Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENGATASI KENAKALAN

SISWA DI SMPN 2 LARANGAN PAMEKASAN

Inggri Melati Tantri Kusuma


Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Madura
Email; inggrimelati2000@gmail.com

Abstrak
Kenakalan yang terjadi pada siswa didalam sebuah lembaga pendidikan sudah lumrah
terjadi. Kepala sekolah selaku pemegang kendali atas keberhasilan pencapaian mutu
sekolah perlu memberikan perhatian khusus terhadap kenakalan siswa. Oleh Karena
itu untuk meminimalisir kenakalan–kenakalan tersebut berbagai penanganan yang
diakukan oleh pihak sekolah baik itu kepala sekolah maupun guru diharapkan mampu
memberikan arahan serta motivasi bagi para siswa agar selalu mematuhi peraturan
yang berlaku. Arahan dan motivasi tersebut bisa berupa kemantapan dalam hal
pengontrolan diri dan juga batasan-batasan dalam bersosialisasi diberbagai
lingkungan. Berdasarkan hal tersebut fokus dalam penelitian ini adalah: 1) Strategi
Kepala Sekolah Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Di SMP Negeri 2 Larangan
Pamekasan. 2) Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Siswa Di SMP Negeri 2
Larangan Pamekasan. 3) Faktor Penghambat Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Di
SMP Negeri 2 Larangan Pamekasan. Adapun pendekatan yang digunakan yaitu
pendekatan kualitatif yang bersifat analisis deskriptif dengan instrument yang
digunakan meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi.
Kata Kunci: Strategi Kepala Sekolah dan Kenakalan Remaja.

Abstract
Delinquency that occurs to students in an educational institution is commonplace. The
school principal as the holder of control over the success of achieving school quality
needs to pay special attention to student delinquency. Therefore, in order to minimize
these misbehaviors, the various treatments carried out by the school, both the principal
and the teacher, are expected to be able to provide direction and motivation for
students to always comply with applicable regulations. Directions and motivation can
be in the form of stability in terms of self-control and also internal boundaries.
socializing in various environments Based on this, the focus of this research is 1) The
Principal's Strategy in Overcoming Student Delinquency at Prohibited Pamekasan 2
Public Middle School 2) Factors Influencing Student Delinquency at Pamekasan
Prohibited 2 Public Middle School. 3) Inhibiting Factors in Overcoming Student

1
Delinquency at Prohibited Pamekasan Public Middle School 2. The approach used is
a qualitative approach that is descriptive analysis with the instruments used include
observation, interviews and documentation.
Keywords: Principal Strategy and Juvenile delinquency

PENDAHULUAN
Kepala sekolah menjadi faktor utama dalam mengatasi kenakalan remaja
dilembaga yang dipimpinnya. Dalam setiap lembaga pendidikan memiliki kepala
sekolah yang berkarakter dan berprinsip berbeda. Mereka memiliki strateginya masing-
masing didalam mengatasi segala permasalahan yang ada dilembaganya, apa dan
bagaimana sebab serta akibatnya. Kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga harus
tahu apa saja yang sedang terjadi didalam lembaganya seperti misalnya apa saja yang
dibutuhkan oleh warga sekolahnya.Kepala sekolah memiliki tanggung jawab yang
besar serta peran yang sangat penting dalam sebuah lembaga pendidikan. Kepala
sekolah yang baik harus mampu mengatur, menata, mengontrol serta memahami apa
saja yang dibutuhkan oleh warga sekolahnya, terutama bagi siswanya.
Dalam lembaga pendidikan baik guru, karyawan sekolah, maupun kepala sekolah
harus saling membantu dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Kepala sekolah
sebagai penentu arah dari setiap kebijakan sekolah. Walaupun pada kenyataannya
pekerjaan kepala sekolah bisa dibantu oleh para wakilnya, namun kepala sekolah tetap
orang yang harus memegang kendali lembaga sekolahnya. 1 Suatu lembaga sekolah
yang baik dan maju tak luput dari peran kepala sekolah yang hebat. 2 Mengutip dari
Priansa, ”Nilai-nilai yang menjadi prinsip kepala sekolah akan menjadi pusat dari
keseluruhan aktivitas kepala sekolah”. 3Visi misi dan tujuan sekolah akan berhasil apa
bila guru dan pegawai lainnya serta siswa percaya pada kepemimpinan kepala sekolah.
Karna tanggung jawab kepala sekolah sangatlah besar, sehingga orang yang tidak
mempunyai kompeten didalam dirinya tidak akan mampu mengemban amanah serta
sulit dipercaya.
Dalam proses mengatasi konflik kepala sekolah SMPN 2 Larangan ini dibantu oleh
guru BK (Bimbingan Konseling) untuk bisa lebih jauh menganalisis apa saja penyebab
dari kenakalan siswanya. Siswa tidak hanya membutuhkan materi pelajaran berupa
teori saja, namun bimbingan konseling pun diperlukan karna pada hakikatnya setiap
kehidupan pasti ada masalah. 4 Bimbingan berarti memberikan bantuan kepada
seseorang atau kelompok untuk menentukan berbagai pilihan secara bijakasana. 5
Hidup di dunia kita memang diharuskan untuk memilih, seperti misalnya pilihan untuk

1
Amin Haris, Kepemimpinan pendidikan, (Bandung; Alfabeta CV, 2018),
2
Mulyasa, Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, (Jakarta; PT Bumi aksara, 2019)
3
Donni Juni Priansa, Rismi Somad, Manajemen supervisi dan kepemimpinan kepala sekolah
(Bandung: Alfabeta CV, 2014), 198
4
Lilis Satriah, Panduan bimbingan konseling pendidikan, (Bandung: Fokus Media, 2018), 21
5
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan konseling islam, (Jakarta: Amzah, 2016)
berbuat baik atau buruk.Sekalipun kita memilih untuk berbuat baik, terkadang iman
kita goyah dan alhasil tergelincir pada perbuatan yang buruk. Sehingga pemantapan
prilaku baik memang menjadi perhatian utama bagi remaja saat ini.
Kenakalan remaja bagaikan fenomena gunung es yang semakin ditelisik semakin
kompleks permasalahannya. 6 Strategi yang digunakan oleh kepala sekolah SMPN 2
Larangan terbilang cukup unik, ini dikarenakan sikap disiplin dan ketegasananya dalam
mengatur lembaga pendidikannya agar senantiasa menghasilkan perubahan yang baik
dan signifikan. Sejauh yang saya tahu, sangat jarang kepala sekolah yang memiliki
pemikiran untuk berkolaborasi dengan guru BK (Bimbingan Konseling) guna
mengatasi kenakalan siswanya. Pada umumnya guru Bimbingan Konseling lah yang
turun tangan langsung untuk mengatasi permasalahan anak-anak didiknya.
Didikan orang tua dirumah akan berpengaruh pula bagi didikan guru di sekolah.
Anak yang senantiasa diberi nasehat, selalu dilatih untuk berbuat jujur secara tidak
langsung akan membantu peran guru dalam mendidik siswanya di sekolah, begitu juga
sebaliknya. Jadi peran orang tua serta guru sama-sama sangat penting dalam
pembentukan kepribadian anak atau siswa agar menjadi remaja yang berkualitas. 7
Telah dijelaskan juga mengenai pentingnya memberi peringatan kepada keluarga
terdekat atau kerabat yaitu dalam Q.S Asy-Asyu’Ara’ ayat 214.
ۙ َ‫ﻋ ِﺸﯿ َْﺮﺗَﻚَ ْاﻻَ ْﻗ َﺮﺑِﯿْﻦ‬
َ ‫َوا َ ْﻧﺬ ِْر‬
Artinya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu
(Muhammad) yang terdekat.(Q.S Asy-Asyu’Ara’ ayat 214). 8

Keluarga terdekat terutama orang tua wajib memberi peringatan kepada anak-
anaknya agar mereka senantiasa berada dijalan yang benar. Tidak melalukan hal-hal
memyimpang dan melanggar norma-norma yang ada yang berdampak pada kerugian
bagi diri sendiri maupun orang lain.
Pertumbuhan dan perkembangan remaja tidak terlepas dari pengaruh bawaan
yang berkaitan dengan sifat-sifat genetika yang diturunkan oleh kedua orang tua,
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan teman maupun lingkungan
masyarakat umum. Kenakalan anak juga bisa disebabkan karna faktor genetika. Dan
kenakalan remaja memang senantiasa terjadi di dalam lembaga pendidikan sekolah
sudah terbilang makanan sehari-hari guru, namun yang membedakan yaitu dari segi
tingkatan ringan atau beratnya kenakalan remaja dan bagaimana lembaga tersebut

6
Dahlia Novarianing Asri, Kenakalan remaja; Suatu problematika sosial diera milenial, Prosiding
SNBK, Vol 2, No 1 , 2018, 1-8
7
Savitri Suryandari, Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kenakalan remaja, Jurnal inovasi
pendidikan, Vol 4, No 1, 2020, 23-29
8
Q.S Asy-Asyu’Ara’, Ayat 214
mengatasi permasalahan itu dengan sebaik mungkin agar bisa menghasilkan jalan
keluar.
Konflik mengenai kenakalan yang ada di SMPN 2 Larangan ini masih
tergolong pada jenis konflik yang ringan, yang mana untuk mengatasi konflik tersebut
tidak memerlukan begitu banyak partisipan, seperti misal harus mendatangkan polisi,
dishub, tentara dan lain sebagainya. Namun, Lembaga tersebut mampu menyelesaikan
konflik tersebut melalui orang-orang inti saja, yaitu Kepala sekolah, guru, karyawan
sekolah, siswa itu sendiri maupun orang tua dan masyarakat sekitar.
Religiusitas pada diri anak juga berpengaruh pada kepribadian anak.
Religiusitas adalah internalisasi nilai-nilai agama dari dalam diri seseorang yang
berkaitan dengan kepercayaan terhadap ajaran agama baik didalam hati, ucapan
ataupun perbuatan. Kemudian kepercayaan ini implementasikan dalam perbuataan dan
tingkah laku sehari-hari. Anak yang terbiasa dibekali ilmu agama yang kuat,
kemungkinan untuk terpengaruh oleh hal-hal negatif bisa dikatakan sangat rendah.
Pengarahan melalui ajaran agama juga penting dalam proses mengatasi kenakalan
remaja, dengan cara mengajarkan apa-apa saja yang dilarang dan diperintahkan oleh
agama. 9 Bimbingan moral serta agama perlu dilakukan bagi remaja karna mereka
masih bisa dikatakan memiliki kepribadian yang labil dan belum bisa menempatkan
diri dengan baik. 10
Dengan cara memahami apa-apa saja yang diinginkan dan faktor apa saja yang
menjadi alasan siswa berprilaku nakal harus segera diusut atau ditangani agar nantinya
tidak akan adalagi yang namanya pelanggaran norma di lembaga sekolah. Sehingga
warga sekolahpun serta masyarakat akan merasa lebih nyaman dan damai. Misalnya
seperti mendatangi rumah anak yang sedang memiliki konflik disekolah dengan tujuan
agar tahu alasan mereka melakukan hal itu (bolos atau merokok). Berbicara dengan
orang tua atau keluarga terdekat dan sama-sama mencari jalan keluar yang nantinya
diharapkan bisa berdampak positif baik bagi sekolah, masyarakat dan anak itu sendiri.
Konflik mengenai kenakalan yang ada di SMPN 2 Larangan ini masih
tergolong pada jenis konflik yang ringan, yang mana untuk mengatasi konflik tersebut
tidak memerlukan begitu banyak partisipan, seperti misal harus mendatangkan polisi,
dishub, tentara dan lain sebagainya. Namun, Lembaga tersebut mampu menyelesaikan
konflik tersebut melalui orang-orang inti saja, yaitu Kepala sekolah, guru, karyawan
sekolah, siswa itu sendiri maupun orang tua dan masyarakat sekitar.
Kenakalan remaja adalah prilaku anak yang berusia kurang lebih 11-17 tahun
yang berani melanggar status, membahayakan diri sendiri, merugikan orang lain, baik
secara materi ataupun fisik. Pelanggaran ini bisa berupa seperti melawan orang tua,
membolos, merokok, berkendara dengan kecepatan tinggi, membahayakan diri sendiri

9
Evi Aviyah,Muhammad Farid, Religiusitas, Kontrol diri, dan kenakalan remaja, Persona jurnal
psikologi Indonesia, Vol 3, No 2, 2014, 126-129
10
Dadan Sumara, Sahadi Humaedi, Meilanny Budiarti Santoso, Kenakalan remaja dan
penangannannya, Jurnal penelitian PPM, Vol 4, No 2 , 2017, 129-389
dan orang lain, mabuk dan lain sebagainya. 11 Kenakalan yang terjadi pada anak remaja
sudah lumrah terjadi hampir diseluruh dunia, khususnya Indonesia. Era globalisasi
memberikan dampak yang sangat luar biasa saat ini, yaitu menimbulkan Cultural
Shock atau Syok Budaya. Sehingga banyak sekali remaja yang yang kemudian mencari
jalan pintas yang salah untuk melampiaskannya.
Mereka banyak yang melakukan pelanggaran terhadap norma dan hukum serta
motivasi mereka melakukan hal itu hanya karna ingin memperoleh penghargaan atas
eksistensi dirinya dan mendapatkan perhatian dari banyak orang. Ingin memperoleh
eksitensi boleh-boleh saja,namun alangkah baiknya dilakukan dengan cara yang positif
dan memberikan dampak yang baik bagi diri sendiri maupun orang lain.Mengutip dari
pemahaman Kartono dalam penjelasannya perkembangan fisik serta tenaga yang
melimpah pada usia remaja menyebabkan tingkah laku remaja terlihat kasar, canggung,
berandalan dan kurang sopan 12.
Kenakalan remaja berdampak negatif baik bagi diri sendiri maupun orang lain
.Kenakalan remaja akan menghancurkan masa depan anak, menghancurkan cita-cita
yang diimpikan dan juga akan menghancurkan harapan bangsa. 13 Penerus bangsa yang
dicetak dan diharapkan mampu membawa nama baik Indonesia dan menjunjung tinggi
prilaku yang baik, tercoreng karna segelintir anak yang tidak mampu berprilaku baik
dan tidak ada kesadaran untuk intropeksi dalam meningkatkan kualitas diri.
Dalam penyelenggaraan sistem pendidikan yang baik, hendaknya melihat atau
berorientasi pada masa depan, memikirkan apa yang akan dihadapi oleh anak cucunya
kelak. 14 Memikirkan dampak atas apa yang dilakukan sangatlah penting, artinya dalam
hal ini seseorang tersebut sudah mengantisipasi apa saja hal yang kemungkinan terjadi
jika mereka melakukan suatu perbuatan. Hal tersebut serupa dengan pembahasan kali
ini yaitu berprilaku baik bisa dijadikan sebagai pedoman bagi anak remaja dalam
membiasakan diri untuk terhindar dari penyimpangan dan mampu memberikan contoh
yang baik terhadap anak cucunya kelak.
Berdasarkan uraian permasalahan penelitian diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Strategi kepala sekolah dalam mengatasi kenakalan
remaja dengan memberi judul “Strategi kepala sekolah dalam mengatasi kenakalan di
SMPN 2 Larangan Pamekasan”.

11
Lis Binti Muawanah dan Herlan Pratikto, Kematangan emosi,konsep diri dan kenaklan remaja,
Jurnal psikologi, Vol 7, No 1, 2012, 490-500
12
Amelia Dwi Syifaunnufush dan R.Rachmy Diana, Kecenderungan kenakalan remaja ditinjau dari
kekuatan karakter dan persepsi komunikasi empatik orang tua, Jurnal psikologi integrative, Vol 5, No
1, 2017, 47-68
13
Andrianto, Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di Lebak Mulyo kecamatan Kemuning kota
Palemban, Jurnal PAI Raden fatah, Volume 1, No 1, 2019
14
Nurkholis, Pendidikan dalam upaya memajukan teknologi, Jurnal kependidikan, Vol 1, Nomor 1,
2013
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif disini
merupakan prosedur penelitian yang nantinya menghasilkan data deskriptif baik berupa
kata tertulis dan lisan dari orang serta perilaku yang dapat diamati. Jadi, pendekatan
kualitatif ini dilaksanakan karena penulis ingin menggali mengenai fenomena-
fenomena yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan tentang apa, mengapa, dan
bagaimana suatu kejadian secara detail dan mendalam. Tentunya seorang peneliti harus
mendatangi langsung ke lokasi peneliti untuk melihat dan kemudian menganalisis
berbagai situasi yang terjadi di lokasi tersebut. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh
Denzim dan Lincoln yang dikutip oleh Albi Anggito dan Johan Setiawan menyatakan
bahwasanya penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang menggunakan latar
alamiah yang bertujuan untuk menjabarkan kejadian yang terjadi dilapangan atau
lokasi dengan menggunakan berbagai metode yang ada. 15
Jenis penelitian dalam pelitian ini adalah deskriptif yaitu untuk memberikan
gambaran hasil kajian dan analisis dari peneliti. Penelitian deskriptif adalah jenis
penelitian yang diarahkan untuk memberikan gambaran tentang gejala, fakta, atau
kejadian secara sistematis dan juga akurat mengenai sifat dari suatu populasi. 16 Jenis
penelitian ini dipilih karenakan memiliki kaitan dengan judul Strategi kepala sekolah
dalam mengatasi kenakalan remaja di SMPN 2 Larangan Pamekasan. Oleh karena hal
tersebut, pendekatan kualitatif serta jenis penelitian deskriptif ini di gunakan oleh
peneliti dalam pelaksanaan penelitian di SMPN 2 Larangan Pamekasan.
Dengan adanya kehadiran peneliti ini pada dasarnya memanglah sangat
diperlukan, karna hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pada saat
pengumpulan data yaitu sebagai salah satu ciri-ciri dari penelitian kualitatif. Sedangkan
kehadiran peneliti dalam penelitian sebagai bentuk peran serta. Yang mana didalam
proses pengumpulan data, peneliti melakukan berbagai pengamatan serta bisa juga
mendengarkan secara langsung data-data yang dibutuhkan. Dengan adanya peran serta
yang dilakukan oleh peneliti disini bisa berupa interaksi sosial yakni antara peneliti
dengan subjek yang ada dalam lingkungan tersebut. Oleh karena itu, penggunaan
penelitian dengan metode kualitatif dan jenis penelitian studi kasus adalah untuk
mencocokkan teori dengan realita yang ada di SMPN 2 Larangan dengan
menggunakan metode deskriptif.
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini di SMPN 2 Larangan Pamekasan.
Lembaga ini merupakan lembaga dibawah naungan pemerintah atau yang biasa disebut
lembaga negeri. Lokasinya terbilang strategis karna berada dipinggir jalan raya dan
berdekatan dengam Destinasi wisata Pantai Talang Siring yaitu sekitar 50 M.Selain itu,
SMPN 2 Larangan ini merupakan sekolah Adiwiyata yang masih berjalan sampai saat

15
Albi Anggito, Setiawan Johan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jawa barat: CV Jejak, 2018), 7.
16
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), 47.
ini. Oleh hal ini yang menjadikan bahan pertimbangan untuk peneliti dalam memilih
lokasi penelitian.
Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaiti sumber data primer dan
sekunder. 1) Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber.
Untuk memperoleh data tersebut, peneliti melakukan wawancara langsung kepada
kepala sekolah, guru bimbingan konseling, sebagian guru, dan juga sebagian peserta
didik SMPN 2 Larangan Pamekasan. 2) Data Sekunder adalah data primer yang telah
diolah terlebih dahulu, kemudian menganalisi dan juga mempadupadankan dengan
berbagai referensi yang berkaitan seperti misalnya buku, jurnal, koran , media cetak
sejenis dan lain-lain..
Prosedur Pengumpulan data peneliti menggunakan 3 metode yaitu wawancara,
observasi dan dokumentasi. 1) Wawancara merupakan metode pengumpulan data yaitu
dengan cara berkomunikasi dengan sumber data melalui sebuah dialog berupa tanya
jawab atau secara langsung maupun tidak langsung. Jadi jenis wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini berupa wawancara Semi Terstruktur karena dalam hal
ini, peneliti diberi kebebasan dalam bertanya dan juga mengatur alur wawancara
dengan informan. 2) Observasi adalah metode yang dilaksanakan dengan cara
mengamati obyek yang diteliti. Metode ini digunakan untuk memeperoleh data dengan
mendatangi langsung objek yang akan diteliti. Observasi partisipan adalah teknik yang
bersifat interaktif dalam situasi yang alamiah melalui waktu serta catatan observasi
guna menjelaskan apa yang terjadi. Observasi Non partisipan adalah observasi yang
dilaksanakan yang mana peneliti tidak terlibat langsung dengan subyek yang diteliti,
namun hanya sebagai pengamat independen saja. 17
Observasi yang dilakukan oleh peneliti disini berupa observasi Non partisipan
karena dalam hal ini peneliti tidak ikut serta langsung terhadap kegiatan yang ada di
sekolah. 3) Dokumentasi, yaitu Dengan adanya dokumentasi ini sebagai sumber data
yang dibutuhkan oleh peneliti karena bisa dimanfaatkan untuk menguji, dan juga
menafsirkan apa saja yang ada dilapangan. Data tersebut berupa dokumen terlihat
seperti buku kasus yang menunjukkan siswa yang sering melanggar peraturan sekolah
dan poster atau papan norma-norma yang berlaku di SMPN 2 Larangan. Dokumentasi
ini digunakan untuk memperoleh data sebagai penunjang dalam penelitian yang
dilaksanakan di SMPN 2 Larangan Pamekasan yang berupa gambar/foto dari setiap
kegiatan yang berkaitan dengan berbagai data yang dibutuhkan oleh peneliti.
Analisis data merupakan proses yang dilakukan secara sistematis dalam upaya
mencari, yang kemudian dilanjutkan dengan menyusun sebuah data yang dihasilkan
baik dari hasil wawancara, dari catatan lapangan, dan juga dari bahan lainnya sehingga
diperoleh pemahaman dan juga temuan yang dapat dijadikan sebagai informasi kepada
orang lain. Analisis data disini juga merupakan sebuah pengorganisasian data dan
sistem urutannnya bisa berbentuk pola

17
Ibid.141
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan agar data
yang diperoleh nantinya bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dengan
melakukan proses verifikasi terhadap data tersebut. Untuk kemudian dapat mengecek
keabsahan data yang dihasilkan dari lapangan, peneliti perlu mengecek data dengan
menggunakan derajat kepercayaan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan. 1)
Perpanjang pengamatan, dengan memperpanjang waktu pengamatan pada saat
melakukan penelitian, ini karena didalam melakukan penelitian tidak cukup hanya
dilakukan dengan mendatangi satu kali lokasi penelitian dan membutuhkan waktu yang
terbilang relatif lama. Perpanjangan pengamatan ini bertujuan untuk memperoleh data
yang benar-benar akurat dan juga sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. 2)
Ketekunan pengamatan, yaitu Peneliti harus memilki ketekunan didalam proses
mengumpulkan data. Karna dengan hal inilah kemudian diperoleh data yang lebih
akurat sehingga data terus diupayaka keberadaannya sehingga menjadi data yang
sistematis. 3) Triangulasi yaitu proses pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan seuatu yang lain diluar data tersebut yang digunakan untuk kebutuhan
pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data yang dihasilkan. 18
Triangulasi memiliki empat macam, yaitu triangulasi data/ sumber, triangulasi peneliti,
triangulasi metode, triangulasi teoritis. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
jenis triangulasi sumber.
Dengan Triangulasi Sumber peneliti dapat menggali kebenaran informasi melalui
berbagai sumber data di SMPN 2 Larangan. Disini peneliti menerapkan cara
perbandingan dan pengecekan ulang terhadap informasi yang diperoleh melalui
informan yang berbeda. Sumber dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah, guru
bimbingan konseling, guru pengajar dan juga peserta didik SMPN 2 Larangan.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti memperoleh berbagai informasi yang
kemudian dapat digunakan sebagai bahan penelitian yang sesuai dengan topik yang
relevan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMPN 2
Larangan Pamekasan
Kenakalan yang terjadi di SMPN 2 Larangan memang masih terbilang tidak
terlalu parah dibandingkan dengan sekolah-sekolah negeri lainnya. Kenakalan yang
sering dilakukan oleh siswa SMPN 2 Larangan hanyalah seputar merokok dan bolos
sekolah. Temuan penelitian merupakan deskripsi dari data yang diperoleh dalam
pengumpulan data dilapangan melalui wawancara, observasi dan juga dokumentasi.
Dapat diketahui temuan penelitian berdasarkan hasil paparan diatas menunjukkan
bahwa kenakalan remaja saat ini memang lumrah terjadi, ditambah lagi dengan
perkembangan zaman yang serba instan dan mudah. Maka dari itu strategi kepala
sekolah yang tegas dan bijak dalam mengatur keberlangsungan proses kegiatan belajar

18
Ibid. 116
mengajar dan penanaman moral yang baik bagi siswa di sekolah perlu dilakukan
dengan maksimal.
Strategi kepala sekolah dalam mengatasi kenakalan remaja di SMPN 2
Larangan tak luput dari kebiasaan kedisiplinan dan profesionalitas yang ditanamkan
oleh kepala sekolah, baik itu bagi para guru, staff dan juga siswa. Yang mana pada
strategi tersebut kepala sekolah mengharuskan tiap tiap guru jika ada kendala atau
permasalahan di sekolah harus mampu mengelola sekaligus menyelesaikannya dengan
baik. Khususnya kenakalan remaja yang terjadi di SMPN 2 Larangan ini, kepala
sekolah memberikan perintah kepada guru pengajar ataupun wali kelas untuk
memberikan tindakan tegas kepada anak yang telah melanggar peraturan..
2. Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja Di SMPN 2 Larangan
Pamekasan
Faktor-faktor yang memepengaruhi kenakalan remaja di SMPN 2 Larangan ini
ada yang disebabkan karena kurangnya kasih sayang dan perhatian di rumah. Anak
yang demikian biasanya cenderung akan mencari perhatian diluar rumah, contohnya
seperti tadi yaitu melanggar peraturan sekolah. Disamping itu juga faktor pergaulan
antar teman dan kebiasaan. Semua itu saling berkaitan dan menjadi pemicu tidak
terkontrolnya diri sang anak yang kemudian mereka terlena. Dari sinilah mereka akan
menganggap semuanya hal yang biasa saja dan tidak perlu perhatian khusus sehingga
kebiasaan itu akan berlangsung terus menerus, entah itu dalam jangka panjang ataupu
pendek.
3. Faktor Penghambat Dalam Mengatasi Kenakalan Yang Terjadi Di SMPN 2
Larangan Pamekasan
Pada dasarnya setiap orang mempunyai pilihan hidupnya masing-masing.
Termasuk juga dengan siswa di SMPN 2 Larangan, yaitu mereka sebagian ada yang
menerima masukan dan juga kritikan dari guru dan ada juga yang sebaliknya, mereka
enggan mendengarkan nasehat dari guru dan cenderung acuh tak acuh. Mereka yang
demikian tidak menghargai perkataan maupun nasihat dari guru. Faktor dari orang tua
pun pastinya sangat juga berpengaruh. Kendala dalam mengatasi kenakalan di SMPN
2 Larangan ini meliputi watak dan kepribadian anak yang keras serta komunikasi antara
orang tua siswa dengan guru kurang berjalan dengan baik. Mereka pada usia remaja ini
memang sudah sepatutnya mencari jati diri, namun kontrol diri, dukungan dari orang
tua serta tameng yang kuat dari lingkungan luar pada saat itupun dibutuhkan. Karena
dengan begitu, remaja tidak akan melakukan hal-hal yang menyimpang termasuk
kenakalan remaja ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dan diperoleh di
lapangan , dengan judul Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja
Di SMPN 2 Larangan Pamekasan dapat disimpulkan bahwa:
Pertama,. Strategi Kepala sekolah yang unik yaitu kepala sekolah akan memeberikan
teguran dan sanksi atau hukuman kepada guru yang tidak professional dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Jika ada anak yang melanggar peraturan
sekolah, kepala sekolah akan menegur guru pengajar pada saat jam pelajaran itu
berlangsung atau bisa juga menegur wali kelas siswa yang melanggar karna sejatinya
siswa adalah tanggung jawab mereka (guru) selama masih di dalam lingkungan
sekolah.
Kedua, Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja di SMPN 2 Larangan
Pamekasan ada beberapa yang diantaranya dari faktor orang tua. Anak yang
kekurangan kasih sayang dan perhatian dari orang tua cenderung akan mencari
perhatian di luar lingkungan keluarga. Dan dari sinilah kemudian mereka diuji pada
kekuatan mengontrol diri dari pengaruh lingkungan dan teman sebaya yang tidak sehat
atau tidak baik. Yang disebabkan karna pola pikir mereka yang dangkal dan tidak bisa
memikirkan dengan matang-matang seperti apa resiko yang akan dihadapi dalam setiap
perbuatannya.
Ketiga, Faktor-Faktor Penghambat Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMPN 2
Larangan Pamekasan yaitu dari watak keras yang dimilki oleh siswa dan kurangnya
komunikasi yang baik antara guru dengan orang tua siswa. Watak keras yang dimiliki
oleh siswa menyebabkan setiap orang yang menasehati atau memberikan arahakan
kepada dia cenderung tidak akan didengarkan. Begitu dengan guru jika menasehati
siswa yang memiliki watak keras akan bersikap acuh tak acuh bahkan ada yang tidak
menghargai.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia Dwi Syifaunnufush dan R.Rachmy Diana, Kecenderungan kenakalan remaja
ditinjau dari kekuatan karakter dan persepsi komunikasi empatik orang tua, Jurnal
psikologi integrative, Vol 5, No 1, 2017

Anggito, Albi Setiawan Johan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jawa barat: CV


Jejak, 2018

Binti Muawanah, Lis dan Herlan Pratikto, Kematangan emosi,konsep diri dan kenaklan
remaja, Jurnal psikologi, Vol 7, No 1, 2012

Donni Juni Priansa, Rismi Somad, Manajemen supervisi dan kepemimpinan kepala
sekolah (Bandung: Alfabeta CV, 2014)

Evi Aviyah,Muhammad Farid, Religiusitas, Kontrol diri, dan kenakalan remaja,


Persona jurnal psikologi Indonesia, Vol 3, No 2, 2014

Haris, Amin Kepemimpinan pendidikan, (Bandung; Alfabeta CV, 2018),


Mulyasa, Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, (Jakarta; PT Bumi aksara,
2019)
Munir Amin, Samsul Bimbingan dan konseling islam, (Jakarta: Amzah, 2016)

Novarianing Asri, Dahlia Kenakalan remaja; Suatu problematika sosial diera


milenial, Prosiding SNBK, Vol 2, No 1 , 2018
Nurkholis, Pendidikan dalam upaya memajukan teknologi, Jurnal kependidikan, Vol
1, Nomor 1, 2013

Q.S Asy-Asyu’Ara’, Ayat 214

Suryandari, Savitri Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kenakalan remaja, Jurnal
inovasi pendidikan, Vol 4, No 1, 2020

Satriah, Lilis Panduan bimbingan konseling pendidikan, (Bandung: Fokus Media,


2018

Sumara, Dadan ,Sahadi Humaedi, Meilanny Budiarti Santoso, Kenakalan remaja dan
penangannannya, Jurnal penelitian PPM, Vol 4, No 2 , 2017

Zuriah, Nurul Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2007), 4
12

Anda mungkin juga menyukai