Anda di halaman 1dari 56

Abu 

 Muhammad ‘Aashim Al Maqdisiy  PEMBAHASAN KETIGA: 
KESALAHAN­KESALAHAN DI DALAM 
MEMVONIS KAFIR

Di antara kesalahan­kesalahan tersebut sebagiannya


ada yang telah menyebar dan sebagian lagi ada yang sangat
fatal di dalam permasalahan takfiir (memvonis kafir) yang
banyak terjadi di kalangan orang­orang yang bersemangat,
SIKAP EKSTRIM DALAM  para pemula dan orang­orang ekstrim. Mereka melontarkan
tuduhan­tuduhan yang terkadang hal itu mereka lakukan
MENGKAFIRKAN ORANG  karena hawa nafsu dan terkadang karena minimnya ilmu
dan keikhlasan. Karena sesungguhnya minimnya ilmu itu
adalah perangkap untuk syubhat (perkara­perkara yang
samar) sedangkan lemahnya keikhlasan itu adalah
3  perangkap untuk syahwat (hawa nafsu), sedangkan tunduk
kepada syubhat dan syahwat adalah hawa nafsu dan
kesesatan yang berlipatganda .. dan Alloh SWT telah
KESALAHAN­KESALAHAN DI DALAM MEMVONIS  berfirman: 
KAFIR 
1. Perbedaa Antara Al Kufrul Muthlaq Dan Takfiirul Mu’ayyan 
‫ﻋﻦ‬ ‫ﻳﻀﻠﻮﻥ‬ ‫ﺍﻟﺬﻳﻦ‬ ‫ﺇﻥ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺳﺒﻴﻞ‬ ‫ﻋﻦ‬ ‫ﻓﻴﻀﻠﻚ‬ ‫ﺍﻟﻬﻮﻯ‬ ‫ﺗﺘﺒﻊ‬ ‫ﻭﻻ‬ 
2. Kaidah Yang Berbunyi: “Pada Asalnya Manusia Itu Kafir.” 
‫ﺍﻟﺤﺴﺎﺏ‬ ‫ﻳﻮﻡ‬ ‫ﻧﺴﻮﺍ‬ ‫ﺑﻤﺎ‬ ‫ﺷﺪﻳﺪ‬ ‫ﻋﺬﺍﺏ‬ ‫ﻟﻬﻢ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺳﺒﻴﻞ‬
Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu sehingga kamu akan
tersesat dari jalan Alloh. Sesungguhnya orang­orang yang tersesat
dari jalan Alloh itu bagi mereka adalah siksa yang keras lantaran
mereka melupakan hari perhitungan..
Penerjemah:  Dan terkadang hal itu mereka lakukan karena
Abu Musa Ath Thoyyaar  kedholiman yang mendorong mereka untuk melakukan
sikap yang ekstrim, dan terkadang mendorong mereka


untuk memfitnah orang lain. Dan Alloh SWT telah tauhid dengan dengan dalih bahwasanya para penganut
berfirman:  dakwah tersebut aqidahnya tidak murni, dan tidak
mempunyai hubungan dengan diin (Islam). Akan tetapi
‫ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﺑﻐﻴﻜﻢ‬ ‫ﺇﻧﻤﺎ‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ ‫ﺃﻳﻬﺎ‬ ‫ﻳﺎ‬ dakwah tersebut hanyalah merupakan letupan­letupan dari
Wahai manusia sesungguhnya kedholiman kalian itu hanyalah tahapan­tahapan pemaksaan, kemiskinan dan penindasan,
akanmenimpa kalian sendiri. oleh karena itu mereka menyangka bahwasanya dakwah
tersebut akan hilang bersamaan dengan berlalunya tahapan­
Dan juga niat buruk yang tumbuh dari permusuhan yang
tahapan tersebut ..
tidak dikendalikan bersadarkan pertimbangan yang adil
yang mana karena keadilanlah diciptakan langit dan bumi .. Dan apa yang mereka tuduhkan ini, kalaupun
dan Alloh SWT berfirman:  memang ada yang benar, hal itu hanyalah terjadi pada
orang­orang yang akalnya lemah dan ilmunya dangkal, yang
َ َ‫ﻭ‬ ِ‫ﺑِﺎﻟْﻘِﺴْﻂ‬ َ‫ﺷُ َﻬﺪَﺁء‬ ِ‫ﷲ‬ َ‫ﻗَﻮﱠﺍﻣِﻴﻦ‬ ‫ﻛُﻮﻧُﻮﺍ‬ ‫ءَﺍ َﻣﻨُﻮﺍ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ ‫ﻳَﺎﺃَﻳﱡﻬَﺎ‬ 
‫ﻻ‬ mana mereka belum mempunyai ilmu yang terarah secara
‫ﻟِﻠﺘﱠﻘْﻮَﻯ‬ ُ‫َﺃﻗْﺮَﺏ‬ َ‫ﻫُﻮ‬ ‫ﻋﺪِﻟُﻮﺍ‬ْ ‫ﺍ‬ ‫ﺗَ ْﻌﺪِﻟُﻮﺍ‬ ‫ﺃَﻻﱠ‬ ‫ﻋَﻠَﻰ‬ ٍ‫ﻗَﻮْﻡ‬ ُ‫ﺷَﻨَﺌَﺎﻥ‬ ْ‫ﻳَﺠْﺮِﻣَﻨﱠﻜُﻢ‬  baik dengan prinsip­prinsip, kaidah­kaidah dan dasar­dasar
syar’iy, sehingga mereka dan pemikiran­pemikiran mereka
َ‫ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥ‬ ‫ﺑِﻤَﺎ‬ ُُ‫ﺧﺒِﻴﺮ‬
َ  َ‫ﺇِﻥﱠ ﺍﷲ‬ َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻭَﺍﺗﱠﻘُﻮﺍ‬  diombang­ambingkan oleh situasi dan kondisi, tekanan dan
Hai orang­orang yang beriman, hendaklah kalian jadi orang­orang ketakutan ..
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi Dan orang­orang seperti mereka ini tidak ada apa­
dengan adil. Dan janganlah sekali­kali kebencian kalian terhadap
apanya jika dibandingkan dengan para da’i tauhid dan para
suatu kaum, mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Berlaku
penganut aqidah yang kokoh ..
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah
kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang Dan sesungguhnya ungkapan­ungkapan yang ekstrim
kamu kerjakan. (Al Maa­idah: 8) itu hanyalah terkadang dilontarkan oleh sebagian orang
yang bersemangat atau para pemula yang mana pemahaman
Dan terkadang juga yang mendorong mereka
mereka terhadap dakwah ini belum mantap, sebagaimana
melakukan hal itu adalah tekanan dari realita kekafiran dan
yang saya saksikan, seringkali hal itu terjadi lantaran mereka
teror pemikian, perasaan dan mental yang dilakukan oleh
cemburu terhadap (baca: emosi lantaran dilecehkannya) diin
musuh­musuh diin (Islam) ini terhadap para penganutnya,
(Islam) dan kesuciannya.
yang terkadang memunculkan buah pemikiran pada
sebagian orang sebagi bentuk reaksi dari mereka. Dan inilah Kemudian orang yang berakal di antara mereka jika
yang disebut oleh sebagian orang dengan al fikrus sujuuniy diingatkan, ia sadar dan kembali kepada dalil syar’iy maka
(pemikiran penjara), dan sebutan­sebutan lainnya yang iapun menyesuaikan rasa kecemburuan, perkataan dan
mereka buat dengan tujuan untuk meperburuk citra dakwah  perbuatannya dengan dengan dalil­dalil syar’iy tersebut,

3 4
baik ketika dalam keadaan senang atau dalam keadaan tidak ada seorangpun yang mempunyai kecemburuan melebihi
marah, baik dalam keadaan lapang atau dalam keadaan kecemburuan Alloh…
susah … karena sebagaimana yang telah kita pahami Ini adalah hadits yang asalnya terdapat di dalam Shohiih Al
bahwasanya kecemburuan yang terpuji itu hanyalah Bukhooriy dan Shohiih Muslim.
kecemburuan yang disesuaikan dengan prinsip­prinsip
syariat, bukan yang muncul sebagai reaksi yang tidak Dan juga diriwayatkan dalam sebuah hadits marfuu’: 
terarah …
‫ﺍﷲ‬ ‫ﻳﺒﻐﺾ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﺍﻟﻐﻴﺮﺓ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻳﺤﺐ‬ ‫ﻣﺎ‬ ٬‫ﺍﻟﻐﻴﺮﺓ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺇﻥ‬
Oleh karena itu ketika Sa’ad kesulitan untuk
Sesungguhnya di antara kecemburuan itu ada yang dicintai Alloh
mendapatkan empat orang saksi bahwa ia telah
dan ada yang dibenci oleh Alloh …
mendapatkan istrinya bersama seorang laki­laki, Nabi SAW
mengatakan kepadanya agar membiarkannya dan tidak Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud
membunuhnya sampai ia mendapatkan empat orang saksi. dan lainnya, dan hadits ini adalah hadits hasan ditinjau dari
Hal itu terjadi sebelum turun ayat yang menerangkan seluruh jalurnya.
tentang hukum li’aan .. dan Sa’ad mengatakan:  Dan tidak diragukan lagi bahwasanya orang­orang
seperti mereka ini, selama mereka adalah para pendukung
‫ﻗﺒﻞ‬ ‫ﺑﺎﻟﺴﻴﻒ‬ ‫ﻷﻋﺎﻟﺠﻪ‬ ‫ﻛﻨﺖ‬ ‫ﺇﻥ‬ ٬‫ﻧﺒﻴﺎ‬ ‫ﺑﺎﻟﺤﻖ‬ ‫ﺑﻌﺜﻚ‬ ‫ﺍﻟﺬﻱ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻛﻼ‬  diin (Islam) ini maka mereka diberi udzur (dimaafkan),
‫ﺫﻟﻚ‬ apabila syubhat yang mendorong mereka untuk
Sekali­kali tidak, demi (Alloh) yang telah mengutusmu dengan melontarkan kata­kata ekstrim terhadap sebagian orang
benar sebagai nabi, saya akan penggal lehernya sebelum itu. tersebut sangat kuat .. sebagai mana Nabi SAW memberi
udzur (maaf) kepada ‘Umar ketika ia mengatakan kepada
Dan Nabi SAW bersabda:  Haathib: “Sesungguhnya dia adalah orang munafiq.” Dan ia
‫ﺃﺟﻞ‬ ‫ﻭﻣﻦ‬ ٬‫ﻣﻨﻪ‬ ‫ﺃﻏﻴﺮ‬ ‫ﻷﻧﺎ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻓﻮ‬ , ‫ﺳﻌﺪ‬ ‫ﻏﻴﺮﺓ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺃﺗﻌﺠﺒﻮﻥ‬  (‘Umar) meminta ijin untuk membunuhnya (Haathib) ..
namun Nabi tidak mengatakan kepadanya (‘Umar): “Kamu
‫ﺷﺨﺺ‬ ‫ﻭﻻ‬ ٬‫ﺑﻄﻦ‬ ‫ﻭﻣﺎ‬ ‫ﻣﻨﻬﺎ‬ ‫ﻇﻬﺮ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﺍﻟﻔﻮﺍﺣﺶ‬ ‫ﺣﺮﻡ‬ ‫ﻚ‬ ‫ﺫﻟ‬  telah kafir karena kamu mengkafirkan saudaramu yang
‫ﺍﷲ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺃﻏﻴﺮ‬ muslim.” Hal itu karena Haathib telah terjerumus ke dalam
syubhat perbuatan mukaffir (yang mengakibatkan kafir) ..
Apakah kalian merasa heran terhadap kecemburuan Sa’ad.
akan tetapi mereka (orang­orang yang mengkafirkan orang
Sungguh demi Alloh saya benar­benar mempunyai kecemburuan
lain secara berlebihan karena kecemburuan mereka terhadap
melebihi dia, dan Alloh mempunyai kecemburuan melebihi
diin mereka) harus diajari, diingatkan dan dikembalikan
kecemburuanku, oleh karena itulah Alloh mengharamkan
kepada kebenaran, sebagaimana yang dilakukan Nabi SAW
perbuatan keji baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan 

5 6
terhadap ‘Umar … karena diin (Islam) itu tidak pilih kasih bersih dan suci, sehingga noda sekecil apapun yang ada
dan tidak berbasa­basi dengan seorangpun .. pada mereka akan nampak … oleh karena itu mereka harus
Dan hal ini (salah dalam mengkafirkan merngkafirkan waspada agar tidak menyeleweng dari manhaj mereka yang
orang) terjadi pada ‘Umar, lalu bagai mana dengan orang murni, meskipun menurut pandangan mata lebih kecil dari
lain yang lebih rendah derajatnya dari pada ‘Umar. Karena pada rambut … karena mereka bukanlah sebagai mana
kesalahan itu tetap saja kesalahan meski apapun yang musuh­musuh tauhid lainnya yang melumuri wajah dan
menjadi motifasinya .. dan karena tidak ada selain kebenaran baju mereka sendiri dengan kebatilan yang hina, dan dengan
itu kecuali kesesatan .. batilnya syahwat dan syubhat. Sehingga mereka tidak
merasa keberatan sama sekali untuk melakukan hal­hal yang
Dan niat yang baik atau tujuan yang bagus atau membinasakan, atau berhati­hati dari hal­hal yang
motofasi­motifasi yang mulia meskipun banyak, sama sekali mencelakakan, atau malu dengan hal­hal yang
tidak dapat memperindah dan memperbagus jeleknya wajah menghancurkan ..
kesesatan ..
Dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan
Kemudian musuh­musuh diin (Islam) dan seteru­ di dalam sebuah risalah yang termasuk paling baik yang ia
seteru dakwah ini, mereka selalu mengintai kesalahan atau tulis mengenai an naqdudz dzaatiy (mengkritisi personal) ­­­
ketergelinciran yang dilakukan oleh para pengikut dakwah sebagai mana yang mereka katakan dalam bahasa
ini dan mereka tidak akan memaafkan kesalahan tersebut … kontemporer ­­­ : “Bahwasanya di antara sebab mengapa
atau menyebutkan udzur (alasan) bagi mereka … atau para penganut ajaran bid’ah itu menghina salaf, adalah
memberi udzur (maaf) kepada mereka lantaran salah takwil kelalaian dan permusuhan yang dilakukan oleh orang­orang
.. dan mereka juga tidak berusaha untuk membedakan yang menisbahkan diri kepada mereka (salaf), dan perkara­
antara dakwah dengan pengikut dakwah, atau antara orang perkara ijtihaadiyyah yang mereka pegangi padahal yang
yang sudah memahami dakwah dengan mantap … dengan benar adalah yang bukan mereka pegangi, maka
para pemula .. sesungguhnya apa yang terjadi tersebut menyesatkan orang­
Dan sesuatu yang paling sedikit mereka miliki adalah orang yang tidak sependapat dengan mereka dengan
sikap adil, sedangkan sesuatu yang paling banyak mereka kesesatan yang besar.” (Majmuu’ Fataawaa IV/91)
miliki adalah kedustaan dan kebohongan .. sedangkan orang Oleh karena itu kami tidak akan membiarkan
yang memperbolehkan dan memandang baik untuk kesalahan­kesalahan seperti ini, yang dilakukan oleh orang­
berbicara tanpa dasar ilmu dan keadilan tidak akan kesulitan orang yang bergaul dengan kami atau orang­orang yang
untuk melontarkan tuduhan sebagai bentuk permusuhan .. kami ajari atau orang­orang yang menjadi tanggung jawab
Sedangkan para penganut dakwah tauhid yang penuh kami, dan kami tidak akan pernah mendiamkan kesalahan­
berkah ini adalah orang­orang yang memiliki pakaian yang  kesalahan tersebut sama sekali .. dan kami tidak akan

7 8
memperdulikan apapun dalam rangka membersihkan Kemudian di antara orang­orang yang marah
dakwah yang mahal ini dari segala hal yang memperburuk terhadap sikap baroo’ (berlepas diri) kami terhadap
citranya atau menodai kesuciannya, meskipun orang yang kesalahan­kesalahan dan tindandakan­tindakan ekstrim
dekat maupun orang yang jauh akan senang atau marah .. tersebut, dan mengingkarinya, mereka kembali (kepada
dan kedholiman, permusuhan dan gangguan mereka tidak kebenaran) setelah mereka matang dan paham, atau setelah
akan dapat menundukkan kami, karena sungguh orang­ mereka merasakan bahayanya tindakan­tindakan yang
orang yang lebih baik dari akupun telah mendapatkan menyimpang dari dakwah tersebut, dan mereka menyadari
gangguan pada diri dan kehormatan mereka sampai dampak­dampak negatif yang ditimbulkannya, maka
akhirnya mereka mendapatkan pertolongan dari Alloh, dan merekapun memuji sikap baroo’ (berlepas diri) kami, atau
semoga Alloh merahmati orang yang mengatakan:  mereka memudian melakukan apa yang saya lakukan
meskipun setelah beberapa waktu. Sehingga saya dan
‫ﻭ‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﻳﺤﺔ‬ ‫ﺗﻌﺐ‬ ‫ﻟﻬﺎ‬ ‫ﻭﺃﺩﻡ‬      ‫ﺟﺎﻫﺪﺍ‬ ‫ﺍﻟﻔﻀﺎﺋﻞ‬ ‫ﺟﻤﻊ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﺃﺩ‬  mereka itu adalah sebagaimana yang dikatakan dalam syair: 
‫ﺍﻟﺠﺴﺪ‬ 
‫ﺍﻟﻠﻮﻯ‬ ‫ﺑﻤﻨﻌﺮﺝ‬ ‫ﻧﺼﺤﻲ‬ ‫ﻟﻬﻢ‬ ‫ﺑﺬﻟﺖ‬ 
‫ﻭ‬ ‫ﻓﻴﻬﺎ‬ ‫ﺟﺪ‬ ‫ﻣﻤﻦ‬ ‫ﺗﻠﻘﺎﻩ‬  ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻧﻔﻊ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺍﻹﻟﻪ‬ ‫ﻭﺣﻪ‬ ‫ﺑﻬﺎ‬ ‫ﻭﺍﻗﺼﺪ‬ 
‫ﺍﻟﻐﺪ‬ ‫ﺿﺤﻰ‬ ‫ﻓﻲ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﺍﻟﺮﺷﺪ‬ ‫ﻳﺴﺘﺒﻴﻨﻮﺍ‬ ‫ﻓﻠﻢ‬
‫ﺍﺟﺘﻬﺪ‬ 
Saya berusaha keras untuk menasehati mereka atas penyelewengan
‫ﻳﻨﻘﻄﻊ‬ ‫ﺍﻟﻤﻮﺕ‬ ‫ﻓﺒﻌﺪ‬ ‫ﻫﻤﻼ‬    ‫ﻭﺑﻐﻴﻬﻢ‬ ‫ﺍﻟﺤﺎﺳﺪﻳﻦ‬ ‫ﻛﻼﻡ‬ ‫ﻭﺍﺗﺮﻙ‬  yang mereka lakukan …
‫ﺍﻟﺤﺴﺪ‬ Akan tetapi mereka tidak memahaminya kecuali setelah besok
paginya …
Berusahalah untuk mendapatkan berbagai keutamaan dengan
tekun dan sungguh­sungguh… Namun bagaimanapun puji syukur hanyalah milik
Alloh. Karena mereka­mereka yang kembali kepada
Dan dalam rangka itu senantiasalah jasadmu lelah dan luka …
kebenaran tersebut, meskipun setelah terjadi perselisihan
Dan dengan itu hendaknya engkau hanya mencari ridlo Alloh, dan dan kesulitan, mereka itu lebih baik dari pada orang­orang
hanya mendengarkan nasehat … yang bersikukuh di dalam kesalahan dan kesesatan. Dan
Dari orang yang telah bersusah­payah dan bersungguh­sungguh memberi hidayah hati itu bukanlah kuasa kita, dan juga
dalam menraihnya … tidak pernah seorangpun berkuasa atasnya. Sebagaimana
firman Alloh kepada sebaik­baik manusia (Muhammad): 
Dan tinggalkanlah perkataan dan kedholiman orang­orang yang
dengki… ‫ﺃﻋﻠﻢ‬ ‫ﻭﻫﻮ‬ ‫ﻳﺸﺎء‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻳﻬﺪﻱ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻭﻟﻜﻦ‬ ‫ﺃﺣﺒﺒﺖ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺗﻬﺪﻱ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﺇﻧﻚ‬ 
Karena setelah mati kedengkian itu akan hilang sendiri …  ‫ﺑﺎﻟﻤﻬﺘﺪﻳﻦ‬
9 10
Sesungguhnya engkau tidak dapat memberi hidayah kepada orang Sunnah Wal Jamaa’ah, yang kami tulis dan yang kami
yang engkau cintai akan tetapi Allohlah yang memberi hidayah dakwahkan ketika dalam keadaan lapang maupun ketika
kepada orang yang dikehendaki. Dan Dia Maha mengetahui orang­ dalam keadaan sempit, adalah merupakan hasil dari kajian
orang yang mendapat hidayah… dan penelitian terhadap dalil­dalil syar’iy dan pendapat­
Akan tetapi itu semua adalah karunia dan petunjuk pendapat salaf ..
Alloh SWT yang diberikan kepada siapa saja yang dipilih Dan atas karunia Alloh semata kami tetap memegang
dari hamba­hambaNya yang berjihad melawan hawa aqidah tersebut ketika di penjara dan diikat, dan ketika
nafsunya dan musuh­musuh Alloh untuk meraih hidayah dalam keadaan susah, dan kami tetap tidak condong kepada
tersebut. Sebagaimana firman Alloh SWT:  sesuatu yang terlalu berlebihan atau terlalu
menggampangkan meskipun kami ditekan atau dibujuk …
َ‫ﺍﻟْﻤُﺤْﺴِﻨِﻴﻦ‬ َ‫ﻟَﻤَﻊ‬ َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻭَﺇِﻥﱠ‬ ‫ﺳﺒَُﻠﻨَﺎ‬
ُ  ْ‫َﻟﻨَ ْﻬ ِﺪ َﻳﻨﱠﻬُﻢ‬ ‫ﻓِﻴﻨَﺎ‬ ‫ﺟَﺎ َﻫﺪُﻭﺍ‬ َ‫ﻭَﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ maka kami memohon kepada Alloh SWT agar
Dan orang­orang yang berjihad di jalan Kami pasti akan Kami beri menyempurnakan nikmatNya kepada kami dengan
petunjuk kepada jalan­jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh keteguhan dan akhir yang baik …
benar­benar bersama orang­orang yang berbuat baik. (Al Dan inilah kami menulis tentang masalah tersebut
‘Ankabuut: 29) sebagai nasehat dan penyadaran bagi para pemula dan
Intinya, sesungguhnya atas karunia Alloh SWT sajalah orang­orang yang bersemangat .. dan sebagai peringatan
kami tidak pernah melakukan atau membiarkan atau dan gertakan bagi orang­orang yang ekstrim dan
menyerukan atau menulis kesalahan­kesalahan dan melampaui batas .. dan sebagai penguat dari sikap baroo’
penyimpangan­penyimpangan tersebut. Dan lihatlah, (lepas diri) kami dan juga para penganut dakwah ini dari
tulisan­tulisan kami yang telah dicetak dan yang masih hal­hal yang menyimpang dan salah ..
berupa tulisan tangan menjadi saksi atas hal itu, semenjak
Alloh SWT menunjukkan kami kepada jalan ini .. akan tetapi
kami senantiasa baroo’ (berlepas diri) dari kesalahan­
kesalahan dan tindakan­tindakan serampangan tersebut,
baik ketika kami belum dipenjara maupun ketika kami
dipenjara, dan insya Alloh kami akan tetap seperti itu. Dan
kami tidak pernah sama sekali membangun ‘aqoo­id
sujuuniyyah (keyakinan­keyakinan hasil dari penjara), atau
tindakan­tindakan reaksional yang tidak terarah
berdasarkan kaidah­kaidah syar’iy, akan tetapi kami
menganut aqidah ini, yang merupakan aqidah Ahlus 

11 12
(1) bahwasanya kami telah mengkafirkan orang­orang yang
kami katakan tersebut, padahal sama sekali bukan itu yang
TIDAK MEMBEDAKAN ANTARA AL KUFRUL saya katakan atau yang saya maksudkan ..
MUTHLAQ DENGAN TAKFIIRUL MU’AYYAN ATAU
KUFRUN NAU’ DENGAN KUFRUL ‘AIN1 Begitu pula perkataan para ulama’ terhadap
kelompok­kelompok yang menyimpang dari aqidah Ahlus
Sunnah Wal Jamaa’ah, seperti perkataan mereka yang
Hal itu disebabkan karena banyak dari para pemula berbunyi: Orang­orang Jahmiyyah itu adalah orang­orang
dalam menuntut ilmu tidak membedakan antara perkataan kafir, atau: Orang­orang Qodariyyah itu adalah orang­orang
para ulama’ di dalam buku­buku mereka … seperti: kafir, atau yang lainnya.
“Pendapat para Imam yang disampaikan oleh Ibnul Qoyyim Mereka tidak membedakan antara perkataan tersebut,
rh bahwasanya mereka mengkafirkan orang yang dan antara menjatuhkan vonis hukum tersebut kepada para
mengingkari al istiwaa’ (Alloh itu bersemayam di atas ‘Arsy) personalnya .. maka terkadang mereka mengkafirkan setiap
dan menyangka bahwa yang dimaksud dengan al istiwaa’ itu orang yang mendengarkan paham­paham tersebut atau
adalah al istilaa’ (berkuasa)” atau seperti perkataan para membacanya dalam buku­buku dan tulisan­tilusan tentang
ulama’ yang berbunyi: “Barang siapa mengatakan: Al Qur’an paham­paham tersebut .. sampai­sampai saya pernah
itu makhluq, maka ia telah kafir.” Atau : “Mengatakan: mendengar di antara mereka ada yang mengkafirkan banyak
Sesungguhnya Alloh itu ada di mana­mana, maka ia telah ulama’ lantaran para ulama’ tersebut terjerumus ke dalam
kafir.” … pentakwilan sifat­sifat Alloh, seperti Al Haafidh Ibnu Hajar,
Atas dasar ini, maka apa­apa yang pernah kami An Nawawiy dan lain­lain dan di antara mu’aashiriin
katakan kepada sebagian orang yang terjerumus dalam adalah Sayyid Quthub2 dan yang lainnya … dan ini semua
perbuatan atau perkataan mukaffiroh (yang mengakibatkan adalah sikap ngawur dan tergesa­gesa yang menimbulkan
kafir), bahwa: Sesungguhnya si Fulan telah melakukan dampak tidak terpuji ..
mukaffiroot (hal­hal yang mengakibatkan kafir), atau:
Sesungguhnya ia telah mengucapkan kata­kata kafir atau
melakukan perbuatan kafir, perkataan­perkataan kami
2 ­ Pengkafiran terhadap Sayyid Quthub lantaran beberapa
tersebut dianggap oleh sebagian dari para pemula
kesalahannya dalam masalah sifat­sifat Alloh, dan beberapa
ungkapan­ungkapan sastranya, saya telah mendengar hal itu
1 ­ Al Kufrul Muthlaq atau Kufrun Nau’ adalah memfonis kafir dilakukan oleh para pengikut paham Murji­ah yang secara dusta
terhadap perkataan atau perbuatan atau keyakinan. Sedangkan mereka mengaku Salafiy, padahal di sisi lain mereka bersikap apatis
Takfiirul Mu’ayyan atau Kufrul ‘Ain adalah memvonis kafir dan dungu dalam mengkafirkan orang­orang murtad dari kalangan
terhadap orang yang melakukan perbuatan atau perkataan atau para thoghut dan pendukung­pendukung mereka yang memerangi
keyakinan yang telah divonis kafir tersebut.­ pentj.  diin Islam !!

13 14
Dan yang benar menurut para ulama’ peneliti adalah Artinya adalah: Memvonis perbuatannya dan bukan
bahwasanya meskipun mereka (para ulama’ tersebut) memvoni pelakunya. Oleh karena itu untuk melakukan At
mengatakan sesuatu mengenai berbagai paham dan Takfiirul Muth­laq ini cukup dengan melihat kepada dalil
kelompok yang menganut paham (yang sesat) tersebut … syar’iynya saja, yaitu hendaknya dalil tersebut haruslah
namun demikian mereka (para ulama’ tersebut) tidak qoth’iyyud dalaalah (jelas­jelas menunjukkan) bahwa
memvonis kafir terhadap setiap personalnya kecuali setelah perbuatan tersebut adalah kufur akbar, dan hendaknya dalil
melihat kepada syarat­syarat dan mawaani’ (penghalang­ tersebut bukanlah termasuk nash yang muhtamilud dalaalah
penghalang) takfiir. Di antaranya adalah yang disebutkan (masih mengandung kemungkinan bukan kufur akbar), selain
oleh Syaikhul Islam berkali­kali di dalam Al Fataawaa juga melihat kepada perbuatan yang dilakukan atau
bahwasanya “Orang­orang Jahmiyyah itu dikafirkan oleh perkataan yang diucapkan juga harus qoth’iyyud dalaalah
salaf dan para imam secara mutlak, meskipun personal (jelas­jelas menunjukkan) kepada kekafiran.
mereka tidak dikafirkan kecuali setelah tersampaikannya Adapun Takfiirul Mu’ayyan adalah: menjatuhkan
hujjah sehingga orang yang meninggalkan hujjah tersebut fonis kafir kepada orang tertentu yang mengucapkan
menjadi kafir.”3 perkataan atau melakukan perbuatan yang menjadi as
sababul mukaffir (sebab kekafiran). Maka dalam hal ini selain
Kesimpulan Dari Pembahasan Ini Adalah: harus melihat kepada vonis kafir terhadap perbuatan
sebagaimana yang diterangkan di dalam at takfiirul muth­
Sesungguhnya At Takfiirul Muthlaq itu adalah: laq juga harus melihat kepada kondisi orang yang
menetapkan kafirnya orang yang mengucapkan suatu melakukan perbuatan atau mengucapkan perkataan
perkataan tertentu atau melakukan suatu perbuatan tertentu tersebut, dari sisi pembuktian bahwa dia benar­benar
berdasarkan dalil syar’iy, yaitu dengan menyatakan melakukannya, dan pada dirinya tidak terdapat mawaani’
bahwasanya barangsiapa mengatakan begini maka dia kafir (penghalang­penghalang) hukum, artinya adalah
atau barangsiapa melakukan begini maka dia kafir. Yang terpenuhinya syarat­syarat untuk dikafirkan dan tidak
demikian ini dikatan secara mutlak tanpa menjatuhkan terdapat penghalang­penghalangnya pada diri orang
kekafiran tersebut kepada orang tertentu. tersebut ..
Maka At Takfiirul Muth­laq adalah: memvonis kafir Dan syarat­syarat serta penghalang­penghalang takfiir
terhadap sebab (kekafiran), bukan terhadap orang yang tersebut telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Dan
melakukan sebab (kekafiran tersebut). di depan telah dijelaskan bahwasanya meneliti syarat­syarat

3 ­ Sebagai contoh silahkan lihat (II/214) 

15 16
dan penghalang­penghalang tersebut hanyalah dilakukan merupakan bentuk pendustaan terhadap sabda Rosul SAW,
terhadap orang yang tidak mumtani’.4 akan tetapi terkadang orang yang mengucapkan kata­kata
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Dan aku tersebut adalah orang yang baru saja masuk Islam, atau dia
telah jelaskan kepada mereka bahwasanya pernyataan­ hidup di pedalaman yang terpencil. Orang yang semacam ini
pernyataan yang diriwayatkan dari salaf dan para imam tidak kafir jika mengingkari sesuatu sampai ditegakkan
lainnya yang mengkafirkan orang yang mengatakan begini (disampaikan) hujjah kepadanya. Dan bisa jadi orang
dan begini, adalah pernyataan yang benar juga. Akan tetapi tersebut belum mendengar nash­nash mengenai masalah
harus dibedakan antara pernyataan secara muth­laq dan yang ia ingkari tersebut, atau ia telah mendengarnya akan
pernyataan secara mu’ayyan. Dan ini adalah masalah prinsip tetapi ia meragukan keshohihannya atau setahu dia ada
yang pertama kali diperselisihkan oleh umat ini, yiatu sesuatu yang bertentangan dengan dalil tersebut sehingga ia
masalah al wa’iidi (ancaman). Karena sesungguhnya nash­ harus mentakwilkannya meskipun takwilannya itu salah.”
nash tentang al wa’iid (ancaman) yang terdapat di dalam Al Majmuu’ Fataawaa (III/247­248)
Qur’an itu menyatakannya secara muth­laq, sebagaimana Ia (Ibnu Taimiyyah) juga mengatakan (XXXV/101):
firman Alloh yang berbunyi:  “Dan akar permasalahan tersebut adalah: Sesungguhnya
suatu paham yang dinyatakan kafir berdasarkan Al Qur’an,
‫ﻇُﻠْﻤًﺎ‬ ‫ﺍﻟْﻴَﺘَﺎﻣَﻰ‬ َ‫ﺃَﻣْﻮَﺍﻝ‬ َ‫ َﻳﺄْﻛُﻠُﻮﻥ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ ‫ﺇِﻥﱠ‬ Sunnah dan Ijma hendaknya ia dinyatakan sebagai kekafiran
Sesungguhnya orang­orang yang memakan harta anak­anak yatim secara mutlak, sebagaimana yang dijelaskan oleh dalil­dalil
secara dholim …(An Nisaa’: 10) syar’iy. Karena sesungguhnya keimanan itu merupakan
status yang diterima dari Alloh dan RosulNya, dan bukan
Dan begitu pula seluruh nash yang lain yang menyatakan
merupakan status yang diberikan manusia berdasarkan
bahwasanya barangsiapa melakukan begini maka dia begini,
sangkaan dan hawa nafsu mereka. Dan tidak setiap orang
sesungguhnya ini semua bersifat mutlak dan umum .. hal ini
yang mengucapkan perkataan tersebut harus divonis kafir
sebagaimana para salaf yang mengatakan: Barangsiapa
sampai dibuktikan terpenuhinya syarat­syarat takfiir dan
mengatakan begini maka ia kafir, kemudian orang yang
tidak adanya mawaani’ (penghalang­penghalang) nya pada
terkena hukum tersebut akan terhindar dari ancaman
diri orang tersebut. Seperti orang yang mengatakan
dengan taubat atau kebaikan yang dapat menggugurkan
bahwasanya khomer atau riba itu halal, yang mana ia
kesalahan atau musibah­musibah yang dapat
mengucapkan perkataan tersebut lantaran ia baru masuk
menghapuskan dosa atau syafaat yang dikabulkan.
Islam atau lantaran ia hidup di daerah pedalaman yang
Sedangkan vonis kafir adalah termasuk al wa’iid terpencil, atau ia pernah mendengar sebuah perkataan
(ancaman), maka meskipun perkataan yang diucapkan itu  (mengenai permasalahan tersebut) yang ia ingkari (ia tidak
yakin keshohihannya) dan dia tidak yakin bahwa hal itu

­ Lihat pengertian mumtani’ pada pembahasan sebelumnya. (pentj.) 

17 18
adalah bersumber dari Al Qur’an atau hadits Rosul SAW … dihapuskan, dan bisa jadi dia mendapatkan syafaat dari
dst.” Hal ini telah disampaikan di depan .. seseorang yang syafaatnya dikabulkan.
Dan ia mengatakan (XXIII/195): “Dan hakekat dari Dan demikianlah semua perkataan yang
permasalahan tersebut adalah: bahwasanya perkataan itu menyebabkan kafir pelakunya, terkadang orang yang
terkadang merupakan kekafiran sehingga secara mutlak mengucapkan perkataan tersebut belum mendengar nash­
pelakunya dikafirkan, dan dikatakan: Barangsiapa nash yang dapat menjadikannya paham mana yang benar,
mengatakan begini maka dia telah kafir. Akan tetapi orang dan terkadang menurut orang tersebut nash­nash tersebut
tertentu yang mengucapkan perkataan tersebut tidak divonis masih diragukan kebenarannya, atau ia tidak dapat
kafir sehingga disampaikan hujjah kepadanya yang mana ia memahami nash­nash tersebut, dan terkadang orang
kafir jika meninggalkan hujjah tersebut. Dan yang demikian tersebut dihadapkan dengan syubhat­syubhat sehingga
inilah yang terdapat di dalam nash­nash wa’iid (ancaman). dengan syaubhat­syubhat tersebut ia mendapat udzur dari
Karena sesungguhnya Alloh SWT berfirman:  Alloh. Oleh karena itu orang beriman yang berijtihad untuk
mencari kebenaran akan tetapi ia salah, Alloh akan
ْ‫ﺑُﻄُﻮﻧِﻬِﻢ‬ ‫ﻓِﻲ‬ َ‫ َﻳﺄْﻛُﻠُﻮﻥ‬ ‫ﺇِﻧﱠﻤَﺎ‬ ‫ﻇُﻠْﻤًﺎ‬ ‫ﺍ ْﻟ َﻴﺘَﺎﻣَﻰ‬ َ‫ﺍﻝ‬ َ‫ﺃَﻣْﻮ‬ َ‫ َﻳﺄْﻛُﻠُﻮﻥ‬ َ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ ‫ﺇِﻥﱠ‬  mengampuni kesalahannya ­­­ siapapun orangnya ­­­ sama
‫ﺳَﻌِﻴﺮًﺍ‬ َ‫ﺳﻴَﺼْﻠَﻮْﻥ‬ َ َ‫ﻭ‬ ‫ﻧَﺎﺭًﺍ‬ saja apakah kesalahannya tersebut berupa pemikiran atau
perbuatan. Beginilah yang dianut oleh para sahabat Nabi
Sesungguhnya orang­orang yang memakan harta anak­anak yatim
SAW dan mayoritas para imam dalam Islam.”
secara dholim, sebenarnya yang ia makan itu adalah api dan
mereka akan masuk kedalam naar (neraka) yang menyala­nyala. Ia (Ibnu Taimiyyah) juga mengatakan, setelah
(An Nisaa’: 10)) menyebutkan perselisihan muta­akh­khiriin (orang­orang
yang datang belakangan) dalam masalah mengkafirkan ahlul
Sesungguhnya nash ini dan nash­nash wa’iid lainnya
bid’ah, apakah ia merupakan kekafiran yang mengeluarkan
adalah benar. Akan tetapi seseorang tertentu tidak divonis
pelakunya dari millah (Islam) atau tidak? Dan apakah
telah terkena ancaman tersebut. Karena seorang ahlul qiblah
mereka kekal di naar (neraka) atau tidak … ia mengatakan:
(orang Islam) tidak divonis masuk naar (neraka) karena bisa
“Dan asal permasalahan ini adalah: Bahwasanya mereka itu
jadi ia tidak termasuk kedalam ancaman tersebut lantaran
terkecoh dengan ungkapan­ungkapan yang bersifat umum
tidak terpenuhinya sebuah syarat atau lantaran terdapat
yang terdapat di dalam perkataan para imam, sebagaimana
sebuah penghalang pada dirinya. Bisa jadi ia belum
terkecohnya orang­orang generasi pertama dalam
mendengar bahwa hal itu diharamkan, dan bisa jadi ia telah
memahami ungkapan­ungkapan umum yang terdapat di
bertaubat dari perbuatan haram tersebut, dan bisa jadi dia
dalam nash­nash syar’iy. Setiap kali mereka dapatkan para
memiliki kebaikan­kebaikan besar yang dapat
imam tersebut mengatakan: Barangsiapa mengatakan begini
menggugurkan dosa perbuatan haram tersebut, dan bisa jadi
maka dia kafir, orang yang mendengarnya mempunyai
dia tertimpa berbagai musibah sehingga dosa­dosanya 
19 20
keyakinan bahwasanya ungkapan ini mencakup setiap orang adalah lebih berat dari pada sekedar menyerukan paham
yang mengucapkan perkataan tersebut. Dan mereka tidak tersebut …
berfikir bahwasanya memvonis kafir itu ada syarat­syarat Kemudian Imam Ahmad juga mendoakan Kholifah
dan mawaani’ (penghalang­penghalang) nya yang kadang
dan yang lainnya yang memukuli dan memenjarakannya,
tidak terpenuhi pada diri seseorang, dan bahwasanya Imam Ahmad juga memintakan ampun dan memaafkan
takfiirul muth­laq itu tidak akan mengakibatkan takfiirul
apa­apa yang telah mereka perbuat … seandainya mereka
mu’ayyan kecuali jika terpenuhi syarat­syaratnya dan tidak
telah murtad dari Islam tentu Imam Ahmad tidak boleh
terdapat penghalang­penghalangnya. Dan yang dapat memintakan ampun untuk mereka, karena sesungguhnya
menjelaskan masalah ini adalah bahwasanya Imam Ahmad memintakan ampun untuk orang­orang kafir itu tidak
dan seluruh imam yang mengucapkan kata­kata yang diperbolehkan berdasarkan Al Qur’an, Sunnah dan Ijma’.
bersifat umum tersebut, mereka tidak mengkafirkan Perkataan­perkataan dan perbuatan­perbuatan yang
sebagian besar orang yang mengucapkan kata­kata tersebut. dilakukan oleh Imam Ahmad dan para imam yang lainnya
Sebagai contoh adalah Imam Ahmad, sesungguhnya ia tersebut jelas­jelas menunjukkan bahwasanya mereka (Imam
secara langsung berhadapan dengan Jahmiyyah yang Ahmad dan para Imam yang lain) tidak mengkafirkan para
mengajaknya untuk mengatakan bahwasanya Al Qur’an itu personal Jahmiyyah …
makhluq dan untuk menafikan sifat­sifat Alloh, mereka dan
semua ulama’ pada masanya berusaha menyesatkan dia, dan Namun ada juga riwayat lain yang menunjukkan
mereka juga menyiksa orang­orang beriman baik laki­laki bahwasanya Imam Ahmad mengkafirkan sekelompok orang
maupun perempuan yang tidak mau menganut paham tertentu yang menganut paham tersebut. Jika dikatakan
Jahmiyyah dengan memukul dan memenjara .. dan ia bahwa atas dasar ini berarti ada dua riwayat darinya (Imam
menyebutkan bahwsanya sebagian besar penguasa Ahmad) mengenai permasalahan ini, namun ini perlu dikaji
mengkafirkan setiap orang yang tidak menganut paham ulang, atau dikatakan bahwasanya dalam permasalahan
Jahmiyyah seperti mereka, dan sebagian besar penguasa harus diperinci, yaitu hendaknya dikatakan: Orang tertentu
tersebut memperlakukan orang­orang yang menolak untuk yang dikafirkan adalah orang yang terbukti telah terpenuhi
menganut paham Jahmiyyah tersebut sebagaimana syarat­syarat dan tidak terdapat penghalang­penghalang
memperlakukan orang­orang kafir … dst.” Sampai ia vonis kafir pada dirinya, sedangkan orang yang tidak
mengatakan: “Dan telah kita ketahui bersama bahwasanya dikafirkan adalah orang yang pada dirinya tidak terpenuhi
ini adalah orang Jahmiyyah yang paling ekstrim, karena syarat­syarat untuk dikafirkan. Demikianlah, namun secara
menyeru kepada paham ini lebih berat dari pada (sekedar) umum tetap dikafirkan (orang yang menganut paham
menganut pemahaman tersebut, dan memberi imbalan Jahmiyyah).” Majmuu’ Fataawaa (XII/261­262)
terhadap orang yang mau menganutnya serta memberi Kesimpulannya .. sesungguhnya tidak
hukuman kepada orang yang tidak mau menganutnya  memperhatikan perbedaan antara at takfiirul muth­laq
21 22
dengan takfiirul a’yaan adalah merupakan kesalahan dan (2)
kekeliruan .. yang mana sebagian orang terjerumus
kedalamnya, sehingga mereka mengkafirkan orang­orang MENGKAFIRKAN ORANG BERDASARKAN KAIDAH
yang tidak boleh untuk dikafirkan kecuali setelah YANG BERBUNYI: “PADA ASALNYA MANUSIA ITU
disampaikan alasan kepadanya dan diperingatkan, maka KAFIR” KARENA NEGARANYA ADALAH NEGARA
merekapun sesat dan menyesatkan banyak orang …  KAFIR.

Dan di antara kesalahan yang tersebar di dalam


mengkafirkan adalah; mengkafirkan orang berdasarkan
kaidah yang berbunyi: “Pada asalnya manusia itu kafir”
karena negaranya adalah negara kafir, dan juga
memperlakukan mereka dan menghalalkan darah (nyawa),
harta dan kehormatan mereka berdasarkan kaidah ini, yang
mereka bangun atas dasar bahwa sanya negaranya adalah
negara kafir. Dan permasalah ini banyak tersebar dikalangan
para ghulaat (orang­orang ekstrim), dan terkadang hal itu
diterima oleh orang­orang bodoh dari mereka dengan tanpa
mengetahui dari mana asalnya dan apa dampak­
dampaknya. Dan al hamdulillaahi wal minnah (puji syukur
hanyalah milik Alloh), kami tidak pernah sama sekali
membangun sikap berdasarkan kaidah dan landasan
tersebut, justru kami sejak dahulu ­­­ dan masih sampai
sekarang ­­­ termasuk orang­orang yang sangat keras
mengingkari kaidah ini, sampai­sampai saya dikafirkan oleh
sebagian dari Ghulaatul Mukaffiroh (orang­orang yang
mengkafirkan secara ektrim) ketika saya menyelisihi
pendapat mereka dan berdiskusi dengan mereka untuk
menyalahkan kaidah tersebut. Dan ketika itu saya tidak
mendapatkan dalil dari kaidah mereka tersebut kecuali
potongan dari perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
yang mereka potong dari fatwanya mengenai negara

23 24
Mardin. Yaitu perkataanya yang berbunyi: “… dan juga permasalah yang paling berbahaya dalam diin (Islam), ketiak
tidak sebagaimana Daarul Harbi (negara musuh) yang mana ia menyangka bahwasanya perkataan tersebut sesuai dengan
penduduknnya adalah orang­orang kafir..” yang telah hawa nafsunya, atau mewujudkan keinginan dan
mereka rubah teksnya menjadi berbunyi: “.. Daarul Kufri kebutuhannya ..!! padahal mereka mengakui bahwasanya
(negara kafir) yang mana penduduknya adalah orang­orang semua perkataan manusia setelah Rosul SAW adalah
kafir..” dari situ mereka menyimpulkan bahwasanya setiap membutuhkan hujjah dan bukan dijadikan hujjah, dan
Daarul Kufri (negara kafir) ­­­ meskipun Daarul Kufri membutuhkan kepada dalil dan alasan, dan perkataan itu
tersebut adalah thoori­ah (terjadi secara insidental) dan sendiri bukanlah merupakan dalil atau alasan …
bukan ash­liyyah (asalnya memang Daarul Kufri) ­­­ itu Dan Alloh SWT telah menerangkan beberapa motifasi
penduduknya adalah orang­orang kafir kecuali orang yang dan hawanafsu yang terkadang mendorong untuk
telah mereka ketahui aqidahnya secara detail … dan ketika melakukan perbuatan seperti mengkafirkan orang dan
itu telash saya terangkan kepada mereka bahwasanya kata­ tergesa­gesa di dalam mengkafirkan orang, di dalam
kata tersebut ­­­ khususnya adalah Mardin dan negara­ firmanNya yang berbunyi: 
negara kafir insidental yang sama dengannya ­­­ hanyalah
sebuah istilah para fuqohaa’ untuk sebuag negara yang telah ‫ﻣُﺆْﻣِﻨًﺎ‬ َ‫ﻟَﺴْﺖ‬ َ‫ﺴﻼَﻡ‬
‫ﺍﻟ ﱠ‬ ُ‫ﺇَِﻟﻴْﻜُﻢ‬ ‫ﺃَﻟْﻘَﻰ‬ ْ‫ﻟِﻤَﻦ‬ ‫ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﺍ‬ َ‫ﻭَﻻ‬
dikuasai oleh orang­orang kafir dan hukum­hukum mereka
Dan janganlah kalian mengatakan: Kamu bukanlah orang beriman,
berlaku di sana .. dan sifat kafir tersebut tidak ada
kepada orang yang mengucapkan salam kepadamu …(An Nisaa’:
pengaruhnya terhadap penduduknya kecuali orang yang
94)
melakukan hal yang menjadi sebab kekafiran .. dan saya
ingatkan mereka dengan beberapa perincian yang akan saya Lalu Alloh berfirman: 
sebutkan setelah ini, akan tetapi mereka tidak mau
menghiraukannya dan mereka tetap bersikukuh dengan ‫ﺍﻟﺪﱡﻧْﻴَﺎ‬ ِ‫ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓ‬ َ‫ﻋَﺮَﺽ‬ َ‫َﺗ ْﺒﺘَﻐُﻮﻥ‬
kaidah tersebut .. sehingga saya heran bagaimana hawa Karena kalian mencari kesenangan dunia
nafsu itu bisa membalikan tolok ukur (cara berfikir), dan
Dan itu pulalah yang diinginkan oleh orang­orang sesat
menjadikan orang yang mengakui bahwa perkataan
yang sebagiannya saya pernah berdialog dengan mereka.
Shohaabiy (seorang sahabat) itu merupakan hujjah (dalil)
Mereka senantiasa menunggu­nunggu kesempatan untuk
dan tidak menerima perkataan selain mereka dari kalangan
mendapatkan yang paling mudah dan paling cepat untuk
al quruun al mufadl­dlolah (generasi yang paling utama) dalam
merampas atau mencuri harta dan hak milik orang­orang
masalah furuu’ (bukan masalah prinsip), menjadikan orang
yang telah mereka kafirkan yang ada di tangan mereka,
yang seperti ini berhujjah dengan potongan dari perkataan
sampai­sampai mereka menghalalkan harta para da’i (juru
seorang ulama’ pada abad ke­tujuh, dan permasalahan
dakwah) dan mujahidin, atau kaum muslimin yang lemah
tersebut termasuk permasalahan yang menyangkut 

25 26
dan tertindas, karena menurut mereka harta mereka (para Tidak halal darah (nyawa) seorang muslim itu kecuali lantaran
da’i, mujahidin dan kaum muslimin yang lemah dan salah satu dari tiga hal: Orang tua yang berzina, nyaawa dibalas
tertindas tersebut) adalah ghoniimah (harta rampasan). Dan dengan nyawa (membunuh) dan orang yang meninggalkan diin
saya telah menyaksikan berbagai kasus dalam masalah (agama) nya dan yang memisahkan diri dari jama’ah.
tersebut. Dan pada akhirnya mereka saling membuunuh di Dan beliau SAW bersabda: 
antara mereka sendiri dan mereka berselisih mengenai
beberapa harta..!! ‫ﺣﺮﺍﻣﺎ‬ ‫ﺩﻣﺎ‬ ‫ﻣﺎﻟﻢ ﻳﺼﺐ‬ ‫ﺩﻳﻨﻪ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻓﺴﺤﺔ‬ ‫ﻓﻲ‬ ‫ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ‬ ‫ﻳﺰﺍﻝ‬ ‫ﻟﻦ‬ 
Saya memohon kepada Alloh SWT agar memberi Seorang mukmin itu akan senantiasa berada di dalam kelapangan
petunjuk mereka kepada jalan yang lurus, dan agar diin (agama) nya selamai tidak menumpahkan darah yang
menjauhkan para pemuda dari bencana yang menyesatkan diharamkan.
tersebut .. karena mengkafirkan orang­orang Islam dan Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhooriy dari hadits Ibnu
menghalalkan darah dan harta orang­orang yang bertauhid ‘Umar.
tanpa ada landasan syar’iynya, tidak ada yang berani
melakukannya kecuali jiwa­jiwa yang sakit yang belum Dan di dalam hadits tersebut disebutkan: Dan Ibnu
pernah mencium baunya waro’ (hati­hati terhadap dosa) dan ‘Umar mengatakan: 
taqwa ..
‫ﻓﻴﻬﺎ‬ ‫ﻧﻔﺴﻪ‬ ‫ﺃﻭﻗﻊ‬ ‫ﻤﻦ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﻣﺨﺮﺝ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﺍﻟﺘﻲ‬ ‫ﺍﻷﻣﻮﺭ‬ ‫ﻭﺭﻃﺎﺕ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺇﻥ‬ 
Dan Rosululloh SAW telah bersabda ketika haji wadaa’
(perpisahan): 
‫ﺣﻠﻪ‬ ‫ﺑﻐﻴﺮ‬ ‫ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ‬ ‫ﺍﻟﺪﻡ‬ ‫ﺳﻔﻚ‬
Dan di antara jurang permasalahan yang tidak ada jalan keluarnya
‫ﻛﺤﺮﻣﺔ‬ ‫ﻋﻠﻴﻜﻢ‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫ﺃﻋﺮﺍﺿﻜﻢ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭﺃﻣﻮﺍﻟﻜﻢ‬ ‫ﺩﻣﺎءﻛﻢ‬ ‫ﺇﻥ‬  adalah orang yang menjerumuskan dirinya di dalam
‫ﻫﺬﺍ‬ ‫ﺑﻠﺪﻛﻢ‬ ‫ﻓﻲ‬ ‫ﻫﺬﺍ‬ ‫ﺷﻬﺮﻛﻢ‬ ‫ﻓﻲ‬ ‫ﻫﺬﺍ‬ ‫ﻳﻮﻣﻜﻢ‬ menumpahkan darah haram yang tidak dihalalkan.

Sesungguhnynya darah (nyawa), harta dan kehormatan kalian Dan di dalam atsar yang juga diriwayatkan oleh Al
adalah harom bagi kalian sebagaimana haronya hari ini, pada bulan Bukhooriy disebutkan bahwasanya Maimuun bin Siyaah
ini dan di negeri ini. bertanya kepada Anas bin Maalik: “Wahai Abu Hamzah,
apa yang dapat mengharamkan darah (nyawa) dan harta
Dan beliau juga bersabda di dalam sebuah hadits seseorang itu?
yang diriwayatkan oleh Al Bukhooriy dan Muslim: 
Maka dia menjawab: “Barang siapa bersaksi
‫ﻭ‬ ‫ﺍﻟﺰﺍﻧﻲ‬ ‫ﺍﻟﺜﻴﺐ‬ ‫ﺛﻼﺙ‬ ‫ﺑﺈﺣﺪﻯ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﻣﺴﻠﻢ‬ ‫ﺍﻣﺮﻱء‬ ‫ﺩﻡ‬ ‫ﻻﻳﺤﻞ‬  bahwasanya tidak ada ilaah kecuali Alloh, menghadap qiblat
‫ﻟﻠﺠﻤﺎﻋﺔ‬ ‫ﺍﻟﻤﻔﺎﺭﻕ‬ ‫ﻟﺪﻳﻨﻪ‬ ‫ﺍﻟﺘﺎﺭﻙ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺑﺎﻟﻨﻔﺲ‬ ‫ﺍﻟﻨﻔﺲ‬  kita, sholat sebagai mana kita sholat danmemakan hewan
sembelihan kita, maka ia adalah orang muslim yang

27 28
mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana hak dan orang yang melakukannya ­­­ sebagai mana yang telah
kewajiban orang muslim.” dijelaskan di depan ­­­ oleh kerena itu sebuah hukum itu
Dan di depan telah disebutkan apa yang dinukil di tidak menimbulkan dampak­dampak yang sesuai dengan
dalam Asy Syifaa (II/277) oleh Al Qoodliy ‘Iyaadl dari para hawanafsu, keinginan dan harapan mereka ..
ulama’ muhaqqiqiin (peneliti), bahwasanya mereka Selain itu, sesungguhnya jumhuur (mayoritas) ulama’,
mengatakan: “Sesungguhnya menghalalkan darah (nyawa) bahkan Ibnul Mundzir menyebutnya sebagai ijma’
orang­orang yang sholat dan bertauhid adalah sesuatu yang (kesepakatan para ulama’), bahwasanya kekuasaan orang
berbahaya, dan salah di dalam membiarkan seribu orang yang murtad itu tidak secara otomatis hilang dengan
kafir itu lebih baik dari pada salah di dalam menumpahkan kemurtadannya5 apabila kemurtadannya itu tidak barlapis­
darah seorang muslim yang dilindungi.” lapis atau mumtani’ (mempertahankan diri), karena
Dan ia menukil perkataan Al Qoobisiy yang sesungguhnya ia ketika dalam kondisi seperti itu harus
dilakukan istitaabah, dan bisa jadi ia akan kembali kepada
berbunyi: “Darah itu tidak boleh ditumpahkan kecuali
karena alasan yang jelas, dan di dalam hukuman yang Islam.
berupa cambukan dan penjara adalah peringatan bagi orang­ Dan setiap orang yang memperhatikan fatwa
orang yang bodoh…” (II/262) Syaikhul Islam yang mereka berani menjadikannya sebagai
Dan seandainya mereka menyibukkan diri dengan hujjah, tentu ia akan mendapatkan bahwa fatwa tersebut
menuntut ilmu syar’iy dan membuka­buka buku­buku para dari awal sampai akhir fatwa tersebut menjadi hujjah yang
ulama’ serta mentelaah permasalah­permasalah ushuul membantah pendapat mereka. Di dalam fatwa tersebut
(prinsip) dan furuu’ (yang bukan prinsip), tentu mereka Syaikhul Islam rh ditanya tentang negara Mardin yang
mengetahui bahwasanya sebelum menghalalkan darah dan dijajah dan dikuasai oleh Tartar sedangkan di sana
harta itu, meskipun keluar ucapan atau perbuatan mukaffir penduduknya adalah orang­orang Islam … maka beliau rh
menjawab : “Al Hamdulillaah (segala puji bagi Alloh), darah
(yang menyebabkan kafir), ada tahapan­tahapan, syarat­
syarat dan penhalang­penghalang yang terkadang (nyawa) dan harta kaum muslimin itu haram di mana saja
menghalangi vonis kafir, apalagi penghalalan darah dan mereka berada baik di Mardin maupun di tempat yang lain ..
harta .. khususnya pada orang­orang yang dikuasai fihak dan orang yang tinggak di negara tersebut, jika ia tidak
mampu untuk melaksanakan idh­haarud diin (menyatakan
kafir seperti orang­orang yang lemah dan tertindas atau para
da’i atau orang­orang beriman yang tidak mempertahankan ajaran Islam secara terang­terangan) maka ia wajib hijroh,
diri dengan kekuatan para thoghut atau dengan namun jika ia dapat melaksanakannya maka ia (hanya)
pemerintahan dan undang­undang mereka … dan 5 ­ Lihat Al Mughniy, Kitaabul Murtad, Pasal; Dan orang yang murtad
bahwasanya vonis kafir terhadap sebuah perkataan atau itu tidak secara otomatis hilang kekuasaannya lantaran
perbuatan itu tidak selalu berkonsekuensi mengkafirkan  kemurtadannya …

29 30
disunnahkan untuk hijroh dan tidak diwajibkan …” sampai ­ Dan bahwasanya tidak halal menuduh orang­orang
ia mengatakan: “.. dan tidak dihalalkan untuk menawan Islam sebagai orang­orang munafiq atau yang lainnya,
mereka secara umum, dan menuduh mereka sebagai orang hanya karena ia berada di sebuah negara yang telah
munafiq. Akan tetapi tuduhan munafiq itu ditujukan kepada dikuasai oleh orang­orang kafir, tanpa orang­orang
orang yang memiliki sifat­sifat yang disebutkan di dalam Al Islam tersebut melakukan sesuatu.
Qur’an dan Sunnah yang masuk di dalamnya orang­orang ­ Dan bahwasanya negara yang ditanyakan tersebut juga
Mardin dan yang lainnya6, adapun apakah nagara tersebut negara­negara yang sama dengannya, meskipun para
Daaru Harbin atau Daaru Silmin, maka negara tersebut fuqohaa’ menyebutnya sebagai Daarul Kufri karena
adalah mempunya status ganda; yang di dalamnya terdapat dikuasai oleh orang­orang kafir, namun penduduknya
dua status, negara tersebut tidak seperti Daarus Silmi yang mempunyai dua status hukum.
mana hukum Islam berlaku di dalamnya karena para
tentaranya adalah orang­orang Islam, dan juga tidak seperti Negara tersebut tidak seperti negara yang asli Daarul
Daarul Harbi yang mana penduduknya adalah orang­orang Islam yang mana orang­orang ahlul kitaab dibedakan
kafir, akan tetapi negara tersebut adalah jenis yang ketiga, dengan tanda yang berbeda (yaitu baju yang
yang mana orang Islam di sana diperlakukan sesuai dengan membedakan mereka dengan orang Islam) dan di sana
haknya, dan orang yang keluar dari syariat Islam diperangi orang murtad sama sekali tidak dibiarkan .. maka pada
sesuai dengan haknya.” Dinukil secara ringkas dari asalnya semua penduduk selain ahlul kitaab adalah
Majmuu’ Fataawaa (XXVIII/135) orang­orang Islam. Oleh karena itu di dalam negara
seperti ini Rosululloh SAW memerintahkan untuk
Dengan demikian beliau menetapkan: mengucapkan salam kepada setiap orang baik yang ia
­ Bahwasanya darah dan harta orang­orang Islam, prinsip kenal maupun yang tidak ia kenal.7 .. oleh karena itu
dasarnya adalah haram dan dilindungi dimanapun para fuqohaa’ menyatakan, dan mereka benyak sering
mereka berada, dan tidak ada pengaruhnya status berdalil dengan berkataan yang berbunyi: Asalnya orang
sebuah negara dalam hal ini, akan tetapi manaath yang tinggal di dalam Daarul Islam itu adalah orang
(sebab yang menentukan) dilindunginya (darah dan Islam.
harta) adalah orang tersebut menampakkan sebagai
orang Islam dan bukan negara tersebut menampakkan
sebagai negara Islam. 7 ­ Hadits yang berbunyi: 
‫ﺗﻌﺮﻑ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻋﺮﻓﺖ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﺍﻟﺴﻼﻡ‬ ‫ﺗﻘﺮﺃ‬
6 ­ Artinya, manaath (penyebab) orang disebut sebagai munafiq itu Hendaknya kamu mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal
bukanlah negara. Akan tetapi adalah sifat­sifat atau sebab­sebab maupun yang tidak kamu kenal.
munafiq tersebut yang terdapat pada orang tersebut di negeri Adalah hadits muttafaq ‘alaih (diriwayatkan oleh Al Bukhooriy dan
manapun ia berada.  Muslim)

31 32
Dan negara tersebut juga tidak seperti Daarul Harbi meskipun kekafirannya adalah bersifat insidental karena
yang mana penduduknya adalah orang­orang kafir, dan hukum­hukumnya dikuasai oleh orang­orang kafir .. maka
yang mana belum pernah menjadi Daarul Islam atau merekapun mengkafirkan seluruh penduduknya meskipun
mayoritas penduduknya adalah orang­orang Islam … mayoritas penduduknya mengaku sebagai orang Islam …
dengan demikian maka negara tersebut bukanlah mereka berpegang teguh dengannya dan terus berada di
Daarul Kufri Al Ash­liyyah (negara yang memang atasnya …
aslinya adalah negara kafir), akan tetapi negara
Demikianlah, dan saya telah lama meneliti istilah
tersebut sebelum dikuasai orang­orang kafir adalah
Daarul Kufri dan Daarul Islam, dan saya kumpulkan
Daarul Islam dan mayoritas penduduknya adalah
perkataan banyak ulama’ beserta definisi mereka terhadap
orang Islam .. oleh karena itu status penduduknya
Daar (negara) tersebut. Dan saya lihat dampak dari istilah
tidak diikutkan kepada istilah­istilah tersebut lantaran
tersebut terhadap penduduknya menurut mereka, namun
istilah istilah tersebut tidak bisa dijadikan patokan. Akan
saya belum mendapatkan seorangpun dari para ulama’
tetapi barang siapa menunjukkan sebagai orang Islam
muhaqqiqiin (peneliti) sedikitpun dari apa yang diinginkan
maka darah dan hartanya dilindungi dan dia
oleh mereka (yang berpendapat bahwa hukum asal
diperlakukan sebagai orang Islam, dan barang siapa
penduduk yang tinggal di negara kafir adalah kafir) tersebut
keluar dari syariat Islam maka ia diperlakukan sesuai
… khususnya pada Daarul Kufri Ath Thoori­ah (negara
dengan haknya … dengan demikian perkataannya ini
kafir yang kekafirannya bersifat insidental) yang mana
adalah jelas dan tidak ada yang samar di dalamnya ..
mayoritas penduduknya adalah orang­orang Islam ..
Akan tetapi permasalahannya adalah sebagai mana
Memang saya mendapatkan ada sedikit pendapat­
yang dikatakan oleh beliau rh pada tempat yang lain …
pendapat yang mirip dengan pendapat mereka … yaitu
bahwasanya berkumpulnya syahwat (hawa nafsu) dengan
pendapat sebagian kelompok dari sekte Khowaarij yang
syubhat itu semakin memperkuat syubhat dan membuahkan
sesat ..
rusaknya ilmu dan pemahaman ..
Yaitu para penganut Al Azaariqoh (sahabat­sahabat
Dan di dalam pemahaman yang rusak tersebut
Naafi’ bin Al Azroq) mereka mengatakan: “Sesungguhnya
mereka mendapatkan hal yang memperkuat syubhat mereka
siapa saja yang tinggal di Daarul Kufri maka dia kafir, tidak
dan membenarkan syahwah ghonaa­imiyyah (nafsu hewan)
ada pilihan baginya kecuali keluar.” Dan kita telah ketahui
mereka, sehingga memegangi perkataan Ibnu Taimiyyah
bersama bahwasanya mereka memandang setiap negara
yang berbunyi: “.. dan tidak seperti Daaru Harbin yang
kaum muslimin yang tidak sepaham dengan mereka adalah
mana penduduknya adalah orang­orang kafir..” maka
Daarul Kufri.
mereka menjadikan ini sebagai hukum asal bagi penduduk
setiap negara yang masuk dalam pengertian Daarul Kufri, 

33 34
Dan Al Baihasiyyah serta Al ‘Aufiyyah mengatakan: dan padahal orang muslim tersebut tidak melakukan atau
“Apabila imam itu kafir maka rakyatpun ikut kafir baik yang membantu kekafiran, maka yang semacam ini sama sekali
hadir maupun yang tidak hadir.” Dan semua ini adalah di belum saya dapatkan. Dan pada akhirnya saya dikagumkan
antara bentuk dari kebodohan dan kelemahan akal mereka, oleh perkataan Asy Syaukaaniy di dalam As Sailul Jarroor
dan kami akan sebutkan masalah ini pada Pembahasan yang berbunyi: “Dan ketahuilah bahwasanya penyebutan
Keempat dalam buku ini .. Daarul Islaam dan Daarul Kufri itu manfaatnya sangat
Adapaun menurut para ulama’ muhaqqiqiin, saya telah sedikit, berdasarkan apa yang telah kami kemukakan di
merenungkan banyak perkataan­perkataan dari kalangan depan dalam pembahasan Daarul Harbi, dan karena orang
kafir harbiy itu dalam keadaan bagai manapun darah dan
mereka, namun saya belum mendapatkan di antara mereka
ada yang mengatakan seperti ini. Dan apa yang saya katakan hartanya adalah halal selama tidak diberi keamanan oleh
di sini tidak dapat dibantah dengan apa yang terdapat dalam kaum muslimin, dan karena harta dan darah orang Islam
itu dilindungi dengan lindungan Islam di Daarul Harbi
Ahkaamul Qur­aan karangan Al Jash­shoosh dan lainnya,
dan lainnya.” (IV/576)
yang mungkin disangka mirip dengan hal tersebut oleh
orang yang terlalu tergesa­gesa, karena apa yang terdapat di Maka inilah sebenarnya yang penting bagi kita dalam
dalam buku tersebut lain permasalahannya dengan hal masalah ini, dan ini sesuai dengan kesimpulan dari
tersebut di atas. Hal itu karena perkataan tersebut ia katakan perkataan Syaikhul Islam mengenai penduduk Mardin dan
dalam pembahasan wilayah musuh yang mereka sebut lainnya ..
dengan Daarul Harbi atau Daarul Kufri Al Ash­liyyah Dan seluruh ulama’ berpendapat seperti itu … karena
(negara yang memang sejak dulunya adalah negara kafir) dari penelitian terhadap berbagai definisi Daarul Kufri dan
pada saat eksisnya Daarul Islam dan Jamaa’atul Muslimiin Daarul Islam engkau dapat menyimpulkan bahwasanya
yang mana seorang muslim mampu untuk berpindah ke nama­nama tersebut adalah istilah fikih yang tidak
negara kaum muslimin tersebut akan tetapi ia melalaikannya menimbulkan dampak pada status hukum seorang
dan tetap tinggal sehingga memperbanyak jumlah orang­ penduduk sebuah negara yang memungkinkan untuk
orang musyrik. diketahui diin (agama) nya, dan bahwasanya barang siapa
Adapun menggunakan kaidah atau istilah tersebut, menampakkan sebagai orang Islam dan tidak melakukan
dan menggunakannya secara umum pada penduduk negara sesuatu yang jelas­jelas membatalkan Islam maka darah dan
yang terjadi kekafiran secara insidental padahal mayoritas hartanya terlindungi di manapun dia berada ..
penduduknya adalah orang­orang yang mengaku Islam, Dan definisi para ulama’, meskipun sebagiannya ada
tanpa menghiraukan kelemahan dan ketertindasan kaum yang berlainan, namun mayoritas mereka berpendapat
muslimin dan tidak eksisnya Daarul Islaam yang dapat bahwasanya istilah tersebut disesuaikan dengan hukum dan
digunakan tempat hijroh dan berlindung oleh setiap muslim,  kekuasaan yang berkuasa di negara tersebut. Jika negara
35 36
tersebut dikuasai oleh hukum­hukum kafir atau dan bukan hukum­hukum Islam maka negara tersebut
kekuasaannya dipegang oleh orang­orang kafir maka para adalah Daarul Kufri.” Al Mu’tamad Fii Ushuulid Diin (Hal.
ulama’ tersebut menyebutnya dengan istilah Daarul Kufri, 276)
meskipun sebagian besar penduduknya adalah orang Islam Dan Ibnul Qoyyim (751 H) mengatakan: “Setiap
.. dan jika kekuasaan dan hukum di negara tersebut di negara yang tidak berlaku hukum­hukum Islam maka
tangan kaum muslimin maka negara tersebut adalah Daarul bukanlah Daarul Islam meskupun negara tersebut
Islam meskipun sebagian besar penduduknya adalah orang­ berdempetan dengan Daarul Islam. (Sebagaimana) Thoo­if,
orang kafir, seperti sebuah negeri yang dihuni oleh ahludz
daerah ini dekat sekali dengan Mekah namun statusnya
dzimmah namun dikuasai oleh kaum muslimin ..
tidak berubah menjadi Daarul Islam dengan ditaklukkannya
Ibnu Hazm (456 H) mengatakan: “Dan sabda Mekah.” Ahkaamu Ahlidz Dzimmah (I/366)
Rosululloh SAW:  Dan Asy Syaukaaniy (1250 H) mengatakan di dalam
‫ﺍﻟﻤﺸﺮﻛﻴﻦ‬ ‫ﺃﻇﻬﺮ‬ ‫ﺑﻴﻦ‬ ‫ﺃﻗﺎﻡ‬ ‫ﻣﺴﻠﻢ‬ ‫ﻛﻞ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺑﺮﻱء‬ ‫ﺃﻧﺎ‬ As Sailul Jarroor (IV/575): “Dan yang dijadikan patokan
adalah dhuhuurul kalimah (hokum siapa yang berkuasa) jika
Aku baroo’ (berlepas diri) dari setiap muslim yang tinggal di perintah dan larangan yang berlaku di negara tersebut
tengah­tengah orang musyrik… adalah perintah dan larangan orang Islam, maka negara
Sesungguhnya yang dimaksud oleh Rosululloh SAW adalah tersebut adalah Daarul Islam, dan tidak berpengaruh
Daarul Harbi, karena Rosululloh SAW telah mempekerjakan adanya beberapa bentuk kekafiran di dalam negara tersebut
para pegawai beliau untuk memerintah Khoibar padahal karena kekafiran tersebut ada bukan karena kekuatan dan
penduduknya semuanya Yahudi. Dan apabila orang­orang kekuasaan orang­orang kafir, sebagaimana yang kita
ahludz dzimmah tidak bercampur dengan yang lainnya, maka saksikan pada ahludz dzimmah dari kalangan orang­orang
orang (Islam) yang tinggal di sana untuk memerintah Yahudi dan Nasrani, serta al mu’aahaduun (orang­orang
mereka atau untuk kepentingan dagang tidak disebut yang telah mengadakan perjanjian damai dengan orang
sebagai orang kafir atau orang yang tidak baik, akan tetapi Islam) yang tidanggal di daerah­daerah Islam, namun jika
justru dia adalah orang Islam yang baik, dan negara mereka kondisinya sebaliknya makan status negara itu juga
adalah Daarul Islam bukan Daarusy Syirki, karena sebaliknya.”
penamaan sebuah negara itu dinisbahkan kepada yang Dan Sulaimaan bin Samhaan (1349 H) mengatakan
mendominasi dan yang memerintah di sana serta orang dalam bentuk syair: 
yang berkuasa di dalam negara tersebut.” Al Muhallaa
(XI/200) ‫ﺍﻟﻮﺟﻞ‬ ‫ﺑﻬﺎ‬ ‫ﺣﻞ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺇﺳﻼﻡ‬ ‫ﺩﺍﺭ‬   ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﻣﺘﻐﻠﺐ‬ ‫ﻛﺎﻓﺮ‬ ‫ﺗﻐﻠﺐ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﺇﺫﺍ‬
Dan Al Qoodliy Abu Ya’laa Al Hambaliy (458 H):
“Setiap negara yang didominasi oleh hukum­hukum kafir 
37 38
‫ﺑﻼ‬ ‫ﺟﻬﺎﺭﺍ‬ ‫ﻓﻴﻬﺎ‬ ‫ﻭﺃﻇﻬﺮﻫﺎ‬   ‫ﻋﻼﻧﻴﺎ‬ ‫ﻛﻔﺮ‬ ‫ﺃﺣﻜﺎﻡ‬ ‫ﺑﻬﺎ‬ ‫ﻭﺃﺟﺮﻯ‬  membuat istilah ini untuk menunjukkan bentuk kekuasaan
dan hukum yang domonan di sebuah negara. Dan seringkali
‫ﻣﻬﻞ‬  mereka mengingatkan bahwasanya orang Islam itu darah
(nyawa) dan hartanya dilindungi di mana saja ia berada, dan
‫ﻓﻴﻬﺎ‬ ‫ﺍﻹﺳﻼﻡ‬ ‫ﻳﻈﻬﺮ‬ ‫ﻭﻟﻢ‬   ‫ﻣﺤﻤﺪ‬ ‫ﺷﺮﻉ‬ ‫ﺃﺣﻜﺎﻡ‬ ‫ﺑﻬﺎ‬ ‫ﻭﺃﻭﻫﻰ‬  bahwa sanya status sebuah negara itu tidak mempunyai
‫ﻭﻳﻨﺘﺤﻞ‬  pengaruh terhadap keislaman atau kekafiran para penduduk
negara tersebut, sebagaiman Islam atau kafirnya penduduk
‫ﺑﺎﻟﻨﺤﻞ‬ ‫ﺍﻟﺪﺭﺍﻳﺔ‬ ‫ﺃﻫﻞ‬ ‫ﻗﺎﻝ‬ ‫ﻛﻤﺎ‬   ‫ﻣﺤﻘﻖ‬ ‫ﻛﻞ‬ ‫ﻋﻨﺪ‬ ‫ﻛﻔﺮ‬ ‫ﺩﺍﺭ‬ ‫ﻓﺬﻱ‬  sebuah negara tersebut tanpa yang lainnya juga tidak
mempunyai pengaruh terhadap status sebuah negara ..
‫ﺻﺎﻟﺢ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﻓﻴﻬﺎ‬ ‫ﺍﻣﺮﻱء‬ ‫ﻓﺮﺏ‬   ‫ﺑﻜﻔﺮﻩ‬ ‫ﻳﻘﺎﻝ‬ ‫ﻓﻴﻬﺎ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻛﻞ‬ ‫ﻭﻣﺎ‬  khususnya jika negara tersebut adalah Daarul Kufri Ath
‫ﺍﻷﻋﻤﺎﻝ‬ Thoori­ah (negara kafir yang kekafirannya terjadi secara
Apabila orang kafir telah berkuasa atas … insidental bukan pada asalnya memang kafir) .. 

Daarul Islam, dan ketakutan menyebar di sana … ‫ﺻﺎﻟﺢ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﻓﻴﻬﺎ‬ ‫ﺍﻣﺮﻱء‬ ‫ﻓﺮﺏ‬   ‫ﺑﻜﻔﺮﻩ‬ ‫ﻳﻘﺎﻝ‬ ‫ﻓﻴﻬﺎ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻛﻞ‬ ‫ﻭﻣﺎ‬ 


Dan diberlakukan hukum­hukum kafir di sana secara terang­ ‫ﺍﻷﻋﻤﺎﻝ‬
terangan …
Dan tidak semua orang yang berada di sana disebut sebagai orang
Dan nyata­nyata hukum­hukum kafir tersebut dinampakkan kafir …
dengan tenang …
Karena bisa jadi ada orang yang beramal sholeh di sana …
Sedangkan hukum­hukum syariat Muhammad di sana melemah …
Sebagai mana yang dikatakan oleh Ibnu Samhaan ..
Dan di sana Islam tidak berjalan dan tidak dianut ..
ð Dan Rosululloh SAW telah menaklukkan
Maka yang semacam ini adalah Daarul Kufri menurut setiap Khoibar pada tahun ke 7 H yang mana semua penduduknya
muhaqqiq … adalah orang Yahudi, lalu beliau membiarkan mereka untuk
Sebagaimana yang dikatakan oleh orang­orang yang memahami bercocok tanam di sana. Maka dengan dikuasainya daerah
berbagai ajaran … itu oleh kaum muslimin dan berlakunya hukum­hukum
Islam di sana Khoibarpun menjadi Daarul Islam, dan
Dan tidak semua orang yang berada di sana disebut sebagai
orang kafir … diperbolehkan untuk mendiami dan bertempat tinggal di
sana, dan ketika itu Rosululloh mempunyai beberapa
Karena bisa jadi ada orang yang beramal sholeh di sana … pegawai yang ditugasi untuk memerintah di sana ..
Dengan mengkaji berbagai definisi ini dan yang ð Dan di sisi lain ketika Al Aswad Al ‘Unsiy
lainnya engkau dapat melihat bahwasanya para ulama’  mengaku­aku sebagai nabi di Yaman, dan sekelompok orang

39  40
dari kaumnya murtad dan mengikutinya sehingga ia dapat Rosululloh SAW tidak mengingkari hal itu9, dan beliau juga
menguasai Shana’a ­­­ hal itu terjadi pada akhir­akhir tidak mengatakan bahwasanya mereka kafir lantaran mereka
kehidupan Rosululloh SAW di dunia ­­­ lalu Al Aswad tetap tinggal di Shana’a dan tidak melarikan diri dari sana,
membunuh wali (gubernur) di sana yaitu Syahru bin sebab Shana’a telah berubah menjadi Daarul Kufri setelah
Baadzaan yang telah ditetapkan oleh Nabi SAW sebagai dikuasai oleh orang­orang kafir .. dan padahal ketika itu ada
orang yang memerintah di sana, dan sebagian orang yang Daarul Islam dan Jamaa’atul Muslimiin.
diangkat oleh Nabi SAW sebagai pegawai di sana melarikan ð Dan juga setelah itu ketika Mesir jatuh di
diri ke Madinah ketika perkara Al ‘Unsiy semakin tangan orang­orang kafir ‘Ubaidiiyyun, dari kalangan Bani
membesar, dan sekelompok orang telah murtad bersamanya ‘Ubaid Al Qodaah, mereka menguasai Mesir dan
­­­ dan kaum muslimin di sana bermuamalah dengan mereka memegang pemerintahan di sana, maka Mesir menjadi
dengan cara taqiyyah ­­­ 8 sehingga mereka tidak kafir
Daarul Kufri War Riddah setelah sebelumnnya adalah
meskipun mereka tetap tinggal di Daarur Riddah dan tidak Daarul Islam dan mayoritas penduduknya adalah orang­
melarikan diri dari sana. Justru di sana ada Fairuuz Ad orang Islam. Maka mesir berada di bawah kekuasaan orang­
Dailamiy dan kawan­kawannya yang mana mereka tetap orang ‘Ubaidiyyuun selama kurang lebih dua ratus tahun
teguh dan berusaha membuat tipu daya sehingga mereka yang mana selama itu mereka menunjukkan diri sebagai
dapat membunuh Al Aswad Al ‘Unsiy kemudian penganut paham Roofidloh, sebagai orang­orang kafir dan
kekuasaanpun kembali ke tangan kaum muslimin … zindiiq. Sampai­sampai Ibnul Jauziy menulis sebuah buku
Maka lihatlah Shana’a, ia menjadi Daarul Kufri yang berjudul An Nash­ru ‘Alaa Mish­ro .. namun demikian
lantaran dikuasai oleh orang­orang murtad dan orang­orang tidak ada seorangpun ulama’ muhaqqiqiin yang mengatakan
kafir, yang sebelumnya ia adalah Daarul Islam. Artinya bahwa status kafir terebut adalah diberikan kepada negara
negara tersebut menjadi Daarur Riddah dan berada di dan kepada orang­orang yang terkalahkan yang mencakup
bawah kekuasaan Al Aswad yang mengaku­aku sebagai juga para penduduknya yang lemah dan tertindas ..
Nabi selama empat bulan atau sekitar itu .. dan perubahan
status tersebut tidak dapat dihalangi dengan keberadaan
kaum muslimin yang sholih di sana. Mereka bergaul dengan 9 ­ Bahkan ada riwayat yang menyebutkan bahwasanya mereka
cara taqiyyah dan berjuang untuk mengembalikan kekuasaan melakukan hal itu atas perintah Rosululloh SAW, beliau mengirim
kaum muslimin. Sampai pada akhirnya mereka berhasil utusan kepada mereka dan memerintahkan mereka untuk
membunuh Al Aswad Al ‘Unsiy dan mengembalikan mempertahankan diin (agama) mereka, dan bangkit untuk berperang
dan berusaha membunuh Al Aswad. Lihat Taariikhuth Thobariy dan
Yaman kepada pemerintahan kaum muslimin. Dan
lainnya. Dan ada juga riwayat yang menebutkan bahwsanya Nabi
SAW memiji Fairuuz Ad Dailamiy ketika beliau mendengar berita
bahwa Fairuuz telah berhasil membunuh Al Aswad yang ketika itu
8 ­ Lihat Al Bidaayah Wan Nihaayah (VI/308)  beliau SAW dalam keadaan sakit menjelang wafat beliau SAW.

41 42
Bahkan di sana malah banyak ulama’ dan fuqoha’ Dan pernah seorang perempuan mengirim jambul
yang sholih, di antara mereka ada yang menyembunyikan rambut yang di dalamnya terdapat tulisan: “Demi (Alloh)
diri dan tidak mampu menampakkan aqidahnya di hadapan yang telah memuliakan orang­orang Yahudi dengan Miisyaa
Baniy ‘Ubaid, bahkan sampai menyampaikan hadits dan memuliakan orang­orang Nasrani dengan Ibnu
Rosululloh SAW pun juga tidak berani lantaran takut Nasthuur, dan menghinakan orang­orang Islam dengan
dibunuh “ .. sebagaimana yang diceritakan oleh Ibrohim bin engkau, kalau (kamu) tidak (terima) engkau pasti melihat
Sa’iid Al Hibaal, sahabat ‘Abdul Ghoniy bin Sa’iid masalahku.”11
bahwasanya ia tidak mau menyampaikan hadits lantaran Lau siapakah di antara ulama’ muhaqqiqiin, bukan di
takut mereka akan membunuhnya.”10 antara para pembual yang ngawur … yang mengkafirkan
Namun demikian secara umum kaum muslimin mereka hanya lantaran mereka tinggal di Daarul Kufri,
memendam rasa kebencian dan baroo’ (berlepas diri) kepada selama mereka tidak melakukan sebuah sebab kekafiran ??
Baniy ‘Ubaid. Dan terkadang mereka menunjukkan hal itu Padahal ini terjadi ketika ada Daarul Islam yang bisa
dengan cara yang tidak dapat terjangkau oleh keganasan dijadikan tempat hijroh ketika itu, lalu bagai mana
mereka. Sebagai mana yang diceritakan oleh As Suyuuthiy sedangkan pada zaman kita ini tidak ada Daarul Islam yang
di dalam kata pengantar buku Taariikhul Khulafaa’ dari bisa dijadikan tempat hijroh ??
Ibnu Kholkaan, bahwasanya ia mengatakan tentang orang­ Dan orang­orang ‘Ubaidiyyuun itu adalah lebih jahat
orang ‘Ubaidiyyuun: “Dan Sunguh mereka telah mengaku terhadap Islam dari pada bangsa Tartar sebagaimana yang
mengetahui tentang ilmu ghoib. Dan berita tentang hal ini disebutkan oleh Adz Dzahabiy, karena di antara mereka ada
sudah sangat masyhur, sampai­sampai pernah suatu hari Al yang secara terang­terangan mencela para Nabi ­­­ adapun
‘Aziiz naik ke atas mimbar lalu ia mendapatkan secarik mencela para sahabat maka jangan engkau tanyakan lagi ­­­
kertas yang bertuliskan:  As Suyuuthiy telah menceritakan dari Abu Hasan Al
‫ﻭﺍﻟﺤﻤﺎﻗﺔ‬ ‫ﺑﺎﻟﻜﻔﺮ‬ ‫ﻭﻟﻴﺲ‬     ‫ﺭﺿﻴﻨﺎ‬ ‫ﻗﺪ‬ ‫ﻭﺍﻟﺠﻮﺭ‬ ‫ﻭﺑﺎﻟﻈﻠﻢ‬  Qoobisiy: “Sesungguhnya orang­orang yang dibunuh oleh
‘Ubaidulloh dan bangsanya dari kalangan para ulamaa’ dan
‫ﺍﻟﺒﻄﺎﻗﺔ‬ ‫ﻛﺎﺗﺐ‬ ‫ﻟﻨﺎ‬ ‫ﺑﻴﻦ‬     ‫ﺍﻟﻐﻴﺐ‬ ‫ﻋﻠﻢ‬ ‫ﺃﻋﻄﻴﺖ‬ ‫ﻛﻨﺖ‬ ‫ﺇﻥ‬ ‘ubbaad (ahli ibadah) adalah empat ribu orang, (hal itu
mereka lakukan) supaya mereka mau untuk tidak senang
Kami telah rela menanggung kedholiman dan kesemena­menaan…
kepada para sahabat akan tetapi mereka menolak dan lebih
Namun kami tidak akan rela dengan kekafiran dan kebodohan… memilih mati. Ia mengatakan: Duhai seandainya ia hanya
Jika engkau memang mengetahui yang ghoib … sekedar sebagai orang yang berpaham Roofidloh, akan

Maka terangkan kepada kami siapa yang menulis kartu ini … 11 ­ Taariikhul Khulafaa’, hal. 13, sedangkan Miisyaa adalah pegawai
yang memerintah Syaam dan Ibnu Nasthur seorang Nasrani yang
10 ­ Majmuu’ Fataawaa (XXXV/85)  menjadi pegawai (gubernur) di Mesir.

43 44
tetapi lebih dari itu ia juga seorang zindiiq.” Taariikhul An Nablusiy menjawab: Saya mengatakan; Kita harus
Khulaafaa’ hal. 13 memanah kalian dengan sembilan anak panah kemudian
Dari sini engkau dapat lihat sendiri bahwasanya anak panah yang kesepuluh kita gunakan untuk memanah
ketika itu di Mesir ada para fuqohaa’, sebagaimana yang mereka. Al Mu’izz bertanya: Kenapa? Abu Bakar An
juga telah kami kemukakan di dalam perkataan Abu Nablusiy menjawab: Karena kalian telah merubah diin
Muhammad Al Qoirwaaniy Al Kaizaaniy yang berbunyi: (agama) umat (Islam), kalian bunuh orang­orang sholih,
kalian padampan cahaya ilaahiy dan kalian mengaku­aku
“Sesungguhnya di antara para fuqohaa’ yang tetap tinggal di
sana adalah supaya hukum­hukum huduud kaum muslimin sesuatu yang tidak kalian miliki.” Maka iapun
tetap eksis sehingga mereka tidak disesatkan diin (agama) dipertontonkan pada manusia dan dicambuk dengan cemeti
mereka.” kemudian didatangkan seorang Yahudi dan dia
diperintahkan untuk mengulitinya. Maka orang Yahudi
Maka di antara mereka ada yang bersembunyi dan di itupun mengulitinya sedangkan dia membaca Al Qur’an.
antara mereka ada yang menampakkan diin (agama) nya Orang Yahudi itu mengatakan: Lalu akupun merasa kasihan
sehingga dibunuh .. sebagaimana yang dikatakan oleh Al kepadanya, maka tatkala aku menguliti sampai jantungnya
Qoodliy Abu Bakar Al Baaqilaaniy: “Al Mahdiy aku tikam dia dengan pisau sehingga diapun mati ..” dinukil
‘Ubaidulloh adalah seorang penganut paham Al secara ringkas dari Al Bidaayah Wan Nihaayah (XI/284)
Baathiniyyah yang keji dan mempunyai keinginan yang dan silahkan lihat Siyarul A’laam An Nubalaa’ (XVI/148)
kuat untuk menghilangkan ajaran Islam, dan dia
membunuhi para ulama’ dengan tujuan supaya ia bisa Semua ini menunjukkan bahwasanya kondisi umat
menyesatkan manusia.” Taariikhul Khulafaa’, hal. 12 Islam yang berada di bawah kekuasaan orang­orang kafir di
setiap masa yang mana mereka menguasai sebagian negeri
Dan di antara ulama’ yang terang­terangan Islam, dalam kondisi seperti ini keadaan mereka bertingkat­
mengkafirkan mereka adalah Asy Syahiid ­­­ menurut tingkat antara orang lemah yang menyembunyikan diri atau
perkiraan kami dia syahid ­­­ Abu Bakar An Nablusiy yang orang yang mengambil sikap taqiyyah atau mujahid yang
dipanggil Al Mu’izz untuk menghadapnya: “Maka ia tegak melaksanakan diin (agama) Alloh SWT. Dan para
mengatakan: Saya mendengar kamu mengatakan: ulama’ tidak mengkafirkan seorangpun di antara mereka
Seandainya saya mempunyai sepuluh anak panah, saya akan selama mereka tidak melakukan sesuatu yang membatalkan
memanah bangsa Romawi dengan sembilan anak panah dan Islam atau yang jelas­jelas merupakan sebab kekafiran, akan
memanah orang­orang mesir dengan satu buah anak panah. tetapi yang mereka kafirkan hanyalah orang yang
Maka Abu Bakar An Nablusiy menjawab: Saya tidak mendukung orang­orang kafir atau murtad, atau orang yang
mengatakan begitu. Maka Al Mu’izz mengira bahwa Abu menunjukkan sikap berwalaa’ (loyal) kepada mereka atau
Bakar An Nablusiy mencabut perkataannya. Maka Al menjadi anggota negara dan pemerintahan mereka yang
Mu’izz bertanya: Lalu apa yang kamu katakan? Abu Bakar 
45 46
kafir sebagaimana perkataan yang dinukil oleh Ibnu Katsiir Daarul Kufri dalam keadaan lemah dan tidak mampu untuk
di dalam Al Bidaayah Wan Nihaayah (XI/284) dari Al melaksanakan idh­haarud diin (menyatakan ajaran Islam
Qoodliy Al Baaqilaaniy, mengenai Al ‘Ubaidiyyun yang secara terang­terangan), maka ia haram untuk tetap tinggal
berbunyi: “Sesungguhnya madzhab (pemahaman) mereka di sana, dan wajib hukumnya bagi dia untuk hijroh ke
yang murni kafir dan aqidah Roofidloh mereka, dan begitu Daarul Islam. Namun jika dia tidak mampu untuk
pula anggota negara mereka yang mentaati, mendukung dan melaksanakan hijroh maka ia ma’dzuur (dimaafkan) sampai
berwalaa’ (loyal) kepadanya, semoga Alloh memperburuk dia mampu untuk melaksanakannya. Namun jika negara
mereka dan negara mereka tersebut.” yang dia tempati itu kemudian ditaklukkan (oleh kaum
… dan contoh­contoh semacam ini di dalam sejarah muslimin) sebelun dia sempat melaksanakan hijroh maka
banyak … kewajiban hijroh menjadi gugur baginya. Dan jika dia
mampu untuk melasanakan idh­haarud diin lantaran dia
Hal ini menunjukkan bahwasanya semua orang adalah orang yang ditaati di tengah­tengah kaumnya atau
yang mengaku Islam atau menunjukkan perbuatan yang lantaran dia mempunyai keluarga yang melindunginya, dan
menjadi ciri khas Islam maka dia adalah orang Islam, dia tidak takut terhadap ujian yang akan dia hadapi dalam
selama dia tidak melakukan sesuatu yang menjadi sebab menjalankan diin (agama) nya, maka ia tidak wajib untuk
kekafiran. Dan orang tersebut hukum asalnya adalah melaksanakan hijroh, akan tetapi dia disunnahkan untuk
terlindungi darah (nyawa), harta dam kehormatannya di hijroh karena supaya tidak memperbanyak jumlah mereka,
manapun dia berada …
atau condong kepada mereka, atau mereka akan membuat
­ Dan Alloh SWT telah berfirman:  tipu daya baginya. Dan ada juga yang mengatakan bahwa
dia wajib melaksanakan hijroh, pendapat ini disebutkan oleh
ْ‫ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻫُﻢ‬ ْ‫ﻣﱡﺆْﻣِﻨَﺎﺕٌ ﻟﱠﻢ‬ ٌ‫ َﻭﻧِﺴَﺂء‬ َ‫ﻣﱡﺆْ ِﻣﻨُﻮﻥ‬ ٌ‫ﺭِﺟَﺎﻝ‬ َ‫ﻭَﻟَﻮْﻻ‬  Al Imaam, namun yang benar adalah pendapat yang
… dan kalau bukan karena orang­orang laki­laki yang beriman dan pertama.”
para wanita yang beriman yang tidak kalian ketahui …(Al Fat­ Dan Al Maawardiy mengatakan: “Namun jika dia di
h:25) sana ­­­ maksudnya adalah di Daarul Kufri tersebut ­­­ dia
Di dalam ayat ini Alloh menyebut mereka sebagai mempunyai keluarga atau suku yang menjadikan dia
orang yang beriman padahal mereka berada di Mekah yang mampu untuk melaksanakan idh­haarud diin (menunjukkan
ketika itu adalah Daarul Kufri, dan meskipun mereka agamannya) maka dia tidak diperbolehkan untuk hijroh
menyembunyikan diri yang tidak diketahui oleh orang­ karena daerah yang dia tempati tersebut telah menjadi
orang beriman. Daarul Islam.”
Di dalam Roudlotuth Thoolibiin (X/282) dikatakan: Dan dalam memberikan catatan terhadap perkataan
“Cabang pembahasan: Seorang muslim itu jika dia berada di  ini Rosyiid Ridlo mengatakan: “Ini adalah perkataan yang

47 48
batil karena hanya sekedar seseorang dapat melaksanakan disebutkan di dalam Tafsiir Ibnu Jariir dan lainnya … lihat
idh­haarud diin sebuah negara tidak secara otomatis menjadi Roudlotuth Thoolibiin (IX/381)
Daarul Islam sedangkan hukum­hukum yang berlaku di Dan Asy Syaukaaniy mengatakan di dalam Fat­hul
sana bukanlah hukum­hukum Islam. Karena sesungguhnya Qodiir (I/498): “Dan permasalah mengenai orang beriman
semua negara eropa tidak melarang seorangpun di sana yang dibunuh oleh kaum muslimin di negeri orang­orang
untuk melaksanakan idh­haarud diin (menyatakan ajaran
kafir ini, yang mana orang tesebut sebelumnya adalah
Islam secara terang­terangan) atau memendakwahkannya begian dari mereka (orang­orang kafir) kemudian dia masuk
sampai ketika mereka memerangi kaum muslimin sekalipun, Islam namun dia belum melaksanakan hijroh, dan mereka
dan juga karena hijroh dari Daarul Islam ke Daarul Islam (kaum muslimin) menyangka bahwa orang tersebut belum
lainnya itu diperbolehkan berdasarkan ijma’. Seandainya dia masuk Islam dan masih menganut agama kaumnya, maka
(Al Maawardiy); Mengatakan dalam kondisi seperti itu dia (dalam keadaan seperti ini) tidak ada kewajiban untuk
tidak wajib hijroh, tentu telah mendekati kebenaran. Dan membayat diyat bagi orang yang membunuhnya, akan tetapi
kemungkinan aslinya seperti ini akan tetapi ada kesalahan di dia wajib untuk membebaskan seorang budak yang beriman,
dalam penukilan.” Dinukil dari Syarhul Arba’iin An dan mereka (para ulama’) berselisih pendapat tentang alasan
Nawawiyyah, hal. 13 yang terdapat di dalam Majmuu’atul gugurnya diyat, di antara mereka ada yang mengatakan
Hadiits An Najdiyyah. karena para wali dari orang yang terbunuh tersebut adalah
ð Dan Alloh SWT berfirman dalam memperinci orang­orang kafir yang tidak berhak untuk mendapatkan
pembunuhan terhadap orang beriman secara tidak sengaja:  diyat, dan ada yang mengatakan karena orang yang beriman
tersebut perlindungannya sedikit … berdasarkan firman
ٍ‫ﻣُﺆْﻣِﻨَﺔ‬ ٍ‫ َﺭﻗَ َﺒﺔ‬ ُ‫ َﻓﺘَﺤْﺮِﻳﺮ‬ ُُ‫ﻣُﺆْﻣِﻦ‬ َ‫ﻭَﻫُﻮ‬ ْ‫ﻟﱠﻜُﻢ‬ ‫ﻋَﺪُﻭﱟ‬ ٍ‫ﻗَﻮْﻡ‬ ‫ﻣِﻦ‬ َ‫ﻛَﺎﻥ‬ ْ‫َﻓﺈِﻥ‬ Alloh SWT yang berbunyi: 
… dan jika yang dibunuh itu dari sebuah kaum yang menjadi
musuh kalian sedangkan dia adalah orang yang beriman, maka ‫ﺣَﺘﱠﻰ‬ ٍ‫ﺷﻲٍْء‬َ  ‫ﻣﱢﻦ‬ ‫ﻻ َﻳﺘِﻬِﻢ‬
َ ‫ﻭﱠ‬ ‫ﻣﱢﻦ‬ ‫ﻣﱠﺎﻟَﻜُﻢ‬ ‫ﻳُﻬَﺎﺟِﺮُﻭﺍ‬ ْ‫ﻭَﻟَﻢ‬ ‫ءَﻣَﻨُﻮﺍ‬ َ‫ﻭَﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬ 
hendaknya ia membebaskan seorang budak yang beriman …(An ‫ﻋَﻠَﻰ‬ ‫ﺇِﻻﱠ‬ ُ‫ﺍﻟﻨﱠﺼْﺮ‬ ُ‫ﻓَﻌََﻠﻴْﻜُﻢ‬ ِ‫ﺍﻟﺪﱢﻳﻦ‬ ‫ﻓِﻲ‬ ْ‫ﺳ َﺘﻨْﺼُﺮُﻭﻛُﻢ‬ ْ ‫ﺍ‬ ِ‫ﻭَﺇِﻥ‬ ‫ﻳُﻬَﺎﺟِﺮُﻭﺍ‬ 
Nisaa: 92)
ٌ‫ﺑَﺼِﻴﺮ‬ َ‫ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥ‬ ‫ﺑِﻤَﺎ‬ ُ‫ﻭَﺍﷲ‬ ٌ‫ﻣﱢﻴﺜَﺎﻕ‬ ‫ َﻭ َﺑ ْﻴﻨَﻬُﻢ‬ ْ‫ َﺑ ْﻴﻨَﻜُﻢ‬ ٍ‫ﻗَﻮْﻡ‬
Di dalam ayat ini Alloh menyebutnya (orang yang
Dan orang­orang yang beriman dan tidak belum melaksanakan
berada di dalam sebuah kaum yang menjadi musuh kaum
hijroh maka sama sekali tidak mempunyai kewajiban untuk
muslimin tersebut) sebagai orang yang beriman, dan Alloh melindungi mereka sampai mereka melaksanakan hijroh, dan jika
menetapkan kafaroh bagi orang yang membunuhnya secara mereka meminta pertolongan dalam permasalahan diin (agama)
tidak sengaja. Padahal dia tinggal bersama musuh­musuh maka hendaknya kalian menolongnya kecuali menolongnya untuk
kita di Daarul Harbi, menurut sekelompok salaf, fuqohaa’ menghadapi sebuah kaum yang terjadi ikatan damai dengan kalian.
(ahli fikih) dan mufassiriin (ahli tafsir), sebagi mana yang 

49 50
Dan Alloh Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan. (Al Anfaal: dalam riwayat Al Jamaa’ah, akan tetapi sebagian ulama’
72) menshohiihkannya berdasarkan riwayat­riwayatnya secara
Dan perhatikanlah bagaimana Alloh menyebut keseluruhan.
mereka sebagai orang yang beriman padahal mereka belum Dan Al Khoth­thoobiy dan sebagian ulama’
berhijroh dari Daarul Kufri pada saat ada Daarul Islam mengatakan bahwasanya beliau SAW memerintahkan
yang mana hijroh ke Daarul Islam tersebut hukumnya mereka untuk membayar setengah diyat orang­orang yang
adalah wajib. telah diketahui Islamnya tersebut adalah karena mereka
Dan setelah itu Asy Syaukaaniy menyebutkan membantu pembunuhan diri mereka sendiri dengan tetap
bahwasanya sebagian ulama’ mewajibkan untuk membayar bertempat tinggal di tengah­tengah orang­orang kafir. Maka
diyatnya akan tetapi yang wajib membayarnya adalah baitul mereka itu adalah ibarat orang yang binasa lantaran
maal, namun dia melemahkan pendapat ini. Dan yang kejahatan dirinya sendiri dan kejahatan orang lain, maka
termasuk berkaitan dengan pembahasan kita ini juga adalah dengan demikian gugurlah bagian dari kejahatannya
hadits yang diriwatkan oleh Abu Dawud (2642) dan At sehingga yang tersisa baginya adalah setengah diyat. Lihat
Tirmidziy dari jalur Jariir bin ‘Abdulloh, ia mengatakan: ‘Aunul Ma’buud (VII/218)
“Rosululloh SAW mengirim sebuah sariyyah (pasukan) ke Semua ini adalah dalil yang menunjukkan
Khots‘am, lalu mereka hendak mencari perlindungan bahwasanya orang yang semacam ini tidak kafir meskipun
dengan cara bersujud akan tetapi mereka tetap dibunuh.” Ia dia melalaikan dalam melaksanakan kewajiban hijroh dan
(Jariir bin ‘Abdulloh) mengatakan: “Maka ketika berita itu bermaksiat lantaran ia tetap tinggal di tengah­tengah orang­
sampai kepada Rosululloh SAW maka beliau orang musyrik. Dan tidak ada dalil yang lebih jelas dari
memerintahkan untuk membayar setengah diyat, dan beliau penyebutan Rosululloh SAW terhadap orang tersebut
bersabda:  sebagai orang muslim dan beliau tidak mencabut sebutan
tersebut darinya. Dan hal ini tidak terpengaruh dengan
‫ﻳﺎ‬ : ‫ﻗﺎﻟﻮﺍ‬ . ‫ﺍﻟﻤﺸﺮﻛﻴﻦ‬ ‫ﺃﻇﻬﺮ‬ ‫ﺑﻴﻦ‬ ‫ﻳﻘﻴﻢ‬ ‫ﻣﺴﻠﻢ‬ ‫ﻛﻞ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺑﺮﻱء‬ ‫ﺃﻧﺎ‬  baroo’ (berlepas diri) beliau SAW dari orang tersebut, dan
‫( ﻧﻠﺮﻫﻤﺎ‬ ‫ﺗﺮﺍءﻯ‬ ) ‫ﺗﺮﺍﻳﺎ‬ ‫ﻻ‬ : ‫ﻗﺎﻝ‬ ‫ﻭﻟﻢ؟‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ‬  bahwasanya baroo’ secara total itu hanya diberikan kepada
orang kafir, karena yang dimaksud dengan baroo’ di sini
Aku berlepas diri dari setiap muslim yang tinggal di tengah­tengah
adalah baroo­atudz dzimmah (lepas tanggung jawab) dari
orang­orang musyrik. Mereka (para sahabat) bertanya: Kenapa
membayar diyat secara sempurna,12 sebagaimana telah
wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Supaya tidak saling melihat
api keduanya. 12 ­ Dan di dalah hadits yang diriwayatkan oleh Al baihaqiy (IX/12­13)
Namun hadits tersebut dianggap cacat karena dan lainnya, dan di hadits tersebut diriwayatkan secara mu’an’an oleh
diriwayatkan secara mursal, sebab Jariir tidak disebutkan  Al Hajjaaj bin Artho­ah, yang berbunyi: 
‫ﺍﻟﺬﻣﺔ‬ ‫ﻣﻨﻪ‬ ‫ﺑﺮﺋﺖ‬ ‫ﻓﻘﺪ‬ ‫ﺍﻟﻤﺸﺮﻛﻴﻦ‬ ‫ﻣﻊ‬ ‫ﺃﻗﺎﻡ‬ ‫ﻣﻦ‬
51 52
ditafsirkan di dalam hadits itu sendiri. Dalam hal ini juga ٍ‫ﺑَﻌْﺾ‬ ُ‫ﺃَﻭْﻟِﻴَﺂء‬ ْ‫ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢ‬ ُ‫ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْ ِﻣﻨَﺎﺕ‬ َ‫ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْ ِﻣﻨُﻮﻥ‬
adalah kelalaiannya dalam memberikan pembelaan (kepada
kaum muslimin) dan dalam melaksanakan kewajiban hijroh, … orang­orang beriman laki­laki dan orang­orang beriman
maka hal ini adalah merupakan qoriinah­qoriinah (hal­hal) perempuan itu sebagian mereka merupakan wali (pelindung) bagi
yang memalingkan dari baroo­ah mukaffiroh (baroo’ yang sebagian yang lain…(At Taubah: 71)
menyebabkan kafir) kepada bentuk baroo’ yang kedua yaitu kemudian ia (Ibnu Hazm): Berkata “Dengan demikian maka
baroo’ yang telah diterangkan di dalam Sunnah dan benarlan jika dikatakan bahwasanya barang siapa bergabung
disebutkan dalam firman Alloh SWT yang berbunyi:  dengan Daarul Kufri Wal Harbi secara sukarela dan
memerangi kaum muslimin yang berada di sekitarnya
‫ﺣَﺘﱠﻰ‬ ٍ‫ﺷﻲٍْء‬َ  ‫ﻣﱢﻦ‬ ‫ﻻ َﻳﺘِﻬِﻢ‬
َ ‫ﻭﱠ‬ ‫ﻣﱢﻦ‬ ‫ﻣﱠﺎﻟَﻜُﻢ‬ ‫ﻳُﻬَﺎﺟِﺮُﻭﺍ‬ ْ‫ﻭَﻟَﻢ‬ ‫ءَﻣَﻨُﻮﺍ‬ َ‫ﻭَﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬  maka dengan perbuatannya tersebut dia telah murtad dan
‫ﻋَﻠَﻰ‬ ‫ﺇِﻻﱠ‬ ُ‫ﺍﻟﻨﱠﺼْﺮ‬ ُ‫ﻓَﻌََﻠﻴْﻜُﻢ‬ ِ‫ﺍﻟﺪﱢﻳﻦ‬ ‫ﻓِﻲ‬ ْ‫ﺳ َﺘﻨْﺼُﺮُﻭﻛُﻢ‬ ْ ‫ﺍ‬ ِ‫ﻭَﺇِﻥ‬ ‫ﻳُﻬَﺎﺟِﺮُﻭﺍ‬  berlaku baginya seluruh hukum orang­orang murtad seperti
wajib dibunuh jika ia dia tertangkap, halal darah (nyawa)
ٌ‫ﺑَﺼِﻴﺮ‬ َ‫ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥ‬ ‫ﺑِﻤَﺎ‬ ُ‫ﻭَﺍﷲ‬ ٌ‫ﻣﱢﻴﺜَﺎﻕ‬ ‫ َﻭ َﺑ ْﻴﻨَﻬُﻢ‬ ْ‫ َﺑ ْﻴﻨَﻜُﻢ‬ ٍ‫ﻗَﻮْﻡ‬ nya, batal pernikahannya dan hukum­hukum yang lainnya,
Dan orang­orang beriman yang belum melaksanakan hijroh, maka karena Rosululloh SAW tidak pernah baroo’ terhadap orang
kalian tidak mempunyai kewajiban sedikitpun untuk membela Islam. Adapun orang yang melarikan diri ke Daarul Harbi
mereka sampai mereka melaksanakan hijroh. Dan jika mereka lantaran takut terhadap kedholiman yang mengancam
meminta pertolongan kepada kalian maka kalian wajib menolong dirinya, dan dia tidak memerangi kaum muslimin, dan
mereka kecuali dalam menghadapi sebuah kaum yang ada ikatan tidak juga membantai orang­orang kafir dalam memusuhi
perjanjian dengan kalian. Dan Alloh Maha mengetahui apa yang kaum muslimin, dan dia tidak mendapatkan orang Islam
kalian lakukan. (Al Anfaal: 72) yang dapat melindunginya, maka dalam keadaan seperti ini
Ya Alloh, kecuali selain ia bertempat tinggal di Daarul tidak ada masalah baginya karena dia dalam keadaan
Kufri dan melalaikan kewajiban hijroh ke Daarul Islam ia terjepit dan terpaksa.” Al Muhallaa (XIII/138­139)
juga membantu orang­orang musyrik dan memerangi orang­ Hal ini menunjukkan secara jelas bahwasanya
orang Islam, maka ketika itu baroo’ yang diberikan bergabung dengan Daarul Harbi itu adalah kekafiran hanya
kepadanya adalah baroo’ secara total yang bersifat mukaffir ketika dibarengi dengan memerangi kaum muslimin, dan
(mengkafirkan dirinya).. membantu serta menolong orang­orang kafir dalam
Ibnu Hazm setelah menyebutkan hadits di atas memusuhi kaum muslimin, maka status orang semacam ini
mengatakan: “Dan beliau SAW tidak menyatakan baroo’ adalah seperti anshoor (para pendukung) kesyirikan yang
kecuali kepada orang kafir. Alloh SWT berfirman: memerangi diin (Islam) atau orang yang membantu orang­
orang musyrik dan kafir dalam memusuhi orang­orang yang
Barang siapa tinggal di tengah­tengah orang­orang musyrik maka telah lepas
dzimmah (tanggungan) darinya. 

53 54 
bertauhid, dan tidak seperti orang­orang yang tinggal di muslimin. Maka inilah yang merupakan kekafiran, yaitu
Daarul Kufri secara umum. memerangi kaum muslimin, dan membantu serta
Kemudian Ibnu Hazm mengatakan: “Dan telah kami mendukung orang­orang kafir dalam memerangi kaum
katakan bahwasanya Az Zuhriy Muhammad bin Muslim muslimin meskipun hanya dengan berupa tulisan atau yang
bin Syihaab bertekad jika Hisyaam bin ‘Abdul Maalik semacamnya, bukan hanya sekedar bantuan atau tulisan
meninggal ia akan bergabung dengan negeri Romawi karena secara mutlak, karena yang semacam ini ada perinciannya
Al Waliid bin Yaziid telah bernadzar akan membunuhnya yang akan kami terangkan nanti dalam perincian bekerja
jika dia (Al Waliid bin Yaziid) dapat mengkapnya, pada orang­orang kafir.
sedangkan ketika itu dia (Al Waliid bin Yaziid) adalah Kemudian ia (Ibnu Hazm) rh mengatakan: “Namun
orang yang akan mewarisi kekuasaan setelah Hisyaam. jika dia tinggal di sana hanya karena ingin mendapatkan
Maka barangsiapa kondisinya semacam ini dia ma’dzuur nilai duniawi, yang dengan demikian dia seperti orang
(dimaafkan). dzimmiy bagi mereka, padahal dia mampu untuk bergabung
dengan kelompok umat Islam dan wilayah mereka maka
Dan begitu pula kaum muslimin yang tinggal di
di tidak jauh dari kekafiran dan manurut kami dia tidak
India, As Sind (sebuah negeri yang berbatasan dengan
mendapatkan ‘udzur (ampunan), dan kami memohon
India), Cina, Turki, Sudan dan Romawi, jika dia tidak
kesejahteraan kepada Alloh.
mampu untuk keluar dari negeri­negeri tersebut lantaran
banyaknya tanggungan atau sedikitnya harta atau lemahnya Namun tidak demikian halnya dengan orang yang
fisik atau tertutupnya jalan maka dia ma’dzuur. tinggal dalam mentaati orang­orang kafir yang ekstrim dan
orang­orang yang seperti mereka karena Mesir dan
Namun jika di sana dia memerangi kaum muslimin
Qoirwaan (yang ia maksudkan adalah ‘Ubaidiyyuun) dan
dan menolong orang­orang kafir berupa bantuan atau
yang lainnya, di sana yang dhohir adalah Islam, dan selain
tulisan maka dia kafir.”
itu para pengusanya tidak menyatakan baroo’ terhadap
Dan jangan sekali­kali engkau memahimi Islam secara terang­terangan, justru mereka mengaku
perkataannya yang berbunyi: “… menolong orang­orang Islam meskipun pada hakekatnya mereka adalah orang­
kafir berupa bantuan atau tulisan maka dia kafir…” orang kafir.
merupakan vonis kafir hanya lantaran sekedar menolong
Adapun orang yang tinggal di negeri Al
orang­orang kafir secara mutlak dalam berbagai bentuk
Qoroomithoh dengan suka rela maka tidak diragukan lagi
bantuan atau tulisan, sebagai mana yang dikatakan oleh
dia telah kafir karena mereka secara terang­terangan
sebagian Ghulaat (orang­orang yang ekstrim). Karena
menyatakan kekafiran dan meninggalkan Islam. Dan kita
engkau lihat sendiri bagai mana Ibnu Hazm mengaitkan
berlindung kepada Alloh dari hal itu.
pertolongan tersebut dengan peperangan terhadap kaum 

55 56
Dan adapun orang yang tinggal di sebuah negeri yang namun demikian hal itu tidak menyebabkan mereka kafir
menampakkan sebagian tindakan hawa nafsu yang hanya lantaran tinggal di tengah­tengah orang­orang
mengakibatkan kafir, maka ia tidak kafir karena musyrik, meskipun mereka dinyatakan telah berdosa dan
bagaimanapun kondisinya nama Islamlah yang menonjol dihukum dengan dikuranginya perlindungan terhadap
di sana, yang berupa tauhid, pengakuan terhadap risaalah mereka, serta dibatasi dan diperkecil bentuk pertolongan
(ajaran) Muhammad SAW, baroo’ terhdap semua diin untuk mereka …
(agama) selain Islam, pelaksanaan sholat dan shiyam
Sehingga apabila tidak ada Daarul Islam yang dapat
(puasa) romadlon serta seluruh syariat Islam dan iman
dijadikan tempat hijroh oleh orang Islam, maka
yang lainnya. Dan segala puji hanyalah bagi Alloh Robb
sesungguhnya tinggalnya dia di sana adalah ma’dzuur
(tuhan) semesta alam.”
(dimaafkan) selama dia bertaqwa kepada Alloh, menjauhi
Dan kita ketahui bersama bahwasanya ini semua syirik dan menjauhi dari tindakan yang membantu orang­
adalah pada saat Daarul Islam ada … orang musyrik dalam memusuhi kaum muslimin, karena
Dan perhatikanlah bagaimana Ibnu Hazm tidak ada jalan ke Daarul Islam yang dapat dijadikan tempat
menganggap syariat­syariat Islam dan ciri­ciri khasnya yang hijroh sehingga dia dikatakan berdosa lantaran melalaikan
besar, seperti tauhid, diakuinya kenabian Rosululloh SAW, kewajiban hijroh tersebut, apalagi dikatakan kafir!!
pelaksanaan sholat dan shiyam (puasa) romadlon, serta para Lalu bagaimana ketika dalam kondisi seperti itu ia
penguasanya mengaku Islam dan tidak baroo’ (berlepas diri) tinggal di Daarul Kufri dengan tujuan untuk membela diin
darinya ­­­ meskipun mereka kafir ­­­, perhatikan bagaimana Alloh dan tauhid, serta memerangi syirik dan tandiid ? tidak
ia (Ibnu Hazm) menganggap hal itu sebagai alasan yang diragukan lagi bahwasanya orang Islam yang semacam ini
membenarkan orang Islam ­­­ atau minimal tidak adalah orang Islam yang baik dan mendapat pahala, yang
mengkafirkannya ­­­ untuk tinggal di Daarul Kufri yang tegak melaksanakan diin Alloh SWT ..
kondisi negara dan para penguasanya seperti ini… dan tidak
Dan di dalam sebuah hadits mutawaatir yang
ada yang membantah atas kemiripan kondisi semacam ini
diriwayatkan lebih dari sepuluh sahabat dengan redaksional
dengan kondisi kaum muslimin pada hari ini, kecuali orang
yang berdekatan, bahwasanya Nabi SAW bersabda: 
yang sombong.
Dan demmikian pula mengenai hadits di atas yang ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻻﻳﻀﺮﻫﻢ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺃﻣﺮ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﻇﺎﻫﺮﻳﻦ‬ ‫ﺃﻣﺘﻲ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻃﺎﺋﻔﺔ‬ ‫ﻻﺗﺰﺍﻝ‬ 
menyebutkan pernyataan baroo’ Nabi SAW terhadap orang ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺃﻣﺮ‬ ‫ﻳﺄﺗﻲ‬ ‫ﺣﺘﻰ‬ ‫ﺧﺬﻟﻬﻢ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻭﻻ‬ ‫ﺧﺎﻟﻔﻬﻢ‬
yang tinggal di tengah­tengah orang­orang musyrik, hal itu
bisa dikatakan ketika ada Daarul Islam, bahkan bisa Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang dhohir di atas
dikatakan hal itu ketika hijroh kepada Nabi SAW hukumnya perintah Alloh, mereka tidak terpengaruh dengan orang yang
wajib sebelum fat­hu makkah (penaklukan kota Mekah), 

57 58
memusuhi mereka dan tidak juga oleh orang yang enggan mendahwahkan Islam kepada mereka jika dia mampu …
menolong mereka, sampai datang keputusan Alloh. namun jika tidak mampu maka tidak boleh.”
Dan dalam hadits lain yang senada dengan ini adalah:  Dan dinukil di dalam Roudlotuth Thoolibiin (X/282)
dari pengarang buku Al Haawiy, yaitu perkataannya yang
‫ﻭ‬ ‫ﺍﻷﺟﺮ‬ ‫ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ‬ ‫ﻳﻮﻡ‬ ‫ﺇﻟﻰ‬ ‫ﺍﻟﺨﻴﺮ‬ ‫ﺑﻨﻮﺍﺻﻴﻬﺎ‬ ‫ﻣﻌﻘﻮﺩ‬ ‫ﺍﻟﺨﻴﻞ‬  berbunyi: “Jika keberadaan dia di sana diharapkan akan
‫ﺍﻟﻤﻐﻨﻢ‬ dapat menegakkan Islam maka yang lebih utama adalah
hendaknya dia tetap tinggal di sana. Dia mengatakan: Dan
Kuda itu terikat pada jambulnya kebaikan sampai hari qiyamat,
jika dia mampu untuk mempertahankan diri dan
yaitu pahala dan harta ghonimah (rampasan perang).
mengasingkan diri di Daarul Harbi maka dia wajib untuk
Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhooriy .. tetap tinggal di sana, karena tempat tinggal dia tersebut
Dua hadits ini menunjukkan atas adanya orang­orang merupakan Daarul Islam sehingga kalau dia berhijroh tentu
yang tulus dan berjihad sampai hari qiyamat, dan mereka tempat tinggal dia tersebut akan menjadi Daarul Harbi,
akan terus ada dalam situasi apapun, baik ketika ada Daarul maka haram baginya untuk hijroh dari sana. Kemudian jika
Islam maupun ketika tidak ada Daarul Islam.. dia mampu untuk memerangi orang­orang kafir dan
menyeru mereka untuk masuk Islam maka hal itu wajib dia
Bahkan para ulama’ telah menetapkan atas wajibnya lakukan, namun jika tidak mampu maka tidak wajib.
orang Islam untuk tetap tinggal di Daarul Kufri jika dia bisa Walloohu A’lam.”
berusaha untuk merubahnya menjadi Daarul Islam,
sebagaimana yang disebutkan di dalam Mugh­nil Muhtaaj Maka perhatikanlah bagaimana dalam kondisi
karangan Asy Syarbiiniy (IV/239): “Dan jika dia mampu semacam ini mereka mewajibkan untuk tetap tinggal di
untuk mempertahankan diri dan i'tizaal (mengasingkan diri) Daarul Harbi, lalu manakah orang yang ekstrim dalam
di Daarul Harbi maka dia wajib untuk tetap tinggal di sana, mengkafirkan tersebut dari ketentuan para ulama’ ini.?!
karena tempat tinggal dia itu adalah Daarul Islam, dan Dan Al Haafidh Ibnu Hajar di dalam Fat­hul Baariy:
seandainya dia hijroh dari sana tentu tempat tinggal dia itu Mengatakan “Dan di dalamnya ­­­ maksudnya adalah di
menjadi Daarul Harbi, sehingga hal itu haram baginya. dalam hadits tentang kuda tersebut ­­­ terdapat kabar
Memang jika dia hijroh diharapkan dia dapat membantu gembira atas tetap eksisnya Islam dan penganutnya sampai
kaum muslimin, maka yang lebih utama baginya adalah hari qiyamat, karena tetap eksisnya jihad berarti tetap
hijroh dari tempat tinggal dia. Hal ini dikatakan oleh Al eksisnya mujahidin yang mana mereka itu adalah orang­
Maawardiy ­­­ dan telah kami sebutkan di depan ­­­ orang Islam. Dan hadits tersebut adalah seperti hadits lain
kemudian dengan tetap tinggalnya dia di sana ia dapat yang berbunyi: 
memerangi mereka untuk mempertahankan Islam dan 
‫ﺍﻟﺤﻖ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﻳﻘﺎﺗﻠﻮﻥ‬ ‫ﺃﻣﺘﻲ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻃﺎﺋﻔﺔ‬ ‫ﺗﺰﺍﻝ‬ ‫ﻻ‬
59 60
Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang berperang di malaksanakan idh­haarud diin di sana, atau lantaran dia dapat
atas kebenaran. melaksanakan melaksanakan jihad dan pembelaan terhadap
..” Dinukil dari Kitaabul Jihaad Was Siar, Baabu; Al diin (Islam) maka dia adalah orang Islam yang darah
Jihaadu Maadlin Ma’al Birri Wal Faajir (Jihad itu akan (nyawa) dan hartanya dilindungi ..
senantiasa berjalan baik sama pemimpin yang baik maupun Apalagi seorang muslim yang melaksanakan hal itu
yang jahat). ketika tidak ada sama sekali Daarul Islam yang dapat
Dan mirip dengan hadits ini pula hadits dari dijadikan tempat hijroh ..
Hudzaifah yang muttafaq ‘alaih (diriwayatkan oleh Al Karena sesungguhnya Alloh SWT tidak
Bukhooriy dan Muslim) yang berbunyi:  menggantungkan hukum takfiir itu dengan hal­hal diluar
kemampuan manusia .. akan tetapi Alloh SWT itu
: ‫ﻭﺳﻠﻢ‬ ‫ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺻﻠﻰ‬ ‫ﻗﺎﻝ‬ ‫ﺇﻣﺎﻡ؟‬ ‫ﻭﻻ‬ ‫ﺟﻤﺎﻋﺔ‬ ‫ﻟﻬﻢ‬ ‫ﻳﻜﻦ‬ ‫ﻟﻢ‬ ‫ﻓﺈﻥ‬  menggantungkannya dengan sebab­sebab yang nyata dan
‫ﺣﺘﻰ‬ ‫ﺷﺠﺮﺓ‬ ‫ﺑﺄﺻﻞ‬ ‫ﺗﻌﺾ‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫ﻭﻟﻮ‬ ‫ﻛﻠﻬﺎ‬ ‫ﺍﻟﻔﺮﻕ‬ ‫ﺗﻠﻚ‬ ‫ﻓﺎﻋﺘﺰﻝ‬  dapat dijadikan patokan ­­­ sebagaimana yang telah
diterangkan di depan ­­­ yang hanya terbatas pada perkataan
‫ﺫﻟﻚ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﻭﺃﻧﺖ‬ ‫ﺍﻟﻤﻮﺕ‬ ‫ﻳﺪﺭﻛﻚ‬ atau perbuatan mukaffir (yang menyebabkan kafir) yang di
Nabi ditanya: (Bagaimana) jika mereka tidak mempunyai jama’ah dalam jangkauan kemampuan mukallaf .. selama seseorang
atau imam? Maka beliau SAW menjawab: Tinggalkanlah seluruh tidak nampak melakukan hal itu .. maka tidak ada alasan
kelompok tersebut meskupun engkau harus menggigit akar pohon untuk mengkafirkannya berdasarkan hal­hal yang di luar
sampai ajal menjemputmu sedangkan kamu tetap dalam keadaan kemauannya selama dia mempunyai dasar keislaman ..
seperti itu.
Kesimpulannya; sesungguhnya istilah Daarul Kufri
Hadits ini menunjukkan bahwasanya tidak adanya itu tidak mempunyai dampak di dalam status penduduk
jama’atul muslimin dan imamnya ­­­ dan ini adalah unsur sebuah negara, khususnya pada saat seluruh dunia telah
penting di dalam Daarul Islam ­­­ tidak berpengaruh dan mejadi Daarul Kufri baik Ash­liyyah (yang memang asalnya
tidak ada hubungannya dalam menentukan Islam atau kafir) atau Thoori­ah (yang asalnya Daarul Islam kemudian
kafirnya seseorang, akan tetapi yang menjadi manaath berubah menjadi Daarul Kufri) lantaran dikuasai oleh
(sebab) dalam masalah ini adalah dilakukannya sebuah orang­orang kafir dan hukum­hukum mereka di seluruh
sebab dari sebab­sebab kekafiran … negeri ..
Semua ini menunjukkan bahwasanya jika seorang Dan hal itu lebih diperkuat apabila negara yang
muslim itu berada di Daarul Kufri dan dia tidah hijroh dari berstatus Daarul Kufri Ath Thoori’ah, artinya yaitu negara
sana lantaran tidak mampu atau ada penghalang yang yang dahulunya adalah Daarul Islam dan mayoritas
menghalanginya atau lantaran ia mampu untuk  penduduknya masih tetap orang­orang yang mengaku

61 62
Islam. Permasalahan ini dilalaikan atau sengaja dilalaikan Pertama: Sebuah negara yang dihuni oleh orang­
oleh banyak orang­orang yang bersemangat, sehingga orang Islam, maka al laqiith (anak temuan) yang ditemukan
mereka tidak membedakan antara Daarul Kufri Al Ash­ di sana adalah muslim, meskipun di sana ada ahludz
liyyah yang mana para fuqohaa’ manjadikan statusnya dzimmah, karena Islam lebih dimenangkan.
sebagai penguat untuk mengikutkan hukum beberapa Kedua: Sebuah negara yang telah ditaklukkan oleh
permasalahan kepada status negara tersebut, dan antara kaum muslimin namun tetap dibiarkan dikelola oleh orang­
Daarul Kufri Al Haaditsah, yaitu negara yang dahulunya orang kafir dan sebagai gantinya mereka membayar jizyah.
adalah negara kaum muslimin kemudian dikuasai oleh Maka dengan demikian mereka (kaum muslimin) telah
orang­orang kafir, karena sesungguhnya di dalam negara berkuasa atas negara tersebut, atau berdamai dengan mereka
seperti ini para fuqohaa’ menjadikan status Islam dan dan tidak berkuasa atasnya. Pada negara yang semacam ini
dilindungi (darah, harta dan kehormatannya) sebagai dasar al laqiith (anak temuan) yang ditemukan di sana dianggap
untuk menghukumi orang yang majhuulul haal yang tidak
sebagai orang Islam jika di sana terdapat satu orang muslim
ada cara lain untuk mengetahui statusnya ­­­ seperti mayit atau lebih, namun jika di sana tidak terdapat orang Islam
atau al laqiith (anak temuan) atau orang gila ­­­, sebagai
maka ia dianggap sebagai orang kafir menurut pendapat
bentuk kehati­hatian terhadap kehormatan dan yang benar, namun ada yang mengatakan bahwa ia
perlindungan darah kaum muslimin meskipun di sana tidak dianggap sebagai orang Islam karena ada kemungkinan dia
tersisa kecuali seorang muslim saja. Karena Islam itu tinggi dilahirkan oleh seseorang yang menyembunyikan Islamnya.
dan tidak ada sesuatupun yang lebih ditinggikan di atasnya,
bahkan dalam kondisi semacam ini sebagian mereka (para Ketiga: Sebuah negara yang dahulunya didiami oleh
fuqohaa’) menjadikan Islam sebagai dasar untuk orang­orang Islam kemudian mereka diusir dari sana dan
menghukumi sesuatu, meskipun tidak nampak ada seorang dikuasai oleh orang­orang kafir. Dalam negara seperti ini
muslimpun karena ada kemungkinan di sana ada orang jika di sana tidak diketahui ada orang Islamnya maka al
beriman yang menyembunyikan imannya.13 laqiith (anak temuan) yang ditemukan di negara tersebut
dianggap sebagai orang kafir menurut pendapat yang benar.
Dan An Nawawiy menukil perkataan Ar Roofi’iy di Dan Abu Is­haaq mengatakan: Ia dianggap sebagai orang
dalam Roudlututh Thoolibiin ketika membicarakan tentang Islam karena ada kemungkinan di negara tersebut ada orang
al laqiith (anak temuan) yang di dapatkan di sebuah negeri
yang menyembunyikan Islamnya, namun jika di sana
dan statusnya adalah diikutkan dengan status negara diketahui ada orang Islamnya maka ia dianggap sebagai
tersebut, bahwasanya Daarul Islam itu ada tiga macam: orang Islam ..”
Inilah berbagai kondisi Daarul Islam. Adapun
13 ­ Sebagai contoh silahkan lihat Al Mughniy, Kitaabul Laqiith,
Pembahasan: Dan tidak menutup kemungkinan akan didapatkan al mengenai Daarul Kufri Al Ash­liyyah, ia mengatakan:
laqiith (seorang anak temuan) di Daarul Islam atau di Daarul Kufri ..  “Daarul Kufri, jika di sana tidak ada orang Islamnya, maka
63 64
al laqiith (anak temuan) yang ditemukan di sana dianggap asalanya … seandainya istilah tersebut terkait dengan diin
sebagai orang kafir, namun jika di sana ada para pedagang (agama) yang dianut oleh sebagian besar penduduk
muslim yang tinggal di sana, apakah ia dianggap sebagai negaranya maka ada alasan untuk menjadikan istilah
orang kafir lantaran mengikuti status negaranya atau tersebut sebagai dasar (asal) status penduduknya .. oleh
dianggap sebagai orang Islam karena Islam lebih karena itu para ulama’ jika berbicara mengenai Daarul Islam
diunggulkan? Dalam hal ini ada dua pendapat, dan yang ­­­ yang mewajibkan Ahlul Kitab untuk memakai tanda­
paling benar adalah pendapat yang kedua (yaitu dianggap tanda yang menunjukkan identitas mereka dan yang tidak
sebagai orang Islam karena Islam lebih diunggulkan.” membiarkan di sana ada orang yang murtad bagaimanapun
Maka perhatikanlah kehati­hatian para ulama’ dan kondisinya ­­­ atau jika mereka (para ulama) berbicara
begaimana mereka lebih memenangkan Islam ketika terjadi mengenai Daarul Kufri Al Ash­liyyah yang belum dimasuki
kesamaran, sampai di Daarul Kufri Al Ash­liyyah oleh Islam dan juga yang sebagian besar penduduknya
sekalipun, karena sebagai bentuk penghormatan terhadap bukan orang Islam … engkau lihat mereka (para ulama’)
kehormatan kaum muslimin dan sebagai bentuk kehati­ menjadikan status negara untuk menentukan status
hatian terhadap darah (nyawa) mereka, apa lagi di dalam penduduknya pada beberapa kondisi yang sedikit saja, yaitu
ketika tidak didapatkan tanda­tanda dhohir dan as siimaa
Daarul Kufri Ath Thoori­ah yang sebagian besar
penduduknya mengaku sebagai orang Islam. (penampilan) para diri orangnya, dan ketika tidak
memungkinkan untuk melakukan klarifikasi mengenai
Maka mau bagai manapun keadaannya yang jelas status orang tersebut, seperti status al laqiith (anak temuan)
karena para ulama’ membuat istilah (Daarul Kufri) ini untuk atau orang gila atau mayit yang tidak jelas status dirinya ­­­
menunjukkan bahwasanya kekuasaan dan hukum dalam di dapatkan pada salah satu bentuk negara tersebut orang
sebuah negara adalah di tangan orang­orang kafir, maka yang tidak dikenal oleh seorangpun, dan tidak pula
tidak dibenarkan sama sekali membuat kaidah yang mempunyai tanda­tanda tertentu yang menunjukkan
berbunyi: Pada asalnya manusia itu adalah kafir, tentang diin (agama) nya .. maka dalam kondisi semacam ini
berdasarkan istilah (Daarul Kufri) tersebut, khususnya pada status mereka disamakan dengan status negaranya …
Daarul Kufri Ath Thoori­ah yang sebagian besar artinya status negara mereka dijadikan pertimbangan untuk
penduduknya mengaku Islam dan menampakkan cirikhas­ menentukan status mereka dan tetap memperhatikan diin
cirikhas Islam .. (agama) yang dianut oleh penduduk negara tersebut, bukan
Karena istilah ini tidak berdasarkan dan tidak hanya sekedar menggunakan istilah tersebut yang
tergantung dengan diin (agama) yang dianut oleh para ditetapkan hanya berdasarkan kekuasaan dan hukumnya
penduduknya, lalu bagaimana diin (agama) mereka bisa saja, sebagai mana yang dilakukan oleh orang­orang yang
didasarkan dengan istilah tersebut .. di dasarkan artinya ekstrim tersebut, dan begitu pula dengan Daarul Kufri Ath
adalah menjadikan status hukum sesuatu dengan hukum  Thoori­ah ..

65 66
Dan yang jelas, bagaimanapun keadaannya istish­haab (menjadikan hukum asal sebagai
permasalahan yang dibahas oleh para fuqohaa’ mengenai pertimbangan), dan atas dasar inilah seluruh hukum
menetapkan status seseorang berdasarkan status negaranya syariat dibangun.”
tidaklah sama dengan pembahsan yang kita bantah ini. Yang Dan pada tempat yang sama ia mengatakan:
mereka (para fuqohaa’) bahas itu bukanlah mengenai orang “Berpegang hanya dengan istish­haab saja ketika tidak
yang telah menampakkan tanda­tanda dan cirikhas­cirikhas terdapat (tanda­tanda apapun) adalah dalil yang paling
Islam, dan selain itu mereka juga tidak mengkafirkan semua lemah secara mutlak, dan dalil (petunjuk) paling terakhir
orang yang dikafirkan oleh orang­orang ektrim tersebut yang digunakan untuk dijadikan penguat…” sampai ia
dengan dasar kaidah ini .. akan tetapi yang mereka kafirkan mengatakan: “Tidak boleh mengatakan ada atau tidak
berdasarkan kaidah tersebut hanyalah orang yang majhuulul adanya sesuatu hanya berdasarkan istish­haab semacam ini
haal (yang tidak diketahui identitasnya) yang tidak dengan tanpa menggunakan hal­hal yang menunjukkan
memungkinkan untuk diklarifikasi mengenai status dirinya tidak adanya sebagai dalil, dan barang siapa melakukan
lantaran tidak terdapat as siimaa (tanda­tanda berupa seperti ini maka dia telah berdusta dan berbicara tanpa
penampilan), atau lantaran masih kecil atau lantaran sudah berdasarkan ilmu ..”
mati atau lantaran akalnya sudah hilang, dan ketika itu tidak
ada orang yang mengakuinya baik orang tuanya atau para “Maka ketidak tahuannya terhadap sesuatu itu tidak
walinya, untuk menyamakan status orang tersebut dengan berarti ia tahu bahwa sesuatu itu tidak ada.” .. “Dan segala
mereka .. oleh karena itu para fuqohaa’ menyatakan tanda yang menunjukkan keberadaannya adalah lebih
bahwasanya apabila ditemukan tanda­tanda yang kuat dari pada hanya sekedar istish­haabun nafyi
menunjukkan diin (agama) nya atau ada orang yang (menjadikan hukum asal sebagai pertimbangan untuk
mengakuinya .. tanda­tanda dhohir ini lebih dikedepankan menyatakan tidak adanya sesuatu).” Dinukil secara ringkas
dari pada isthish­haab (menjadikan hukum asal sebagai dari Majmuu’ Fataawaa (XXIII/13). Dan ia mengatakan:
pertimbangan) .. oleh karena itu mereka (para fuqohaa’) “Kamu muslimin telah berijma’ (bersepakat), dan telah
lebih mengedepankan untuk menyamakan statusnya dengan dipahami secara pasti di dalam diinul Islam, bahwasanya
kedua orang tuanya dari pada menyamakan statusnya tidak boleh seorangpun untuk meyakini dan berfatwa atas
adanya atau tidak adanya sesuatu berdasarkan istish­haab
dengan negaranya.14
semacam ini kecuali setelah mencari­cari dalil­dalil yang
Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: khusus (berkenaan dengan masalah tersebut), jika dia
“(Tanda­tanda) dhohir itu lebih dikedepankan dari pada al adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk
melakukannya. Karena semua apa yang diwajibkan oleh
14 ­ Sebagai contoh silahkan lihat Al Mughniy, Kitaabul Murtad, Alloh dan RosulNya, dan yang diharamkan oleh Alloh dan
Masalah: Dan begitu pula orang mati yang dianggap kafir lantaran RosulNya bertentangan dengan istish­haab semacam ini,
kedua orang tuanya … 

67 68
sehingga istish­haab semacam ini tidak bisa dijadikan Lalu mereka lebih mengedepankan apa yang mereka
pegangan kecuali setelah diadakan kajian terhdap dalil­ jadikan sebagai hukum asal dan kaidah yang mereka bangun
dalil syar’iy­nya oleh orang yang mempunyai kemampuan di atas sebuah istilah yang tidak mempunyai pengaruh
untuk melakukannya.” Majmuu’ Fataawaa (XXIX/90) terhadap diin (agama) manusia, dari pada menggunakan
Dan Ibnul Qoyyim mengatakan: “Kesaksian satu tanda­tanda dhohir yang nyata dan jelas pada ucapan,
orang baik laki­laki maupun perempuan itu lebih kuat dari perbuatan dan syi’ar­syi’ar Islam mereka .. sedangkan
pada istish­haabul haal karena sesungguhnya istish­haabul negaranya adalah Daarul Kufri Ath Thoori­ah, dan bukan
haal itu adalah bukti yang paling lemah. Oleh karena itu Daarul Kufri Al Ash­liyyah ..
istish­haabul haal itu dapat tertolak dengan an nukuul Maka tidak diragukan lagi bahwasanya apa yang
(penarikan pengakuan), atau dengan sumpah yang (pada mereka jadikan sebagai hukum asal ini adalah sangat
dasarnya) tidak tertolak, atau dengan seorang saksi dan sangatlah lemah .. lalu bagai mana jika selain itu mereka
sumpah, atau dengan dalaalatul haal (kondisi yang menjadikan hal itu sebagai alasan untuk menghalalkan
menjadi petunjuk).” A’laamul Muwaqqi’iin (I/96) darah (nyawa), harta dan kehormatan mereka, ini adalah
Perhatikanlah hal ini .. Namun demikian para murni sebuah kebatilan dan kami berlepas diri kepada Alloh
fuqohaa’ menggunakan istish­haab atau kaidah hukum asal mengenai hal ini ..
semacam ini hanya pada wilayah yang sempit sebagai mana · Perhatian: Bahwasanya kaidah yang berbunyi: Pada
yang telah engkau ketahui sendiri, yaitu ketika tidak asalnya semua tentara dan anshoor (pendukung)
didapatkan qoroo­in (hal­hal yang menjadi petunjuk) atau thoghut itu adalah kafir, itu adalah kebenaran yang
tanda­tanda dhohir .. namun demikiian, penetapan kaidah tidak diragukan lagi:
hukum asal atau istish­haab mereka semacam ini adalah
lemah, yang dapat berubah dengan adanya dalil yang paling Di sini perlu kita perhatikan bahwasanya kami,
lemah atau adanya siimaa (penampilan) atau adanya tanda meskipun kami menolak penetapan kaidah yang telah kami
dhohir atau adanya kesaksian atau yang lainnya .. sebutkan di atas, akan tetapi pembicaraan kami dan
penolakan kami ini tidak berlaku bagi pasukan dan para
Lalu bagai mana dengan kaidah yang digunakan oleh pendukung thoghut. Karena kaidah kami dalam
orang­orang ekstrim yang ngawur tersebut dalam menghukumi mereka adalah: “Pada asalnya mereka itu
menghukumi orang Islam secara umum, dan mereka sama adalah kafir…” sampai kami mendapatkan sesuatu yang
sekali tidak menghiraukan syi’at­syi’ar dan cirkhas­cirikhas menyelisihi hukum asal tersebut, karena kaidah ini
Islam yang ditunjukkan oleh orang­orang sholih, mujahidin ditetapkan berdasarkan nash dan petunjuk dhohir, dan
dan orang­orang yang lemah di antara mereka …??  bukan hanya sekedar menyamakan dengan status hukum
sebuah negara, karena secara dhohir tentara, polisi, intelejen
dan pasukan keamanan para thoghut itu adalah para wali
69 70
(pendukung) kesyirikan dan orang­orang musyrik yang ­ Mendukung, membela dan membantu mereka dalam
menganut kesyirikan tersebut. memerangi orang­orang yang bertauhid.
­ Karena merekalah orang­orang yang menjaga undang­ Dan dalil­dalil yang menunjukkan bahwasanya dua
undang kafir buatan manusia, yang menjaganya, hal ini merupakan penyebab kekafirang yang nyata adalah
mengokohkannya dan melaksanakannya dengan jelas dan banyak dan telah kami jelaskan secara terperinci di
kekuatan mereka. tempat yang lain. Dan yang menjadi tujuan kami di sini
­ Dan mereka jugalah para pelindung dan pasak­pasaknya bukanlah memperinci masalah akan tetapi kami hanya ingin
yang memperkokoh singgasana para thoghut dan yang mengingatkan tentang kaidah di atas.
dijadikan oleh para thoghut tersebut sebagai alat untuk Dan Alloh SWT telah membuatkan sebuah kaidah
menolak menjalankan syariat Islam dan berhukum yang muhkam (yang paten) untuk kami mengenai para
kepadanya. pendukung dan pembela thoghut secara umum, di dalam
­ Dan mereka adalah kekuatan dan pendukung thoghut firmanNya yang berbunyi: 
yang membantu dan menolong mereka dalam ِ‫ﺍﻟﻄﱠﺎﻏُﻮﺕ‬ ِ‫ﺳﺒِﻴﻞ‬
َ  ‫ﻓِﻲ‬ َ‫ﻳُﻘَﺎﺗِﻠُﻮﻥ‬ ‫ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ‬ َ‫ﻭَﺍﱠﻟﺬِﻳﻦ‬
menjalankan syariat kafir dan menghalalkan hal­hal
yang diharamkan Alloh, seperti kemurtadan, riba, Orang­orang yang kafir mereka berperang di jalan thoghut.. (An
khomer, perbuatan keji dan lain­lain. Nisaa’: 76)

­ Dan merekalah yang menghadapi setiap orang yang Dan dalam firmanNya SWT yang berbunyi: 
mengingkari kekafiran dan kesyirikan thoghut tersebut,
dan yang berusaha untuk menjalankan syariat Alloh
ْ‫ﻣِﻨْﻬُﻢ‬ ُ‫ َﻓﺈِﱠﻧﻪ‬ ْ‫ﻣﱢﻨﻜُﻢ‬ ‫ َﻳﺘَﻮَﻟﱠﻬُﻢ‬ ‫ﻭَﻣَﻦ‬ 
serta memperjuangkan diin Alloh yang ditinggalkan dan Dan barang siapa berwalaa’ kepada mereka maka sesungguhnya ia
dihinakan .. termasuk golongan mereka. (Al Maa­idah: 51)
Inilah sebenarnya pekerjaan, tugas dan job mereka, Maka pada dasarnya setiap orang yang berwalaa’ kepada
yang intinya semua itu adalah bermuara dari dua sebab kepada orang­orang kafir dan mendukung mereka, atau
kekafiran yang nyata, yaitu: berperang di jalan thoghut, atau berada di fihak dan
barisannya, dan membela mereka dengan lisan atau dengan
­ Mendukung kesyirikan (yaitu dengan berwalaa’
senjata, maka dia termasuk golongan orang­orang yang kafir
[mendukung] undang­undang dan hukum thoghut yang
..
kafir)15.

15 ­ Dan undang­undang mereka sendiri telah menyatakan bahwasanya ini adalah menjaga dan melaksanakan undang­undang tersebut serta
tabiat pekerjaan dan tugas mereka yang paling utama dari perangkat  melindungi para penganutnya.

71 72
Dan Nabi SAW dalam menyikapi orang­orang kafir Oleh karena itu para ulama’ muhaqqiqiin menyatakan
yang memerangi, orang­orang yang mendukung mereka bahwasanya darah (nyawa) dan darah al muhaaribiin (orang­
atau sekutu­sekutu mereka yang membantu mereka dalam orang yang memerangi / perampok) itu halal dan
memerangi kaum muslimin juga berdasarkan kaidah ini. menjadikan orang yang berperan secara tidak langsung itu
Sebagai contoh silahkan lihat bagai mana beliau SAW sama dengan orang yang berperan secara langsung16 .. dan
memperlakukan Al ‘Abbaas sebagaimana beliau di dalam Al Mughniy, Kitaabul Jihaad, “Pasal: Orang yang
memperlakukan orang­orang kafir meskipun ia mengaku ditawan lalu ia mengaku sebagai orang Islam tidak diterima
Islam, ketika ia tertawan pada saat dia berada di barisan perkataannya kecuali denganbukti karena dia mengaku
orang­orang musyrik ketika perang Badar. Dan juga lihat hal sesuatu yang bertentangan dengan dhohirnya ..” (VIII/261)
semacam ini dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim Dan di sana dia menyebutkan kisah Sahl bin Baidloo’ pada
di dalam Kitaabun Nudzuur (1008) dalam Al Mukhtashor, perang Badar, dan kisah ini akan kami sebutkan nanti.
dari riwayat ‘Imroon bin Hushoin mengenai kisah Maka perhatikanlah bagaimana ia menjadikan dasar
seseorang dari Bani ‘Uqoil yang merupakan sekutu Tsaqiif. (asal) status orang yang bergabung dengan tentara kafir lalu
Ketika ia ditawan oleh kaum muslimin lantaran kejahatan dia tertawan ketika berada di dalam barisan mereka adalah
yang dilakukan oleh sekutunya, yaitu ketika Tsaqiif kafir, sehingga pengakuan dia yang bertentangan dengan
melanggar perjanjian mereka dengan Nabi SAW … dan dia tindakannya itu tidak diterima ­­­ sebagaimana juga pada
tidak dibebaskan oleh Nabi SAW meskipun dia mengaku kisah ditawannya Al ‘Abbaas ­­­ sampai ada bukti yang
Islam bahkan beliau memperlakukannya sebagaimana dapat merubah status asal yang dhohir ini.
memperlakukan orang­orang kafir, maka ontanyapun Oleh karena itu menurut kami status asal bagi setiap
dijadikan ghonimah (rampasan) dan ia ditebus dengan dua orang yang bergabung dengan perangkat dan pekerjaan ini,
orang dari kaum muslimin. yang mana tugas sebenarnya adalah membela kesyirikan
Dan demikian pula perlakuan para sahabat beliau dan penganutnya, adalah kafir. Maka kami menganggap
SAW sepeninggal buliau terhadap orang­orang yang semua personal mereka adalah kafir selama kami tidak
mempunyai kekuatan yang keluar dari syariat Alloh SWT.
16 ­ Lihat Al Mughniy (VIII/297) dan perhatikannya alasan dalam
Lihatlah sikap mereka pada zaman kekhilafahan Abu menyamakan hukum orang yang berperan secara tidak langsung
Bakar terhadap para pendukung Musailamah Al Kadz­ dengan orang yang berperan secara langsung di dalam ahkaamul
dzaab dan orang­orang murtad yang semacam dia, seperti hiroobah (hukum­hukum yang berkaitan dengan perampokan); yaitu
para pendukung Thulaihah Al Asadiy. Para sahabat karena Al Hiroobah (perampokan) itu terjadi karena adanya unsur
kekuatan, saling menolong dan saling menguatkan, sehingga orang
mengkafirkan mereka semua dan menyikapi mereka dengan
yang berperan secara langsung tidak dapat melakukan aksinya
satu sikap dan tidak ada seorang sahabatpun yang kecuali dengan bantuan orang yang berperan secara tidak langsung
menyelisihi sikap tersebut.  …

73 74
melihat sesuatu yang bertentangan dengan status asal ini, pada asalnya menjadi pegawai negeri dalam semua
seperti adanya maani’ (penghalang) vonis kafir yang dapat bentuknya adalah kafir … sama sekali tidak, karena
diterima pada diri orang yang bergabung dengan mereka pekerjaan­pekerjaan ini ada perinciannya sebagaimana yang
yang mengaku Islam, sehingga orang tersebut akan kami akan kami jelaskan nanti, dan tidak semua pekerjaan itu
kecualikan dari status asal tersebut .. dan di depan telah mempunyai tabiat dan fungsi mendukung kesyirikan dan
kami terangkan bahwasanya tabayyunul mawaani’ para penganutnya. Memang terkadang diantara orang yang
(melakukan klarifikasi terhadap penghalang­penghalang menangani pekerjaan tersebut ada yang menjadi pendukung
vonis kafir) pada orang­orang yang mumtani’ dan thoghut dan para penganutnya, akan tetapi hal ini bukan
memerangi itu tidak wajib lantaran mereka mumtani’17 dan terkhusus pada tabiat dan hakekat pekerjaan tersebut,
memerangi, akan tetapi jika kami melihat pada beberapa sebagai mana terkadang pendukung kesyirikan dan para
orang di antara mereka terdapat mawaani’ tersebut maka penganutnya itu terdapat para orang­orang yang tidak
tidak akan mengkafirkannya, namun selama kami tidak menjadi pegawai negeri ..
melihat mawaani’ (pengahalang­penghalang) tersebut maka
Kesimpulannya: Sesungguhnya jika yang dijadikan
menurut kami hukum asalnya mereka itu adalah orang­ hukum asal (kaidah) itu adalah pekerjaan atau jabatan yang
orang kafir, adapun bagaimana status mereka yang fungsinya adalah merupakan penyebab kekafiran yang
sebenarnya kami serahkan kepada Alloh SWT, dan hal itu nyata, seperti mendukung kesyirikan dan para
bukanlah wewenang kita. Dan Alloh SWT telah pendukungnya, atau membuat hukum berdasarkan undang­
memerintahkan kita untuk menghukumi sesuatu undang kafir atau pekerjaan­pekerjaan kafir yang nyata
berdasarkan dhohirnya, dan kita tidak diperintahkan untuk lainnya, maka menurut kami tidak jadi masalah, artinya
membelah dada dan hati mereka. Karena pada dasarnya dan adalah: memberlakukan hukum terhadap orang yang
secara dhohir pekerjaan tersebut adalah sebagaimana yang menangani pekerjaan (menjadi pegawai) tersebut
telah engkau ketahui, maka kita menyikapi dan berdasarkan yang dhohir, dan menyerahkan hukum
memperlakukan mereka berdasarkan apa yang dhohir sebenarnya yang sesuai dengan apa yang ada dalam hati
tersebut sampai kita melihat sesuatu yang bertentangan mereka kepada Alloh SWT.
dengan yang dhohir tersebut. Lain halnya dengan pekerjaan­
pekerjaan dan jabatan­jabatan lainnya yang tabiat dan
fungsinya bukan untuk mendukung kesyirikan dan para
penganutnya. Oleh karena itu kami tidak katakan
bahwasanya para dokter itu status asalnya adalah kafir, dan

17 ­ Silahkan lihat pengertian mumtani’ / imtinaa’ pada pembahasan


sebelumnya. (pentj.) 

75 76
(3) mengkafirkan para penguasa thoghut serta memusuhi
mereka. Dan dahulu saya pernah bersama sebagian dari
TIDAK MEMBOLEHKAN SHOLAT DIBELAKANG mereka (orang­orang yang ekstrim tersebut), mereka tidak
ORANG ISLAM YANG MASTUURUL HAAL SAMPAI hanya sekedar mengkafirkan saya akan tetapi juga
DIKETAHUI AQIDAHNYA mengkafirkan setiap orang yang sholat (bermakmum) di
belakang saya.
Dan di antara kesalahan yang telah tersebar di dalam Sedangkang yang benar, yang kami yakini dan yang
menvonis kafir adalah sebagian orang yang mengatakan kami amalkan adalah, bahwasanya barangsiapa
tidak boleh sholat di belakang (menjadi makmum) selain menampakkan cirikhas­cirikhas Islam yang nyata maka di
orang yang telah mereka ketahui aqidahnya, atau mereka dunia dia dianggap sebagai orang Islam tanpa harus meneliti
mengujinya padahal orang tersebut menunjukkan syiar­syiar apa yang tersembunyi di dalam hatinya, karena hal itu
dan cirikhas­cirikhas Islam, dan ia tidak menunjukkan hal­ bukanlah manaath (landasan) untuk menghukumi seseorang
hal yang membatalkan Islam, (dan inilah yang disebut di dunia, akan tetapi hal itu kita serahkan kepada Alloh SWT
dengan orang Islam yang mastuurul haal). Bahkan mereka … sehingga diperbolehkan untuk sholat (sebagai makmum)
mensyaratkan (orang yang mereka jadikan imam adalah) dibelakangnya, mengucapkan salam kepadanya, binatang
orang yang telah mereka ketahui bahwa orang tersebut yang dia sembelih juga boleh dimakan dan lain­lain
kufur terhadap thoghut dan mengkafirkannya, dengan sebagaimana perlakuan terhadap ahlul qiblah (orang Islam)
secara terperinci sebagaimana pendapat mereka, lainnya, selama dia tidak menunjukkan sesuatu yang
persyaratan semacam ini menjadikan mereka menggunakan membatalkan Islam. Rosululloh SAW bersabda: 
kaidah tersebut secara berlebih­lebihan sesuai dengan hawa
nafsu mereka. Sehingga di antara mereka ada yang ‫ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ‬ ‫ﻓﺬﻟﻚ‬ ‫ﺫﺑﻴﺤﺘﻨﺎ‬ ‫ﻭﺃﻛﻞ‬ ‫ﻗﺒﻠﺘﻨﺎ‬ ‫ﻭﺍﺳﺘﻘﺒﻞ‬ ‫ﺻﻼﺗﻨﺎ‬ ‫ﺻﻠﻰ‬ ‫ﻣﻦ‬
menganggap para ulama’ yang bermudaahanah (kompromi) Barangsiapa sholah sebagaimana kita sholat, menghadap ke kiblat
dan condong kepada thoghut, atau tidak mengkafirkan para kita dan memakan binatang sembelihan kita maka dia adalah
thoghut, sebagai ahbaar dan ruhbaan, oleh karena itu mereka seorang muslimm.18
juga thoghut. Dan barangsiapa tidak mengkafirkan para
Dan Al Qurthubiy menukil dara Is­haaq bin
thoghut dengan terang­terangan, maka mereka kafirkan dan
Rohawaih bahwasanya hal ini adalah merupakan ijma’
mereka tidak mau sholat di belakang orang tersebut (sebagai
(disepakati oleh pada ulama’).
makmum) karena orang tersebut tidak mengkafirkan
thoghut sehingga dia bukanlah orang beriman, meskipun Dan yang dimaksud dengan sabda beliau
orang tersebut menyesatkan para ulama’ (pemerintah) yangberbunyi:
tersebut, baroo’ (berlepas diri) dari kebatilan, dan 
18 ­ Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhooriy dari Anas.

77 78
‫ﺫﺑﻴﺤﺘﻨﺎ‬ ‫ﻭﺃﻛﻞ‬ dimiliki oleh umat Islam .. seperti sedekah, beberapa amalan
yang baik, amar ma’ruf nahi munkar, dan kebaikan­kebaikan
Dan memakan binatang sembelihan kita.. lainnya. Semua ini meskipun merupakan cabang­cabang
Artinya adalah; ia tidak memakan kecuali yang disembelih iman jika dilakukan oleh kaum muslimin akan tetapi hal itu
sesuai dengan tata cara penyembelihan kita, sehingga dia bukanlah cirikhas kaum muslimin sebab amalan­amalan
tidak memakan bangkai yang telah diharamkan oleh Alloh tersebut dilakukan oleh orang Islam dan orang kafir.
sebagaimana yang dilakukan oleh orang­orang musyrik. Dan Sebagaimana keadaan Haatim Ath Thoo­iy sangatlah
penafsiran seperti ini adalah terdapat di dalam sebuah hadits jelas telah kita ketahui bersama,19 dan juga hadits yang
yang diriwayatkan oleh Al Bukhooriy secara marfuu’ yang diriwayatkan dari Hakiim bin Hizaam, bahwasanya dia
berbunyi:  bertanya kepada Nabi SAW: “Bagaimana mengenai amalan­
amalan yang dahulu aku kerjakan pada masa jahiliyah,
‫ﻭ‬ ‫ﻗﺎﻟﻮﺍﻫﺎ‬ ‫ﻓﺈﺫﺍ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﻻﺇﻟﻪ‬ ‫ﻳﻘﻮﻟﻮﺍ‬ ‫ﺣﺘﻰ‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ ‫ﺃﻗﺎﺗﻞ‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫ﺃﻣﺮﺕ‬  seperti sedekah, atau membebaskan budak, atau shilaturohmi,
‫ﺣﺮﻡ‬ ‫ﻓﻘﺪ‬ ‫ﺫﺑﻴﺤﺘﻨﺎ‬ ‫ﻭﺫﺑﺤﻮﺍ‬ ‫ﻗﺒﻠﺘﻨﺎ‬ ‫ﺍﺳﺘﻘﺒﻠﻮﺍ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺻﻼﺗﻨﺎ‬ ‫ﺻﻠﻮﺍ‬  apakah aku mendapatkan pahala dari amalan­amalan
‫ﺍﷲ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﻭﺣﺴﺎﺑﻬﻢ‬ ‫ﺑﺤﻘﻬﺎ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﻭﺃﻣﻮﺍﻟﻬﻢ‬ ‫ﺩﻣﺎﺅﻫﻢ‬ ‫ﻋﻠﻴﻨﺎ‬ tersebut? Maka Rosululloh SAW menjawab: 

Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka ‫ﺍﻟﺨﻴﺮ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺃﺳﻠﻔﺖ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﺃﺳﻠﻤﺖ‬


mengatakan; Tidak ada ilaah (sesembahan yang diibadahi secara
Engkau telah Islamkan amalan­amalan baik yang dahulu engkau
benar) kecuali Alloh, maka apabila mereka telah mengatakannya,
lakukan.
dan sholat sebagaimana kita sholat, menghadap kiblat kita dan
menyembelih sebagaimana kita menyembelih, maka darah (nyawa) Hadits ini muttafaq ‘alaih (diriwayatkan oleh Al Bukhooriy
dan harta mereka haram bagi kami kecuali yang menjadi hak dan Muslim)
(Islam) sedangkan hisab mereka terserah kepada Alloh.
Dan diriwayatkan dari ‘Aa­isyah ra mengatakan: 
Dan perhatikanlah bagaimana Rosululloh SAW menjadikan
penyembelihan (sesuai dengan tata cara Islam) bersamaan ‫ﻳﺼﻞ‬ ‫ﺍﻟﺠﺎﻫﻠﻴﺔ‬ ‫ﻓﻲ‬ ‫ﻛﺎﻥ‬ ‫ﺟﺪﻋﺎﻥ‬ ‫ﺍﺑﻦ‬ ٬‫ﺍﷲ‬ ‫ﻮﻝ‬ ‫ﺭﺳ‬ ‫ﻳﺎ‬ ‫ﻗﻠﺖ‬ 
dengan cirikhas­cirikhas Islam yang lainnya, dan beliau ‫ﻋﺎﺋﺸﺔ‬ ‫ﻳﺎ‬ ‫ﻻ‬ : ‫ﻗﺎﻝ‬ ‫ﻧﺎﻓﻌﻪ؟‬ ‫ﺫﺍﻙ‬ ‫ﻓﻬﻞ‬ ‫ﺍﻟﻤﺴﺎﻛﻴﻦ‬ ‫ﻳﻄﻌﻢ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺍﻟﺮﺣﻢ‬ 
tidak menyebutkan secara berdiri sendiri sebagai tanda
Islamnya seseorang .. karena hal itu (menyembelih dengan
‫ﺍﻟﺪﻳﻦ‬ ‫ﻳﻮﻡ‬ ‫ﺧﻄﻴﺌﺘﻲ‬ ‫ﺍﻏﻔﺮﻟﻲ‬ ‫ﺭﺑﻲ‬ ‫ﻳﻮﻣﺎ‬ ‫ﻳﻘﻞ‬ ‫ﻟﻢ‬ ‫ﺇﻧﻪ‬
tata cara Islam) juga dilakukan oleh para penganut agama Aku bertanya kepada Rosululloh SAW: Wahai Rosululloh, dahulu
yang lain seperti Yahudi, orang­orang Nasrani yang taat Ibnu Jud’aan pada masa jahiliyah melakukan shilaturohmi dan
dengan ajaran mereka dan lain­lain. Statusnya adalah
sebagaimana hal­hal yang bukan menjadi ciri khas yang  19 ­ Silahkan laihat kisahnya di dalam Al Bidaayah Wan Nihaayah
(II/212) dan seterusnya.

79  80
suka memberi makan orang miskin, lalu apakah hal itu berguna 1­ Mengucapkan dua kalimat syahadat, hal ini
baginya? Beliau menjawab: Tidak wahai ‘Aa­isyah, karena dia berdasarkan hadits yang berbunyi: 
belum pernah sama sekali mengucapkan; Wahai Robb (tuhan) ku
ampunilah kesalahanku kelah pada hari pembalasan. ‫ﻗﺎﻟﻮﺍﻫﺎ‬ ‫ﻓﺈﺫﺍ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﻻﺇﻟﻪ‬ ‫ﻳﻘﻮﻟﻮﺍ‬ ‫ﺣﺘﻰ‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ ‫ﺃﻗﺎﺗﻞ‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫ﺃﻣﺮﺕ‬ 
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (VI/63) dan ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﻭﺣﺴﺎﺑﻬﻢ‬ ‫ﺑﺤﻘﻬﺎ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﻭﺃﻣﻮﺍﻟﻬﻢ‬ ‫ﺩﻣﺎﺅﻫﻢ‬ ‫ﻣﻨﻲ‬ ‫ﻋﺼﻤﻮﺍ‬ 
Muslim secara marfuu’ serta yang lainnya. ‫ﻭﺟﻞ‬ ‫ﻋﺰ‬
Karena amalan­amalan tersebut adalah amalan yang Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka
diamalkan oleh berbagai kalangan sehingga tidak cukup mengucapkan; laa ilaaha illallooh (tidak ada tuhan yang berhak
untuk menjadikannya sebagai dasar untuk menganggap disembah selain Alloh), maka apabila mereka telah
sesesorang sebagai orang Islam meskipun hal itu merupakan mengucapkannya, darah (nyawa) dan harta mereka terlindungi
indikasi uang perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dariku kecuali yang menjadi hak (Islam)sedangkan hisab mereka
sebagaimana yang akan kami jelaskan nanti .. adalah terserah kepada Alloh SWT.
Adapun cirikhas­cirikhas Islam adalah syiar­syiar dan Muttafaq ‘alaih (diriwayatkan oleh Al Bukhooriy dan
amalan­amalan yang hanya dilakukan oleh orang­orang Muslim)
yang menganut Islam saja, dan tidak dilakukan oleh para
Dan berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Usaamah
penganut agama lainnya.
bin Zaid: 
Oleh karena itu orang yang menunjukkan cirikhas­
cirikhas tersebut dianggap sebagai orang Islam dan di dunia ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﻻﺇﻟﻪ‬ ‫ﻗﺎﻝ‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫ﺑﻌﺪ‬ ‫ﺃﻗﺘﻠﺘﻪ‬
diperlakukan sebagaimana orang Islam, meskipun di dalam Apakah kamu membuunuhnya setelah dia mengucapkan laa ilaaha
hatinya lain dengan apa yang dia lakukan, selama dia tidak illallooh (tidak ada tuhan yang berhad disembah selain Alloh).
menunjukkan sesuatu yang membatalkan Islam.
Hadits ini muttafaq ‘alaih (diriwayatkan oleh Al Bukhooriy
Pensyarah Al ‘Aqiidah Ath Thohaawiyyah dan Muslim)
mengatakan: “Dan yang benar adalah bahwasanya
seseorang itu menjadi Islam dengan melakukan hal­hal yang Maka barangsipa nampak mengucapkan dua kalimat
menjadi ciri khas Isla.” syahadat dia dianggap sebagai orang Islam, darah (nyawa)
dan hartanya terlindungi, dan diperlakukan sebagaimana
Dan cirikhas­cirikhas Islam tersebut di antaranya ahlul qiblah (orang Islam), selama tidak nampak dia
adalah:  melakukan hal yang membatalkan Islam. Karena laa ilaaha
illallooh itu mempunyai syarat­syarat yang sebagiannya
adalah amalan hati yang urusannya diserahkan kepada

81 82
Alloh dan sebagian yang lain adalah kalihatan yang tandingan Alloh dan menjalankan undang­undang buatan
merupakan cabang dari status Islam yang berlaku di dunia manusia.
(al islaamul hukmiy) dan inilah yang perlu bagi kita.
Kesimpulannya: Sesungguhnya dua kalimat syahadat
Karena mengucapkan syahadat dengan melakukan itu dianggap sebagai ciri khas Islam dan dijadikan alasan
sesuatu yang menjadi penghalang atau pembatalnya, dan untuk menganggap orang yang mengucapkannya sebagai
tidak mau meninggalkan perbuatan tersebut, selain itu juga orang Islam adalah selama orang yang mengucapkannya
tidak bersikap baroo’ (berlepas diri) dari perbuatan tersebut, tersebut tidak menunjukkan hal­hal yang membatalkannya.
maka ucapan syahadat tersebut tidak akan berguna bagi Dan jika yang mengucapkannya adalah orang murtad, akan
orang yang mengucapkannya, meskipun ia melaksanakan tetapi dia murtad bukan lantaran dia mengingkari dua
shiyam (puasa), sholat dan ia menyangkan bahwa dirinya kalimat syahadat tersebut atau menolak untuk mengucapkan
adalah orang Islam. Karena sesungguhnya dua kalimat dua kalimat syahadat tersebut, maka bagi orang yang
syahadat itu dianggap sebagai pertanda Islamnya seseorang semacam ini tidak berguna ucapan dua kalimat syahadat
adalah lantaran ia merupakan sebuah perjanjian antara saja, sampai dia mau meninggalkan pembatal­pembatal
seorang hamba dengan Robbnya untuk senantiasa syahadat yang dia lakukan tersebut dan dia bertaubat dari
melaksanakan hukum­hukum syariat, ridlo dengan hukum­ apa yang telah ia perbuat tersebut ..
hukum tersebut serta tunduk kepadanya dan tidak Al Kasymiiriy mengatakan di dalam Ikfaarul
melakukan hal­hal yang membatalkannya. Sehingga apabila Mulhidiin, hal. 63: “Barasiapa yang kekafirannya lantaran
nampak dia melakukan perbuatan­perbuatan atau dia mengingkari seseatu yangsudah sangat jelas, seperti
mengucapkan perkataan yang membatalkannya, maka haramnya khomer, maka dia harus berlepas diri dari apa
perlindungan yang ia dapatkan dengan mengucapkan dua yang sebelumnya ia yakini, karena meskipun ia mengingkari
kalimat syahadat tersebut tidak diteruskan. Sebagai mana ia tetap mengakui dua kalimat syahadat. Maka ia harus
orang yang mengucapkan dua kalimat tersebut sedangkan berlepas diri dari keyakinannya tersebut, sebagai mana yang
dia tidak mau berhenti dari bersujud kepada patung, atau dikatakan oleh madzhab Syaafi’iy ..” sampai dia
dia mengucapkan dua kalimat tersebut sedangkan dia tidak mengatakan: “Kemudian jika dia mengucapkan dua kalimat
mau baroo’ dari penisbatan sifat ‘uluuhiyyah (ketuhanan)
suyahadat karena kebiasaan maka hal itu tidak berguna
kepada Isa bin Maryam, atau dia mengucapkan dua kalimat baginya sampai dia menarik kembali dari apa yang telah dia
syahadat tersebut sedangkan dia tidak mau meninggalkan ucapkan, karena kekafirannya itu tidak dapat terhapus
mencaci diin (agama) Alloh SWT, atau dia mengucapkan dengan kalimat syahadat tersebut.”
dua kalimat syahadat tersebut akan ketapi dia tidak mau
meninggalkan aktifitas membuat undang­undang sebagai  Dan yang menunjukkan seperti ini adalah ijma’
(kesepakatan) para sahabat terhadap kasus yang dialami
oleh Qudaamah bin Madh’uun untuk melakukan istitaabah
83 84
20 terhadapnya dan terhadap kawan­kawannya, kemudian bersaksi bahwasanya engkau adalah Rosul Alloh, kemudian
jika mereka mengakui haramnya khomer maka mereka orang Yahudi tersebut mati. Maka Rosululloh SAW
dicambuk sebagai haddul khomri (hukuman bagi orang yang bersabda: 
minum khomer) namun jika mereka tidak mau mengakui
atas haramnya khomer maka mereka kafir dan dibunuh .. ‫ﺻﺎﺣﺒﻜﻢ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﺻﻠﻮﺍ‬
karena mereka (para sahabat) tidak menganggap Sholatkanlah kawan kalian ini ..21
mengucapkan syahadat itu sebagai penghapus kekafiran,
karena mereka masih tetap meyakini dua kalimat syahadat
tersebut .. 2­ Seseorang yang mengatakan: Sesungguhnya saya
Akan tetapi yang mereka (para sahabat) jadikan adalah seorang muslim, sebagaimana yang disebutkan
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Furoot bin
sebagai penghapus kekafiran mereka (Qudaamah bin
Hayyaan dan Nabi SAW membenarkannya.22
Madh’uun dan kawan­kawannya) hanyalah pengakuan atas
haramnya apa yang mereka halalkan. Atau mengatakan: Aku masuk Islam, atau: Aku
Dan yang menunjukkan seperti ini juga adalah apa berserah diri kepada Alloh, sebagaimana disebutkan dalam
sebuah hadits muttafaq ‘alaih yang diriwayatkan dari Al
yang dikatakan oleh para ulama’ bahwasanya orang Yahudi
yang mengakui terhadap tauhid, ia bisa menjadi seorang Miqdaad, ia mengatakan: Wahai Rosululloh, apa
muslim (artinya ia masuk Islam) hanya dengan bersaksi pendapatmu jika akan bertemu dengan orang kafir lalu ia
memerangiku sehingga menebas sebelah tanganku dengan
bahwa Muhammad adalah Rosul Alloh, padahal ketika itu
pedang, kemudian dia berlindung dengan sebuah pohon
tidak cukup baginya untuk masuk Islam hanya dengan
bersaksi bahwa sanya tidak ada ilaah (tuhan yang berhak dan mengatakan: Aku masuk Islam, apakah setelah ia
diibadahi) kecuali Alloh, karena kekafiran orang Yahudi mengucapkan itu aku boleh memeranginya wahai
tersebut disebabkan karena dia mengingkari risaalah (ajaran Rosululloh? Beliau menjawab:
/ kerosulan) Nabi Muhammad SAW, sehingga dia tidak ..‫ﺗﻘﺘﻠﻪ‬ ‫ﻻ‬ 
dianggap menjadi seorang muslim kecuali dengan berlepas
diri dan bertaubat dari kekafiran tersebut, dan dengan Jangan kamu bunuh dia .. (Hadits)
mengikrarkan bahwasanya Muhammad adalah Rosul Alloh 21 ­ Lihat Al Mughniy, Kitaabul Murtad. Dan hadits ini dinyatakan
.. Dan dalam hal ini para ulama’ berdalil dengan sebuah shohiih oleh Al Albaaniy di dalam Al Irwaa’ (2480) akan tetapi ia
hadits yang diriwayatkan dari Anas: Bahwasanya ada adalah dalam menyamakannya dengan hadits yang diriwayatkan
seorang Yahudi yang mengatakan kepada Nabi SAW: Aku oleh Al Bukhooriy mengenai seorang Yahudi yang dahulunya
membantu Nabi SAW, kemudian ketika ia sakit Rosululloh pun
20 ­ Silahkan lihat pengertian istitaabah pada pembahasan sebelumnya. menjenguknya dan mendakwahinya sehingga ia pun masuk Islam.
(pentj.)  22 ­ Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud.

85 86
Ibnu Qudaamah mengatakan di dalam Al Mughniy, Ia mengatakan: “Dan kemungkinan ini adalah berkenaan
Kitaabul Murtad: “.. dan jika dia mengatakan: Saya beriman dengan orang yang asli kafir (artinya kafirnya bukan karena
atau saya muslim, maka Al Qoodliy menyatakannya sebagai murtad) atau orang yang mengingkari wahdaaniyyah
orang Islam berdasarkan perkataannya tersebut.” Dan ia (keesaan Alloh). Adapun orang yang kafir lantaran
menyitir sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim di mengingkari nabi atau mengingkari kitab atau mengingkari
dalam kitab Shohiih nya dari ‘Imroon bin Hushoin, di sholat dan lain­lain, maka ia tidak menjadi seorang muslim
dalam hadits tersebut disebutkan bahwasanya kaum dengan mengucapkan kata­kata tersebut, karena mungkin
muslimin menawan seseorang dari Bani ‘Uqoil, lalu kaum dia berkeyakinan bahwasanya Islam itu adalah apa yang
muslimin membawanya menghadap kepada Rosululloh telah ia yakini tersebut. Karena sesungguhnya para
SAW, lalu orang yang ditawan tersebut mengatakan: Wahai penganut bid’ah mereka semua berkeyakinan bahwasanya
Muhammad sesungguhnya saya ini adalah seorang muslim. mereka itu adalah orang­orang Islam padahal di anrata
Maka Nabi SAW bersabda:  mereka ada yang kafir.”

‫ﺍﻟﻔﻼﺡ‬ ‫ﻛﻞ‬ ‫ﺃﻓﻠﺤﺖ‬ ‫ﺃﻣﺮﻙ‬ ‫ﺗﻤﻠﻚ‬ ‫ﻭﺃﻧﺖ‬ ‫ﻗﻠﺖ‬ ‫ﻛﻨﺖ‬ ‫ﻟﻮ‬ Saya katakan: Ini adalah qoid (syarat) yang penting,


karena sesungguhnya pada hari ini banyak orang­orang
Seandainya kamu mengatakannya ketika kamu masih belum murtad dari kalangan thoghut, para pembuat undang­
tertawan maka sungguh kamu telah beruntung besar. 23 undang dan para pendukung mereka yang memerangi diin
Alloh, mereka mengatakan dan menyangka bahwasanya
23 ­ Dan Hadits ini telah kami singgung di depan. Orang ini adalah mereka adalah orang­orang Islam, padahal tidak ada
sekutu Tsaqiif yang ditawan oleh kaum muslimin atas kejahatan
gunanya pengakuan mereka ini karena mereka tetap saja
yang dilakukan Tsaqiif, yaitu ketika Tsaqiif mengkhianati janji
dengan Rosululloh SAW sebagaimana yang dikatakan di dalam melakukan apa yang menjadi penyebab kemurtadan mereka,
hadits tersebut. Dan yang dijadikan landasan dalam hadits tersebut mereka tidak meninggalkannya dan tidak pula berlepas diri
adalah bahwasanya perkataan orang tersebut yang berbunyi: darinya .. Oleh karena itu di sini kami katakan sebagaimana
Sesungguhnya saya adalah seorang muslim, mengandung yang telah kami katakan mengenai mengucapkan dua
keberuntungan yang besar, yang di antaranya adalah dilindunginya
kalimat syahadat; Bahwasanya orang yang mengucapkan
darah (nyawa) dan hartanya, seandainya perkataannya itu dia
ucapkan sebelum dia maqduur ‘alaih (dikuasai) karena dia masih kata­kata tersebut pada asalnya adalah dianggap sebagai
dalam keadaan mumtani’..
Adapun ketika perkataan itu dia ucapkan setelah dia maqduur ‘alaih ditebus dengan dua orang dari kaum muslimin yang ditawan oleh
padahal sebelumnya dia adalah mumtani’ (sebagaimana yang terjadi Tsaqiif, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits tersebut. Dan
di sini, karena sesungguhnya dia adalah sekutu orang­orang yang hadits tersebut terdapat di dalam Shohiih Muslim, Kitaabun Nadz­ri
mengkhianati perjanjian), maka pengakuan dan perkataan yang dia (1641), dengan demikian maka Nabi memperlakukannya
ucapkan setelah tertawan tersebut tidak dapat melindungi dirinya sebagaimana memperlakukan orang­orang kafir meskipun ia
sebagaimana yang diterangkan dalam hadits tersebut.Karena Nabi mengaku sebagai orang Islam, karena pengakuan itu ia berikan
SAW merampas ontanya (yang belah telinganya), dan orang tersebut  setelah dia maqduur ‘alaih (dikuasai).

87 88
orang Islam selama pada dirinnya tidak terdapat sesuatu Ahmad (I/383) dan lain­lain, lihat Al Bidaayah Wan
pembatal dari pembatal­pembatal Islam … maka dalam Nihaayah (III/298). Dan yang dijadikan dalil di dalam hadits
kondisi seperti ini dia tidak menjadi seorang muslim sampai tersebut adalah bahwasanya tatkala Nabi SAW bersabda
dia meninggalkan pembatal keislaman yang ada padanya kepada para tawanan: 
tersebut. Dan jika ada seorang saksi yang tsiqqoh (dapat
dipercaya) memberikan kesaksian bahwasanya orang ‫ﻋﻨﻖ‬ ‫ﺑﻀﺮﺏ‬ ‫ﺃﻭ‬ ‫ﺑﻔﺪﺍء‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﻣﻨﻜﻢ‬ ‫ﺃﺣﺪ‬ ‫ﻻﻳﻨﻘﻠﺒﻦ‬
tersebut telah meninggalkan pembatal Islam yang ia lakukan Kalian sekali­kali tidak akan kembali kecuali dengan membayar
tersebut maka kesaksian tersebut diterima, atau saksi tebusan atau leher kalian akan dipenggal
tersebut memberikan kesaksian tersebut terhadap seorang
Maka ‘Abdulloh bin Mas’uud mengatakan: Saya katakan:
yang kafir asli (orang yang kekafirannya bukan lantaran
Kecuali Sahl bin Baidloo’, sesungguhnya dia tidak dibunuh
murtad) maka kesaksian itupun juga diterima. Hal itu
karena saya telah mendengar dia mengucapkan Islam.”
sebagaimana kesaksian Nabi SAW terhadap An Najaasyiy
Ash­hamah atas keislamannya, tatkala beliau menyolatkan “Dan di dalam Al Istii’aab disebutkan bahwasanya ia
atas kematiannya sebagaimana yang disebutkan di dalam (Ibnu Mas’uud) menyaksikannya mengerjakan di Mekah”
sebuah hadits muttafaq ‘alaih, sedangkan para sahabat ketika … maka Nabi SAW bersabda: 
itu tidak mengetahui Islamnya An Najaasyiy kecuali baru
saat itu sebagaimana kang dikatakan oleh Syaikhul Islam 24 ‫ﺑﻴﻀﺎء‬ ‫ﺑﻦ‬ ‫ﺳﻬﻞ‬ ‫ﺇﻻ‬
sampai­sampai sebagian sahabat mengatakan: “Apakah … kecuali Sahl bin Baidloo’..25
engkau menyolatkan atas kematian orang kafir Nasrani ini,
sedangkan dia berada di negerinya?” Maka Alloh SWT 25 ­ Demikianlah yang benar walloohu a’lam bish showaab yaitu Sahal dan
menurunkan ayat yang berbunyi:  bukan Suhail. Dan Suhail ini telah meriwayatkan lebih dari satu
tempat mengenai hal­hal menjelang hari qiyamat, seperti Al Mughniy
(VIII/261) dan Al Bidaayah Wan Nihaayah (III/298) dan Al Haafidh
ْ‫ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢ‬ َ‫ﻭَﻣَﺂﺃُﻧﺰِﻝ‬ ِ‫ﺑِﺎﷲ‬ ُ‫ﻳُﺆْﻣِﻦ‬ ْ‫ﻟَﻤَﻦ‬ ِ‫ﺍﻟْ ِﻜﺘَﺎﺏ‬ ِ‫ﺃَﻫْﻞ‬ ْ‫ﻣِﻦ‬ ‫ﻭَﺇِﻥﱠ‬ juga menisbahkannya kepada At Tirmidziy, dan begitu pula di dalam
Dan sesungguhnya di antara ahlul kitab itu benar­benar ada orang Al Muntaqo, Bab; “Seorang tawanan mengaku sebagai orang Islam
yang beriman kepada Alloh dan kepada apa yang diturunkan sebelum ia ditawan dan ada seseorang yang menjadi saksi.” Dan Asy
Syaukaaniy di dalam Nailul Autnoor (VIII/136­137)
kepada kalian … (Ali ‘Imroon: 199)
mendiamkannya, dan demikian pula Di dalam Al Jaami’ Fii Tholabil
Dan yang lain lagi yang menunjukkan seperti ini ‘Ilmisy Syariif (559), demikian pula yang terdapat di dalam Irwaa­ul
adalah kesaksian Ibnu Mas’uud atas Islamnya Sahl bin Gholiil (V/48) mereka semua menyebutnya Suhail bin Baidloo’
yaitu sebagaimana yang disebutkan di dalam Al Istii’aab (II/228)
Baidloo’ di dalam kisah tawanan perang Badar, dan hadits saudara Sahl yang menjadi pelaku dalam cerita tersebut, karena
mengenai hal ini diriwayatkan oleh Al Haakim (III/21), orang yang pertama (yaitu Suhail) masuk Islam ketika di Mekah dan
dia berhijroh ke Habasyah kemudian ia kembali ke Mekah sedangkan
24 ­ Majmuu’ Fataawaa (XIX/119)  Nabi masih di sana. Lalu ia menetap di sana sampai Nabi SAW

89 90
3­ Sholat baik sendirian maupun secara berjamaah: Batas antara seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran adalah
Karena sesungguhnya sholat itu adalah salah satu ciri khas meninggalkan sholat.
orang Islam dan di dalamnya terdapat dua kalimat syahadat Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dari Jaabir secara
.. dan di depan telah disebutkan sebuah hadits yang marfuu’.
diriwayatkan dari Anas secara marfuu’ yang berbunyi: 
Al Qurthubiy mengatakan di dalam tafsirnya: “..Iman
‫ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ‬ ‫ﻓﺬﻟﻚ‬ ‫ﺫﺑﻴﺤﺘﻨﺎ‬ ‫ﻭﺃﻛﻞ‬ ‫ﻗﺒﻠﺘﻨﺎ‬ ‫ﺻﻼﺗﻨﺎ ﻭﺍﺳﺘﻘﺒﻞ‬ ‫ﺻﻠﻰ‬ ‫ﻣﻦ‬  itu tidak terwujud kecuali dengan laa ilaaha illallooh dan
Barang siapa mengerjakan sholat sebagai mana sholat kami, bukan dengan amalan yang lainnya, kecuali sholat. Is­haaq
menghadap kiblat kami dan memakan binatang yang kami bin Roohawaih: Mereka (para ulama’) telah berijma’
sembelih, kama dia adalah seorang muslim. (bersepakat) dalam masalah sholat atas sesuatu yang tidak
mereka tidak sepakati pada seluruh syariat Islam lainnya,
Dan hadits yang berbunyi:  karena mereka mengatakan: Barangsiapa dikenal sebagai
orang kafir kemudian mereka melihat orang tersebut
‫ﻛﻔﺮ‬ ‫ﻓﻘﺪ‬ ‫ﺗﺮﻛﻬﺎ‬ ‫ﻓﻤﻦ‬ ‫ﺍﻟﺼﻼﺓ‬ ‫ﻭﺑﻴﻨﻬﻢ‬ ‫ﺑﻴﻨﻨﺎ‬ ‫ﺍﻟﺬﻱ‬ ‫ﺍﻟﻌﻬﺪ‬  mengerjakan sholat pada waktunya sampai dia telah
Ikatan yang terjadi antara kami dengan mereka adalah sholat, maka melakukannya berkali­kali, sedangkan mereka belum
barang siapa meninggalkannya maka dia telah kafir. mengetahui orang tersebut berikrar dengan lisannya,
sesungguhnya orang semacam ini dianggap sebagai orang
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud,
yang beriman, dan mereka (para ulama’) tidak menghukumi
An Nasaa­iy dan At Tirmidziy dari Al Buroidah secara
seperti ini pada pengamalan shiyam (puasa) dan zakat.” Al
marfuu’.
Jaami’ Li Ahkaamil Qur­aan (VIII/207).
Dan hadits yang berbunyi: 
Dan Ibnu Qudaamah mengatakan di dalam Al
‫ﺍﻟﺼﻼﺓ‬ ‫ﺗﺮﻙ‬ ‫ﺍﻟﻜﻔﺮ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺍﻟﺸﺮﻙ‬ ‫ﺑﻴﻦ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺍﻟﺮﺟﻞ‬ ‫ﺑﻴﻦ‬ Mughniy, Baabul Imaamah, Pasal; Sahabat­sahabat kita
mengatakan: Seseorang dianggap sebagai orang Islam jika
melakukan sholat baik di Daarul Harbi maupun di Daarul
berhijroh dan Suhail pun ikut berhijroh. Dengan demikian dia telah Islam, baik secara berjamaah maupun sendirian ...
mengikuti dua kali hijroh, kemudian dia ikut dalam perang Badar
bersama Nabi SAW. Oleh karena itu Ibnu Katsiir juga Dan ia menyitir sabda Nabi SAW yang berbunyi: 
menyebutkannya di dalam Al Bidaayah wan Nihaayah (III/319)
dalam daftar orang­orang yang mengikuti perang Badar. Adapun ‫ﺍﻟﺼﻼﺓ‬ ‫ﻭﺑﻴﻨﻬﻢ‬ ‫ﺑﻴﻨﻨﺎ‬
Sahl, dia adalah orang yang menyembunyikan Islamnya di Mekah,
dan dia tidak hijroh sampai orang­orang Quroisy memaksanya ikut
(Pembeda) antara kami dengan mereka adalah sholat
keluar ke Badar bersama mereka, lalu ia ikut tertawan dengan orang­ Kemudian ia mengatakan: “(Di sini) beliau
orang musyrik lainnya, demikianlah yang disebutkan di dalam Al
menjadikan sholat sebagai pebatas antara Islam dan kafir,
Istii’aab (II/221) 

91 92
maka barangsiapa melaksanakan sholat ia telah masuk ke melepaskan diri dan bertaubat dari apa yang menjadi sebab
dalam batas Islam .. dan karena sholat adalah sebuah kekafiran atau pembatal Islam tersebut ..
ibadah yang khusus dilakukan oleh kaum muslimin
Oleh karena itu Ibnu Qudaamah mengatakan setelah
sehingga pelaksanaannya merupakan tanda keislaman
perkataannya di atas: “..kecuali jika terbukti ia telah murtad
sebagaimana dua kalimat syahadat.”
setelah ia melaksanakan sholat atau ia murtad lantaran
Dan ia mengatakan di dalam Kitaabul Murtad. Pasal: juhuud (ingkar) terhadap sebuah kewajiban atau terhadap
Dan apabila ada orang kafir yang melaksanakan sholat maka sebuah kitab atau seoarang Nabi .. atau (pemahaman­
dia dianggap sebagai orang Islam, sama saja apakah dia pemahaman) bid’ah lainnya yang mana para penganutnya
mengerjakannya di Daarul Harbi maupun di Daarul Islam, mengaku sebagai orang Islam, maka orang yang semacam
sama saja apakah dia mengerjakannya secara berjamaah atau ini tidak dianggap sebagai orang Islam dengan dia
sendirian …” sampai ia mengatakan: “Karena sesungguhnya mengerjakan sholat karena ia meyakini bahwa sholat itu
sholat itu merupakan amalan khas umat Islam yang wajib dan dia tetap melaksanakannya padahal dia telah
membedakan dengan amalan orang­orang kafir dan ia kafir ..”
merupakan yang hanya dikerjakan oleh orang Islam, dan Dan ini sebagaimana kondisi para thoghut dan
seseorang tidak ditetapkan sebagai orang Islam sampai ia lainnya dari kalangan orang­orang musyrik, pendukung­
melaksanakan sholat yang lain dengan sholatnya orang­ pendukung mereka dan para penjaga undang­undang,
orang kafir, yaitu dengan menghadap kiblat, ruku’ dan sujud karena di anatara mereka itu ada yang mengerjakan sholat
.. dan dalam masalah ini tidak ada bedanya antara orang namun sholatnya tersebut tidak berguna baginya dalam
kafir yang kekafirannya asli dengan orang kafir yang menentukan statusnya sebagai orang Islam, karena ia kafir
kekafirannya lantaran murtad, karena sesuatu yang bukan karena juhuud (ingkar) terhadapnya atau karena
menjadikan orang kafir asli menjadi Islam, juga dapat meninggalkannya sehingga ia dapat dianggap sebagai orang
menjadikan Islam orang yang kekafirannya karena murtad, Islam dengan mengerjakan sholat. Akan tetapi ia kafir
seperti dua kalimat syahadat ..” dinukil secara ringkas. lantaran melakukan sebuah sebab kekafiran, sama saja
Saya katakan: Kecuali orang murtad yang murtadnya apakah sebab kekafiran tersebut berupa berwalaa’ (loyal)
itu bukan lantaran meninggalkan atau mengingkari sholat; kepada para thoghut, atau mendukung kesyirikan dan
artinya dia melakukan sesuatu yang merupakan sebab undang­undang kafir mereka atau ikut serta di dalam
kekafiran atau pembatal Islam sedangkan dia orang yang menetapkan undang­undang dan bersumpah untuk
masih senantiasa melaksanakan sholat. Orang yang seperti menghormati, berwalaa’ (loyal), menjaga dan melindunginya,
ini kembalinya kepada Islam tidak cukup hanya dengan dan sebab­sebab kekafiran lainnya … ia melakukan sebab­
mengerjakan sholat, akan tetapi ia harus meninggalkan,  sebab kekafiran tersebut sedangkan dia tetap melakukan
sholat dan mengaku sebagai orang Islam .. orang yang

93 94
semacam ini untuk kembali kepada Islam, selain dia harus yang mengerjakan sholat itu adalah orang Islam, apalagi jika
mengerjakan sholat dan rukun­rukun Islam lainnya, ia juga ia seorang imam.” Dinukil secara ringkas dari Baabul
harus baroo’ (berlepas diri) dan bertaubat dari perbuatan Imaamah.
yang menyebabkan dirinya kafir, supaya ia diterima kembali
sebagai orang Islam .. karena kondisi mereka ini tidak sama
dengan orang yang asli kafir yang mana cukup baginya 4­ Adzan dan juga iqoomah: karena keduanya
mengerjakan sholat dan mengikrarkan dua kalimat syahadat menganduang dua kalimat syahadat, dan di depan telah kita
untuk masuk Islam. bicarakan masalah ini. Dan hal ini juga berdasarkan sebuah
hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Maalik, ia
Ringkasnya: permasalahan ini sama dengan ciri khas­ mengatakan: 
ciri khas Islam lainnya yang telah kami sebutkan di depan,
bahwasanya kami menganggap Islam orang yang ٬‫ﺍﻟﻔﺠﺮ‬ ‫ﺻﻼﺓ‬ ‫ﻋﻨﺪ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﻻﻳﻐﻴﺮ‬ ‫ﻭﺳﻠﻢ‬ ‫ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺻﻠﻰ‬ ‫ﺍﻟﻨﺒﻲ‬ ‫ﻛﺎﻥ‬ 
mengerjakan sholat yang mastuurul haal yang tidak nampak
bagi kita sebuah pembatal dari pembatal­pembatan Islam.
.. ‫ﺃﻋﺎﺭ‬ ‫ﻭﺇﻻ‬ ٬‫ﺃﻣﺴﻚ‬ ‫ﺁﺫﺍﻥ‬ ‫ﺳﻤﻊ‬ ‫ﻓﺈﺫﺍ‬ 
Sehingga kami menganggap sah sholat (sebagai makmum) Rosululloh SAW tidak lah menyergap kecuali pada waktu sholat
di belakang orang tersebut, dan kami memperlakukannya fajar (shubuh), jika beliau mendengar adzan maka beliau tahan dan
sebagaimana kami memperlakukan kaum muslimin. Orang jika tidak maka beliau sergap ..
semacam ini, menurut pendapat kami, hukum asalnya Dan hal ini sesuai dengan apa yang berulangkali kami
adalah sebagai orang Islam, sampai ia melakukan sebuah ingatkan yaitu bahwasanya orang yang murtad lantaran
pembatal dari pembatal­pembatal Islam yang nyata. Dan suatu pembatal Ialam atau suatu sebab lain selain juhuud
kami tidak menganggap bahwa pada hukum asalnya orang (menolak) Islam secara keseluruhan, atau selain lantaran
semacam ini terjerumus pada perbuatan­perbuatan yang tidak mau melaksanakan sholat dan adzan, sebagaimana
menjadi pembatan Islam atau perbuatan­perbuatan yang yang terjadi pada bala tentara kesyirikan, undang­undang
menyebabkan kafir, padahal ia menunjukkan perilaku dan para thoghut pada hari ini, karena sesungguhnya adzan
sebagai orang Islam, atau menunjukkan cirikhas­cirikhas terdengar dikumandangkan di kamp­kamp dan barak­barak
Islam, dengan alasan bahwa semua itu telah tersebut di mereka padahal ini tidak ada gunanya bagi mereka karena
tengah­tengah masyarakat zaman sekarang, sebagaimana mereka bukanlah orang­orang yang asli kafir akan tetapi
anggapan orang­orang ekstrim. mereka adalah orang­orang murtad, dan juga murtadnya
Ibnu Qudaamah di dalam Al Mughniy mengatakan: mereka bukan karena mereka tidak mau melaksanakan
“Pasal; Apabila sholat di belakang orang yang diragukan sholat dan adzan atau yang semisalnya yang mana orang
Islamnya … maka sholatnya syah selama kekafirannya yang murtad dapat kembali masuk Islam dengan cara
belum terbukti secara jelas … karena secara dhohir orang  melaksanakan syiar­syiar Islam tersebut. Akan tetapi mereka

95 96
murtad lantaran mereka memerangi tahid dan para pembatal Islam pada orang tersebut dalam bersikap
penganutnya, mendukung kesyirikan dan tandiid, padahal dengannya, dan meninggalkan prisip dasar yang diajarkan
banyak di antara mereka yang mengerjakan sholat, adzan, Nabi ini ..
iqoomah dan mengucapkan dua kalimat syahadat namun Kesimpulannya: Disini sebagaimana telah dibahas
mereka tetap mendukung terhadap kesyirikan dan sebelumnya tentang kekhususan yang lain bahwa kita
memerangi tauhid, maka kembalinya mereka kepada Islam menghukumi dengan islam kepada orang yang
tidak dengan mengumandangkan adzan yang tidak pernah melaksanakan sholat yang mastuurul hal yang kita tidak
mereka tinggalkan dan tidak pernah mereka ingkari, akan melihat darinya sesuatu yang dapat membatalkan iman yang
tetapi dengan berlepas diri dan menjauhi dari sebab­sebab telah disebutkan atau lainnya, kita menghukuminya dengan
kesyirikan yang mengakibatkan mereka menjadi musyrik… Islam hanya dengan sholatnya, maka kita sholat
Dan kami telah sampaikan kepada anda di depan dibelakangnya
mengenai orang­orang yang Alloh SWT kafirkan di dalam
surat At Taubah, lantaran mereka mengolok­olok para
qurroo’ (ahli Al Qur’an) .. padahal mereka mengerjakan 5­ Haji.
sholat, mengucapkan syahadat, mengumandangkan adzan Haji merupakan syiar dan ciri khas Islam yang
dan iqoomah, dan mereka juga ikut keluar bersama Nabi nampak dan terkenal. Dan tidaklah dihiraukan apa yang
SAW untuk berjihad .. diakatakan oleh Ibnu Qudaamah di dalam Al Mughniy
Tatkala mereka kafir lantaran mereka mengolok­olok bahwasanya orang­orang musyrik itu dahulu juga
qurroo’ maka taubat mereka harus dengan cara melepaskan melaksanakan haji pada masa Nabi SAW, oleh karena itu dia
diri dari perbuatan tersebut dan menampakkan penyesalan, tidak menganggap Islam terhadap orang kafir yang
dan bukan dengan cara mengumandangkan adzan atau melaksanakan Haji26, hal itu karena pada zaman Nabi SAW
shlolat atau yang lainnya .. karena sesungguhnya mereka haji itu juga dikerjakan oleh orang­orang musyrik yang
kafir bukan lantaran mereka tidak mau melakukan itu mengaku bahwa mereka menganut millah (ajaran) Nabi
semua .. Ibrohim oleh karena itu mereka melaksanakan haji
sedangkan mereka tetap di atas kesyirikan mereka dan tidak
Adapun orang yang tidak pernah menampakkan masuk Islam … sampai akhirnya turun surat Baroo­ah (At
suatu sebab kekafiran atau pembatal Islam, maka pada Taubah) yang di dalamnya terdapat firman Alloh SWT yang
dasarnya orang yang mengumandangkan adzan atau berbunyi:
iqoomah di antara mereka, darah (nyawa) dan harta mereka
dilindungi, sampai mereka menunjukkan hal yang
membatalkannya .. inilah hukum dasarnya, bukan malah 26 ­ Lihat Al Mughniy, Kitaabul Murtad, Pasal: Apabila orang kafir
mengandai­andai dan menganggap adanya pembatal­  melaksanakan sholat maka dia dianggap sebagai orang Islam ..

97 98
ْ‫ﻋَﺎﻣِﻬِﻢ‬ َ‫ﺑَ ْﻌﺪ‬ َ‫ﺍﻟْﺤَﺮَﺍﻡ‬ َ‫ﺠﺪ‬
ِ ْ‫ﺍﻟْﻤَﺴ‬ ‫ﻼﻳَﻘْ َﺮﺑُﻮﺍ‬
َ ‫ َﻓ‬ ُُ‫ﻧَﺠَﺲ‬ َ‫ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛُﻮﻥ‬ ‫ﺇِﻧﱠﻤَﺎ‬  berlepas diri dari kesyirikan mereka, undang­undang
mereka dan hukum­hukum mereka, dan juga karena mereka
‫َﻫﺬَﺍ‬ tetap melaksanakan pembatal­pembatal Islam dan
Sesungguhnya orang­orang musyrik itu adalah orang­orang yang kesyirikan­kesyirikan, sedangkan banyak di antara mereka
najis, oleh karena itu janganlah sekali­kali mereka mendekati yang mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan
masjdil harom setelah tahun ini. (At Taubah: 28) sholat dan haji. Dengan demikian syahadat bagi mereka
bukanlah sebagai bentuk baroo’ (lebas diri) mereka dari
Dan Rosululloh SAW bersabda: 
kesyirikan dan kufur terhadap thoghut. Oleh karena itu
‫ﻣﺸﺮﻙ‬ ‫ﺍﻟﻌﺎﻡ‬ ‫ﺑﻌﺪ‬ ‫ﻳﺤﺞ‬ ‫ﻻ‬ untuk kembali kepada Islam tidak cukup dengan
mengucapkan syahadat, sampai mereka kufur terhadap
Setelah tahun ini tidak boleh ada orang musyrik yang undang­undang mereka dan memurnikan ibadah hanya
melaksanakan haji. untuk Alloh Al Waahid (yang Maha Esa) dan Al Qohhaar
Maka setelah itu dan sampai hari ini tidak ada orang (Yang Maha kuasa untuk memaksa). Sebagaimana yang
yang melaksanakan haji kecuali orang yang mengaku disebutkan di dalam sebuah hadits marfuu’ yang
sebagai orang Islam .. sehingga haji menjadi ciri khas bagi diriwayatkan oleh Abiy Maalik Al Asyja’iy dari: 
kaum muslimin .. selama ia tidak melakukan sebuah
pembatal dari pembatal­pembatal Islam, sebagaimana yang ‫ﻣﺎﻟﻪ‬ ‫ﺣﺮﻡ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺩﻭﻥ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻳﻌﺒﺪ‬ ‫ﺑﻤﺎ‬ ‫ﻛﻔﺮ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﻻﺇﻟﻪ‬ ‫ﻗﺎﻝ‬ ‫ﻣﻦ‬ 
terjadai pada para thoghut, pendukung­pendukung mereka ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﻭﺣﺴﺎﺑﻪ‬ ‫ﻭﺩﻣﻪ‬
dan orang­orang murtad lainnya yang diberi ijin dan
Barang siapa mengucapkan laa ilaaha illallooh (tidak ada tuhan
dipersilahkan untuk melaksanakan haji dan masuk ke al
yang berhak disembah kecuali Alloh) dan kufur terhadap segala
masjidul haroom27 oleh Negara Saudi sebagai negara yang
sesuatu yang diibadahi selain Alloh, maka telah diharamkan harta
mengurusi persoalan haji pada hari ini. Orang­orang seperti dan darah (nyawa) nya sedangkan hisabnya diserahkan kepada
mereka ini, haji mereka, sholat mereka dan syahadat mereka Alloh.
tidak dapat dijadikan landasan untuk menganggap mereka
sebagai orang Islam, dan semua itu tidak dapat menjadi Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim.
penghalang untuk mengkafirkan mereka karena sebagai Hal itu karena meskipun kalimat tauhid itu sudah
mana yang telah engkau fahami kekafiran mereka itu mengandung pernyataan kufur terhadap segala sesuatu
terlepas dari semua ajaran dan rukun Islam ini, sehingga yang diibadahi selain Alloh SWT, yaitu di dalam rukun
mereka tidak dianggap sebagai orang Islam sampai mereka kalimat tauhid yang berupa an nafyu (penafian), akan tetapi
Nabi SAW mempertegas hal itu dan menyebutkannya secara
27 ­ Supaya anda mengetahui berbagai kekafiran yang dilakukan oleh
Negara Saudi .. silahkan kaji buku kami yang berjudul Al Kawaasyif tersendiri, untuk menerangkan bahwasanya barangsiapa
Al Jaliyyah Fii Kufri Daulatis Su’uudiyyah.  mengucapkan kalimat tauhid tersebut namun dia tetap
99  100
beribadah kepada selain Alloh SWT dan tidak berlepas diri adalah orang Islam, dan kami menghukumi mereka sesuai
atau kufur terhadap kesyirikan, maka ucapannya tersebut dengan apa yang nampak oleh kami, dan kami
tidak berguna dan tidak dapat menjadikan darah (nyawa) memperlakukan mereka sebagaimana memperlakukan
dan hartanya dilindungi .. orang­orang Islam ­­­ meskipun orang­orang yang bersikap
Intinya adalah sesungguhnya kami menganggap ekstrim tidak menyukainya ­­­ kecuali jika salah seorang di
orang yang melakukan sebuah syariat Islam yang berupa antara mereka ada yang menampakkan suatu pembatal
ibadah haji sebagai orang Islam, sebagaimana orang yang Islam atau sebuah kekafiran yang nyata … ya Alloh
melakukan syiar­syiar dan cirikhas­cirikhas Islam lainnya saksikanlah (pernyataanku ini) …
yang telah kami sebutkan di depan, dan kami * * *
memperlakukannya sebagaimana memperlakukan orang­
ð Atas dasar ini maka kami berpendapat boleh
orang Islam, selama dia tidak melakukan suatu pembatal melaksanakan sholat (sebagai makmum) di belakang orang
dari pembatal­pembatal Islam. Dengan demikian orang yang Islam yang mastuurul haal, yaitu orang yang secara hukum
melakukan haji dan ihrom menurut kami bukanlah orang dinyatakan sebagai orang Islam (Al Islaam Al Hukmiy),
yang majhuulul haal (orang yang tidak dikenal status
lantaran dia menunjukkan hal­hal yang menjadi ciri khas
agamanya), dan kami tidak tawaqquf (ragu­ragu) dalam
Islam dan dia tidak membatalkan Islamnya dengan
menganggapnya sebagai orang Islam. Akan tetapi orang melakukan sebuah pembatal Islam yang nyata .. dan kami
tersebut menurut kami adalah orang Islam sesuai yang tidak menolaknya atau menghalanginya atau mensyaratkan
nampak bagi kami, dan kami memperlakukannya sesuai untuk menentukan status orang tersebut dengan harus
dengan amalan Islam yang ia tunjukkan, sebagaimana Nabi mengetahui aqidah dan imannya yang sebenarnya yang
SAW memperlakukan seseorang yang melakukan ihrom terdapat di dalam hatinya …
yang dilemparkan oleh ontanya sebagaimana
memperlakukan orang Islam, sehingga beliau ð Sayaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan:
memerintahkan untuk memandikannya dan mengkafaninya “Dan diperbolehkan sholat (sebagai makmum) di belakang
dengan bajunya meskipun beliau tidak memberi wangi­ semua orang yang mastuurul haal berdasarkan kesepakatam
wangian kepadanya dan tidak pula menutupi wajahnya28, empat imam madzhab dan seluruh imam kaum muslimin.
maka demikian pula di dunia kami memperlakukan orang­ Maka barangsiapa mengatakan: Saya tidak mau sholat
orang yang kami lihat melakukan ihrom dan haji di Mina, jum’at atau sholat jamaah kecuali di belakang orang yang
Muzdalifah, Arofah dan lain­lain yang berjumlah jutaan saya ketahui aqidahnya yang terdapat di dalam hatinya,
orang. Pada dasarnya menurut kami mereka itu statusnya maka orang semacam ini adalah mubtadi’ (penganut ajaran
bid’ah) yang menyelisihi para sahabat, para tabi’in (orang­
28 ­ Hadits ini asalnya terdapat di dalam Shohiih Al Bukhooriy dan
orang yang mengikuti) mereka dengan baik, empat imam
Shohiih Muslim yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbaas. 

101 102
madzhab dan yang lainnya. Walloohu a’lam.” Majmuu’ sholat (di belakangnya sebagai makmum), atau mengulangi
Fataawaa (IV/331) sholat yang dilakukan di belakang (bermakmum dengan)
Dan ia juga mengatakan (XXIII/199): “Seseorang orang yang mengamalkan amalan bid’ah selama bid’ahnya
boleh sholat lima waktu, sholat jum’at dan sholat lainnya itu tidak menyebabkan kafir ..
(bermakmum) di belakang orang yang tidak dia ketahui Apalagi melarang sholat atau mengulanginya jika
apakah dia orang yang ia jadikan imamnya tersebut dilakukan (dengan bermakmum) di belakang orang yang
mengerjakan amalan bid’ah atau kefasikan, berdasakan mastuurul haal dengan alasan bid’ah dan kekafiran atau
kesepakatan imam empat madzhab dan imam­imam kaum kemurtadan telah menyebar.
muslimin yang lainnya. Dan tidak disyaratkan bagi orang Dan yang lebih parah lagi adalah bersikap tawaqquf
yang bermakmum kepada seseorang ia harus mengetahui
(ragu­ragu) atas Islamnya orang yang mastuurul haal atau
keyakinan orang yang ia jadikan imam dan ia juga tidak
menyatakan batalnya sholat (yang dikerjakan dengan
harus mengujinya dengan bertanya kepadanya: Apa
bermakmum) di belakang orang yang mastuurul haal tersebut
keyakinanmu? Akan tetapi ia boleh sholat (bermakmum)
padahal dia tidak nampak melakukan hal yang menjadi
di belakang orang yang mastuurul haal.”
pembatal Islam atau sebab kekafiran. Akan tetapi (yang
Dan ia rh juga mengatakan (III/175­176): “Maka benar adalah) pada dasarnya diperbolehkan sholat (dengan
sholat (bermakmum) di belakang orang yang mastuurul haal mbermakmum) di belakang orang yang mastuurul haal yang
itu diperbolehkan berdasarkan kesepakatan para ulama’ status dasarnya adalah orang Islam, selama tidak nampak
kaum muslimin, dan barangsiapa mengatakan haram sholat padanya suatu pembatal Islam ­­­ jika nampak dia
(bermakmum) di belakang orang yang tidak diketahui melakukan suatu pembatal Islam maka dia tidak dianggap
statusnya, maka dia telah menyelisihi ijma’ Ahlus Sunnah sebagai mastuurul haal lagi ­­­ maka apabila kebetulan kita
Wal Jamaa’ah ..” sholat (dengan bermakmum) di belakang orang yang
Dan sebagian mereka beralasan dengan Imam Ahmad mastuurul haal maka kita sholat dengan tanpa merasa
yang selalu berusaha untuk sholat di belakang orang yang keberatan. Namun pada kondisi­kondisi yang normal, hal ini
telah ia kenal, pada saat Jahmiyyah telah berkembang, dan tidak menjadi penghalang bagi kita untuk berusaha sholat
kami tidak menolak atas bolehnya seorang muslim untuk (dengan bermakmum) di belakang orang yang lebih utama
berusaha sholat (bermakmum) di belakang orang yang dan berusaha mencari orang yang mengamalkan sunnah,
mempunyai keutamaan, dan kami juga tidak menolak atas khususnya pada sholat­sholat jum’at supaya kita tidak
bolehnya menghaj­r (menjauhi) orang yang mengamalkan dikagetkan dengan materi khotbah yang menyakitkan kita ..
amalan bid’ah untuk memberinya pelajaran dan Maka perbuatan Imam Ahmad tersebut difahami
mengingkari amalan bid’ahnya, akan tetapi yang kita sebagai anjuran dan bukan sebagai kewajiban, sebagaimana
bicarakan adalah melarang dan tidak memperbolehkan  yang dikatakan oleh Syaikhul Islam: “Dan kaum muslimin
103 104
sepeninggal Nabi mereka senantiasa melakukan sholat pengikut hawa nafsu) tersebut. Dan manusia bersilang
(dengan bermakmum) dibelakang orang Islam yang pendapat dalam masalah ini. Sedangkan dari Maalik ada
mastuurul haal …” sampai ia mengatakan: “Dahulu ketika dua riwayat dan dari Asy Syaafi’iy ada dua pendapat dalam
haawa nafsu telah menyebar sebagian orang lebih senang msalah ini, dan dari Imam Ahmad juga ada dua riwayat.
untuk melakukan sholat di belakang orang yang mereka Demikian pula perselisihan yang terjadi di kalangan Ahlul
kenal, hal ini sebagai bentuk anjuran sebagai mana Kalaam, mereka menyebutkan dalam masalah ini Al Asy
perkataan yang dinukil dari Imam Ahmad yaitu ‘ariy memiliki dua pendapat, sedangkan madzhab para
bahwasanya dia mengatakan seperti itu kepada orang yang Imam memperinci masalah ini.
bertanya kepadanya. Dan Imam Ahmad tidak mengatakan: Dan yang benar dalam permasalahan tersebut adalah
Sesungguhnya tidak syah sholat kecuali (bermakmum) di bahwasanya sebuah perkataan itu terkadang merupakan
belakang orang yang saya ketahui kondisinya.” Majmuu’ kekafiran sehingga orang yang mengucapkan perkataan
Fataawaa (III/280) tersebut divonis kafir, dan dikatakan: Barang siapa
ð Adapun sholat (dengan bermakmum) di mengatakan seperti ini maka dia kafir. Akan tetapi orang
belakang orang yang mengikuti hawa nafsu dan yang tertentu yang mengucapkan perkataan tersebut tidak divonis
mengikuti amalan bid’ah yang kebid’ahan mereka kafir kecuali setelah disampaikan hujjah kepadanya yang
mengakibatkan kafir, maka perselisihan atas tidak bolehnya mana jika hal itu telah dilaksanakan maka orang yang
sholat (dengan bermakmum) di belakang mereka atau berpaling dari jujjah tersebut kafir.” Majmuu’ Fataawaa
mengharuskan untuk mengulanginya, perselisihan dalam (XXIII/195)
masalah ini bersumber dari perselisihan dalam ð Adapun orang yang nampak melakukan hal­
mengkafirkan mereka. hal yang nyata­nyata merupakan sebab kekafiran atau
Syaikhul Islam mengatakan: “Dan adapaun sholat namapak ia melakukan kemurtadan yang jelas … seperti
(dengan bermakmum) di belakang para pengikut haawa mengajak untuk bergabung dalam as sulthoh at tsyrii’iyyah
nafsu yang kafir lantaran kebid’ahannya, maka dalam (dewan legislatif), atau nampak ia memberikan dukungan
masalah ini mereka (para ulama’) berselisih pendapat dan pembelaan kepada udang­undang buatan manusia atau
sebagaimana mereka berselisih pendapat mengenai sholat ikut serta dalam pembuatan undang­undang tersebut atau
jum’at (dengan bermakmum) di belakang orang tersebut. memutuskan perkara berdasarkan undang­undang tersebut
Orang yang berpendapat bahwa orang tersebut kafir maka ia dan memujinya atau bersumpah untuk menghormati
mengharuskan untuk mengulangi sholatnya, karena sholat undang­undang tersebut dan berwalaa’ (loyal) kepada para
tersebut dia kerjakan (dengan bermakmum) di belakang thughutnya ..
orang kafir. Akan tetapi masalah ini tergantung dengan Orang yang semacam ini tidak ada kebaikan dan tidak
vonis kafir yang dijatuhkan kepada Ahlul Ahwaa’ (para 
ada penghoramatan baginya, maka tidak boleh sholat
105 106
(bermakmum) di belakangnya kerena dia bukan dari Apabila mereka bertiga maka hendaknya salah seorang di antara
golongan orang­orang yang bertauhid, akan tetapi dia mereka mengimami mereka ..
adalah termasuk dalam golongan orang­orang musyrik dan Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan An
orang­orang murtad .. padahal Nabi SAW telah Nasaa­iy .. sedangkan orang kafir bukanlah orang dari
memerintahkan kaum muslimin untuk mengerjakan sholat kalangan kita sehingga tidak diperbolehkan bagi orang
sebagaimana mereka melihat beliau mengerjakan sholat, dan muslim untuk menyuruh orang kafir untuk mengimaminya
agar mereka bermakmum kepada salah seorang di antara dalam sholat .. karena Alloh SWT berfirman: 
mereka dan bukan bermakmum kepada orang dari luar
kalangan mereka. Sebagaimana yang disebutkan dalam ً‫ﺳَﺒِﻴﻼ‬ َ‫ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦ‬ ‫ﻋَﻠَﻰ‬ َ‫ﻟِﻠْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦ‬ ُ‫ﺍﷲ‬ َ‫ﻳَﺠْﻌَﻞ‬ ‫ﻭَﻟَﻦ‬
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhooriy dari Al
Dan Alloh sekali­kali tidak akan memberikan jalan kepada orang­
Huwairits, bahwasanya Nabi SAW bersabda kepadanya dan
orang kafir untuk (menguasai) orang­orang beriman … (An
kepada orang­orang yang bersamanya: 
Nisaa’: 141)
‫ﺭﺃﻳﺘﻤﻮﻧﻲ‬ ‫ﻛﻤﺎ‬ ‫ﻭﺻﻠﻮﺍ‬ ... ‫ﻓﻴﻬﻢ‬ ‫ﻓﺄﻗﻴﻤﻮﺍ‬ ‫ﺃﻫﻠﻴﻜﻢ‬ ‫ﺇﻟﻰ‬ ‫ﺍﺭﺟﻌﻮﺍ‬  dan di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al
‫ﻭﻟﻴﺆﻣﻜﻢ‬ ‫ﺃﺣﺪﻛﻢ‬ ‫ﻟﻜﻢ‬ ‫ﺫﻥ‬ ‫ﻓﻠﻴﺆ‬ ‫ﺍﻟﺼﻼﺓ‬ ‫ﺣﻀﺮﺕ‬ ‫ﻓﺈﺫﺍ‬ ٬‫ﺃﺻﻠﻲ‬  Bukhooriy secara mu’allaq29 : 

‫ﺃﻛﺒﺮﻛﻢ‬ ‫ﻳﻌﻠﻰ‬ ‫ﻭﻻ‬ ‫ﻳﻌﻠﻮ‬ ‫ﺍﻹﺳﻼﻡ‬
Kembalilah kalian kepada keluarga kalian kemudian tegakkanlah Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi di atasnya
sholah di tengah­tengah mereka dan ajarilah mereka .. dan
Dan barang siapa sholat di belakang orang yang
sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat, dan apabila
nempak melakukan kekafiran atau kemurtadan atau orang
telah tiba waktu sholat maka hendaknya salah seorang di antara
kalian mengumandangkan adzan dan hendaknya orang yang yang memuji dan menyerukan kekafiran dan kemurtadan
paling tua di antara kalian mengimami kalian. tersebut, maka berarti dia tidak sholat sebagaimana sholat
Nabi SAW dan tidak pula sebagai mana sholat yang
Pada dlomiir (kata ganti) yang terdapat dalam kalimat: ­­­  diperintahkan Nabi SAW .. akan tetapi justru dia telah
‫ﺃﻛﺒﺮﻛﻢ‬ ­­­ (orang yang paling tua di antara kalian) adalah membuat ajaran baru dalam Islam … dan di dalam sebuah
kembali kepada salah seorang dari kalangan kaum muslimin hadits yang terdapat di dalam Shohiih Al Bukhooriy dan
dan bukan orang yang diluar mereka .. dan diriwayatkan di
dalam Shohiih Muslim dari Abu Sa’iid, ia mengatakan: 29 ­ Dalam Kitaabul Janaa­iz, Bab: Apabila seorang anak kecil meninggal
Rosululloh SAW bersabda:  dunia apakah ia disholatkan .., hadits ini dirwayatkan secara mauquuf
pada Ibnu ‘Abbaas, dan juga diriwayatkan secara marfu’ dari
‫ﺃﺣﺪﻫﻢ‬ ‫ﻓﻠﻴﺆﻣﻬﻢ‬ ‫ﺛﻼﺛﺔ‬ ‫ﻛﺎﻧﻮﺍ‬ ‫ﺇﺫﺍ‬  beberapa jalur yang jika ditinjau secara keseluruhan jalurnya hadits
yang diriwayatkan secara marfu’ ini dinilai hasan.

107 108
Shohiih Muslim yang diriwayatkan dari Ummul tidak pantas melakukan, sehingga sholatnya orang tersebut
Mukminiin ‘Aa­isyah ra disebutkan bahwasanya Nabi SAW tidak syah sebagaimana jika bermakmum dengan orang
bersabda:  gila.”

‫ﺭﺩ‬ ‫ﻓﻬﻮ‬ ‫ﻣﻨﻪ‬ ‫ﻟﻴﺲ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﻫﺬﺍ‬ ‫ﺃﻣﺮﻧﺎ‬ ‫ﻓﻲ‬ ‫ﺃﺣﺪﺙ‬ ‫ﻣﻦ‬ ð Adapun jika orang yang menjadi imam


tersebut adalah orang yang terkadang nampak melakukan
Bararang siapa membuat ajaran baru di dalam ajaran kami yang kekafiran dan terkadang ia berlepas diri dari kekafiran
mana ajaran tersebut bukan dari ajaran kami maka ajaran tersebut tersebut, atau pada suatu saat nampak ia melakukan suatu
tertolak. sebab dari sebab­sebab kekafiran dan pada saat yang lain ia
Dan telah kita ketahui bersama bahwasanya pada meninggalkannya dan bertaubat dari perbuatan tersebut …
asalnya semua bentuk ibadah itu adalah dilarang kecuali ada sebagaimana orang­orang yang disebutkan oleh Nabi SAW
dalil yang menyariatkannya, karena ibadah itu tauqiifiyyah .. dalam sabdanya yang berbunyi: 
Dan bawasanya ibadah itu tidak akan syah dan tidak ‫ﻣﺆﻣﻨﺎ‬ ‫ﺍﻟﺮﺟﻞ‬ ‫ﻳﺼﺒﺢ‬ ٬‫ﺍﻟﻠﻴﻞ‬ ‫ﻛﻘﻄﻊ‬ ‫ﻓﺘﻨﺎ‬ ‫ﺑﺎﻷﻋﻤﺎﻝ‬ ‫ﺑﺎﺩﺭﻭﺍ‬ 
akan diterima kecuali dilaksanakan secara ikhlas untuk
Alloh SWT semata, dan benar; artinya sesuai dengan sunnah ‫ﺩﻳﻨﻪ‬ ‫ﻳﺒﻴﻊ‬ ٬‫ﻛﺎﻓﺮﺍ‬ ‫ﻭﻳﺼﺒﺢ‬ ‫ﻣﺆﻣﻨﺎ‬ ‫ﻭﻳﻤﺴﻲ‬ ٬‫ﻛﺎﻓﺮﺍ‬ ‫ﻭﻳﻤﺴﻲ‬ 
Nabi SAW. ‫ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺑﻌﺮﺽ‬
Ibnu Qudaamah di dalam Al Mughniy mengatakan: Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya berbagai fitnah
Masalah: Dan jika sholat (bermakmum) di belakang orang (ujian, kesesatan) seperti malam gelap gulita. Seseorang pada
musyrik ..: “Intinya sama sekali tidak syah sholat waktu pagi beriman dan pada waktu sore kafir, dan dia pada waktu
(bermakmum) di belakang orang kafir, baik ia mengetahui sore beriman dan pada waktu pagi kafir, ia menjual diin (agama)
kekafirannya setelah selesai sholat atau sebelum sholat. Dan nya dengan kesenangan dunia.
orang yang sholat (bermakmum) di belakangnya wajib Orang yang semacam ini tidak boleh kita sholat di
untuk mengulanginya. Dan inilah pendapat Asy Syaafi­iy belakangnya sampai diketahui dia dalam keadaan Islam dan
dan Ash­haabur Ro’yi. telah berlepas diri serta menjauhi kesyirikan.
Sedangkan Abu Tsaur dan Al Mazniy mengatakan: Dan Ibnu Qudamah mengatakan di dalam Al
Bagi orang tidak mengetahunya maka tidak wajib baginya Mughniy: “Dan jika imam tersebut adalah orang yang
untuk mengulangi, karena ia bermakmum dengan orang terkadang murtad dan terkadang tidak, maka tidak boleh
yang tidak dia ketahui kondisinya, maka dia ini sama
dengan orang yang bermakmum kepada penganut bid’ah.”
Ibnu Qudaamah berkata: “Sedangkan menurut kami
orang tersebut telah bermakmum kepada orang yang tidak 

109 110
sholat di belakangnya sampai diketahui diin (agama) yang
sedang dia anut.”30
Inilah yang bisa saya ingatkan di sini, dan kami
memiliki sebuah risalah yang membahas secara detail
mengenai masalah ini yang berjudul “Masaajidudl Dliroor
Wa Hukmush Sholaati Kholfa Auliyaa­ith Thooghuuti Wa
Nuwaabihi”.

Perhatian:
Dipersilahkan kepada siapa saja untuk
memperbanyak atau menukil isi buku ini baik
sebagian maupun secara keseluruhan dengan
cara apapun, tanpa merobah isinya. Semoga
Alloh memberi balasan kepada siapa saja yang
membantu tersebarnya buku ini.

30 ­ Dinukil dari Baabul Imaamah, Pasal: Jika sholat (bermakmum) di


belakang orang yang diragukan keislamannya .. 

111 112 

Anda mungkin juga menyukai