Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional memberi peluang kepada penyelenggara
pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu sesuai
dengan fungsi pendidikan, yaitu mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun tujuan dari pendidikan adalah
mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani
rohani, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.

Sejalan empat pilar pendidikan yang dikembangkan oleh UNESCO,


yaitu 1) belajar untuk mengetahui (learning to know), 2) belajar untuk
berbuat (learning to do), 3) belajar untuk menjadi jati diri (learning to be)
dan 4) belajar untuk hidup bersama atau bermasyarakat (learning to
live together), pendidikan yang dikembangkan di Indonesia mencakup
keseluruhan aspek kecerdasan (kecerdasan spiritual, intelektual,
emosional, dan kinestetik).

Oleh sebab itu, melalui pendidikan siswa dibina dan diarahkan untuk
mengaktualisasikan diri sebagai insan rasional, sosial, bermoral dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan mampu bertanggung jawab
kepada diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara.

Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah telah menerbitkan berbagai


peraturan antara lain Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39
tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan. Salah satu yang menjadi
perhatian dari peraturan tersebut adalah aspek yang terkait dengan
penyimpangan perilaku siswa.


Fakta menunjukkan bahwa di lingkungan sekolah dan masyarakat masih
terjadi beragam penyimpangan perilaku siswa, yang sifatnya konvensional
dan kekinian (modern). Bentuk penyimpangan konvensional yang masih
banyak kita jumpai antara lain; terlambat datang di sekolah, membolos
(tidak hadir tanpa keterangan), merokok, melakukan kekerasan terhadap
siswa yang lain, berkata kasar terhadap teman atau guru dan lain-lain.

Bentuk penyimpangan perilaku dalam pola kekinian atau modern antara


lain menonton blue film (film porno) yang pada gilirannya terjerumus
pada seks bebas, coba-coba mengkonsumsi narkoba dan pada akhirnya
berkelanjutan menjadi pecandu, nongkrong-nongkrong di mall atau
membentuk basis (based siswa) tertentu, membentuk geng dengan
atribut jaket tertentu dan sebagainya.

Dalam rangka mengantisipasi berkembangluasnya penyimpangan


perilaku siswa, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (SMA)
Departemen Pendidikan Nasional memandang perlu untuk menyusun
buku Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Penyimpangan
Perilaku Siswa Sekolah Menengah Atas.

B. Landasan Hukum

Dasar hukum penyusunan dan penerbitan buku Panduan ini adalah:

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang


Guru dan Dosen

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2007 tentang


Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika provinsi, dan Badan
Narkotika Kabupaten/Kota

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan;

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor


22 Tahun 2006 tentang Standar Isi;

6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor


23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan;

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor


19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan
Pendidikan Dasar Dan Menengah;

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor


34 Tahun 2006 Tentang Peraturan Pembinaan Prestasi Siswa yang
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa;

9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor


39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan;

10. Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan


menengah Nomor 226/C/Kep/0/1992 tentang Pedoman Pembinaan
Kesiswaan.

11. Peraturan-peraturan Daerah yang terkait dengan pembinaan


kesiswaan.

C. Tujuan

Panduan pencegahan dan penanggulangan penyimpangan perilaku


siswa SMA ini bertujuan:

1. Menyamakan persepsi dalam memahami dan mengimplementa-


sikan program pencegahan dan penanggulangan penyimpangan
perilaku siswa di sekolah.

2. Mengoptimalkan penyusunan kebijakan dalam rangka mencegah


dan menanggulangi penyimpangan perilaku siswa sesuai dengan
kemampuan dan kondisi sekolah masing-masing.


3. Membekali warga sekolah dengan berbagai informasi untuk
melaksanakan pencegahan dan penanggulangan penyimpangan
perilaku siswa.

4. Menanggulangi penyimpangan perilaku siswa dengan cara


yang cepat dan tepat untuk meminimalkan dampak negatif yang
ditimbulkannya.

5. Menjadikan disiplin dan bertanggung jawab sebagai karakter dasar


warga sekolah.

6. Memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada para guru agar


berperan aktif dalam usaha dan mencegah dan menanggulangi
masalah penyimpangan perilaku siswa.

D. Sasaran

Sasaran dari panduan pencegahan dan penanggulangan penyimpangan


perilaku siswa SMA ini adalah :

1. Sekolah (Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Pembina OSIS,


Guru Bimbingan dan Konseling, Guru Mata Pelajaran, Siswa, Komite
Sekolah)

2. Dinas Pendidikan Kecamatan

3. Dinas/Suku Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

4. Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi

5. Dinas Pendidikan Provinsi

6. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas

E. Manfaat

Panduan pencegahan dan penanggulangan penyimpangan perilaku


siswa SMA ini diharapkan dapat:

1. Membantu sekolah memahami pentingnya upaya pencegahan dan


penanggulangan penyimpangan perilaku siswa melalui program
kegiatan baik yang dilaksanakan oleh OSIS maupun sekolah.

2. Membantu sekolah mengoptimalkan penyusunan dan pembuatan


kebijakan dalam rangka mencegah dan menanggulangi
penyimpangan perilaku siswa.

3. Membantu warga sekolah untuk melaksanakan pencegahan dan


penanggulangan penyimpangan perilaku siswa.

4. Membantu sekolah mengurangi dampak negatif penyimpangan


perilaku siswa.

5. Terciptanya iklim, kultur dan atmosfir sekolah yang kondusif yang


sesuai dengan prinsip-prinsip wawasan wiyatamandala.


BAB II
PROBLEMATIKA SISWA, PENCEGAHAN
DAN PENANGANANNYA

A. Problematika Siswa

Problematika siswa umumnya mengarah pada penyimpangan perilaku


dalam bentuk konvensional maupun kekinian. Problema tersebut sangat
berpengaruh terhadap ketahanan sekolah dan wawasan wiyata mandala
(sekolah sebagai lingkungan pendidikan).

Problematika yang dialami siswa, khususnya yang terkait dengan


penyimpangan perilaku yang timbul dari faktor internal dan eksternal.
Ketidakmampuan siswa untuk mengendalikan daya eksploratif dari rasa
keingintahuan (curiousity) dan rentannya daya selektivitas (screening)
terhadap pengaruh luar secara gradual maupun instan membawa kepada
penyimpangan perilaku. Penyimpangan perilaku tersebut terkadang
bersifat destruktif baik bagi dirinya maupun lingkungannya.

Faktor internal psikologis dan sosial yang potensial mendorong siswa


untuk melakukan penyimpangan perilaku antara lain :

1. Kurangnya kepercayaan diri siswa dengan penampilan dan


kemampuannya.

2. Kurangnya kemampuan siswa untuk menyesuaikan diri dalam


lingkungan pergaulan di rumah atau di sekolah.

3. Ketidakmampuan siswa mengelola sifat yang cenderung negatif yang


dimilikinya (temperamental, egois, otoriter dan mudah berprasangka
negatif).

4. Ketidakbiasaan siswa berbuat disiplin dalam lingkungan keluarga.

Faktor eksternal psikologis dan sosial yang potensial mendorong siswa


untuk melakukan penyimpangan perilaku antara lain :


1. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua.

2. Pergaulan dengan teman atau orang yang memiliki perilaku


menyimpang.

3. Kebiasaan menghabiskan waktu di tempat hiburan, terminal/stasiun


dan tempat lain yang tidak memiliki unsur edukatif (nilai-nilai moral
dan agama).

4. Pengaruh film, buku bacaan dan media teknologi informasi yang


bertentangan dengan nilai-nilai moral, agama dan sosial.

5. Kurangnya keteladanan dalam menerapkan nilai-nilai moral, agama,


sosial dalam lingkungan keluarga, sekolah, danmasyarakat.

6. Adanya tekanan dari oknum teman sebaya, senior atau alumni yang
sulit dihindari.

7. Pengaruh budaya asing yang negatif.

Setiap siswa memiliki potensi dan kecenderungan untuk melakukan


hal positif dan negatif (penyimpangan). Kultur sekolah, sistem
nilai dan budaya masyarakat sekitar yang kurang menguntungkan
selayaknya dipandang sebagai faktor ancaman terhadap munculnya
penyimpangan perilaku siswa. Oleh karena itu, kedua faktor tersebut
selayaknya dikelola secara seimbang dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan penyimpangan perilaku siswa.

Pada umumnya, problematika siswa yang terjadi di sekolah antara


lain terkait dengan masalah persepsi yang salah tentang tata tertib
sekolah, menghindari guru dan mata pelajaran tertentu, tidak masuk
sekolah, ketidakjujuran dalam belajar, ketidakharmonisan hubungan
interpersonal antara siswa dan guru, penyimpangan perilaku seksual,
penyalahgunaan Teknologi Informasi (TI), kekerasan (bullying),
kriminalitas, penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS


B. Pencegahan dan Penanganan Masalah Siswa

Tata tertib adalah peraturan atau norma yang berlaku dan mengikat
di lingkungan kehidupan. Tata tertib sekolah merupakan peraturan
atau norma yang berlaku dan mengikat, hal-hal yang harus dipatuhi
oleh siswa sesuai dengan kultur yang berlaku di sekolah tersebut.

Tata tertib sekolah tidak saja merupakan rambu-rambu bagi siswa


dalam berkehidupan di lingkungan sekolah tempat siswa itu belajar,
tetapi lebih dari itu dapat membangun perilaku, budi pekerti serta
akhlak mulia. Hal tersebut dibutuhkan siswa dalam mengatasi segala
masalah kehidupan sosial dan moral yang memiliki dampak negatif
bagi peningkatan mutu pendidikan .

Kehidupan sosial dan moral yang sehat di lingkungan sekolah akan


terwujud, apabila ada komitmen yang kuat dari pemerintah, warga
sekolah, orang tua dan masyarakat untuk melaksanakan tata tertib
sekolah.

Pelaksanaan tata tertib di sekolah diarahkan bukan untuk


memberikan pembinaan semata, namun yang paling penting adalah
untuk melakukan internalisasi nilai-nilai dasar melalui latihan dan
pembiasaan, sehingga pada akhirnya siswa dapat melakukannya
dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39


Tahun 2008, tujuan pembinaan kesiswaan adalah :

a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang


meliputi bakat, minat dan kreatifitas

b. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan


sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari
usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan
pendidikan

c. Mengaktualisasi potensi siswa dalam pencapaian prestasi


unggulan sesuai dengan bakat dan minat


d. Menyiapkan siswa menjadi warga masyarakat yang berahlak
mulia, demokratis, menghormati hak-hak azasi manusia dalam
rangka mewujudkan masyarakat madani (Civil society).

Tata tertib sekolah dibuat berdasarkan nilai-nilai yang dianut oleh


sekolah dan masyarakat sekitar, meliputi: nilai ketaqwaan, kejujuran
dan kerjasama, sopan santun, pergaulan, kedisiplinan, ketertiban,
kebersihan, kesehatan, kerapian, keamanan, kenyamanan dan nilai-
nilai lainnya yang mendukung kegiatan belajar efektif dan efisien.

Penerapan tata tertib yang tidak maksimal akan memberikan peluang


pada penyimpangan perilaku yang akhirnya dapat mengganggu
proses belajar siswa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam melanggar tata tertib


di sekolah antara lain:

a. Faktor Internal
1) Malas, sikap kerja yang negatif
2) Motivasi berprestasi rendah
3) Berpikir negatif

4) Kondisi siswa yang masih labil

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Keluarga
a) Anak berada dalam keluarga yang kurang harmonis
b) Kurangnya kebersamaan orang tua dan anak di
rumah
c) Kurangnya komunikasi orang tua dengan anak
d) Pola asuh orang tua yang kurang mendidik
e) Intervensi orang tua terhadap anak terlalu dominan
f) Adanya bentuk kekerasan dalam rumah tangga
g) Sikap orang tua yang terlalu permisif


2) Faktor Sekolah
a) Sarana dan prasarana yang kurang memadai
b) Kuantitas dan kualitas guru yang masih kurang
c) Kurangnya aktivitas sekolah yang melibatkan siswa
d) Tidak konsekuen dalam menegakkan aturan
e) Kurangnya sosialisasi tentang tata tertib sekolah

3) Faktor Sosial
a) Pengangguran di sekitar lingkungan pergaulan anak
b) Lingkungan yang tidak mendukung di sekitar sekolah
c) Media massa yang menampilkan gambar/berita pornografi
dan tindak kekerasan
d) Penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi

4) Faktor Geografis dan Lokasi Sekolah

a) Lokasi sekolah dekat pasar, pelabuhan, daerah kumuh, dan


dekat terminal

b) Lokasi sekolah yang sempit dan sumpek sehingga tidak


ada bagi siswa untuk beraktivitas

1. Seks, Narkoba, dan HIV/AIDS

a. Seks

Seks menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) :1) Jenis


kelamin, 2) Hal yang berhubungan dengan alat kelamin seperti
senggama merupakan bagian hidup manusia ; 3) birahi, timbul ketika
menonton film percintaan (KBBI hal 1014).
Seks merupakan dorongan biologis manusia yang bersifat kodrati.
Oleh karena itu seks adalah sesuatu yang suci, karunia Tuhan bagi
manusia untuk kesempurnaan hidupnya, maka menjadi kewajiban
manusia untuk dapat menjaga dan menyalurkannya pada jalan yang
ditentukan Tuhan.

10
Perilaku seks seharusnya dilakukan oleh manusia menurut :
1) Norma agama yang dianut.
2) Aturan perundang-undangan yang terdapat dalam Undang-
Undang Perkawinan.
3) Norma sosial yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

Kenyataan yang terjadi di masyarakat kadang tidak sesuai dengan


harapan. Penyimpangan perilaku seks yang dilakukan oleh masyarakat
khususnya kaum remaja (siswa) seperti berciuman, berpelukan, onani,
masturbasi, oral seks hingga hubungan seks layaknya suami istri
adalah fenomena yang sedang marak saat ini. Kondisi yang demikian
disebabkan oleh:
1) Kurangnya pengetahuan, pemahaman dan pengamalan nilai-
nilai agama yang dianut
2) Kurangnya keterbukaan antara orang tua dengan anak,
khususnya yang menyangkut masalah seks
3) Kurangnya pemahaman terhadap arti pentingnya kesehatan
reproduksi
4) Penyalahgunaan kemajuan teknologi (situs porno)
5) Pengaruh negatif dari media massa baik cetak maupun
elektronik

Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No Sub kategori Deskripsi Contoh Pencegahan Tindakan

1 Ringan Hubungan  Berpelukan Pembekalan: Diberikan:


antara pria dan  Berpegangan  Nilai-nilai agama  Bimbingan
wanita sebatas tangan  Kesehatan  konsultasi
sentuhan reproduksi remaja dengan
orang tua
 Sanksi

11
2 Sedang Melakukan  Ciuman Pembekalan: Diberikan:
perbuatan  Onani/  Nilai-nilai agama  Bimbingan
yang dapat masturbasi  Kesehatan  konsultasi
dikategorikan  Necking/ reproduksi remaja dengan
pemuasan cupang orang tua
seksual  Pelecehan  Sanksi
seksual

3 Berat Melakukan  Lesbian Pembekalan:  Konseling


hubungan  Gay  Nilai-nilai agama  Alih tangan
seks layaknya  Petting  Kesehatan kasus
suami isteri  Oral seks reproduksi remaja (referal)
atau hubungan  Zina,  Dikembali-
sejenis yang sodomi kan kepada
menimbulkan orang tua
korban

b. Narkoba

Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif.


Pemakaian narkotika (zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman dan zat bersifat sintetis maupun semi sintetis) dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, dan menimbulkan
ketergantungan. Psikotropika adalah obat-obatan yang dapat mempengaruhi
pikiran, suasana hati dan perilaku seseorang. Zat adiktif adalah bahan-
bahan berbahaya yang bukan tergolong kepada narkotika dan psikotropika
tetapi penggunaannya dapat mempengaruhi pikiran dan menimbulkan
ketergantungan.
Dengan memperhatikan akibat yang ditimbulkan oleh narkoba maka setiap
siswa harus menghindarkan diri dari segala bentuk pemakaiannya. Jika sudah
kecanduan narkoba maka akan sulit ke luar dari lingkaran tersebut. Proses
penyembuhannya memerlukan biaya yang mahal dan perlu waktu panjang.

Untuk menanggulangi hal tersebut pemerintah, penegak hukum, guru dan institusi
pendidikan sangat gencar mensosialisasikan bahaya penyalahgunaan narkoba.
Maraknya penggunaan narkoba disebabkan oleh berbagai faktor internal dan
eksternal.

12
a. Faktor Internal
1) Lemahnya keimanan dan ketaqwaan
2) Kurang percaya diri
3) Ingin mencoba
b. Faktor Eksternal
1) Faktor keluarga
2) Lingkungan
3) Bahan narkoba yang mudah didapat

Penjelasan lebih rinci tentang pencegahan dan penanggulangan


penyalahgunaan narkoba dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Sub Pencegahan Penanggulangan


No. Deskripsi Contoh
Kategori (Kegiatan) (Tindakan)
1. Ringan Mencoba-  Mengisap Menanamkan nilai-
  Melakukan operasi
coba rokok nilai agama mendadak di kelas
Membangun
 secara rutin/berkala
komunikasi efektif
dengan keluarga  Diberi Bimbingan,
dan sekolah konseling
Memberikan

penyuluhan bahaya  Konsultasi dengan
narkoba orang tua
Mengoptimalkan

ekskul olah raga  Sanksi
dan seni
2. Sedang Ketagihan Mengkon- Menanamkan nilai-
  Konseling oleh guru
sumsi minu- nilai agama BK
man keras  Referal
Membangun

 Konsultasi dengan
komunikasi
ortu
yang baik dalam
 Sanksi
keluarga, sekolah
 Dikembalikan pada
dan masyarakat
ortu
Memberikan

penyuluhan bahaya
narkoba
Menciptakan

kegiatan yang positif
melalui kegiatan
eskul

13
3. Berat Kecanduan Mengkonsumsi:  Menanamkan  Dikembalikan
 Heroin nilai-nilai agama pada orang tua
 Shabu-  Dilaporkan
shabu
 Membangun kepada pihak
 Ganja
 Ekstasi komunikasi berwajib
dan obat- yang baik
obatan dalam keluarga,
terlarang sekolah dan
lainnya masyarakat

 Memberikan
penyuluhan
bahaya narkoba

 Menciptakan
kegiatan yang
positif melalui
kegiatan eskul

c. HIV/AIDS

HIV (Human Imunne Deficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan
AIDS dengan cara menyerang sel darah putih. AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrom) merupakan penyakit yang menghancurkan sistem
kekebalan tubuh manusia.

HIV/AIDS merupakan ancaman serius bagi masyarakat, khususnya remaja


(siswa), karena penyakit tersebut sangat berbahaya dan sukar untuk
disembuhkan. Oleh karena itu sejak dini siswa harus mendapatkan informasi
yang jelas dan benar tentang bahaya HIV/AIDS, sehingga siswa dapat :
a. Memahami tentang penyakit HIV / AIDS
b. Menghindarkan diri dari penyebaran HIV/AIDS
c. Mengetahui cara-cara penanggulangan penyebaran virus HIV/ AIDS
Fenomena penyebaran HIV/AIDS di masyarakat cenderung meningkat.
Hal ini dapat di lihat dari meningkatnya;
a. Perilaku seks bebas dan berganti–ganti pasangan

14
b. Penggunaan Narkoba dengan mengunakan alat suntik secara
bergantian.
c. Transfusi darah yang tidak steril dari virus HIV
d. Bayi yang tertular karena lahir dari ibu yang menderita HIV/AIDS
e. Praktek prostitusi
Tujuan dari Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu
manusia yang beriman dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri,
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Jika dihubungkan dengan kenyataan yang ada, siswa di sekolah


rentan terhadap penularan HIV/AIDS, maka peran sekolah
diharapkan membina siswanya dalam bidang moral, agama dan
kesehatan agar tidak tertular HIV/AIDS.

Gambaran secara lebih rinci dari masalah HIV/AIDS ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:

No. Sub Kategori Deskripsi Contoh Pencegahan Tindakan

1. Ringan (masa inku- Masa ber- Belum me-  Memberikan  Konseling


basi) kembangnya nampakkan bimbingan  Konsultasi den-
virus di dalam gejala yang penyuluhan gan orang tua
tubuh spesifik tentang ba-  Dirujuk ke dok-
hayanya HIV/ ter
AIDS
 Meningkatkan
kegiatan ekskul
di sekolah

15
2. Sedang. Sudah me- Mudah ter-  Memberikan  Konseling
nampakkan serang flu, bimbingan  Konsultasi den-
gejala secara sariawan, penyuluhan gan orang tua
fisik gatal-gatal tentang ba-  Dirujuk ke dok-
hayanya HIV/ ter
AIDS
 Meningkatkan
kegiatan ekskul
di sekolah

3. Berat. HIV berubah Menurunnya  Memberikan  Rehabilitasi dan


Menjadi AIDS Kekebalan tu- bimbingan pengobatan
Buh terhadap penyuluhan secara teratur
Berbagai ma- tentang ba-  Dikembalikan
Cam penyakit hayanya HIV/ ke orang tua
AIDS
 Meningkatkan
kegiatan ekskul
di sekolah

2. Kriminalitas
Kriminalitas merupakan realitas sosial. Secara bahasa, kriminalitas
berasal dari kata crime yang artinya kejahatan, perbuatan melawan
hukum, menyimpang dan merugikan diri sendiri dan ataupun orang
lain. Sehingga kriminal bisa diartikan sebagai orang yang berbuat
kejahatan. Dari aspek historis kriminalitas ialah, jika seorang
melanggar peraturan atau undang-undang pidana dan ia dinyatakan
bersalah oleh pengadilan serta dijatuhi hukuman. Dalam hal ini,
jika seorang tidak dijatuhi hukuman, berarti orang tersebut belum
dianggap sebagai kriminal.

Kriminalitas adalah perbuatan-perbuatan melawan hukum yang


dilakukan siswa, baik sendiri atau bersama-sama, di dalam atau luar
sekolah, yang dapat merugikan orang lain. Hal ini bisa terjadi kapan
dan di mana saja tidak terkecuali di lingkungan sekolah.

16
Permasalahan kriminalitas di lingkungan sekolah diakibatkan oleh
kepribadian siswa yang labil, sehingga berpengaruh terhadap
penyimpangan perilaku siswa. Siswa yang berperilaku menyimpang
cenderung melakukan tindakan kriminal atau pelanggaran norma
masyarakat.

Fenomena di lapangan menunjukkan bahwa kriminalitas yang


dilakukan siswa dewasa ini cenderung meningkat dan bervariasi.
Hal ini diakibatkan oleh semakin terbukanya wilayah global,
peredaran dan pemakaian obat-obatan terlarang, psikotropika dan
lain sebagainya. Sehingga secara kualitatif kriminalitas siswa dapat
dikelompokkan menjadi:

a. ringan

b. sedang

c. berat

a. Ringan

No. Sub kategori Deskripsi Contoh Pencegahan Penanggulangan


(Kegiatan) (Tindakan)
1 Pencurian Pencurian Mengambil -Layanan informasi Internal
biasa karena adanya buku, uang tentang tata tertib
-Kolaborasi wakasek
kesempatan, dalam jumlah sekolah, dan etika
kesiswaan, guru
keusilan,dan yang sedikit oleh guru BK
BK, wali kelas, dan
laporan
-Sosialisasi pihak yang terkait
budaya sekolah
berkolaborasi
dengan guru -Jika pelanggaran
mapel agama, sudah dianggap be-
PKn rat, perlu diadakan
konferensi kasus
-Pemberlakuan tata
tertib sekolah Eksternal
yang tegas dan
jelas -Kerjasama dengan
orang tua

17
2 Penipuan Perbuatan Sering -Layanan informasi -Kolaborasi wakasek
biasa karena adanya berbohong, tentang tata tertib kesiswaan, guru
kesempatan, menjanjikan sekolah, dan etika BK, wali kelas, dan
keusilan laporan sesuatu pada oleh guru BK pihak yang terkait
orang lain
-Sosialisasi -Jika pelanggaran
budaya sekolah sudah dianggap be-
berkolaborasi rat, perlu diadakan
dengan guru konferensi kasus
mapel agama,
Eksternal
PKn
-Kerjasama dengan
-Pemberlakuan tata
orang tua
tertib sekolah
yang tegas dan
jelas

b. Sedang

No. Sub Kategori Deskripsi Contoh Pencegahan Penanggulangan


(Kegiatan) (Tindakan)

1. Perjudian Permainan Bermain kartu Layanan informasi -Kolaborasi waka-


dengan mem- dengan ber- tentang tata tertib sek kesiswaan,
pertaruhkan taruh uang sekolah, dan etika guru BK, wali
suatu barang oleh guru BK kelas, dan pihak
yang terkait
-Sosialisasi budaya
sekolah berkolaborasi
dengan guru mapel
-Jika pelanggaran
agama, PKn
sudah dianggap
-Pemberlakuan tata berat, perlu dia-
tertib sekolah yang dakan konferensi
tegas dan jelas kasus
- Razia rutin oleh ke- Eksternal
siswaan
-Kerjasama
dengan orang
tua

18
2. Pemalsuan Perbuatan Memalsukan Layanan informasi Kolaborasi waka-
memalsukan tanda tangan tentang tata tertib sek kesiswaan,
sesuatu guru sekolah, dan etika guru BK, wali
oleh guru BK kelas, dan pihak
yang terkait
-Sosialisasi budaya
sekolah berkolaborasi -Jika pelanggaran
dengan guru mapel sudah dianggap
agama, PKn berat, perlu dia-
dakan konferensi
-Pemberlakuan tata
kasus
tertib sekolah yang
tegas dan jelas Eksternal

-Kerjasama
dengan orang
tua

c. Berat

Pencegahan Penanggulangan
No. Sub kategori Deskripsi Contoh
(Kegiatan) (Tindakan)

1 Pencurian Pencurian Mencuri ba- -Layanan infor- Internal


dengan keke- yangdilakukan rang-barang masi tentang
-Kolaborasi wakasek
rasan dengan ter- berharga. tata tertib
kesiswaan, guru BK,
encana dan sekolah oleh
wali kelas, dan pihak
menggunakan guru BK
yang terkait
kekerasan
-Sosialisasi
atau pem- -Jika pelanggaran sudah
budaya sekolah
beratan. dianggap berat, perlu
berkolaborasi
diadakan konferensi
dengan guru
kasus
mapel agama,
PKn Eksternal
-Pemberlakuan -Kerjasama dengan
tata tertib se- orang tua
kolah yang te-
gas dan jelas -Jika tak terselesaikan
direferalkan ke kepo-
lisian

19
2 Penipuan den- Perbuatan Penipuan -Adanya kerja- Internal
gan kekerasan. menipu dengan hip- sama dengan
-Kolaborasi wakasek
dengan meng- notis pihak kepolisian
kesiswaan, guru BK,
gunakan cara setempat
wali kelas, dan pihak
kekerasan
-Pemberian pen- yang terkait
dan teren-
didikan agama
cana. -Jika pelanggaran sudah
dianggap berat, perlu
diadakan konferensi
-Pendtaan siswa
kasus
tidak mampu
untuk mempero- Eksternal
leh beasiswa
-Kerjasama dengan
orang tua
-Siswa wajib -Jika tak terselesaikan
mengikuti kegia- direferalkan ke kepo-
tan ekstrakuri- lisian
kuler
3 Pemerasan/ Perbuatan Melakukan Adanya kerja- Internal
pemalakan meminta pemerasan di sama dengan
-Kolaborasi wakasek
barang orang dalam atau di pihak kepolisian
kesiswaan, guru BK,
lain dengan luar sekolah. setempat
wali kelas, dan pihak
cara me-
yang terkait
maksa
-Pemberian pen-
didikan agama
-Jika pelanggaran sudah
dianggap berat, perlu
diadakan konferensi
-Penda-
kasus
taan siswa tidak
mampu untuk
memperoleh
Eksternal
beasiswa
- Kerjasama dengan
orang tua
-Siswa wajib
-Kerkasama dengan
mengikuti kegia-
komite sekolah
tan ekstrakuri-
kuler -Jika tak terselesaikan
direferalkan ke kepo-
lisian

20
4 Penganiayaan/ Perlakuan Memukul/ me- -Adanya kerja- Internal
pengeroyokan menyiksa nyakiti kawan sama dengan
-Kolaborasi wakasek
orang lain sehingga men- pihak kepolisian
kesiswaan, guru BK,
secara gakibatkan setempat
wali kelas, dan pihak
sewenang- luka, trauma,
-Pemberian pen- yang terkait
wenang kecacatan
didikan agama
baik sendiri
maupun se- -Siswa wajib
cara bersama -Jika pelanggaran sudah
mengikuti kegia-
dianggap berat, perlu
tan ekstrakuri-
ada kerjasama dengan
kuler
pihak-pihak yang terkait
seperti kepolisian
Eksternal
-Kerjasama dengan
orang tua
-Jika tak terselesaikan
direferalkan ke kepo-
lisian
5 Perjudian Permainan Taruhan den- • Layanan Mengoptimalkan Kegia-
dengan cara gan sarana BK dan tan belajar mengajar
bertaruh main kartu, kesiswaan
menonton yang ber-
pertandingan daya guna
Meningkatkan kegiatan
olahraga dan • Layanan
dan kegia- IMTAQ
sebagainya.
tan agama Panggilan orang tua dan
• Kegiatan sangsi sesuai dengan
ekstrakuri- tata tertib yang berlaku
kuler
Rreferal ke BP/BK
6 Pemalsuan Perbuatan Memalsukan • Layanan Panggilan ortu dan kon-
memalsukan tanda-tangan BK dan ferensi kasus
sesuatu kepala seko- kesiswaan
yang ber- Referal ke instansi yang
lah, memalsu-
daya guna terkait
kan raport
• Layanan
dan kegia-
tan agama
• Kegiatan
ekstrakuri-
kuler

21
7 Perusakan Perbuatan Merusak fasili- Menumbuhkan Melakukan pembinaan
merusak ses- tas sekolah rasa memiliki dan sangsi sesuai tatertib
uatu fasilitas sekolah yang berlaku
melalui informasi
Referal ke BP/BK
dan slogan
Melengkapi sa-
rana prasarana
sekolah
8 Penculikan Mengambil Mengajak atau • Layanan Melakukan pembinaan
atau menga- mengambl BK dan ,panggilan ortu dan re-
jak seseorang seseorang kesiswaan ferral ke instansi yang
dengan cara dengan paksa yang ber- terkait
paksa. tanpa seper- daya guna
tujuan yang • Layanan
dan kegia-
bersangkutan
tan agama
atau orang
tua/wali. • Kegiatan
ekstrakuri-
kuler
9 Pelecehan Perbuatan • Menyentuh -Peningkatkan Internal
seksual dan melecehkan bagian IMTAQ siswa
-Memanggil siswa yang
pemerkosaan dan memaksa anggota
-Sosialisasi Pen- bersangkutan untuk
orang lain tubuh dari
didikan Repro- dimintai keterangan
untuk berhu- lawan jenis
duksi Remaja
bungan intim. yang tidak -Menginformasikan ke-
dikehenda- -Penyuluhan pada orang tua tentang
ki hukum dari kasus yang menimpa
kepolisian anaknya
• Memaksa
lawan jenis -Memberikan sanksi
untuk ber- kepada siswa berupa
hubungan
intim dikeluarkan dari sekolah
Eksternal
Diserahkan kepada pi-
hak kepolisian

22
10 Pemakai dan Perbuatan Memakai dan -Peningkatan Internal
pengedar memakai dan mengedarkan Imtaq siswa
NAPZA mengedarkan NAPZA
-Penyuluhan dari
obat-obat -Memberikan sanksi
Badan Narkoti-
terlarang kepada siswa berupa
ka kota/provinsi
dikembalikan ke orang
-Penyuluhan tua
hukum dari
kepolisian
Eksternal
-Pemasangan
poster-poster Langsung diserahkan
Anti Narkoba kepada polisi
11 Pembunuhan Perbuatan Membunuh -Peningkatan Dikembalikan ke orang
menghilan- manusia Imtaq siswa tua dan diserahkan ke
gkan nyawa polisi
-Penyuluhan
orang lain
hukum dari ke-
polisian
-Razia rutin
terhadap senjata
tajam

Perbuatan melanggar hukum yang dilakukan siswa dapat terjadi karena antara lain ;
1) ingin menemukan jati diri, 2) siswa sedang berada dalam fase perkembangan
masa remaja, 3) tekanan senior/alumni dan, 4) kesulitan ekonomi. Oleh karena
itu, sebagai pendidik perlu lebih profesional dalam memberikan bimbingan dan
penanganan kasus ketika siswa melakukan pelanggaran hukum.

3. Penyalahgunaan Teknologi Informasi (TI)

Globalisasi telah membuat kehidupan mengalami perubahan yang signifikan,


bahkan mempengaruhi aspek moral dan sosial budaya. Perubahan tersebut
cenderung mendorong terjadinya pola penyimpangan perilaku. Hal ini sebagai
dampak pengadopsian budaya luar secara berlebihan.

Kehadiran teknologi yang serba digital banyak menjebak siswa untuk mengikuti
perubahan yang terjadi. Hal ini ditandai dengan timbulnya permasalahan sosial

23
bagi lingkungan seperti kebiasaan merusak fasilitas umum, coret-coret dinding,
minum minuman beralkohol, tawuran antar remaja, kebut-kebutan di jalan raya dan
bahkan sampai pada perilaku seks bebas (free sex).

Realitas dan problematika ini perlu disikapi secara arif dan bijaksana mengingat
kemampuan memahami pengetahuan dan teknologi adalah kebutuhan masa kini
yang tidak bisa dielakkan.

Walaupun demikian jika pemanfaatan teknologi digital, antara lain: internet dan HP
tidak diawasi pemakaiannya sering disalahgunakan oleh siswa untuk mengakses
gambar porno, menyebarkan informasi yang tidak bertanggung jawab, dan
yang lebih memprihatinkan internet lebih banyak digunakan sebagai alat untuk
bermain; mencari/mendownload lagu lagu; chatting dan facebook. Sedangkan
penyalahgunaan HP yang sering dilakukan siswa adalah saling menukar jawaban
ujian/test; menggunakan HP pada saat proses belajar mengajar; memotret;
menyimpan dan menyebarluaskan foto/gambar porno; merekam peristiwa amoral
dan atau melanggar hukum; menyebarkan berita yang tidak bertanggungjawab
serta pelecehan kepada orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, maka penyalahgunaan TI oleh siswa dapat


dikelompokkan menjadi dua sub katagori, yaitu TI dalam bentuk audio dan TI dalam
bentuk visual. Upaya yang dilakukan dalam pencegahan dan penanggulangan
penyimpangan perilaku siswa SMA, dapat dilihat pada tabel berikut :

24
No. Sub Deskripsi Contoh Pencegahan Penanggu
Kategori langan

1 AUDIO Penggunaan 1. Memperdeng- 1. Membuat kontrak 1. Menegur


TI melalui arkan suara belajar spontan
indera pen- yang meng- 2. Pada PBM alat 2. Mempering-
dengaran ganggu proses komunikasi dimati- atkan setelah
belajar menga- kan teguran
jar 3. Memberikan infor- tidak direspon
2. Memperdeng- masi etika peng- siswa
arkan suara gunaan alat audio 3. Memberikan
yang meng- elektronik sanksi (point)
andung unsur 4. Pengawasan 4. Panggilan
porno dan pengamanan orang tua ke
3. Menggunakan penggunaan alat sekolah (koor-
alat bantu komunikasi audio dinasi dengan
suara untuk pada saat test/ujian orang tua)
mencontek 5. Mensosialisasi- 5. Kunjungan
4. Memanipulasi kan tata tertib rumah
suara untuk penggunaan alat 6. Konferensi
ancaman/teror komunikasi secara kasus
5. Dengan berulang kepada 7. Hukuman
sengaja meng- siswa, orang tua edukatif
gunakan nada dan warga sekolah 8. Alih kasus/Re-
dering Hp lainnya feral
untuk tujuan 6. Meningkatkan 9. Dikembalkan
mengganggu kegiatan kerohani- kepada
an di sekolah. orang tua
7. Peer Controlling
(kontrol teman
sebaya)
8. Melaksanakan
kegiatan EMPATIK
(Edukatif, Morality,
Proporsional, At-
tention, Treatment,
Inovatif dan Kreatif)
9. Memasukan
aturan penggunaan
TI dalam tata tertib
sekolah/ siswa
10. Mengefektikan
sidak penggunaan
TI di sekolah

25
2 VISUAL Penggunaan 1. Mengakses situs 1. Membuat kontrak 1. Menegur
TI melalui porno belajar spontan
indera pengli- 2. Mengunduh 2. Sosialisasi UU 2. Mempe-
hatan gambar dan atau Pornografi dan ringatkan
video porno pornoaksi setelah
3. Membuat, 3. Memblokir situs teguran tidak
menyimpan, porno direspon
menggunakan 4. Controlling siswa
dan penggunaan 3. Memberi-
menyebarkan fasilitas multi kan sanksi
situs porno media/IT di sekolah (point)
4. Menjadi hacker 5. Membuat peraturan 4. Panggilan
untuk tujuan penggunaan HP orang tua
merusak sistem berkamera di ke sekolah
administrasi sekolah (koordi-
sekolah 6. Menanamkan nasi dengan
5. Membuat rasa percaya diri orang tua)
dan atau dalam menghadapi 5. Kunjungan
menyebarkan ujian untuk tidak rumah
kunci terpengaruh pada 6. Konferensi
jawaban ujian informasi SMS kasus
menggunakan yang menyesatkan 7. Hukuman
SMS dan media 7. Memblokir situs, edukatif
sejenis home page, blogg 8. Alih kasus/
6. Memanfaatkan yang melanggar Referal
gambar untuk norma 9. Dikemba-
tujuan membuat 8. Mengadakan likan kepada
keresahan lomba disain grafis orang tua
7. Membuat home yang bertema anti
page, blogg pornografi
berisi teks 9. Memasukan aturan
maupun gambar penggunaan TI
yang melanggar dalam tata tertib
norma. sekolah/ siswa
8. Bermain game 10. Mengefektikan
dan atau aktifitas sidak penggunaan
sejenis pada TI di sekolah
saat PBM

26
4. Bullying

Bullying adalah kekerasan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa lain yang
mengakibatkan ketidaknyamanan baik fisik maupun psikis, seperti: memalak,
berkata sinis, mengeluarkan kata-kata kotor, mudah tersinggung, mengambil
barang orang tanpa izin. Perbuatan yang termasuk dalam kategori bullying antara
lain:
1. kontak fisik langsung,
2. kontak verbal langsung,
3. perilaku non verbal langsung,
4. perilaku non verbal tidak langsung
5. pelecehan seksual

Penjelasan lebih rinci tentang pencegahan dan penanggulangan bullying dapat


dilihat pada tabel berikut ini:

Sub Pencegahan Penanggulangan


No Deskripsi Contoh
Kategori (Kegiatan) (Tindakan)

1. fisik Sikap kekerasan Menampar,men 1. Meningkatkan 1. Pemanggilan


siswa yang ber- endang,memu kesadaran siswa Siswa dan di berikan
hubungan den- kul, menjewer, dalam melak- bimbingan
gan fisik siswa menjotos dan sanakan ajaran
memalak agama dan keper- 2. Memberi perin-
cayaan masing- gatan tertulis ter-
masing hadap siswa yang
bermasalah.
2. Mengisi waktu
luang dengan keg- 3. mengundang
iatan yang positif orang tua kedua
belah pihak yang
3. Mengoptimalkan bermasalah dan
tata tertib sekolah membuat surat per-
dan kultur sekolah nyataan

4.Memberikan 4.Kunjungan
himbauan agar kerumah siswa
siswa tidak berjalan /home visit
sendirian.

27
2 Kontak Kontak Verbal Perkataan - Memberikan Teguran langsung
Verbal Lang- Langsung adalah Kasar pendidikan oleh guru yang
sung berkata langsung agama semak- mendengar siswa
dengan objek simal mungkin, tersebut berkata
sesuai dengan baik formal mau- kasar bahwa berkata
situasi dan kon- pun non formal. kasar itu tidak ses-
disi yang terjadi - Guru memberi- uai dengan norma
pada saat itu kan keteladanan agama dan tata tertib
pada siswa sekolah.
Mengejek - Memberikan - Teguran langsung
Teman pendidikan terhadap siswa
agama semak- oleh guru yang
simal mungkin, mendengar siswa
baik formal mau- tersebut mengejek
pun non formal. teman
- Guru memberi- - Dipanggil guru BK
kan keteladanan untuk konseling
pada siswa
Memfitnah Memberikan pendi- - Pemanggilan
teman dikan agama se- terhadap siswa
maksimal mungkin, oleh guru yang
baik formal mau- menerima pen-
pun non formal. gaduan siswa
Wali kelas/guru yang difitnah dan
yang mengajar memberikan pen-
memberikan didikan agama dan
keteladanan pada mengatakan fitnah
siswa. Bahwa itu lebih kejam dari
menfitnah itu lebih pembunuhan.
kejam dari pem- - Dipanggil oleh
bunuhan. guru BK untuk
konseling
- Memanggil orang
tua yang bersang-
kutan untuk konsul
tasi.
Menjuluki Memberikan pendi- Pemanggilan terha-
dengan julukan dikan agama se- dap siswa oleh guru
yang buruk. maksimal mungkin, yang mendengar
baik formal mau- siswa tersebut yang
pun non formal. mengucapkan atau
Wali kelas/guru memanggil temannya
yang mengajar dengan nama yang
memberikan tidak disenanginya.
keteladanan pada
siswa.

28
3. Prilaku non Perilaku/Ekspresi a. Melihat a. Penanaman a. Pemberian
verbal lang- sesorang secara dengan budi pekerti motivasi
sung langsung dan sinis lebih dini. b. Konseling oleh
jujur b. Mendiam- b. Pembentu- guru BK
kan, kesal. kan karakter
c. Mema- remaja
nipulasi
d. Menjulur-
kan lidah

4. Perilaku Perilaku yang a. Mengir- a. Penanaman a. Diarahkan


Non tidak langsung im SMS budi pekerti pada kegiatan
verbal ditujukan pada yang lebih dini. yang positif
tidak individu tidak me- b. Pembentu- b. Konseling
langsung nyenang- kan karakter oleh guru BK
kan remaja
b. Mem-
buat Blog
yang
tidak me-
nyenang-
kan

5. Pelecehan Perbuatan a. Men- a. Kegiatan a. Tindakan


sexual yang tidak colek pengem- Tegas
menyenangkan atau bangan dan Mendidik
berkaitan meraba ekstrakuri- b. Konseling
dengan fisik lawan je- kuler =RohIs Kelompok
lawan jenis nis yang b. Bimbingan c. Diberikan
disengaja orang tua tugas
b. Perkata-
an yang
menga-
rah pada
sex baik
langsung
maupun
tidak
langsung

29
BAB III
PERAN SERTA STAKEHOLDER PENDIDIKAN

A. Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai peranan


membina dan mengembangkan siswa sesuai dengan kemampuan dan
kepribadiannya agar dapat berperan di masyarakat. Tujuan ini dikatakan
berhasil apabila siswa dapat berkembang secara maksimal baik dari
aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Pada kenyataan, tidak semua tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai.


Kegagalan dalam pendidikan di sekolah dapat membuat siswa mengalami
penyimpangan perilaku yang niscaya dapat bersifat destruktif baik bagi
diri sendiri maupun lingkungannya. Untuk itu seluruh komponen sekolah,
baik Kepala sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Pembina OSIS, Guru BK,
Guru Mata Pelajaran, komite sekolah dan lain-lain harus berperan aktif
dan saling terkait menciptakan suasana sekolah yang kondusif, aman,
dan efektif.

Adapun komponen sekolah dalam upaya pencegahan dan


penanggulangan penyimpangan perilaku siswa adalah:

1. Kepala Sekolah

Kepala Sekolah memiliki wewenang tertinggi di sekolah sesuai dengan


ketentuan peraturan yang ada. Melalui inisiatif dan komunikasi yang
efektif dapat mengembangkan kegiatan untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran maupun kegiatan lainnya yang lebih bermanfaat
bagi perkembangan intelektual maupun emosional siswa. Kepala
sekolah perlu mengetahui dengan pasti persoalan yang dihadapi
sekolah, diantaranya problematika yang dihadapi siswa. Hal tersebut
dimaksudkan apabila ada siswa yang berbuat yang tidak sesuai
dengan norma yang berlaku, maka kepala sekolah dapat mengambil
kebijakan mengingatkan seluruh guru tentang adanya tindakan/

30
perilaku siswa yang menyimpang, sehingga upaya penanganan
penyimpangan perilaku siswa dapat dilakukan sedini mungkin.

Pembinaan disiplin sekolah sangat bergantung pada ketegasan sikap


pengelola pendidikan dalam menjalankan peraturan sekolah. Para
guru, pegawai tata usaha, penjaga sekolah, pesuruh sekolah, dan
para peserta didik merasakan bahwa peraturan yang ada disekolah
mereka benar-benar harus dipatuhi tanpa kecuali, karena kepala
sekolah sendiri sangat patuh terhadap peraturan yang ada. Perilaku
yang berdisiplin memang harus dimulai dari pimpinan.

Pada saat-saat tertentu sebaiknya kepala sekolah memasuki ruang


belajar dan memberikan nasihat kepada siswa tentang penyimpangan
perilaku, khususnya di lingkungan sekolah.

2. Wakil Kepala Sekolah

Wakil Kepala Sekolah sebagai pembantu kepala sekolah untuk


kelancaran sekolah maka wakil kepala sekolah juga mempunyai
tanggung jawab yaitu antara lain:
1. Mengantar kegiatan-kegiatan siswa seperti temu karya,
kemah bakti, wisata siswa, pelaksanaan hari-hari bersejarah
nasional.
2. Membantu menyaring informasi-informasi tentang kesiswaan
sekolah, menjagan ketertiban dan keamanan sekolah .
3. Melakukan konsultasi dengan stake holder dalam upaya
menjaga keamanan sekolah atau gangguan yang akan timbul.

3. Pembina OSIS
Pembina OSIS merupakan pendidik, pengajar, dan pembimbing yang
menyentuh kehidupan pribadi siswa. Mereka terkadang dijadikan
tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh karena
itu, pembina osis sebaiknya memiliki perilaku dan pengetahuan
yang memadai untuk dapat mengembangkan minat, bakat, dan
potensi pada diri siswa secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya,

31
pembina OSIS perlu memahami dan menghayati jati diri siswa yang
dibimbingnya.

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi


memberikan dampak terhadap nilai-nilai budaya masyarakat. Hal
ini sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa di dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh sebab itu, Pembina OSIS memiliki peran yang sangat
penting dalam pencegahan dan penanggulangan penyimpangan
perilaku siswa dalam upaya membentuk perilaku siswa yang terpuji.
Peran tersebut antara lain:

1. Melakukan pemantauan pada pelaksanaan kegiatan siswa sehari-


hari disekolah

2. Melakukan koordinasi pada bidang lain yang terkait dengan tugas


dan tanggung jawabnya.

3. Mampu dan memiliki kepekaan terhadap perubahan dan

tantangan terutama nilai-nilai yang berkembang di masyarakat

4. Memberikan contoh sikap berdisiplin dan berperilaku positif

5. Menampilkan sikap simpatik, menarik, luwes, bijaksana sehingga


mampu mengendalikan siswanya

4. Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling sangat berperan dalam upaya


pembinaan siswa di sekolah, termasuk pada pembentukan watak
dan perilaku siswa, serta upaya pencegahan dan penanggulangan
penyimpangan perilaku siswa. Peran yang dapat dilakukan oleh guru
bimbingan dan konseling antara lain :

1. Berusaha mengembangkan bakat, minat dan potensi siswa

2. Memberikan bimbingan terhadap siswa dalam mengatasi

permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya

32
3. Memberikan bimbingan berkaitan dengan pengembangan diri,
sosial, dan melanjutkan belajar ke jenjang perguruan tinggi.

4. Koordinasi dengan wali kelas, guru bidang studi dan pihak terkait
dalam rangka mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa.

5. Guru Mata Pelajaran

Di lingkungan sekolah, guru mata pelajaran mempunyai peran yang


sangat penting dan memberi warna terhadap kepribadian siswa.
Setiap guru diharapkan dapat memanfaatkan lingkungan sekolah
sebagai tempat pembinaan kepribadian siswa.

Untuk mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan


penyimpangan perilaku siswa, sebaiknya guru memberikan
keteladanan. Guru hendaklah berperan sebagai sosok yang sopan,
berwibawa, menjaga tatakrama, berdisiplin. Guru yang berwibawa
ialah guru yang memiliki pengetahuan yang luas, berdisiplin dan
mampu meletakkan dirinya sebagai pendidik bagi siswanya baik
dilingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Guru tetap menjaga kredibilitasnya, ia harus menjadi orang yang


dipercaya oleh siswa baik perkataan maupun perbuatannya.
Kredibilitas guru sangat tergantung pada sikap dan perilakunya.
Keakraban antara guru dengan peserta didik tidak menjadi penghalang
untuk tetap terpeliharanya wibawa guru, namun jangan sampai guru
menjadi bersifat subjektif karena kebaikan seorang siswa.

Apa yang dikatakan guru akan diingat dan dituruti oleh siswa karena
yang dikatakan guru adalah kebaikan. Demikian juga apa yang
dicontohkan guru akan dicontoh oleh peserta didiknya. Oleh sebab itu
untuk mencapai tujuan tersebut guru perlu melakukan peran sebagai
berikut :

1. Menjaga nama baik dan citra sekolah

2. Membina dan mengembangkan bakat, minat dan potensi siswa

3. Memberi tugas yang sesuai dengan kemampuan siswa

33
4. Menciptakan iklim sekolah yang edukatif, persuasif dan kondusif
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdialog,
berdiskusi yang terkait dengan problematika siswa
6. Menanamkan nilai-nilai religius, disiplin, tanggung jawab, jujur
dalam kehidupan sehari-hari.

7. Memberikan bimbingan sebagai usaha untuk menemukan,


menganalisa, dan memecahkan kesulitan yang dihadapi dalam
hidup siswa.

8. Menjaga perilaku dalam bersikap dan bertindak sesuai dengan


kode etik guru

6. Siswa / Peserta didik

Peserta didik merupakan subyek yang sedang belajar yang membutuhkan


perhatian, bimbingan, dan arahan untuk mengembangkan potensi minat
dan bakatnya di lingkungan sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan suasana pembelajaran yang kondusif, yang sangat ditentukan
oleh aktivitas siswa. Untuk membangun suasana yang mendukung
upaya pencegahan dan penanggulangan penyimpangan perilaku siswa
di lingkungan sekolah maka siswa perlu memperhatikan beberapa hal
dibawah ini :

1. Pembiasaan berdispilin diri yang tinggi, artinya setiap siswa di


sekolah hendaknya selalu membiasakan diri untuk berdisiplin
dengan mematuhi semua peraturan yang ada, atau mematuhi atas
dasar suara hati. Hidup yang berdisiplin di lingkungan sekolah akan
melahirkan suasana sekolah yang aman, tertib dan menyenangkan.

2. Pembiasaan diri untuk saling mengingatkan , saling menasihati dengan


cara yang baik terhadap sesuatu tindakan di luar kepatutan atau
bahkan untuk mendorong kesuatu tindakan yang terpuji. Misalnya,
seorang teman sekelas sering terlambat datang ke sekolah karena
alasan tertentu sebaiknya diberikan nasihat sekedar mengingatkan

34
bahwa sering terlambat masuk sekolah itu kurang baik, berupayalah
datang tepat waktu.

3. Menghadapi gangguan dari luar lingkungan sekolah sebaiknya


diatasi dengan cara yang bijaksana. Misalnya, warga sekolah yang
satu mengancam warga sekolah lainnya, maka segera dicari jalan
keluarnya dengan menggunakan pendekatan yang sebaik-baiknya.
Sekolah adalah rumah kedua, oleh sebab itu peliharalah dan jagalah
lingkungan sekolah seperti memelihara rumah sendiri.

7. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

Setiap sekolah memiliki organisasi kesiswaan, antara lain Organisasi


Siswa Intra Sekolah (OSIS). Organisasi kesiswaan merupakan wadah
bagi siswa untuk melatih diri berorganisasi, mengeluarkan pendapat,
bekerja sama dan memahami orang lain melalui berbagai kegiatan
interaksi sesama peserta didik. Karena itu pengelola sekolah dapat
mengarahkan dan memotivasi pengurus OSIS dan berorganisasi lainnya
yang ada di sekolah untuk :

1. Meningkatkan kegiatan organisasi yang berhubungan dengan sikap


dan perilaku baik di lingkungan sekolah, misalnya mengundang
penceramah agama, penceramah tentang bersopan santun, beretika
dan bertatakrama secara periodik ke sekolah.

2. Mengadakan diskusi masalah penyimpangan perilaku tentang akhlak,


narkoba, perkelahian pelajar dan masalah aktual lainnya dengan
mengundang seorang ahli di bidangnya sebagai narasumber.

3. Mengadakan kegiatan apresiasi seni baik sastra, musik ataupun seni


lukis untuk memperhalus budi atau perasaan.

4. Mengadakan pertandingan olahraga dalam rangka membina


sportifitas, kedisiplinan dan pembiasaan menghargai prestasi orang
lain.

5. Mengadakan buletin atau majalah dinding yang berisi antar lain

35
tentang budi pekerti atau akhlak yang seharusnya diterapkan di
sekolah.

Beberapa kegiatan organisasi seperti yang dikemukakan diatas hanyalah


sebagai contoh yang dapat dilakukan oleh organisasi kesiswaan. Karena
terlalu banyaknya aktivitas yang dapat dilakukan oleh organisasi sekolah,
maka sebaiknya pimpinan sekolah atau guru dapat memfasilitasi kegiatan
yang dirancang oleh para peserta didik tersebut.

B. Orangtua Siswa

Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang terdiri dari bapak,


ibu dan anak. Bapak dan ibu, sebagai orang tua, mempunyai peran
yang sangat strategis dalam mendidik dan membimbing anggota
keluarganya.

Keluarga berperan penting dalam menciptakan suasana yang kondusif


untuk membantu anak-anaknya bersikap sesuai dengan nilai dan norma
yang diharapkan oleh sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, peranan
bapak dan Ibu serta anggota keluarga lainnya sangat berpengaruh
terhadap perkembangan anak di sekolah dan masyarakat.

Banyak hal yang mempengaruhi penyimpangan perilaku siswa yang


berasal dari faktor keluarga khususnya orangtua, antara lain adalah
kurangnya keharmonisan hubungan orangtua, kurangnya komunikasi
yang baik antar anggota keluarga, perlindungan orangtua yang berlebihan
kepada anak , terlalu tingginya harapan orangtua terhadap anak, serta
kurangnya penanaman nilai-nilai keagamaan, moral dan sosial.

Peranan anggota keluarga yang terdiri dari ibu, bapak bahkan mungkin
juga masih ada individu-individu yang lain seperti nenek dan kakek,
sangat besar terhadap perkembangan anak dalam keluarga tersebut.
Bagaimana mungkin seorang anak akan berperilaku baik dan memiliki
budi pekerti yang luhur apabila individu-individu lainnya dalam keluarga
tersebut tidak mendukung adanya suatu suasana yang mendukung.

36
C. Komite Sekolah

Salah satu komponen yang paling penting dalam kehidupan sekolah


adalah komite sekolah dalam hal ini adalah orang tua siswa. Organisasi ini
memiliki peran tersendiri dalam memajukan pendidikan. Komite sekolah
dapat ikut serta dalam membantu meningkatkan upaya pencegahan dan
penanggulangan perilaku menyimpang siswa SMA di sekolah. Komite
Sekolah adalah organisasi yang anggotanya melibatkan orang tua siswa.
Dengan demikian dapat berfungsi membantu masing-masing siswa
untuk pembiasaan berakhlak dan berperilaku yang baik, yang dilakukan
dilingkungan rumah, di masyarakat dan dilingkungan sekolah

Komite Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membantu


meningkatkan nilai-nilai moral dan sosial di sekolah. Komite Sekolah
berfungsi sebagai jembatan antara sekolah, orang tua siswa dan
masyarakat, terutama hal-hal yang berkaitan dengan pendanaan. Oleh
karena itu keberadaan Komite Sekolah menjadi sangat strategis karena
antara sekolah dan masyarakat dapat saling memberi dan menerima
masukan, saran, dan kritik. Orang tua siswa agak sukar dikumpulkan
seluruhnya untuk membahas sesuatu masalah yang berhubungan
dengan peningkatan mutu sekolah, baik perihal keilmuan maupun perihal
moral. Komite Sekolah adalah organisasi yang bersifat independen yang
tidak dibawahi oleh Kepala Sekolah. Oleh karena itu Komite Sekolah
dapat memberikan saran atau bahkan teguran kepada pihak sekolah
seandainya ada perlakuan yang tidak baik terhadap siswa. Banyak hal
yang dapat dilakukan oleh Komite Sekolah, antara lain dengan cara
sebagai berikut :

a. Ketua Komite Sekolah mengadakan rapat berkala untuk mengetahui


keadaan sekolah, terutama mengenai perilaku siswa di sekolah.
Maraknya perkelahian pelajar, narkoba dan berbagai perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh siswa perlu keikut sertaan Komite
Sekolah dan peran para orang tua untuk menanggulanginya. Hasil
rapat berkala tersebut diinformasikan kepada orang tua siswa

37
untuk diketahui pembinaan perilaku anak-anak mereka. Hubungan
tersebut dapat bersifat langsung dapat pula dengan cara melalui
surat menyurat. Orang tua diharapkan dapat memberikan masukan
terhadap Sekolah melalui komite sekolah. Cara yang demikian ini
sangat membantu kepala sekolah atau guru dalam pembinaan
perilaku selanjutnya.

b. Komite Sekolah sebaiknya mengingatkan orang tua siswa, misalnya


pesan sederhana untuk membiasakan anaknya menjaga kebersihan,
merapikan buku dan perlengkapannya, berdoa pada waktu berangkat
sekolah, hati-hati di jalan, serta berlaku baik selama di sekolah. Di
lingkungan keluarga juga perlu diingatkan agar setiap orang tua
berlaku demokratis dan lebih terbuka sehingga persoalan yang
dihadapi oleh anak dapat didiskusikan dengan orang tua. Hubungan
orang tua, anak dalam keluarga umumnya mencerminkan kondisi
kebudayaan dari struktur sosial sekitarnya. Apabila dukungan komite
Sekolah dan kesediaan orang tua membantu anaknya menciptakan
suasana sekolah yang berakhlak maka siswa akan merasakan
bahwa ternyata semua pihak berharap untuk mempraktikkan nilai-
nilai moral dan sosial serta berperilaku yang baik dalam kehidupan
sehari-harinya.

D. Masyarakat

Masyarakat terdiri dari individu-individu yang beragam perilakunya.


Namun demikian biasanya tokoh-tokoh masyarakat sebagai individu
memiliki kekuatan tersendiri dalam memberi pengaruh kepada warga
lainnya. Peranan tokoh-tokoh masyarakat tentu saja dapat diharapkan
untuk membantu terciptanya suasana dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan penyimpangan perilaku siswa SMA di masyarakat. Tetapi
selain tokoh masyarakat perlu juga dukungan dari warga masyarakat
lainnya yang lebih banyak jumlahnya. Warga masyarakat yang banyak
ini terutama mereka yang sudah dewasa perlu didorong perannya yang

38
lebih besar dalam memberikan panutan dan bimbingan.

Masyarakat pada dasarnya berkewajiban membantu terciptanya


suasana yang kondusif untuk upaya pencegahan dan penanggulangan
penyimpangan perilaku siswa SMA disekolah. Setiap siswa adalah juga
warga masyarakat. Mereka membutuhkan bimbingan, keteladanan dari
warga masyarakat yang ada di sekitarnya.

Perilaku masyarakat sekitar tempat tinggal siswa yang baik dan taat
azas, akan diditeladani oleh siswa, demikian pula perilaku buruk dari
masyarakat akan dapat menjadi contoh yang mungkin saja akan dituruti
oleh siswa.

E. Pemerintah

Penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh siswa adalah semua


perbuatan yang merupakan penyelewengan terhadap norma dalam
masyarakat baik norma agama, susila, adat dan hukum. Perilaku
menyimpang ini merupakan perbuatan melanggar norma yang bersifat anti
sosial. Peran pemerintah penting dalam penanggulangan agar masalah
itu tidak semakin meluas dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan
dalam masyarakat khususnya di lingkungan sekolah.

Dalam melaksanakan peran pada upaya pencegahan dan penangulangan


penyimpangan perilaku siswa di sekolah, Pemerintah perlu menempuh
beberapa upaya dan kebijakan pokok sebagai berikut:

1. Membentuk jaringan informasi yang cepat dan tepat dengan cara:

menggunakan telepon atau alat komunikasi lainnya, berkoordinasi


dengan instansi yang terkait baik di tingkat kecamatan/kebupaten/
kota dengan meng­gunakan sarana komunikasi yang tersedia dan
menggunakan peta kerawanan sekolah.

2. Mendata sedini mungkin sekolah yang terindikasi rawan dengan cara;


mengidentifikasi bentuk dan jenis kerawanan se­kolah,mengadakan

39
pengamatan langsung di sekolah yang bersangkutan,menentukan
sekolah-sekolah yang dianggap rawan.

3. Mengadakan konsultasi dan bertukar informasi dengan instansi


terkait dengan cara ; mengadakan kerjasama dengan instansi yang
terkait baik di tingkat kecamatan, kabupaten/kota, maupun di
tingkat provinsi, mengadakan kerjasama dengan instansi lain yang
terkait dalam menanggulangi/mengatasi masalah sekolah.

4. Berkoordinasi dalam menyikapi informasi kepada Kadisdik Provinsi


atau Kadisdik Kabupaten/kota yang disampaikan dengan cara
berkala dan secara insidental.

5. Menganjurkan untuk mengupayakan kepada sekolah untuk


mengambil peran dalam usaha pencegahan dan penanggulangan
penyimpangan perilaku siswa di sekolah sedini mungkin dengan
cara ;

a. Kepala Sekolah berkewajiban menciptakan lingkungan sekolah


yang kondusif.

b. Kepala sekolah beserta staf berkewajiban melacak


permasalahan sekolah di lingkungan masing-masing dengan
melibatkan OSIS, dan komite sekolah.

c. Kepala sekolah wajib melaporkan kerawanan sekolan dengan


cepat kepada Dinas kabupaten/kota dan provinsi

d. Mengupayakan pendekatan terhadap siswa dengan melibatkan


OSIS

e. Melakukan upaya-upaya positif terhadap gangguan yang


negatif dan merusak nama baik sekolah baik berasal dari dalam
maupun dari luar

40
BAB IV
PENUTUP

Buku ini dimaksudkan sebagai panduan bagi setiap warga sekolah


dengan harapan untuk mendukung agar upaya pencegahan dan
penanggulangan penyimpangan perilaku siswa SMA dapat diatasi secara
optimal di lingkungan pendidikan khususnya disekolah. Harapan ini
ditujukan kepada semua pemangku kepentingan yakni sekolah, orangtua
siswa, komite sekolah, masyarakat dan pemerintah untuk menjalankan
perannya masing-masing membantu sekolah dalam upaya pencegahan
dan penanggulangan penyimpangan perilaku siswa SMA.

Kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyimpangan perilaku siswa


SMA di sekolah tidak cukup hanya dengan himbauan saja, melainkan
harus didukung oleh kegiatan dan pengawasan baik di dalam maupun
di luar sekolah. Oleh karena itu setiap warga sekolah dihimbau untuk
membantu dan memperlancar kegiatan tersebut.

Titik berat kegiatan tersebut yaitu pada upaya–upaya pembinaan sikap


dan perilaku siswa yang merupakan bagian yang integral dalam proses
pendidikan.

Peran pemangku kepentingan yang terkait dalam pencegahan dan


penanggulangan penyimpangan perilaku siswa antara lain :

1. Warga sekolah, memberikan keteladanan dan kepengawasan


kepada siswa

2. Orangtua, mendukung kegiatan disekolah melalui berbagai peran


yang dapat dilakukan orangtua.

3. Komite sekolah, untuk mendukung upaya sekolah dalam


pembinaan siswa

4. Masyarakat, melalui peran tokoh masyarakat sangat


diharapkan dapat membantu terciptanya pencegahan dan
PENANGGULANGAN penyimpangan perilaku siswa SMA di

41
masyarakat. Masyarakat berkewajiban membantu terciptanya
suasana yang kondusif untuk pencegahan dan penanggulangan
penyimpangan perilaku siswa SMA.

5. Pemerintah, melalui kebijakan yang diambil dalam upaya


pencegahan dan penanggulangan penyimpangan perilaku siswa
SMA.

Akhirnya sekali lagi dikemukakan bahwa masa depan siswa yang berhasil
dan jauh dari perilaku menyimpang, apabila sekolah sebagai salah satu
lembaga pendidikan berhasil mengantarkan siswanya menjadi manusia
yang berahlak mulia dan berbudi luhur. Upaya untuk mewujudkan
diperlukan kerja keras dan komitmen yang tinggi yang secara operasional
terletak dipundak seluruh Pendidik. Melalui upaya pencegahan dan
penanggulangan penyimpangan perilaku siswa disetiap sekolah, kita
bertekad dimasa yang akan datang siswa akan menjadi generasi muda
yang sehat dan berprestasi.

42

Anda mungkin juga menyukai