﺎﺓ‬ ‫ﻓﻲ‬ ‫ﺳﻌﻴﻬﻢ‬ 
‫ﻓﺤﺒﻄﺖ‬ ‫ﻭﻟﻘﺂﺋﻪ‬ ‫ﺭﺑﻬﻢ‬ ‫ﺑﺌﺎﻳﺎﺕ‬ ‫ﻛﻔﺮﻭﺍ‬ ‫ﺍﻟﺬﻳﻦ‬ ‫ﺃﻭﻻﺋﻚ‬ { 104 }  38­ Siyarul A’laam An Nubalaa’ (XIII/576) dan dalam masalah ini kami
menulis sebuah risalah yang berjudul Al Qoulun Nafiis Fit Tahdziir
{105 } ‫ﻭﺯﻧﺎ‬ ‫ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ‬ ‫ﻳﻮﻡ‬ ‫ﻟﻬﻢ‬ ‫ﻓﻼﻧﻘﻴﻢ‬ ‫ﺃﻋﻤﺎﻟﻬﻢ‬  Min Khodii’ati Ibliis di sana kami cantumkan fatwa Ibnu Taimiyyah
mengenai seorang Ahlus Sunnah yang ingin memberi petunjukan
Katakanlah: Maukan kalian aku tunjukkan orang­orang yang sekelompok begal (rampok jalanan) dengan cara membuat sebuah acara
paling merugi amalan­amalannya? Yaitu orang­orang yang sia­sia tabuhan rebana yang mengiringi sya’ir yang mubaah (diperbolehkan
usaha mereka di dalam kehiduapan dunia sedangkan mereka dalam syariat), untuk mengelu­elukan mereka sampai di antara mereka
menyangka bahwasanya mereka berbuat baik. Mereka adalah ada yang mendapat petunjuk dan mereka menjadi orang­orang yang
orang­orang yang kafir terhadap ayat­ayat Robb mereka dan waro’ (berhati­hati) dengan hal­hal yang syubhat (meragukan) yang
mana sebelumnya mereka sama sekali tidak waro’ terhadap dosa­dosa
terhadap perjumpaan denganNya, maka gugurlah amalan­amalan besar. Maka Syaikhul Islampun menolak cara bid’ah tersebut meskipun
mereka sehingga pada hari qiyamat Kami tidak akan menegakkan di dalamnya terdapat kemaslahatan yang nyata. Dan ia menerangkan
timbangan untuk mereka. (Al Kahfi: 103­105) bahwasanya Syaikh tersebut bodoh terhadap cara­cara syar’iy atau ia
lemah untuk melakukannya, dan bahwasanya cara­cara syar’iy itu sudah
Dan semoga Alloh merahmati para salaf yang mencukupi dan tidak membutuhkan lagi kepada cara­cara yang lain
menamakan hal­hal yang dianggap sebagai kemaslahatan seperti cara­cara bid’ah tersebut. Lihat Majmuu’ Fataawaa (XI/337)
yang mereka poles dengan diin semacam ini sebagai dalam pembahasan Tashowwuf. Lalu bagaimana seandainya ia rh
“khodii’atu ibliis” (tipu daya Iblis), mereka memberikan melihat apa­apa yang dianggap baik dan maslahat oleh orang­orang
nama tersebut kepada orang yang bermudaahanah  yang masuk kedalam kekafiran di jaman kita ini, dengan alasan
kemaslahatan dakwah dan diin (Islam)?

109 110
Coba perhatikan penolakannya terhadap hal­hal yang pagi ini? Lalu hatiku menjadi lunak kepadanya. Lalu bagai
dianggap maslahat dan baik oleh sebagian fuqohaa’ (para ahli mana dengan orang yang makan tsariid (bubur, sejenis
fikih) yang masuk ke (rumah) para penguasa dan mendekati makanan yang lezat) mereka dan menginjak permadani
mereka dengan alasan untuk meringankan kedholiman dan mereka??” Sampai di sini perkataan Sufyaan. Dinukil dari
menolak kerusakan ..!! dan bagaimana ia (Sufyaan) Tadzkirotul Maudluu’aat, hal. 25.
menamakan hal itu sebagai khodii’atu ibliis (tipu daya Maka setelah ini semua, tidak aneh lagi jika mereka
Iblis), dan tahukah anda kapankah ia mengatakan hal itu .. tidak hanya sekedar membela kesyirikan yang mereka
yaitu pada awal­awal kekhilafahan Banil ‘Abbaas, sebelum lakukan dan yang telah mereka campur­aduk dengan diin
Al Ma’muun dan sebelum orang­orang semacan dia yang (ajaran Islam) .. lebih dari itu mereka membela dan
menampakkan bid’ah dan menyiksa manusia .. dan ketika mencarikan alasan untuk para thoghut penguasa dan para
itu keperkasaan dan wibawa kekhilafahan masih ada, dan pendukung mereka .. Dan di antara alasan yang
penaklukan­penaklukan yang dilakukan kaum muslimin menggelikan dalam masalah ini adalah apa yang dikatakan
serta pasukan­pasukannya mengguncang benteng­benteng oleh seorang ikhwaaniy (anggota Ikwaanul Muslimiin)
orang­orang kafir baik di barat maupun di timur .. yang menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ­­­
Lalu bagaimana seandainya ia rh melihat orang­orang sebagai dewan legislatif (pembuat undang­undang) ­­­, ia
yang menyeleweng pada zaman kita sekarang yang mana mengunjungi kami di penjara dengan didampingi oleh
mereka bukan hanya sekedar mendekatkan diri kepada para menteri dalam negeri dan para pembantunya, ia dan orang­
thoghut dan orang­orang murtad .. akan tetapi lebih dari itu orang yang bersamanya terkejut ketika kami tidak mau
mereka telah masuk diin (agama) mereka, dan telah mengucapkan salam kepada mereka, kami kafirkan mereka,
bersumpah untuk menghormati undang­undang syirik kami nyatakan baroo’ kami terhadap mereka dan terhadap
mereka, dan ikut serta di dalam membuat undang­undang undang­undang dan pemerintahan mereka, dan kami
kafir mereka, dan menjadi bala tentara yang setia serta menolak ­­­ atas karunia dan keteguhan dari Alloh ­­­ untuk
pendukung yang tulus bagi mereka ..?? mengajukan permohonan apapun kepada mereka .. dan
Kemudian mereka tidak malu­malunya untuk kami mengingkari apa yang diada­adakan oleh si anggota
memoles semua kekafiran yang nyata dan kesyirikan yang DPR tersebut di dalam surat kabar yang mengatakan
terang tersebut dengan diin (Islam) .. Mereka mengatakan: bahwasanya kami mengkafirkan semua orang. Dan kami
Ini adalah kemaslahatan dakwah dan memperjuangkan diin terangkan kepadanya dan kepada orang­orang yang
(Islam) !! Namun sebenarnya itu semua adalah kemaslahatan bersamanya bahwasanya itu semua adalah kedustaan
uang dan kursi (kedudukan) .. Dan semoga Alloh merahmati belaka. Karena kami tidak mengkafirkan orang secara
Sufyaan karena ia mengatakan: “Sungguh aku benci kepada umum, sebab peperangan kami bukan terhadap orang­orang
orang yang mengatakan kepadaku: Bagaimana keadaanmu  awam, akan tetapi peperangan kami adalah terhadap

111 112
pemerintah yang memerangi diin Alloh, dan kami hanyalah Apabila kamu tidak malu maka berbuatlah semaumu.39
mengkafirkannya dan mengkafirkan orang yang Adapun orang tersebut sebenarnya dia hanyalah
mendukung serta melindungi undang­undang kafirnya atau mempertahankan keanggotaannya di dalam parlemen syirik.
ikut serta di dalam menetapkannya .. dan sesungguhnya Pernah suatu ketika ia berdalih dengan pujian Rosululloh
kami senantiasa menyeru mereka supaya tidak melindungi SAW terhadap hilful fudluul. Namun tatkala kami katakan
undang­undang tersebut dan supaya menjadi pelindung­ kepadanya: Sesungguhnya hilful fudluul yang dipuji oleh
pelindung syari’at dan diin (Islam) .. maka si anggota DPR Rosululloh SAW adalah diadakan dalam rangka untuk
tersebut bangkit untuk membantah vonis kafir terhadap menolong orang yang terdholimi dengan menggunakan
orang­orang yang saya sebutkan tadi dengan alasan kekuatan fisik, maka engkau harus konsekuen dengan ini
bahwasanya mereka itu adalah orang­orang yang dan tinggalkanlah aktifitas membuat undang­undang.
memperjuangkan diin (Islam) dengan kedudukan mereka Tatkala kami katakan seperti itu ia pergi sambil berteriak:
tersebut. Maka sebagaimana sangkaan dia, mereka itu Tidak, bekerja secara fisik tidak. Kita masih dalam keadaan
dengan kantor­kantor dan kedudukan­kedudukan mereka lemah dan tertindas, dan pada fase Mekah tidak ada kerja
adalah orang­orang yang tengah mempersiapkan fisik!! Maka saya katakan: Dengan demikian istidlaal
penegakkan khilafah yang kelak akan menghadapi Amerika (berdalil) mu dengan dalil ini telah gugur maka jangan kamu
­­­ sebagaimana yang ia katakan ­­­ dan ia sama sekali tidak pakai dalil ini lagi ..!
pernah malu untuk mengatakan itu di hadapan mereka ­­­
dan ketika itu dihadiri oleh penguasa tertinggi di bidang Oleh karena ini pada saat ini, sesaat sebelum ia
keamanan umum (kepolisian), dan ia adalah orang yang meninggalkan tempat kami, ia berdalil dengan perbuatan
paling keji dan paling keras dalam memerangi Islam ­­­ yang Nu’aim bin Mas’uud pada saat perang Ahzaab .. namun
mana alasan yang di ada­adakannya tersebut belum pernah tatkala kami tanyakan kepadanya: Dan apakah Nu’aim bin
terlintas di dalam benak salah seorangpun di antara mereka Mas’uud besumpah untuk menghormati undang­undang
dan tidak pernah pula mereka ucapkan sama sekali dan buatan manusia? Atau apakah dia membuat syariat, tatkala
justru apabila mereka mengucapkannya atau ia melemahkan semangat pasukan Ahzaab untuk
menyatakannya mungkin mereka malah akan disidang atau memerangi Nabi SAW? Atau apakah ia melakukan sebuah
dipecat .. namun ini adalah merupakan bukti kebenaran perbuatan yang nyata­nyata kafir atau nyata­nyata syirik
sabda Nabi SAW yang beliau sampaikan dari pertama kali sebagai mana yang kalian lakukan..? Ia tidak memberikan
kenabian:  jawaban, dan ia berpaling lalu pergi ..

‫ﺷﺌﺖ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﻓﺎﺻﻨﻊ‬ ‫ﺗﺴﺘﺢ‬ ‫ﻟﻢ‬ ‫ﺇﺫﺍ‬ 
39­ Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhooriy dan yang lainnya dari
Abu Mas’uud Al Badriy.

113 114
Maka benarlah apa yang dikatakan Sufyaan: “Lalu KETIGA: HAL­HAL YANG MENYEBABKAN KAFIR
bagaimana dengan orang yang makan tsariid (bubur, sejenis
makanan lezat) mereka … dan menginjak permadani
mereka?”  As Sabab Asy Syar’iy (sebab yang syar’iy) itu menurut
ushuuliyyuun (para ahli ushul fiqih) adalah: “Sesuatu yang
jelas, dan bisa dijadikan patokan, yang dapat dijadikan
untuk menetapkan hukum, oleh karena Syaari’ (Sang
pembuat syariat) menggantungkan hukum padanya.”40 atau
“Sesuatu yang keberadaannya menyebabkan adanya
musabbab (hukum) dan ketidak adaannya menyebabkan
ketidak adaannya (hukum).” Atau “Menjadikan sesuatu
yang jelas dan yang dapat dijadikan patokan sebagai manaath
adanya sebuah hukum, artinya menimbulkan adanya sebuah
hukum.”41
Dan dengan kata lain sebab adalah sesuatu yang
dijadikan oleh Syaari’ (Sang pembuat syari’at) sebagai tanda
adanya musabbabnya (yaitu suatu hukum) dan menjadi
keberadaan musabbab itu tergantung dengan keberadaannya,
dan ketidak adaannya musabbab tergantung dengan ketidak
adaannya sesuatu tersebut. Oleh karena itu para ulama’
mengatakan: 

‫ﻋﺪﻣﺎ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭﺟﻮﺩﺍ‬ ‫ﻋﻠﺘﻪ‬ ‫ﻣﻊ‬ ‫ﻳﺪﻭﺭ‬ ‫ﺍﻟﺤﻜﻢ‬

40 ­ Lihat Al Waadlih Fii Ushuulil Fiqhi, karangan Muhammad


Sulaimaan Al Asyqor, hal. 31
41 ­ Lihat Irsyaadul Fuhuul, karangan Asy Syaukaaniy, hal. 24,

sedangkan Manaath adalah: 


‫ﺍﻟﺸﻲء‬  ‫ﻧﺎﻁ‬ artinya menggantungkan sesuatu, dan di antaranya adalah
Dzaatu Anwaath dan manaath itu adalah sebuatan bagi suatu ‘illah atau
sebab karena adanya sebuah hukum itu tergantung padanya.

115 116
Hukum itu keberadaan dan ketidak adaannya tergantung dengan Dan oleh karena iman itu menurut Ahlus Sunnah
keberadaan dan ketidak adaan ‘illahnya. Wal Jamaa’ah mempunyai tiga rukun, yaitu keyakinan,
Sedangkan ‘illah itu merupakan sinonim sebab perkataan dan perbuatan .. maka sesungguhnya sebab­sebab
menurut mayoritas ahli ushul fiqih. Di dalam Marooqis kekafiran itu adalah kebalikannya: yaitu perkataan mukaffir,
Sa’uud dikatakan:  atau perbuatan mukaffir dan masuk dalam kategori ini at
tarku (meninggalkan perbuatan) al mukaffir, atau keraguan
‫ﻟﻴﻪ‬ ‫ﺇ‬ ‫ﺑﻌﻀﻬﻢ‬ ‫ﺍﻟﻔﺮﻕ‬ ‫ﻭ‬        ‫ﺍﻟﺴﺒﺐ‬ ‫ﺗﺮﺍﺩﻑ‬ ‫ﻋﻠﺔ‬ ‫ﻣﻊ‬ ‫ﻭ‬  atau keyakinan mukaffir. 
‫ﺫﻫﺐ‬ ­ Ibnu Hazm (456 H) dalam mendefinisikan
kekafiran mengatakan: “Dan kekafiran itu menurut
Dan sedangkan ‘illah itu adalah sinonim dari sebab…
pengertian diin (agama) adalah: Sebutan bagi orang yang
Dan sebagian mereka (para ulama’) membedakan antara mengingkari sesuatu yang diwajibkan oleh Alloh SWT untuk
keduanya…42 diimani, setelah sampai hujjah dan kebenaran kepadanya,
dengan hati tanpa lisan, atau dengan lisan tanpa hati atau
42 ­ Lihat Mudzkkirotu Ushuulil Fiqhi, karangan Asy Syinqiithiy, hal.
dengan kedua­duanya, atau dia melakukan suatu perbuatan
42. Dan masing­masing dari dua kelompok tersebut sepakat bahwasanya
‘illah dan sabab itu merupakan sebuah pertanda suatu hukum, atau yang dinyatakan di dalam nash bahwasanya orang yang
bahwasanya keduanya adalah yang menjadi landasan suatu hukum, atau melakukannya telah keluar dari sebutan beriman.” Al
hukum terikat dengannya baik keberadaannya atau ketidakadaannya, Ihkaam Fii Ushuulil Ahkaam (I/45) 
sehingga dalam masalah ini ‘illah adalah sinonim sabab. Orang­orang
yang berpendapat bahwasanya keduanya itu berbeda, hanyalah ­ Dan Taajud Diin As Subkiy (771 H)
membedakan dalam hikmah dijadikannya sebagai landasan hukum. Jika mengatakan: “Mengkafirkan orang adalah sebuah hukum
hikmah dijadikannya sebagai landasan hukum dipahami oleh akal kita syar’iy yang muncul akibat mengingkari rubuubiyyah
maka itu disebut ‘illah dan sabab, namun jika hikmahnya termasuk hal­
hal yang tidak dapat dipahami oleh akal kita maka ia hanya disebut
sabab dan tidak disebut ‘illah. Oleh karena itu menurut mereka yang tidak adanya penghalang­penghalangnya adalah termasuk ‘illah dalam
berpendapat seperti ini, safar (bepergian) itu merupakan ‘illah dan sabab pengertian ini. Adapun ‘illah ghoiru taammah adalah: ‘illah yang
untuk diqoshornya sholat, sedangkan condongnya matahari merupakan menimbulkan hukum, akan tetapi tergantung dengan terpenuhinya
sabab dan bukan ‘illah untuk sholat dhuhur. Dengan demikian maka syarat­syaratnya dan tidak terdapatnya penghalang­penghakangnya.
setiap ‘illah itu adalah sabab dan tidak setiap sabab itu ‘illah menurut Yang semacam ini dinamakan sebagai sabab oleh mereka yang
mereka yang membedakan antara ‘illah dan sabab, hanya dalam sisi ini membaginya dari sisi ini.
saja. Dengan demikian, pada bagian yang pertama sebuah hukum tidak
Dari sisi lain sebagian mereka membagi ‘illah menjadi ‘illah taammah pernah terpisah dengan ‘illahnya sedangkan yang kedua terkadang
(‘illah yang sempurna) dan ‘illah ghoiru taammah (‘illah yang tidak ‘illah tidak menimbulkan sebuah hukum disebabkan karena adanya
sempurna). ‘illah taammah adalah: ‘illah yang selalu bersama sebuah penghalang atau tidak terpenuhinya syaratnya .. maka ini hanyalah
hukum, keneradaannya maupun ketidakadaannya, sehingga apabila ada permasalahan istilah ‘illah atau sabab yang berkaitan dengan syarat­
‘illah maka pasti ada hukum. Sehingga terpenuhinya syarat­syarat dan  syarat dan penghalang­penghalangnya .. lihat Al Fataawaa (XXI/204).

117 118
(ketuhanan Alloh) atau wahdaaniyyah (keesaan Alloh) atau Dan ini adalah sebab­sebab kekafiran secara umum ..
risaalah (ajaran Rosul), atau perkataan atau perbuatan yang Adapun sebab­sebab takfiir (seseorang itu dikafirkan)
dinyatakan oleh Syaari’ (Sang pembuat syariat) sebagai yang digunakan untuk hukum di dunia, maka hanya
kekafiran meskipun ia tidak mengingkarinya.” Fataawaa As terbatas pada: perbuatan atau perkataan mukaffir saja. Dan
Subkiy (II/586)  kami telah sebutkan dalil­dalil yang menunjukkan
­ Dan Asy Syarbiiniy Asy Syaafi’iy (977 H) di bahwasanya di antara perkataan dan perbuatan itu ada yang
dalam Mughnil Muhtaaj mengatakan: “Murtad adalah merupakan murni kekafiran yang mengakibatkan keluar
memutuskan Islam dengan niat atau perkataan atau dari millah (Islam), tanpa disyaratkan harus dibarengi
perbuatan, sama saja apakah ia mengucapkannya sebagi dengan keyakinan yang rusak atau juhuud (pengingkaran)
bentuk main­main atau pembangkangan atau keyakinan.” atau istihlaal (menghalalkan perbuatan atau perkataan
(IV/133)  tersebut), di dalam buku kami yang berjudu Imtaa’un
­ Dan Manshuur Al Bahuutiy Al Hambaliy Nadzri Fii Kasyfi Syubuhaati Murji­atil ‘Ashri, di sana
(1051 H) mengatakan: “Orang yang murtad menurut kami bahas secara panjang lebar maka silahkan kaji buku
pengertian bahasa adalah: orang yang kembali. Alloh tersebut karena pembahasannya ada di sana.
berfirman:  Dan syariat telah membatasi sebab­sebab takfiir (vonis
kafir) itu hanya pada itu saja, di dalam hukum yang berlaku
َ‫ﺧَﺎﺳِﺮِﻳﻦ‬ ‫ َﻓﺘَﻨﻘَِﻠﺒُﻮﺍ‬ ْ‫َﺃ ْﺩﺑَﺎﺭِﻛُﻢ‬ ‫ﻋَﻠَﻰ‬ ‫ﺗَ ْﺮ َﺗﺪﱡﻭﺍ‬ َ‫ﻭَﻻ‬ di dunia ..
Dan janganlah kalian kembali kebelakang sehingga kalian pulang Karena keyakinan dan keraguan adalah sebab yang
dalam keadaan rugi. (Al Maa­idah: 21) tidak nampak dan tidak dapat dijadikan patokan di dalam
Sedangkan menurut pengertian syar’iy adalah: orang yang hukum yang berlaku di dunia. Oleh karena itu Syaari’ (Sang
kafir setelah beriman, baik dengan ucapan atau keyakinan pembuat syariat) tidak menjadikannya sebagai sebab takfiir
atau keraguan atau perbuatan.” Kasyful Qonnaa’ ‘An (vonis kafir), akan tetapi hal itu hanya khusus bagi Alloh
Matnil Iqnaa’ (VI/136) yang mengetahui yang rahasia dan tersembunyi, maka hal
itu hanyalah merupakan sebab­sebab kekafiran yang berlaku
Dan perkataan para ulama’ dalam masalah ini banyak
di akherat yang tidak ada hubungannya di dalam hukum

yang berlaku di dunia .. oleh karena itu orang yang
Dan di sana disebutkan bahwasanya sebab­sebab menyembunyikan kekafiran dan tidak menampakkannya,
kekafiran atau kemurtadan itu adalah sebagaimana yang akan tetapi ia menampakkan syariat­syariat Islam, maka ia
telah kami kemukakan di atas, yaitu: perkataan mukaffir, atau adalah orang munafiq yang di dunia diperlakukan sebagai
perbuatan mukaffir, atau keyakinan mukaffir atau keraguan orang Islam, adapun di akherat Alloh akan menghisab
mukaffir ..  sebab­sebab kekafiran yang ia sembunyikan di dalam
119 120
hatinya, sehingga tempat kembalinya adalah di dalam kerak menimbulkan musabbabnya.”43 “Karena seorang mukallaf itu
naar (neraka) yang paling bawah .. tidak berhak untuk memutuskan keterkaitan yang telah
Dan di depan telah disebutkan perkataan Syaikhul ditetapkan oleh Syaari’ (Sang pembuat syariat) antara
musabbab dengan sebabnya.” Dan ia sama sekali tidak akan
Islam Ibnu Taimiyyah yang terdapat di dalam Ash
Shoorimul Masluul hal. 177­178, yang berbunyi: dapat melakukannya meskipun ia berandai­andai kepada
“Kesimpulannya, barangsiapa mengucapkan atau Alloh..
melakukan suatu kekafiran maka ia kafir meskipun ia tidak Atas dasar ini, maka apabila seorang mukallaf
bermaksud untuk menjadi orang kafir, karena tidak ada melakukan sebuah sebab dari sebab­sebab kekafiran yang
orang yang bermaksud menjadi kafir kecuali orang yang nyata, yang berupa perkataan dan perbuatan mukaffir, dan
dikehendaki Alloh.” terpenuhi syarat­syaratnya serta tidak terdapat penghalang­
Maka sebab­sebab kekafiran itu hanya dibatasi pada penghalangnya, maka ia kafir, meskipun ia mengaku tidak
perbuatan atau perkataan mukaffir saja, karena memang bermaksud untuk kafir dan keluar dari diin (Islam) .. karena
hanya itulah yang diakui di dunia, dan tidak boleh hal semacam ini tidak ada seorangpun yang
menggunakan sebab­sebab yang tersembunyi di dalam hati, menginginkannya kecuali orang yang dikehendaki Alloh,
karena ia tidak mempunyai peran di dalam hukum yang meskipun orang­orang Nasrani sekalipun jika mereka
berlaku di dunia .. lihatlah perkataan yang mirip dengan ini ditanya: Apakah dengan mengatakan bahwa Al Masiih itu
di dalam Ash Shoorimul Masluul (hal. 370) anak Alloh itu kalian ingin menjadi kafir? Tentu mereka
menolak dan mengingkarinya.
Dan di depan telah diterangkan perkataan Ibnu
Taimiyyah yang berbunyi: “…meskipun ia tidak bermaksud
untuk menjadi orang kafir ..” Hal itu karena Syaari’ (Sang
pembuat syari’at) menjadikan musabbab itu terikat dengan
sebabnya, “..sehingga jika sebabnya ada, dan terpenuhi
syarat­syaratnya serta tidak terdapat penghalang­
43 ­ Lihat Ushuulul Fiqhi, karangan ‘Abdul Wahhaab Kholaaf, hal. 118.
penghalangnya, maka sebab tersebut pasti menimbulkan
Dan mereka (para ulama’) memberikan contoh dengan orang yang
musabbabnya..” menceraikan istrinya dengan tholaq roj’iy (cerai yang masih dapat dirujuk
“Karena menurut syar’iy musabbab itu tidak akan lagi) karena ia mempunyai hak untuk merujuknya kembali meskipun ia
mengatakan: “Tidak ada rujuk bagiku.” Atau seperti orang yang
terpisah dari sebabnya, sama saja apakah orang yang melakukan safar pada bulan romadlon, ia diperbolehkan untuk tidak
melakukan sebab tersebut bermaksud untuk menimbulkan melakukan shiyaam (puasa), baik dia bermaksud supaya boleh untuk
musabbabnya atau tidak. Akan tetapi sebab itu akan tetap tidak melakukan shiyaam (berpuasa) atau tidak.. dst. Karena semua
menimbulkan musabbab meskipun ia tidak bermaksud untuk  hukum itu keberadaannya atau tidak adanya selalu bersama dengan
‘illah dan sebabnya.

121 122
Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Sebab­Sebab Ayat ini menerangkan bahwasanya ada sebagian
Kekafiran. kekafiran itu yang lebih berat dari pada sebagian yang lain,
Ketahuilah bahwasanya apabila seorang mukallaf itu dan ini dapat dipahami dengan jelas. Maka barang siapa
melakukan sebuah sebab dari sebab­sebab kekafiran yang yang terkumpul padanya beberapa sebab kekafiran, ia
nyata, dan pada dirinya tidak terdapat hal­hal yang menjadi murtad karena enggan mengikrarkan dua kalimat syahadat
penghalang vonis kafir, maka ia kafir, dan untuk dan ia meninggalkan sholat, lalu selain itu ia mencela diin
mengkafirkannya tidak harus menunggu terkumpulnya Alloh dan mencaci RosulNya SAW, membangkitkan
lebih dari satu sebab kekafiran. Namun apabila ia permusuhan terhadapnya serta berusaha untuk
melakukan beberapa sebab atau ‘illah kekafiran maka memeranginya, sebagaimana yang dilakukan oleh
kekafirannya akan semakin besar dan bertumpuk­tumpuk. ‘Abdulloh bin Sa’ad bin Saroh, ‘Abdulloh bin Khothol
Karena kekafiran itu berlapis­lapis sebagaimana iman juga dan lain­lain yang kisahnya disebutkan oleh Syaikhul Islam
bertingkat­tingkat .. dalam masalah ini silahkan lihat di dalam buku Ash Shoorimul Masluul, tidak diragukan
“Pembahasan Tingkatan­Tingkatan Mukallaf Di Alam lagi bahwa kemurtadan mereka adalah lebih berat dan lebih
Akherat” di dalam buku Toriiqul Hijrotain, karangan Ibnul besar dari pada orang yang kafir lantaran satu sebab
Qoyyim, dan dalam masalah ini dalilnya adalah firman kekafiran saja, seperti orang­orang yang mengolok­olok para
Alloh SWT :  qurroo’ (ahli Al Qur’an) pada perang Tabuk, dan seperti
orang­orang yang murtad karena tidak mau membayar
ِ‫ﺍﻟْﻜُﻔْﺮ‬ ‫ﻓِﻲ‬ ُُ‫ ِﺯﻳَﺎ َﺩﺓ‬ ُ‫ﺍﻟﻨﱠﺴِﻰء‬ ‫ِﺇﻧﱠﻤَﺎ‬ zakat saja namun mereka tetap mau melaksanakan sholat
atau rukun­rukun Islam yang lainnya …
Sesungguhnya mengundur­undur bulan haram itu adalah
kekafiran tambahan. Dan kesimpulannya adalah: bahwasanya beralasan
dengan lebih dari satu sebab kekafiran untuk memvonis
Di sini dikatakan bahwasanya mengundur­undur bulan
kafir, bukan merupakan syarat takfiir (memvonis kafir), akan
haram itu adalah sebab tambahan dari sebab­sebab kekafiran
tetapi hal itu hanya sebagai tambahan penguat dalam
yang ditambahkan oleh orang­orang musyrik kepada
memvonis kafir, sehingga kekafirannya lebih berat dan lebih
kekafiran­kekafiran mereka yang lain. Alloh SWT juga
besar..
berfirman: 
Sebagaimana sesuatu itu terkadang diharamkan
‫ﻭَﻧِﻔَﺎﻗًﺎ‬ ‫ﻛُﻔْﺮًﺍ‬ ‫ﺷﺪﱡ‬
َ َ‫ﺃ‬ ُ‫ﺍْﻷَﻋْﺮَﺍﺏ‬ karena dua sebab sebagai penekanan atas haramnya sesuatu
Orang­orang Arab pedalaman itu sangat besar kekafiran dan tersebut, seperti haramnya menikahi ar robiibah 44, karena
kemunafikannya.. (At Taubah: 97) 
44­ Ar Robiibah adalah: anak perempuan bawaan dari istri dari hasil
pernikahan dia dengan orang lain sebelum ia menikah dengan suaminya
sekarang..

123 124
selain ia mahrom lantaran persusuan ia juga sebagai robiibah. Dan termasuk dalam masalah ini adalah kekafiran
Dan dalam masalah ini para ulama’ berdalil dengan hadits para penguasa thoghut pada zaman sekarang.
Ummu Habiibah yang terdapat di dalam Shohiih Al Sesungguhnya kekafiran mereka itu berlapis­lapis, karena
Bukhooriy dan Shohiih Muslim, bahwasanya ia berkata mereka telah melakukan berbagai sebab kekafiran sehingga
kepada Nabi SAW:  mereka telah keluar dari diin (Islam) melalui banyak pintu ..
seperti membuat syariat yang tidak diijinkan oleh Alloh,
‫ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺻﻠﻰ‬ ‫ﻓﻘﺎﻝ‬ ‫ﺳﻠﻤﺔ‬ ‫ﺃﻡ‬ ‫ﺑﻨﺖ‬ ‫ﺩﺭﺓ‬ ‫ﻧﺎﻛﺢ‬ ‫ﺃﻧﻚ‬ ‫ﻧﺘﺤﺪﺙ‬ ‫ﺇﻧﻨﺎ‬  memutuskan perkara dengan selain hukum Alloh, menganut
‫ﻷﻧﻬﺎ‬ ‫ﻟﻲ‬ ‫ﺣﻠﺖ‬ ‫ﻟﻤﺎ‬ ‫ﺣﺠﺮﻱ‬ ‫ﻓﻲ‬ ‫ﺭﺑﻴﺒﺘﻲ‬ ‫ﺗﻜﻦ‬ ‫ﻟﻮﻟﻢ‬ ‫ﺇﻧﻬﺎ‬ : ‫ﺳﻠﻢ‬ ‫ﻭ‬  diin selain diin Alloh yang berupa ideologi­ideologi kafir dan
bid’ah seperti demokrasi dan lain­lain .. berwalaa’ kepada
‫ﻣﻮﻻﺓ‬ ‫ﺛﻮﻳﺒﺔ‬ ‫ﺳﻠﻤﺔ‬ ‫ﺃﺑﺎ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺃﺭﺿﻌﺘﻨﻲ‬ ٬‫ﺍﻟﺮﺿﺎﻋﺔ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺃﺧﻲ‬ ‫ﺑﻨﺖ‬  orang­orang Yahudi dan Nasrani, membantu saudara­
‫ﻟﻬﺐ‬ ‫ﺃﺑﻲ‬ saudara mereka yang murtad dari kalangan thoghut
Sesungguhnya kami membicarakan seandainya engkau menikahi internasional dalam memusuhi para mujahidin yang
Darroh binti Ummi Salamah. Maka Nabi bersabda: bertauhid, membuka pintu­pintu peluang untuk mengolok­
Sesungguhnya seandainya ia bukan robiibahku yang berada di olok diin (Islam), memberi ijin kepada berbagai sarana untuk
dalam rumahku ia tetap tidak halal untuk aku nikahi, karena dia mengolok­olok diin (agama) berupa uadio, visual dan surat
adalah anak perempuan dari saudaraku sepersusuan, aku dan Abu kabar .. dan lain­lain yang tidak memungkinkan untuk kami
Salamah telah disusui oleh Tsuwaibah budak perempuan Abu sebutkan semuanya lantaran banyaknya dan sempitnya
Lahab. lembaran ini ..
Dan Imam Ahmad pernah berkata tentang beberapa
hal yang haramnya berlapis­lapis: “Hal ini seperti bangkai
babi.” Hal itu disebabkan karena untuk menekankan dan
memperkuat keharamannya, dan juga seperti sangat
ditekankannya untuk membunuh orang yang membunuh
orang lain lalu ia murtad dan berzina sedangkan dia orang
yang muhshon (sudah pernah menikah) .. dan demikianlah ..
45

45­ Lihat di dalam pembahasan beralasan dengan dua ‘illah (sebab) atau
lebih untuk sebuah hukum dan pembahasan­pembahasan yang
merupakan cabang dari pembahasan ini di dalam berbagai buku Ushuul
Fiqih. Juga silahkan lihat di dalam Majmuu’ Fataawaa Ibnu Taimiyyah
(XX/94 dan seterusnya). 

125 126
Perhatian:
Dipersilahkan kepada siapa saja untuk
memperbanyak atau menukil isi buku ini baik
sebagian maupun secara keseluruhan dengan
cara apapun, tanpa merobah isinya. Semoga
Alloh memberi balasan kepada siapa saja yang
membantu tersebarnya buku ini.

127 

Anda mungkin juga menyukai