Anda di halaman 1dari 101

STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENGATASI KENAKALAN

SISWA DI SMPN 2 LARANGAN PAMEKASAN

SKRIPSI

Oleh:
INGGRI MELATI TANTRI KUSUMA
NIM: 19381042076

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

DESEMBER 2022
STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENGATASI KENAKALAN
SISWA DI SMPN 2 LARANGAN PAMEKASAN

SKRIPSI
Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Madura
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Program Sarjana (S1) Program S.Pd

Oleh:
INGGRI MELATI TANTRI KUSUMA
NIM: 19381042076

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
DESEMBER 2022

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengatasi Kenakalan

Siswa di SMPN 2 Larangan Pamekasan” yang disusun oleh Inggri Melati Tantri

Kusuma ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Pamekasan, 08 November 2022

Pembimbing,

Dr.H. Muhammad Muchlis Solichin, M.Ag


NIP: 196902151997031005

iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengatasi Kenakalan

Siswa di SMPN 2 Larangan Pamekasan” yang disusun oleh Inggri Melati Tantri

Kusuma ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi dan dinyatakan

lulus pada tanggal 12 Desember 2022.

Dewan Penguji Skripsi :

1. Dr. H. Mohammad Muchlis Solichin, M.Ag : Ketua ( )

2. Dr. Mohammad Thoha, M.Pd.I : Anggota ( )

3. Rinta Ratnawati M.Pd : Anggota ( )

Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Madura

Dr. Siswanto, M.Pd.I


NIP: 197802152005011005

iv
ABSTRAK
Inggri Melati Tantri Kusuma, 22, Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengatasi
Kenakalan Remaja Di SMPN 2 Larangan, Program Studi Manajemen Pendidikan
Islam, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Madura, Dosen Pembimbing
Dr. H. Mohammad Muchlis Solichin M.Ag.
Kata Kunci: Strategi Kepala Sekolah, Kenakalan Remaja

Penelitian ini dilakukan berdasarkan fenomena yang ditemui di SMPN 2


Larangan tentang penanganan kenakalan remaja yang terjadi saat ini agar dapat
memberikan perubahan yang baik terhadap generasi muda. Pertama, Bagaimana
strategi kepala sekolah dalam mengatasi kenakalan remaja yang terjadi di SMPN 2
Larangan? Kedua, Apa saja faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja yang terjadi
di SMPN 2 Larangan? Ketiga, Apa saja faktor penghambat dalam mengatasi kenakalan
yang terjadi di SMPN 2 Larangan?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
deskripitf. Penelitian kualitatif deskriptif melalui dari pengumpulan data , wawancara,
observasi, dokumentasi. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Larangan
Pamekasan. Dengan menjadikan narasumber kepala sekolah, sebagian guru, dan juga
siswa sebagai informan dalam memperoleh data dan penarikan kesimpulan. Tahapan-
tahapan penelitian ini adalah Pralapangan, penelitian dan laporan.
Hasil penlitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, strategi kepala sekolah dalam
mengatasi kenakalan remaja serta memberikan perubahan kepada siswa yang memiliki
kebiasaan buruk di SMPN 2 Larangan. Siswa yang sering melakukan pelanggaran
diberi bimbingan dan mencari tahu sebab dari penyimpangan yang mereka perbuat.
Kedua, faktor-faktor yang bisa berpengaruh terhadap kenakalan remaja yang terjadi
di SMPN 2 Larangan. Faktor tersebut berupa kurangnya kasih saying dari kedua orang
tua (Brokekn Home), pergaulan yang bebas, kontrol diri, lingkungan dan juga pola
pikir yang tidak sehat. Selanjutnya mengenai faktor penghambat guna mengatasi
kenakalan remaja yang ada di SMPN 2 Larangan itu sendiri, yaitu karakter anak yang
memang pada dasarnya susah diatur. Disamping itu juga peran orang tua sangat
penting terhadap kebiasaan anak yang semulanya sering bermasalah di sekolah
(Merokok dan membolos ) agar bisa berkontribusi dalam proses pemberian bimbingan
kepada mereka.

v
KATA PENGANTAR

Assalamulaikum Wr. Wb.

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah

memberikan limpahan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengatasi

Kenakalan Siswa Di SMPN 2 Larangan Pamekasan”. Kemudian sholawat serta

salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Sang Revolusioner dunia yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju

zaman yang terang benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan keislaman.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir di IAIN Madura. Dalam

penyusunannya ini , penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari

berbagai pihak , untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan

terimakasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Saiful Hadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Madura.

2. Bapak Dr. Siswanto M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah yang telah

Memberikan surat izin tugas penyusunan skripsi.

3. Bapak Hilmi Qosim Mubah, M.Pd.I selaku ketua Program studi Manajemen

Pendidikan Islam IAIN Madura.

4. Bapak Dr. H. Mohammad Muchlis Sholichin M.Ag selaku dosen pembimbing

yang telah membimbing peneliti dari awal sehingga dapat terarah dengan baik

dalam Penyusunan skripsi ini.

vi
5. Kedua orangtua saya yang telah bersusah payah mencari uang demi bisa

mengkuliahkan saya di IAIN Madura.

6. Saudara-saudara saya yang selalu mendukung dan juga memberikan semangat

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh pihak di SMPN 2 Larangan Pamekasan yang telah membantu peneliti

Dalam melengkapi data penelitian.

8. Sahabat-sahabat MPI yang selalu memberikan dukungan do’a yang diantaranya

Ervina Natasari, Renita Tri M, Masruroh, Qinatul Alfiyani, Meiry Shofarina,

Muhammad Zaiful Rohman, Indra Wahyudi dan teman-teman yang lain.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
sudikah kiranya pembaca untuk memberikan kritik, saran dan masukan demi
kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga isi skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi kepentingan akademisi pada masa kini dan masa yang akan datang . Aamiin,
Allahumma Aamiin.

Pamekasan, 08 November 2022

Penulis

Inggri Melati Tantri Kusuma

19381042076

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i


HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Konteks Penelitian ........................................................................ 1
B. Fokus Penelitian ........................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 11
D. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 12
E. Definisi Istilah .............................................................................. 12
F. Kajian Terdahulu ........................................................................... 14

BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................... 16

A. Kajian Teori Kepala Sekolah ............................................................ 16


1. Pengertian Kepala sekolah .......................................................... 16
2. Peran Kepala Sekolah dalam Pendidikan ................................... 18
3. Kepala Sekolah Sebagai Leader ……………………………..….20
B. Kajian Mengenai Kenakalan Remaja ............................................. 22
1. Pengertian Kenakalan remaja ....................................................... 22
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja .................. 24
3. Upaya Mengatasi Kenakalan Remaja ………….………………...30
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 34
A. Pendekatan dan jenis penelitian .................................................... 34
B. Kehadiran peneliti ......................................................................... 37
C. Lokasi Penelitian ........................................................................... 37

viii
D. Sumber Data .................................................................................. 37
E. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 37
F. Analisis Data ................................................................................. 39
G. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................... 41
H. Tahap-Tahap Penelitian ................................................................ 43

BAB VI PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN ...................................................................................... 45

A. Paparan Data ................................................................................. 45


B. Pembahasan ................................................................................... 64

BAB V PENUTUP .................................................................................. 72

A. Kesimpulan ................................................................................... 72
B. Saran .............................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 76
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................. 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................... 81
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ 92

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Pedoman Wawancara

Lampiran 2: Pedoman Observasi

Lampiran 3: Pedoman Dokumentasi

Lampiran 4: Surat Keterangan Bebas Plagiasi

Lampiran 5: Lembar Persetujuan Judul Kapodi

Lampiran 6: Surat Izin Meneliti

Lampiran 7: Tugas Penyusunan Skripsi

Lampiran 8: Surat Tugas Melakukan Penelitian

Lampiran 9: Lembar Kartu Bimbingan

Lampiran 10: Foto Hasil Dokumentasi

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Kepala sekolah menjadi faktor utama dalam mengatasi kenakalan remaja

dilembaga yang dipimpinnya. Dalam setiap lembaga pendidikan memiliki kepala

sekolah yang berkarakter dan berprinsip berbeda. Mereka memiliki strateginya

masing-masing didalam mengatasi segala permasalahan yang ada dilembaganya,

apa dan bagaimana sebab serta akibatnya. Kepala sekolah sebagai pemimpin

lembaga harus tahu apa saja yang sedang terjadi didalam lembaganya seperti

misalnya apa saja yang dibutuhkan oleh warga sekolahnya.

Kepala sekolah memiliki tanggung jawab yang besar serta peran yang sangat

penting dalam sebuah lembaga pendidikan. Kepala sekolah yang baik harus mampu

mengatur, menata, mengontrol serta memahami apa saja yang dibutuhkan oleh

warga sekolahnya, terutama bagi siswanya. Dalam lembaga pendidikan baik guru,

karyawan sekolah, maupun kepala sekolah harus saling membantu dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

Kepala sekolah sebagai penentu arah dari setiap kebijakan sekolah. Walaupun

pada kenyataannya pekerjaan kepala sekolah bisa dibantu oleh para wakilnya,

namun kepala sekolah tetap orang yang harus memegang kendali lembaga

sekolahnya.1 Suatu lembaga sekolah yang baik dan maju tak luput dari peran kepala

1
Amin Haris, Kepemimpinan pendidikan, (Bandung; Alfabeta CV, 2018),

1
2

sekolah yang hebat.2 Kepala sekolah yang hebat ini juga harus mampu memberikan

perubahan pada lembaganya agar bisa menjadi lembaga yang Mengutip dari

Priansa, ”Nilai-nilai yang menjadi prinsip kepala sekolah akan menjadi pusat dari

keseluruhan aktivitas kepala sekolah”.3

Ada beberapa indikator kepemimpinan kepala sekolah yang efektif,

diantaranya: (1) Menerapkan kepemimpinan partisipatif terutama dalam proses

pengambilan keputusan. Hal ini bisa dicontohkan dengan pengambilan suatu

keputusan melalui rapat dan musyawarah mufakat.(2) Kepala sekolah harus

mempunyai gaya kepemimpinan yang lugas. Lugas disini bisa diartikan pada

ketegasan saat berbicara, tidak bertele-tele, padat namun jelas. (3) Membimbing

dan memberikan arahan kepada guru dan siswa dalam pemecahan masalah.

Visi misi dan tujuan sekolah akan berhasil apa bila guru dan pegawai

lainnya serta siswa percaya pada kepemimpinan kepala sekolah. Karna tanggung

jawab kepala sekolah sangatlah besar, sehingga orang yang tidak mempunyai

kompeten didalam dirinya tidak akan mampu mengemban amanah serta sulit

dipercaya.

Dalam proses mengatasi konflik kepala sekolah SMPN 2 Larangan ini

dibantu oleh guru BK (Bimbingan Konseling) untuk bisa lebih jauh menganalisis

apa saja penyebab dari kenakalan siswanya. Siswa tidak hanya membutuhkan

2
Mulyasa, Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, (Jakarta; PT Bumi aksara, 2019)
3
Donni Juni Priansa, Rismi Somad, Manajemen supervisi dan kepemimpinan kepala sekolah
(Bandung: Alfabeta CV, 2014), 198
3

materi pelajaran berupa teori saja, namun bimbingan konseling pun diperlukan

karna pada hakikatnya setiap kehidupan pasti ada masalah.4 Bimbingan berarti

memberikan bantuan kepada seseorang atau kelompok untuk menentukan berbagai

pilihan secara bijakasana.5 Hidup di dunia kita memang diharuskan untuk memilih,

seperti misalnya pilihan untuk berbuat baik atau buruk.Sekalipun kita memilih

untuk berbuat baik, terkadang iman kita goyah dan alhasil tergelincir pada

perbuatan yang buruk. Sehingga pemantapan prilaku baik memang menjadi

perhatian utama bagi remaja saat ini.

Kenakalan remaja bagaikan fenomena gunung es yang semakin ditelisik

semakin kompleks permasalahannya. 6 Strategi yang digunakan oleh kepala sekolah

SMPN 2 Larangan terbilang cukup unik, ini dikarenakan sikap disiplin dan

ketegasananya dalam mengatur lembaga pendidikannya agar senantiasa

menghasilkan perubahan yang baik dan signifikan. Sejauh yang saya tahu, sangat

jarang kepala sekolah yang memiliki pemikiran untuk berkolaborasi dengan guru

BK (Bimbingan Konseling) guna mengatasi kenakalan siswanya. Pada umumnya

guru Bimbingan Konseling lah yang turun tangan langsung untuk mengatasi

permasalahan anak-anak didiknya.

Semua warga sekolah berperan dalam berlangsungnya kegiatan belajar

mengajar. Masing-masing warga sekolah melaksanakan tugasnya sesuai dengan

4
Lilis Satriah, Panduan bimbingan konseling pendidikan, (Bandung: Fokus Media, 2018), 21
5
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan konseling islam, (Jakarta: Amzah, 2016)
6
Dahlia Novarianing Asri, Kenakalan remaja; Suatu problematika sosial diera milenial, Prosiding
SNBK, Vol 2, No 1 , 2018, 1-8
4

jabatan serta statusnya. Misalnya TU, mereka melaksanakan tugas-tugas yang

berkaitan dengan administrasi sekolah dan pendataan para siswa dan lain

sebagainya. Contoh kedua, setiap siswa harus mengikuti seluruh mata pelajaran

yang suda terjadwal serta mematuhi peraturan yang ada. Bagi siswa yang

melanggar peraturan akan dikenakan sanksi, baik berupa teguran secara langsung

atau bahkan fatalnya bisa diberhentikan dari sekolah tersebut jika memang sudah

melampaui batas. Sudah tidak bisa dipungkiri lagi dalam setiap lembaga sekolah

pasti ada 1 atau 2 bahkan lebih siswa yang bermasalah (terlibat konflik), baik yang

bersifat ringan ataupun berat.

Didikan orang tua dirumah akan berpengaruh pula bagi didikan guru di

sekolah. Anak yang senantiasa diberi nasehat, selalu dilatih untuk berbuat jujur

secara tidak langsung akan membantu peran guru dalam mendidik siswanya di

sekolah, begitu juga sebaliknya. Jadi peran orang tua serta guru sama-sama sangat

penting dalam pembentukan kepribadian anak atau siswa agar menjadi remaja yang

berkualitas.7

Telah dijelaskan juga mengenai pentingnya memberi peringatan kepada

keluarga terdekat atau kerabat yaitu dalam Q.S Asy-Asyu’Ara’ ayat 214.

َ‫ع ِشي َْرتَكَ ْاْلَ ْق َربِيْن‬


َ ‫َوا َ ْنذ ِْر‬

7
Savitri Suryandari, Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kenakalan remaja, Jurnal inovasi
pendidikan, Vol 4, No 1, 2020, 23-29
5

Artinya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu

(Muhammad) yang terdekat.(Q.S Asy-Asyu’Ara’ ayat 214).8

Keluarga terdekat terutama orang tua wajib memberi peringatan kepada

anak-anaknya agar mereka senantiasa berada dijalan yang benar. Tidak

melalukan hal-hal memyimpang dan melanggar norma-norma yang ada yang

berdampak pada kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain.

Pertumbuhan dan perkembangan remaja tidak terlepas dari pengaruh

bawaan yang berkaitan dengan sifat-sifat genetika yang diturunkan oleh kedua

orang tua, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan teman maupun

lingkungan masyarakat umum. Kenakalan anak juga bisa disebabkan karna

faktor genetika. Dan kenakalan remaja memang senantiasa terjadi di dalam

lembaga pendidikan sekolah sudah terbilang makanan sehari-hari guru, namun

yang membedakan yaitu dari segi tingkatan ringan atau beratnya kenakalan

remaja dan bagaimana lembaga tersebut mengatasi permasalahan itu dengan

sebaik mungkin agar bisa menghasilkan jalan keluar.

Konflik mengenai kenakalan yang ada di SMPN 2 Larangan ini masih

tergolong pada jenis konflik yang ringan, yang mana untuk mengatasi konflik

tersebut tidak memerlukan begitu banyak partisipan, seperti misal harus

mendatangkan polisi, dishub, tentara dan lain sebagainya. Namun, Lembaga

tersebut mampu menyelesaikan konflik tersebut melalui orang-orang inti saja,

8
Q.S Asy-Asyu’Ara’, Ayat 214
6

yaitu Kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, siswa itu sendiri maupun orang

tua dan masyarakat sekitar.

Setiap pendidik selalu berharap yang terbaik dan mengupayakan

kebutuhan siswanya terpenuhi. Namun terkadang ada saja faktor penghambat,

seperti misalnya anak yang memang memiliki karakter susah diatur dan keras

kepala. Mereka yang demikian cenderung lebih susah diarahkan dan diberi

nasehat.Ini maksudnya anak yang sifatnya susah diatur pada saat diberi nasehat

tidak akan menggubris dan bersikap cuek.

Religiusitas pada diri anak juga berpengaruh pada kepribadian anak.

Religiusitas adalah internalisasi nilai-nilai agama dari dalam diri seseorang

yang berkaitan dengan kepercayaan terhadap ajaran agama baik didalam hati,

ucapan ataupun perbuatan. Kemudian kepercayaan ini implementasikan dalam

perbuataan dan tingkah laku sehari-hari. Anak yang terbiasa dibekali ilmu

agama yang kuat, kemungkinan untuk terpengaruh oleh hal-hal negatif bisa

dikatakan sangat rendah. Pengarahan melalui ajaran agama juga penting dalam

proses mengatasi kenakalan remaja, dengan cara mengajarkan apa-apa saja

yang dilarang dan diperintahkan oleh agama.9 Bimbingan moral serta agama

perlu dilakukan bagi remaja karna mereka masih bisa dikatakan memiliki

kepribadian yang labil dan belum bisa menempatkan diri dengan baik.10

9
Evi Aviyah,Muhammad Farid, Religiusitas, Kontrol diri, dan kenakalan remaja, Persona jurnal
psikologi Indonesia, Vol 3, No 2, 2014, 126-129
10
Dadan Sumara, Sahadi Humaedi, Meilanny Budiarti Santoso, Kenakalan remaja dan
penangannannya, Jurnal penelitian PPM, Vol 4, No 2 , 2017, 129-389
7

Pelanggaran norma-norma yang terjadi di SMPN 2 Larangan, misalnya

seperti merokok didalam kelas dan bolos. Merokok memang hukumnya sah-

sah saja, namun jika dilakukan didalam sekolah akan berbeda lagi, yaitu

dianggap sebagai pelanggaran. Ini disebabkan karna akan menyebabkan

ketidaknyamanan warga sekolah dari asap yang ditimbulkan.

Alasan lainnya juga karna siswa yang masih dibawah umur dianggap

belum pantas untuk merokok. Selanjutnya mengenai bolos,kita tau bahwa bolos

itu merupakan tindakan yang tidak baik. Ini karna akan berdampak besar baik

bagi sekolah maupun bagi anak yang sedang bolos itu sendiri. Anak yang

ketahuan bolos dengan seragam yang masih pakainya akan menggiring opini

masyarakat bahwa lembaga sekolahnya kurang memperhatikan siswanya,

padahal tidak demikian. Jika memang kepala sekolah ataupun guru mengetahui

bahwa siswanya akan bolos, tentu saja pihak sekolah akan melarangnya.

Dengan cara memahami apa-apa saja yang diinginkan dan faktor apa

saja yang menjadi alasan siswa berprilaku nakal harus segera diusut atau

ditangani agar nantinya tidak akan adalagi yang namanya pelanggaran norma

di lembaga sekolah. Sehingga warga sekolahpun serta masyarakat akan merasa

lebih nyaman dan damai. Misalnya seperti mendatangi rumah anak yang sedang

memiliki konflik disekolah dengan tujuan agar tahu alasan mereka melakukan

hal itu (bolos atau merokok). Berbicara dengan orang tua atau keluarga terdekat

dan sama-sama mencari jalan keluar yang nantinya diharapkan bisa berdampak

positif baik bagi sekolah, masyarakat dan anak itu sendiri.


8

Konflik mengenai kenakalan yang ada di SMPN 2 Larangan ini masih

tergolong pada jenis konflik yang ringan, yang mana untuk mengatasi konflik

tersebut tidak memerlukan begitu banyak partisipan, seperti misal harus

mendatangkan polisi, dishub, tentara dan lain sebagainya. Namun, Lembaga

tersebut mampu menyelesaikan konflik tersebut melalui orang-orang inti saja,

yaitu Kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, siswa itu sendiri maupun orang

tua dan masyarakat sekitar.

Kenakalan remaja adalah prilaku anak yang berusia kurang lebih 11-17

tahun yang berani melanggar status, membahayakan diri sendiri, merugikan

orang lain, baik secara materi ataupun fisik. Pelanggaran ini bisa berupa seperti

melawan orang tua, membolos, merokok, berkendara dengan kecepatan tinggi,

membahayakan diri sendiri dan orang lain, mabuk dan lain sebagainya.11

Kenakalan yang terjadi pada anak remaja sudah lumrah terjadi hampir diseluruh

dunia, khususnya Indonesia. Era globalisasi memberikan dampak yang sangat

luar biasa saat ini, yaitu menimbulkan Cultural Shock atau Syok Budaya.

Sehingga banyak sekali remaja yang yang kemudian mencari jalan pintas yang

salah untuk melampiaskannya.

Mereka banyak yang melakukan pelanggaran terhadap norma dan

hukum serta motivasi mereka melakukan hal itu hanya karna ingin memperoleh

penghargaan atas eksistensi dirinya dan mendapatkan perhatian dari banyak

11
Lis Binti Muawanah dan Herlan Pratikto, Kematangan emosi,konsep diri dan kenaklan remaja,
Jurnal psikologi, Vol 7, No 1, 2012, 490-500
9

orang. Ingin memperoleh eksitensi boleh-boleh saja,namun alangkah baiknya

dilakukan dengan cara yang positif dan memberikan dampak yang baik bagi

diri sendiri maupun orang lain.Mengutip dari pemahaman Kartono dalam

penjelasannya perkembangan fisik serta tenaga yang melimpah pada usia

remaja menyebabkan tingkah laku remaja terlihat kasar, canggung, berandalan

dan kurang sopan12.

Kenakalan remaja berdampak negatif baik bagi diri sendiri maupun

orang lain .Kenakalan remaja akan menghancurkan masa depan anak,

menghancurkan cita-cita yang diimpikan dan juga akan menghancurkan

harapan bangsa.13 Penerus bangsa yang dicetak dan diharapkan mampu

membawa nama baik Indonesia dan menjunjung tinggi prilaku yang baik,

tercoreng karna segelintir anak yang tidak mampu berprilaku baik dan tidak ada

kesadaran untuk intropeksi dalam meningkatkan kualitas diri.

Dalam penyelenggaraan sistem pendidikan yang baik, hendaknya

melihat atau berorientasi pada masa depan, memikirkan apa yang akan dihadapi

oleh anak cucunya kelak.14 Memikirkan dampak atas apa yang dilakukan

sangatlah penting, artinya dalam hal ini seseorang tersebut sudah

mengantisipasi apa saja hal yang kemungkinan terjadi jika mereka melakukan

12
Amelia Dwi Syifaunnufush dan R.Rachmy Diana, Kecenderungan kenakalan remaja ditinjau dari
kekuatan karakter dan persepsi komunikasi empatik orang tua, Jurnal psikologi integrative, Vol 5, No
1, 2017, 47-68
13
Andrianto, Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di Lebak Mulyo kecamatan Kemuning kota
Palemban, Jurnal PAI Raden fatah, Volume 1, No 1, 2019
14
Nurkholis, Pendidikan dalam upaya memajukan teknologi, Jurnal kependidikan, Vol 1, Nomor 1,
2013
10

suatu perbuatan. Hal tersebut serupa dengan pembahasan kali ini yaitu

berprilaku baik bisa dijadikan sebagai pedoman bagi anak remaja dalam

membiasakan diri untuk terhindar dari penyimpangan dan mampu memberikan

contoh yang baik terhadap anak cucunya kelak.

Berdasarkan uraian konteks penelitian diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Strategi kepala sekolah dalam mengatasi

kenakalan remaja dengan memberi judul “Strategi kepala sekolah dalam

mengatasi kenakalan di SMPN 2 Larangan Pamekasan”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang

menjadi fokus penelitian dalam pembahasan skripsi yang akan diajukan yaitu:

1. Bagaimana strategi kepala sekolah dalam mengatasi kenakalan remaja

yang terjadi di SMPN 2 Larangan?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja yang terjadi di

SMPN 2 Larangan?

3. Apa saja faktor penghambat dalam mengatasi kenakalan yang terjadi di

SMPN 2 Larangan?

C. Tujuan Penelitian

Sebagaimana mestinya, setiap usaha yang dilakukan oleh seseorang pasti

memiliki tujuan. Tujuan merupakan salah satu pedoman dalam satu penelitian,

maka dari itu dibutuhkan upaya dan cara-cara tertentu guna mencapai tujuan,

begitu juga dengan penelitian ini diadakan dengan tujuan:


11

1. Untuk mendeskripsikan tentang strategi kepala sekolah dalam mengatasi

kenakalan remaja yang terjadi di SMPN 2 Larangan.

2. Untuk mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

kenakalan remaja yang terjadi di SMPN 2 Larangan

3. Untuk mendeskripsikan mengenai faktor penghambat dalam mengatasi

kenakalan yang terjadi di SMPN 2 Larangan

D. Kegunaan Penelitian

Sebuah penelitian yang digunakan ada 2 macam kegunaan yaitu kegunaan

secara teoritis dan juga praktis. Dalam kegunaan secara teoritis penelitian ini

diharapkan mampu menjadi suatu inspirasi didalam upaya mengatasi segala macam

bentuk kenakalan remaja yang ada di SMPN 2 Larangan. Dan adapun kegunaan

secara praktisnya, penelitian ini dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu

diantaranya:

1. Bagi SMPN 2 Larangan, hasil penelitian ini sebagai tolok ukur bagaimana

mengatasi kenakalan remaja yang ada pada sekolah tersebut.

2. Bagi peserta didik SMPN 2 Larangan, hasil penelitian ini sebagai peringatan

tentang apa saja dampak negatif yang disebabkan oleh kenakalan remaja.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya, untuk menambah wawasan serta mampu

menerapkan strategi-strategi yang mampu mengatasi kenakalan remaja agar

generasi muda Indonesia mampu merubah kebiasaan buruk mereka menjadi

hal-hal yang positif..


12

E. Definisi Istilah

Definisi istilah disini dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman

terhadap istilah-istilah yang digunakan pada pendekatan ini, maka dari itu penulis

perlu memberikan pengertian terhadap istilah yang ada.

1. Strategi kepala sekolah adalah suatu cara atau metode yang digunakan

oleh kepala sekolah dalam mencapai tujuan yang sudah direncankan

dalam upaya meminimalisir kegagalan. Strategi ini merupakan salah satu

kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam mewujudkan

sebuah visi dan misi sekolah.

2. Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma-norma

atau aturan serta hukum yang berlaku ditengah-tengah masyarakat yang

dilakukan pada rentan usia. Kenakalan Remaja merupakan

gejala sosial pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian

sosial yang pada akhirnya menyebabkan perilaku menyimpang. Bentuk

dari kenakalan remaja yang terjadi di SMPN 2 Larangan tersebut berupa

merokok didalam kelas dan juga bolos sekolah.

Jadi, definisi istilah dari strategi kepala sekolah dalam mengatasi

kenakalan remaja di SMPN 2 Larangan adalah cara bagaimana kepala sekolah

dalam mengatasi berbagai konflik yang sedang terjadi dalam lingkungan

lembaga pendidikan guna memberikan bimbingan yang terbaik kepada anak

didiknya agar mampu menjadi pribadi yang senantiasa memiliki pengaruh

positif terhadap lingkungan sekitar. Terlebih lagi dalam menyikapi atau


13

mengatasi kebiasaan buruk siswa SMPN 2 Larangan yang merokok didalam

kelas dan bolos sekolah.

F. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti guna mencari perbandingan

dan juga kesamaan antar peneliti yang sekarang dengan yang terdahulu.

1. Iskandar, Institut Agama Islam Negeri Parepare, Skripsi yang berjudul Prilaku

Kenakalan Remaja Di Desa Tubo Tengah Kecamatan Tubo Senjana Kabupaten

Majene, Dalam skripsinya menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya

kenakalan remaja didasari oleh motivasi yang salah. Suatu tingkah laku tidak

disebabkan oleh suatu motivasi saja, melainkan dapat oleh berbagai motivasi

yaitu salah satu contohnya anaka nakal mungkin saja disebabkan karna adanya

balas dendmam terhadap orang tua karna orang tua terlalu otoriter atau kejam,

atau orang tua yang tidak pernah memberikan kasih saying dan perhatian

kepada anaknya atau orang tua yang tidak adil terhadap sesama anak-anak. Dan

dalam skripsinya ia juga menyebutkan bahwa ada 2 faktor penyebab kenakalan

remaja, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal disini misalnya

seperti faktor keturunan yang bersifat biologis psikis, pembawaan negatif yang

mengarah pada perbuatan nakal, ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan dan

lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternalnya yaitu seperti misalnya rasa

cinta dari orang tua dan lingkungan, kurangnya pemahaman terhadap remaja-
14

remaja dari lingkungan keluraga, sekolah, dan masyarakat serta pengawasan

yang kurang efektif.15

2. Inggit Ginarsih, Institut Agama Islam Negeri Metro, dengan judul skripsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan siswa di SMPN Darma Bakti

Kecamatan Punggur Lampung Tengah, dalam skripisinya Broken home

terutama perceraian atau perpisahan orang tua dapat mempengaruhi

perkembangan anak. Dalam hal ini anak frustasi, konflik-konflik psikologi

sehingga keadaan ini dapat mendorong anak menjadi nakal. Serupa dengan

skripsi Iskandar diatas, bahwa faktor penyebab kenakalan anak atau remaja di

lingkungan keluarga di sebabkan karena rasa 16 cinta kasih sayang yang tidak

merata terhadap anak-anak, kesibukan orang tua, kurang mengetahui cara

mendidik anak yang baik.

Iskandar, “Prilaku Kenakalan Remaja Di Desa Tubo Tengah Kecamatan Tubo Senjana Kabupaten
15

Majene”, 32, 2019


BAB II

KAJIAN TEORI

1. Kajian Kepala Sekolah

a. Pengertian Kepala sekolah

Kepala sekolah berasal dari kata, “kepala” dan “sekolah”, kata kepala

disini diartikan sebagai ketua atau seorang pemimpin organisasi ataupun

lembaga. Sekolah memiliki artian yaitu sebuah lembaga tempat penerimaan dan

pemberian pelajaran. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kepala sekolah

adalah seorang pemimpin sekolah atau satuan pendidikan tempat penerimaan

dan pemberian pelajaran.1

Kepemimpinan memiliki beberapa implikasi yang diantaranya, pertama

Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain yaitu para karyawan

atau bawahan. Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk

menerima arahan dari pemimpin. Kedua, Seorang pemimpin yang efektif

adalah seseorang dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk

mencapai kinerja yang rnemuaskan. Kekuasaan itu dapat bersumber dari:

hadiah, hukuman, otoritas, dan karisma. Dan yang ketiga, Pemimpin harus

memiliki kejujuran terhadap diri sendiri, sikap bertanggung jawab yang tulus,

pengetahuan, keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan, kepercayaan pada

diri sendiri dan orang lain dalam membangun sekolah.

1
Yulius Mataputun, Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Kecerdasan Intelektual, Emosional, Dan
Spiritual Terhadap Iklim Sekolah, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2018), 330

15
16

Kepemimpinan kepala sekolah harus kuat dan berkualitas sesuai dengan

perkembangan zaman. Kepala sekolah juga dituntut memiliki kemampuan dan

keterampilan kepemimpinan agar tujuan dan program yang telah dibina dapat

tercapai secara efektif, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Meningkat tidaknya mutu sekolah tergantung pada kebijaksanaan kepala

sekolah yang diterapkan terhadap semua aparatur sekolah. Kepala sekolah

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya memerlukan model dan gaya

kepemimpinan.

Model dan gaya kepemimpinan kepala sekolah bukanlah suatu

kebetulan, akan tetapi ada nilai-nilai yang mendasarinya. Owens menyodorkan

beberapa dimensi, salah satunya yaitu dimensi soft yang mempengaruhi

terhadap kinerja individu dan mutu, yaitu nilai-nilai (values), keyakinan

(belief), budaya (culture) dan norma perilaku. Nilai-nilai adalah pembentuk

budaya dan merupakan dasar dan landasan bagi perubahan dalam hidup pribadi

atau kelompok.2

Kepala sekolah mengupayakan teamwork yang kompak/kohesif dan

cerdas, serta membuat saling terkait dan terikat antar fungsi dan antar warganya,

menumbuhkan solidaritas/kerjasama/kolaborasi dan bukan kompetisi sehingga

terbentuk iklim kolektifitas yang dapat menjamin kepastian hasil output

sekolah. Kepala sekolah menciptakan situasi yang dapat menumbuhkan

2
Akhmad Said, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Melestarikan Budaya Mutu Sekolah,
EVALUASI. Vol.2, No. 1, Maret 2018
17

kreativitas dan memberikan peiuang kepada warganya untuk melakukan

eksperimentasi-eksperimentasi untuk menghasilkan kemungkinan-

kemungkinan baru, meskipun hasilnya tidak selalu benar (salah). Dengan kata

lain, kepala sekolah mendorong warganya untuk mengambil dan mengelola

resiko serta melindunginya sekiranya hasilnya salah.

Kepala sekolah yang mampu memerankan dirinya secara efektif dan

efisien dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi terwujudnya

kualitas atau mutu sekolah. Oleh karena itu, seseorang yang akan diangkat

menjadi kepala sekolah wajib memenuhi Standar Kualifikasi dan Standar

Kompetensi Kepala Sekolah sebagaimana tercantum pada lampiran peraturan

menteri. Permen tersebut merupakan suatu kemajuan positif dalam upaya

mencari dan menetapkan figur pengelola sekolah yang bermutu. 3

b. Peran Kepala Sekolah dan Dalam Pendidikan

Kepala sekolah memiliki kewenangan untuk mengatur segala sesuatu

dalam sebuah lembaga yang dipimpin. Kepala sekolah harus paham tentang

pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pada tahap evaluasi

sebagai bahan pertimbangan dan juga pembinaan guru dalam meningkatkan

kinerja serta tercapainya visi dan misi sekolah tersebut.4 Selain itu kepala

sekolah juga memiliki tugas memonitoring atau mengawasi kinerja guru dan

3
Siti Julaiha, Konsep Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tarbiyah Wa Ta’lim : Jurnal Penelitian
Pendidikan dan Pembelajaran , Volume 6 No.3, November 2019
4
Budi Suhadirman, Studi Pengembangaan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), 2
18

juga siswanya yang bertujuan agar berjalan sebagai mana mestinya yaitu

mengikuti norma-norma yang berlaku. Berbicara mengenai kenakalan remaja

ini, upaya untuk mengatasi hal tersebut tidak cukup hanya bergantung pada 1

pihak saja, namun kekompakan dari berbagai pihak harus diikutsertakan agar

mampu memaksimalkan upaya tersebut. Seperti halnya dari lingkungan

keluarga, yaitu satu lingkungan yang sangat berperan sepanjang sejarah

kehidupan manusia.5

Keluarga merupakan salah satu lingkungan yang mampu memberikan

didikan moral secara maksimal. Keluarga menjadi salah satu kunci

terbentuknya kepribadian remaja agar menjadi pribadi yang memiliki pengaruh

positif terhadap lingkungan dan orang-orang sekitar.

Lingkungan keluarga yang harusnya menjadi lahan subur untuk men

yemai niliai-nilai karakter, justru menjadi penjara yang penuh kekerasan.6 Tak

jarang ditemukan banyak orang tua yang mengabaikan anak-anaknya karna

alasan tuntutan ekonomi, seperti halnya bekerja siang-malam. Orang tua sudah

sepatutnya harus peka terhadap kebutuhan anaknya, baik secara moral maupun

material. Kasih sayang orang tua dan perhatiannya begitu sangat berpengaruh

bagi berlangsungnya masa depan mereka.

Anak yang merasa asing dalam keluarganya karna kurangnya perhatian

akan cenderung mencari perhatian diluar lingkungan keluraga. Sehingga dari

5
Aat Syafaat dkk, Peranan Pendidikan Agama islam , (Jakarta: Rajagrafindo Persada , 2004, ), 89
6
Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter Di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2016), 5
19

situlah terkadang anak juga tidak dapat memilih sesuatu hal yang mana

seharusnya ditinggalkan dan dijalankan. Disamping itu juga permasalahan

keluarga yang kurang harmonis juga menjadi pemicu kenakalan remaja apabila

orang tua tidak bisa memberikan pemahaman kepada anaknya. Orang tua yang

hanya memikirkan egonya sendiri secra tidak langsung telah melukai perasaan

anaknya, mereka akan merasa ditinggalkan dan tidak dipedulikan.

c. Kepala Sekolah Sebagai Leader

Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah juga bertugas dalam

pengendalian, mempengaruhi dan mendorong bawahannya dalam menjalankan

tugas dengan jujur, tanggung jawab, efektif dan efisien. Diharapkan dengan

adanya hal-hal yang harus dimiliki oleh kepala sekolah tersebut nantinya bisa

meningkatkan rasa tanggung jawab para guru terhadap pekerjaannya serta

mampu memberikan arahan kepada siswa mengenai apa saja yang seharusnya

dipatuhi. Kepala sekolah sepatutnya mampu memberikan cerminan diri yang

baik bagi warga sekolahnya. Kepala sekolah yang baik harus memiliki sifat

keteladanan, memotivasi dan mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap

sekolah.7

Peran penting kepala sekolah lainnya yaitu sebagai supervisor, yakni

memberikan bantuan yang bersifat membina, membimbing dan mengarahkan

perkembangan para personel sekolah. Bantuan yang diberikan kepada personel

pendidikan untuk mengembangkan proses pendidikan yang lebih baik dan

7
Azharuddin, Peran Dan Fungsi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru, IHAFAS
Vol. 3, No. 2, Desember 2020, 164
20

upaya meningkatkan segala aspek pendidikan. Adapun tugas kepala sekolah

sebagai supervisor dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13

Tahun 2007 mencakup sebagai berikut: merencanakan program supervisi

akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru; melaksanakan

supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik

supervisi yang tepat; menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru

dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, di antaranya adalah bahwa

tugas dan fungsi dari supervisi ini adalah untuk memberdayakan sumber daya

sekolah termasuk guru.

Selain itu kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk

memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan

berbagai tugas dan fungsinya. Dorongan dan penghargaan merupakan dua

sumber motivasi yang efektif diterapkan oleh kepala sekolah. Keberhasilan

suatu organisasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang datang dari

dalam maupun datang dari lingkungan. Dari berbagai faktor tersebut, motivasi

merupakan suatu faktor yang cukup dominan dan dapat menggerakkan faktor-

faktor lain ke arah keefektifan kerja, bahkan motivasi sering disamakan dengan

mesin dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerak dan pengarah..8

Kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya perlu memiliki prinsip –

prinsip kepemimpinan. Prinsip kepemimpinan kepala sekolah tersebut antara

lain konstruktif, kreatif, partisipatif, kooperatif, delegatif, integratif, rasional

8
Ibid. 164
21

dan objektif. Keberadaan kepala sekolah dalam setiap jenjang pendidikan

sangatlah penting. Dengan terpusatnya kewenangan sekolah ditangan kepala

sekolah, maka sekolah menjadi fitur sentral sebagai pemimpin tertinggi dan

menjadi penentu keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

Keberadaan kepala sekolah kaitannya dengan keberhasilan mencapai tujuan

pendidikan, sangat ditentukan oleh pengelolaan sekolah. Pengelolaan sekolah

yang berhasil sangat ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah.

Keberadaan kepala sekolah tersebut sangat terkait dengan kemampuan dalam

mengelola sekolah.

Tugas dan tanggung jawab merupakan sesuatu hal yang harus

dilaksanakan oleh seseorang dalam memangku suatu jabatan. Demikian pula

dengan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah. Kepala sekolah adalah

pemimpin pendidikan yang memiliki peranan sangat besar dalam

mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Berkembangnya semangat kerja,

kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana

kerja yang menyenangkan dan perkembangan mutu profesional di antara para

guru, banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Dengan

demikian kepala sekolah adalah salah satu kunci keberhasilan sekolah dalam

mencapai tujuannya.9

2. Kajian Mengenai Kenakalan Remaja

9
Sri Purwanti, Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Guru Dan
Pegawai Di Sma Bakti Sejahtera Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur, eJournal Administrasi
Negara, Volume 1, Nomor 1, 2013: 210-224
22

a. Pengertian Kenakalan remaja

Istilah kenakalan remaja ini juga disebut sebagai Juvenile Delinquency.

Kata juvenile berasal dari Bahasa Latin juvenilis yang memiliki makna anak-

anak, anak muda, sifat-sifat khas pada periode remaja. Disamping itu, kata

delinquent memilki pengertian terabaikan, yang kemudian diperluas lagi

artinya menjadi jahat, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau,

penteror, dan tidak dapat diperbaiki lagi.10

Pada umumnya anak remaja ini mempunyai kebiasaan yang aneh dan

juga ciri khas tertentu, contohnya seperti cara berpakaian yang mencolok,

memakai bahasa-bahasa yang kotor, dan mereka juga mempunyai tingkah laku

yang selalu mengikuti tren remaja pada saat ini.11 Hal lain juga ditunjukkan

melalui gaya hidup anak remaja saat ini yang lebih kearah barat-baratan atau

western. Hidup ke arah barat-baratan disini sangat berdampak buruk terhadap

kepribadian remaja, yang mana dari gaya hidup seperti ini secara tidak

langsung mendorong remaja untuk bergaya hidup konsumtif.

Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat bahwa terjadi

peningkatan jumlah kejahatan terhadap anak sepanjang tahun 2013-2014 (KPP

& PA, 2015). Tahun 2013, pengaduan kejahatan yang dilakukan oleh anak

10
Een, Umbu Tagela , Sapto Irawan, “Jenis-jenis kenakalan remaja dan faktor-faktor yang
mempengaruhi di desa Merak Rejo kecamatan Bawen kabupaten semarang”, Jurnal Bimbingan dan
Konseling Terapan Volume 04 Number 01 2020, 33
11
Pusnita Baharudin, John. D. Zakarias, Juliana Lumintang” Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kenakalan remaja (Suatu Studi di Kelurahan Kombos Barat Kecamatan Singkil Kota Manado)”, Vol.
12 No. 3 Juli – September 2019, 3
23

sebesar 1.121, sedangkan ditahun 2014 tercatat 1.851 pengaduan tentang

kejahatan dengan pelaku anak meningkat sejumlah 730 kasus. Hampir 52

persen dari angka itu adalah kasus pencurian yang diikuti dengan kasus

kekerasan, perkosaan, narkoba, judi, serta penganiayaan (KPP & PA, 2015).

Data yang dihimpun oleh Pusat Data Anak (KPP & PA, 2015) juga

menunjukkan tren serupa. Secara keseluruhan, ada sekitar 2.879 anak

melakukan tindak kekerasan dan harus berhadapan dengan hukum: 9 persen

(259 kasus) di antaranya dilakukan oleh anak berusia 6-12 tahun sedang 91

persen (2.620 kasus) dilakukan oleh anak berusia 13- 18.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja

Willis (2012:90) berpendapat bahwa “kenakalan remaja adalah tindak

perbuatan para remaja yang melalukan pertentangan dengan hukum, agama,

dan norma-norma masyarakat yang berlaku, sehingga berdampak pada hal yang

merugikan orang lain, mengganggu ketentraman umum dan serta juga bisa

merusak dirinya sendiri”. Willis juga mengungkapkan bahwa kenakalan

remaja disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

a. Faktor-faktor di dalam diri anak itu sendiri

i. Predisposing

Faktor ini merupakan faktor yang memberikan kecenderungan tertentu

terhadap perilaku remaja. Faktor tersebut merupakan bawaan sejak lahir,

atau kejadian-kejadian ketika kelahiran bayi.


24

b) Lemahnya Pertahanan Diri

Faktor ini ada dalam diri gunanya mengontrol dan mempertahankan diri

terhadap pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh lingkungan.

b. Faktor-faktor di rumah tangga

a. Anak kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tua.

Karena kurangnya perhatian dan juga kasih sayang dari orang tua, maka

bisa dipastikan yang dibutuhkan pada saat itu terpaksa mencari

kebebasan di luar rumah.

b. Rendahnya keadaan ekonomi orang tua baik yang bertempat tinggal di

desa maupun kota, merupakan penyebab ketidak mampuan mencukupi

segala kebutuhan anak-anaknya. Apalagi dengan adanya jaman seperti

saat ini,banyak sekali pada masa remaja mereka yang penuh dengan

keinginan dan cita-cita.

c. Kehidupan keluarga yang tidak harmonis juga menjadi salah satu faktor

yang memicu. Sebuah keluarga dikatakan harmonis apabila struktur

keluarga itu utuh dan interaksi diantara anggota keluarga berjalan

dengan baik.

c. Faktor-faktor di masyarakat

1. Kurangnya Pelaksanaan Ajaran-Ajaran Agama, terutama di lingkungan

masyarakat yang minim dalam pelaksanaan ajaran agama yang

dianutnya.
25

Pengaruh Norma Baru Dari Luar, tak jarang orang beranggapan bahwa

setiap norma yang berasal dari luar itu memiliki pengaruh atau dampak

yang baik.

Kenakalan remaja dianggap merupakan suatu masalah sosial yang disebabkan

oleh berbagai faktor salah satunya adalah lingkungan. Sebagai makhluk sosial, manusia

tidak bisa hidup sendirian, saling terikat dan berhubungan dengan lingkungannya serta

memberikan timbal balik atas semua yang dilakukan. Oleh karena itu, setiap perilaku

yang dilakukan oleh individu akan memunculkan tanggapan yang berbeda dari

berbagai pihak. Tanggapan yang diberikan oleh lingkungan juga akan berbeda pula

sesuai dengan hubungan yang dimiliki antara individu dengan lingkungan tersebut.

Malihah, Wilodati dan Jerry menjelaskan bahwa pada dasarnya remaja bukalah sautu

individu yang menyimpang, mereka melakukan penyimpangan karena adanya interaksi

yang intensif dengan kelompok pertemanan yang berisi remaja-remaja yang

menyimpang dan lingkungan yang buruk.

Dari interakasi yang intensif tersebut akhirnya memunculkan suatu pola

perilaku yang menyimpang pula. Menurut Hurlock (1998) salah satu tugas

perkembangan remaja adalah penyesuaian sosial denga lawan jenis dan lingkungan lain

diluar keluarganya. Oleh karena itu, remaja akan lebih sering bersama dengan

lingkungan pertemanannya dibanding dengan keluarganya. Mereka harus mampu


26

untuk menyesuaikan diri dengan kuatnya pengaruh yang ada di lingkungan

pertemanannyau12

Mengutip dari KOMPAS.com, di dekat Apotek Roxy Mangga Besar,

Kecamatan Tamansari 02.00 Jakarta Barat, Minggu 20 Maret 2022 sekitar pukul 02.00

dini hari telah terjadi aksi tawuran remaja. Pada kejadian tersebut Polisi mengamankan

dua kelompok remaja yang saling baku hantam. Aksi tersebut dilakukan tanpa

menggunakan senjata alias dengan tangan kosong. Diduga tawuran tersebut terjadi

karna motif saling mengejek. Dari kejadian tersebut Kapolsek Tamansari AKBP

Rohman Yonky mengatakan bahwa pihaknya telah mengamankan 12 peserta tawuran

yang terlibat didalamnya. Namun mengingat usia mereka yang masih di bawah 17

tahun, akhirnya ke-12 pelaku tawuran tersebut dikembalikan kepada orang tua masing-

masing, setelah sebelumnya diberikan pembinaan.13

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja ini juga disebabkan dari

lingkungan pertemanan, kurangnya pengawasan dari orang tua dan juga minimnya

kontrol diri untuk menguasai keadaa yang sedang dihadapi. Melihat fakta di lapangan,

tak sedikit remaja Indonesia yang bermasalah dalam pergaulan yang disebabkan

kurangnya pengetahuan mereka akan pentingnya membentengi diri dari pergaulan

yang tidak sehat. Berangkat dari rasa keingin tahuan untuk melakukan sesuatu hal yang

belum pernah dilakukan mereka sebelumnya merupakan alasan yang sering kali

12
Febriana Dwi Wanodya Mukti dan Nurchayati, Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency): Sebuah
Studi Kasus Pada Remaja Laki-Laki Yang Terjerat Kasus Hukum, Volume 06. Nomor 01. (2019) :
Character : Jurnal Penelitian Psikologi
13
Kompas.com - 21/03/2022, 11:08 WIB
27

ditemukan mengapa mereka terjebak dalam prilaku kenakalan remaja. Akhirnya

seiring berjalannya waktu secara sadar ataupun tidak mereka terlena dan terjebak dalam

kenakalan remaja.

Kenakalan remaja di era modem ini sudah melebihi Batas yang sewajamya. Banyak

anak di bawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, freesex, dan terlibat banyak

tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat dipungkuri lagi, kita dapat

melihat brutalnya remaja zaman sekarang. Masalah kenakalan remaja dewasa ini

semakin dirasakan masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara

berkembang. Dalam kaitan ini, masyarakat Indonesia telah mulai pula merasakan.

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma

hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya

sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Kenakalan-kenakalan remaja saat ini semakin

meningkat dan semakin beragam, namun pernahkah disadari bahwa

kenakalankenakalan yang ditimbulkan remaja, bukan hanya tanggung jawab remaja itu

sendiri, akan tetapi merupakan tanggung jawab orangorang di sekitar mereka.14

Disamping itu juga, para remaja Setiap akan melakukan tindakan atau melakukan

suatu sikap tertentu dilakukan oleh sebuah motivasi dan motivasi atau dorongan

tersebut tidak hanya satu motivasi melainkan dapat dari berbagai motivasi. Misalnya,

seorang anak bersikap nakal di sekolah terhadap adik kelasnya, karena memiliki

pengalaman terhadap kakak kelas yang juga bersikap sama terhadapnya. Motivasi atau

14
Fahrul Rulmuzu, Kenakalan Remaja Dan Penanganannya, Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan , Vol.
5. No. 1 Januari 2021, 366
28

dorongan-dorongan tersebut dapat dimasukkan ke dalam faktor-faktor penyebab

munculnya kenakalan remaja.15

Orang tua yang sibuk bekerja menyebabkan bekurangnya interaksi orang tua

dengan anak. Hal ini akan berdampak pada pembentukan kepribadian anak dan remaja

menjadi lebih dipengaruhi oleh sekolah dan lingkungan sosialnya, bahkan peran media

massa mungkin akan menggantikan peran yang lain. Kurangnya perhatian orang tua,

kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas. Dalam

rentang waktu kurang dari dasawarsa terakhir, pergaulan bebas yang merupakan

kenakalan remaja, semakin menunjukkan peningkatan yang sangat memprihatinkan.

Di antara berbagai macam pergaulan bebas adalah seks bebas, kasus tawuran dan

pecandu alkohol.16

Mengutip dari Syamsul Yusuf seorang ahli psikologi remaja mengatakan remaja

berada dalam dua situasi. Yaitu dalam lingkungan kondusif maupun tidak kondusif.

Artinya apabila remaja berkembang dalam lingkungan yang kondusif, merka akan

memperoleh sifat-sifat yang positif yang bisa mengembangkan nilai-nilai. Begitu pula

sebaliknya apabila remaja berkembang dalam lingkungan tidak kondusif, mereka akan

mendapatkan nilai-nilai yang negatif. Hal ini bisa di katakan berpengaruh terhadap

keluarga dan lingkungan hidupnya, apakah remaja tersebut hidup di lingkungan yang

kondusif ataupun tidak yang akan membawa perilaku mereka yang positif atau negatif.

15
Uut Triwiyarto, Studi Kasus Tentang Penyebab Kenakalan Remaja, Skripsi Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2015
16
Darnoto dan Hesti Triyana Dewi, Pergaulan Bebas Remaja Di Era Milenial Menurut Perspektif
Pendidikan Agama Islam, Jurnal Tarbawi Vol. 17. No. 1. Januari - Juni 2020
29

Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak emosi dan ketidak seimbangan yang

tercantum dalam ketidakseimbangan, yang tercakup dalam “strom and stress” sehingga

remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungan. Hal ini disebabkan karena pada masa

tersebut, remaja berada dalam kondisi yang tidak menentu, pertentangan-pertentangan

dan krisis penyesuaian diri, kecend erungan mengalami peningkatan konflik dengan

orangtua, impian dan khayalan, perilaku berpacaran dan percintaan, serta keterasingan

dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan. Pada masa “storm dan stres” ini, bila

dapat terarah dengan baik, maka remaja dapat menjadi seorang individu yang memiliki

rasa tanggung jawab, tetapi bila tidak terarah dengan baik, maka dapat menjadi seorang

yang tidak memiliki masa depan yang baik.

Pada masa ini, remaja juga mengalami banyak perubahan. Perubahan yang terjadi

yaitu perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Perubahan biologis meliputi

perubahan fisik, termasuk perkembangan otak, perubahan hormon pubertas,

pertambahan tinggi dan berat badan. Perubahan kognitif meliputi perubahan dalam

pikiran dan kecerdasan individu. Perubahan sosioemosional meliputi perubahan dalam

hubungan seseorang dengan orang lain termasuk dalam emosi strom and stress.17

C. Upaya Mengatasi Kenakalan Remaja

Upaya untuk menanggulangi kenakalan remaja tidak bisa dilaksanakan oleh tenaga

ahli seperti pisikomotor, konselor, dan pendidik, melainkan dengan kerjasama semua

17
Ismuzzakky.H, Gaya Hidup Remaja Di Era Millenial (Studi di Gampong Air Pinang Kecamatan
Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan), Skripsi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Darussalambanda Aceh 1440 H/ 2019 M
30

pihak antara lain orang tua, guru, pemerintah dan masyarakan. Selain itu persoalan

mengenai kenakalan remaja tidak dapat diselesaikan hanya melalui ceramah dan

pidato, akan tetapi lebih baik dilakukan dengan perbuatan nyata. Menurut Ayuningtyas

upaya yang dilakukan dalam menanggulangi perilaku kenakalan remaja adalah sebagai

berikut yang diantaranya, dengan Upaya tersebut diantaranya: Pertama, Upaya di

keluarga yaitu Orang tua menciptakan keluarga yang harmonis, terbuka dan jauh dari

kekacauan. Dengan keadaan keluarga yang seperti ini, dapat membuat remaja lebih

sering tinggal dirumah daripada diluar rumah.

Orang tua harus memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak

remaja. Orang tua memberikan perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anak.

Orang tua memberikan kemerdekaan kepada anak remaja untuk mengemukakan

pendapatnya dalam batas-batas kewajaran tertentu. Dengan tindakan seperti ini, anak-

anak dapat berani untuk menentukan langkahnya, tanpa ada keraguan dan paksaan dari

berbagai pihak. Sehingga mereka dapat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap apa

yang mereka kerjakan.

Yang kedua, Upaya di sekolah. Yaitu Guru harus menegakkan disiplin sekolah

yang wajar dan dapat diterima siswa dan penghuni sekolah. Disiplin yang baik dan

wajar dapat diterapkan dengan pembentukan aturan-aturan yang sesuai dan tidak

merugikan berbagai pihak. Guru seharusnya melaksanakan peraturan dengan adil dan

tidak pandang bulu. Tindakan dilakukan dengan cara memberikan sangsi yang sesuai

terhadap semua siswa yang melanggar peraturan tanpa melihat keadaan orang tua siswa
31

tersebut. Seperti siswa yang berasal dari keluarga terpandang atau pejabat. Guru

memahami aspek-aspek pisikis yang ada pada siswa.

Dengan Adanya bagian bimbingan dan konseling di sekolah supaya dapat

memberikan jalan keluar terhadap masalah siswa. Yang ketiga, Upaya di masyarakat

yaitu Menegur remaja-remaja yang sedang melakukan tindakan-tindakan yang telah

melanggar norma. Menjadi teladan yang baik bagi remajaremaja yang tinggal di

lingkungan tempat tinggal. Mengadakan kegiatan kepemudaan di lingkungan tempat

tinggal. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan melibatkan remajaremaja untuk

berpartisipasi aktif.18

Selain itu Ada juga beberapa Upaya penaggulangan kenakalan remaja, yiatu secara

represif adalah suatu usaha atau tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan

remaja sesering mungkin atau menghalagi timbulnya peristiwa yang lebih kuat. Yang

mana Upaya ini bisa diwujudkan dengan jalan memberi peringatan atau hukuman

kepada remaja diliquent terhadap setiap pelangaran yang dilakuan setiap remaja.

Bentuk hukuman tersebut bersifat psikologis yaitu mendidik dan menolong agar

mereka menyadari akan perbuatannya dan tidak akan mengulangi kesalahannya.

Upaya penaggulangan secara represif dari lingkungan keluarga dapat ditempuh dengan

jalan memdidik anak hidup disiplin terhadap peraturan yang berlaku dan bila dilanggar

harus ditindak atau diberi hukuman sesuai dengan perbuatannya.

18
Lilis Karlina, Fenomena Terjadinya Kenakalan Remaja, Jurnal Edukasi Nonformal, 155
32

Kemudian penanggulangan kenakalan remaja dengan Tindakan kuratif dan

rehabilitasi dalam mengatasi kenakalan remaja berarti usaha untuk memulihkan

kembali (menolong) anak yang terlibat kenakalan agar kembali dalam perkembangan

yang normal atau sesuai dengan aturan-aturan/norma-norma hukum yang berlaku.

Sehingga pada diri siswa tumbuh kesadaran dan terhindar dari keputusasaan (frustasi).

Penanggulangan ini dilakukan melalui pembinaan secara khusus maupun perorangan

yang ahli dalam bidang ini.19

19
Nurotun Mumtahanah, Upaya Menanggulangi Kenakalan Remaja Secara Preventif, Refresif, Kuratif
Dan Rehabilitasi, AL HIKMAH Jurnal Studi Keislaman, Volume 5, Nomor 2, September 2015, 270
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif

disini merupakan prosedur penelitian yang nantinya menghasilkan data

deskriptif baik berupa kata tertulis dan lisan dari orang serta perilaku yang dapat

diamati. Jadi, pendekatan kualitatif ini dilaksanakan karena penulis ingin

menggali mengenai fenomena-fenomena yang bersifat deskriptif yaitu

menggambarkan tentang apa, mengapa, dan bagaimana suatu kejadian secara

detail dan mendalam. Tentunya seorang peneliti harus mendatangi langsung ke

lokasi peneliti untuk melihat dan kemudian menganalisis berbagai situasi yang

terjadi di lokasi tersebut. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Denzim dan

Lincoln yang dikutip oleh Albi Anggito dan Johan Setiawan menyatakan

bahwasanya penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang menggunakan

latar alamiah yang bertujuan untuk menjabarkan kejadian yang terjadi

dilapangan atau lokasi dengan menggunakan berbagai metode yang ada. 1

Jenis penelitian dalam pelitian ini adalah deskriptif yaitu untuk

memberikan gambaran hasil kajian dan analisis dari peneliti. Penelitian

deskriptif adalah jenis penelitian yang diarahkan untuk memberikan gambaran

tentang gejala, fakta, atau kejadian secara sistematis dan juga akurat mengenai

1
Albi Anggito, Setiawan Johan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jawa barat: CV Jejak, 2018), 7.

33
34

sifat dari suatu populasi.2 Jenis penelitian ini dipilih karenakan memiliki kaitan

dengan judul Strategi kepala sekolah dalam mengatasi kenakalan remaja di

SMPN 2 Larangan Pamekasan. Oleh karena hal tersebut, pendekatan kualitatif

serta jenis penelitian deskriptif ini di gunakan oleh peneliti dalam pelaksanaan

penelitian di SMPN 2 Larangan Pamekasan.

2. Kehadiran Peneliti

Dengan adanya kehadiran peneliti ini pada dasarnya memanglah sangat

diperlukan, karna hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pada saat

pengumpulan data yaitu sebagai salah satu ciri-ciri dari penelitian kualitatif.

Sedangkan kehadiran peneliti dalam penelitian sebagai bentuk peran serta.

Yang mana didalam proses pengumpulan data, peneliti melakukan berbagai

pengamatan serta bisa juga mendengarkan secara langsung data-data yang

dibutuhkan. Dengan adanya peran serta yang dilakukan oleh peneliti disini bisa

berupa interaksi sosial yakni antara peneliti dengan subjek yang ada dalam

lingkungan tersebut. Oleh karena itu, penggunaan penelitian dengan metode

kualitatif dan jenis penelitian studi kasus adalah untuk mencocokkan teori

dengan realita yang ada di SMPN 2 Larangan dengan menggunakan metode

deskriptif.

2
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), 47.
35

3. Lokasi penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini di SMPN 2 Larangan

Pamekasan. Lembaga ini merupakan lembaga dibawah naungan pemerintah

atau yang biasa disebut lembaga negeri. Lokasinya terbilang strategis karna

berada dipinggir jalan raya dan berdekatan dengam Destinasi wisata Pantai

Talang Siring yaitu sekitar 50 M.Selain itu, SMPN 2 Larangan ini merupakan

sekolah Adiwiyata yang masih berjalan sampai saat ini. Oleh hal ini yang

menjadikan bahan pertimbangan untuk peneliti dalam memilih lokasi

penelitian:

4. Sumber data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari nama data diperoleh.

Ada beberapa sumber data dalam melakukan penelitian, yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber.

Untuk memperoleh data tersebut, peneliti melakukan wawancara langsung

kepada kepala sekolah, guru bimbingan konseling, sebagian guru, dan juga

sebagian peserta didik SMPN 2 Larangan Pamekasan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data primer yang telah diolah terlebih dahulu,

kemudian menganalisi dan juga mempadupadankan dengan berbagai referensi


36

yang berkaitan seperti misalnya buku, jurnal, koran , media cetak sejenis dan

lain-lain.

Dalam hal ini peneliti menggunakan kedua jenis sumber data yaitu data

sekunder dan primer.

5. Prosedur Pengumpulan data

Sesuai dengan kebutuhan data yang dibutuhkan, maka dalam

pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa metode dibawah ini

a. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yaitu dengan cara

berkomunikasi dengan sumber data melalui sebuah dialog berupa tanya jawab

atau secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini, Sutrisno Hadi yang

mana dikutip oleh Sugiono mengatakan bahwasanya wawancara merupakan

proses tanya jawab secara lisan dimana terdapat dua orang atau bahkan lebih

yang berhadap-hadapan serta mendengarkan sendiri suara atau ucapan yang

dilontarkan oleh orang tersebut. Ada beberapa jenis wawancara sebagai

berikut:

1) Wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang diterapkan

menggunakan pedoman wawancara tertulis yang didalamnya berisi

beberapa pertanyaan yang kemudian diajukan kepada informan untuk

memperoleh data.

2) Wawancara tidak terstruktur yaitu, wawancara yang bersifat terbuka.

Artinya peneliti tidak memakai pedoman wawancara yang sudah disusun


37

secara sistematis seperti halnya wawancara terstruktur. Pedoman yang

digunakan oleh peneliti berupa garis besar permasalahan yang terjadi

untuk kemudian ditanyakan.3

3) Wawancara Semi Terstruktur yaitu, proses wawancara yang memakai

panduan wawancara yang berasal dari sebuah pengembangan topik dan

kemudian mengajukan pertanyaan sehingga penggunaannya lebih

fleksibel.

Jadi jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini berupa

wawancara Semi Terstruktur karena dalam hal ini, peneliti diberi kebebasan

dalam bertanya dan juga mengatur alur wawancara dengan informan.

b. Observasi

Observasi adalah metode yang dilaksanakan dengan cara

mengamati obyek yang diteliti. Metode ini digunakan untuk

memeperoleh data dengan mendatangi langsung objek yang akan diteliti.

Oleh karna itu, penulis menggunakan observasi yaitu dengan mendatangi

langsung lokasi penelitian. Adapun jenis-jenis observasi antara lain:

1) Observasi partisipan adalah teknik yang bersifat interaktif dalam

situasi yang alamiah melalui waktu serta catatan observasi guna

menjelaskan apa yang terjadi.

3
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), 140.
38

2) Observasi Non partisipan adalah observasi yang dilaksanakan

yang mana peneliti tidak terlibat langsung dengan subyek yang

diteliti, namun hanya sebagai pengamat independen saja.4

Observasi yang dilakukan oleh peneliti disini berupa observasi Non

partisipan karena dalam hal ini peneliti tidak ikut serta langsung terhadap

kegiatan yang ada di sekolah.

c. Dokumentasi

Dengan adanya dokumentasi ini sebagai sumber data yang

dibutuhkan oleh peneliti karena bisa dimanfaatkan untuk menguji, dan

juga menafsirkan apa saja yang ada dilapangan. Data tersebut berupa

dokumen terlihat seperti buku kasus yang menunjukkan siswa yang

sering melanggar peraturan sekolah dan poster atau papan norma-norma

yang berlaku di SMPN 2 Larangan. Dokumentasi ini digunakan untuk

memperoleh data sebagai penunjang dalam penelitian yang

dilaksanakan di SMPN 2 Larangan Pamekasan yang berupa

gambar/foto dari setiap kegiatan yang berkaitan dengan berbagai data

yang dibutuhkan oleh peneliti.

6. Analisis data

Analisis data merupakan proses yang dilakukan secara sistematis dalam

upaya mencari, yang kemudian dilanjutkan dengan menyusun sebuah data yang

dihasilkan baik dari hasil wawancara, dari catatan lapangan, dan juga dari bahan

4
Ibid.141
39

lainnya sehingga diperoleh pemahaman dan juga temuan yang dapat dijadikan

sebagai informasi kepada orang lain. Analisis data disini juga merupakan sebuah

pengorganisasian data dan sistem urutannnya bisa berbentuk pola, kategori, dan

satuan uraian dasar.5

Terdapat analisis pada penelitian kualitatif yaitu:

1. Kondensasi Data

Data kondensasi disini mengacu pada proses pemilihan, proses

menyederhanakan, dan mentransformasikan data yang ada pada hasil catatan

lapangan.

2. Penyajian data

Dengan cara mengatur data sesuai dengan ketentuan, akan

memudahkan untuk memahami apa saja yang terjadi dan kemudian berproses

untuk merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut.

3. Kesimpulan dan Verifikasi data

Langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dihasilkan masih memiliki sifat sementara, dan

hal tersebut tidak akan dapat berubah apabila tidak ditemukannya bukti

yang kuat sebagai pendukung pada tahap pengumpulan data-data

berikutnya. Namun, apabila hasil kesimpulan awal tersebut didukung

5
Buna’i, metodologi penelitian pendidikan, (pamekasan:STAIN Pamekasan Press,2006), 48.
40

dengan bukti yang valid dan konsisten pada saat peneliti kembali lagi ke

lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan tersebut merupakan kesimpulan yang kredibel. Kemudian

bagian akhir dari kegiatan analisis data disini yaitu peneliti menarik

kesimpulan, dan penarikan kesimpulan dilakukan dalam berbagai

tahapan.

Setelah peneliti mendisplay data, peneliti menarik kesimpulan sambil

lalu mencari dan juga melengkapi data yang sudah terkumpul

sebelumnya. Jika data sudah dianggap lengkap, peneliti melakukan

verifikasi kembali terhadap kesimpulan sJBWAVGementara dengan

memperhatikan data pendukung yang baru dihasilkan. Sehingga

kesimpulan yang bersifat kredibel nantiya bisa dihasilkan oleh peneliti.6

7. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan agar data

yang diperoleh nantinya bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dengan

melakukan proses verifikasi terhadap data tersebut. Untuk kemudian dapat

mengecek keabsahan data yang dihasilkan dari lapangan, peneliti perlu

mengecek data dengan menggunakan derajat kepercayaan. Ada beberapa cara

yang dapat dilakukan yaitu:

6
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), 270.
41

1. Perpanjang pengamatan

Memperpanjang waktu pengamatan pada saat melakukan penelitian, ini

karena didalam melakukan penelitian tidak cukup hanya dilakukan dengan

mendatangi satu kali lokasi penelitian dan membutuhkan waktu yang terbilang

relatif lama. Perpanjangan pengamatan ini bertujuan untuk memperoleh data

yang benar-benar akurat dan juga sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.

2. Ketekunan pengamatan

Peneliti harus memilki ketekunan didalam proses mengumpulkan data.

Karna dengan hal inilah kemudian diperoleh data yang lebih akurat sehingga

data terus diupayaka keberadaannya sehingga menjadi data yang sistematis.

3. Triangulasi

Triangulasi yaitu proses pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

seuatu yang lain diluar data tersebut yang digunakan untuk kebutuhan

pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data yang dihasilkan. 7

Triangulasi memiliki empat macam, yaitu triangulasi data/ sumber, triangulasi

peneliti, triangulasi metode, triangulasi teoritis. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan jenis triangulasi sumber.

Dengan Triangulasi Sumber peneliti dapat menggali kebenaran

informasi melalui berbagai sumber data di SMPN 2 Larangan. Disini peneliti

menerapkan cara perbandingan dan pengecekan ulang terhadap informasi

yang diperoleh melalui informan yang berbeda. Sumber dalam penelitian ini

7
Ibid. 116
42

yaitu kepala sekolah, guru bimbingan konseling, guru pengajar dan juga

peserta didik SMPN 2 Larangan.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti memperoleh berbagai informasi yang

kemudian dapat digunakan sebagai bahan penelitian yang sesuai dengan topik

yang relevan.

8. Tahap-tahap penelitian

Tahap-tahap penelitian yang perlu dilakukan oleh peneliti yaitu dengan

cara mengkategorikan kedalam tiga tahap, yaitu tahap pra lapangan, tahap

pekerja lapangan, dan tahap Analisis lapangan.

1. Tahap pra-lapangan

Pada tahap awal ini, kegiatan penyusunan rencana penelitian,

memilih lapangan penelitian, mengurus suratperizinan, menilai lapangan,

menyeleksi dan memanfaatkan informasi, menyiapkan segala sesuatu

perlengkapan yang dibutuhkan dalam penelitian, serta tetap menjaga etika

dalam proses penelitian.

Maka dari itu, peneliti harus melakukan survey terlebih dahulu ke

lapangan untuk mengetahui apa saja yang terjadi dan agar kemudian bisa

dikondisikan.

2. Tahap kerja lapangan

Tahap ini bisa dilakukan oleh peneliti dengan cara memahami latar

penelitian dan persiapan diri, mengunjungi lapangan penelitian, dan juga

bisa denegna cara mengamati sambil lalu mengumpulkan data-data.


43

3. Tahap Analisis data

Pada tahap analisis data ini, peneliti menelaah semua data yang

diperoleh melalui kegiatan wawancara, dokumentasi, dan juga observasi.

Berikut langkah-langkah yang dilakukan peneliti. Pertama, membuat

catatan lapangan yaitu dengan cara mencatat, merekam, dokumentasi hal-

hal yang berkaitan dengan penelitian yang ada di lapangan. Kedua,

membuat catatan penelitian, yaitu engan cara menulis kembali dari apa

yang diperoleh pada langkah yang dilakukan sebelumnya. Terakhir,

mengelompokkan atau menggabungkan data yang sejenis. 8

Sehingga dari tahap ini peneliti bisa melakukan penelitian yang

disesuaikan pada kebutuhan dan prosedur yang digunakan dalam

pengambilan data yang ada dilapangan.

8
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang:UMM Press, 2010), 97.
BAB IV

PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Data dan Temuan Penelitian Di SMPN 2 Larangan Pamekasan

Visi sekolah SMPN 2 Larangan yaitu Unggul dalam prestasi, sehat,

berwawasan lingkungan berdasarkan iman dan taqwa. Sedangkan misi sekolah

diantaranya, Membentuk dan mengembangkan insan beriman dan bertaqwa serta

saling menghormati antar umat beragama (religius). Melaksanakan bimbingan dan

pembelajaran kontekstual sehingga peserta didik berkembang secara optimal sesuai

dengan potensi yang mereka miliki. Membentuk insan berprestasi (unggul) dibidang

akademik maupun non akademik.

Selain itu Saranana dan prasarana pun bisa dikatakan cukup memadai. SMPN

2 Larangan pernah tercatat menjuarai Sekolah Adiwiyata tingkat Nasional pada tahun

2016. Disamping itu terdapat juga berbagai macam kegiatan esktrakurikuler yaitu

diantaranya Pramuka, Drumband, Tari, dan lain sebagainya.

1. Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMPN 2

Larangan Pamekasan

Kenakalan yang terjadi di SMPN 2 Larangan memang masih terbilang tidak

terlalu parah dibandingkan dengan sekolah-sekolah negeri lainnya. Kenakalan yang

sering dilakukan oleh siswa SMPN 2 Larangan hanyalah seputar merokok dan bolos

sekolah. Dalam mengatasi kenakalan tersebut kepala sekolah SMPN 2 Larangan

mempunyai strateginya tersendiri, pada hari senin tanggal 3 Oktober peneliti

44
45

melakukan wawancara dengan kepala sekolah yang mana dalam hasil wawancara

tersebut kepala sekolah mengatakan:

“Kenakalan yang terjadi pada usia remaja sudah lumrah terjadi


diseluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Saya menganggap
kenakalan remaja yang terjadi di SMPN 2 Larangan ini adalah
tantangan untuk memberikan perubahan kepada siswa yang nakal dan
juga perubahan bagi sekolah ini sendiri. Saya memanglah kepala
sekolah baru di SMPN 2 Larangan ini, namun saya punya strategi yang
saya yakini mampu memberikan dampak bagi siswa saya dan juga
sekolah. Sejauh saya berada di SMPN 2 Larangan ini, Alhamdulillah
sedikit demi sedikit ada perubahan dari kebiasaan buruk siswa disini.
Contoh kecilnya seperti mereka yang sering datang terlambat, seiring
berjalannya waktu banyak siswa yang dating sebelum bel berbunyi.
Dari sini saya menekankan kedisiplinan bagi siswa dan juga guru di
SMPN2 Larangan ini sendiri. Disamping itu juga anak yang sering
merokok di kelas, lambat laun mulai berhenti merokok dikelas”.1

Gambar 1.1 Wawancara dengan kepala sekolah

1
Syamsul Arifin, Selaku Kepala Sekolah SMPN 2 Larangan, Wawancara Langsung, (3 Oktober 2022)
46

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan pada hari

selasa tanggal 4 Oktober 2022 pukul 08.35 WIB peneliti melihat beberapa anak yang

dihukum karna melanggar peraturan sekolah yaitu melompat pagar. 2

Gambar 1.2 Foto Siswa sedang dihukum karena melompat pagar sekolah

Berdasarkan hasil dokumentasi tersebut beberapa siswa tengah dihukum

oleh wali kelasnya karna telah melompat pagar sekolah. 3

Pada saat mewawancarai wali kelas dari siswa yang terkena hukuman diatas,

yaitu Ibu Suhai mengatakan bahwa:

“Mereka kemarin ketahuan melompat pagar sekolah, ada salah


satu temen dari mereka melaporkan hal ini kepada saya. Agar
nantinya tidak ditiru oleh teman-temannya yang lain, saya
langsung memberikan hukuman kepada mereka tujuannya
sebagai efek jera karna telah melakukan pelanggaran di sekolah
ini. Selain mengejerjakan tugas sebanyak 1 BAB Sesuai dengan
materi yang sudah diajarkan diluar kelas seperti ini, saya juga

2
Observasi Langsung di SMPN 2Larangan, (4 Oktober 2022)
3
Dokumentasi Lapangan di SMPN 2 Larangan, (4 Oktober 2022)
47

memberikan hukuman yang lain berupa membersihkan kelas


pada saat jam pulang sekolah”.
“Jika mereka tidak segera diberi efek jera, mereka akan
mengentengkan hal-hal semacam ini. Yang mana tidak menutup
kemungkinan bahawa mereka akan mengulangi kesalahan yang
sama, bahkan lebih parahnya lagi bisa menjadi contoh yang
tidak baik bagi teman-temannya yang lain. Karna pada dasarnya
mereka ada yang berangkat dari hanya sekedar penasaran ingin
tahu hal-hal baru, dan akhirnya jika tidak di kontrol mereka akan
kelewatan." 4
Sependapat dengan ibu Suhai, Pada hari rabu tanggal 5 Oktober 2022 guru

Bimbingan Konseling yaitu ibu Rosita juga mengatakan hal yang sama melalui

WhatsApp bahwa:

“Anak remaja yang berkelakuan nakal seperti itu disebabkan


dari beberapa hal, seperti meniru atau mengikuti teman sabaya
dan juga akibat timbul rasa penasaran. Anak seusia remaja yang
sering bergaul dengan teman yang suka merokok dan
membolos, jika ia tidak bisa mengontrol diri maka akan ikut
pada kebiasaan teman sebayanya itu. Dan begitu juga dengan
timbulnya rasa penasaran pada anak, mereka akan mencoba dan
mencari tahu tentang apa yang membuat mereka penasaran.
Seperti halnya saya mencontohkan disini anak yang suka
membolos, Si A sering kali bolos sekolah dan memiliki teman
sebaya yang selalu barengan sebut saja si B. Nah, seiring
berjalannya waktu si B mulai mengikuti kebiasaan buruk si A,
yaitu membolos karna apa? Karna si B tidak mampu mengontrol
dirinya sendiri. Sebenarnya saya tidak menyalahkan siswa-
siswa saya bergaul dengan siapapun, namun kita juga harus tahu
apa apa saja yang boleh ditiru dan tidak ditiru. Intinya kita harus
bisa membentengi diri kita dengan mengontrol diri.” 5

Selain itu pak Fais selaku salah satu guru Bimbingan Konseling di SMPN 2
Larangan pun menambahkan bahwa:

4
Suhai, Wali Kelas IX C SMPN 2 Larangan, Wawancara Langsun,(4 Oktober 2022)
5
Rosita, Guru Bimbingan Konseling SMPN 2 Larangan, Wawancara Via WhatsApp (4 Oktober 2022)
48

“Mereka yang terjebak pada kenakalan remaja juga disebabkan


karna kurangnya ilmu agama yang kuat. Peran orang tua dalam
hal ini sangatlah penting, dengan adanya penanaman didikan
ilmu agama sedikit banyak juga akan menjadi tameng bagi si
anak agar tidak terjerumus pada kenakalan. Mau itu orang tua
lengkap ataupun tidak, tetap tanggung jawab orang tua adalah
memberikan didikan kepada anaknya agar mereka mampu
menjadi pribadi yang baik, entah dari dalam lingkungan
keluarga ataupun lingkungan luar. Contoh sepelenya terkadang
ada beberapa siswa yang pada saat jam pelajaran berlangsung
namun gurunya belum juga datang, mereka melarang temannya
yang ingin memanggil guru pengajar untuk masuk kelas.
Tujuannya apa? Ya tidak lain karna mereka tidak ingin belajar
atau ada sebab lain, seperti missal gurunya pada saat mengajar
tidak enak, atau mereka tidak suka pada pelajarannya dan lain
lain. ”6
Pada tanggal 6 Oktober 2022 sekitar siang hari peneliti melakukan wawancara

langsung dengan kepala sekolah terkait faktor penyebab kenakalan remaja serta

penanganannya yang terjadi di SMPN 2 Larangan yang mengatakan bahwa:

“Kenakalan remaja yang terjadi di SMPN 2 Larangan menurut


saya banyak terjadi karena dilatarbelakangi oleh broken home.
Anak yang seperti ini cenderung mengalami kurangnya
perhatian dan kasih sayang dari sosok orang tua. Dengan begini
apa saja yang menjadi kebutuhan dan juga keluh kesah anak
tidak ada yang bersedia ataupun mampu mendengarkan dengan
baik. Kalaupun ada misalnya nenek, saudara ataupun kerabat
dekat, rasa peduli dan sayang orang tua kepada anak itu tidak
bisa ditandingkan dengan apapun. Jadi tidak heran jika anak
yang sering melanggar peraturan itu karna di sebabkan oleh
broken home, namun tidak semuanya ya. Saya mengatakan rata-
rata sesuai dengan apa yang saya ketahui sejauh ini. Kembali
lagi pada patokan awal, yaitu untuk mengetahui latarbelakang
terjadinya kenakalan remaja harus diusut dengan baik, mampu
memahami situasi dan kondisi dan memberikan solusi.”7

6
Fais, Guru Bimbingan Konseling SMPN 2 Larangan, Wawancara Langsung (6 Oktober 2022)
7
Syamsul Arifin, Kepala Sekolah SMPN 2 Larangan, Wawancara Langsung (6 Oktober 2022)
49

Gambar 1.3 . Foto Wawancara dengan guru Bimbingan Konseling

Pada Hari kamis tanggal 6 Oktober sekitar pukul 09.12 pada saat peneliti

melakukan observasi peneliti bertemu dengan Guru Bimbingan Konseling yaitu Pak

Fais yang sedang mengecek tiap-tiap kelas apakah ada guru atau tidak dan sekaligus

melakukan razia khawatir ada yang melanggar peraturan sekolah.8

Gambar 1.4. Foto Guru Bimbingan Konseling mengecek tiap kelas dan
melakukan razia

8
Observasi Lapangan di SMPN 2 Larangan (6 Oktober 2022)
50

Di hari yang sama namun di jam yang berbeda peneliti kembali

mewawancarai Pak Faiz selaku guru Bimbingan Konseling, beliau mengatakan

bahwa:

“Kenakalan remaja saat ini sebenanarnya banyak bukan hanya


sekedar bolos dan merokok, contohnya kemarin ada siswa yang
melompat pagar, dulu pernah ada kasus siswa menjaili gurunya
dengan alasan karna tidak suka dengan cara mengajarnya, ada
juga yang merusak fasilitas sekolah semacam mencoret dinding
dengan spidol permanen, mencongkel pintu hingga bolong dan
lain semacamnya. Ada juga sebelum pulang sekolah siswa
sudah ada yang pulang duluan, ada yang tidak mau mengikuti
pelajaran dan berdiam diri ruang ganti siswa. Saat diusut alasan
mereka kenapa melakukan hal tersebut, bermacam-macam
jawabannya. Ada yang mengatakan hanya coba-coba pak, hanya
iseng pak, tidak suka sama guru pengajar pak, saya takut
dihukum jika terlambat pak dan lain sebagainya. Pada dasarnya
kita kan memang sudah tahu bahwa seusia mereka saat ini
sedang proses pencarian jati diri, mencari banyak pengalaman
yah walaupun dengan cara yang kurang baik seperti ini sudah
lumrah terjadi. Maka dari itu kontrol diri dalam usia-usia remaja
saat ini sangat diperlukan dengan tujuan mampu membentengi
diri dari hal-hal yang tidak baik. Dan juga seperti yang sudah
saya katakan tadi, spiritualitas pada siswa itu juga berpengaruh.
Anak yang memang benar-benar paham tentang apa saja yang
menjadi larangan dan juga perintah bagi umat manusia, maka ia
pasti mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk.
Disini ada beberapa pindahan dari salah satu pondok pesantre,
dan Alhamdulillah sejauh ini tidak ada kabar yang tidak
mengenakkan dari mereka. Saya berpikir kenapa mereka bisa
mengontrol diri dari lingkungan sekolah ini agar tidak terlibat
pada kenakalan, ya karna itu tadi dia mampu membedakan yang
mana yang baik dan yang buruk, yang mana seharusnya
dihindari dan dikerjakan itu semua karna nilai spiritualitas yang
51

ada pada anak tersebut dan dengan kebiasaan yang baik pada
saat di pondok terbawa hingga saat ini.”9
Dapat disimpulkan bahwa antara peran orang tua dan juga guru memiliki

relasi yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak serta pergaulannya.

Relasi tersebut harus digunakan sebaik mungkin untuk mengatasi secara bersama-

sama kenakalan remaja saat ini. Bentuk kerjasama antara orang tua dengan guru

disini dapat dilakukan menurut Eipsten dalam Coleman,10 Yaitu Parenting dan

Communication. Keterlibatan orang tua pada poses pembelajaran dan pembiasaan

di rumah, pengambilan keputusan dan juga kolaborasi dengan kelompok

masyarakat. Maka dari itu langkah pertama yang harus dilakukan oleh pihak

sekolah adalah menjalin sebuah komunikasi yang baik dengan orang tua siswa agar

nantinya dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada anak khususnya

kenakalan remaja ini.

Dengan adanya komunikasi yang baik antara guru dengan orang tua siswa

diharapkan mampu meminimalisir segala macam pelanggaran yang kemungkinan

terjadi pada siswa di SMPN2 Larangan. Dengan ini jika suatu saat siswa ada yang

melanggar peraturan yang ringan bahkan yang berat, semuanya bisa dibicarakan

baik-baik antara guru dan orang dengan menggunakan musyawarah sebagai alat

untuk menemukan jalan keluarnya. Karna kenakalan remaja ini tidak serta merta

bisa langsung dihilangkan begitu saja, namun masih perlu pengusutan yang

9
Fais, Guru Bimbingan Konseling SMPN 2 Larangan, Wawancara Langsung (6 Oktober 2022)
10
Coleman M, Empowering Family –Teacher Partnership Building Connection Within Diverse
Communities (Los Angeles: Sago Publication, 2013), 25-27
52

bertujuan bisa mengetahui latar belakang dari siswa yang melakukan kenakalan

remaja tersebut.i

Di tanggal yang sama yaitu 6 Oktober 2022 pukul 11.10 peneliti kembali

mewawancarai kepala sekolah yang mengatakan bahwa:

“Saya mewajibkan guru pengajar dan wali kelas untuk tegas


dalam menindak siswa yang bermasalah di sekolah. Berikan ia
teguran, jika masih tidak memberikan efek apa-apa silahkan
lanjutkan dengan memberikan sanksi atau hukuman. Terkadang
siswa sering menyepelekan guru yang tidak tegas dalam
mengmbil tindakan. Maka dari itu saya mewajibkan guru
pengajar dan wali kelas untuk mengutamakan kedisiplan dan
juga profesinalitas. Profesionalitas disini saya maksudkan agar
para guru disini paham betul atas tanggung jawan dan tugasnya
selama ada disekolah ini, yaitu membimbing dan memberikan
arahkan kepada anak didiknya. Saya juga akan menegur bahkan
memberikan sanksi atau hukuman kepada wali kelas ataupun
guru pengajar yang tidak bisa memberikan efek jera kepada
siswa yang bermasalah, dalam artian guru harus tetap menindak
tegas mereka agar mereka tidak selalu melakukan hal-hal yang
tidak baik.”
“Saya menginginkan yang terbaik bagi sekolah ini, visi dan misi
harus tercapai. Para guru, staff , dan siswa harus sama-sama
saling berkontribusi dalam mencapai visi misi tersebut. Tidak
hanya sekedar teori semata, namun bukti nyata harus ada.
Memang sesuai dengan fakta lapangan kenakalan ini tidak selalu
berangkat dari anak sendiri, melainkan dari faktor lain pun
terkadang bisa saja. Jadi bagaimanapun caranya selama masih
dalam batas wajar dan tidak menyalahi aturan yang ada, kita
selaku pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di SMPN 2
Larangan harus semaksimal mungkin dalam mengabdi di
sekolah ini. Termasuk dalam memberikan bimbingan kepada
mereka-mereka yang sering melanggar peraturan sekolah
(Kenakalan Remaja).”
Temuan penelitian merupakan deskripsi dari data yang diperoleh dalam

pengumpulan data dilapangan melalui wawancara, observasi dan juga dokumentasi.

Dapat diketahui temuan penelitian berdasarkan hasil paparan diatas menunjukkan


53

bahwa kenakalan remaja saat ini memang lumrah terjadi, ditambah lagi dengan

perkembangan zaman yang serba instan dan mudah. Namun, kebiasaan menyimpang

tersebut dapat diatasi dengan berbagai cara, terutama harus menjalin komunikasi yang

baik dengan orang tua siswa yang sedang bermasalah di sekolah. Dan lingkungan pun

menjadi salah satu pengaruh terjadinya kenakalan pada remaja.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja Di SMPN 2 Larangan


Pamekasan
Kenakalan remaja di SMPN 2 Larangan ini pastinya ada faktor yang

mempengaruhi mengapa mereka bisa berkelakuan demikian. Perlu ketelitian dan

kesabaran untuk mengetahui sebab yang melatarbelakangi kenaklan remaja dan juga

mampu memberikan solusi dari kenakalan remaja tersebut.

Pada tanggal 18 Peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Emmy Selaku guru

mata pelajaran Ilmu pendidikan sosial (IPS) mengatakan:

“Rata-rata anak yang sering melanggar peraturan di sekolah


pada saat jam pelajaran saya disebabkan karna mereka mengikut
teman-temannya. Mereka yang awalnya terbilang anak yang
cukup baik karna ia tidak mampu membawa diri, alhasil mereka
ikut-ikutan kebiasaan buruk temannya. Contohnya seperti tidak
mengindahkan peraturan yang ada di sekolah, mereka
beranggapan bahwa kesetiakawanan itu hal yang utama.
Sekalipun mereka dihukum bersama-sama tidak masalah, asal
pertemamanan tetap jalan. Namun disini saya tidak setuju,
mengapa? Karna yang dimaksudkan pertemanan yang sehat itu
adalah pertemanan yang mengarahkan dan mengajarkan tentang
kebaikan, bukan sebaliknya. Pola pikir mereka yang masih
dangkal juga menjadi salah satu sebab dari penyimpangan yang
dibuat”.11

11
Emmy Sulistiawaty, Guru IPS di SMPN 2 Larangan, Wawancara Langsung (10 Oktober 2022)
54

Gambar 1. 5 Wawancara dengan Ibu Emmy Sulistiawaty

Pada tanggal 10 Oktober 2022 sekitar pukul 11.19 peneliti melakukan

wawancara via telepone dengan Guru IPA yaitu Bapak Rizal yang mengatakan bahwa:

“Kenakalan yang terjadi pada anak remaja saat ini memang


semakin menjadi-jadi, tetapi yang saya temukan di sekolah ini
tidak begitu parah. Ya mungkin ada yang kelewatan tapi hanya
1 dan 2 saja. Ditegur sedikit ada yang mendengarkan, ada juga
yang tidak mendengarkan. Dalih dalih mendengarkan, melihat
atau menyaut pada saat di panggilpun terkadang tidak ada.
Memang jika berbicara mengenai kenakalan remaja tidak akan
pernah ada habisnya, terlebih lagi pergaulan saat ini yang liar.
Jadi menjadi seorang guru juga harus ekstra sabar menghadapi
siswa yang nakal dan sering bermasalah di sekolah. Sejauh yang
saya ketahui latarbelakang dari kenakalan mereka karna faktor
orang tua dan kurang baik dalam mengontrol diri. “12

12
Rizal, Selaku guru Ilmu Pendidikan Alam di SMPN 2 Larangan, Wawancara Via Telephone, 10
Oktober 2022
55

Pada hari dan tanggal yang sama, peneliti melakukan wawancara dengan Ibu

Widiya Prayitno melalui telepon sekitar pukul 19.15 Malam, beliau mengatakan

bahwa:

“Saya sudah terbilang cukup lama mengajar di SMPN 2 ini,


sejauh ini memang ada saja anak-anak yang suka melanggar
peraturan di sekolah. Baik karna mereka telat datang ke sekolah
lalu akhirnya melompat pagar, ada juga yang ketahuan
membolos, ada juga yang merokok didalam kelas pada saat jam
kosong, ada juga yang mencoret-coret tembok, berbicara tidak
sopan terhadap guru dan lain sebagainya. Pada saat mereka
diberi nasihat tak sedikit dari mereka yang membangkang, tapi
ya namanya juga seorang guru mempunyai tanggung jawab atas
mereka pada saat di sekolah, jika di rumah ya mereka tanggung
jawab orang tuanya. Sebisa mungkin selalu mengusahakan
untuk memberikan arahan kepada mereka tentang apa saja yang
seharusnya dijauhi dan dilakukan.”13
Dan pada saat mewawancarai salah satu siswa yang bernama Bima pada

siang itu sekiranya pukul 10.14 di hari Rabu 19 Oktober 2022:

“Saya membolos karna sering begadang dan nongkrong


bersama teman-teman di rumah. Dan bangun-bangun sudah
pukul 08.30, kadang pukul 09.00. Saya sekarang tinggal
bersama bapak, ibuk dan bapak saya bercerai. Jadi untuk masuk
ke sekolah saya malu dan takut dihukum. Akhirnya saya bolos
dan nongkrong di warung samping sekolah untuk menunggu
jam pulang sekolah”.14

13
Widiya Prayitno , Guru Bahasa Indonesia di SMPN 2 Larangan, Wawancara melalui telepon (10
Oktober 2022)
14
Bima Pradana S. , Siswa yang sering Bolos di SMPN 2 Larangan, Wawancara Langsung ( 12
Oktober 2022)
56

Gambar 1.6 Wawancara dengan siswa yang suka membolos

Dari hasil observasi peneliti menemukan bahwa Bima ini

merupakan anak yang sering melanggar peraturan sekolah, karna

tercatat bobot pelanggaran yang dia miliki terbilang sudah sangat berat.

Berikut buku skor milik siswa tersebut:15

15
Observasi Lapangan di SMPN 2 Larangan (12 Oktober 2022)
57

Gambar 1.7. Buku skor siswa yang sering melanggar peraturan sekolah

Salah satu siswa yang sering bermasalah pun mengutarakan alasannya mengapa

sering melanggar peraturan sekolah, yaitu membolos:

“Saya di rumah tinggal dengan nenek, setiap pagi nenek


berangkat ke sawah dan pulangnya menjelang siang hari. Jadi
setiap paginya tidak ada yang membangunkan saya, saya jika
hanya menggunakan alarm untuk bangun tidak begitu berhasil
jika tidak dibangunkan langsung. Maka dari itu saya sering
malas berangkat ke sekolah karna pagi-pagi masih belum
sarapan, di rumah tidak ada orang dan ditambah lagi dengan
berangkat sekolah dengan cara buru-buru yang mengkibatkan
peralatan sekolah pun ada yang tertinggal. Seperti contohnya
bolpoin, untuk meminjam kepada teman sekelas saya malu
karna tidak semua dari mereka mengerti”16

16
Ricky Hermawan, Siswa yang sering Bolos di SMPN 2 Larangan, Wawancara Langsung ( 12
Oktober 2022)
58

Pada tanggal 20 Oktober 2020 peneliti kembali melakukan wawancara dengan

anak yang ketahuan merokok didalam kelas yang bernama Yono. Yono yang duduk

dibangku kelas VIID pada saat diwawancara mengatakan bahwa:

”Saya merokok tidak setiap hari kak, merokoknya hanya saat


kepengen saja. Waktu itu saya yang ketahuan merokok karna di
kelas sedang tidak ada guru selama 2 jam. Daripada tidur,
mending saya merokok. Soalnya saya pernah tertidur dikelas
sampain anak-anak yang lain sudah pulang saya masi tidur di
kelas. Saya baru pulang waktu itu sekitar jam 2 siang, yang lain
biasanya pulang jam 12.30. Jadinya saya kapok.”17

Gambar. 1.8 Wawancara dengan siswa yang merokok di dalam kelas

17
Akbar Kurniawan Purwanto, Siswa yang merokok didalam kelas, Wawancara Langsung, (20
Oktober 2020)
59

Pada hari selasa 25 Oktober 2022 peneliti kembali melakukan observasi di

SMPN 2 Larangan yang mana pada saat itu peneliti menemukan siswa yang tidak boleh

mengikuti mata pelajaran karena ketahuan mencoret-coret tembok sekolah.18

Gambar 1. 9 Siswa di hukum karena mencoret tembok sekolah

Pada hari kamis tanggal 2 November 2022 peneliti melalukan observasi dengan

siswa yang ketahuan melompat pagar di SMPN 2 Larangan. 19

18
Observasi Langsung di SMPN 2 Laranngan (25 Oktober 2022)
19
Observasi Langsung di SMPN 2 Larangan, (2 November 2022)
60

Gambar 1. 10 Siswa yang ketahuan melompat pagar sekolah

Dari paparan data diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

memepengaruhi kenakalan remaja di SMPN 2 Larangan ini ada yang disebabkan

karena kurangnya kasih sayang dan perhatian di rumah. Anak yang demikian biasanya

cenderung akan mencari perhatian diluar rumah, contohnya seperti tadi yaitu

melanggar peraturan sekolah. Disamping itu juga faktor pergaulan antar teman dan

kebiasaan. Semua itu saling berkaitan dan menjadi pemicu tidak terkontrolnya diri sang

anak yang kemudian mereka terlena. Dari sinilah mereka akan menganggap semuanya

hal yang biasa saja dan tidak perlu perhatian khusus sehingga kebiasaan itu akan

berlangsung terus menerus, entah itu dalam jangka panjang ataupu pendek.

3. Faktor Penghambat Dalam Mengatasi Kenakalan Yang Terjadi Di SMPN 2

Larangan Pamekasan

Pada dasarnya setiap orang mempunyai pilihan hidupnya masing-masing.

Termasuk juga dengan siswa di SMPN 2 Larangan, yaitu mereka sebagian ada yang

menerima masukan dan juga kritikan dari guru dan ada juga yang sebaliknya, mereka

enggan mendengarkan nasehat dari guru dan cenderung acuh tak acuh. Mereka yang

demikian tidak menghargai perkataan maupun nasihat dari guru. Faktor dari orang tua

pun pastinya sangat juga berpengaruh.

Pada hari jumat tanggal 28 Oktober peneliti kembali melakukan wawancara

dengan Kepala sekolah dan beliau mengatakan bahwa:

“Saya pernah mendatangi rumah siswa si A yang sering


bermasalah, sudah diberi teguran, sanksi ataupun hukuman anak
61

tersebut tetap tidak berubah. Sampai-sampai ia sangat terkenal


di lingkungan sekolah ini karna memang sangat sering sekali
berulah. Dan pada saat saya tiba dirumahnya respon orang
tuanya pun kurang baik kepada saya. Saya bicara panjang lebar
dengan ibu si A ini dengan menjelaskan bahwa anaknya sering
melanggar aturan sekolah dan saya pun menanyakan mengapa
dia bisa seperti ini. Jawaban ibu ini dapat saya simpulkan bahwa
si A kekurangan kasih sayang seorang ayah, karena ayahnya
sering keluar malam dan tidak menentu pulangnya kapan. Ayah
si A sering melakukann KDRT jika ada dirumah dan bisa
dikatakan memang dirumah itu ketiganya selalu saja bertengkar,
pun jika mereka baikan itu hanya beberapa saat saja. Maka dari
itu dapat saya simpulkan bahwa kasih sayang orang tua kepada
anak ini memang sangatlah berpengaruh bagi mental remaja,
jadi untuk bisa mengatasi kenakalan-kenakalan tersebut antara
orang tua dengan guru harus bisa menjalin komunikasi yang
baik agar nantinya tujuan untuk memotivasi anak yang
bermasalah tersebut bisa terlaksana dengan baik.”20

Dari sini peneliti menyimpulkan bahwa mereka para remaja yang nakal, yaitu

yang suka melanggar peraturan di sekolah memang memiliki watak yang keras kepala

dan susah diatur. Sehingga pada saat diberi nasehat, mereka enggan menggubris dan

bahkan mereka masih mencari pembelaan diri terhadap kesalahan yang telah mereka

perbuat. Dan komunikasi yang baik antara guru dengan orang tua siswa harus terjalin

dengan baik agar upaya untuk mengatasi atau memberikan perubahan yang baik bagi

anak-anak yang bermasalah bisa berjalan dengan maksimal.

Namun ada siswa lain yang pada saat mereka diberi nasehat, mereka

mendengarkan dan menghargai nasehat dari guru. Seperti halnya Bima pada hari 12

Oktober 2022 yang mengatakan:

20
Syamsul Arifin, Selaku Kepala Sekolah di SMPN 2 Larangan, Wawancara Langsung, (28 Oktober
2020)
62

”Baik ibu, Insya Allah saya akan berubah. Saya usahakan tidak
akan membolos lagi, walaupun pada akhirnya saya harus datang
terlambat ke sekolah, hehehe”21.
Pada tanggal 4 November 2022 pukul 08.45 peneliti kembali

mewawancarai beberapa guru di SMPN 2 Larangan, salah satunya yaitu ibu

Eka selaku guru bahasa Inggris yang mengatakan bahwa:

“Murid-murid saya memang banyak yang nakal, kebetulan saya


merupakan wali kelas VII C Yang mana jika murid saya
melanggar peraturan, saya sendiri yang akan memberikan
hukuman kepada mereka walaupun mereka melanggar
peraturannya walaupun bukan pada saat jam mengajar saya. Dan
saya memang sudah berpesan kepada setiap guru yang
mempunyai jam mengajar di kelas saya, jika murid-murid saya
ada yang melanggar peraturan sekolah tolong laporkan kepada
saya. Biar saya sendiri yang menangani mereka, perkara
hukuman seperti apa yang akan saya berikan kepada mereka,
guru pengajar tersebut tidak perlu tahu. Jadi setiap kali ada
kejadian yang tidak mengenakkan di kelas saya, saya pasti tahu.
Alhamdulillah nya mereka yang sudah pernah saya hukum karna
pelanggaran tidak pernah mengulanginya lagi, kalaupun ada
hanya yang ringan saja seperti tidak mengerjakan PR, namun
tetap saya berikan hukuman agar mereka bisa mempertanggung
jawabkan apa yang menjadi tugas mereka” 22
Pada tanggal 12 Oktober sekiranya jam 9.45 peneliti melakukan wawancara

sekaligus menasehati Yono siswa yang sering merokok dia mengatakan bahwa:

“Mumpung masih muda kak, banyak-banyakin pengalaman.


Biar nanti pas tua enak bisa cerita banyak hal sama kawan-
kawan. Kalo gak nakal bukan laki-laki namanya”.23

21
Bima Pradana S., Siswa yang sering Bolos di SMPN 2 Larangan, Wawancara Langsung ( 12
Oktober 2022)
22
Eka, Guru Bahasa Inggris di SMPN 2 Larangan, Wawancara Langsung (18 Oktober 2022)
23
Yono, Siswa yang merokok dalam kelas, Wawancara Langsung, ( 12 Oktober 2022)
63

Berdasarakan hasil penelitian peneliti dapat disimpulkan bahwa kendala dalam

mengatasi kenakalan di SMPN 2 Larangan ini meliputi watak dan kepribadian anak

yang keras serta komunikasi antara orang tua siswa dengan guru kurang berjalan

dengan baik. Mereka pada usia remaja ini memang sudah sepatutnya mencari jati diri,

namun kontrol diri, dukungan dari orang tua serta tameng yang kuat dari lingkungan

luar pada saat itupun dibutuhkan. Karena dengan begitu, remaja tidak akan melakukan

hal-hal yang menyimpang termasuk kenakalan remaja ini.

B. Pembahasan

1. Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di

SMPN 2 Larangan Pamekasan

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti

dapat diketahui bahwa Strategi kepala sekolah dalam mengatasi kenakalan remaja

di SMPN 2 Larangan tak luput dari kebiasaan kedisiplinan dan profesionalitas yang

ditanamkan oleh kepala sekolah, baik itu bagi para guru, staff dan juga siswa. Yang

mana pada strategi tersebut kepala sekolah mengharuskan tiap tiap guru jika ada

kendala atau permasalahan di sekolah harus mampu mengelola sekaligus

menyelesaikannya dengan baik. Khususnya kenakalan remaja yang terjadi di

SMPN 2 Larangan ini, kepala sekolah memberikan perintah kepada guru pengajar

ataupun wali kelas untuk memberikan tindakan tegas kepada anak yang telah

melanggar peraturan. Maka dari itu sikap kedisiplinan dan profesionalitas bagi

guru diperlukan agar nantinya juga bisa memberikan contoh kepada anak didiknya.
64

Kepala sekolah memberikan kebebasan kepada setiap guru pengajar ataupun wali

kelas untuk menindak tegas siswa yang bermasalah.

Dalam artian guru pengajar ataupun wali kelas bebas dalam memberikan

sanksi atau hukuman kepada siswa yang melanggar yang tentunya harus mampu

memberikan efek jera. Efek jera disini juga diharapkan mampu mendorong siswa

yang terbiasa melanggar peraturan untuk menjadi anak yang disiplin. Jika guru

pengajar ataupun wali kelas tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya, maka

merekalah yang kemudian akan ditegur oleh kepala sekolah. Sehingga secara

otomatis jika siswa yang melanggar peraturan di sekolah tidak ditindak, maka guru

lah yang akan ditegur oleh kepala sekolah. Maka dari itu keterkaitan antara kepala

sekolah, guru dan juga siswa sangat erat untuk mencapai visi dan misi sekolah.

Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah seperti yang dikemukakan

Wahjosumidjo adalah sebagai berikut. Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui

orang lain. Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan.

Kepala sekolah bertindak dan bertanggungjawab atas segala tindakan yang

dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf, dan

orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah.

Kepala sekolah dapat bertindak sebagai konsultan bagi guru-guru, berusaha

meningkatkan kemampuan staff, melibatkan kelompok dalam mengambil

keputusan, dan mampu melakukan perubahan program pendidikan yang


65

berdasarkan evaluasi dan perencanaan kelompoknya, serta memberi kesempatan

setiap orang untuk berpartisipasi dalam program pengajaran.24

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja Di SMPN 2

Larangan Pamekasan

Berdasarkan hasil penelitian di SMPN 2 Larangan kenakalan remaja tersebut

disebabkan karena beberapa faktor yaitu faktor dari orang tua, kurangnya kontrol diri,

pengaruh dari teman dan juga lingkungan. Anak yang tidak mampu mengontrol dirinya

akan sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan, terutama lingkungan yang tidak

sehat. Kontrol diri sangat diperlukan saat ada di lingkungan luar, tujuannya agar dapat

membentengi diri dari hal-hal yang sekiranya merugikan orang lain bahkan diri sendiri.

Remaja saat ini memang harus pintar menempatkan diri dan mengelola situasi dan

kondisi yang sedang dihadapi. Kontrol diri merupakan aktivitas pengendalian tingkah

laku dan kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan juga

mengarahkan bentuk prilaku yang bisa membawa individu tersebut kepada arah yang

positif. 25

Begitu juga dengan kebiasaan buruk teman sebayanya. Terkadang anak yang

awalnya baik-baik saja, jika ia bergaul dengan teman sebaya yang memiliki kebiasaan

buruk dan ia tidak mampu mengontrol diri maka ia akan mengikuti jejak temannya.

Walaupun pada awalnya dia hanya berangkat dari sekedar keingintahuan akan sesuatu

24
Hendrikus Nai dan Wiwik Wijayanti, Pelaksanaan tugas dan fungsi kepala sekolah pendidikan
menengah negeri, urnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan Volume 6, No 2, September 2018 (183-
192)
25
Evi Avivah dan Muhammad Farid, Religiusitas, Kontrol Diri dan Kenakalan Remaja, Persona,
Jurnal Psikologi Indonesia, Vol 3, No 2 , Mei 2014, 126-129
66

yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Tetapi lambat laun jika dia merasa nyaman,

maka tidak menutup kemungkinan anak tersebut akan terus-menerus berprilaku buruk.

Kemudian orang tuapun merupakan salah satu penyebab kenakalan remaja

tersebut terjadi. Yaitu orang tua yang tidak peka terhadap kebutuhan anaknya dan

kurangnya kasih sayang kepada anaknya menyebabkan anak mencari kenyamanan dan

perhartian dari luar. Kurangnya kasih sayang dan perhatian inilah yang sering kali

ditemukan pada saat fenomena-fenomena kenakalan remaja ini terjadi. Pada

hakikatnya orang tua yang seharusnya mampu memahami dan menyayangi dengan

tulus anak-anaknya.

Remaja merupakan kelompok yang unik dengan kebutuhan yang khas, yaitu

kebutuhan untuk mengenal jati dirinya. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut,

remaja cenderung untuk menerima tantangan atau mencoba melakukan suatu hal tanpa

didahului pertimbangan yang matang, yang pada akhirnya terkadang bisa saja

mendorong remaja tersebut ke arah perilaku yang beresiko dan tentunya menimbulkan

berbagai masalah..26

Berbicara masalalah faktor terjadinya kenakalan remaja ini pada dasarnya

memang banyak. Namun bisa dikategorikan pada faktor internal dan ekternal. Yang

mana faktor internal ini yang berasal dari diri si anak sendiri misalnya, bawaan

26
Elyarianti dan Malik Abdul Azis, Pengaruh Lingkungan Sosial dan Komunikasi Keluarga terhadap
Perilaku Seksual Remaja Siswa SMAN 1 Bukit Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah, Volume 9,
No.2, Oktober 2021, 4
67

(keturunan), watak dan kebiasaan. Sedangkan faktor eksternal disini berasak dari luar

misalnya lingkungan atau teman sebaya.

Mengutip dari Evi Vio Rina pun mengatakan hal yang serupa mengenai faktor

internal dan eksternal yaitu, faktor Internal adalah faktor yang datangnya dari tubuh

manusia itu sendiri tanpa dipengaruhi lingkungan sekitar. Faktor pribadi, setiap anak

memiliki kepribadian khusus, dengan keadaan khusus pada anak ini dapat menjadi

sumber munculnya perilaku menyimpang. Faktor eksternal adalah yang datangnya dari

luar tubuh anak yang bisa dikatakan faktor lingkungan. Diantaranya lingkungan

keluarga, lingkungan masyarakat / teman sebaya. 27

Anak adalah tanggung jawab orang tua selagi dia masih belum memiliki

keluarga. Segala kebutuhan mereka penanggung jawabnya yaitu orang tua. Orang tua

bertanggungjawab penu th untuk melindungi, membesarkan dan mendidik anak-

anaknya, tidak hanya terbatas pada hal-hal yang sifatnya material, melainkan pula hal-

hal yang bersifat spiritual seperti halnya pendidikan dan agama, untuk itu orang tua

harus memberi teladan yang baik bagi anak-anaknya.28

Terkadang ada juga orang tua yang egois tidak memikirkan perasaan anaknya.

Seperti misalnya memberikan peraturan-peraturan yang bersifat mengekang.

Terkadang anak yang merasa dirinya dikekang ia akan mencari kebebasan diluar

lingkungan keluarga. Akibatnya anak yang kurang dalam pengendalian diri

27
Evi Vio Rina dan Niken Agus Tianingrum, Pengaruh Lingkungan Terhadap Perilaku Kenakalan
Remaja Sekolah Di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Baru Kota Samarinda, Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur, Samarinda, Indonesia.
28
M Muktiali Jarbi, Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak, JURNAL PENDAIS
VOLUME 3 NO. 2 DESEMBER 2021, 142
68

menyebabkan ia terjerumus pada kenakalan remaja. Orang tua otoriter cenderung

sering memukul anak dan menunjukkan amarah kepada anaknya. 29

Mengutip dari Andrianto mengatakan bahwa Peran orang tua masih mutlak

diperlukan oleh remaja. Orang tua harus tetap memberikan bimbingan keagamaan

dengan remaja. Kondisi keluarga yang tidak harmonis ataupun orang tua yang tidak

memberikan kasih sayang penuh kepada anaknya tidak menutup kemungkinan remaja

tersebut akan bersikap kurang baik. Misalnya membuat onar, menghisap ganja,

minuman keras, dan sebagainya.30

Perkembangan anak dalam proses pencarian jadi diri di usia remaja sudah

lumrah terjadi. Status individu menjadi tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran

yang kemudian harus dilakukan. Hal ini yang kemudian membuat remaja menjadi

bingung akan perannya, harus berperan sebagai anak atau orang dewasa. Bingung

dalam mengmbil tindakan antara yang baik dan kurang baik dikarenakan pola pikir

yang masih dangkal 31

3. Faktor Penghambat Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Di SMPN 2 Larangan

Pamekasan

29
Savitri Suryandari, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kenakalan Remaja, Jurnal Inovasi
Pendidikan Dasar, Vol 4 No 1, Januari 2020, 23-29
30
Andriyanto, Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja Di Lebak Mulyo Kecamatan Kemuning
Kota Palembang, Jurnal PAI Raden Fatah Vol 1 No 1 Januari 2019, 85
31
Amelia Dwi Syifaunnufush dan R. Rachmy Diana, Kecenderungan Kenakalan Remaja Ditinjau
Dari Kekuatan Karakter Dan Persepsi Dan Persepsi Komunikasi Empatik Orang Tua, Jurnal
Psikologi Integratif , Vol 5 No 1 , 2017, 47-68
69

Berdasarkan hasil penelitian di SMPN 2 Larangan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kenakalan remaja disebabkan oleh kurangnya komunikasi yang baik

antara orang tua siswa dengan guru dan juga kepribadian serta watak anak yang keras

sehingga menyebabkan mereka susah untuk diatur dan tidak mengindahkan nasihat

orang tua maupun guru.

Dengan menjalin hubungan baik antara guru dan orang tua siswa segala

permasalahan termasuk kendala anak maupun kelebihan anak bisa dikomunikasikan

dengan guru. Sehingga dalam membicarakan hal-hal yang bersifat membangun serta

memberikan pengaruh positif bagi siswa juga bisa berjalan dengan baik. Segala sesuatu

yang tidak diketahui oleh guru dari anak yang bermasalah bisa ditanyakan langsung

kepada orang tua siswa, begitu juga sebaliknya orang tua bisa menanyakan langsung

mengenai kebiasaan baik atau buruk yang dilakukan anaknya di sekolah. Melalui

komunikasi yang dijalin dengan baik, tentunya akan menumbuhkan rasa kepercayaan

yang penuh dari orang tua terhadap pihak sekolah, dan memberikan penilaian positif.32

Pada dasarnya orang tualah yang memang seharusnya mampu memahami

anaknya, tentang apa yang sedang ia alami atau hadapi. Seperti misalnya menanyakan

keluh kesah anak dan kemudian memberikan arahan yang sekiranya bisa membantu.

Begitu juga dengan kepribadian anak, orang tualah yang pastinya lebih paham tentang

apa yang dia suka atau bahkan tidak disukai serta alasan lain yang menyebabkan sang

anak berbuat hal yang kurang baik. Orang tua (keluarga) yang bertanggung jawab yang

32
Ike Junita Triwardhani , Wulan Trigartanti , Indri Rachmawati , Strategi Guru dalam membangun
komunikasi dengan Orang Tua Siswa di Sekolah, Raditya Pratama Putra Jurnal Kajian Komunikasi,
Volume 8, No. 1, Juni 2020, 99-113
70

paling utama atas perkembangan dan kemajuan anak. Peran orang tua dalam mendidik

anak adalah kunci keberhasilan orang tua dalam membentuk kepribadian anak. 33

Terdapat dua hal yang akan membentuk kepribadian dan karakter anak seperti

yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW, yaitu kedua orang tua yang melahirkannya

dan lingkungan tempat membesarkannya. Anak pada dasarnya memiliki kebiasaan

sebagaimana kebiasaan dari orang tuanya. Sebagai seorang anak tentunya dia akan

selalu mengikuti perilaku induknya yaitu kebiasaan orang tua. Kebiasaan-kebiasaan

yang ditanamkan kedua orang tua dan para pendidik di sekitar anak waktu kecil itulah

yang akan mempengaruhinya. Maka ketika kedua orang tua dan orang-orang di

sekitarnya membiasakan dengan pendidikan atau hal-hal yang baik, maka akan seperti

itulah dia akan menjadi, dan demikian sebaliknya. 34

33
Muhammad Ari Akbar, Peran orang tua terhadap pendidikan anak, Skripsi, Universitas Negeri
Semarang
34
Azizah Maulina Erzad, Peran orang tua dalam mendidik anak dalam lingkungan keluarga, Vol 5,
No 2, Juli-Desember 2017, 416
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dan diperoleh di

lapangan , dengan judul Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengatasi Kenakalan

Remaja Di SMPN 2 Larangan Pamekasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Di SMPN 2

Larangan Pamekasan terbilang berbeda jika dibandingkan dengan sekolah-

sekolah lain. Karna strategi yang digunakan kepala sekolah dalam mengatasi

kenakalan remaja di SMPN 2 Larangan dan sekaligus memberikan contoh

teladan yang disiplin bagi siswa dan juga tenaga pendidik maupun tenaga

kependidikan. Kepala sekolah akan memeberikan teguran dan sanksi atau

hukuman kepada guru yang tidak professional dalam menjalankan tugasnya

sebagai pendidik. Jika ada anak yang melanggar peraturan sekolah, kepala

sekolah akan menegur guru pengajar pada saat jam pelajaran itu berlangsung atau

bisa juga menegur wali kelas siswa yang melanggar karna sejatinya siswa adalah

tanggung jawab mereka (guru) selama masih di dalam lingkungan sekolah.

Kepala sekolah secara tidak langsung mengharuskan setiap tenaga pendidik

ataupun tenaga kependidikan yang mengetahui siswanya telah melanggar

peraturan sekolah untuk segera ditindak. Seperti misalnya diberi teguran terlebih

dahulu jika memang sudah pantas diberi sanksi atau hukuman guru bisa

menegakkan itu dalam artian masih m,.dalam batas wajar. Tujuannya agar bisa

71
72

memberikan efek jera kepada mereka agar tidak mengulangi kesalahan atau

melanggar peraturan sekolah kembali.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja di SMPN 2 Larangan

Pamekasan ada beberapa yang diantaranya dari faktor orang tua. Anak yang

kekurangan kasih sayang dan perhatian dari orang tua cenderung akan mencari

perhatian di luar lingkungan keluarga. Dan dari sinilah kemudian mereka diuji

pada kekuatan mengontrol diri dari pengaruh lingkungan dan teman sebaya yang

tidak sehat atau tidak baik. Yang disebabkan karna pola pikir mereka yang

dangkal dan tidak bisa memikirkan dengan matang-matang seperti apa resiko

yang akan dihadapi dalam setiap perbuatannya. Jadi kontrol diri, peran orang tua

dalam mendidik anak serta lingkungan luar dan teman sebaya merupakan faktor

yangs sering mempengaruhi kenakalan remaja yang terjadi di SMPN 2 Larangan

Pamekasan.

3. Faktor-Faktor Penghambat Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMPN 2

Larangan Pamekasan yaitu dari watak keras yang dimilki oleh siswa dan

kurangnya komunikasi yang baik antara guru dengan orang tua siswa. Watak

keras yang dimiliki oleh siswa menyebabkan setiap orang yang menasehati atau

memberikan arahakan kepada dia cenderung tidak akan didengarkan. Begitu

dengan guru jika menasehati siswa yang memiliki watak keras akan bersikap

acuh tak acuh bahkan ada yang tidak menghargai. Siswa yang seperti ini hanya

mengedepankan egonya saja tanpa memikirkan perasaan orang lain. Dan

mengenai komunikasi antara guru dan orang tua yang kurang baik memang di

SMPN 2 Larangan memang dibenarkan adanya sehingga untuk membicarakan


73

hal-hal yang membangun dan bersifat perbaikan bagi siswa tidak berjalan

sebagaimana mestinya. Orang tua siswa cenderung menutup diri dan enggan

untuk diajak bermusyawarah guna mendapatkan solusi terbaik dalam mengatasi

kenakalan remaja di SMPN 2 Larangan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang telah

diuraikan diatas tentang Startegi Kepala Sekolah Dalam Mengatasi Kenakalan

Remaja Di SMPN 2 Larangan Pamekasan, oleh karena itu perlu adanya tindak

lanjut terhadap temuan peneliti di lapangan. Oleh sebab itu peneliti akan

memberikan saran yang dapat berguna dan bermanfaat bagi sekolah sebagai

berikut:

1. Kepada Kepala Sekolah

Kepada Kepala Sekolah SMPN 2 Larangan diharapkan mampu untuk

selalu memberikan contoh yang baik bagi bawahannya, baik itu tenaga

pendidik/ tenaga kependidikan dan juga siswanya. Terutama kepada siswanya

agar selalu berkelakuan baik dan menjauhi hal-hal yang buruk. Mengingat

sekarang zaman semakin canggih dan pergaulan semakin asal-asalan.

2. Kepada Guru

Diharapkan mampu membimbing siswanya agar mereka bisa

mengontrol diri dalam situasi apapun terlebih lagi dalam hal pertemanan. Dan

juga mampu mendidik mereka untuk menjadi pribadi yang semakin hari

semakin baik serta selalu sadar bahwa tanggung jawab seorang guru adalah

mendidik serta membimbing siswanya di sekolah.


74

3. Kepada Siswa

Diharapakan mampu menjadi remaja yang berkelakuan baik dan terus

memperbaiki diri agar nantinya bisa menjadi pribadi yang berguna bagi orang

tua dan bangsa. Menguatkan kontrol diri dari lingkungan agar tidak mudah

terjerumus pada pengaruh negatif yang berdampak buruk pada diri sendiri

maupun orang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Ari Akbar, Muhammad, Peran orang tua terhadap pendidikan anak, Skripsi
Universitas Negeri Semarang
Amin, Samsul Munir. Bimbingan dan konseling islam, (Jakarta: Amzah, 2016)
Asri, Dahlia Novarianing .Kenakalan remaja; Suatu problematika sosial diera
milenial, Prosiding SNBK, Vol 2, No 1 , 2018

Andrianto, Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di Lebak Mulyo kecamatan


Kemuning kota Palemban, Jurnal PAI Raden fatah, Volume 1, No 1, 2019
Albi Anggito, Setiawan Johan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jawa barat: CV
Jejak, 2018)
Baharudin, Pusnita John. D. Zakarias, Juliana Lumintang” Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kenakalan remaja (Suatu Studi di Kelurahan Kombos
Barat Kecamatan Singkil Kota Manado)”, Vol. 12 No. 3 / Juli – September
2019

Buna’i, Metodologi penelitian pendidikan, (pamekasan:STAIN Pamekasan


Press,2006)

Coleman M, Empowering Family –Teacher Partnership Building Connection


Within Diverse Communities (Los Angeles: Sago Publication, 2013)

Een, Umbu Tagela , Sapto Irawan, “Jenis-jenis kenakalan remaja dan faktor-
faktor yang mempengaruhi di desa Merak Rejo kecamatan Bawen kabupaten
semarang”, Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 4 Nomor 1
2020

Elyarianti dan Malik Abdul Azis, Pengaruh Lingkungan Sosial dan Komunikasi
Keluarga terhadap Perilaku Seksual Remaja Siswa SMAN 1 Bukit Kecamatan
Bukit Kabupaten Bener Meriah, Volume 9, No.2, Oktober 2021

Evi Aviyah, Muhammad Farid, Religiusitas, Kontrol diri, dan kenakalan remaja,
Persona jurnal psikologi Indonesia, Vol 3, No 2, 2014

75
76

Ginarsih, Inggit Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Siswa di SMPN


Darma Bakti Kecamatan Punggur Lampung Tengah, Institut Agama Islam
Negeri Metro 2019
Haris, Amin. Kepemimpinan pendidikan (Bandung; Alfabeta CV, 2018)
Hendrikus Nai dan Wiwik Wijayanti, Pelaksanaan tugas dan fungsi kepala
sekolah pendidikan menengah negeri, urnal Akuntabilitas Manajemen
Pendidikan Volume 6, No 2, September 2018

Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang:UMM Press, 2010)

Iskandar, Prilaku Kenakalan Remaja di Desa Tubo Tengah Kecamatan Tubo


Sendana Kabupaten Majene, 2019
Junita Triwardhani , Ike, dan Wulan Trigartanti , Indri Rachmawati , Strategi Guru
dalam membangun komunikasi dengan Orang Tua Siswa di Sekolah, Raditya
Pratama Putra Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020
Kompas.com - 21/03/2022, 11:08 WIB
Mataputun, Yulius. Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Kecerdasan
Intelektual, Emosional, Dan Spiritual Terhadap Iklim Sekolah, (Ponorogo:
Uwais Inspirasi Indonesia, 2018)
Maulina Erzad, Azizah , Peran orang tua dalam mendidik anak dalam lingkungan
keluarga, Vol 5, No 2, Juli-Desember 2017
Muktiali Jarbi,M, Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak,
JURNAL PENDAIS VOLUME 3 NO. 2 DESEMBER 2021
Mulyanto, Edi, Manajemen monflik pada PT.Bank CIMB NIAGAR CARD
CENTER BINTARO, PEKOBIS Jurnal Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis Vol
3 No 2 Oktober 2018
Mulyasa. Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah (Jakarta: PT Bumi
aksara, 2019)
Muawanah, Lis Binti dan Herlan Pratikto, Kematangan emosi,konsep diri dan
kenaklan remaja, Jurnal psikologi, Vol 7, No 1, 2012
77

Nurkholis, Pendidikan dalam upaya memajukan teknologi, Jurnal kependidikan,


Vol 1, Nomor 1, 2013

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2007), 47.
Triwardhani , Ike,Wulan Trigartanti , Indri Rachmawati , Strategi Guru dalam
membangun komunikasi dengan Orang Tua Siswa di Sekolah, Raditya
Pratama Putra Jurnal Kajian Komunikasi

Priansa, Donni Juni dan Rismi Somad. Manajemen supervisi dan


kepemimpinan kepala sekolah (Bandung: Alfabeta CV, 2014)
Q.S Asy-Asyu’Ara’ Ayat 214

Satriah, Lilis. Panduan bimbingan konseling pendidikan (Bandung: Fokus Media,


2018)
Syafaat, Aat dkk, Peranan Pendidikan Agama islam (Jakarta: Rajagrafindo
Persada , 2004,
Syifaunnufush, Amelia Dwi dan R.Rachmy Diana, Kecenderungan kenakalan
remaja ditinjau dari kekuatan karakter dan persepsi komunikasi empatik
orang tua, Jurnal psikologi integrative, Vol 5, No 1, 2017
Sumara, Dadan, Sahadi Humaedi, Meilanny Budiarti Santoso, Kenakalan remaja
dan penangannannya, Jurnal penelitian PPM, Vol 4, No 2 , 2017
Savitri Suryandari, Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kenakalan remaja,
Jurnal inovasi pendidikan, Vol 4, No 1, 2020
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2010)

Suhadirman, Budi, Studi Pengembangaan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Rineka


Cipta, 2012)
Vio Rina, Evi dan Niken Agus Tianingrum, Pengaruh Lingkungan Terhadap
Perilaku Kenakalan Remaja Sekolah Di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan
Baru Kota Samarinda, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Kalimantan
Timur, Samarinda, Indonesia.
78

Wibowo, Agus, Manajemen Pendidikan Karakter Di Sekolah, (Yogyakarta:


Pustaka Belajar, 2016)
Zuriah, Nurul Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2007)
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama: Inggri Melati Tantri Kusuma

Nim: 19381042076

Fakultas: Tarbiyah

Program Studi: Manajamen Pendidikan Islam

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar

merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan dan karya saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini merupaka hasil

plagiasi , maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan yang dituduhkan

kepada saya

Pamekasan, 08 November 2022

Yang membuat pernyataan

Inggri Melati Tantri K.

19381042076

79
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Pedoman Wawancara
1. Kepala Sekolah dan Guru

No Fokus Penelitian Pertanyaan


1. Strategi kepala sekolah dalam mengatasi 1. Bagaimana Strategi
kenakalan remaja yang terjadi di SMPN 2 kepala sekolah
Larangan dalam mengatasi
kenakalan remaja
yang terjadi di
SMPN 2 Larangan?
2. Faktor yang mempengaruhi kenakalan 2. Apa saja Faktor yang
remaja yang terjadi di SMPN 2 Larangan mempengaruhi kenakalan
remaja yang terjadi di
SMPN 2 Larangan?
3. Faktor penghambat dalam mengatasi 3. Apa saja Faktor penghambat
kenakalan yang terjadi di SMPN 2 dalam mengatasi kenakalan
Larangan yang terjadi di SMPN 2
Larangan?

2. Siswa
No Fokus Penelitian Pertanyaan
1. Faktor yang mempengaruhi 1. Apa alasan kalian melakukan
kenakalan remaja yang terjadi di pelanggaran sekolah yang
SMPN 2 Larangan berdampak pada kenakalan remaja
di SMPN 2 Larangan?

80
81

Lampiran 2

PEDOMAN OBSERVASI

1. Pengamatan terhadap siswa yang sedang dihukum oleh guru


2. Pengamatan ruang kelas yang sedang tidak ada guru (jam kosong)
3. Pengamatan lingkungan sekolah
4. Pengamatan terhadap siswa yang gelagatnya mengarah pada remaja
yang nakal

Lampiran 3

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Data Sekolah
2. Foto Kegiatan Siswa
3. Foto Fasilitas Sekolah
4. Foto Bersama Narasumber
82

Lampiran 4
83

Lampiran 5
84

Lampiran 6
85

Lampiran 7
86

Lampiran 8
87

Lampiran 9
88

Lampiran 10

Buku Skor Pelanggaran Siswa

Kamar Mandi Sekolah

Tampilan Depan SMPN 2 Larangan


89

Siswa Tidak Mengikuti Jam Pelajaran

Jam Kosong

Tembok Yang Dicorat-Coret Oleh Siswa


90

Foto Bersama Siswa SMPN 2 Larangan


91

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Anak dari pasangan Bapak Maryanes dan juga Ibu Mala

Kusmiati. Merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara.

Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar Negeri

Kaduara Barat 1 Larangan Pamekasan lulus pada tahun

2013, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Larangan Pamekasan lulus

pada tahun 2016, setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas yaitu di

Madrasah Aliyah Negeri 1 Pamekasan jurusan Ilmu Pengetahuan Alam lulus pada

tahun 2019. Pada tahun2019 itu juga penulis melanjutkan studi ke perguruan tinggi

yang ada di kabupaten Pamekasan yaitu IAIN Madura (Institut Agama Islam Negeri

Madura). Karya inilah yang merupakan bentuk fisik sebagai tugas akhir untuk menjadi

Sarjana Strata Satu (S1) Tarbiyah (Manajemen Pendidikan Islam) di IAIN Madura.

Anda mungkin juga menyukai