PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh sebab itu, melalui pendidikan siswa dibina dan diarahkan untuk
mengaktualisasikan diri sebagai insan rasional, sosial, bermoral dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan mampu bertanggung jawab
kepada diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara.
Fakta menunjukkan bahwa di lingkungan sekolah dan masyarakat masih
terjadi beragam penyimpangan perilaku siswa, yang sifatnya konvensional
dan kekinian (modern). Bentuk penyimpangan konvensional yang masih
banyak kita jumpai antara lain; terlambat datang di sekolah, membolos
(tidak hadir tanpa keterangan), merokok, melakukan kekerasan terhadap
siswa yang lain, berkata kasar terhadap teman atau guru dan lain-lain.
B. Landasan Hukum
tentang Standar Nasional Pendidikan;
C. Tujuan
3. Membekali warga sekolah dengan berbagai informasi untuk
melaksanakan pencegahan dan penanggulangan penyimpangan
perilaku siswa.
D. Sasaran
E. Manfaat
penanggulangan penyimpangan perilaku siswa melalui program
kegiatan baik yang dilaksanakan oleh OSIS maupun sekolah.
BAB II
PROBLEMATIKA SISWA, PENCEGAHAN
DAN PENANGANANNYA
A. Problematika Siswa
1. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua.
6. Adanya tekanan dari oknum teman sebaya, senior atau alumni yang
sulit dihindari.
B. Pencegahan dan Penanganan Masalah Siswa
Tata tertib adalah peraturan atau norma yang berlaku dan mengikat
di lingkungan kehidupan. Tata tertib sekolah merupakan peraturan
atau norma yang berlaku dan mengikat, hal-hal yang harus dipatuhi
oleh siswa sesuai dengan kultur yang berlaku di sekolah tersebut.
d. Menyiapkan siswa menjadi warga masyarakat yang berahlak
mulia, demokratis, menghormati hak-hak azasi manusia dalam
rangka mewujudkan masyarakat madani (Civil society).
a. Faktor Internal
1) Malas, sikap kerja yang negatif
2) Motivasi berprestasi rendah
3) Berpikir negatif
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Keluarga
a) Anak berada dalam keluarga yang kurang harmonis
b) Kurangnya kebersamaan orang tua dan anak di
rumah
c) Kurangnya komunikasi orang tua dengan anak
d) Pola asuh orang tua yang kurang mendidik
e) Intervensi orang tua terhadap anak terlalu dominan
f) Adanya bentuk kekerasan dalam rumah tangga
g) Sikap orang tua yang terlalu permisif
2) Faktor Sekolah
a) Sarana dan prasarana yang kurang memadai
b) Kuantitas dan kualitas guru yang masih kurang
c) Kurangnya aktivitas sekolah yang melibatkan siswa
d) Tidak konsekuen dalam menegakkan aturan
e) Kurangnya sosialisasi tentang tata tertib sekolah
3) Faktor Sosial
a) Pengangguran di sekitar lingkungan pergaulan anak
b) Lingkungan yang tidak mendukung di sekitar sekolah
c) Media massa yang menampilkan gambar/berita pornografi
dan tindak kekerasan
d) Penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi
a. Seks
10
Perilaku seks seharusnya dilakukan oleh manusia menurut :
1) Norma agama yang dianut.
2) Aturan perundang-undangan yang terdapat dalam Undang-
Undang Perkawinan.
3) Norma sosial yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
11
2 Sedang Melakukan Ciuman Pembekalan: Diberikan:
perbuatan Onani/ Nilai-nilai agama Bimbingan
yang dapat masturbasi Kesehatan konsultasi
dikategorikan Necking/ reproduksi remaja dengan
pemuasan cupang orang tua
seksual Pelecehan Sanksi
seksual
b. Narkoba
Untuk menanggulangi hal tersebut pemerintah, penegak hukum, guru dan institusi
pendidikan sangat gencar mensosialisasikan bahaya penyalahgunaan narkoba.
Maraknya penggunaan narkoba disebabkan oleh berbagai faktor internal dan
eksternal.
12
a. Faktor Internal
1) Lemahnya keimanan dan ketaqwaan
2) Kurang percaya diri
3) Ingin mencoba
b. Faktor Eksternal
1) Faktor keluarga
2) Lingkungan
3) Bahan narkoba yang mudah didapat
13
3. Berat Kecanduan Mengkonsumsi: Menanamkan Dikembalikan
Heroin nilai-nilai agama pada orang tua
Shabu- Dilaporkan
shabu
Membangun kepada pihak
Ganja
Ekstasi komunikasi berwajib
dan obat- yang baik
obatan dalam keluarga,
terlarang sekolah dan
lainnya masyarakat
Memberikan
penyuluhan
bahaya narkoba
Menciptakan
kegiatan yang
positif melalui
kegiatan eskul
c. HIV/AIDS
HIV (Human Imunne Deficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan
AIDS dengan cara menyerang sel darah putih. AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrom) merupakan penyakit yang menghancurkan sistem
kekebalan tubuh manusia.
14
b. Penggunaan Narkoba dengan mengunakan alat suntik secara
bergantian.
c. Transfusi darah yang tidak steril dari virus HIV
d. Bayi yang tertular karena lahir dari ibu yang menderita HIV/AIDS
e. Praktek prostitusi
Tujuan dari Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu
manusia yang beriman dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri,
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Gambaran secara lebih rinci dari masalah HIV/AIDS ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
15
2. Sedang. Sudah me- Mudah ter- Memberikan Konseling
nampakkan serang flu, bimbingan Konsultasi den-
gejala secara sariawan, penyuluhan gan orang tua
fisik gatal-gatal tentang ba- Dirujuk ke dok-
hayanya HIV/ ter
AIDS
Meningkatkan
kegiatan ekskul
di sekolah
2. Kriminalitas
Kriminalitas merupakan realitas sosial. Secara bahasa, kriminalitas
berasal dari kata crime yang artinya kejahatan, perbuatan melawan
hukum, menyimpang dan merugikan diri sendiri dan ataupun orang
lain. Sehingga kriminal bisa diartikan sebagai orang yang berbuat
kejahatan. Dari aspek historis kriminalitas ialah, jika seorang
melanggar peraturan atau undang-undang pidana dan ia dinyatakan
bersalah oleh pengadilan serta dijatuhi hukuman. Dalam hal ini,
jika seorang tidak dijatuhi hukuman, berarti orang tersebut belum
dianggap sebagai kriminal.
16
Permasalahan kriminalitas di lingkungan sekolah diakibatkan oleh
kepribadian siswa yang labil, sehingga berpengaruh terhadap
penyimpangan perilaku siswa. Siswa yang berperilaku menyimpang
cenderung melakukan tindakan kriminal atau pelanggaran norma
masyarakat.
a. ringan
b. sedang
c. berat
a. Ringan
17
2 Penipuan Perbuatan Sering -Layanan informasi -Kolaborasi wakasek
biasa karena adanya berbohong, tentang tata tertib kesiswaan, guru
kesempatan, menjanjikan sekolah, dan etika BK, wali kelas, dan
keusilan laporan sesuatu pada oleh guru BK pihak yang terkait
orang lain
-Sosialisasi -Jika pelanggaran
budaya sekolah sudah dianggap be-
berkolaborasi rat, perlu diadakan
dengan guru konferensi kasus
mapel agama,
Eksternal
PKn
-Kerjasama dengan
-Pemberlakuan tata
orang tua
tertib sekolah
yang tegas dan
jelas
b. Sedang
18
2. Pemalsuan Perbuatan Memalsukan Layanan informasi Kolaborasi waka-
memalsukan tanda tangan tentang tata tertib sek kesiswaan,
sesuatu guru sekolah, dan etika guru BK, wali
oleh guru BK kelas, dan pihak
yang terkait
-Sosialisasi budaya
sekolah berkolaborasi -Jika pelanggaran
dengan guru mapel sudah dianggap
agama, PKn berat, perlu dia-
dakan konferensi
-Pemberlakuan tata
kasus
tertib sekolah yang
tegas dan jelas Eksternal
-Kerjasama
dengan orang
tua
c. Berat
Pencegahan Penanggulangan
No. Sub kategori Deskripsi Contoh
(Kegiatan) (Tindakan)
19
2 Penipuan den- Perbuatan Penipuan -Adanya kerja- Internal
gan kekerasan. menipu dengan hip- sama dengan
-Kolaborasi wakasek
dengan meng- notis pihak kepolisian
kesiswaan, guru BK,
gunakan cara setempat
wali kelas, dan pihak
kekerasan
-Pemberian pen- yang terkait
dan teren-
didikan agama
cana. -Jika pelanggaran sudah
dianggap berat, perlu
diadakan konferensi
-Pendtaan siswa
kasus
tidak mampu
untuk mempero- Eksternal
leh beasiswa
-Kerjasama dengan
orang tua
-Siswa wajib -Jika tak terselesaikan
mengikuti kegia- direferalkan ke kepo-
tan ekstrakuri- lisian
kuler
3 Pemerasan/ Perbuatan Melakukan Adanya kerja- Internal
pemalakan meminta pemerasan di sama dengan
-Kolaborasi wakasek
barang orang dalam atau di pihak kepolisian
kesiswaan, guru BK,
lain dengan luar sekolah. setempat
wali kelas, dan pihak
cara me-
yang terkait
maksa
-Pemberian pen-
didikan agama
-Jika pelanggaran sudah
dianggap berat, perlu
diadakan konferensi
-Penda-
kasus
taan siswa tidak
mampu untuk
memperoleh
Eksternal
beasiswa
- Kerjasama dengan
orang tua
-Siswa wajib
-Kerkasama dengan
mengikuti kegia-
komite sekolah
tan ekstrakuri-
kuler -Jika tak terselesaikan
direferalkan ke kepo-
lisian
20
4 Penganiayaan/ Perlakuan Memukul/ me- -Adanya kerja- Internal
pengeroyokan menyiksa nyakiti kawan sama dengan
-Kolaborasi wakasek
orang lain sehingga men- pihak kepolisian
kesiswaan, guru BK,
secara gakibatkan setempat
wali kelas, dan pihak
sewenang- luka, trauma,
-Pemberian pen- yang terkait
wenang kecacatan
didikan agama
baik sendiri
maupun se- -Siswa wajib
cara bersama -Jika pelanggaran sudah
mengikuti kegia-
dianggap berat, perlu
tan ekstrakuri-
ada kerjasama dengan
kuler
pihak-pihak yang terkait
seperti kepolisian
Eksternal
-Kerjasama dengan
orang tua
-Jika tak terselesaikan
direferalkan ke kepo-
lisian
5 Perjudian Permainan Taruhan den- • Layanan Mengoptimalkan Kegia-
dengan cara gan sarana BK dan tan belajar mengajar
bertaruh main kartu, kesiswaan
menonton yang ber-
pertandingan daya guna
Meningkatkan kegiatan
olahraga dan • Layanan
dan kegia- IMTAQ
sebagainya.
tan agama Panggilan orang tua dan
• Kegiatan sangsi sesuai dengan
ekstrakuri- tata tertib yang berlaku
kuler
Rreferal ke BP/BK
6 Pemalsuan Perbuatan Memalsukan • Layanan Panggilan ortu dan kon-
memalsukan tanda-tangan BK dan ferensi kasus
sesuatu kepala seko- kesiswaan
yang ber- Referal ke instansi yang
lah, memalsu-
daya guna terkait
kan raport
• Layanan
dan kegia-
tan agama
• Kegiatan
ekstrakuri-
kuler
21
7 Perusakan Perbuatan Merusak fasili- Menumbuhkan Melakukan pembinaan
merusak ses- tas sekolah rasa memiliki dan sangsi sesuai tatertib
uatu fasilitas sekolah yang berlaku
melalui informasi
Referal ke BP/BK
dan slogan
Melengkapi sa-
rana prasarana
sekolah
8 Penculikan Mengambil Mengajak atau • Layanan Melakukan pembinaan
atau menga- mengambl BK dan ,panggilan ortu dan re-
jak seseorang seseorang kesiswaan ferral ke instansi yang
dengan cara dengan paksa yang ber- terkait
paksa. tanpa seper- daya guna
tujuan yang • Layanan
dan kegia-
bersangkutan
tan agama
atau orang
tua/wali. • Kegiatan
ekstrakuri-
kuler
9 Pelecehan Perbuatan • Menyentuh -Peningkatkan Internal
seksual dan melecehkan bagian IMTAQ siswa
-Memanggil siswa yang
pemerkosaan dan memaksa anggota
-Sosialisasi Pen- bersangkutan untuk
orang lain tubuh dari
didikan Repro- dimintai keterangan
untuk berhu- lawan jenis
duksi Remaja
bungan intim. yang tidak -Menginformasikan ke-
dikehenda- -Penyuluhan pada orang tua tentang
ki hukum dari kasus yang menimpa
kepolisian anaknya
• Memaksa
lawan jenis -Memberikan sanksi
untuk ber- kepada siswa berupa
hubungan
intim dikeluarkan dari sekolah
Eksternal
Diserahkan kepada pi-
hak kepolisian
22
10 Pemakai dan Perbuatan Memakai dan -Peningkatan Internal
pengedar memakai dan mengedarkan Imtaq siswa
NAPZA mengedarkan NAPZA
-Penyuluhan dari
obat-obat -Memberikan sanksi
Badan Narkoti-
terlarang kepada siswa berupa
ka kota/provinsi
dikembalikan ke orang
-Penyuluhan tua
hukum dari
kepolisian
Eksternal
-Pemasangan
poster-poster Langsung diserahkan
Anti Narkoba kepada polisi
11 Pembunuhan Perbuatan Membunuh -Peningkatan Dikembalikan ke orang
menghilan- manusia Imtaq siswa tua dan diserahkan ke
gkan nyawa polisi
-Penyuluhan
orang lain
hukum dari ke-
polisian
-Razia rutin
terhadap senjata
tajam
Perbuatan melanggar hukum yang dilakukan siswa dapat terjadi karena antara lain ;
1) ingin menemukan jati diri, 2) siswa sedang berada dalam fase perkembangan
masa remaja, 3) tekanan senior/alumni dan, 4) kesulitan ekonomi. Oleh karena
itu, sebagai pendidik perlu lebih profesional dalam memberikan bimbingan dan
penanganan kasus ketika siswa melakukan pelanggaran hukum.
Kehadiran teknologi yang serba digital banyak menjebak siswa untuk mengikuti
perubahan yang terjadi. Hal ini ditandai dengan timbulnya permasalahan sosial
23
bagi lingkungan seperti kebiasaan merusak fasilitas umum, coret-coret dinding,
minum minuman beralkohol, tawuran antar remaja, kebut-kebutan di jalan raya dan
bahkan sampai pada perilaku seks bebas (free sex).
Realitas dan problematika ini perlu disikapi secara arif dan bijaksana mengingat
kemampuan memahami pengetahuan dan teknologi adalah kebutuhan masa kini
yang tidak bisa dielakkan.
Walaupun demikian jika pemanfaatan teknologi digital, antara lain: internet dan HP
tidak diawasi pemakaiannya sering disalahgunakan oleh siswa untuk mengakses
gambar porno, menyebarkan informasi yang tidak bertanggung jawab, dan
yang lebih memprihatinkan internet lebih banyak digunakan sebagai alat untuk
bermain; mencari/mendownload lagu lagu; chatting dan facebook. Sedangkan
penyalahgunaan HP yang sering dilakukan siswa adalah saling menukar jawaban
ujian/test; menggunakan HP pada saat proses belajar mengajar; memotret;
menyimpan dan menyebarluaskan foto/gambar porno; merekam peristiwa amoral
dan atau melanggar hukum; menyebarkan berita yang tidak bertanggungjawab
serta pelecehan kepada orang lain.
24
No. Sub Deskripsi Contoh Pencegahan Penanggu
Kategori langan
25
2 VISUAL Penggunaan 1. Mengakses situs 1. Membuat kontrak 1. Menegur
TI melalui porno belajar spontan
indera pengli- 2. Mengunduh 2. Sosialisasi UU 2. Mempe-
hatan gambar dan atau Pornografi dan ringatkan
video porno pornoaksi setelah
3. Membuat, 3. Memblokir situs teguran tidak
menyimpan, porno direspon
menggunakan 4. Controlling siswa
dan penggunaan 3. Memberi-
menyebarkan fasilitas multi kan sanksi
situs porno media/IT di sekolah (point)
4. Menjadi hacker 5. Membuat peraturan 4. Panggilan
untuk tujuan penggunaan HP orang tua
merusak sistem berkamera di ke sekolah
administrasi sekolah (koordi-
sekolah 6. Menanamkan nasi dengan
5. Membuat rasa percaya diri orang tua)
dan atau dalam menghadapi 5. Kunjungan
menyebarkan ujian untuk tidak rumah
kunci terpengaruh pada 6. Konferensi
jawaban ujian informasi SMS kasus
menggunakan yang menyesatkan 7. Hukuman
SMS dan media 7. Memblokir situs, edukatif
sejenis home page, blogg 8. Alih kasus/
6. Memanfaatkan yang melanggar Referal
gambar untuk norma 9. Dikemba-
tujuan membuat 8. Mengadakan likan kepada
keresahan lomba disain grafis orang tua
7. Membuat home yang bertema anti
page, blogg pornografi
berisi teks 9. Memasukan aturan
maupun gambar penggunaan TI
yang melanggar dalam tata tertib
norma. sekolah/ siswa
8. Bermain game 10. Mengefektikan
dan atau aktifitas sidak penggunaan
sejenis pada TI di sekolah
saat PBM
26
4. Bullying
Bullying adalah kekerasan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa lain yang
mengakibatkan ketidaknyamanan baik fisik maupun psikis, seperti: memalak,
berkata sinis, mengeluarkan kata-kata kotor, mudah tersinggung, mengambil
barang orang tanpa izin. Perbuatan yang termasuk dalam kategori bullying antara
lain:
1. kontak fisik langsung,
2. kontak verbal langsung,
3. perilaku non verbal langsung,
4. perilaku non verbal tidak langsung
5. pelecehan seksual
4.Memberikan 4.Kunjungan
himbauan agar kerumah siswa
siswa tidak berjalan /home visit
sendirian.
27
2 Kontak Kontak Verbal Perkataan - Memberikan Teguran langsung
Verbal Lang- Langsung adalah Kasar pendidikan oleh guru yang
sung berkata langsung agama semak- mendengar siswa
dengan objek simal mungkin, tersebut berkata
sesuai dengan baik formal mau- kasar bahwa berkata
situasi dan kon- pun non formal. kasar itu tidak ses-
disi yang terjadi - Guru memberi- uai dengan norma
pada saat itu kan keteladanan agama dan tata tertib
pada siswa sekolah.
Mengejek - Memberikan - Teguran langsung
Teman pendidikan terhadap siswa
agama semak- oleh guru yang
simal mungkin, mendengar siswa
baik formal mau- tersebut mengejek
pun non formal. teman
- Guru memberi- - Dipanggil guru BK
kan keteladanan untuk konseling
pada siswa
Memfitnah Memberikan pendi- - Pemanggilan
teman dikan agama se- terhadap siswa
maksimal mungkin, oleh guru yang
baik formal mau- menerima pen-
pun non formal. gaduan siswa
Wali kelas/guru yang difitnah dan
yang mengajar memberikan pen-
memberikan didikan agama dan
keteladanan pada mengatakan fitnah
siswa. Bahwa itu lebih kejam dari
menfitnah itu lebih pembunuhan.
kejam dari pem- - Dipanggil oleh
bunuhan. guru BK untuk
konseling
- Memanggil orang
tua yang bersang-
kutan untuk konsul
tasi.
Menjuluki Memberikan pendi- Pemanggilan terha-
dengan julukan dikan agama se- dap siswa oleh guru
yang buruk. maksimal mungkin, yang mendengar
baik formal mau- siswa tersebut yang
pun non formal. mengucapkan atau
Wali kelas/guru memanggil temannya
yang mengajar dengan nama yang
memberikan tidak disenanginya.
keteladanan pada
siswa.
28
3. Prilaku non Perilaku/Ekspresi a. Melihat a. Penanaman a. Pemberian
verbal lang- sesorang secara dengan budi pekerti motivasi
sung langsung dan sinis lebih dini. b. Konseling oleh
jujur b. Mendiam- b. Pembentu- guru BK
kan, kesal. kan karakter
c. Mema- remaja
nipulasi
d. Menjulur-
kan lidah
29
BAB III
PERAN SERTA STAKEHOLDER PENDIDIKAN
A. Sekolah
1. Kepala Sekolah
30
perilaku siswa yang menyimpang, sehingga upaya penanganan
penyimpangan perilaku siswa dapat dilakukan sedini mungkin.
3. Pembina OSIS
Pembina OSIS merupakan pendidik, pengajar, dan pembimbing yang
menyentuh kehidupan pribadi siswa. Mereka terkadang dijadikan
tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh karena
itu, pembina osis sebaiknya memiliki perilaku dan pengetahuan
yang memadai untuk dapat mengembangkan minat, bakat, dan
potensi pada diri siswa secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya,
31
pembina OSIS perlu memahami dan menghayati jati diri siswa yang
dibimbingnya.
32
3. Memberikan bimbingan berkaitan dengan pengembangan diri,
sosial, dan melanjutkan belajar ke jenjang perguruan tinggi.
4. Koordinasi dengan wali kelas, guru bidang studi dan pihak terkait
dalam rangka mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa.
Apa yang dikatakan guru akan diingat dan dituruti oleh siswa karena
yang dikatakan guru adalah kebaikan. Demikian juga apa yang
dicontohkan guru akan dicontoh oleh peserta didiknya. Oleh sebab itu
untuk mencapai tujuan tersebut guru perlu melakukan peran sebagai
berikut :
33
4. Menciptakan iklim sekolah yang edukatif, persuasif dan kondusif
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdialog,
berdiskusi yang terkait dengan problematika siswa
6. Menanamkan nilai-nilai religius, disiplin, tanggung jawab, jujur
dalam kehidupan sehari-hari.
34
bahwa sering terlambat masuk sekolah itu kurang baik, berupayalah
datang tepat waktu.
35
tentang budi pekerti atau akhlak yang seharusnya diterapkan di
sekolah.
B. Orangtua Siswa
Peranan anggota keluarga yang terdiri dari ibu, bapak bahkan mungkin
juga masih ada individu-individu yang lain seperti nenek dan kakek,
sangat besar terhadap perkembangan anak dalam keluarga tersebut.
Bagaimana mungkin seorang anak akan berperilaku baik dan memiliki
budi pekerti yang luhur apabila individu-individu lainnya dalam keluarga
tersebut tidak mendukung adanya suatu suasana yang mendukung.
36
C. Komite Sekolah
37
untuk diketahui pembinaan perilaku anak-anak mereka. Hubungan
tersebut dapat bersifat langsung dapat pula dengan cara melalui
surat menyurat. Orang tua diharapkan dapat memberikan masukan
terhadap Sekolah melalui komite sekolah. Cara yang demikian ini
sangat membantu kepala sekolah atau guru dalam pembinaan
perilaku selanjutnya.
D. Masyarakat
38
lebih besar dalam memberikan panutan dan bimbingan.
Perilaku masyarakat sekitar tempat tinggal siswa yang baik dan taat
azas, akan diditeladani oleh siswa, demikian pula perilaku buruk dari
masyarakat akan dapat menjadi contoh yang mungkin saja akan dituruti
oleh siswa.
E. Pemerintah
39
pengamatan langsung di sekolah yang bersangkutan,menentukan
sekolah-sekolah yang dianggap rawan.
40
BAB IV
PENUTUP
41
masyarakat. Masyarakat berkewajiban membantu terciptanya
suasana yang kondusif untuk pencegahan dan penanggulangan
penyimpangan perilaku siswa SMA.
Akhirnya sekali lagi dikemukakan bahwa masa depan siswa yang berhasil
dan jauh dari perilaku menyimpang, apabila sekolah sebagai salah satu
lembaga pendidikan berhasil mengantarkan siswanya menjadi manusia
yang berahlak mulia dan berbudi luhur. Upaya untuk mewujudkan
diperlukan kerja keras dan komitmen yang tinggi yang secara operasional
terletak dipundak seluruh Pendidik. Melalui upaya pencegahan dan
penanggulangan penyimpangan perilaku siswa disetiap sekolah, kita
bertekad dimasa yang akan datang siswa akan menjadi generasi muda
yang sehat dan berprestasi.
42